Professional Documents
Culture Documents
3844 7401 1 SM
3844 7401 1 SM
Abstract
This study aims to determine the effect of spiritual-emotional writing therapy toward
person with moderate depressive diagnosis. This study involved 20-year-old student with
a moderate depressive episode as a subject. Precipitating of her disorder is the events
of pramarriage pregnancy in 2012. Data were collected by interview and observation
method Quantitative scale. Depression scores were measured using a scale of HDRS
(Hamilton Depressive Rating Scale) and obtained a score of 20 (Depressive were heading
severe). Intervention is provided by Spiritual Writing Therapy which is a modification
of the technique Cognitive Behavior. Islamic spiritual element attached in the form of
reflection of gratitude (adaptation emotional) of all the painful events experienced by the
subject. Data were analyzed by comparing the state of mind and behavior of the subject
between the situation before and after the intervention. The results showed that therapeutic
writing attached with cognitive behavioral approach is able to reconstruct the thinking and
behavior of the subject, so as to be positive in looking at ourselves and the world around
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi menulis spiritual-emosional terhadap
subjek yang mengalami gangguan depresif sedang. Subjek dalam kasus ini adalah mahasiswi
berusia 20 tahun dengan diagnosis episode depresif sedang. Pencetus gangguan adalah
peristiwa kehamilan di luar nikah pada tahun 2012. Tujuan intervensi psikologi dalam
kasus ini adalah menghilangkan pikiran negatif pada subjek dan mengajarkan perilaku
adaptif agar mampu berfungsi kembali di kehidupan sosial. Data dikumpulkan dengan
metode observasi wawancara dan skala kuantatif. Skor depresi diukur dengan menggunakan
skala HDRS (Hamilton Depressive Rating Scale) dan diperolah skor 20 (Depresif sedang
menuju berat). Intervensi yang diberikan adalah Spiritual Writing Therapy yang merupakan
modifikasi dari teknik Cognitive Behavior. Unsur spiritual Islam dilekatkan dalam bentuk
refleksi syukur (adaptasi emosi) terhadap seluruh peristiwa menyakitkan yang dialami oleh
subjek. Data hasil penelitian dianalisis dengan membandingkan kondisi pikiran dan perilaku
subjek antara situasi pra dan pasca intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi
143
dan atau obat-obatan juga rentan mengalami itu, subjek juga sering merasakan pusing,
gangguan depresi. jantung yang berdetak lebih cepat, dan
Sebanyak sembilah puluh tujuh keringat dingin saat harus beraktivitas.
persen individu dengan gangguan depresi Semua gejala tersebut sudah dirasakan
mengeluhkan adanya penurunan energi di selama lebih dari dua minggu. Depresi
tubuh yang menyebabkan mereka kesulitan pada subjek dipicu oleh kejaidan ketika
untuk menyelesaikan tugas dalam fungsinya mengalami kehamilan di luar nikah karena
di lingkungan keluarga, pendidikan, dan/ berhubungan seksual dengan pacarnya.
