Professional Documents
Culture Documents
Jurnal MTIKominfo
Jurnal MTIKominfo
Jurnal MTIKominfo
net/publication/344379055
Research in Masyarakat Telematika Dan Informasi Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi · September 2020
DOI: 10.17933/mti.v11i1.171
CITATIONS READS
5 4,610
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Rossi Adi Nugroho on 25 September 2020.
Naskah diterima tanggal 07 - 03- 2020, direvisi tanggal 11- 08- 2020 , disetujui tanggal 24 – 08 -2020
Abstract
The application of e-government has been carried out in many countries but the results have varied due to different
levels of e-readiness. In Indonesia there are many failures in implementing e-government because the government does
not know the level of e-readiness and only follows the developing trend. The concept of e-readiness presents due to
many unsucessful e-government implementation remains, especially in developing countries. By assessing e-readiness,
the government can assess its level of readiness, utilize ICTs, evaluate the progress and then can formulate appropriate
policies. This research is carried out using literature review and assessment models that best suits the characteristics of
the research object. The result shows that the framework STOPE + Budget which consists of Strategy, Technology,
Organization, People, Environment and Budget is the most appropriate model to meet government e-readiness. The
STOPE frame is chosen because it is the most approved and acceptable according to user needs. Modification by
adding budget readiness as one of main domains is very important because the main problem in implementing e-
government in developing countries is budget readiness.
Abstrak
Penerapan e-government telah dilakukan di banyak negara namun hasilnya bervariatif karena kondisi tingkat
e-readiness yang berbeda-beda. Di Indonesia banyak kegagalan penerapan e-government karena pemerintah tidak
mengetahui tingkat e-readiness dan hanya mengikuti tren yang berkembang. Konsep e-readiness ini hadir karena masih
banyak kegagalan e-government terutama di negara-negara berkembang. Dengan menilai e-readiness pemerintah dapat
menilai tahap kesiapannya, memanfaatkan peluang TIK dan mengevaluasi penerapan e-government serta dapat
merumuskan kebijakan yang tepat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur dan menilai model-
model penilaian e-readiness yang paling sesuai dengan karakteristik obyek penelitian. Hasilnya dirumuskan model
framework STOPE+Anggaran yang terdiri atas Strategi, Teknologi, Organisasi, People, Environment dan Budget
merupakan model yang paling tepat untuk menilai e-readiness pemerintah. Framewok STOPE dipilih karena
merupakan pendekatan yang paling komprehensif dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Modifikasi dengan menambahkan e-readiness anggaran sebagai domain utama merupakan hal yang sangat penting
karena masalah utama penerapan e-government di negara berkembang adalah kesiapan anggaran.
Kata Kunci : E-readiness, E-government, Strategi, Teknologi, Organisasi, SDM, Lingkungan, Anggaran
DOI: 10.17933/mti.v11i1.171 65
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Januari – Juni 2020) Hal.: 65 - 78
66
Kajian Analisis Model E-Readiness Dalam Rangka Implementasi E-Government
Rossi Adi Nugroho
67
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Januari – Juni 2020) Hal.: 65 - 78
elemen yaitu: ketersediaan sumber daya yang data sangat buruk sehingga infrastruktur
cukup untuk melaksanakan berbagi inisiatif e- pendukung untuk meningkatkan kualitas
government terutama yang berkaitan dengan maupun kuantitas sistem data; Kedua, apakah
sumber daya finansial; ketersediaan infrastruktur legal sudah siap? Disini
infrastruktur teknologi informasi yang diperlukan adanya seperangkat hukum untuk
memadai karena fasilitas ini merupakan 50% menangkal kejahatan digital, serta melindungi
dari kunci keberhasilan penerapan konsep e- privacy, keamanan data dan informasi,
government; ketersediaan sumber daya transaksi digital perorangan, perusahaan dan
