481 2267 2 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

1

V ol. 11 No. 1, Bulan Maret Tahun 2023

Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media


Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine
Adam Saepudin, Amir Amilin, Undang Undang, dan Tini Sudartini
Universitas Siliwangi
adamsaepudin@unsil.ac.id

(Received: 12-12-2022; Accepted: 02-25-2023; Published: 03-30-2023)

ABSTRACT
In vitro culture requires suitable media, the addition of BAP as a cytokinin is considered to accelerate the
growth of Cavendish bananas. Constraints of browning in explants are also often found in the growth of banana
explants. The addition of guava extract as an organic antioxidant and BAP is expected to suppress browning
and improve the growth of Cavendish banana explants in vitro. The study was aimed to obtain the best
concentration of guava extract (Psidium guajava) and Benzyl Amino Purine for the growth of Cavendish
banana (Musa acuminata) explants in vitro. This study used a completely randomized design (CRD) with a
factorial pattern of 4 x 3 with 4 replications. Treatment of guava extract added to the media (0 g/l, 1 g/l, 2 g/l, 3
g/l) and BAP (3 ppm, 6 ppm, 9 ppm). The data were analyzed using variance with the F test and continued with
Duncan's Multiple Distance Test with 5% significance level. The results showed that the best result for the
number of shoots were in the treatment of 1 g/l guava extract + BAP 3 ppm. In the number of leaves and high
shoots the best result were in the treatment of 0 g/l guava extract + BAP 6 ppm.
Keywords: Cavendish Banana; Guava Extract; BAP; In Vitro Culture

ABSTRAK
Kultur in vitro membutuhkan media yang sesuai, penambahan BAP sebagai sitokinin dinilai dapat mempercepat
pertumbuhan pisang Cavendish. Kendala adanya browning pada eksplan juga seringkali dijumpai pada
pertumbuhan eksplan pisang. Penambahan ekstrak jambu batu sebagai antioksidan organik dan BAP diharapkan
dapat menekan browning dan memperbaiki pertumbuhan eksplan pisang Cavendish in vitro. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak jambu batu (psidium guajava) dan benzyl Amino Purine yang
terbaik untuk pertumbuhan ekslan pisang pisang Cavendish (Musa acuminata) secara in vitro. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang berpola faktorial 4 x 3 dengan ulangan sebanyak 4 kali.
Perlakuan ekstrak jambu batu yang ditambahkan ke dalam media (0 g/l, 1 g/l, 2 g/l, 3 g/l) dan BAP (3 ppm, 6
ppm, 9 ppm). Data dianalisis menggunakan sidik ragam dengan uji F dan dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan hasil terbaik untuk jumlah tunas terdapat pada
perlakuan ekstrak jambu batu 1 g/l + BAP 3 ppm. Pada jumlah daun dan tinggi tunas hasil terbaik terdapat pada
perlakuan ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 6 ppm. Namun pertumbuhan eksplan yang mengalami browning
paling sedikit diperoleh pada pemberian ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 6 ppm.
Kata kunci: Pisang Cavendish; Ekstrak Jambu Batu; BAP; Kultur In Vitro

Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
88

PENDAHULUAN perbanyakan secara kultur jaringan.