atau pekerjaan. Sekitar delapan puluh Subjek tertekan dan menggugurkan
persen individu dengan gangguan depresi kandungannya. Setelah peristiwa tersebut,
mengalami gangguan tidur, seperti subjek mulai sering merasakan emosi
terbangun pada tengah malam, dan negatif dan tidak punya minat lagi untuk
kemudian mereka kembali teringat dengan beraktivitas seperti biasanya. Subjek
masalahnya. Sebagian besar pasien depresi memiliki pikiran negatif terhadap diri
juga mengalami penurunan nafsu makan dan sendiri dan merasa dirinya punya banyak
penurunan berat badan. Namun, beberapa dosa. Berdasarkan autoanamnesa, subjek
pasien justru mengalami peningkatan berat menjelaskan bahwa saat masih kanak-kanak,
badan (Kaplan & Sadock, 1997). subjek selalu merasa tertekan saat ibunya
Dobsons dan Dozois (2008) berada di rumah. Ibu tidak mau menerima
menjelaskan bahwa depresi berat dapat kesalahan sekecil apa pun yang dilakukan
memunculkan gejala psikotik, terutama oleh subjek. Jika subjek masih melakukan
gejala waham dan halusinasi. Waham dan kesalahan, subjek akan mendapatkan
halusinasi yang muncul umumnya terkait pukulan. Perlakuan yang berbeda dialami
dengan dosa dan perasaan bersalah. Gejala oleh kedua adik subjek. Kedua adiknya tidak
ini akan bertambah berat bila tidak ada pernah mendapatkan kekerasan fisik. Ayah
dukungan dari orang-orang terdekat. Lebih subjek tidak pernah melakukan kekerasan
dari dua pertiga pasien depresi di seluruh fisik padanya, namun menurut subjek,
dunia yang berpikiran untuk bunuh diri, ayahnya cenderung tidak peduli kepada
dan sepuluh hingga lima belas persen dari keluarga. Melalui informasi dari neneknya,
jumlah tersebut benar-benar menjalankan subjek mengetahui bahwa dia bukanlah anak
pemikirannya. Sebagian individu dengan yang kelahirannya diharapkan. Ibu dan ayah
gangguan depresi malah tidak menyadari subjek telah melakukan hubungan seksual
depresinya dan tidak mengeluhkan suatu sejak pranikah. Akibatnya, mereka menikah
gangguan suasana perasaan tertentu. Meski karena terpaksa. Ibu subjek tidak menerima
demikian, mereka menunjukkan aktivitas kondisi tersebut sehingga benci terhadap
penarikan diri dari keluarga, teman, dan kelahiran subjek. Sejak kecil subjek terpapar
aktivitas sosial yang sebelumnya mereka dengan situasi kekerasan. Kondisi tersebut
sukai (Kaplan & Sadock, 1997). membuat subjek tidak mudah mempercayai
Berdasarkan hasil diagnose subjek lingkungan sekitarnya. Ibu dan ayah subjek
mengalami depresi. Keluhan yang dialami berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia
oleh subjek adalah perasaan mudah lelah, (TKI) di Taiwan dan Korea Selatan yang
kepercayaan diri menurun, merasa pesimis, pergi secara bergantian. Saat ibu subjek
dan ide bunuh diri. Subjek meyakini dirinya pergi ke Taiwan, subjek mendapati ayahnya
sebagai orang yang tidak berguna. Selain selingkuh dengan wanita lain di rumah
145
mereka. Sebaliknya saat ayah subjek reaksi kekebalan tubuh yang lebih baik) dan
yang berangkat ke Korea Selatan, subjek kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi
mendapati ibunya berselingkuh dengan pria (misal, afek negatif yang lebih rendah dan
lain. afek positif yang lebih tinggi). Pennebaker
Salah satu cara yang lazim digunakan (1997) menyebutkan bahwa akibat
untuk mengurangi gejala depresi adalah menulis mengenai topik tertentu, ternyata
dengan teknik terapi kognitif-perilaku. berhubungan dengan perbaikan peringkat
Terapi kognitif-perilaku diarahkan kepada mahasiswa pada bulan setelah penelitian
modifikasi fungsi pikir, merasa, dan dilakukan dan mendapatkan pekerjaan baru
bertindak dengan menekankan peran otak yang lebih cepat pada tingkat senior.
dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, Pennebaker dan Beall (dalam Baikie
berbuat, dan memutuskan sesuatu. Manusia & Wilhelm, 2005; Qonitatin, dkk, 2011)
memilik potensi untuk menyerap pemikiran menyatakan bahwa menulis tentang
yang rasional dan irasional, dimana pengalaman traumatis berhubungan dengan
pemikiran yang irasional akan menyebabkan peningkatan efek psikologis yang positif
munculnya gangguan emosi dan tingkah dan dalam jangka panjang menurunkan
laku. Subjek diharapkan dapat mengubah masalah-masalah kesehatan. Proses katarsis
perilaku negatifnya ke positif dengan yang diperoleh ketika menulis ekspresif
mengubah status pikiran dan perasaan. pengalaman-pengalaman emosional pada
Salah satu intervensi yang dapat seseorang yang mengalami gangguan depresi
diberikan untuk mengurani tingkat depresi akan dapat memberikan keuntungan bagi
adalah terapi menulis. Terapi menulis dirinya untuk menurunkan simtom-simtom
merupakan bagian dari teknik kognitif- yang mengganggu dan meningkatkan
perilaku. Pennebaker (1997) menyatakan kesejahteraan psikologis maupun fisik.