manusia yang memiliki kompetensi dan lembaga pemerintah; Ketiga, apakah
keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e- infrastruktur kelembagaan sudah siap? e-
government dapat sesuai dengan asas manfaat government hanya dapat berkembang jika ada
yang diharapkan. Ketiga syarat itu harus institusi yang fokus dan bertindak untuk
terpenuhi untuk mencapai keberhasilan memfasilitasi e-government, di banyak negara
implementasi e-government. tidak ada lembaga yang mendorong,
Ketiga, Value: elemen kedua dan ketiga mengoordinasikan dan memimpin adanya
merupakan dua aspek yang dilihat dari sisi penerapan e-government; Keempat, apakah
pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supply infrastruktur SDM sudah siap? Pemerintah
side). Berbagai inisiatif e-government tidak perlu mengembangkan sikap, pengetahuan dan
akan ada gunanya jika tidak ada pihak yang keterampilan SDM sektor publik dalam
merasa diuntungkan dengan adanya konsep menerapkan e-government. Di banyak negara
tersebut, dan dalam hal ini yang menentukan kesenjangan terkait dengan kompetensi e-
besar tidaknya manfaat dengan adanya e- government masih banyak terjadi kesenjangan
government bukanlah pemerintah itu sendiri dan kekurangsiapan seperti resistansi terhadap
melainkan masyarakat yang berkepentingan perubahan, kurangnya orientasi pada
(demand side). Pemerintah harus benar-benar pelanggan, resistansi terhadap berbagi data,
teliti dalam mengembangkan aplikasi atau dll.; Kelima, apakah infrastruktur teknologi
menyediakan layanan e-government yang sudah siap? Meskipun ada kemajuan besar
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga dalam teknologi informasi dan komunikasi,
dapat memberikan (value) manfaat. Kesalahan namun banyak negara yang masih tertinggal
dalam memenuhi layanan e-government yang dalam penyediaan infrastruktur teknologi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan terutama dalam mendukung e-government;
menjadi bumerang bagi pemerintah itu sendiri Keenam, apakah kepemimpinan dan pemikiran
yang akan mempersulit dalam usaha strategis sudah siap? Perlunya peran pemimpin
pengembangan e-government. dalam mewujudkan visi yang menempatkan e-
Perpaduan ketiga elemen tersebut diatas government ke dalam agenda dan
akan membentuk sebuah pusat syaraf jaringan kebijakannya sehingga hambatan operasional
e-government yang merupakan kunci sukses dapat diminimalisir.
keberhasilan penerapan e-government. Tanpa
memperhatikan ketiga elemen tersebut dalam Peran E-Readiness
penerapan konsep e-government, maka Konsep e-readiness merupakan salah
probabalitas kegagalan implementasi e- satu cara yang digunakan sebagai alat bantu
government tinggi. untuk melakukan evaluasi terhadap
Heeks (2001) mengatakan kesiapan e- implementasi penerapan e-government
government menuju keberhasilan e- maupun sebagai bukti dalam merumuskan
governance (tata kelola pemerintahan berbasis kebijakan yang sesuai dengan tingkat
digital) meliputi 6 (enam) pertanyaan yang kemampuan organisasi maupun kebutuhan
harus dijawab. Pertama, apakah infrastruktur masyarakat. Penilaian e-readiness muncul
sistem data sudah siap? Dibanyak negara sebagai salah satu alat untuk mengukur kinerja
ditemukan bahwa kualitas data dan keamanan utama dalam mengelola sumber daya
68
Kajian Analisis Model E-Readiness Dalam Rangka Implementasi E-Government
Rossi Adi Nugroho
organisasi secara efektif dalam penerapan e- mengidentifikasi peluang yang penting dan
government (Potnis & Pardo, 2011). Hasil relevan dalam pembangunan yang
penilaian e-readiness tidak hanya memanfaatkan TIK; 2) penilaian e-readiness
menunjukkan kesiapan suatu komunitas tapi memungkinkan pemerintah menetapkan,
juga mengidentifikasi penyebab masalah, mengukur dan mencapai tujuan penerapan e-
advokasi akibat perubahan TIK dan government; 3) pengembangan dan penilaian
pengembangan rencana TIK dalam jangka e-readiness sangat penting untuk
panjang (Al-Oasimi, 2006). Penilaian e- mendapatkan hasil yang dapat digunakan
readiness digunakan untuk mengukur seberapa untuk mempercepat tindakan, meningkatkan