Perbanyakan tanaman secara in vitro dapat
Pisang menjadi komoditi pertanian global meningkatkan ketersedian bibit tanaman dalam
terpenting nomor empat setelah beras, gandum jumlah besar dengan waktu relatif singkat,
dan susu. Indonesia termasuk penghasil pisang tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang
terbesar karena 50% produksi pisang Asia sama dengan induknya serta tidak dipengaruhi
dihasilkan oleh Indonesia. Menurut data Badan oleh musim dan menghasilkan bibit yang sehat
Pusat Statistik Pertanian (2019), pada tahun (Wattimena, 1992; Mahfudza dkk., 2018;
2015 produksi pisang di Indonesia mencapai Yusnita 2003).
7.299.266 ton, produksinya menurun pada Perbanyakan dengan kultur jaringan
tahun 2016 menjadi 7.007.117 ton, disebabkan menjadi pilihan tepat ketika permintaan pasar
serangan penyakit layu daun (Fusarium terhadap suatu tanaman tinggi tetapi
oxysporum). Pada tahun 2017, 2018 dan 2019 pasokannya rendah karena laju
produksi pisang mencapai 7.162.678 ton, perbanyakannya secara konvensional dianggap
7.264.379 ton dan 7.280.658 ton. Permintaan lambat (Yusnita, 2003; Maulida dkk., 2018).
masyarakat terhadap tanaman pisang terus Perbanyakan dengan kultur jaringan dapat
melonjak karena tingginya konsumsi pisang diarahkan pertumbuhannya tergantung pada
oleh masyarakat Indonesia (Zebua dkk, 2015). komposisi media dan zat pengatur tumbuh
Cavendish merupakan jenis pisang yang yang digunakan. Salah satu ZPT golongan
banyak diminati saat ini dan dikehendaki oleh sitokinin yaitu Benzyl Amino Purine (BAP)
pasar internasional, namun berdasarkan berperan dalam induksi pembentukan tunas
informasi dari Kementerian Pertanian (2014), adventif dari eksplan pisang. BAP merupakan
pengembangan kultivar kelompok Cavendish sitokinin yang paling banyak digunakan pada
di Indonesia masih menghadapi kendala kultur jaringan (Zulkarnain, 2009).
serangan penyakit layu Fusarium, kualitas Eksplan pada kultur jaringan seringkali
yang tidak seragam dan jarangnya penggunaan berubah menjadi coklat (browning) sesaat
bibit bermutu juga menjadi penghambat untuk setelah isolasi yang selanjutnya dapat
kegiatan ekspor pisang Indonesia ke negara- menghambat pertumbuhan dan akhirnya
negara lain. menyebabkan kematian jaringan. Pencoklatan
Karakteristik buah pisang Cavendish pada jaringan muda lebih sedikit dibandingkan
memiliki daya tarik dari kulit buah berwarna dengan jaringan yang tua. Beberapa macam
kuning, daging buah berwarna putih tanaman khususnya tanaman tropika
kekuningan, rasa pulen dan manis (Sulusi, et mempunyai kandungan senyawa fenol yang
al., 2013), Pisang Cavendish memiliki tinggi sehingga teroksidasi ketika sel dilukai
kandungan gizi antara lain riboflavin, mangan, atau terjadi senesens (George dan Sherrington,
vitamin A, vitamin B3 (niacin), vitamin B6, 1984; Hutami, 2008). Akibatnya jaringan yang
vitamin C, serat, protein, besi, kalium, folat, diisolasi menjadi coklat dan gagal tumbuh.
dan magnesium. Keunggulan lainnya ialah Pencoklatan jaringan terjadi karena aktivitas
ukuran buah yang besar, dan terdapat tandan enzim oksidase yang mengandung tembaga
10 sisir (Mahfudza, dkk., 2018). seperti polifenol yang dilepaskan atau
Menurut Cahyono (2009), pisang pada disintesis dan tersedia pada kondisi oksidatif
umumnya selalu diperbanyak secara ketika jaringan dilukai (Lerch, 1981; Hutami,
konvensional menggunakan anakan yang 2008).
tumbuh dari bonggolnya, dari satu induk Metode untuk mengatasi permasalahan
pisang hanya memperoleh sekitar 2 sampai 3 pencoklatan telah dilakukan menggunakan
tunas per tahun dan tidak semuanya produktif. arang aktif sebagai adsorban (Abdelwahd et al.,
Usaha yang dapat dilakukan untuk 2008) dan vitamin C sebagai antioksidan (Ko
meningkatkan produksi pisang yaitu dari et al., 2009).
89

