Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

1

JURNAL
PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN GADGET
OLEH REMAJA
(Deskriptif Kualitatif tentang Persepsi Orang Tua terkait Dampak dari
Aktivitas Penggunaan Gadget oleh Pelajar di SMP Negeri 4 Surakarta
dengan Komunikasi Interpersonal di Lingkup Keluarga)

Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret

Oleh:
Fadhila Jehan Mei Erdani
D1216020

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
1

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN GADGET


OLEH REMAJA
(Deskriptif Kualitatif tentang Persepsi Orang Tua terkait Dampak dari
Aktivitas Penggunaan Gadget oleh Pelajar di SMP Negeri 4 Surakarta
dengan Komunikasi Interpersonal di Lingkup Keluarga)

Fadhila Jehan Mei Erdani


Aryanto Budhy Sulihyantoro

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
In this modern era gadget is not only being used by adults, but also by
toddlers, pre-schoolers, elementary students and teenagers. The usage of gadget
by children especially teenagers certainly has both positive and negative effects in
the context of interpersonal communication in the family. The purpose of this
research is to know the perception from parents regarding the usage of gadgets
by children with interpersonal communication in the family sphere. The theory
used is the perception theory put forward by Deddy Mulyana quoted from Dr
Robert A. Baron and Paul B. Paulus, which is an internal process that allows
someone to choose, organize and interpret stimuli from the environment, and that
process influences someone’s behavior. In this case how parents interpret stimuli
from the environment is children's attitudes and behaviors that are seen when
children use gadgets for interpersonal communication that happened in the family
sphere that later raises parents perception. This parents perception based on the
experience by their children. This study also aims to identify the supervision given
by parents regarding the rules, restrictions given to children in using their
gadgets. The research method used is descriptive qualitative. Data collection was
obtained from interviewing 10 parents with different educational backgrounds,
ages and professions from students of grades 7 th.8 th, and 9 th who attended school
in Surakarta State Middle School 4. The results of this research shows that
parents perception about the usage of gadget by children toward interpersonal
communication in the family sphere appears from children's attitudes and
behavior as well as supervision that are given by parents. The supervision is
carried out by parents by giving time limits for children in using their gadgets.
Parents perceptions of being positive or negative regarding the use of gadgets by
children are related to supervision given by parents to children in using their
gadgets.
Keywords: Perception, Interpersonal Communication, The Effect of Gadget
2

Pendahuluan
1
Teknologi komunikasi saat ini seolah menjadi kebutuhan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Wujud dari perkembangan teknologi
komunikasi tersebut adalah munculnya gadget. Menurut Kuncoro (2009) Gadget
adalah sebuah fitur berteknologi tinggi. Gadget juga adalah sebuah piranti atau
instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna dan
umumnya diberikan terhadap sesuatu yang baru setiap masyarakat dari berbagai
latar belakang, usia, status sosial, pekerjaan memiliki gadget.
Dengan kehadiran gadget yang didukung dengan adanya Internet,
membuat masyarakat semakin dimudahkan dalam melakukan aktivitasnya dengan
segala kelebihan/keunggulan yang diberikan. Bukan hanya orang tua saja yang
memanfaatkan kemudahan dan kecanggihan dari kehadiran gadget tersebut,
bahkan anak usia remaja pada masa sekarang ini pun sudah mengenal bahkan
menggunakan gadget diikuti juga dengan mengakses internet. Survey yang
dilakukan oleh Kementerian Informasi dan Unicef tahun 2014 menunjukkan,
persentase pengguna internet yang termasuk kategori usia anak-anak dan remaja
di Indonesia cukup tinggi, yaitu 79,5 persen.
Usia anak-anak dan remaja merupakan usia dimana mereka sudah aktif
menggunakan internet yang otomatis menunjukkan mereka juga aktif dalam
menggunakan gadget. Kemudahan dan kecanggihan yang dihadirkan oleh gadget
tentu memberikan manfaat tersendiri bagi penggunanya. Pengaruh positif dari
penggunaan gadget tersebut pada diri anak diantaranya yaitu dapat meningkatkan
kreatifitas dan kecerdasan anak. Melalui gadget, pengetahuan dan wawasan yang
dimiliki anak juga dapat bertambah. Kemudahan lain yang diberikan oleh gadget
bagi remaja adalah membantu dalam hal pendidikan. Gadget menjadi salah satu
sarana bagi anak dalam proses pembelajaran, proses perkembangan pola fikir.
Namun seperti mata pisau, gadget yang memberikan manfaat tersebut di satu sisi
juga dapat memberikan pengaruh yang buruk apabila penggunaanya tidak secara
bijak.
3

