Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

HUMANITAS Vol. 12 No. 2 .

142-157 ISSN 1693-7236

SPIRITUAL-EMOTIONAL WRITING THERAPY PADA SUBJEK YANG


MENGALAMI EPISODE DEPRESIF SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIS

Yudi Kurniawan, Retno Kumolohadi


Program Magister Psikologi Profesi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang 14,4 Besi, Sleman, Yogyakarta
kurniawan.yudika@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the effect of spiritual-emotional writing therapy toward
person with moderate depressive diagnosis. This study involved 20-year-old student with
a moderate depressive episode as a subject. Precipitating of her disorder is the events
of pramarriage pregnancy in 2012. Data were collected by interview and observation
method Quantitative scale. Depression scores were measured using a scale of HDRS
(Hamilton Depressive Rating Scale) and obtained a score of 20 (Depressive were heading
severe). Intervention is provided by Spiritual Writing Therapy which is a modification
of the technique Cognitive Behavior. Islamic spiritual element attached in the form of
reflection of gratitude (adaptation emotional) of all the painful events experienced by the
subject. Data were analyzed by comparing the state of mind and behavior of the subject
between the situation before and after the intervention. The results showed that therapeutic
writing attached with cognitive behavioral approach is able to reconstruct the thinking and
behavior of the subject, so as to be positive in looking at ourselves and the world around

Keywords:gratitude, moderate depressive disorder, spiritual-emotional writing therapy,

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi menulis spiritual-emosional terhadap
subjek yang mengalami gangguan depresif sedang. Subjek dalam kasus ini adalah mahasiswi
berusia 20 tahun dengan diagnosis episode depresif sedang. Pencetus gangguan adalah
peristiwa kehamilan di luar nikah pada tahun 2012. Tujuan intervensi psikologi dalam
kasus ini adalah menghilangkan pikiran negatif pada subjek dan mengajarkan perilaku
adaptif agar mampu berfungsi kembali di kehidupan sosial. Data dikumpulkan dengan
metode observasi wawancara dan skala kuantatif. Skor depresi diukur dengan menggunakan
skala HDRS (Hamilton Depressive Rating Scale) dan diperolah skor 20 (Depresif sedang
menuju berat). Intervensi yang diberikan adalah Spiritual Writing Therapy yang merupakan
modifikasi dari teknik Cognitive Behavior. Unsur spiritual Islam dilekatkan dalam bentuk
refleksi syukur (adaptasi emosi) terhadap seluruh peristiwa menyakitkan yang dialami oleh
subjek. Data hasil penelitian dianalisis dengan membandingkan kondisi pikiran dan perilaku
subjek antara situasi pra dan pasca intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi
143

menulis yang dilekatkan dengan pendekatan kognitif perilaku mampu merekonstruksi


pikiran dan perilaku subjek, sehingga mampu lebih positif dalam memandang diri dan
dunia sekitarnyasa

Kata kunci: episode depresif sedang,kebersyukuran, terapi menulis spiritual-emosi

Pendahuluan konsentrasi, perubahan perilaku makan


yang signifikan, dan berpikiran untuk
Episode depresif adalah gangguan
bunuh diri. Gejala lain adalah perubahan
suasana perasaan (mood disorder) yang
aktivitas, kognitif, verbal, ritme tidur, dan
gejalanya meliputi ranah emosional,
ritme biologis yang lain. Gangguan ini
motivasi, perilaku, fisik, dan kognitif.
hampir selalu menghasilkan hendaya dalam
Pengalaman emosional individu yang
hubungan interpersonal, sosial, dan fungsi
mengalami depresi biasanya terbatas pada
pekerjaan (Ismail & Siste, 2013).
emosi negatif yang sering dideskripsikan
Gangguan depresi memiliki
sebagai kesedihan, hilangnya harapan,
prevalensi penderita seumur hidup sebesar
kesengsaraan, dan hilangnya kegembiraan
15 persen. Penderita dengan jenis kelamin
(Davey, 2008). Sebagian besar individu
wanita mencapai 25 persen, dua kali lebih
dengan gangguan depresi memiliki episode
banyak daripada laki-laki. Diduga karena
kesedihan dan perilaku menangis yang terjadi
adanya perbedaan hormonal, pengaruh
secara berkala. Sebagian kecil individu
melahirkan, perbedaan stressor psikososial,
dengan gangguan depresi yang dilaporkan
serta model perilaku yang dipelajari tentang
pernah merasakan emosi positif. Individu
ketidakberdayaan. Rata-rata usia penderita
dengan gangguan depresi menunjukkan
depresi adalah 40 tahun, dengan rentang dari
wajah minim ekspresi positif dan kehilangan
usia 20 hingga 50 tahun. Gangguan depresi
minat terhadap kesenangan/humor (Sloane,
berat juga dapat muncul pada masa anak dan
Strauss & Wisner, 2001; Davey, 2008).
lanjut usia. Gangguan depresi berat pada
Depresi sangat berkaitan dengan
usia kurang dari 20 tahun kemungkinan
emosi. Emosi merupakan kompleksitas
besar berhubungan dengan penggunaan
perasaan yang meliputi psikis, somatis,
alkohol (Ismail & Siste, 2013).
dan perilaku yang berhubungan dengan
Gangguan depresi dapat dipicu
afek dan mood. Emosi merupakan perasaan
oleh faktor biologis, psikososial/faktor
yang dihayati dalam kesadaran, sedangkan
lingkungan, seperti peristiwa yang
afek ditujukan untuk dorongan-dorongan
menimbulkan pengaruh emosi negatif
yang lebih mendalam, baik sadar maupun
mendalam. Pada individu yang mengalami
tidak disadari. Sementara mood merupakan
episode depresi untuk pertama kali (memiliki
subjektivitas emosi yang dapat disampaikan
gejala depresi dan terjadi selama minimal
oleh individu dan terobservasi oleh orang
2 minggu), ada tendensi untuk mengalami
lain, misalnya perilaku marah (Ismail &
gangguan depresif berulang di masa yang
Siste, 2013).
akan datang. Ada korelasi yang kuat antara
Individu dalam keadaan mood depresi
penyakit medis kronis dan peningkatan
memperlihatkan kehilangan energi dan
prevalensi gangguan depresi. Orang-orang
minat, perasaan bersalah yang besar, sulit
dengan riwayat penyalahgunaan alkohol
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 144
dengan Gejala Somatis