bahwa menulis pengalaman emosional Keuntungan ini terutama dapat diperoleh
atau menulis peristiwa yang penuh tekanan bagi mereka yang memiliki gangguan
(stressful events) telah menjadi kajian depresi dalam tingkat yang ringan.
yang menarik banyak peneliti. Beberapa Ekspresif emosional merupakan
penelitian laboratorium telah mempelajari ekspresi natural dari emosi yang sebenarnya
kegunaan menulis atau berbicara mengenai (Pennebaker, 1997). Penyingkapan emosi
pengalaman emosional. Menghadapi atau merupakan proses yang melibatkan perasaan
berkonfrontasi dengan isu-isu pribadi secara alamiah atau emosi yang sebenarnya dan
mendalam telah mendapat penemuan akan mengubahnya menjadi bahasa oral atau
menghasilkan kesehatan fisik, kesejahteraan tertulis (Smyth & Pennebaker, dalam
subjektif dan tingkah laku adaptif tertentu. Graf, 2004; Qonitatin, dkk, 2011). Proses
Paez dkk (1999; Pennebaker, ini dipercaya untuk mengintegrasi proses
1997) mencatat bahwa menghadapi atau kognitif dan emosional, penyingkapan
berkonfrontasi dengan peristiwa-peristiwa emosional memberikan kesempatan untuk
penuh tekanan dan traumatis yang dilakukan meningkatkan insight, self-reflection,
dalam prosedur menulis dilaporkan dan organisasi perspektif seseorang
menghasilkan tingkat yang lebih tinggi terhadap masalah daripada hanya sekedar
dalam kesehatan fisik (misalnya, lebih mengeluarkan emosi.
sedikit mengunjungi fasilitas kesehatan), Penelitian-penelitian saat ini
fungsi fisiologis yang lebih tinggi (misal, menyimpulkan bahwa keuntungan ekspresi
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 146
dengan Gejala Somatis
emosi tidak dibatasi pada ekspresi emosi bersifat direktif atau evokatif, orientasi
yang vokal, kesehatan fisik dan psikologis insight atau behavioral, pasien dan terapis
dapat diperoleh melalui penulisan harus bekerja bersama untuk mendapatkan
ekspresif tentang pengalaman hidup yang suatu cerita yang koheren yang menjelaskan
signifikan. Graf (2004; Qonitatin, dkk, masalah dan secara langsung maupun tidak
2011) menemukan bahwa hasil bahwa untuk menghasilkan suatu penyembuhan.
subjek pada kelompok written emotional Penyingkapan masalah pribadi mungkin
disclosure memperlihatkan penurunan yang memiliki nilai terapeutik yang menakjubkan
signifikan pada simtom-simtom kecemasan dalam dan pada dirinya sendiri.
dan depresi; sebaik peningkatan fungsi Salah satu bagian dari terapi ekspresif
kehidupan dan kepuasan yang lebih baik adalah terapi menulis yang digunakan
dengan tritmen ketika dibandingkan dengan sebagai media menyembuhan dan
kelompok kontrol. peningkatan kesehatan mental (Malchiodi,
Menulis merupakan suatu bentuk 2007; Fikri, 2012). Secara umum tujuan
ekspresi katarsis dan self-help yang dari terapi menulis diantaranya: (1)
telah dipraktekkan selama bertahun- Meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri
tahun. Menurut Riordan, Benjamin Rush maupun orang lain dalam bentuk tulisan dan
menemukan bahwa proses menulis dapat literatur lain; (2) Meningkatkan kreatifitas,
menurunkan tegangan pada pasiennya ekspresi diri dan harga diri; (3) Memperkuat
dan memberikan informasi yang lebih kemampuan komunikasi dan interpersonal;
banyak tentang masalah mereka. Adanya (4) Mengekspresikan emosi yang berlebihan
penyingkapan emosi yang dialami pada (katarsis) dan menurunkan ketegangan, dan
menulis pengalaman emosional dianggap (5) Meningkatkan kemampuan individu
sebagai faktor yang menghasilkan efek dalam menghadapi masalah dan beradaptasi
teraupetik. Menulis hal-hal yang tidak (Davis, 1990; Fikri, 2012).