Terlebih dalam hal ini adalah anak-anak khususnya usia remaja yang
mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan mereka. Apabila mereka tidak
diberikan pengertian dan pemahaman maka remaja yang hidup pada zaman
modern saat ini akan mudah terbawa oleh dunia maya dan menganggap tindakan
yang mereka lakukan wajar karena juga didukung oleh lingkungan.
Dilansir dari Kompas, 23 Juli 2018, menyebutkan bahwa penggunaan
gadget yang terhubung ke jaringan internet dapat mengganggu tumbuh kembang
anak serta membuat anak kecanduan dan adiksi gadget. Akibat adiksi (kecanduan)
terhadap gadget tersebut membuat anak berperilaku yang membahayakan ketika
dirinya tidak diperbolehkan menggunakan gadget seperti anak sampai berani
mengancam nyawa orang tuanya dengan menggunakan pisau, atau mencoba
mencekik ibunya, ketika berkomunikasi dengan orang tuanya dengan ucapan yang
kasar. Pada beberapa kasus juga ditemukan perubahan sikap dan perilaku anak
yang berada pada kondisi yang mengkhawatirkan.
Penggunaan gadget oleh anak tersebut secara berkelanjutan tentu juga
memberikan pengaruhnya sendiri dalam hal komunikasi interpersonal yang
terjalin antara anak dengan orang tua dalam lingkup keluarga. Proses komunikasi
interpersonal yang hakikatnya dilakukan secara face to face (tatap muka), dengan
kemunculan gadget, komunikasi interpersonal tersebut tidak jarang dilakukan
melalui chat atau obrolan. Secara tidak langsung penggunaan gadget tersebut
sedikit demi sedikit dapat membuat komunikasi yang terjalin antar anggota
keluarga menjadi tidak lagi intensif apabila penggunaannya secara berlebihan dan
tanpa batas. Dalam lingkup keluarga sering dijumpai satu keluarga ketika sedang
berkumpul bersama anggota keluarga malah asyik dan fokus terhadap gadgetnya
masing-masing.
Fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tersebut menunjukkan
bahwa peran pengawasan dan kontrol dari orang tua sangatlah penting. Apabila
tidak diawasi dengan baik oleh orang tua maka gadget tersebut diibaratkan
menjadi sisi mata pisau yang tajam yang membawa dampak buruk bagi kehidupan
anak-anak terlebih dengan kaitannya terhadap komunikasi interpersonal dalam
lingkup keluarga.
4

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana persepsi orang tua terkait aktivitas penggunaan gadget oleh
pelajar di SMP Negeri 4 Surakarta dengan komunikasi interpersonal di
lingkup keluarga?
2. Bagaimana bentuk pengawasan yang diberikan orang tua kepada anak
dalam menggunakan gadgetnya?
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal
(Deddy Mulyana, 2007 : 81). Komunikasi interpersonal yang dilakukan
merupakan komunikasi dua arah dimana proses komunikasi berlangsung
secara tatap muka. Interaksi yang terjadi dalam komunikasi interpersonal
memberi pengaruh terhadap perubahan pendapat dan pengetahuan yang
membentuk persepsi. Dalam proses komunikasi antarpribadi/interpersonal
terdapat tahapan-tahapan diantaranya adalah kontak (first impression),
perkenalan, pertemuan, decline (puncak), perpecahan.
Menurut Suranto, A.W. (2005 : 7), dalam proses komunikasi
interpersonal terdapat komponen-komponen komunikasi secara integrative
saling berperan sesuai dengan karakteristik komponen itu sendiri.
Komponen-komponen tersebut adalah sumber/komunikator, encoding,
pesan, saluran, penerima/komunikan, decoding, respon, gangguan, dan
konteks komunikasi (dimensi waktu, ruang, dan nilai).
2. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses pemaknaan terhadap suatu pesan.
Dalam proses komunikasi pemaknaan pesan merupakan hal yang penting
5