dan atau obat-obatan juga rentan mengalami itu, subjek juga sering merasakan pusing,
gangguan depresi. jantung yang berdetak lebih cepat, dan
Sebanyak sembilah puluh tujuh keringat dingin saat harus beraktivitas.
persen individu dengan gangguan depresi Semua gejala tersebut sudah dirasakan
mengeluhkan adanya penurunan energi di selama lebih dari dua minggu. Depresi
tubuh yang menyebabkan mereka kesulitan pada subjek dipicu oleh kejaidan ketika
untuk menyelesaikan tugas dalam fungsinya mengalami kehamilan di luar nikah karena
di lingkungan keluarga, pendidikan, dan/ berhubungan seksual dengan pacarnya.
atau pekerjaan. Sekitar delapan puluh Subjek tertekan dan menggugurkan
persen individu dengan gangguan depresi kandungannya. Setelah peristiwa tersebut,
mengalami gangguan tidur, seperti subjek mulai sering merasakan emosi
terbangun pada tengah malam, dan negatif dan tidak punya minat lagi untuk
kemudian mereka kembali teringat dengan beraktivitas seperti biasanya. Subjek
masalahnya. Sebagian besar pasien depresi memiliki pikiran negatif terhadap diri
juga mengalami penurunan nafsu makan dan sendiri dan merasa dirinya punya banyak
penurunan berat badan. Namun, beberapa dosa. Berdasarkan autoanamnesa, subjek
pasien justru mengalami peningkatan berat menjelaskan bahwa saat masih kanak-kanak,
badan (Kaplan & Sadock, 1997). subjek selalu merasa tertekan saat ibunya
Dobsons dan Dozois (2008) berada di rumah. Ibu tidak mau menerima
menjelaskan bahwa depresi berat dapat kesalahan sekecil apa pun yang dilakukan
memunculkan gejala psikotik, terutama oleh subjek. Jika subjek masih melakukan
gejala waham dan halusinasi. Waham dan kesalahan, subjek akan mendapatkan
halusinasi yang muncul umumnya terkait pukulan. Perlakuan yang berbeda dialami
dengan dosa dan perasaan bersalah. Gejala oleh kedua adik subjek. Kedua adiknya tidak
ini akan bertambah berat bila tidak ada pernah mendapatkan kekerasan fisik. Ayah
dukungan dari orang-orang terdekat. Lebih subjek tidak pernah melakukan kekerasan
dari dua pertiga pasien depresi di seluruh fisik padanya, namun menurut subjek,
dunia yang berpikiran untuk bunuh diri, ayahnya cenderung tidak peduli kepada
dan sepuluh hingga lima belas persen dari keluarga. Melalui informasi dari neneknya,
jumlah tersebut benar-benar menjalankan subjek mengetahui bahwa dia bukanlah anak
pemikirannya. Sebagian individu dengan yang kelahirannya diharapkan. Ibu dan ayah
gangguan depresi malah tidak menyadari subjek telah melakukan hubungan seksual
depresinya dan tidak mengeluhkan suatu sejak pranikah. Akibatnya, mereka menikah
gangguan suasana perasaan tertentu. Meski karena terpaksa. Ibu subjek tidak menerima
demikian, mereka menunjukkan aktivitas kondisi tersebut sehingga benci terhadap
penarikan diri dari keluarga, teman, dan kelahiran subjek. Sejak kecil subjek terpapar
aktivitas sosial yang sebelumnya mereka dengan situasi kekerasan. Kondisi tersebut
sukai (Kaplan & Sadock, 1997). membuat subjek tidak mudah mempercayai
Berdasarkan hasil diagnose subjek lingkungan sekitarnya. Ibu dan ayah subjek
mengalami depresi. Keluhan yang dialami berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia
oleh subjek adalah perasaan mudah lelah, (TKI) di Taiwan dan Korea Selatan yang
kepercayaan diri menurun, merasa pesimis, pergi secara bergantian. Saat ibu subjek
dan ide bunuh diri. Subjek meyakini dirinya pergi ke Taiwan, subjek mendapati ayahnya
sebagai orang yang tidak berguna. Selain selingkuh dengan wanita lain di rumah
145

mereka. Sebaliknya saat ayah subjek reaksi kekebalan tubuh yang lebih baik) dan
yang berangkat ke Korea Selatan, subjek kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi
mendapati ibunya berselingkuh dengan pria (misal, afek negatif yang lebih rendah dan
lain. afek positif yang lebih tinggi). Pennebaker
Salah satu cara yang lazim digunakan (1997) menyebutkan bahwa akibat
untuk mengurangi gejala depresi adalah menulis mengenai topik tertentu, ternyata
dengan teknik terapi kognitif-perilaku. berhubungan dengan perbaikan peringkat
Terapi kognitif-perilaku diarahkan kepada mahasiswa pada bulan setelah penelitian
modifikasi fungsi pikir, merasa, dan dilakukan dan mendapatkan pekerjaan baru
bertindak dengan menekankan peran otak yang lebih cepat pada tingkat senior.
dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, Pennebaker dan Beall (dalam Baikie
berbuat, dan memutuskan sesuatu. Manusia & Wilhelm, 2005; Qonitatin, dkk, 2011)
memilik potensi untuk menyerap pemikiran menyatakan bahwa menulis tentang
yang rasional dan irasional, dimana pengalaman traumatis berhubungan dengan
pemikiran yang irasional akan menyebabkan peningkatan efek psikologis yang positif
munculnya gangguan emosi dan tingkah dan dalam jangka panjang menurunkan
laku. Subjek diharapkan dapat mengubah masalah-masalah kesehatan. Proses katarsis
perilaku negatifnya ke positif dengan yang diperoleh ketika menulis ekspresif
mengubah status pikiran dan perasaan. pengalaman-pengalaman emosional pada
Salah satu intervensi yang dapat seseorang yang mengalami gangguan depresi
diberikan untuk mengurani tingkat depresi akan dapat memberikan keuntungan bagi
adalah terapi menulis. Terapi menulis dirinya untuk menurunkan simtom-simtom
merupakan bagian dari teknik kognitif- yang mengganggu dan meningkatkan
perilaku. Pennebaker (1997) menyatakan kesejahteraan psikologis maupun fisik.
bahwa menulis pengalaman emosional Keuntungan ini terutama dapat diperoleh
atau menulis peristiwa yang penuh tekanan bagi mereka yang memiliki gangguan
(stressful events) telah menjadi kajian depresi dalam tingkat yang ringan.
yang menarik banyak peneliti. Beberapa Ekspresif emosional merupakan
penelitian laboratorium telah mempelajari ekspresi natural dari emosi yang sebenarnya
kegunaan menulis atau berbicara mengenai (Pennebaker, 1997). Penyingkapan emosi
pengalaman emosional. Menghadapi atau merupakan proses yang melibatkan perasaan
berkonfrontasi dengan isu-isu pribadi secara alamiah atau emosi yang sebenarnya dan
mendalam telah mendapat penemuan akan mengubahnya menjadi bahasa oral atau
menghasilkan kesehatan fisik, kesejahteraan tertulis (Smyth & Pennebaker, dalam
subjektif dan tingkah laku adaptif tertentu. Graf, 2004; Qonitatin, dkk, 2011). Proses
Paez dkk (1999; Pennebaker, ini dipercaya untuk mengintegrasi proses
1997) mencatat bahwa menghadapi atau kognitif dan emosional, penyingkapan
berkonfrontasi dengan peristiwa-peristiwa emosional memberikan kesempatan untuk
penuh tekanan dan traumatis yang dilakukan meningkatkan insight, self-reflection,
dalam prosedur menulis dilaporkan dan organisasi perspektif seseorang
menghasilkan tingkat yang lebih tinggi terhadap masalah daripada hanya sekedar
dalam kesehatan fisik (misalnya, lebih mengeluarkan emosi.
sedikit mengunjungi fasilitas kesehatan), Penelitian-penelitian saat ini
fungsi fisiologis yang lebih tinggi (misal, menyimpulkan bahwa keuntungan ekspresi
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 146
dengan Gejala Somatis