sampai melibatkan unsur emosi di dalamnya, Penelitian sebelumnya membuktikan
seperti membuat deskripsi mengenai bahwa menulis pengalaman emosional
kegiatan sehari-hari atau deskripsi suatu mempunyai manfaat yang besar sebagai alat
tempat misalnya, tidak menghasilkan efek terapeutik dalam beberapa permasalahan
yang sama. Mekanisme proses terapeutik klinis. Penelitian yang dilakukan oleh
menulis pengalaman emosional sebenarnya O’Connor, dkk, 2003 dan Fikri, 2012
sama dengan mekanisme terapi-terapi yang membuktikan bahwa terapi menulis mampu
lain (Qonitatin, dkk, 2011). meningkatkan perawatan diri bagi individu
Mekanisme proses terapeutiknya yang mengalami kesedihan mendalam
berpusat pada penyingkapan (disclosure) karena menulis digunakan sebagai media
pengalaman-pengalaman emosional. untuk membuka diri sehingga individu
Pengakuan dan penyingkapan diri merupakan tersebut lebih mampu untuk melakukan
proses dasar yang muncul dalam psikoterapi, rawat diri dengan lebih baik. Penelitian
dan secara alamiah muncul dalam interaksi tentang terapi menulis yang dilakukan oleh
sosial yang dianggap membawa manfaat Baikie dan Wilhelm (2006), Fikri, 2012)
secara psikologis dan bahkan mungkin membuktikan bahwa terapi menulis dinilai
secara fisik dan psikoterapi membutuhkan baik dan bermanfaat oleh para peserta
dalam derajat tertentu penyingkapan diri. karena mampu mengurangi kecemasan dan
(Pennebaker, 1997). Terapi tersebut adalah perbaikan suasana hati.
147
perilaku subjek antara situasi pra dan pasca memperoleh skor 31 dan masuk kategori
intervensi. sedang menuju berat. Berdasarkan acuan
diagnosis PPDGJ, subjek termasuk kategori
Hasil dan Pembahasan depresi sedang dengan gejala somatis, yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan pengukuran dengan
Hamilton Depressive Rating Scale, subjek
Keterangan
Pedoman Diagnostik Kategori Kasus Terpenuhi
Ya Tidak
Menghadapi kesulitan nyata Hambatan dalam kuliah dan interaksi √
untuk meneruskan kegiatan sosial yang lebih luas
sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga
Gejala somatis - Jantung berdetak lebih cepat √
- Pusing
- Keringat dingin saat beraktivitas √
Subjek mengalami 2 dari 3 gejala utama, 5 gejala lainnya, dan ditambah gejala
somatis. Berdasarkan acuan PPDGJ, subjek mengalami episode depresif sedang dengan
gejala somatis.
beraktivitas sendiri. Pada waktu satu pekan pada level 4. Subjek sudah melakukan
belakangan, subjek merasa terancam dan homework cognitive rehearsal dan
terganggu dengan seseorang yang ingin merasakan ada kesenangan saat melakukan
tahu tentang dirinya. Oleh karena itu, subjek aktivitas seorang diri. Namn subjek masih
tidak berani beraktivitas sendirian. Terapis mengakui bahwa ada banyak perasaan
membantu subjek untuk mengenali potensi dan pikiran yang dia pendam. Seringkali
positif dirinya dan meminta subjek untuk perasaan dan pikiran tersebut menganggu
melakukan hal tersebut dengan tujuan aktivitasnya. Pada sesi ini, terapis
membangkitkan energi positif yang dia menanyakan kesiapan pada subjek apabila
miliki. Pada akhir sesi, subjek diberikan dilakukan sesi tambahan sebagai proses
homework cognitive rehearsal. proyeksi perasaan dan pikirannya. Subjek
menyatakan bersedia.