yang nantinya dapat berpengaruh pada keberhasilan penyampaian dan


penerimaan pesan. Pengertian persepsi menurut Dedy Mulyana (2007 :
179) adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan
proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi adalah inti dari
komunikasi.
a. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui
alat-alat indra (indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra
pengecap, dan indra pendengar), atensi dan interpretasi (Deddy Mulyana,
2007 : 181).
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat
penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Melalui
pengindraan tersebut seseorang mempersepsikan apa yang dilihat,
didengar, dicium, dicicipi, atau disentuh. Atensi merupakan proses yang
tidak dapat terelakkan karena sebelum merespons atau menafsirkan suatu
kejadian atau rangsangan, terlebih dahulu harus diperhatikan kejadian atau
rangsangan tersebut. Selanjutnya adalah interpretasi atas informasi yang
kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita.
b. Sifat-sifat Persepsi
Pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsi,
bukan pada suatu ungkapan ataupun objek. Oleh sebab itu seseorang perlu
memahami intrapribadi dari komunikasi antarpribadi dengan melihat sifat-
sifat dari persepsi. Menurut Marhaeni Fajar (2009 : 160), sifat-sifat
persepsi diantaranya adalah persepsi adalah suatu pengalaman, persepsi
bersifat selektif, persepsi adalah penyimpulan, persepsi tidak akurat, dan
persepsi adalah evaluatif.
c. Kekeliruan atau Kegagalan Persepsi
Deddy Mulyana (2007 : 230) mengungkapkan bentuk kekeliruan
dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan Atribusi
6

2. Efek Halo
3. Stereotip
4. Gegar Budaya (Culture Shock)
3. Remaja
Pengertian remaja menurut Muangman (1980 : 9), remaja adalah suatu
masa dimana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.
Tahap perkembangan remaja terbagi menjadi tiga, yaitu masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Menurut Monks
(2004), tahap perkembangan remaja terbagi menjadi beberapa fase, yaitu
fase remaja awal berusia 12-15 tahun, fase remaja pertengahan berusia 15-
18 tahun, dan fase remaja akhir berusia 18-21 tahun.
4. Gadget
Gadget adalah sebuah teknologi yang berkembang pesat dan memiliki
fungsi khusus. Menurut Widiawati dan Sugiman (2014), gadget
merupakan barang canggih yang diciptakan dengan berbagai aplikasi yang
dapat menyajikan berbagai media berita, jejaring sosial, hobi, bahkan
hiburan. Penggunaan gadget tentu memiliki pengaruh atau dampak
tersendiri bagi penggunanya. Ismail Cawidu (2013 : 39) mengungkapkan
dampak negatif yang ditimbulkan antara lain menjadi korban kejahatan,
candu atau menjadi korban pornografi, diajak memakai narkoba, menjadi
korban penipuan, menjadi korban pelecehan seksual, menjadi korban
penyalahgunaan data, atau mengalami kekerasan psikis dalam dunia maya
(cyberbully).
Metodologi
7