Buah jambu batu (Psidium guajava L.) adalah: 1) jumlah eksplan browning 2) waktu
mengandung beberapa zat kimia seperti muncul tunas 3) jumlah tunas per eksplan 4)
kuersetin, guajavarin, asam galat, jumlah daun dan 5) tinggi tunas. Data hasil
leukosianidin, dan asam elagat (Sudarsono, pengamatan dianalisis menggunakan ANOVA
2002). Jambu batu juga mengandung vitamin dan diuji lanjut menggunakan uji jarak
C yaitu sebanyak 116 – 190 mg/ 100 g berganda Duncan (DMRT) pada taraf nyata
(Hadisaputra dan Deni, 2012). 5%.
Penambahan ekstrak jambu batu yang
mengandung senyawa bioaktif ke dalam media Pembuatan Ekstrak Buah Jambu Batu
MS diharapkan membantu untuk keberhasilan Pembuatan ekstrak buah jambu batu
metode kultur jaringan dalam menekan menggunakan metode maserasi (Ningsih dkk.,
browning pada eksplan pisang Cavendish. 2015). Buah jambu batu yang digunakan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan adalah buah yang matang, ditandai dengan
konsentrasi ekstrak jambu batu (Psidium kulit buah berwarna kuning kehijauan.
guajava) dan konsentrasi Benzyl Amino Kemudian dilakukan pencucian di air mengalir,
Purine yang terbaik untuk pertumbuhan lalu dipotong atau diiris dan dikeringkan
eksplan pisang Cavendish (Musa acuminata) dengan oven selama 2 hari (sampai daging
in vitro dalam media Murashige dan Skoog jambu kering). Selanjutnya dihaluskan
(MS). menggunakan blender hingga menjadi serbuk
simplisia. Serbuk simplisia daging buah jambu
batu sebanyak 50 g dimaserasi dengan pelarut
METODE ethanol 70% sebanyak 750 ml selama 3 hari,
setiap hari dilakukan pengadukan sebanyak 2
Penelitian ini menggunakan metode
kali. Hasil maserasi disaring dengan kertas
eksperimental dengan rancangan percobaan
saring, filtrat yang diperoleh dipekatkan di atas
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
evaporator rotary dengan suhu 40 C-60 C
(RAL) yang berpola faktorial 4 x 3 dengan 3
sampai diperoleh ekstrak kental, dari ekstrak
ulangan.
kental ini dipakai sesuai konsentrasi masing-
Faktor pertama (faktor J) adalah
masing perlakuan.
konsentrasi ekstrak jambu batu (Psidium
guajava) yang ditambahkan ke dalam media,
Pembuatan Media Murashige dan Skoog
terdiri dari 4 taraf yaitu: 0 g/L, 1 g/L, 2 g/L,
(MS)
dan 3 g/L. Faktor kedua (faktor B) adalah
Pembuatan media dilakukan dengan cara
konsentrasi hormon BAP (Benzyl Amino
memasukkan 30 g/L sukrosa ke dalam
Purine) yang ditambahkan ke dalam media,
erlenmeyer, lalu ditambahkan larutan stok hara
terdiri dari 3 taraf: 0 ppm, 6 ppm, dan 9 ppm.
makro, mikro, stok MYO-Inositol, stok
Percobaan terdiri dari 12 perlakuan dan
vitamin, stok hormon BAP dan ekstrak jambu
diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36
biji sesuai masing-masing perlakuan.
unit (botol) percobaan. Satu ulangan terdapat 2
Kemudian ditambahkan air steril sampai 225
botol. Pada masa inisiasi 1 botol berisi 1
mL. Selanjutnya diukur pH media diatur
eksplan sehingga terdapat 72 eksplan,
dengan kisaran 5,8. Media yang telah
sedangkan pada masa subkultur 1 botol berisi
mendidih dimasukkan ke dalam botol kultur
2 eksplan sehingga terdapat 144 eksplan.
dengan volume masing-masing 25 ml dan
Pengamatan dilakukan pada saat eksplan
diberi label sesuai perlakuan. Setelah itu,
berumur 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu
subkultur (MSS). Parameter yang diamati

Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
90

121 C, tekanan 2 atm selama 15 menit Perlakuan yang paling banyak tumbuh
(Saputri et al., 2015). kalus pada masa subkultur terdapat pada media
j2b2 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 6 ppm),
Penanaman Eksplan menunjukkan bahwa eksplan yang berkalus
Penanaman eksplan pisang dilakukan berjumlah 11 eksplan. Perlakuan yang paling
dengan cara mengupas eksplan pisang yang sedikit tumbuh kalus terdapat pada media j0b1
telah steril menggunakan scalpel. Kemudian (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3 ppm)
eksplan ditanam pada media MS sesuai menunjukkan bahwa eksplan berkalus
masing-masing perlakuan. Selanjutnya, botol berjumlah 4 eksplan. Munculnya kalus pada
kultur ditutuppenutup botol lalu dilapisi suatu eksplan diduga karena adanya aktivitas
dengan plastik wrap. Setelah itu, botol yang auksin endogen yang terdapat secara alami
berisi eksplan diberi label pada masing-masing pada eksplan yang berinteraksi dengan zat
botol sesuai dengan perlakuannya, kemudian pengatur tumbuh sitokinin yang diberikan ke
disimpan di rak kultur di ruang inkubasi. dalam media kultur.
Salah satu indikator adanya pertumbuhan
Subkultur Eksplan munculnya kalus adalah adanya penebalan
Subkultur eksplan dilakukan dengan cara pada jaringan yang mengalami luka. Kalus
memindahkan eksplan hasil inisiasi (berumur muncul diawali dengan pembengkakan pada
4 minggu setelah tanam) ke dalam media yang eksplan. Kalus tumbuh ditandai dengan adanya
baru. Eksplan hasil inisiasi dipotong menjadi 2 gumpalan sel-sel kecil, berwarna putih pada
bagian berukuran panjang 1 cm menggunakan bagian perlukaan (bagian bekas irisan) yang
scalpel di atas cawan petri. Kemudian eksplan kemudian menyebar pada permukaan luar
ditanam pada media MS sesuai masing-masing eksplan. Hal ini sesuai dengan Leon (2001),
perlakuan. Botol kultur berisi eksplan sesuai yang menyatakan bahwa pembentukan kalus
perlakuannya kemudian disimpan di rak kultur dimulai dengan pembengkakan eksplan,
di ruang inkubasi. sehingga teksturnya kasar dan permukaannya
berkilauan jika terkena cahaya. Namun pada
percobaan ini jaringan kalus yang dihasilkan
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak bersifat regeneratif sehingga tidak dapat
menghasilkan tunas.
Jumlah eksplan berkalus Eksplan yang tidak membentuk kalus
Perlakuan yang paling banyak tumbuh mengalami perubahan warna dari hijau
kalus pada masa inisiasi terdapat pada media menjadi coklat, hal ini dapat disebabkan
j1b2 (ekstrak jambu batu 1 g/l + BAP 6 ppm), karena timbulnya senyawa fenolik yang keluar
j2b2 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 6 ppm), dari eksplan tersebut. Peristiwa pencoklatan ini
j2b3 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP 9 ppm), merupakan suatu proses perubahan adaptif
j3b1 (ekstrak jambu batu 3 g/l + BAP 3 ppm) bagian tanaman akibat adanya pengaruh
dan j3b2 (ekstrak jambu batu 3 g/l + BAP 6 seperti respon dari bekas perlukaan pada
ppm) menunjukkan bahwa eksplan yang eksplan.
berkalus berjumlah 5 eksplan. Perlakuan yang
paling sedikit tumbuh kalus terdapat pada
media j0b1 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3
ppm), j0b2 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 6
ppm), j0b3 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 9
ppm), j1b1 (ekstrak jambu batu 1 g/l + BAP 3
(a) (b)
ppm) dan j2b1 (ekstrak jambu batu 2 g/l + BAP
Gambar 1. Eksplan berkalus (a) perlakuan j1b3
3 ppm) menunjukkan bahwa eksplan yang
masa inisiasi (b) perlakuan j0b1 masa subkultur
berkalus berjumlah 3 eksplan.
91

