Professional Documents
Culture Documents
481 2267 2 PB
481 2267 2 PB
481 2267 2 PB
ABSTRACT
In vitro culture requires suitable media, the addition of BAP as a cytokinin is considered to accelerate the
growth of Cavendish bananas. Constraints of browning in explants are also often found in the growth of banana
explants. The addition of guava extract as an organic antioxidant and BAP is expected to suppress browning
and improve the growth of Cavendish banana explants in vitro. The study was aimed to obtain the best
concentration of guava extract (Psidium guajava) and Benzyl Amino Purine for the growth of Cavendish
banana (Musa acuminata) explants in vitro. This study used a completely randomized design (CRD) with a
factorial pattern of 4 x 3 with 4 replications. Treatment of guava extract added to the media (0 g/l, 1 g/l, 2 g/l, 3
g/l) and BAP (3 ppm, 6 ppm, 9 ppm). The data were analyzed using variance with the F test and continued with
Duncan's Multiple Distance Test with 5% significance level. The results showed that the best result for the
number of shoots were in the treatment of 1 g/l guava extract + BAP 3 ppm. In the number of leaves and high
shoots the best result were in the treatment of 0 g/l guava extract + BAP 6 ppm.
Keywords: Cavendish Banana; Guava Extract; BAP; In Vitro Culture
ABSTRAK
Kultur in vitro membutuhkan media yang sesuai, penambahan BAP sebagai sitokinin dinilai dapat mempercepat
pertumbuhan pisang Cavendish. Kendala adanya browning pada eksplan juga seringkali dijumpai pada
pertumbuhan eksplan pisang. Penambahan ekstrak jambu batu sebagai antioksidan organik dan BAP diharapkan
dapat menekan browning dan memperbaiki pertumbuhan eksplan pisang Cavendish in vitro. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak jambu batu (psidium guajava) dan benzyl Amino Purine yang
terbaik untuk pertumbuhan ekslan pisang pisang Cavendish (Musa acuminata) secara in vitro. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang berpola faktorial 4 x 3 dengan ulangan sebanyak 4 kali.
Perlakuan ekstrak jambu batu yang ditambahkan ke dalam media (0 g/l, 1 g/l, 2 g/l, 3 g/l) dan BAP (3 ppm, 6
ppm, 9 ppm). Data dianalisis menggunakan sidik ragam dengan uji F dan dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan hasil terbaik untuk jumlah tunas terdapat pada
perlakuan ekstrak jambu batu 1 g/l + BAP 3 ppm. Pada jumlah daun dan tinggi tunas hasil terbaik terdapat pada
perlakuan ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 6 ppm. Namun pertumbuhan eksplan yang mengalami browning
paling sedikit diperoleh pada pemberian ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 6 ppm.
Kata kunci: Pisang Cavendish; Ekstrak Jambu Batu; BAP; Kultur In Vitro
Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
88
Buah jambu batu (Psidium guajava L.) adalah: 1) jumlah eksplan browning 2) waktu
mengandung beberapa zat kimia seperti muncul tunas 3) jumlah tunas per eksplan 4)
kuersetin, guajavarin, asam galat, jumlah daun dan 5) tinggi tunas. Data hasil
leukosianidin, dan asam elagat (Sudarsono, pengamatan dianalisis menggunakan ANOVA
2002). Jambu batu juga mengandung vitamin dan diuji lanjut menggunakan uji jarak
C yaitu sebanyak 116 – 190 mg/ 100 g berganda Duncan (DMRT) pada taraf nyata
(Hadisaputra dan Deni, 2012). 5%.
Penambahan ekstrak jambu batu yang
mengandung senyawa bioaktif ke dalam media Pembuatan Ekstrak Buah Jambu Batu
MS diharapkan membantu untuk keberhasilan Pembuatan ekstrak buah jambu batu
metode kultur jaringan dalam menekan menggunakan metode maserasi (Ningsih dkk.,
browning pada eksplan pisang Cavendish. 2015). Buah jambu batu yang digunakan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan adalah buah yang matang, ditandai dengan
konsentrasi ekstrak jambu batu (Psidium kulit buah berwarna kuning kehijauan.