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian


deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk memberikan penggambaran
tentang persepsi orang tua terkait dampak dari aktivitas penggunaan
gadget oleh remaja dengan komunikasi interpersonal di lingkup keluarga.
Disini peneliti ingin melihat bagaimana kaitan penggunaan gadget oleh
remaja dengan komunikasi interpersonal dalam lingkup keluarga,
bagaimana gadget tersebut dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal
dalam lingkup keluarga. Peneliti mencoba menggali informasi dan
menjelaskan bagaimana orang tua mempersepsikan terhadap hal tersebut.
Teknik yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Dalam
purposive sampling ini informan atau subjek yang dijadikan sampel
penelitian adalah orang-orang yang diyakini menguasai dan mengerti
tentang permasalahan yang diteliti sehingga informasi atau data yang
diperlukan dapat terpenuhi dengan baik. Dalam penelitian ini yang
dijadikan informan adalah 10 orang tua siswa/siswi kelas 7, 8 dan 9 di
SMP Negeri 4 Surakarta dengan latar belakang pendidikan dan profesi
yang berbeda-beda guna untuk menciptakan penyebaran informasi yang
merata. Orang tua murid dipilih menjadi sampel karena sesuai dengan
fenomena yang diteliti, orang tua merupakan sumber data yang dapat
dipercaya dalam memberikan informasi yang penting mengenai
penggunaan gadget oleh anak-anak mereka serta orang tua dapat
menjabarkan pengaruh yang diberikan oleh gadget terhadap kaitannya
dengan komunikasi interpersonal anak dengan orang tua dalam lingkup
keluarga. Untuk teknik pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan 10 orang tua murid SMP Negeri 4 sebagai informan.
Sajian dan Analisis Data
1. Persepsi Orang Tua Terkait Dampak dari Aktivitas Penggunaan
Gadget oleh Pelajar di SMP Negeri 4 Surakarta dengan Komunikasi
Interpersonal di Lingkup Keluarga
Penggunaan gadget di kalangan remaja disadari oleh para orang tua
yang menjadi informan bahwa gadget memberikan dampak atau pengaruh
8

tidak hanya pengaruh yang positif tetapi juga pengaruh yang negatif bagi
anak mereka yang masuk ke dalam kategori usia remaja.
a. Persepsi Positif Orang Tua Terkait Penggunaan Gadget oleh
Pelajar di SMP Negeri 4 Surakarta
Beberapa orang tua yang menjadi informan mengatakan
mengenalkan dan memberikan fasilitas gadget kepada anaknya karena
gadget mendatangkan manfaat selain membantu dalam hal berkomunikasi
gadget juga membantu terkait dengan pendidikan, aktivitas sekolah,
belajar, mengerjakan tugas, serta dapat menambah wawasan anak. Seperti
yang diungkapkan oleh informan 4, 6, dan 1.
Pengenalan dan pemberian fasilitas gadget tersebut selain dapat
memudahkan dalam beraktivitas dan membantu pengembangan pola fikir
anak, juga dikarenakan manusia yang tinggal pada zaman modern saat ini
tidak dapat menghindar dari kemunculan gadget sebagai bentuk dari
zaman yang berkembang semakin maju. Para orang tua yang lahir dan
hidup di zaman sebelum bermunculan teknologi merasakan sendiri adanya
perbedaan yang mereka alami ketika mereka hidup di zaman dahulu
sebelum kemunculan teknologi dengan hidup di zaman globalisasi saat ini
yang segala sesuatunya bergantung dengan gadget dimana dengan gadget
semuanya dapat dilakukan dengan mudah dan praktis.
b. Persepsi Negatif Orang Tua Terkait Penggunaan Gadget Oleh
Pelajar di SMP Negeri 4 Surakarta
Orang tua mengetahui betul bahwa gadget yang digunakan oleh
anak mereka memiliki dua sisi yang ketika tidak digunakan dengan bijak
dapat menjadi bumerang bagi perilaku, mental dan pola fikir anak.
Berbagai pengalaman dialami sendiri oleh orang tua sebagai dampak yang
diberikan dari gadget tersebut. Seperti penuturan dari informan 2 yang
kedapatan menemukan aplikasi pornografi yang tidak seharusnya dibuka
oleh usia remaja pada gadget milik anaknya.
Informan 3 sebagai orang tua juga mengalami sendiri pengalaman
buruk sebagai akibat dari penggunaan gadget yang berpengaruh pada
9

