Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

TEORI KRITIS MADZHAB FRANKFRUT

Khoirurrizki Romadhon1
UIN Antasari Banjarmasin
Khoirurrizki26@gmail.com

ABSTRACT
The Critical Theory of the Frankfurt School through its emancipatory vision
requires a new paradigm in social science that can liberate humans from the
economic domination of capitalism, various established ideologies, and social order
that is oppressive and unfair. This article aims to: 1) review in detail the variants of
Critical Theory thought developed by the first, second, and third generations of the
Frankfurt School; 2) explain the criticisms of Critical Theory on positivism; 3)
describe the criticisms of Critical Theory on Sociology; and 4) reviewing the
criticisms of Critical Theory on modern society. By using a qualitative approach
and library research design as data mining techniques, this study concludes that: 1)
There are differences of thought among the three generations of the Frankfurt
School. The first generation has built the foundation of Critical Theory towards the
ideas of emancipation while acknowledging the subject-object relation, as well as
agreeing to objectification. Jurgen Habermas as the second generation through his
communicative action theory framework answers the stagnation of the first
generation by emphasizing his Critical Theory on developing the subject's
argumentative capacity. The third generation of thought by Axel Honneth departs
from ethical interests through recognition; 2) Critical Theory criticizes positivism
for preserving the status quo so that it fails to get out of the existing problems and
preserving these problems; 3) Critical Theory criticizes Sociology because it is
considered ideological, neutral, passive, and too focused on methodology, thus
failing to build public awareness to overcome unequal and unfair realities; 4)
Critical theory states that modern society went through cultural repression, where
certain social and cultural obligation was institutionalized by the capitalistic
economy. Those capitalism ethics makes humans view other humans as things or
objects.
Keywords: critical Theory, Frankfrut school

1
Mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa Arab UIN Antasari
ABSTRAK
Teori Kritis Mazhab Frankfurt melalui visi emansipatorisnya menghendaki sebuah
paradigma baru dalam ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan
manusia dari dominasi ekonomi kapitalisme, ragam ideologi mapan, serta tatanan
sosial yang penuh penindasan dan ketidakadilan. Artikel ini bertujuan untuk: 1)
mengulas secara rinci varian pemikiran Teori Kritis yang dikembangkan oleh
generasi pertama, generasi kedua, dan generasi ketiga Mazhab Frankfurt; 2)
menjelaskan kritik-kritik Teori Kritis terhadap positivisme; 3) memaparkan kritik-
kritik Teori Kritis terhadap Sosiologi; serta 4) mengulas kritik-kritik Teori Kritis
terhadap masyarakat modern. Melalui pendekatan kualitatif dengan desain library
research, artikel ini menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan pemikiran
diantara ketiga generasi Mazhab Frankfurt. Generasi pertama telah membangun
fondasi Teori Kritis ke arah emansipatoris dengan tetap mengakui relasi subjek-
objek, sekaligus mengamini objektifikasi dan kemudian mengalami kebuntuan
pemikiran akibat terjebak dengan kritik yang mereka buat sendiri. Jurgen Habermas
sebagai generasi kedua melalui kerangka teori tindakan komunikatifnya menjawab
kebuntuan generasi pertama dengan menitikberatkan Teori Kritisnya pada
pengembangan kapasitas argumentatif subjek. Adapun pemikiran generasi ketiga
oleh Axel Honneth berangkat dari kepentingan etis melalui jalan pengakuan; 2)
Teori Kritis mengkritik positivisme karena melanggengkan status quo, sehingga ia
tidak mampu keluar dari permasalahan yang ada melainkan melanggengkan
permasalahan tersebut; 3) Teori Kritis mengkritik Sosiologi karena dianggap
bersifat ideologis, netral, pasif, dan terlalu fokus pada metodologi, sehingga gagal
dalam membangun kesadaran masyarakat agar dapat mengadakan perubahan
terhadap realitas yang penuh dengan ketimpangan dan ketidakadilan; 4) Teori Kritis
menyatakan bahwa masyarakat modern mengalami represi kultural, yakni suatu
kondisi di mana tuntutan sosial budaya tertentu dilembagakan oleh tatanan ekonomi
kapitalisme. Prinsip kinerja kapitalis tersebut membuat manusia memandang yang
lain sebagai benda (things) atau objek.
Kata kunci: Teori Kritis, Madzhab Frankfrut
I. Pendahuluan
Mazhab Frankfurt merupakan kumpulan beberapa pemikir Jerman yang
mengangap bahwa pemikiran Marx telah didistorsi oleh Engels dan para pemikir
Lenin-Marxis yang diakibatkan oleh kegagalan revolusi kaum pekerja di Eropa
Barat setelah Perang Dunia I dan oleh bangkitnya Nazisme di negara yang secara
ekonomi, teknologi, dan budaya maju yaitu Jerman. Oleh Karena itu, mereka
merasa harus memilih bagian mana dari pemikiran-pemikiran Marx yang dapat
menolong untuk memperjelas kondisi-kondisi yang Marx sendiri tidak pernah
lihat. Pada awalnya pemikiran Marx di jadikan tolak ukur pemikiran sosial aliran
tersebut. Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa aliran Frankfurt merupakan
perwujudan usaha untuk kembali mengkaji pemikiran pemikiran Hegelian Kiri
(Hegelian Leftism), yaitu pemikiran hegel sekitar tahun 1840-an. Sama halnya
dengan generasi awal pencetus teori kritis, seperti Hegel dan Immanuel Kant,
tokoh-tokoh Frankfurt tertarik degan kajian mengenai kajian filsafat dan ilmu-
ilmu non alamiah seperti sociologi , ekonomi, musikologi, psikologi, Ilmu
politik dan lain-lain. Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori
kritik masyarakat. Maksud teori ini adalah membebaskan manusia dari
manipulasi teknokrasi modern. Khas pula apabila teori ini berinspirasi pada
pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa
inspirasi Teori Kritis banyak didialogkan dengan aliran-aliran besar filsafat.

II. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis untuk menggali


informasi tentang Teori Kritis Madzhab Frankfrut. Di bagian awal, penulis
menguraikan latar belakang sejarah hermeneutika secara umum. Setelah itu,
penjelasan lebih lanjut mengenai hermeneutika Gadamer, dengan tujuan melihat
bagaimana kontribusinya terhadap bidang ilmu lainnya.

III. Sejarah dan Perkembangan Teori Kritis Madzhab Frankfrut

Secara historis, teori kritis mazhab Frankfurt (Die Frankfurter Schule)


merujuk pada sekelompok pemikir berhaluan Marxis yang tergabung dalam
kerja-kerja intelektual kritis di Institut Penelitian Sosial (Institut fur
Socialforschung) yang berpusat di Frankfurt, Jerman. Lembaga ini pertama kali
didirikan pada 23 Februari 1923 oleh Felix Jose Weil, anak seorang pedagang
gandum yang kaya raya, dan sekaligus sarjana ilmu politik. Dengan bantuan
finansial ayahnya.2 Latar belakang didirikannya lembaga pendidikan itu adalah
karena terjadinya kemenangan Revolusi Bolhesvick, kegagalan-kegagalan
Revolusi di Eropa Tengah khususnya di Jerman. Peristiwa itu membangkitkan
semangat Intelektual Kiri Jerman untuk melakukan kajian kembali secara serius
teori- teori marxis khususnya yang berkaitan dengan akal budi dan praktik dalam
kondisi-kondisi sosial yang baru. Misalnya, melakukan kajian mengenai cara
bagaimana agar teori marxis dapat terus relevan dan cocok untuk setiap
perkembangan sosial.

Teori kritis adalah anak dari aliran besar filsafat yang terinspirasi dari Marx,
namun ironisnya justru akhirnya menjadi yang paling jauh meninggalkan Marx.3
Pengertian kritis di sini dimaksudkan sebagai aliran yang kritis terhadap ajaran-
ajaran di bidang social dan juga kritis terhadap keadaan masyarakat saat itu, di
mana sangat memerlukan perubahan secara radikal. Kata “kritik” adalah konsep
kunci untuk memahami teori kritis. Kritis juga merupakan suatu program bagi
mazhab Frankfurt untuk merumuskan suatu teori yang bersifat emansipatoris
tentang kebudayaan dan masyarakat modern.

Walaupun pada awalnya menjadikan pemikiran Marx sebagai titik tolak


pemikiran sosialnya. Akan tetapi, seperti yang penulis tulis diatas bahwa
madzhab Frankfurt tetap mengambil semangat dan alur pemikiran filosofis
idealisme Jerman, yang dimulai dari pemikiran kritisisme ideal Immanuel Kant
sampai pada puncak pemikiran kritisisme historis dialektisnya Hegel. Dengan
sangat cerdas, sebagian besar pemikir madzhab Frankfurt berdialog dengan
Marx, Hegel dan Kant.

