Rindi Aisyah S 5D Bukti Scan UAS Tasawuf

You might also like

Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 26
ee ‘Tasawuf Jawa DR. HJ. SRIHARINI, MAG Editor: Nayantaka Layout: Sofwan Makruf Cover Design: Hanara Design Cetakan I, Juli 2019 14 x 20.5 cm, 284 halaman ISBN: 978-623-7145-45-5 Penerbit: Araska Sekar Bakung Residence no.B1 Jl. Imogiri Barat - Bantul - Yogyakarta Email: penerbit_araska@yahoo.com Hak Cipta dilindungi Undang-undang Allrights reserved © Araska Publisher, 2019 © Dipindai dengan CamScanner Corey / BABI PENGERTLAN TAS AWUF A. Definisi Tasawuf Di dalam Islam sudah umum dikenal tiga tingkatan dalam_beragama: syari’at, tarekat_dan_hakikat. Syari’at merupakan jalan bersama atau jalan umum bagi seluruh umat Islam yang biasanya lebih banyak mengacu pada fikih atau hukum Islam, sementara tarekat merupakan jalan khusus yang lebih menekankan pada aktivitas perenungan dan penghayatan spiritual, dan hakikat tiada lain adalah ketulusan dan keikhlasan dalam melakukan penghambaan terhadap Allah (Kazhim, 2003:89). Syari’at atau jalan umum ini sesungguhnya adalah sarana yang bisa mengantarkan kita pada tarekat demi mencapai hakikat. Syari’at, karena secara umum lebih bertumpu pada ilmu fikih, maka sering disebut dimensi dhahiriyah (eksoteris) dari agama. Sementara tarekat dan hakikat, karena representasi dari ilmu tasawuf, sering disebut Sarena _representasi dari ilmu_tasawul, sering dlsebut dimensi batiniyah (esoteris) dari_agama. Maka, tarekat dan hakikat merupakan obyek dan tema utama dalam pembahasan ilmu tasawuf. Sebab, ilmu tasawuf sendiri © Dipindai dengan CamScanner secara_ sederhana r aS" Sederhana_merupakan ilmu_ ya i yang lebih co, cern -Pada_persoalan-perso, ~~ Persoalan-persoalan batin; Persoalan-persoalan hati, pikiran dan alau ilmu syari’at (fikin) eadaan dhahir, maka ilmu keadaan ba syari’at, karena yang menjadi perhatian dari Persoalan itu adalah urusan dhahir dalam beribadah (shalat). Sementara itu, pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana caranya supaya shalat bisa khusyu? Bagaimana supaya hati kita bisa ikhlas? Bagaimana menghilangkan sikap angkuh dan sombong? dan seterusnya merupakan bagian dari persoalan- persoalan tasawuf. Sebab, pertanyaan-pertanyaan terakhir ini lebih terkait dengan hati, pikiran dan jiwa seseorang. Anda mungkin bisa berwudhu dengan baik dan benar; seluruh syarat-rukunnya terpenuhi. Namun wudhu yang Anda lakukan secara fisik (hanya sebatas fikih) itu belum tentu menjadi sarana bagi bersihnya hati Anda. Bisa jadi menurut fikih wudhu Anda sudah sah, tetapi itu hanya bisa membersihkan anggota badan Anda. Sehingga, meskipun secara fikih wudhu Anda sudah sempurna, bisa jadi Anda © Dipindai dengan CamScanner masih saja_tertarik untuk bert buat bohong, masih suka sombong, masih suka pi amer dan sebagainya. Sebab wudhu yang Anda lakukan tersebut sebatas untuk membersihkan sisi lahiriyah (aspek dhahir); sebatas untuk memenuhi hukum-hukum _fikih, Untuk bisa membersihkan hati Anda dari berbagai kotoran rohani seperti sombong, suka bohong, suka pamer dan sebagainya, Anda tidak cukup melakukan ibadah yang hanya bertumpu pada fikih. Anda harus melengkapinya dengan tasawuf. Fikih tidak peduli apakah di dalam beribadah hati Anda itu dipenuhi rasa sombong atau bukan. Asalkan syarat-rukunnya terpenuhi maka ibadah Anda sudah dianggap sah. Sebab, yang diutamakan fikih memang yang penting Anda memenuhi aturan-aturan konkret yang telah digariskan. Sombong atau tidak sombong bukan menjadi syarat sahnya dan syarat wajibnya shalat; persoalan hati tidak menjadi penentu bagi sahnya shalat. Yang menjadi penentu sahnya shalat dalam konteks fikih