anaknya. Berbeda dengan informan 2 yang mendapati anaknya membuka


situs-situs pornografi, pengalaman yang dialami informan 2 adalah akibat
dari penggunaan gadget yang ada, anaknya menjadi kecanduan dengan
aplikasi game online Mobile Legend (ML) yang sedang marak di kalangan
masyarakat sehingga membuat sikap dan perilaku anaknya berubah.
Informan 3 menyadari dan menyaksikan bahwa terlihat oerbedaan sikap
dan perilaku ketika anaknya sedang menggunakan gadget dan sedang tidak
menggunakan. Ketika menggunakan gadget sikap anak menjadi kasar, cara
berbicara dengan nada yang keras dan membentak.
c. Persepsi Orang Tua Terkait Penggunaan Gadget oleh Pelajar di
SMP Negeri 4 Surakarta dengan Komunikasi Interpersonal di
Lingkup Keluarga
Dalam hal ini terlihat bahwa penggunaan gadget memang
memberikan pengaruh bagi pemakainya apabila tidak digunakan dengan
bijak dan bertanggung jawab. Seiring dengan berjalannya waktu, orang tua
melihat adanya perubahan yang terjadi pada anak mereka sebagai akibat
dari penggunaan gadget tersebut. Perubahan tersebut seperti perubahan
gaya hidup, kemandirian, cara berkomunikasi, dan pola perilaku anak.
Penggunaan gadget tersebut disadari atau tidak juga memiliki pengaruh
terhadap perubahan komunikasi interpersonal yang terjadi dalam lingkup
keluarga. Penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari disadari orang
tua secara otomatis memberikan perubahan pada komunikasi interpersonal
yang terjadi antara mereka sebagai orang tua dengan anak mereka dalam
lingkup keluarga. Beberapa orang tua yang menjadi informan mengakui
bahwa dengan kemunculan gadget dan penggunaannya oleh anak apabila
tidak diimbangi dengan pengawasan dapat mengganggu komunikasi
interpersonal dalam lingkup keluarga. Penggunaan gadget oleh anak usia
remaja yang terkena terpaan dari aplikasi atau fitur yang ada pada gadget
tersebut tentu dapat menyebabkan tingkat frekuensi komunikasi
interpersonal (komunikasi tatap muka) dalam lingkup keluarga antara anak
dengan orang tuanya ketika di rumah menjadi berkurang. Beberapa
10

informan merasa setelah mengenal dan menggunakan gadget, anak


terkadang sering memainkan gadgetnya dan lebih asik melakukan aktivitas
pada gadgetnya sehingga tidak menghiraukan panggilan orang tua dan
lebih mengutamakan dan mementingkan aktivitas yang sedang dilakukan
dengan gadgetnya. Pengalaman tersebut seperti yang dialami oleh
informan 1, 2, dan 3 ketika menyaksikan anaknya yang menggunakan
gadget ketika berada di rumah.
Berdasarkan data yang didapat peneliti dari hasil wawancara
dengan informan maka dapat diketahui bahwa masing-masing dari orang
tua memiliki persepsi tersendiri terhadap komunikasi interpersonal dalam
lingkup keluarga. Persepsi sendiri adalah pemaknaan terhadap suatu pesan.
Pengertian lain adalah pengetahuan yang ditangkap oleh panca indera.
Menurut Dedy Mulyana (2007 : 179) yang dikutip dari Robert A.Baron
dan Paul B.Paulus (1991 : 34), persepsi adalah proses internal yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi
perilaku kita. Dalam hal ini orang tua menafsirkan rangsangan dalam hal
ini dapat diartikan berupa sikap dan perilaku anak yang tampak ketika
anak menggunakan gadget. Sikap dan perilaku anak tersebut dapat terlihat
dari cara anak berkomunikasi dan isi pesan yang disampaikan anak ketika
berkomunikasi. Sikap dan perilaku anak dalam menggunakan gadgetnya
tersebut kemudian berkaitan dengan komunikasi interpersonal yang
terjalin dalam lingkup keluarga yang kemudian dari sikap dan perilaku
anak tersebut memunculkan persepsi dari orang tua. Persepsi tersebut
muncul berdasarkan pengalaman yang dialami sendiri oleh orang tua
terhadap anaknya. Dengan menafsirkan, memaknai sikap dan perilaku
anak, maka beberapa orang tua mempersepsikan bahwa penggunaan
gadget oleh anak tanpa pengawasan dari orang tua membuat komunikasi
interpersonal dalam lingkup keluarga yang terjalin antara anak dengan
orang tua menjadi berkurang intensitasnya. Aktivitas penggunaan gadget
oleh remaja yang menghadirkan berbagai macam aplikasi dan sosial media
11