Jumlah Eksplan Browning Pemberian ekstrak jambu batu dan Benzyl


Amino Purine saling berkaitan satu sama lain.
Perlakuan yang paling banyak mengalami Menurut Lestari, dkk (2018), penambahan
browning pada masa inisiasi terdapat pada antioksidan dan zat pengatur tumbuh sitokinin
media j0b1 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3 dapat membantu pembentukan atau
ppm) dan j1b1 (ekstrak jambu batu 1g/l + BAP pertumbuhan pada eksplan karena
3 ppm) menunjukkan bahwa eksplan yang metabolisme fenol menghambat zat pengatur
browning berjumlah 3 eksplan. Perlakuan yang tumbuh auksin alami pada suatu eksplan.
paling sedikit mengalami browning terdapat Pemberian perlakuan ekstrak jambu batu
pada media j2b2 (ekstrak jambu batu 2 g/l + dapat menurunkan eksplan browning. Eksplan
BAP 6 ppm) menunjukkan bahwa eksplan pisang Cavendish memberikan respon
yang browning berjumlah 0 eksplan. terhadap pemberian ekstrak jambu batu yang
Perlakuan yang paling banyak mengalami mengandung vitamin C (asam askorbat)
browning pada masa subkultur terdapat pada sebagai antioksidan alami. Hasil penelitian
media j0b1 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3 Maguastosha (2014) menunjukkan bahwa
ppm) menunjukkan bahwa eksplan yang eksplan tunas daun Musa spp. dengan
browning berjumlah 8 eksplan. Perlakuan yang perlakuan perendaman asam askorbat
paling sedikit mengalami browning terdapat (antioksidan anorganik) dan hormon BAP
pada media j2b2 (ekstrak jambu batu 2 g/l + dalam media efektif untuk menurunkan
BAP 6 ppm)menunjukkan bahwa eksplan yang persentase browning.
browning berjumlah 0 eksplan.
Hasil penelitian Ozygit (2007),
menunjukkan bahwa terbentuknya senyawa
fenol yang berperan dalam pencoklatan sel
atau browning dipengaruhi oleh struktur
kimianya, spesies tanaman, jaringan tanaman
atau eksplan yang digunakan, proses biologi
(organogensis atau somatik embriogenesis) (a) (b)
Gambar 2. Eksplan browning (a) perlakuan
dan tahap perkembangannya.
j3b3 masa inisiasi (b) perlakuan j1b3 masa
Pada masa subkultur, terjadi penurunan subkultur.
browning pada eksplan. Hal ini diduga karena
pemindahan eksplan ke dalam media baru
dapat mengurangi terjadinya browning. Selain Jumlah Tunas Per Eksplan
adanya penambahan antioksidan yang dapat Berdasarkan uji F pada Tabel 1. umur 4
menghambat aktivitas fenol, penambahan zat MSS, 6 MSS dan 8 MSS (minggu setelah
pengatur tumbuh juga dapat membantu tanam) konsentrasi ekstrak jambu batu dan
menghambat proses browning pada eksplan Benzyl Amino Purine yang ditambahkan
dan mendorong pertumbuhan eksplan. pada media tidak memberikan perbedaan nyata
Pemindahan eksplan ke dalam media terhadap jumlah tunas per eksplan saat masa
baru (subkultur) juga dapat mengurangi subkultur. Jumlah tunas terbanyak umur 4
terjadinya browning. Selain itu penambahan MSS terdapat pada perlakuan j1b1 (ekstrak
zat antioksidan dan zat pengatur tumbuh (ZPT) jambu batu 1 g/l + BAP 3 ppm) dengan nilai
dapat membantu mencegah terjadinya rata-rata 1,49. Sedangkan jumlah tunas paling
browning dan membantu pembentukan tunas sedikit terdapat pada perlakuan perlakuan j0b1
adventif pada eksplan. (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3 ppm)
dengan nilai rata-rata 0,71.

Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
92

Tabel 1. Perngaruh Perlakuan Ekstrak Jambu dengan pemberian konsentrasi rendah. Hal ini
Batu Dan BAP Terhadap Jumlah Tunas disebabkan karena aktivitas sitokinin yang
Per Eksplan terkait dengan proses pertumbuhan dan
Perlakuan 4 MSS 6 MSS 8 MSS perkembangan dalam siklus sel.
(Ekstrak Jambu Batu)
j0 ( 0 g/l) 1,05 a 1,15 a 1,15 a
j1 (1 g/l) 1,18 a 1,27 a 1,27 a Tinggi Tunas (cm)
j2 (2 g/l) 1,00 a 1,11 a 1,14 a Berdasarkan uji F pada Tabel 2. umur 6
j3 (3 g/l) 1,01 a 1,03 a 1,06 a MSS dan 8 MSS konsentrasi ekstrak jambu
(BAP) batu dan Benzyl Amino Purine memberikan
b1 (3 ppm) 1,10a 1,18a 1,18a pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi
b2 (6 ppm) 1,04a 1,15a 1,17a tunas, dimana pada perlakuan j0b2 (ekstrak
b3 (9 ppm) 1,04a 1,09a 1,12a
jambu batu 0 g/l + BAP 6 ppm) memberikan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
huruf kecil secara vertikal untuk setiap pengaruh baik.
kelompok umur artinya tidak berbeda Pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak
nyata menurut Uji jarak berganda Duncan jambu batu dan BAP terbaik pada tinggi tunas
pada taraf nyata 5%. tertinggi subkultur 6 mss dicapai pada
perlakuan j0b2 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP
6 ppm) dengan nilai rata-rata 1,41 cm. Adapun
tinggi tunas tertinggi pada umur 8 MSS
terdapat pada perlakuan j0b2 (ekstrak jambu
batu 0 g/l + BAP 6 ppm) dengan nilai rata-rata
1,52 cm.
(a)
Tabel 2. Pengaruh Ekstrak Jambu Batu Dan
BAP Terhadap Tinggi Tunas
Faktor J Faktor B (BAP)
(Ekstrak b1 b2 b3
Jambu Batu) ( 3 ppm) ( 6 ppm) ( 9 ppm)
6 MSS
(b) (c) j0 ( 0 g/l) 0,71 a 1,41 b 1,06 a
Gambar 3. Jumlah Tunas Per Eksplan A B AB
Perlakuan j1b1 pada Umur (a) 2 MSS (c) 56 j1 (1 g/l) 1,35 b 1,07 ab 0,81 a
B AB A
MSS (b) Tunas Adventif Eksplan Pisang j2 (2 g/l) 0,87 a 0,98 a 0,94 a
Cavendish Perlakuan j3b1. A A A
j3 (3 g/l) 0,93 a 0,91 a 0,74 a
Jumlah tunas terbanyak umur 6 MSS dan A A A
8 MSS terdapat pada perlakuan j1b1 (ekstrak 8 MSS
j0 ( 0 g/l) 0,71 a 1,52 c 1,20 b
jambu batu 1 g/l + BAP 3 ppm) dengan nilai
A B B
rata-rata 1,53. Sedangkan jumlah tunas paling j1 (1 g/l) 1,22 b 1,33 bc 0,83 a
sedikit terdapat pada perlakuan perlakuan j0b1 B B A
(ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 3 ppm) j2 (2 g/l) 0,92 a 1,02 ab 0,98 ab
A A A
dengan nilai rata-rata 0,71.
j3 (3 g/l) 0,96 ab 0,95 a 0,76 a
Jumlah tunas yang berbeda-beda diduga A A A
dipengaruhi oleh kemampuan eksplan dalam Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf
menyerap unsur hara yang ada di dalam media kapital yang sama secara horizontal dan
MS dan zat pengatur tumbuh yang diberikan. huruf kecil secara vertikal untuk setiap
Reddy dkk, (2014) menyatakan bahwa hormon kelompok umur artinya tidak berbeda
nyata menurut Uji jarak berganda Duncan
pengatur tumbuh seperti sitokinin dapat
pada taraf nyata 5%.
mengatur proses fisiologis tanaman walaupun
93