adalah syarat dan rukun yang telah dirumuskan secara jelas dalam hukum fikih. Karenanya, dalam _beragama, seseorang dituntut bukan hanya bertumpu pada syari’at (fikih) saja; tetapi harus disempurnakan dengan tasawuf, supaya kualitas keberagamaan kita bukan hanya baik di tataran luarnya, tetapi juga baik di tataran dalamnya. © Dipindai dengan CamScanner Meski tasawuf merupakan ilmu yang lebih Mengurusj Persoalan batin, dan syari’at atau fikih merupakan ilmu yang lebih fokus pada urusan dhahir, akan tetapi tasawuf yang benar tentu tidak meninggalkan syari'at, Tasawuf harus tetap berada dalam koridor syari’at, Para ulama menyatakan tidak sah praktik tasawuf 3 yang tidak’ didasarkan pada syari’at. Sebab, tasawuf itu, meski lebih bersifat rohani, tidak bisa bergerak seenaknya sehingga keluar dari kaidah-kaidah_syari’at. Sebagaimana yang telah disinggung bahwa justru syari’at itu adalah media kita, umat Islam, untuk sampai pada tasawuf; syari’at merupakan kendaraan yang mengantarkan diri kita untuk sampai pada tarekat dan hakikat (level tasawuf). Artinya bagi orang yang hendak menempuh jalan tasawuf, ia mau tidak mau harus berangkat dari syari’at. Dengan kata lain, Syari’at merupakan titik tolak bagi seseorang yang hendak menekuni laku tasawuf. Beragama yang sempurna adalah beragama yang bertumpu_pada_syari’at_dan_tasawuf. Dengan demikian, ketika kita beribadah, maka yang kita targetkan bukan _sekadar memenuhi kewajiban, melainkan bisa mencapai hakikat sehingga bisa melahirkan dan mewujudkan buah dari agama itu sendiri yakni akhlak yang mulia. Puncak | dari penggabungan syari’at dan tasawuf adalah akhlak, © Dipindai dengan CamScanner Syari'at m Tasawut (Tar rekat dan Hakekat) "> Aklak Mulia di mana ia tekun menjalankan apa alu menyempurnakannya dengan rusnya perilakunya semakin baik. Perilaku baik (akhlak mulia) ini merupakan Pancaran dari nilai-nilai syari’at dan tasawuf yang telah tertanam dalam dirinya itu. Orang yang menjalankan nilai-nilai syari’at dan_ tasawuf itu sesungguhnya orang yang sedang berproses mendidik, melatih dan menempa dirinya untuk menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang baik adalah pribadi yang berakhlak mulia. Dengan kepribadian yang baik, maka seseorang menjadi terbiasa untuk berbuat baik; ia menjadi natural dalam menjalankan kebaikan. yang diajarkan syari’at, 1 laku tasawuf, maka seha Ketika perilaku baik telah dilakukan secara terbiasa dan natural, dan tidak dilakukan secara artifisial, penuh rekayasa dan dibuat-buat, maka itulah yang disso dengan akhlak. Di mana, perilaku baik itu sudah menjadi napes dan kebiasaan sehari-harinya. Hal ini berbeda dengan tindakan © Dipindai dengan CamScanner yang kita lakukan tapi atas dasar rekayasa atau dibuay. buat sehingga tidak berjalan natural. Seperti orang yang berperilaku baik tetapi hanya sekadar untuk pencitraan misalnya, maka hal seperti ini tidak bisa dinamakan dengan akhlak. Karenanya, Imam Ghazali, seperti yang dijelaskan oleh Ulil Abshar Abdalla dalam ngaji Ihya’-nya, mendefinisikan akhlak sebagai kondisi yang tertanam dalam hati seseorang sehingga menjadi kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, beragama, yang dimanifestasikan dalam bentuk melakukan ajaran-ajaran syari’at dan tasawuf, tujuan pokoknya tiada Jain untuk membuat diri kita terbiasa berbuat baik; supaya kita terbiasa dengan akhlak yang mulia. Namun sebaliknya, jika ada orang yang beragama, mengaku sudah menjalankan seluruh ajaran agama baik yang ada dalam syari’at maupun yang ada dalam tasawuf, misalnya_setiap hari shalat, membaca_al-Qur’an, puasa, giyamullail dan sebagainya, habis itu ia masih mengikuti majelis zikir, tarekat, mujahadah, dan