guajava) dan konsentrasi Benzyl Amino Kemudian dilakukan pencucian di air mengalir,
Purine yang terbaik untuk pertumbuhan lalu dipotong atau diiris dan dikeringkan
eksplan pisang Cavendish (Musa acuminata) dengan oven selama 2 hari (sampai daging
in vitro dalam media Murashige dan Skoog jambu kering). Selanjutnya dihaluskan
(MS). menggunakan blender hingga menjadi serbuk
simplisia. Serbuk simplisia daging buah jambu
batu sebanyak 50 g dimaserasi dengan pelarut
METODE ethanol 70% sebanyak 750 ml selama 3 hari,
setiap hari dilakukan pengadukan sebanyak 2
Penelitian ini menggunakan metode
kali. Hasil maserasi disaring dengan kertas
eksperimental dengan rancangan percobaan
saring, filtrat yang diperoleh dipekatkan di atas
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
evaporator rotary dengan suhu 40 C-60 C
(RAL) yang berpola faktorial 4 x 3 dengan 3
sampai diperoleh ekstrak kental, dari ekstrak
ulangan.
kental ini dipakai sesuai konsentrasi masing-
Faktor pertama (faktor J) adalah
masing perlakuan.
konsentrasi ekstrak jambu batu (Psidium
guajava) yang ditambahkan ke dalam media,
Pembuatan Media Murashige dan Skoog
terdiri dari 4 taraf yaitu: 0 g/L, 1 g/L, 2 g/L,
(MS)
dan 3 g/L. Faktor kedua (faktor B) adalah
Pembuatan media dilakukan dengan cara
konsentrasi hormon BAP (Benzyl Amino
memasukkan 30 g/L sukrosa ke dalam
Purine) yang ditambahkan ke dalam media,
erlenmeyer, lalu ditambahkan larutan stok hara
terdiri dari 3 taraf: 0 ppm, 6 ppm, dan 9 ppm.
makro, mikro, stok MYO-Inositol, stok
Percobaan terdiri dari 12 perlakuan dan
vitamin, stok hormon BAP dan ekstrak jambu
diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36
biji sesuai masing-masing perlakuan.
unit (botol) percobaan. Satu ulangan terdapat 2
Kemudian ditambahkan air steril sampai 225
botol. Pada masa inisiasi 1 botol berisi 1
mL. Selanjutnya diukur pH media diatur
eksplan sehingga terdapat 72 eksplan,
dengan kisaran 5,8. Media yang telah
sedangkan pada masa subkultur 1 botol berisi
mendidih dimasukkan ke dalam botol kultur
2 eksplan sehingga terdapat 144 eksplan.
dengan volume masing-masing 25 ml dan
Pengamatan dilakukan pada saat eksplan
diberi label sesuai perlakuan. Setelah itu,
berumur 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu
subkultur (MSS). Parameter yang diamati
Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
90
121 C, tekanan 2 atm selama 15 menit Perlakuan yang paling banyak tumbuh
(Saputri et al., 2015). kalus pada masa subkultur terdapat pada media
j2b2 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 6 ppm),
Penanaman Eksplan menunjukkan bahwa eksplan yang berkalus
Penanaman eksplan pisang dilakukan berjumlah 11 eksplan. Perlakuan yang paling
dengan cara mengupas eksplan pisang yang sedikit tumbuh kalus terdapat pada media j0b1
telah steril menggunakan scalpel. Kemudian (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3 ppm)
eksplan ditanam pada media MS sesuai menunjukkan bahwa eksplan berkalus
masing-masing perlakuan. Selanjutnya, botol berjumlah 4 eksplan. Munculnya kalus pada
kultur ditutuppenutup botol lalu dilapisi suatu eksplan diduga karena adanya aktivitas
dengan plastik wrap. Setelah itu, botol yang auksin endogen yang terdapat secara alami
berisi eksplan diberi label pada masing-masing pada eksplan yang berinteraksi dengan zat
botol sesuai dengan perlakuannya, kemudian pengatur tumbuh sitokinin yang diberikan ke
disimpan di rak kultur di ruang inkubasi. dalam media kultur.