2
K. Bertens, Sejarah Filsafat Kontemporer Jerman dan Inggris, PT. Gramedia, Jakarta, 2014.
3
Akhyar Yusuf Lubis, Pemikiran Kritis Kontemporer; dari Teori Kritis, Culture Studies, Feminism,
Post-Kolonial hingga Multikulturalisme, (Jakarta: Rajawali Press, 2016).
Lembaga penelitian social Frankfurt (Die Frankfurter Schule) mencapai
suatu periode keemasan ketika Marx Horkheimer menjadi direkturnya pada
tahun 1930. Sejak permulaannya, lembaga penelitian di Frankfurt ini berupaya
untuk mengumpulkan sarjana-sarjana dari berbagai bidang keahlian. Dengan
tujuan supaya persoalan-persoalan yang menyangkut masyarakat dapat
dipelajari dari berbagai bidang ilmiah. Pada masa kepemimpinannya, Marx
Horkheimer sangat mementingkan kerja sama antara para anggota lembaga
penelitian tersebut, sehingga banyak artikel dalam majalahnya dapat dipandang
sebagai buah hasil diskusi bersama.4

Perkembangan Teori Kritis semakin nyata, ketika aliran Frankfurt dipimpin


oleh Max Horkheimer dan mempunyai anggota Friederick Pollock (ahli
Ekonomi), Adorno (musikus, sastrawan dan psikolog), H. Marcuse (murid
Heidegger yang fenomenolog), Erich Fromm (psikoanalis), Karl August
Wittfogel (sinolog), Walter Benjamin (kritikus sastra) dan lainnya. Pada saat itu
,Horkheimer pelan-pelan memasukkan pemikiran psikoanalisa Sigmund Freud
ke dalam pemikiran sosial Teori Kritis meskipun dengan hal ini, pemikiran kritis
menuai kritik tajam sebagai pengkhianatan terhadap marxis orthodox.5

Oleh karena itu mereka mengadopsi dari madzhab-madzhab pemikiran lain


untuk mengisi apa yang dianggap kurang dari Karl Marx. Max Weber, Sigmund
Freud memberikan pengaruh yang besar terhadap aliran ini. Penekanan mereka
terhadap komponen "Teori Kritis" banyak meminjam dari upaya mereka untuk
mengatasi batas-batas dari positivisme materialisme yang kasar, dan
fenomenologi dengan kembali kepada filsafat kritis Kant dan penerus-
penerusnya dalam idealisme Jerman, khususnya filsafat Hegel, dengan
penekanannya pada negasi dan kontradiksi sebagai bagian yang inheren dari
realitas.

4
Luthfiyah, KRITIK MODERNITAS MENUJU PENCERAHAN: PERSPEKTIF TEORI KRITIS MAZHAB
FRANKFURT. Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, Vol:2. No. 1-April 2018.
5
Umar Sholahudin, Membedah Teori Kritis Madzhab Frankfrut: Sejarah, Asumsi, Dan
Kontribusinya Terhadap Perkembangan Teori Sosial, Vol:3 No 2-Oktober 2022.
Sebuah pengaruh penting juga datang dari penerbitan Manuskrip Ekonomi-
Filsafat dan Ideologi Jerman karya Marx tahun 1930-an yang memperlihatkan
kesinambungan dengan Hegelianisme yang mendasari pemikiran-pemikiran
Marx: Marcuse adalah salah satu orang yang pertama mengartikulasikan secara
signifikan teoretis dari teks-teks ini.