emosi tidak dibatasi pada ekspresi emosi bersifat direktif atau evokatif, orientasi
yang vokal, kesehatan fisik dan psikologis insight atau behavioral, pasien dan terapis
dapat diperoleh melalui penulisan harus bekerja bersama untuk mendapatkan
ekspresif tentang pengalaman hidup yang suatu cerita yang koheren yang menjelaskan
signifikan. Graf (2004; Qonitatin, dkk, masalah dan secara langsung maupun tidak
2011) menemukan bahwa hasil bahwa untuk menghasilkan suatu penyembuhan.
subjek pada kelompok written emotional Penyingkapan masalah pribadi mungkin
disclosure memperlihatkan penurunan yang memiliki nilai terapeutik yang menakjubkan
signifikan pada simtom-simtom kecemasan dalam dan pada dirinya sendiri.
dan depresi; sebaik peningkatan fungsi Salah satu bagian dari terapi ekspresif
kehidupan dan kepuasan yang lebih baik adalah terapi menulis yang digunakan
dengan tritmen ketika dibandingkan dengan sebagai media menyembuhan dan
kelompok kontrol. peningkatan kesehatan mental (Malchiodi,
Menulis merupakan suatu bentuk 2007; Fikri, 2012). Secara umum tujuan
ekspresi katarsis dan self-help yang dari terapi menulis diantaranya: (1)
telah dipraktekkan selama bertahun- Meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri
tahun. Menurut Riordan, Benjamin Rush maupun orang lain dalam bentuk tulisan dan
menemukan bahwa proses menulis dapat literatur lain; (2) Meningkatkan kreatifitas,
menurunkan tegangan pada pasiennya ekspresi diri dan harga diri; (3) Memperkuat
dan memberikan informasi yang lebih kemampuan komunikasi dan interpersonal;
banyak tentang masalah mereka. Adanya (4) Mengekspresikan emosi yang berlebihan
penyingkapan emosi yang dialami pada (katarsis) dan menurunkan ketegangan, dan
menulis pengalaman emosional dianggap (5) Meningkatkan kemampuan individu
sebagai faktor yang menghasilkan efek dalam menghadapi masalah dan beradaptasi
teraupetik. Menulis hal-hal yang tidak (Davis, 1990; Fikri, 2012).
sampai melibatkan unsur emosi di dalamnya, Penelitian sebelumnya membuktikan
seperti membuat deskripsi mengenai bahwa menulis pengalaman emosional
kegiatan sehari-hari atau deskripsi suatu mempunyai manfaat yang besar sebagai alat
tempat misalnya, tidak menghasilkan efek terapeutik dalam beberapa permasalahan
yang sama. Mekanisme proses terapeutik klinis. Penelitian yang dilakukan oleh
menulis pengalaman emosional sebenarnya O’Connor, dkk, 2003 dan Fikri, 2012
sama dengan mekanisme terapi-terapi yang membuktikan bahwa terapi menulis mampu
lain (Qonitatin, dkk, 2011). meningkatkan perawatan diri bagi individu
Mekanisme proses terapeutiknya yang mengalami kesedihan mendalam
berpusat pada penyingkapan (disclosure) karena menulis digunakan sebagai media
pengalaman-pengalaman emosional. untuk membuka diri sehingga individu
Pengakuan dan penyingkapan diri merupakan tersebut lebih mampu untuk melakukan
proses dasar yang muncul dalam psikoterapi, rawat diri dengan lebih baik. Penelitian
dan secara alamiah muncul dalam interaksi tentang terapi menulis yang dilakukan oleh
sosial yang dianggap membawa manfaat Baikie dan Wilhelm (2006), Fikri, 2012)
secara psikologis dan bahkan mungkin membuktikan bahwa terapi menulis dinilai
secara fisik dan psikoterapi membutuhkan baik dan bermanfaat oleh para peserta
dalam derajat tertentu penyingkapan diri. karena mampu mengurangi kecemasan dan
(Pennebaker, 1997). Terapi tersebut adalah perbaikan suasana hati.
147