Salah satu indikator adanya pertumbuhan
Subkultur Eksplan munculnya kalus adalah adanya penebalan
Subkultur eksplan dilakukan dengan cara pada jaringan yang mengalami luka. Kalus
memindahkan eksplan hasil inisiasi (berumur muncul diawali dengan pembengkakan pada
4 minggu setelah tanam) ke dalam media yang eksplan. Kalus tumbuh ditandai dengan adanya
baru. Eksplan hasil inisiasi dipotong menjadi 2 gumpalan sel-sel kecil, berwarna putih pada
bagian berukuran panjang 1 cm menggunakan bagian perlukaan (bagian bekas irisan) yang
scalpel di atas cawan petri. Kemudian eksplan kemudian menyebar pada permukaan luar
ditanam pada media MS sesuai masing-masing eksplan. Hal ini sesuai dengan Leon (2001),
perlakuan. Botol kultur berisi eksplan sesuai yang menyatakan bahwa pembentukan kalus
perlakuannya kemudian disimpan di rak kultur dimulai dengan pembengkakan eksplan,
di ruang inkubasi. sehingga teksturnya kasar dan permukaannya
berkilauan jika terkena cahaya. Namun pada
percobaan ini jaringan kalus yang dihasilkan
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak bersifat regeneratif sehingga tidak dapat
menghasilkan tunas.
Jumlah eksplan berkalus Eksplan yang tidak membentuk kalus
Perlakuan yang paling banyak tumbuh mengalami perubahan warna dari hijau
kalus pada masa inisiasi terdapat pada media menjadi coklat, hal ini dapat disebabkan
j1b2 (ekstrak jambu batu 1 g/l + BAP 6 ppm), karena timbulnya senyawa fenolik yang keluar
j2b2 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 6 ppm), dari eksplan tersebut. Peristiwa pencoklatan ini
j2b3 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 9 ppm), merupakan suatu proses perubahan adaptif
j3b1 (ekstrak jambu batu 3 g/l + BAP 3 ppm) bagian tanaman akibat adanya pengaruh
dan j3b2 (ekstrak jambu batu 3 g/l + BAP 6 seperti respon dari bekas perlukaan pada
ppm) menunjukkan bahwa eksplan yang eksplan.
berkalus berjumlah 5 eksplan. Perlakuan yang
paling sedikit tumbuh kalus terdapat pada
media j0b1 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3
ppm), j0b2 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 6
ppm), j0b3 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 9
ppm), j1b1 (ekstrak jambu batu 1 g/l + BAP 3
(a) (b)
ppm) dan j2b1 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP
Gambar 1. Eksplan berkalus (a) perlakuan j1b3
3 ppm) menunjukkan bahwa eksplan yang
masa inisiasi (b) perlakuan j0b1 masa subkultur
berkalus berjumlah 3 eksplan.
91
Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
92
Tabel 1. Perngaruh Perlakuan Ekstrak Jambu dengan pemberian konsentrasi rendah. Hal ini
Batu Dan BAP Terhadap Jumlah Tunas disebabkan karena aktivitas sitokinin yang
Per Eksplan terkait dengan proses pertumbuhan dan
Perlakuan 4 MSS 6 MSS 8 MSS perkembangan dalam siklus sel.
(Ekstrak Jambu Batu)
j0 ( 0 g/l) 1,05 a 1,15 a 1,15 a
j1 (1 g/l) 1,18 a 1,27 a 1,27 a Tinggi Tunas (cm)
j2 (2 g/l) 1,00 a 1,11 a 1,14 a Berdasarkan uji F pada Tabel 2. umur 6
j3 (3 g/l) 1,01 a 1,03 a 1,06 a MSS dan 8 MSS konsentrasi ekstrak jambu
(BAP) batu dan Benzyl Amino Purine memberikan
b1 (3 ppm) 1,10a 1,18a 1,18a pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi
b2 (6 ppm) 1,04a 1,15a 1,17a tunas, dimana pada perlakuan j0b2 (ekstrak
b3 (9 ppm) 1,04a 1,09a 1,12a
jambu batu 0 g/l + BAP 6 ppm) memberikan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
huruf kecil secara vertikal untuk setiap pengaruh baik.
kelompok umur artinya tidak berbeda Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak
nyata menurut Uji jarak berganda Duncan jambu batu dan BAP terbaik pada tinggi tunas
pada taraf nyata 5%. tertinggi subkultur 6 mss dicapai pada
perlakuan j0b2 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP
6 ppm) dengan nilai rata-rata 1,41 cm. Adapun
tinggi tunas tertinggi pada umur 8 MSS
terdapat pada perlakuan j0b2 (ekstrak jambu
batu 0 g/l + BAP 6 ppm) dengan nilai rata-rata
1,52 cm.