Sesi IV
Subjek datang ke sesi 4 dengan SUD
bahkan meningkatkan prestasi akademik diri, bersentuhan dengan diri pribadi dan
dan kinerja pekerjaan. mengenal emosinya dengan lebih baik.
Intervensi pada kasus ini Tulisan, dalam konteks penelitian
menambahkan unsur emosional-spiritual ini, menjadi mediator antara pikiran
dalam setiap tulisan yang dibuat oleh subjek. internal subjek dan kondisi nyata dunia
Unsur spiritual dilekatkan sebagai motivasi yang dihadapinya. Melalui tulisan subjek
kepada subjek bahwa semua masalah yang mampu melihat lebih jernih bagaimana
dihadapi manusia bisa diserahkan kepada bentuk situasi yang selama ini dia hadapi.
Tuhan. Adz-Zakiey (2007) menyatakan Tulisan menjadi semacam bingkai pikiran
bahwa motivasi spiritual muncul sebagai yang menyatukan pikiran dan perasaan
manisfestasi fitrah manusia untuk memenuhi subjek yang selama ini terdisintegrasi. Hal
kebutuhan ruhaninya. Kebutuhan ruhani ini sesuai dengan konsep terapi kognitif-
antara lain berupa keridhaan, kecintaan, dan perilaku yang merekonstruksi cara berpikir
harapan yang dipanjatkan kepada Tuhan. individu dan membiasakan perilaku baru
Inilah motivasi yang ingin peneliti berikan yang lebih adaptif. Setelah pikiran berhasil
kepada subjek. direkonstuksi, subjek memiliki pemahaman
Beberapa penelitian terdahulu yang baru bahwa dia kembali menjadi manusia
terkait dengan terapi menulis pengalaman baru yang lebih bahagia dan Tuhan
emosional diantaranya penelitian Susilowati senantiasa mengampuni dosa hambaNya
(Fikri, 2012) menggunakan terapi menulis yang bertaubat.
pengalaman emosional untuk menurunkan
depresi pada mahasiswa tahun pertama. Simpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi
menulis pengalaman emosional merupakan Kesimpulan yang diperoleh dari
sarana bantu diri yang terbukti efektif penelitian ini adalah terapi menulis yang
menurunkan depresi pada mahasiswa tahun dilekatkan dengan pendekatan kognitif
pertama. Hasil penelitian ini juga terbukti perilaku mampu merekonstruksi pikiran
pada kasus subjek yang mengalami depresi. dan perilaku subjek, sehingga mampu lebih
Penelitian yang serupa juga positif dalam memandang diri dan dunia
dilakukan oleh Siswanto (Fikri, 2012) sekitarnya. Aktivitas menulis dapat menjadi
yang menggunakan terapi menulis media rekonstruksi pikiran dan perasaan,
pengalaman emosional untuk menurunkan sehingga subjek mampu melihat masalah
simptomsimptom depresi pada mahasiswa. yang dihadapinya dengan lebih jernih.
Hasilnya adalah terapi menulis pengalaman Unsur emosional-spiritual memberikan
emosional merupakan mekanisme proses dampak signifikan karena subjek mampu
teraupetik yang berpusat pada proses melihat bahwa Tuhan selalu ada dan tidak
penyingkapan diri. Kaloeti (2007; Fikri 2012) pernah meninggalkannya. Unsur emosional-
juga melakukan penelitian menggunakan spiritual memiliki dampak positif pada
terapi menulis pengalaman emosional kasus depresi karena mampu memberikan
untuk mengelola stres pada penyalahguna harapan, sesuatu yang hilang dalam diri
NAPZA, dan hasil penelitian menunjukkan individu yang mengalami depresi. Saran
bahwa menulis pengalaman emosional dalam penelitian ini ditujukan kepada subjek
dapat menurunkan tingkat distres karena dan peneliti berikutnya. Subjek dalam kasus
membantu individu untuk belajar membuka ini perlu meneruskan perilaku adaptif seperti
157