Sejarah dan kemunculan teori kritis tak lepas dari dua aspek penting yang
saling terkait. Pertama terkait dengan kondisi lingkungan masyarakat atau
negara di Eropa yang sedang mengalami industrialisasi yang begitu masif dan
kemajuan pesat sejak awal abad ke-19. Modernisasi membawa perubahan besar
dalam tatanan hidup sosial dan aktivitas serta interaksi manusia di segala bidang.
Salah satu bidang yang paling menyolok adalah pada bidang ekonomi. Lahirnya
masyarakat industri baru di Eropa –termasuk di Jerman– yang sangat
kapitalistik, dipenuhi dengan praktek penindasan, dominasi, ketimpangan sosial-
ekonomi yang merebak laiknya penyakit sosial yang semakin mengendemik.
Singkat kata, secara faktual, teori kritis berhadapan dengan situasi sosial yang
ditandai jurang antara negara miskin dan negara kaya, kesadaran mengenai jati
diri kesukuan, kebangsaan, dan kenegaraan secara khusus di Dunia Berkembang
yang baru mendapatkan kemerdekaan, interaksi global, perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pelbagai dampak.6 Teori
kritik dapat disebut sebagai “teori anti-kemapanan”. Teori ini lahir dari ketidak
beresan dalam suatu sistem, atau disebut sebagai structural inquality di dalam
suatu masyarakat, khususnya masyarakat Barat di bawah sistem kapitalisme.
Teori kritis mengkritik status quo dan berbagai bentuk penindasan yang ada
dalam masyarakat. Teori kritis menyediakan perspektif dan alternative kritis
yang bersifat transformative dan emansipatoris. Secara keilmuan, berbeda
dengan pembagian disiplin akademis pada umumnya, teori kritis berusaha
memetakan relasi antara domain realitas sosial yang dipisahkan secara speksifik
(sebagaimana yang ada dalam teori positivisme). Pengkotakan-kotakan atau
kategorisasi-kategorisasi atas realitas seperti itu, dalam pandangan teori kritis

6
Saeng, Valentinus, Herbert Marcuse, PT. Gramedia Jakarta. Hal 63, 2012.
akan mereproduksi pengkotakan seperti halnya ciri khas masyarakat modern
kontemporer.

Kedua pengaruh idialisme filsafat jerman, dimana Idialisme filsafat Jerman


yang sangat dipengaruhi oleh filsafat Immanuael Kant yang terkenal dengan
filsafat kritisisme. Salah satu penganut Neo-Kantinianisme, Herman Cohen,
menulis tiga buku yang dikenal dengan sebutan “Ketiga Kritik”, diantaranya
adalah Kritik atas Rasio Murni, Kritik Atas Rasio Praktis, dan Kritik atas Daya
Pertimbangan, Filsafat Kantian ini begitu mewarnai perkembangan pemikiran
filsafat dan pemikir-pemikir Jerman lainnya diantaranya adalah Edmund
Husserl, Schler, Martin Heidegger, Horkheimer dan Adorno.7. Menurut
Horkheimer, Kant dapat disebut sebagai filsuf kritis yang pertama. Kant lebih
menitikberatkan bagaimana otonomi individu itu dapat dibangun dalam rangka
membentuk pengetahuan. Di sinilah makna kritisisme awal, bahwa pengetahuan
kita tidak ditentukan oleh objek atau realitas, tapi rasio manusia yang
menghasilkan pengetahuan itu.

Selanjutnya dalam konteks filsafat, Mazhab Frankfurt memiliki pokok


pikiran sebagai berikut:8

1. Objek analisis adalah masyarakat masa kini, bukan masyarakat


ketika Karl Marx masih hidup.
2. Filsafat bukan hanya kontemplasi, suatu perenungan mendalam dan
radikal yang jauh dari realitas, atau tidak membumi.
3. Filsafat seharusnya dapat merubah masyarakat, suatu upaya
emansipasi dari belenggu yang muncul sebagai akibat dari
pekerjaannya.
4. Aufklarung menyingkap tabir kegelapan, upaya memberi
pencerahan pada manusia modern akan kemajuan semu masyarakat
industri yang dehumanisasi.

7
K. Bertens, Sejarah Filsafat Kontemporer Jerman dan Inggris, PT. Gramedia, Jakarta, 2014.
8
George Friedman, The Political Philosophy of Frankfurt School (London: Cornel Univercity Press,
1981).
Menolak perubahan dengan cara yang revolusioner, karena hal itu justru
akan memunculkan dehumanisasi.

IV. Fase fase Perkembangan Madzhab Frankfrut

Untuk memahami gagasan teori kritis Aliran Frankfurt kita perlu memahami
perkembangan aliran itu. Ada beberapa fase penting perkembangan aliran
tersebut. Pertama, fase pembentukan aliran, yaitu sekitar tahun 1923-1933
ketika penelitian-penelitian pertama dilakukan di lembaga penelitian Frankfurt.
Direktur pertama lembaga itu adalah Carl Grunberg, seorang ahli ekonomi,
sejarahwan sosial. Grunberg berhasil mengarahkan kajian-kajian teoritis Aliran
Frankfurt lebih berorintasi empiris. Dan menekankan pentingnya pendekatan
ekonomi maupun dalam mengkaji fenomena-fenomena sosial.