seterusnya, tetapi dalam_kenyataannya_perilakunya masih_buruk; dirinya masih suka berbuat kerusakan; masih suka bertindak kasar terhadap sesamanya; masih suka menyebar hoax, fitnah, kebohongan dan sebagainya, maka perlu_dipertanyakan praktik beragamanya, Kalau tidak melahirkan akhlak © Dipindai dengan CamScanner yang muli i i cesconang rent Pasti ada yang salah cara beragamanya a Pa . Ajaran agamanya sudah Pasti benar, oe ee memahami dan mempraktikkan vant yang ‘salah sehingga nilai-nilai agama : u annya itu tidak berdampak apa-apa terhaday perbaikan diri dan kepribadiannya, ° Di Barat tasawuf disebut dengan mistisisme Islam_ Cslamic mysticism). Secara etimologis, tasawuf. mempunyai beragam jenis Pengertian. Pertama, istilah tasawuf berasal dari kata Shuffah yang artinya serambi. Sebutan ini lebih 5 a merujuk pada orang rorang yang hidup di gubuk-gubuk yang dibangun oleh Rasulullah Saw. di sekitar Masjid Madinah, ketika mereka memilih untuk hijrah dari Mekah ke Madinah. Dalam hijrahnya, mereka telah meninggalkan harta benda mereka, sehingga di pengungsian mereka rela hidup miskin dan hanya tinggal di gubuk-gubuk sederhana. Kaum muhajirin (orang-orang yang berhijrah) ini umumnya lebih banyak berada di sekitar masjid Nabi dan tidur di atas bangku yang terbuat dari batu dan hanya berbantalkan ‘pelana kuda. Mereka ini kemudian disebut sebagai Ahlus- Suffah yang walaupun miskin, tapi hati dan akhlak mereka sangat mulia. © Dipindai dengan CamScanner Kedua, ada yang mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata Shafa’ (suci bersih), yang merujuk pada sekelompok orang yang bekerja keras menyucikan hat; dan jiwa mereka karena Allah. Dari istilah ini maka sufi diartikan sebagai orang-orang yang hati dan jiwanya suci bersih dan diselimuti oleh cahaya kebenaran sehingga hatinya terus bersatu dengan Allah swt. Selain itu, tasawuf juga berasal dari kata shuf dengan maknanya adalah pakaian yang terbuat dari bulu domba atau wol. Mereka disebut sufi karena memakai pakaian yang bahannya terbuat dari bulu domba. Inilah pakaian an, banyak dikenakan oleh kaum sufi. Pakaian yang terbuat dari wol atau bulu domba itu, bukanlah jenis wol yang lembut. Wol yang digunakan oleh kaum sufi adalah wol yang kasar yang sekaligus sebagai simbol kesederhanaan, Hal ini sangat kontras dengan orang-orang kaya saat itu yang kebanyakan memakai kain sutra. Jtu_merupakan_pengertian_tasawuf dalam_tinjauan etimologis. Kemudian, secara_terminologis, Tasawuf atau sufisme merupakan ilmu yang memberikan petunjuk | tentang bagaimana cara menyucikan_jiwa, menjernihkan akhlak juga untuk memperoleh kebahagian yang abadi. Dalam pengertian ini, tasawuf berawal dari gerakan zuhud © Dipindai dengan CamScanner gan | hal-hal yang bersifat duniawi. nt Perkembangan signifikan di dalam “Slam _sehingga melahirkan tradisi istisme ; age eae yang disebut dengan tasawuf. Tasawuf atau : ini kemudian ada yang mendefinisikan sebagai sebuah ajaran atau kepercayaan bahwa Pengetahuan tentang hakikat Tuhan bisa dicapai melalui meditasi atau kesadaran spiritual yang bebas dari campur tangan akal atau panca indra (Simuh, 2016:30). mistisisme i Imam Junaidi al-Baghdadi menyatakan bahwa tasawuf adalah upaya untuk membersihkan hati dari yang selain Allah, berjuang memadamkan semua ajakan yang berasal dari hawa nafsu, mementingkan Kehidupan yang lebih kekal, menyebarkan nasihat kepada umat manusia, dan mengikuti contoh Rasulullah Saw. dalam segala hal. Pada tahap selanjutnya, istilah ‘tasawuf’ mengandung makna baru yang sering dikaitkan pada tiga _yaitu (1), tasawuf sering dipahami sebagai serangkaian akhlak atau _petunjuk moral yang harus