siap negara-negara untuk mengambil daya saing global, dan menggunakan sumber
keuntungan dari peluang yang diberikan oleh daya yang terbatas secara lebih bijak; 4)
perkembangan TIK. Selain itu, e-readiness penilaian e-readiness dapat membantu
digunakan sebagai sarana untuk mengetahui pemangku kepentingan membuat keputusan
evolusi kesiapan e-government suatu negara yang sulit dalam menggunakan sumber daya
dari waktu ke waktu (UNDESA, 2008). yang langka dan mengubah kekuatan yang ada
Dengan mengukur e-readiness, menjadi pendapatan baru; 5) penilaian e-
pemerintah dapat mengidentifikasi isu-isu readiness juga dapat mengungkapkan
yang menjadi kendala penerapan e-government hambatan mana yang sepadan dengan investasi
dan dilakukan strategi alternatif yang tepat. waktu dan uang yang harus dikorbankan dan
Hasil penilaian e-readiness dapat membantu mana yang bisa diatasi; 6) penilaian e-
pemerintah mengukur tahap kesiapannya, readiness yang disusun dengan baik akan
mengidentifikasi kesenjangannya dan dapat memetakan posisi suatu negara, wilayah
kemudian mendesain ulang strategi atau daerah dan meningkatkan kekuatan
pemerintahannya masing-masing (Josep, kompetitif dan mempromosikan bidang-bidang
2014). Tingkat e-readiness memiliki peran dimana suatu daerah memiliki keunggulan
penting terhadap kebijakan pada dibandingkan yang lain.
pengembangan e-government di negara Iran E-readiness terdiri atas beberapa
(Keramati, et.al., 2018). Penilaian e-readiness kategori dan indikator penting yang
memberikan informasi untuk pengambilan menggambarkan aspek yang terkait langsung
keputusan sektor swasta dan publik dalam maupun tidak langsung dengan keberhasilan e-
investasi yang tepat dan formulasi kebijakan government. Tingkat kesiapan e-government
yang diperlukan untuk proyek e-government adalah penentu utama kepuasan pengguna,
(Potnis & Pardo, 2011). Kurangnya e- karena layanan yang dihasilkan berbeda
readiness berpengaruh pada kegagalan dengan tingkat kematangan e-government
implementasi e-government (Heeks, 2003). yang berbeda (Lee, et.al., 2008). Dengan
Penilaian e-readiness jika diterapkan melakukan penilaian e-readiness maka
pada sebuah proses evaluasi merupakan dihasilkan informasi kerangka kerja kebijakan
langkah awal menuju perubahan ke arah yang untuk TIK yang tepat dalam konteks e-
lebih baik dalam rangka meningkatkan government (Potnis & Pardo, 2011).
pelayanan publik yang berkualitas dengan
pemanfaatan TIK. Adanya penilaian e- Model-model E-Readiness
readiness untuk melihat sejauh mana e- Berbagai studi tentang model dan alat
government telah sesuai dengan tujuan penilaian untuk menilai e-readiness telah
awalnya serta dijadikan sebagai ukuran banyak dikembangkan. Banyak model
kesiapan sebuah institusi dalam penilaian e-readiness yang ada bervariasi
mengimplementasikan e-government. Mutula dalam hal tujuan, metodologi dan hasil. Hal
and Brakel (2006) mengatakan peran penting tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
e-readiness meliputi: 1) penilaian e-readiness model penilaian yang mencakup semua topik
berguna untuk memahami dan dan memberikan seperangkat data lengkap
69
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Januari – Juni 2020) Hal.: 65 - 78
70
Kajian Analisis Model E-Readiness Dalam Rangka Implementasi E-Government
Rossi Adi Nugroho
71
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Januari – Juni 2020) Hal.: 65 - 78
72
Kajian Analisis Model E-Readiness Dalam Rangka Implementasi E-Government
Rossi Adi Nugroho
2010). Tantangan dan hambatan penerapan e- dengan isu dan fasilitas teknologi yang
government adalah kurangnya partisipasi dan berkembang saat ini. Adapun domain dari
dukungan stakeholder. Aspek mempengaruhi teknologi ini terdiri atas Infrastruktur dasar TI
e-readiness meliputi lingkungan kebijakan (IT Basic Infrastructure), infrastruktur layanan
seperti lingkungan hukum dan peraturan yang TIK (ICT Service Infrastructure), ketersediaan
mempengaruhi sektor TIK dan penggunaan TIK (ICT Provisioning), dan dukungan TIK
TIK (Peter, 2005). (ICT Support).