Prinsip dasar terapi menulis spiritual Terapi kognitif-perilaku secara eksplisit


emosional sama dengan terapi menulis menekankan bahwa manusia memiliki
pengalaman ekspresif/emosional. Subjek kemampuan untuk berpikir dan bertindak
diminta untuk menyampaikan bagaimana secara simultan.
perasaanya melalui tulisan dan kemudian Dalam terapi kognitif-perilaku,
merefleksikannya. Terapi menulis spiritual kognitif subjek dimodifikasi dengan dua cara:
emosional melibatkan refleksi pengalaman secara langsung melalui intervensi kognisi
di masa lalu, masa kini, dan masa depan. dan secara tidak langsung melalui intervensi
Sepanjang rentang tersebut, subjek akan perilaku yang tampak. Proses mengubah
diminta untuk menuliskan apa saja hal perilaku kita dengan maksud mengubah
menyenangkan yang telah ia dapatkan dan apa yang kita pikirkan adalah strategi yang
apa saja hal traumatis yang terjadi pada efektif untuk menghemat waktu dalam proses
dirinya. Sisi spiritual digali dengan cara mengubah sikap. Meichenbaum (Spiegler &
merefleksikan hubungan antara pengalaman Guevremont, 2010) menyatakan pendekatan
emosional dan keyakinan subjek terhadap Cognitive Behavior Therapy merupakan
Tuhan yang mengatur segala kehidupannya. pendekatan terapeutik yang memodifikasi
Penanganan kasus depresi yang pikiran, asumsi, dan sikap yang ada pada
dialami oleh subjek ini menggunakan terapi individu. Terapi kognitif perilaku pada
kognitif perilaku (Cognitivr Behavioral dasarnya meyakini bahwa pemikiran
Therapy). Meta analisis dan studi literatur manusia terbentuk melalui proses rangkaian
mengungkapkan bahwa penggunaan Terapi stimulus, kognitif, dan resposn, saling
kognitif-perilaku sebanding dengan dampak berkait dan membentuk semacam jaringan
penggunaan obat-obatan medis dalam dalam otak manusia. Proses kognitif akan
mereduksi gejala depresi. Terapi kognitif- menjadi faktor penentu dalam menjelaskan
perilaku juga efektif digunakan pada subjek bagaimana manusia berpikir, merasa dan
dengan episode depresi dan depresi berulang. bertindak. Teknik self-instructional training,
Pada subjek dengan gangguan depresi tidak yang digunakan untuk melatih individu
khas (atypical depression), efektivitas agar secara efektif dalam beradaptasi dan
Terapi kognitif-perilaku sebanding dengan menyelesaikan masalah dalam situasi sulit.
fungsi monoamine oxydase inhibitor Menurut Spiegler & Guevremont,
(MAOI). MAOI adalah senyawa kimia yang (2010) teknik terapi kognitif perilaku terbagi
menghambat aktivitas enzim monoamine atas intervensi kognitif dan intervensi
oksidase dan lama digunakan sebagai obat perilaku yang tampak. Teknik-teknik yang
antidepressan (O’Hea. et.al, 2008). digunakan adalah penangkapan pemikiran
Adanya pemikiran rasional dan (thought catching) yang mempunyai dasar
irasional yang berkaitan erat menjadikan bahwa hubungan antara pikiran, perasaan,
manusia menjadi tidak sempurna sehingga dan perilaku dapat ditunjukkan dengan
muncul terapi kognitif-perilaku. Pada merekam dan memunculkan pikiran,
intinya terapi kognitif-perilaku berusaha perekaman dan pemunculan pikiran
menolong individu agar dapat menerima sudah dengan sendirinya ikut membantu
dirinya sebagai makhluk yang akan selalu memecahkan ikatan antara pikiran dengan
berbuat kesalahan tetapi pada saat yang perasaan dengan membuat pikiran menjadi
bersamaan juga tumbuh sebagai orang yang nampak kurang realistik. Perekaman dan
bisa belajar hidup damai dengan diri sendiri. pemunculan pikiran, maka terapis dan subjek
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 148
dengan Gejala Somatis

memperoleh data untuk memformulasikan memiliki kecemasan dan depresi. Subjek


hipotesis yang akan dimanfaatkan untuk dan terapis secara bersama-sama merancang
testing realitas. aktivitas harian subjek dalam rentang waktu
Tujuan dari penangkapan pikiran tertentu (misalnya selama dua pekan).
adalah untuk menghilangkan pikiran Rencana aktivitas tersebut menyediakan
maladaptif sebagai penyebab kecemasan ruang bagi subjek untuk melakukan sesuatu
yang dialami subjek. Penangkapan pikiran yang produktif. Pada subjek dengan kasus
dilakukan dengan cara menjelaskan pada depresi, seringkali terjadi hambatan besar
subjek mengenai adanya keterkaitan erat bahkan untuk sekadar melakukan aktivitas
antara pikiran, perasaan, dan perilaku. Subjek sederhana sekalipun. Rencana aktivitas
diminta untuk menangkap pikiran salah ini menjadi struktur yang membantu
yang menguatkan perasaan cemasnya dan subjek untuk aktif terlibat dan beraktivitas
menyebabkan reaksi yang tidak diharapkan. sepanjang hari.
Hal ini dilakukan guna meningkatkan Teknik lain dalam terapi menulis
kesadaran pada subjek terhadap pikirannya yaitu mastery and pleasure rating. Pada
yang salah. subjek depresi, yang dibutuhkan tidak hanya
Teknik yang dugunakan adalah sekadar aktivitas, namun juga perasaan
testing realita. Tujuan dari teknik ini adalah kompeten dan mampu terhadap apa yang
mencari bukti – bukti yang mendukung mereka lakukan. The Mastery and Pleasure
atau menggugurkan asumsi dari pikiran Technique menyediakan ruang bagi subjek
maladaptif subjek. Testing realitas dilakukan untuk merasakan bahwa dirinya mampu
dengan cara mengidentifikasi pikiran atau dan bisa menikmati aktivitas tersebut
pernyataan yang dibuat oleh subjek, bersifat dalam bentuk rating. Subjek memberikan
negatif, atau berhubungan dengan perasaan rating 0-5 pada aktivitas yang mereka
yang mengganggu. Teknik testing realita lakukan. Rating 0 untuk menggambarkan
menuntut subjek untuk bercerita mengenai ketidakmampuan/tidak menikmati aktivitas
keyakinannya secara perlahan dengan dan ratig 5 menggambarkan sangat mampu/
mencari bukti – bukti yang mendukung sangat menikmati aktivitas.
atau menggugurkan pernyataan subjek
yang tidak sesuai dengan keadaan yang Metode Penelitian
sebenarnya. Teknik yang digunakan dalam
pendekatan ini adalah generating alternative Penelitian ini menggunakan rancangan
Interpretations, yaitu teknik intervensi dengan desain A-B follow up (Barlow
kognitif yang merestruktur cara berpikir dan Hersen, 1984; Rosdaniar, 2012).
dengan kalimat negatif menjadi kalimat Desain A-B merupakan desain dasar dari
yang lebih positif/adaptif. Terapis pada penelitian eksperimen tunggal (Sunanto,
awalnya membuat Generating Alternative 2005; Rosdaniar, 2012). Prosedur utama
Interpretations pada kasus kecemasan atau yang ditempuh dalam desain A-B-follow
depresi dan kemudian subjek mengulang up meliputi pengukuran kondisi target
sendiri teknik tersebut. Teknik lainnya yaitu pada fase baseline dan kemudian diberikan
activity schedule. Activity schedule adalah intervensi. Selama fase intervensi, kondisi
rencana/catatan tertulis terkait aktivitas subjek secara berkelanjutan dilakukan
harian yang harus dilakukan oleh subjek. pengukuran dan follow up (Lovaas, 2003;
Teknik ini sangat berguna pada subjek yang Sunanto, 2005; Rosdaniar, 2012).
149