Fase kedua, fase pengungsian anggota Aliran Frankfurt ke Amerika Utara


pada tahun 1933-1950. Dimasa pengungsian ini, gagasan-gagasan teori kritis
Neo Hegelian mulai dijadikan dasar pemikiran kegiatan berbagai lembaga
Frankfurt. Horkhemeir menjadi direktur pada fase ini. Dialah yang melakukan
reorientasi teoritis dan pendekatan yang kemudian menjadikan kajian-kajian
teoritis para pendahulunya. Pada fase kepemimpinan Mark Horkheimer, Aliran
Frankfurt mengubah orientasi aliran dari yang bersifat ekonomis historis
versinya Grunberg menjadi orientasi filosofis. Hal tersebut mengagasi atau
menjadi dasar teori kritis aliran Frankfurt yang mulai terbentuk secara jelas
ketika tokohnya kembali ke Jerman pada tahun 1950-an.

Fase ketiga, perkembangan aliran Frankfurt mulai pada awal 1950 sampai
1973. pada fase ini, pengaruh aliran ini mulai memudar dengan meninggalnya
Adorno tahun 1969 dan Horkheimer tahun 1973. Dengan kematian dua tokoh
terkemuka praktis aliran Frankfurt terhenti. Aliran itu tidak lagi berperan dalam
dunia pemikiran sosial. Pamornya sebagai avant garde intelektual nyaris
berahkir. Aliran ini mulai menapaki masa-masa jayanya kembali dengan
munculnya Jurgen Habermas, seorang teoritisi terkemuka yang tetap
melestarikan dan mengembangkan teori dan metodologi para pendahulunya.
V. Ciri Khas Teori Kritis Madzhab Frankfrut
1. Teori sosial kritis selalu berlawanan dengan teori-teori tradisional
seperti positivisme.
2. Dalam konteks perubahan masyarakat yang dialektif tersebut, teori
kritis membedakan antara masa lalu dan masa kini.
3. Teori kritis memandang, praktek dominasi itu bersifat struktural,
yakni kehidupan masyarakat sehari-hari dipengaruhi bahkan dikendalikan oleh
institusi sosial yang lebih besar seperti politik, ekonomi, hukum, budaya, dan
diskursus, gender, dan ras.
4. Teori kritis berkeyakinan bahwa struktur dominasi direproduksi
melalui kesadaran palsu manusia, dilanggengkan oleh idiologi (sebagaimana
yang disebut Marx), reifikasi (“menuhankan sesuatu”, sebagaimana yang disebut
Georg Lukacs), hegemoni (sebagaimana yang disebut A. Gramci), pemikiran
satu dimensi (H. Marcuse), dan metafisika keberadaan (Derrida). Kesadaran
palsu inilah yang dipelihara oleh ilmu sosial positivis seperti ekonomi dan
sosiologi (atau dalam istilah Horkheimer dengan istilah teori tradisional).
5. Mengikuti pemikiran Marx, teori sosial kritis menggambarkan relasi
antara struktur dan manusia bersifat dialektis. Pengalaman seharihari dan realitas
sosial dapat menjadi sumber pengetahuan manusia tentang struktur dalam
masyarakat, dan dapat membantu masyarakat untuk mengubah kondisi sosial
yang lebih baik.
6. Teori kritis berkeyakinan bahwa manusia bertanggung jawab sendiri
sepenuhnya atas kebebasan mereka sendiri serta mencegah mereka agar tidak
saling menindas antara sesamanya atas nama masa depan kebebasan jangka
panjang9.
VI. Kesimpulan