Sedangkan pengaruh interaksi sedikit diperoleh pada pemberian ekstrak


konsentrasi ekstrak jambu batu dan BAP jambu batu 2 g/l + BAP 6 ppm.
terbaik untuk tinggi tunas subkultur 8 minggu
setelah subkultur dihasilkan pada perlakuan
j0b2 (ekstrak jambu batu 0 g/l + BAP 6 ppm) REFERENCES
dengan nilai rata-rata 1,52 cm.
Abdelwahd, R., N. Hakam, M. Labhilili dan
Pertumbuhan tinggi tunas terjadi
S.M. Udupa. 2008. Use of an Adsorbent
disebabkan oleh semakin banyak jumlah tunas and Antioxidants to Reduce the Effects of
yang tumbuh pada eksplan dari setiap Leached Phenolics In Vitro Plantlet
perlakuan mengakibatkan rata-rata tinggi tunas Regeneration of Faba bean. African
menjadi rendah. Hal ini didukung oleh Journal of Biotechnology 7(8): 997-1002.
penelitian Ramesh dan Ramasammy (2014),
bahwa tinggi tanaman diduga dipengaruhi oleh Badan Pusat Statistika Pertanian. 2019. Data
Hortikultura: Kementrian Pertanian.
jumlah tunas yang muncul, sehingga semakin
Tersedia online
sedikit jumlah tunas yang muncul maka tinggi di:http:www.pertanian.go.id/ap_pages/m
tanaman semakin meningkat, dan sebaliknya. od/datahorti.
Hal ini diduga karena energi yang dibutuhkan
untuk pemanjangan tunas digunakan untuk Badan Pusat Statistika Pertanian. 2019.
pembentukan calon tunas lainnya, sehingga Produksi Tanaman Buah-buahan.
Tersediaonline di:
tinggi tunas dapat mengalami penghambatan.
www.bps.go.id/indicator/55/62/1/produks
Menurut Lu (2005), sitokinin akan i-tanaman-buah-buahan.
memacu pembelahan sel dan menghambat
elongasi (perpanjangan), sehingga yang Cahyono B. 2009. Pisang Usaha Tani dan
banyak terbentuk adalah tunas sedangkan Penanganan Pascapanen. Penerbit
elongasi tunasnya dihambat. Kanisius. Yogyakarta.

George, D.E.F dan P. D. Sherrington. 1984.


Plant propagation by tissue culture.
England. Eastern Press.

Hadisaputra dan Denny, L.P. 2012. Super


Foods. Flash Books. Yogyakarata.

(a) (b) Hutami, S. 2008. Ulasan Masalah Pencoklatan


Gambar 4. Tinggi Tunas Ekaplan Perlakuan pada Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen.
4(2): 83-88.
j0b2 Umur (a) 2 MSS (b) 8 MSS.
Ko, W. H., C. L. Chen and C. P. Chao. 2009.
Control of Lethal Browning of Tissue
KESIMPULAN Culture Plantlets of Cavendish Banana cv.
Formosana with Ascorbic Acid.
Perlakuan ekstrak jambu batu 1 g/l + Biomedical and Life Sciences Vol. 96(2):
BAP 3 ppm menghasilkan jumlah tunas 137-141.
tertinggi dibanding perlakuan lainnya . Pada
Leon, J. 2001. Would Signalling in Plants.
jumlah daun dan tinggi tunas hasil terbaik Journal of Experimental Botany. 52(354):
terdapat pada perlakuan ekstrak jambu batu 0 1-9.
g/l + BAP 6 ppm. Namun pertumbuhan
eksplan yang mengalami browning paling Lestari, N.K.D., N.W. Deswiyanti., I.A.
Astarini dan L.M. Arpiwi. 2018.