A –B - Follow Up Subjek dalam penelitian ini adalah


seorang wanita lajang berusia 22 tahun
Keterangan: yang mengalami mengalami trauma akibat
A=baseline, B=intervensi/treatment kekerasan fisik dan seksual. Subjek adalah
seorang mahasiswi perguruan tinggi di
Pelaksanaan penelitian terdiri atas Yogyakarta. Skor depresi diukur dengan
fase baseline (A), fase intervensi (B) dan menggunakan Hamilton Depressive Rating
fase follow up (tindak lanjut). Rancangan Scale (HDRS). Pemilihan subjek berdasarkan
penelitian A-B dengan follow up bertujuan kriteria keunikan kasus yang dialaminya.
untuk mengevaluasi apakah perubahan Subjek pernah mengalami kekerasan
perilaku yang terjadi bersifat menetap atau fisik oleh ibunya dan pernah mengalami
hanya sementara (Barlow dan Hersen, 1984; kekerasan seksual saat remaja. Subjek dalam
Rosdaniar, 2012). Hasil baseline, intervensi penelitian ini ditentukan dengan teknik
dan follow up kemudian dibandingkan, purposive sampling, yaitu pemilihan sampel
untuk mengetahui efek pemberian intervensi sesuai dengan yang dikehendaki untuk
berupa terapi menulis spiritual emosional. kasus unik dan sulit mengambil sampel
Intervensi dilakukan dalam tiga sesi. Sesi serta membutuhkan investigasi mendalam.
satu, berupa materi thought catching yang Subjek yang dipilih adalah orang-orang
menuntut subjek untuk mengenali pikiran yang memiliki informasi khusus mengenai
negative yang dimiliki. Sesi kedua berupa kasus yang diteliti (Newman, 2003).
materi testing realita,dalam tahap ini subjek Penelitian ini merupakan penelitian
diminta untuk menuliskan bukti-bukti yang dilakukan dengan pendekatan single
pekiran negative yang dimiliki dan tahap case method. Riset ini menggunakan 1 orang
ke tiga, berupa materi pemberian afirmasi subjek yaitu wanita yang mengalami trauma
dan konteks spiritual. akibat kekerasan fisik dan seksual. Menurut
Kazdin (2010), singel case method adalah
Tabel. 1 Tahapan Intervensi desain penelitian untuk mengetahui efek
No Sesi Materi dari sebuah terapi dengan beberapa subjek
1 Pertama Thought catching, subjek diarahkan dalam satu kelompok atau subjek tunggal.
untuk mengenali pikiran-pikiran Selain subjek penelitian sebagai sumber
negatif yang selama ini muncul.
Di akhir sesi, subjek diminta
data utama, peneliti juga berusaha mencari
untuk menuliskan pengalaman dan informan sebagai sumber data sekunder.
perasaan yang dirasakan setelah Informan adalah orang yang mengetahui
sesi tersebut. atau perneh berhubungan dengan subjek
2 Kedua Testing realita, subjek diberikan dan mengetahui tentang permasalahan yang
lembar kerja untuk menuliskan
apakah benar-benar ada bukti atas
ingin diteliti. Informan harus bersifat netral
pikiran negatif yang dia rasakan. Di atau tidak memiliki kepentingan pribadi
akhir sesi, subjek kembali diminta untuk menjelek-jelekkan orang lain, dan
untuk menuliskan pengalaman dan memilikiinformasi luas terkait masalah
perasaan yang dirasakan setelah
yang diteliti (Bungin, 2002; Rosdaniar,
sesi tersebut berakhir.
3 Ketiga Pemberian afirmasi dan konteks
2012). Data dikumpulkan dengan metode
spiritual terhadap materi tulisan self-report, observasi, dan wawancara.
subjek Data hasil penelitian dianalisis dengan
membandingkan,kondisi pikiran dan
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 150
dengan Gejala Somatis

perilaku subjek antara situasi pra dan pasca memperoleh skor 31 dan masuk kategori
intervensi. sedang menuju berat. Berdasarkan acuan
diagnosis PPDGJ, subjek termasuk kategori
Hasil dan Pembahasan depresi sedang dengan gejala somatis, yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan pengukuran dengan
Hamilton Depressive Rating Scale, subjek

Tabel 2. Pedoman Diagnosis Episode Depresif


Keterangan
Pedoman Diagnostik Kategori Kasus Terpenuhi
Ya Tidak
Afek depresif Klien kerap sedih, murung, dan bersuara √
lirih
Kehilangan minat dan Tidak signifikan, subjek masih sering √
kegembiraan berkumpul dengan teman-teman
dekatnya
Berkurangnya energi yang Mudah lelah saat beraktivitas √
menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya
Konsentrasi dan perhatian Selalu gelisah, susah fokus, dan selalu √
berkurang merasa bersalah. Klien susah fokus saat
kuliah.
Harga diri dan kepercayaan diri Merasa sangat kecewa terhadap diri √
berkurang sendiri dan mantan pacarnya. Klien
menjadi peragu dan sangat sulit
mempercayai orang lain. Tidak berani
memulai hubungan interpersonal baru.
Gagasan tentang rasa bersalah Klien merasa berdosa terhadap √
dan tidak berguna diri sendiri dan orang tua, karena
pengalaman masa lalunya yang pernah
menggugurkan kandungan

Pandangan masa depan yang Ia merasa tidak yakin akan mendapatkan √


suram dan pesimistis pasangan hidup, tidak yakin akan sukses
Gagasan atau perbuatan Pernah memiliki ide bunuh diri dengan √
membahayakan diri atau bunuh cara melompat dari atas jembatan
diri
Tidur terganggu Tidak ada perubahan √
Nafsu makan berkurang Tidak ada perubahan dalam pola makan √
Lamanya seluruh episode Klien mengalami sejak pertengahan √
berlangsung minimum dua November tahun 2013 (Intervensi
minggu. dilakukan Maret 2014)
151

Keterangan
Pedoman Diagnostik Kategori Kasus Terpenuhi
Ya Tidak
Menghadapi kesulitan nyata Hambatan dalam kuliah dan interaksi √
untuk meneruskan kegiatan sosial yang lebih luas
sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga
Gejala somatis - Jantung berdetak lebih cepat √
- Pusing
- Keringat dingin saat beraktivitas √

Subjek mengalami 2 dari 3 gejala utama, 5 gejala lainnya, dan ditambah gejala
somatis. Berdasarkan acuan PPDGJ, subjek mengalami episode depresif sedang dengan
gejala somatis.