Framework STOPE dapat digunakan ke Ketiga, domain Organization berkaitan
dalam berbagai organisasi yang berbeda dengan keadaan atau isu terkait regulasi dan
seperti Al-Oasimi (2007) yang meneliti tingkat manajemen teknologi informasi. Domain
kesiapan dengan framework STOPE pada 3 strategi ini meliputi regulasi TIK (ICT
(tiga) bidang organisasi yang berbeda yaitu regulation), integrasi TIK (ICT Cooperation),
pemerintahan, perbankan dan swasta dengan dan manajemen TIK (ICT Management).
menganalisis 5 domain, 17 sub-domain (isu) Keempat, domain People
dan 146 sub-sub-domain (faktor), ditemukan mengintegrasikan faktor-faktor yang berkaitan
bawa organisasi yang diteliti memiliki tingkat dengan keadaan isu terkait dengan penggunaan
e-readiness dengan kekuatan dan kelemahan. dan keterampilan dari sumber daya manusia
Dalam penggunaan framework STOPE terhadap pemanfaatan teknologi informasi.
dapat juga menambahkan dan Domain people ini meliputi kesadaran akan
mengintegrasikan faktor-faktor potensial potensi TIK (ICT Awarness), pendidikan dan
lainnya sesuai dengan karakteristik obyek pelatihan TIK (IT Eduaction and Training),
penelitian (Al-Oasimi, et.al., 2008), dalam. kualifikasi dan pekerjaan TIK (ICT
Framework tersebut juga telah banyak Qualification and Jobs) dan kepuasan dan
dikembangkan dan dipakai untuk performa SDM TIK (ICT Performace dan
mengevaluasi berbagai permasalahan Satisfaction).
penerapan teknologi informasi dan komunikasi Kelima, domain Environment
seperti perencanaan e-government, e-bussines mengintegrasikan faktor-faktor yang
dan manajemen keamanan informasi (Bakry, mempengaruhi pemanfaatan teknologi
2004). Bahkan framework STOPE ini informasi saat ini. Domain environment ini
memiliki pengembangan model analisis meliputi pengetahuan (knowledge), sumber
matematis yang memungkinkan dilakukan daya dan ekonomi (resource and economy),
penilaian e-readiness dan pembandingan dukungan manajemen dan organisasi serta
tingkat pengaruhnya terhadap nilai e-readiness infrastruktur umum.
sekaligus pada 3 (tiga) level yang berbeda
meliputi domain, subdomain dan sub-sub
domain (Al-Oasimi, et.al., 2008). Framework
STOPE terdiri atas 5 (lima) domain (gambar
3).
Pertama, domain Strategy
mengintegrasikan faktor-faktor yang berkaitan
dengan visi, tujuan ke depan, komitmen dan
rencana terhadap pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Domain strategi ini meliputi IT
Leadership (kepemimpinan berorientasi TIK)
dan Future Plans (rencana pengembangan
masa depan).
Kedua, domain Technology
mengintegrasikan faktor-faktor yang berkaitan
73
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Januari – Juni 2020) Hal.: 65 - 78
IT Support
IT Basic Infrastructure perangkat lunak, serta perlindungan
keamanan jaringan/data.