dijalankan manusia ketika ingin mendekatkan diri kepada Allah, lalu (2), tasawuf merupakan cara untuk mencapai makrifat atau untuk menggapai pengetahuan yang hakiki. Dan (3) dalam kaiatannya dengan. filsafat, tasawuf bisa disebut sebagai mazhab etika, karena © Dipindai dengan CamScanner di dalamnya terdapat hubungan dengan usaha Mengetahy; nilai baik dan buruk (Yayasan Muthahhari, 2000, him.2s, 28). Baik _dari_sisi bahasa_maupun istilah, bisa dipaham; bahwa_tasawuf_adalah_sikap mental ]_ yang ;_ Senantiasy memelihara_kesucian diri, beribadah, hidup sedethana, rela berkorban untuk kebaikan umat manusia dan dan selaly bersikap bijak sana. Dengan cara ini akan mudah bagi bagi manusia menghiasi jiwanya dengan sifat-sifat yang mulia, bertakarub dan bermusyahadah dengan Allah swt. Dalam praktiknya, perkembangan tasawuf ini juga 2, ditandai_ oleh munculnya beragam aliran tarekat. Aliran- aliran_tarekat_ini_bukan hanya tumbuh di kalangan masyarakat Sunni melainkan juga dalam komunitas Syi’ah. Hingga dalam perkembangannya lebih lanjut, _gerakan sufisme dalam _tarekat ini_mengalami konseptualisasi, di. mana muncul banyak pemikir dan ulama yang menyusun secara sistematis pemikiran dan wacana soal tasawuf. Dalam sejarahnya, pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, dan hingga sekarang, tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia. Sufisme merupakan sebuah konsep dalam Islam, yang dikonsepkan oleh para pakar sebagai bagian dari pemahaman terhadap © Dipindai dengan CamScanner B. Sejarah ‘Kemunculan dan ‘Perkembangan Tasawuf Sesungguhn a sejarah tasawuf, mulai dari kemunculan hingga perkembangannya sangat terkait dengan dinamika sejarah umat Islam secara umum. Tasawuf bukanlah gerakan dan pemikiran yang tiba-tiba muncul. Ia lahir lain seiring dengan munculnya peristiwa-peristiwa dalam sejarah termasuk peristiwa politik dan kekuasaan. Karenanya, tasawuf sesungguhnya bagian integral dari sejarah umat Islam. Secara_historis benih-benih tasawuf secara_praktis sudah muncul di masa Nabi. Hanya saja di zaman Nabi Saw. ini tasawuf belum dibakukan sebagai sistem ilmu pengetahuan. Fenomena tasawuf di zaman Nabi Saw. ini di_antaranya bisa dilihat melalui perilaku dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dari pribadi Nabi Muhammad Saw, Di mana hidup Nabi Saw. yang sangat sederhana dan usahanya yang tak kenal lelah untuk mendekatkan_diri © Dipindai dengan CamScanner kepada Allah, membersihkan hati dan mengajarkan akhla, _yang mulia, Bahkan sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, beliau juga sudah aktif melakukan khalwat (menyepi) untuk bermunajat kepada Allah. Karenanya, kehidupan Nabi Saw. dan juga para sahabat beliau yang diwarnai keimanan, ketakwaan, kezuhudan, dan kemuliaan budi pekerti inilah salah satu sumber dari sufisme. Karenanya, orang yang menempuh kehidupan sufi atau laku kerohanian, tentunya dirinya tidak bisa melepaskan kehiduipan Nabi Saw.dan para sahabatnya. Para ulama, seperti Imam Ghazali, yang menulis dan mempraktikkan amalan tasawuf juga selalu merujuk pada kehidupan Nabi Saw. dan para sahabat. Di dalam masterpiece-nya sendiri, Imam Ghazali ketika menjelaskan soal tasawuf senantiasa _merujuk kepada al-Qur’an, hadis, pendapat_para-sahabat Jalu dilengkapi dengan pemikirannya sendiri. _ Pasca era sahabat berlalu, maka lahirlah era tabiin yang terrentang antara abad ke I dan ke II H. Pada masa ini kondisi sosial-politik umat Islam sudah berkembang pesat bahkan secara politik Islam juga telah menyebar ke berbagai dunia yang ditandai dengan luasnya wilayah kekuasaan Islam. Karenanya, sejarah umat Islam pun diuji. Beragam konflik kekuasaan mengalami