Tabel 3 Baseline Pikiran


Minggu II Maret 2014
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Pesimis terhadap Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
masa depan
Pikiran bersalah Ö Ö Ö Ö Ö Ö
dan dipersalahkan
oleh lingkungan
Pikiran bunuh diri Ö
Keyakinan bahwa Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
diri tidak berguna

Berdasarkhasil assessment di dapatkan baseline pikiran pada subjek yaitu adanya


pikiran pesimis terhadap masa depan, rasa bersala dan dipersalahkan oleh lingkungan,
pikiran untuk bunuh diri dan keyakinan diri tidak berguna dalam minggu kedua. Berdasarkan
baseline perilaku, subjek juga mengalami gejala jantung berdebar-debar, berkeringat dingin
dan pusing tanpa sebab fisioligis.

Tabel 3 Baseline Perilaku


Minggu II Maret 2014
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Jantung berdebar Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
kencang saat
bangun tidur
Berkeringat Ö Ö Ö
dingin tanpa sebab
fisiologis
Pusing tanpa sebab Ö Ö Ö Ö
fisiologis
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 152
dengan Gejala Somatis

Sesi I subjek mengatakan SUDnya pada level 5.


Berdasarkan hasil asesmen Terapis memberikan penugasan homework
psikodiagnotik pada sesi sebelumnya, subjek berupa lembar thought catching pada subjek,
cenderung menekan emosi dan pikiran yang agar subjek dapat mengidentifikasi pikiran
muncul. Pada sesi ini, subjek datang dengan dan emosi negatif yang muncul, untuk
dengan tujuan menghilangkan pikiran dan dibahas pada sesi berikutnya.
perasaan negatif yang dirasakan terhadap
dirinya sendiri. Pada awal sesi, intervensi Tabel 4 Thought Catching
dilakukan dengan memberikan pertanyaan PIKIRAN PERASAAN SITUASI
mengenai skala Stimulus Unit Discomfort NEGATIF
(SUD) yang dirasakan oleh subjek Meyakini dirinya Sedih, Ibu
tidak berguna, marah, memarahi
saat berkonflik dengan ibunya. Subjek tidak ada orang kecewa subjek
menjawab pada skala 8 (dari skala 0-10, yang menyayangi
0 tidak menganggu sama sekali, 10 sangat dirinya
menganggu).
Psikoedukasi diberikan mengenai Sesi II
kaitan antara pikiran, perasaan, dan perilaku Sesi kedua dibuka dengan identifikasi
pada subjek. Pada bagian ini terjadi diskusi SUD subjek yang berada pada level 5. Pada
antara terapis dan subjek mengenai pikiran pertemuan ini, subjek diberikan penjelasan
yang dimiliki oleh subjek. Setelah diskusi mengenai teknik cognitive rehearsal yang
intervensi dilanjutkan pada tahap thought berguna untuk mengaktivasi pengalaman
catching. Pada bagian ini, subjek, dengan positif saat melakukan kegiatan, terutama
bantuan terapis diminta untuk menelusuri saat melakukan kegiatan seorang diri. Subjek
pikiran-pikiran negatif yang selama ini ternyata masih merasakan beberapa pikiran
dia rasakan. Terdapat sekitar 6 pikiran dan negatif, sehingga terapis kembali melakukan
perasaan negatif yang dimiliki oleh subjek. proses thought catching dan testing realita.
Terapis meminta 1 pikiran dan perasaan Pada tahap akhir, terapis memberikan teknik
negatif yang paling menganggu untuk stabilisasi safe place untuk menciptakan dan
diselesaikan sebagai prioritas. memberikan keyakinan pada subjek bahwa
Pikiran yang paling menganggu ada tempat aman yang bisa kapan pun dia
tersebut adalah pikiran merasa diperhatikan kunjungi. Pada sesi ini, SUD subjek turun
dan diolok-olok saat lewat di hadapan pada level 3. Terapis meminta subjek untuk
orang banyak. Peneliti masuk pada tahap menuliskan semua pikiran dan perasaannya
testing realita, di mana subjek diminta dalam format tabel khusus, yang akan
untuk menelesuri situasi yang membuatnya dijabarkan di akhir sesi.
berpikir negatif dan pikiran otomatis yang
muncul dalam situasi tersebut. Subjek Sesi III
akhirnya bisa melihat bahwa tidak ada bukti- Pada sesi ketiga, ternyata masih ada
bukti yang menguatkan pikiran otomatis pikiran-pikiran negatif yang muncul pada
negatifnya tersebut. Pada bagian akhir, subjek, sehingga terapis meminta subjek
terapis memberikan teknik stabilisasi point untuk menyampaikan terlebih dahulu
of power yang berguna untuk memberikan apa yang sedang dia rasakan. Subjek
penguatan dan energi positif pada subjek. juga belum mengerjakan tugas cognitive
Setelah semua tahap pada sesi 1 selesai, rehearsal¸karena subjek belum sempat
153

beraktivitas sendiri. Pada waktu satu pekan pada level 4. Subjek sudah melakukan
belakangan, subjek merasa terancam dan homework cognitive rehearsal dan
terganggu dengan seseorang yang ingin merasakan ada kesenangan saat melakukan
tahu tentang dirinya. Oleh karena itu, subjek aktivitas seorang diri. Namn subjek masih
tidak berani beraktivitas sendirian. Terapis mengakui bahwa ada banyak perasaan
membantu subjek untuk mengenali potensi dan pikiran yang dia pendam. Seringkali
positif dirinya dan meminta subjek untuk perasaan dan pikiran tersebut menganggu
melakukan hal tersebut dengan tujuan aktivitasnya. Pada sesi ini, terapis
membangkitkan energi positif yang dia menanyakan kesiapan pada subjek apabila
miliki. Pada akhir sesi, subjek diberikan dilakukan sesi tambahan sebagai proses
homework cognitive rehearsal. proyeksi perasaan dan pikirannya. Subjek
menyatakan bersedia.
Sesi IV
Subjek datang ke sesi 4 dengan SUD