IT e-service Infrastucture
ICT Support Ketersedian dan penggunaan standar
pengelolaan dan pemanfaatan TIK;
PEOPLE telah memiliki dan menggunakan
ORGANIZATION standar/perlindungan keamanan
IT Cooperation
IT Management
IT Education
IT Jobs
Economics
Knowledge
nasional atau internasional, regulasi
General Infrastructure keamanan informasi; regulasi layanan
internet seperti nama domain, dan
otorisasi internet service provider;
Gambar 3. Framework STOPE regulasi layanan G2B seperti tanda
Sumber : Al-Oasimi, et.al., 2008 tangan digital, transaksi keuangan
elektronik atau e-taxation
Adapun gambaran lengkap indikator penilaian ICT Adanya sharing pengetahuan dengan
Cooperation tujuan untuk inovasi seperti kerjasama
STOPE dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini: dengan industri, sektor profesional,
sektor pendidikan dan penelitian
Tabel 1. Indikator e-Readiness Framework ICT Adanya penilaian berkala untuk tujuan
STOPE Management evaluasi, fleksibel dan mudah
beradaptasi, layanan yang dihasilkan
Strategy tepat waktu dan berkualitas,
Subdomain Indikator menggunakan teknik yang modern
ICT Leadership Adanya visi misi e-government, dengan pemanfaatan TIK, biaya
dukungan pemerintah terhadap fasilitas TIK dan akses serta biaya
penerapn e-government, komitmen pemeliharaan sehubungan dengan
dengan adanya government CIO, manfaat yang diperoleh.
kualifikasi dan tanggung jawab manajer People
TIK pemerintahan. ICT Awareness Adanya literasi TIK, dukungan sistem
ICT Future Adanya rencana pengembangan dan pendidikan TIK, dukungan media
Development pemanfaatan TIK (e-government) ICT Education Kualifikasi pendidikan dan keterampilan
meliputi infrastruktur dasar, infrastruktur and Training serta pengalaman pemangku
layanan elektronik, infastruktur kepentingan
pendukung, serta dukungan dan ICT Kesesuaian keterampilan TIK pada
penyediaan TIK; rencana organisasi Qualification pekerjaan, ketersediaan dan kebutuhan
atau kelembagaan e-government yang and Jobs keterampilan TIK, kualifikasi pendidikan
meliputi regulasi e-government, TIK pada jabatan
kerjasama pemanfaatan e-government, Environment
regulasi manajemen atau tata kelola e- Management of Kinerja yang berupa produktivitas.
government ICT Skilled
Technology Knowledge Budaya dan dukungan kualitas sistem
ICT Basic Ketersediaan teknologi dan infrastruktur pendidikan, penelitian dan
Infrastructure dasar meliputi komputer, telepon, pengembangan
ketersediaan internet dan intranet; Resource and Di eliminasi
kualitas atau kinerja meliputi Economy
keterlambatan instalasi, kegagalan,
keterlambatan dan kecepatan
74
Kajian Analisis Model E-Readiness Dalam Rangka Implementasi E-Government
Rossi Adi Nugroho
75
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Januari – Juni 2020) Hal.: 65 - 78
76
Kajian Analisis Model E-Readiness Dalam Rangka Implementasi E-Government
Rossi Adi Nugroho
Issues. Journal of Electronic Commerce in Public Administration Review. vol. 62. no. 4,
Organizations vo.1, no.2,pp. 44-65, pp.424-433, 2002.
Davis, Fred. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Nento, Nugroho dan Selo. 2017. Model e-Readiness
Ease of Use, And User Accepptance untuk Mengukur Tingkat Kesiapan Pemerintah
of Information Technology. MIS dalam penerapan Smart Government studi Kasus
Quarterly 13(3) : 319—339. Pemerintah Provinsi Gorontalo. Seminar
DOI: 10.2307/249008 Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di
Heeks, R. (1999). Reinventing government in the Industri 2017. ITN Malang, 4 Februari 2017.
information age. In Richard Heeks (Ed.), ISSN 2085-4218
Reinventing government in the information age, Pardo, et.al. 2012. E-Government Interoperability :
international practice in IT-enabled public sector Interaction of Policy, Management, Technology
reform (pp. 9-21). London: Routledge. Dimensions. Social science computer review 30
Heeks, R. (2003). Most eGovernment-for-Development (I) 7-23
Projects Fail: How can Risks be Reduced?. Potnis, Devendra Dilip & Pardo, Theresa A. (2010).