Saepudin, Adam. et. al. 2023. Kultur In Vitro Pisang Cavendish (Musa acuminata L.) Pada Media Dengan Konsentrasi Berbeda Ekstrak Jambu Batu
Dan Benzyl Amino Purine. Paspalum : Jurnal Ilmiah Pertanian, 11(1):87-94.
doi : http://dx.doi.org/10.35138/paspalum.v11i1.481
94

Pencegahan Browning pada Eksplan In Naine (Musa sp.) Int. J. Advanced


Vitro untuk Perbanyakan Tanaman Lilium Biotech. And Research. 5(1): 36-42.
longiflorum. Prosiding Sintesa. Hal: 353-
316. Saputri, M., M. Rahmawati dan E.
Kesumawati. 2019. Pertumbuhan Tunas
Lu, M. C. 2005. Micropagation of Vitis Pisang Barangan Akibat Pemberian
thunbergii sieb. At Zucc, a medicinal Benzyl Amino Purin dan Arang Aktif
herb, through high-frequency shoot secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
culture. Scie. Hort. 107: 64-69. Pertanian. Vol. 4 No. 1.

Mahfudza, E., Mukarlina dan R. Linda. 2018. Sulusi, P., Suyanti, dan Setyabudi, D.A. 2008.
Perbanyakan Tunas Pisang Cavendish Teknologi pasca panen dan teknik
(Musa acuminata L.) Secara In Vitro pengolahan buah pisang. Balai Besar
dengan Penambahan Naphthalene Acetic Penelitian dan Pengembangan
Acid (NAA) dan Air Kelapa. Protobiont Pascapanen Pertanian.
(2018) Vol. 7 (1) : 75-79.
Wattimena, G. A., 1987. Zat Pengatur Tumbuh
Maulida. D., L. Erfa dan R. N. Sesanti. 2018. Tanaman. Pusat Antar Universitas
Multiplikasi Mata Tunas Pisang Bioteknologi IPB. Bogor.
‘Cavendish’ In Vitro pada Berbagai
Konsentrasi Benziladenin. Jurnal Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara
Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 17 (3): Memperbanyak Tanaman secara Efisien.
16-21. Agromedia Pusaka. Jakarta.

Munguastosha N., Emerald M., dan Patric N. Zebua, D., S, Rahayu dan H. Saleha. 2015.
2014. Control of Lethal Browning by Induksi Tunas Pisang Barangan (Musa
Using Ascorbic Acid Onshoot Tip acuminata L.) Asal Nias Utara Melalui
Cultures of a Local Musa Spp. (Banana) Kultur Jaringan dengan Pemberian 2,4-D
cv. Mzuzu in Tanzania. African Journal dan Kinetin. Jurnal Biosains 1(2):1-5.
of Biotechnology. 13 (16): 1722-1725. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman:
Ningsih, Zusfahair dan Purwati. 2015. Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya.
Antibacterial Activity Cambodia Leaf Bumi Aksa. Jakarta.
Extract (Plumeria alba) to
Staphylococcus aureus and Identification
of bioactive Compoud Group of
Cambodia Leaf Extract. Molekul. 9(2):
101-109.

Ozygit I.I., M.V. Kahraman dan O. Erclan.


2007. Relation Between Explant Age,
Total Phenls and Regeneration
Responsive in Tissue Cultured Cotton
(Gossypium nirsutum L.). African Journal
Biotechnol. 6(1): 003-010.

Ramesh, Y., dan V. Ramassamy. 2014. Effect


of geling agents in in vitro multiplication
of banana var. Poovan. Int, J. Advanced
Bio. Research. 4(3): 308-311.

Reddy, D.R.D., D. Suvarna dan D.M. Rao.


2014. Effect of 6-Benzyl Amino Purine
on In Vitro Shoot Multiplication of Grand

You might also like