Tabel 5 Isi tulisan Subjek


Tanggal Pokok Tulisan Aspek Emosional Aspek Spiritual
10 April 2014 Entah apa yang aku pikirkan, aku Tidak nyaman - Rasa berdosa
tak pernah merasa tenang dan Lelah - Mengharap
nyaman, seperti ada perasaan petunjuk dari
berdosa terhadap apa yang Tuhan
pernah aku lakukan. Hari-hariku
terasa melelahkan.
Apakah Tuhan masih sayang
padaku? Aku butuh petunjuk
dariNya. Aku takut Tuhan
melupakanku, karena aku juga
sering melupakan Tuhan.
15 April 2014 Banyak tugas kuliah yang harus Rasa lelah Pasrah
aku selesaikan, sayangnya Khawatir Meminta pada
aku merasa terlalu lelah untuk Tuhan
melakukannya. Aku sepertinya
juga harus bekerja untuk
mendapatkan uang jajan. Ibu
tidak pernah lagi memberiku
uang. Kepalaku rasanya pusing
sekali, jantungku juga sering
berdebar kencang. Apa yang
harus aku lakukan.
Mungkin lebih baik aku diam
sejenak, berdoa, dan sholat.
20 April 2014 Setelah beberapa proses terapi, Perasaan lebih Mendekatkan diri
aku merasa lebih baik. Aku mulai baik, positif kepada Tuhan
mendekatkan diri lagi kepada
Tuhan, semoga Tuhan mau
memaafkan semua dosaku dulu.
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 154
dengan Gejala Somatis

Tanggal Pokok Tulisan Aspek Emosional Aspek Spiritual


25 April 2014 Awalnya terasa cukup sulit untuk Emosi positif Bersyukur
memulai ini semua, berubah ke Berbagi
arah yang lebih positif. Seperti kebahagaiaan
berjuang melewati masa kritis
karena takut apa yang keluar
dari mulutku akan ditertawakan.
Tapi semua ini akhirnya menjadi
lebih baik ketika aku terus bisa
mengungkapkan perasaan negatif,
tanpa dicap bersalah.
Alhamdulillah... Semuanya atas
kuasa Tuhan juga. Aku ingin
berbagi perasaan bahagia
ini bersama teman-teman.
Setidaknya, dengan mengingat
Tuhan, aku tidak lagi merasa
sedih dan terlupakan.
30 April 2014 Mungkin saat ini aku sedang Bahagia Syukur,
bahagia. Lebih bisa merasakan Niat bertaubat
energi positif mengalir di dalam
diriku.
Aku senang sekali atas semua
perasaan ini. Aku sekarang bisa
menikmati lagi semua kegiatan
yang dulu pernah aku lakukan.
Mungkin dulu Tuhan pernah
marah dengan sikapku, namun
aku yakin, kalau aku mau
berubah, Tuhan pasti akan
memaafkan semua kesalahanku.

Tabel 6 Kondisi Pikiran Pasca Intervensi


Minggu IV April 2014
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Pesimis terhadap Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
masa depan
Pikiran bersalah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dan dipersalahkan
oleh lingkungan
Pikiran bunuh diri Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Keyakinan bahwa Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
diri tidak berguna
155

Tabel 7 Kondisi Perasaan/Perilaku Pasca Intervensi


Minggu IV April 2014
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Jantung berdebar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kencang saat
bangun tidur
Berkeringat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
dingin tanpa sebab
fisiologis
Pusing tanpa sebab Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
fisiologis

Tabel 6 dan 7 menunjukkan ada dewasa, subjek juga menyimpan kemarahan


perubahan kondisi pikiran dan perilaku dengan figur ibu karena akumulasi perlakuan
subjek dibandingkan dengan situasi sebelum ibu yang tidak menyenangkan terhadap
intervensi. Sebelum intervensi, subjek subjek. Ketiadaan rasa aman sejak kecil
kerap mengalami distorsi pikiran yang membuat subjek mudah curiga dan tidak
membuatnya tidak nyaman dengan diri mudah percaya dengan orang lain. Subjek
sendiri. Subjek masih meneruskan aktivitas menilai orang lain yang mendekatinya hanya
menulis hingga setelah proses intervensi akan mengambil keuntungan dari dirinya.
berakhir. Menurut subjek, tulisan-tulisan Hasil intervensi menunjukkan bahwa
yang dibuatnya sangat membantu untuk pendekatan kognitif-perilaku dengan
memetakan pikiran negatif yang kerap teknik menulis spiritual-emosional efektif
muncul dan mengganggu keyakinan subjek menghilangkan episode depresif sedang
terhadap masa depannya. yang dialami oleh subjek. Hasil pengukuran
Berdasarkan hasil asesmen, tampak dengan menggunakan skala HDRS pasca
bahwa pola kepribadian subjek saat ini (usia intervensi menunjukkan angka 9, yang
dewasa) dipengaruhi oleh pembiasaan dari artinya subjek berada pada level normal.
lingkungan dan faktor genetis keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Smyth
Sejak kecil, ibu mendidik subjek dengan (2008; Fikri, 2012) tentang terapi menulis
memberikan hukuman fisik dan minim afeksi. membuktikan bahwa terapi menulis mampu
Sementara ayah tidak terlalu memperhatikan memperbaiki suasana hati dan pertumbuhan
perkembangan subjek. Kekerasan fisik dan yang positif pasca trauma bagi para PTSD,
verbal yang diterima subjek dari ibunya meskipun efek terapinya tidak mampu
menimbulkan trauma psikologis dan menurunkan tingkat keparahan gejala PTSD.
kebiasaan memendam perasaan. Subjek Pennebaker (1997) juga menjelaskan
tidak terbiasa untuk mengungkapkan bahwa menulis mengenai pengalaman
emosinya kepada orang lain, karena subjek emosional, peristiwa traumatis dan kejadian
belajar bahwa pengungkapan emosi akan menekan yang menyebabkan stres atau
membuat orang lain tidak menyukainya. situasi stressful akan berpengaruh terhadap
Subjek juga tidak mendapatkan kesehatan mental seseorang, kemampuan
kepercayaan dan rasa aman dari figur lekat untuk mengelola dan menurunkan stres,
terdekatnya (ibu). Subjek menjadikan ibu mendapatkan insight atau pemahaman,
sebagai sosok yang ditakuti karena kerap mengurangi keluhan-keluhan fisik,
memberikan hukuman fisik dan verbal. Saat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Spiritual-Emotional Writing Therapy pada Subjek yang Mengalami Episode Depresif Sedang 156
dengan Gejala Somatis