eGovernment Working Paper no. 14. Mapping the evolution of e-Readiness
Heeks, Richard. 2001. i-Government Working Paper assessments. The current issue and full text
Series : Understanding e-Governance for archive of this journal is available at
Development. UK : Institute for Development www.emeraldinsight.com/1750-6166.htm
Policy and Management University of Rashed, et.al., 2010. Measuring e-readiness for e-
Manchaster. government in Developing Country :
Indrajit. 2006. Electronic Government. Yogyakarta: Comparative Study. International Arabic
Penerbit Andi Conference of e-Technology IACe-T'2010
Joseph, S. (2014). Development and validation of a March 30-31, 2010 , Kuwait.
framework for e-government readiness Sergey, S. (2004). Russia e-readiness assessment.
measurement. Durban University of Technology, Institute of Information Society, Moscow.
Durban. Sharda, R., & Voß, S. (2008). Digital Government: E-
Keramati, Bahmanesh dan Noori. 2018. Assessing the Government Research, Case Studies, and
impact of readiness factors on e-government Implementation. New York: Springer.
outcomes: An empirical investigation. Sharifi M and Manian A. 2010. The study of the success
Information Development 2018, Vol. 34(3) 222– indicators for pre-implementation activities of
241 Iran’s e-government development projects.
Lee, N.G. 2009. Penerapan e-Government, Seri Modul Government Information Quarterly 27(1): 63–69.
3, Asian and Pacific Training Centre For Hashem, S.. E-Readiness Assesment : Case of Egypt.
Information And Communication Technology InfoDev
For Development, www.unapcict.org. Di akses Scwester, Richard. 2009. ―Examining the Barriers to e-
pada tanggal 29 Oktober 2019. Government Adoption.‖ Electronic Journal of e-
Lee, et.al. 2008. Research note: Toward a reference Government Volume 7 Issue 1 2009, pp. 113 -
process model for citizen-oriented evaluation of 122, avilable online at www.ejeg.com
e-Government services. Transforming Sebastian, M.P. & K.K. Supria. 2013. E-Governance
Government: People, Process and Policy, 2(4), Readiness : Challenges for India. IM Kozhikode
297–310. Society & Management Review 2(1) 31–42 ©
Musa, M.R. (2010). E-Readiness assessment Tool for 2013 Indian Institute.
local Authorities : A Pilot application to Irak. Peers, T.. 2005. E-Readiness in Developing Countries :
American University in Cairo, School of Global Current Status and Prospect towrd the
Affairs and Public Policy. millennium development Goals e-ready for
Mutula, Stpend M dan Brakel, Pieter Van. 2006. An What? Prepared for info Dev. Infodev, Vol.27.
evaluation of e-readiness assessment tools with Tucker, Shin Ping Liu. 2012. Assessing And Modeling
respect to information, access : towards an The Readiness Of Electronic Government.
integrated information rich tolls. jurnal International Journal of Electronic Commerce
International, journal of Information Mangement Studies Vol.3, No.2, pp. 251-270, 2012 doi:
: The Journal for Information Profesioanl, Vol. 10.7903/ijecs.1094.
26 Nomor 3 Juni 2006. Pp 212-223 Vassilakis, et.al. 2005. Barriers to Electronic Service
Mokhawa, N.B. and Kocaoglu, D.F. 2014. Development. e-Service Journal vol.4, No. 1
Determinants of e-Government Readiness : A (Fall 2005), pp. 41-63 (24 pages). Indiana
Literature Review. Proceedings of PICMET’14 : University Press. DOI: 10.2979/esj.2005.4.1.41
Infrastructure and Service Integration. Harvard University, CID. (2019). Readiness for the
Moon, M. Jae. 2002. The evolution of e-government Networked World A Guide for Developing
among municipalities: Rhetoric or reality? Countries.
77
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Januari – Juni 2020) Hal.: 65 - 78
https://cyber.harvard.edu/readinessguide/guide.p
df
ITU. (2009). eGovernment ITU e-Government
Implementation Toolkit. Geneva: International
Telecommunication Union.
Kominfo. 2018. Permen Kominfo Nomor 6 Tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja dan Tata
Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI.
UNDESA, UN Department of Economic and Social
Affairs (2016). Government for Sustainable
Development. publicadministration.un.org.
diakses pada tanggal 30 Agustus 2018.
78
View publication stats