eskalasi. Konflik-konflik akibat kekuasaan itu, tumbuh sebagai fitnah besar (al-fitnah © Dipindai dengan CamScanner n_formalisasi ajaran-ajaran, f, Pada masa ini mulaj isasi tarekat yang sejumlah gerakan tarekat da pemikiran dan metode tasawu tumbuh dan berkembang organisasi-organ! menjelma menjadi aliran-aliran. Lalu pada abad ke-15 gerakan sufisme memasuki tahap tha’ifah atau tahap penyebaran. Di sini mulai digalakkan telah _mengalami _ajaran__tasawuf__ yang. penyebai -formalisasi oleh para murid atau santrj. Akibat penyebaran muncullah_cabang-cabang_organisasi tarekat_atau pemujaan dan ini, tasawuf di berbagai negara. Selain dari itu, pemuliaan terhadap guru atau mursyid di tahap ini juga semakin kuat. Karenanya pada tahap tha’ifah ini tasawuf mempunyai artian yang baru yaitu menyebarkan ajaran- ajaran sufisme sang mursyid atau guru tasawuf (Amiruddin, 2002:21-22), Hingga sekarang gerakan_tarekat atau tasawuf ini semakin berkembang_pesat, Ada banyak aliran tasawuf di berbagai dunia, termasuk di Indonesia, Jamaahnya pun sangat banyak. Di era kontemporer, perkembangan tasawuf selain ditandai oleh berkembangnya gerakan tasawuf atau, tarekat, juga. ditandai_oleh_berkembangnya_pemikiran- pemikiran_sifistik, Pemikiran tasawuf ini banyak dikaji di pondok-pondok pesantren maupun di universitas- universitas Islam. Bahkan pemikiran tasawuf ini banyak © Dipindai dengan CamScanner digandrungi_ oleh masyi ‘arakat kelas menengah d : an Ketika ada Pengajian ta: iiss sawuf misalnya, yan, i ig hadir bukan hanya Masyarakat grass root melainkan para elite. Yang, paling milineal saat ini adalah pengajian Thya’ Ulumuddin secara daring yang diasuh oleh Gus Ulil Abshar Abdalla bersama _istri tercintanya Ienas Tsuroiya setiap malam Jum’at. Banyak masyarakat dari berbagai daerah dan kota di Indonesia bahkan dari mMancanegara yang turut menyimak pengajian Ihya’ tersebut. Cc. Ajaran-Ajaran Tasawuf Tasawuf, seperti telah disinggung di muka, disebut juga sebagai mistisisme Islam. Menurut Annemarie Schimmel dalam bukunya yang terkenal Mysticism Dimension of Islam menjelaskan bahwa ada dua tipologi_ajaran_mistik yaitu Mistisisme Yang tak terbatas (Mysticism of Infinity) dan Mistisme Personalitas (Mysticism of Personality). dan Miss Mistisisme Yang tak terbatas (Mysticism of Infinity) merupakan paham mistik. yang memandang Tuhan sebagai realitas absolut, tak terjangkau_dan tak terhingga. Tuhan dalam pandangan ini laksana sebuah hamparan samudra yang tak terbatas dan tidak terikat oleh ruang-waktu apapun, gai percikan ombak sementara manusia dipandang seba; © Dipindai dengan CamScanner (Simuh, 2016:44). Pandangan dari lautan Hahiyah tersebut paham seperti ini, kemudian turut mempengaruhi Jahirnya Jabbariyah (predestination). Adapun Misisisme Personalites,yatu sebuah lirn ; mistik atau spistual-yang lebih. concern. pada_dimens! personal_manusia dan Tuhan. Dalam_pandangan_mistik ini, hubungan antara manusia dengan Tuhannya dipandang, sebagai hubungan antara makhluk (ciptaan) dengan Khaliq (Pencipta). Pandangan ini berdasar pada teori penciptaan (creation) yang sangat dikenal di kalangan agama samawi: (penciptaan dari ketiadaan).. Kedua Creatio ex Nihilo paham di atas, kata Simuh, ada dalam tasawuf. Pahaman mistisisme transcendental telah_dianut oleh_al-Ghazali ik dianut sementara paham wahdatul wujud atau union-misti oleh. al-Hallaj, Ibn Arabi, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai dan yang lainnya (Simuh, 2016: 45). Selain itu, ajaran pokok tasawuf juga terdiri atas ahwal dan magamat, Baik ahwal maupun magamat mempunyai tingkatan masing-masing. Ahwal, sebagai bentuk jamak _ dari kata hal, dalam tasawuf_mempunyai_arti