(a)
Tabel 2. Pengaruh Ekstrak Jambu Batu Dan
BAP Terhadap Tinggi Tunas
Faktor J Faktor B (BAP)
(Ekstrak b1 b2 b3
Jambu Batu) ( 3 ppm) ( 6 ppm) ( 9 ppm)
6 MSS
(b) (c) j0 ( 0 g/l) 0,71 a 1,41 b 1,06 a
Gambar 3. Jumlah Tunas Per Eksplan A B AB
Perlakuan j1b1 pada Umur (a) 2 MSS (c) 56 j1 (1 g/l) 1,35 b 1,07 ab 0,81 a
B AB A
MSS (b) Tunas Adventif Eksplan Pisang j2 (2 g/l) 0,87 a 0,98 a 0,94 a
Cavendish Perlakuan j3b1. A A A
j3 (3 g/l) 0,93 a 0,91 a 0,74 a
Jumlah tunas terbanyak umur 6 MSS dan A A A
8 MSS terdapat pada perlakuan j1b1 (ekstrak 8 MSS
j0 ( 0 g/l) 0,71 a 1,52 c 1,20 b
jambu batu 1 g/l + BAP 3 ppm) dengan nilai
A B B
rata-rata 1,53. Sedangkan jumlah tunas paling j1 (1 g/l) 1,22 b 1,33 bc 0,83 a
sedikit terdapat pada perlakuan perlakuan j0b1 B B A
(ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3 ppm) j2 (2 g/l) 0,92 a 1,02 ab 0,98 ab
A A A
dengan nilai rata-rata 0,71.
j3 (3 g/l) 0,96 ab 0,95 a 0,76 a
Jumlah tunas yang berbeda-beda diduga A A A
dipengaruhi oleh kemampuan eksplan dalam Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
menyerap unsur hara yang ada di dalam media kapital yang sama secara horizontal dan
MS dan zat pengatur tumbuh yang diberikan. huruf kecil secara vertikal untuk setiap
Reddy dkk, (2014) menyatakan bahwa hormon kelompok umur artinya tidak berbeda
nyata menurut Uji jarak berganda Duncan
pengatur tumbuh seperti sitokinin dapat
pada taraf nyata 5%.
mengatur proses fisiologis tanaman walaupun
93
Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
94
Mahfudza, E., Mukarlina dan R. Linda. 2018. Sulusi, P., Suyanti, dan Setyabudi, D.A. 2008.
Perbanyakan Tunas Pisang Cavendish Teknologi pasca panen dan teknik
(Musa acuminata L.) Secara In Vitro pengolahan buah pisang. Balai Besar
dengan Penambahan Naphthalene Acetic Penelitian dan Pengembangan
Acid (NAA) dan Air Kelapa. Protobiont Pascapanen Pertanian.
(2018) Vol. 7 (1) : 75-79.
Wattimena, G. A., 1987. Zat Pengatur Tumbuh
Maulida. D., L. Erfa dan R. N. Sesanti. 2018. Tanaman. Pusat Antar Universitas
Multiplikasi Mata Tunas Pisang Bioteknologi IPB. Bogor.
‘Cavendish’ In Vitro pada Berbagai
Konsentrasi Benziladenin. Jurnal Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara
Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 17 (3): Memperbanyak Tanaman secara Efisien.
16-21. Agromedia Pusaka. Jakarta.
Munguastosha N., Emerald M., dan Patric N. Zebua, D., S, Rahayu dan H. Saleha. 2015.
2014. Control of Lethal Browning by Induksi Tunas Pisang Barangan (Musa
Using Ascorbic Acid Onshoot Tip acuminata L.) Asal Nias Utara Melalui
Cultures of a Local Musa Spp. (Banana) Kultur Jaringan dengan Pemberian 2,4-D
cv. Mzuzu in Tanzania. African Journal dan Kinetin. Jurnal Biosains 1(2):1-5.
of Biotechnology. 13 (16): 1722-1725. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman:
Ningsih, Zusfahair dan Purwati. 2015. Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya.
Antibacterial Activity Cambodia Leaf Bumi Aksa. Jakarta.
Extract (Plumeria alba) to
Staphylococcus aureus and Identification
of bioactive Compoud Group of
Cambodia Leaf Extract. Molekul. 9(2):
101-109.