Terdapat perbedaan pemikiran antara generasi pertama, generasi kedua, dan


generasi ketiga Teori Kritis Mazhab Frankfurt, dalam proses menyusun kerangka

9
Edkins, Jenny -Nick Vaugan William. Teori-Teori Kritis; Menantang Pandangan Utama Studi
Politik Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.
teori yang bersifat emansipatoris. Generasi pertama Teori Kritis Mazhab Frankfurt,
yakni Horkheimer, Adorno, dan Marcuse, mengembalikan Marxisme menjadi
filsafat kritis yang dipadukan dengan kritisisme Kant, Hegel, dan psikoanalisis
Sigmund Freud. Generasi pertama telah membangun fondasi Teori Kritis ke arah
emansipasi, dengan tetap mengakui relasi subjek-objek sekaligus mengamini
objektifikasi. Sehingga dalam perjalanannya, generasi pertama mengalami
kebuntuan dan pesimis terhadap kelanjutan Teori Kritis karena terjebak dengan
kritik mereka sendiri, yakni menganggap semua manusia modern itu sama. Padahal
sebelumnya, para tokoh Teori Kritis generasi pertama tersebut telah menjelaskan
bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks.

Jurgen Habermas selaku tokoh Teori Kritis Mazhab Frankfurt generasi kedua
melalui kerangka Teori Tindakan Komunikatifnya berupaya menjawab kebuntuan
serta pesimisme generasi pertama Teori Kritis tersebut. Habermas melakukan kritik
terhadap penjelasan generasi pertama Mazhab Frankfurt yang menyatakan bahwa
“cara berpikir manusia modern yang mendewakan rasionalitas (rasio instrumental)
sebagai suatu kondisi di mana rasio dijadikan instrumen atau alat untuk memenuhi
kebutuhan manusia”. Padahal menurut Habermas, rasio instrumental hanya bisa
digunakan dalam relasi subjek-objek. Sebagai contoh, manusia meretas alam untuk
dijadikan teknologi, cara berpikir rasio instrumental seperti itu diterapkan pada
relasi subjek-subjek akan mengakibatkan manusia saling memperalat,
menyebabkan terjadinya kekacauan dalam Masyarakat.
Namun kemudian generasi ketiga Teori Kritis Mazhab Frankfurt yang
dikembangkan oleh Axel Honneth memiliki proyek pemikiran yang berbeda dari
Jurgen Habermas. Jika Habermas berangkat dari kepentingan rasionalitas melalui
jalan komunikatif dengan menitikberatkan Teori Kritisnya pada pengembangan
kapasitas argumentatif subjek, maka Honneth berangkat dari kepentingan etis
melalui jalan pengakuan, yakni menunjukkan bahwa pengakuan merupakan kondisi
keharusan bagi moralitas subjek atau agen sosial. Dengan mengambil jalur yang
berbeda dari Habermas, Honneth ingin memperlihatkan pentingnya aspek
pengakuan dalam upaya mengatasi beragam bentuk ketidakadilan yang menimpa
subjek dalam tatanan sosialnya. Honneth mengajukan sebuah cara pandang berbeda
dengan masuk ke dalam segi afektif manusia, yakni mencoba melihat bahwa
tatanan masyarakat tidak cukup dibangun semata-mata dari konsensus rasional.
Dibalik varian pemikiran yang terdapat pada ketiga generasi Teori Kritis Mazhab
Frankfurt tersebut, ketiganya tetap tidak menghilangkan cita-cita emansipasi
manusia dari belenggu distorsi dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar Yusuf Lubis, Pemikiran Kritis Kontemporer; dari Teori Kritis, Culture
Studies, Feminism, Post-Kolonial hingga Multikulturalisme, (Jakarta:
Rajawali Press, 2016).

Edkins, Jenny -Nick Vaugan William. Teori-Teori Kritis; Menantang Pandangan


Utama Studi Politik Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009.

George Friedman, The Political Philosophy of Frankfurt School (London: Cornel


Univercity Press, 1981).

K. Bertens, Sejarah Filsafat Kontemporer Jerman dan Inggris, PT. Gramedia,


Jakarta, 2014.

Saeng, Valentinus, Herbert Marcuse, PT. Gramedia Jakarta. Hal 63, 2012.

Umar Sholahudin, Membedah Teori Kritis Madzhab Frankfrut: Sejarah, Asumsi,


Dan Kontribusinya Terhadap Perkembangan Teori Sosial, Vol:3 No 2-
Oktober 2022.

Luthfiyah, KRITIK MODERNITAS MENUJU PENCERAHAN: PERSPEKTIF


TEORI KRITIS MAZHAB FRANKFURT. Jurnal Pemikiran Keislaman Dan
Kemanusiaan, Vol:2. No. 1-April 2018.

You might also like