sebuah Kondisi mental atau situasi kejiwaan yang dicapai seorang sufi sebagai_karunia Allah, bukan hasil_dari_usahanya diri, Ahwal_ini bersifat sementara, datang dan pergi © Dipindai dengan CamScanner bagi seoran; = 8 sufi dalam i (Asmaran, 1 994:137), Perjalananya_mendekati Tuhan -Menjelaskan_bahwa hal_merupakan satu_waktu di Terkai erkait dengan ahwal_ atau hal ini, Imam Ghazali St - ' oe ah karena ada sesuatu yang lain dalam ena | Seorang hamba pada saat tertentu berada delam kondisi tertentu namun pada saat yang lain kondisi hatinya itu berubah. Inilah disebut dengan hal. Hal di dalam tasawuf jenisnya sangat beragam, yakni sebagai berikut: i: PN Rw Waspada dan Mawas Diri (Muhasabah dan muraqabah) Cinta (Mahabbah’ Berharap (Raja’) Takut (Khauf) Rindu (Syauq) Intim (Uns) Selain hal atau ahwal juga ada yang namanya maqamat. Maqamat, seperti dikatakan Al-Ghazali, merupakan beragam jenis interaksi (mu’amalat) dan perjuangan rohani (mujahadah) yang dilakukan seorang hamba di sepanjang waktunya. Jika seorang hamba mampu mi satu dari maqam dalam tasawuf dengan itulah maqamnya hingga dirinya be enjalankan salah sempurna maka rpindah dari maqam © Dipindai dengan CamScanner itu menuj nuyu maqam yang lebih tinggi (Abdul Fattah, 2005: 108). Berb d dengan hal yang Murni_pemberian atau anugerah dari es _ Tuhan, magamat merupakan hasil kerja keras an perjuangan manusia yang memang sungguh-sungguh me nekuni laku tasawuf, Jeni ; enis maqamat juga beragam dan berjenjang dari tingkat terrendah ke tingkat tertinggi. Jenis-jenis tingkatan 1. Taubat ini seperti dijelaskan Qamar Kailani dalam bukunya Fi At-Tasawufi Al-Islam merupakan perasaan menyesal dengan sepenuh hati atas_se ala_tindakan dosa dan kesalahan kita. Dalam hal ini, Imam Ghazali smengklasifikasikan taubat menjadi tiga tingkatan: Meninggalkan segala bentuk kejahatan dan kemungkaran, kemudian mulai melakukan segala bajikan karena takut akan siksa Allah, kebajikan karena takut akan sis Mengubah diri dari kondisi yang sudah baik untuk menjadi lebih bai “ ‘Rasa penyesalan yang dilakukannya adalat ikecuali kecintaannya terhadap Allah swt Zuhud arti tidak adany? Secara literal zuhud memp' anyai arti t dal 2 uk keinginan terhadap_segala sesuatu_ yal berben! © Dipindai dengan CamScanner n lepasnya Sieeapaues jiwa kita dari kehidupan duniawi dan lebih fokus mengutamakan kehidupan ak akhirat. Faqr (Fakir) Al-Faqr Mempunyai arti tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dimiliki atau diusahakan, sehingga tidak rakus, terutama rakus terhadap dunia. Sabar Sabar mempunyai arti sebuah sikap konsekuen dan_konsisten dalam hal melaksanakan seluruh _perintah Allah. Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Allah dan menjauhi larangan-Nya. Bersabar bersama Allah: menerima ketetapan Allah, termasuk atas segala kesulitan dan musibah. Bersabar atas Allah: bersabar atas rezeki, keberuntungan, dan kecukupan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita serta pahala yang dijanjikan Allah di kampung akhirat (Sholihin, 2008:78) , © Dipindai dengan CamScanner Syukur Syukur merupakan rasa berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat dan kasih sayangnya. Syel Kl Abdul Qadir Al. ulkur m tiga macam + Syukur dengan lisan: mengakui adanya nikmat dan_merasa tenang, biasanya kita ucapkan lafal Hamdalah.. + Syukur dengan badan dan anggota badan: melaksanakan ibadah sesuai perintah-Nya. + Syukur dengan hati., Rela (Rida) Rida adalah_menerima_dengan_rasa_puas_atas segala apa yang dianugerahkan Allah. swt, Menurut Abdul Halim _Mahmud,__rida’__bisa__mendorong. seseorang untuk berusaha_sekuat tenaga mencapai segala sesuatu yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Namun, sebelum mencapainya, ia harus menerima dan merelakan seluruh akibatnya dengan cara apapun yang juga disukai Allah. Tawakal (Pasrah) Hakikat tawakal menerima dengan ihkas dan sepenuhnya menyerahkan segala urusan kepada Allah swt. dan tetap disertai dengan ikhtiar dengan cara yang benar. ae © Dipindai dengan CamScanner aku dari surga. Namun, jika aku menyembah- Mu untuk mendapatkan keridhaan-Mu, maka Janganlah kau jauhkan aku dari keindahan dan kebaikan-Mu.” Selain cinta, ajaran tasawuf lainnya yang telah ditulis oleh Alatas di atas adalah tentang fana. Fana ini, bagi Alatas tidak dimaknai dengan melebur atau menyatunya hamba dengan Sang Pencipta, sebagaimana garam atau gula di dalam air. Fana juga berupa penyatuan dua unsur, karena wujud Allah tidak mungkin sama dan karenanya tidak mungkin menyatu secara dzat dengan makhluknya. Dalamhalini, “Yang MahaEsa” senantiasabersemayam di Arasy dan menginspirasi banyak perkataan dan tindakan. Inspirasi inilah yang kemudian membentuk perilaku dan akhlak mulia. Bagi para sufi yang telah mencapai hakikat Ilahiyah, maka apa yang dia praktikkan dalam perbuatan nyata sehari-hari tiada lain adalah sifat-sifat dan ayat-ayat Allah. Seluruh kehidupannya benar-benar memancarkan nilai-nilai ketuhanan, inilah yang kemudian disebut sebagai akhlak mulia dalam konteks sufisme. D. Tujuan Tasawuf Kalau ajaran tasawuf memang demikian halnya, maka apa kemudian tujuan dari tasawuf? Paling tidak ada dua © Dipindai dengan CamScanner jenis tujuan dalam tasawuf: secara_transenden-vertikal dan_secara imane ntal. Secara transenden vertikal, tujuan_dari tasawuf adalah untuk bermakrifat kepada Allah atau untuk bisa sampai langsung kepada Dzat Allah bahkan ada yang hendak menyatu dengan Allah (Simuh, 2016:29). Adapun _jalan__untuk__mencapai__makrifat__atau menyatu_dengan_Tuhan_itu_adalah_tarekat_(thariqah)._~ Makrifat kepada Allah di sini, kata Simuh, bukan sekadar pengetahuan, _melainkan_juga__pengalaman _mengenai_ hal_yang_transendental_dan_spiritual,, Karenanya untuk mencapai tujuan yang sifatnya transendental ini, ada sejumlah ritual dalam praktik tarekat, Al-Ghazali dalam al- Mungidz Min al-Dhalal menjelaskan bahwa dalam rangka menuju hakikat Allah itu, tarekat merupakan 1 sebuah tahap awal. Sementara itu syarat-syaratnya adalah penyucian hati secara menyeluruh da egala hal yang selain Allah, Dan sebagai pembuka, sebagaimana takbiratul ihram dalam shalat, di dalam tasawuf adalah menenggelamkan hati ke dalam lautan zikir pada Allah, lalu berakhir fana’ di dalam Allah, Singkatnya, secara transenden, tujuan utama tasawuf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain tujuan_transenden-vertikal, ada juga tujuat tasawuf yang sifatnya imanen-horisontal. Tujuan tasawul dalam konteks imanen-horisontal__ ini adalah_untuk © Dipindai dengan CamScanner membangun akhlak hamba dengan Tuhan: iuu, tiada Jain untuk = ntul -sifat, ayat-ayat dan ehi ‘upan sehari-hari, Dengan tujuan _ seperti itu, maka _tasawuf ini mempunyai fungsi penting yakni mendidik manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, Sebab, manusia yang tidak sanggup mengendalikan hawa nafsunya akan cenderun; jauh dari Tuhan, alih-alih untuk sampai_ pada Tuhan. Penyatuannya dengan Tuhan akan terhalangi dengan nafsunya. Orang yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu juga cenderung bermoral bejat. Orang-orang yang suka berbuat jahat, melanggar norma agama dan sosial, suka melakukan tindak kekerasan terhadap sesamanya, suka berbohong, suka memfitnah, suka memanipulasi kebenaran dan sebagainya sesungguhnya orang yang lebih banyak dikuasai oleh nafsunya. Orang yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu seperti ini akan cenderung berbuat hina dan destruktif. Dengan dua tujuan__itulah, Guru Besar_bidang Tasawuf UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. H © Dipindai dengan CamScanner Mukhtar Solihin sebagaimana yang dirilis oleh NU Online harus_bertasawuf; pert yang sifatnya fitrah (alamiah) pada diri setiap_manusia.. Ia merupakan potensi Ilahiyah yang berfungsi mendesain peradaban dunia. Tasawuf dapat mewarnai segala aktivitas sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Kedua, tasawuf berfungsi sebagai _alat pengendalian diri, agar dimensi_kemanusiaan_ tidak ternodai_oleh nilai, sehingga tasawuf mampu_mengantarkan pada ‘keunggulan moral (supreme morality). Ketiga, tasawuf mempunyai relevansi dengan problem manusia, karena tasawuf secara_seimbang _memberi kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus. Selain itu, tasawuf dapat membentuk tingkah laku melalui pendekatan tasawuf suluki, dan dapat memuaskan dahaga intelektual melalui pendekatan tasawuf falsafi. Ia dapat diamalkan oleh setiap muslim pada lapisan manapun. Secara fisik seluruh umat Islam menghadap satu arah (Ka’bah), dan secata rohaniah mereka berlomba menempuh jalan (tarekat) melewati ahwal dan maqamat guna menuju Tuhan yang Satu, Allah swt. © Dipindai dengan CamScanner Jadi, dal bik nea na ah th aren solcharat- his i aii harus_dibangun dengan. hati dari segala idle hea elaint_Penyucian Sang bersifat nafsu dan duniawi. Hawa. ‘mukian merupak: jadi hati_manusia kotor, Nafsu a ee dihilangkan. Tetapi ia bisa dikendalikan. Apa yang ditekankan oleh tasawuf adalah mengendalikan hawa nafsu supaya hati kita tidak terkotori oleh hal-hal yang bersifat buruk karena ciri khas nafsu yang tak terkendali adalah mengarahkan manusia kepada keburukan dan kesesatan. Hawa nafsu juga bisa disebut dengan keinginan (desire). Sementara itu, keinginan sendiri merupakan hal yang tak terbatas. Selain sifatnya yang tak terbatas keinginan, hasrat atau hawa nafsu ini juga tidak mengenal baik-buruk dan benar-salah (Muhibbuddin, 2012:43). Karena itu, manusia yang dikendalikan oleh hawa nafsu atau keinginanya akan cenderung menerabas batas-batas kebenaran dan kebaikan; ia akan cenderung mengabaikan segala aturan, norma, moral bahkan Tuhan. Jangan dikira para pejabat yang korupsi itu tidak beriman kepada Tuhan. Mereka lebih banyak diperbudak oleh hawa nafsunya, maka hatinya pun buta sehingga tidak memedulikan keberadaan Tuhan. © Dipindai dengan CamScanner kata tidak diperbudak oleh hawa nan, maka kita harus pandai- Karenanya supaya ditt bersemayam di dalam nafsu atau hasrat dan_kein! pandai mengontrol hawa n2 diri kita. Hal yang harus kit awal untuk mengontrol-dan-menjin hasrat kita ini adalah menghidupkan_akal_sehat dan hati nurani; menjernihkan hati dan pikiran kita dari hal-hal yang cburuk, Jika nafsu atau keinginan itu merupakan bagian dari kekuatan libidinal (libido), maka kekuatan di dalam tubuh kita yang mampu mengendalikan nafsu dan hasrat itu *adalah akal dan hati nurani (Muhibbuddin, 2012:47). ifsu yang i ita usahakan sebagai langkah akkan_hawa nafsu atau Namun akal dan pikiran kita akan mudah ditundukkan oleh nafsu jika kedua kekuatan itu kotor, tidak- sehat dan akhirnya sakit. Maka, untuk menyehatkan dan menjernihkan hati dan pikiran kita itu, kita memerlukan tasawuf; membutuhkan laku_sufistik. Karena dengan tasawuf itulah, kita bukan hanya bisa_mengenali dan mengindentifikasi penyakit-penyakit hati, tetapi juga bisa mendapatkan_petunjuk untuk _menghilangkan _bahkan e menangkal penyakit-penyakit hati tersebut. © Dipindai dengan CamScanner

You might also like