bahkan meningkatkan prestasi akademik diri, bersentuhan dengan diri pribadi dan
dan kinerja pekerjaan. mengenal emosinya dengan lebih baik.
Intervensi pada kasus ini Tulisan, dalam konteks penelitian
menambahkan unsur emosional-spiritual ini, menjadi mediator antara pikiran
dalam setiap tulisan yang dibuat oleh subjek. internal subjek dan kondisi nyata dunia
Unsur spiritual dilekatkan sebagai motivasi yang dihadapinya. Melalui tulisan subjek
kepada subjek bahwa semua masalah yang mampu melihat lebih jernih bagaimana
dihadapi manusia bisa diserahkan kepada bentuk situasi yang selama ini dia hadapi.
Tuhan. Adz-Zakiey (2007) menyatakan Tulisan menjadi semacam bingkai pikiran
bahwa motivasi spiritual muncul sebagai yang menyatukan pikiran dan perasaan
manisfestasi fitrah manusia untuk memenuhi subjek yang selama ini terdisintegrasi. Hal
kebutuhan ruhaninya. Kebutuhan ruhani ini sesuai dengan konsep terapi kognitif-
antara lain berupa keridhaan, kecintaan, dan perilaku yang merekonstruksi cara berpikir
harapan yang dipanjatkan kepada Tuhan. individu dan membiasakan perilaku baru
Inilah motivasi yang ingin peneliti berikan yang lebih adaptif. Setelah pikiran berhasil
kepada subjek. direkonstuksi, subjek memiliki pemahaman
Beberapa penelitian terdahulu yang baru bahwa dia kembali menjadi manusia
terkait dengan terapi menulis pengalaman baru yang lebih bahagia dan Tuhan
emosional diantaranya penelitian Susilowati senantiasa mengampuni dosa hambaNya
(Fikri, 2012) menggunakan terapi menulis yang bertaubat.
pengalaman emosional untuk menurunkan
depresi pada mahasiswa tahun pertama. Simpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi
menulis pengalaman emosional merupakan Kesimpulan yang diperoleh dari
sarana bantu diri yang terbukti efektif penelitian ini adalah terapi menulis yang
menurunkan depresi pada mahasiswa tahun dilekatkan dengan pendekatan kognitif
pertama. Hasil penelitian ini juga terbukti perilaku mampu merekonstruksi pikiran
pada kasus subjek yang mengalami depresi. dan perilaku subjek, sehingga mampu lebih
Penelitian yang serupa juga positif dalam memandang diri dan dunia
dilakukan oleh Siswanto (Fikri, 2012) sekitarnya. Aktivitas menulis dapat menjadi
yang menggunakan terapi menulis media rekonstruksi pikiran dan perasaan,
pengalaman emosional untuk menurunkan sehingga subjek mampu melihat masalah
simptomsimptom depresi pada mahasiswa. yang dihadapinya dengan lebih jernih.
Hasilnya adalah terapi menulis pengalaman Unsur emosional-spiritual memberikan
emosional merupakan mekanisme proses dampak signifikan karena subjek mampu
teraupetik yang berpusat pada proses melihat bahwa Tuhan selalu ada dan tidak
penyingkapan diri. Kaloeti (2007; Fikri 2012) pernah meninggalkannya. Unsur emosional-
juga melakukan penelitian menggunakan spiritual memiliki dampak positif pada
terapi menulis pengalaman emosional kasus depresi karena mampu memberikan
untuk mengelola stres pada penyalahguna harapan, sesuatu yang hilang dalam diri
NAPZA, dan hasil penelitian menunjukkan individu yang mengalami depresi. Saran
bahwa menulis pengalaman emosional dalam penelitian ini ditujukan kepada subjek
dapat menurunkan tingkat distres karena dan peneliti berikutnya. Subjek dalam kasus
membantu individu untuk belajar membuka ini perlu meneruskan perilaku adaptif seperti
157

menulis dan merefleksikan pengalamannya Pearson Education Company.


dalam media tertentu. Saran kedua adalah
Newman, W. L. (2003). Social Research
penelitian ini menggunakan subjek kasus
Methods: Qualitative and Quantitative
tunggal. Oleh karena itu, peneliti berikutnya
Approach (5th Edition). Boston:
diharapkan dapat menggunakan teknik ini
Pearson Education.
pada kasus serupa dalam jumlah responden
yang lebih banyak. O’Hea, E. (2008). The Use of Cognitive
Behavioral Therapy in The Treatment
of Depression for Individual with
Daftar Pustaka
Congestive Heart Failure. Journal of
Adz-Dzakiey, H. B. (2007). Psikologi Springer Science ed 14 pg 13-20.
Kenabian: Menghidupkan Potensi
Pennebaker, J. W. (1997). Writing
dan Kepribadian Kenabian dalam
About Emotional Experiences as
Diri. Yogyakarta: Beranda Publishing.
A Therapeutic Process. Journal of
Davey, G. (2008). Psychopathology: Psychological Science Vol 8 no 3
Research, Assessment, and Treatment 1997.
in Clinical Psychology. United
Qonitatin, N., Widyawati, S., & Asih, G.
Kingdom: Blackwell Publishing
Y. (2011). Pengaruh Katarsis dalam
Dobson, S., & Dozois, J.A. (2008). Risk Menulis Ekspresif sebagai Intervensi
Factors in Depression. Amsterdam: Depresi Ringan pada Mahasiswa.
Sacademic Press Publication. Jurnal Psikologi Undip vol 9 no 1
Fikri, H. T. (2012). Pengaruh Menulis April 2011.
Pengalaman Emosional dalam Terapi Rosdaniar. (2012). Efektivitas Terapi
Ekspresif terhadap Emosi Marah pada Pemaafan dengan Dzikir sebagai
Remaja. Jurnal Humanitas vol IX no Alternatif Terapi untuk Menurunkan
2 Agustus 2012. Tingkat Distres Pada Istri sebagai
Ismail, I. R., & Siste, K. (2013). “Gangguan Korban Perselingkuhan Antara Suami
Depresi”. Dalam Sylvia D. Elvira dan dan Ibu Kandungnya: Sebuah Studi
Gitayanti Hadikusumo (para editor). Kasus. Tesis dari Magister Psikologi
2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Profesi Universitas Islam Indonesia
Kedua. 2013. Jakarta: Badan Penerbit (tidak diterbitkan).
Fakultas Kedokteran Universitas Santrock, J. W. (2002). Perkembangan
Indonesia. Masa Hidup. Terjemahan dari Life
Kaplan, H. I & Sadock, B. (1997). Sinopsis Span Development, alih Bahasa Juda
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Damanik dan Achmad Chusairi, jilid I
Psikiatri Klinis Ed. Ketujuh Jilid I edisi kelima Jakarta: Erlangga.
(penerjemah Widjaja Kusuma). New Spiegler, M. D & Guevremont, D.C. (2010).
York: New York University Medical Contemporary Behavior Therapy Fifth
Center. Edition. USA: Cengage Learning.
Kazdin, A. E. (2010). Research Design
in Clinical: 4thEdition. Boston: A

You might also like