yang dapat diakses dengan mudah memang memberikan rasa ketertarikan


sendiri bagi remaja. Oleh sebab itu tidak heran jika terkadang aktivitas
penggunaan gadget ini membuat anak usia remaja menjadi lupa waktu dan
melewati batas atau dikenal dengan adiksi/ketergantungan/kecanduan.
Kecanduan ini nantinya dapat menyebabkan berkurangnya hubungan
komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua dalam lingkup
keluarga. Berdasarkan penuturan dari informan tersebut maka dapat
dijabarkan bahwa orang tua mempersepsikan adanya perbedaan terhadap
komunikasi interpersonal dalam lingkup keluarga antara anak dengan
orang tuanya akibat aktivitas penggunaan gadget oleh anak usia remaja
dilihat dari situasi yang mereka alami. Munculnya persepsi atau
pemaknaan pesan yaitu ketika anak diberi perintah dan anak memberi
timbal balik atas perintah orang tuanya dengan bersikap membantah
dengan menunjukkan intonasi nada bicara yang tinggi, membentak, dan
dari raut wajah seperti orang marah.
2. Pengawasan Orang Tua dalam Membatasi Penggunaan Gadget Oleh
Anak
Berdasarkan penjelasan orang tua di atas terkait penggunaan
gadget oleh anak maka pengawasan dan pembelajaran dari orang tua
memegang peranan yang sangat penting sebagai bentuk pembentengan
diri, perlindungan serta pencegahan agar anak tidak terjerumus ke dalam
bahaya yang dapat ditimbulkan dari penggunaan gadget. Pengawasan yang
diberikan para orang tua kepada anaknya berupa pemberian batasan waktu
bagi anak untuk menggunakan gadgetnya. Pemberian batasan waktu
berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dikelompokkan ke dalam
beberapa waktu diantaranya ada orang tua yang memberikan batasan
waktu untuk anaknya menggunakan gadget 2-3 jam, 3-4 jam, bahkan ada
orang tua yang tidak memberikan batasan waktu.
Selain memberikan batasan waktu bagi anak dalam menggunakan
gadgetnya, bentuk lain dari pengawasan dan pengontrolan orang tua
kepada anak adalah dengan sebisa mungkin selalu memantau aplikasi-
12

aplikasi yang diakses anak mereka dengan menggunakan gadgetnya serta


aktivitas lain yang dilakukan anak dengan gadgetnya. Hampir setiap orang
tua yang menjadi informan mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah
lupa untuk mengecek gadget dari anak mereka dan melihat aplikasi atau
sosial media apa yang diakses oleh anak mereka.
Selanjutnya belajar dari pengalaman yang pernah dialami orang
tua, orang tua memiliki cara masing-masing sebagai bentuk untuk
menyikapi perilaku anak yang kecanduan menggunakan gadgetnya. Cara
yang dilakukan orang tua agar tidak terulang kejadian yang serupa
bermacam-macam seperti menyibukkan anak dengan mengikutkan anak ke
dalam les-les, dalam kegiatan seminar dengan tujuan agar anak dapat
sejenak melepaskan gadget dan tidak selalu bergantung hingga
menghabiskan waktunya hanya untuk bermain gadget.
Pengawasan lain yang dilakukan orang tua sebagai bentuk
menyikapi resiko yang muncul dari adanya penggunaan gadget yang
berlebihan, beberapa informan mengatakan menyita gadget yang dimiliki
anaknya. Penyitaan gadget anak oleh orang tua selain bentuk pengawasan
dari orang tua juga merupakan salah satu bentuk hukuman bagi anak agar
bisa menjadi pembelajaran kedepannya. Berdasarkan dari hasil wawancara
dengan beberapa informan, ternyata menyita gadget milik anak merupakan
cara yang bisa dikatakan cukup ampuh untuk membuat anak jera, kapok
dan menyesali perbuatannya. Aktivitas penggunaan gadget oleh usia
remaja tanpa batas, yang tidak terikat oleh waktu dalam artian tanpa
adanya pengawasan dari orang tua diakui beberapa orang tua yang menjadi
informan memang memberi pengaruh terhadap komunikasi interpersonal
dalam lingkup keluarga yang membuat intenistasnya menjadi berkurang.
Maka untuk mengatasi hal demikian orang tua juga secara aktif
memfokuskan kegiatan dengan keluarga di rumah tidak lain dengan tujuan
tetap membangun komunikasi interpersonal yang baik dengan anak.
Seperti ketika waktu libur pada hari sabtu dan minggu orang tua
menyempatkan waktu secara khusus untuk berkumpul dengan anak
13

mereka dan tentu di sela-sela waktu kumpul bersama, orang tua berusaha
sebisa mungkin membuat topik pembicaraan dengan anak, memberikan
nasehat-nasehat, dan menceritakan apa saja sehingga anak dapat ikut ke
dalam suasana dan tidak segan untuk menceritakan juga pengalaman-
pengalaman dan kejadian yang dialaminya sebagai bentuk dari timbal
balik pesan yang disampaikan orang tuanya. Atau juga misalnya kegiatan
lainnya yaitu orang tua mengajak anaknya pergi bersama untuk
menghabiskan waktu pada hari libur seperti sabtu dan minggu dengan
syarat saat pergi tidak ada yang menggunakan gadgetnya dan fokus
dengan keluarga satu sama lain. Sehingga dengan demikian, komunikasi
interpersonal dalam lingkup keluarga dapat tetap terjalin.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil sajian data dan analisis data yang sudah dijabarkan pada
bab sebelumnya, maka mengenai persepsi orang tua terkait penggunaan
gadget oleh anak usia remaja dengan komunikasi interpersonal dalam lingkup
keluarga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persepsi orang tua terkait penggunaan gadget oleh anak usia remaja
dengan kaitannya dalam konteks komunikasi interpersonal dalam
lingkup keluarga terdiri dari persepsi positif dan negatif. Persepsi
orang tua terkait penggunaan gadget oleh anak usia remaja dengan
kaitannya dalam konteks komunikasi interpersonal dalam lingkup
keluarga positif ketika diimbangi dengan pengawasan orang tua dan
persepsi orang tua negatif ketika tidak ada pengawasan yang diberikan
orang tua.
2. Pengawasan yang diberikan orang tua beragam bentuknya, diantaranya
pemberian batasan waktu bagi anak dalam menggunakan gadget,
menyita gadget milik anak, mengikutkan anak ke dalam kegiatan-
kegiatan di luar jam sekolah, seperti les, kursus, seminar dan lain
sebagainya.
14

Daftar Pustaka
Cawidu Ismail. (2013). Bijak Bermedia Sosial: Pemanfaatan Media Sosial
Sebagai Sarana Edukasi Publik. Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Kuncoro, Eri dkk. (2009). Life on Blackberry. Yogyakarta: Multikom.
Muangman. (1980). Defenisi Remaja. Jakarta: Penerbit Grafindo.
Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Monks. (2004). Tahap Perkembangan Masa Remaja. Medical Journal New
Jersey.
Suranto. (2005). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Widiawati, I., Sugiman, H., dan Edy. (2014). Pengaruh Penggunaan Gadget
Terhadap Daya Kembang Anak. Jakarta: Universitas Budi Luhur.
http://stmikglobal.ac.id/wpcontent/uploads/2014/05/ARTIKELIIS.pdf.
Diakses pada 8 April 2018.
Egi. (2013). “Kecanduan Gawai Ancam Anak-anak”. Kompas, 23 Juli 2018.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2014). “Riset
Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja dalam
Menggunakan Internet”.
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3834/Siaran+Pers+No.+17-
PIH-KOMINFO-2-
2014+tentang+Riset+Kominfo+dan+UNICEF+Mengenai+Perilaku+Anak+da
n+ Remaja+Dalam+Menggunakan+Internet+0/siaran_pers. (Diakses pada 8
April 2018).

You might also like