Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MAHARDIKA

Journal homepage : www.jurnal.stikesmahardika.ac.id

HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE


DI KELURAHAN ARGASUNYA KOTA CIREBON

( The Relationship of Waste Management With The Incidence Of Diarrhea


In Argasunya Village Cirebon City )

Jaenudin1, Sandi Aprianto2 Citra Setyo Dwi Andini3


1,2
Progam Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Mahardika Cirebon
3
Progam Studi Keperawatan dan Profesi Ners STIKes Mahardika Cirebon
E-mail: skm_jays@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Garbage is something material or solid objects that is no used by humans. The
impact or risk of improper handling of garbage can cause to environmental damages that
can cause health problems and disesase, one of them is diarrhea disease. According to the
health profile of West Java Province (2012) showed that the 1.906.886 diarrhea incidence.
Cirebon City is ranked ninth with 88,702 diarrhea incidence.
Purpose: The purpose of this research is to know the relationship of waste management with
the incidence of diarrhea In Argasunya Village Cirebon City.
Method: This research used descriptive correlation with kohort retrospekif approach. The
population in this study that is all the people who suffer from diarrhea in the Argasunya
Village with 72 respondents. The sample in this study using total sampling with 72
respondents who suffer from diarrhea. The research instrument used the observation sheet of
waste management and the result of the status of the patient according the medical record
data in Sitopeng Public Health Center. The analysis used univariate and bivariate used Chi
Square test.
Result: The result of univariate analysis showed that most of the waste management did not
fulfill the requirement of 59 respondents (81,9%) and most of the acute diarrhea was 62
respondents (86,1%). There was no significant relationship of waste management with the
incidence of diarrhea In Argasunya Village Cirebon City, p-value = 0,677.

Keywords: Waste Management, Incidence of Diarrhea, Cirebon

Corresponding Author : Jaenudin ISSN : 2614-1663


E-mail : skm_jays@yahoo.com 16 e-ISSN : 2355-0724
Jaenudin, Sandi Aprianto, Citra Setyo Dwi Andini
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 5 No. 1 Februari 2018

PENDAHULUAN frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga


kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes
Sampah merupakan sesuatu bahan atau RI, 2011).
benda padat yang sudah tidak dipakai lagi Hasil Riset Kesehatan Dasar
oleh manusia, atau benda padat yang sudah (Riskedas) tahun 2007, diare merupakan
tidak di gunakan lagi dalam suatu kegiatan penyebab kematian nomor satu pada bayi
manusia dan di buang (Notoatmodjo, (31,4%) dan pada balita (25,2%),
2011). sedangkan pada golongan semua umur
Dalam program Sustainable merupakan penyebab kematian yang ke-
Development Goals (SDGs) tahun 2015 empat (13,2%). Pada tahun 2012, angka
tujuan ke-enam yaitu menjamin kesakitan diare pada semua umur sebesar
ketersediaan dan pengelolaan air serta 214 per 1.000 penduduk dan angka
sanitasi yang berkelanjutan bagi semua kesakitan diare pada balita 900 per 1.000
orang. Dalam target indikator ketiga penduduk (Kajian Morbiditas Diare,
terdapat poin untuk meningkatkan kualitas 2012). Menurut Depkes RI (2009), seluruh
air dengan mengurangi polusi, insiden diare di Indonesia 60-70%
menghilangkan penumpukan sampah, dan diantaranya anak-anak di bawah umur 5
meminimalisir pembuangan kimia dan tahun (Manalu, dkk, 2012). Tujuan
materi berbahaya, mengurangi setengah penelitian ini untuk mengetahui hubungan
proporsi air limbah yang tidak dimurnikan pengelolaan sampah dengan kejadian diare
serta meningkatkan daur ulang dan di Kelurahan Argasunya Kota Cirebon.
penggunaan kembali yang aman secara
global (Keputusan Menteri Kesehatan N0. METODE PENELITIAN
97 Tahun 2015). Penelitian ini menggunakan jenis
Di perkirakan hanya 80% sampah di penelitian deskriptif korelasi dengan
kota-kota besar di Indonesia yang dapat desain penelitian kohort retrospektif.
terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Populasi dalam penelitian ini yaitu semua
(TPA), yang operasi utamanya adalah penduduk yang menderita diare di
pengurugan (landfilling). Banyaknya Kelurahan Argasunya berjumlah 72 orang.
sampah yang tidak terangkut kemungkinan Teknik pengambilan sampel dalam
besar tidak terdata secara sistematis, penelitian ini menggunakan total
karena biasanya dihitung berdasarkan sampling. Instrumen penelitian yang
rotasi truk menuju TPA (Damanhuri & digunakan adalah lembar observasi
Padmi, 2010). pengelolaan sampah dan hasil status
Dampak atau risiko dari pengelolaan keadaan pasien menurut pelayanan
sampah yang kurang tepat dapat kesehatan. Analisis data menggunakan
mengakibatkan kerusakan lingkungan analisis univariat dan bivariat dengan uji
yang dapat menimbulkan masalah terhadap Chi Square.
kesehatan. Dampak lain dapat
menimbulkan pencemaran udara, tanah, air HASIL DAN PEMBAHASAN
serta rendahnya nilai estetika dan berbagai 1. Distribusi Frekuensi Responden
penyakit pada masyarakat salah satunya Berdasarkan Pengelolaan Sampah di
adalah penyakit diare (Depkes RI, 2009). Kelurahan Argasunya Kota Cirebon
Penyakit Diare merupakan penyakit
endemis di Indonesia dan penyakit Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
potensial KLB yang sering disertai dengan Berdasarkan Pengelolaan Sampah di
kematian (Dirjen PP&PL, 2013). Diare Kelurahan Argasunya Kota Cirebon
adalah suatu kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek Persentase
Variabel Frekuensi
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan (%)

Volume 5 No. 1 Februari 2018 | 17


Jaenudin, Sandi Aprianto, Citra Setyo Dwi Andini
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 5 No. 1 Februari 2018

Tidak 59 81,9% Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar


memenuhi responden yaitu sebanyak 50 (69,4%) yang
syarat mengelola sampah tidak memenuhi syarat
Memenuhi 13 18,1% mengalami diare akut. Hasil uji Chi
syarat Square didapatkan p-value 0,677, > α
Jumlah 72 100% maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
pengelolaan sampah dengan kejadian diare
responden yaitu sebanyak 59 (81,9%) tidak
di Kelurahan Argasumya Kota Cirebon.
memenuhi syarat dalam mengelola
sampah.
1. Pengelolaan Sampah di Kelurahan
Argasunya Kota Cirebon
Kelurahan Argasunya sebagai lokasi
2. Distribusi Frekuensi Responden Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Berdasarkan Kejadian Diare di Kopiluhur selain menampung sampah dari
Kelurahan Argasunya Kota Cirebon.
masyarakat sekitar kelurahan itu sendiri,
juga menampung sampah dari 28 TPS
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
yang ada di Kota Cirebon. TPAS tersebut
Berdasarkan Kejadian Diare di Kelurahan
Argasunya Kota Cirebon telah digunakan sudah 19 tahun berjalan.
Dalam pengelolaan sampah belum
Persentase dikatakan layak dikarenakan belum ada
Variabel Frekuensi proses pengelolaan sampah secara
(%)
Diare akut 62 86,1% keseluruhan yang memenuhi syarat. Hanya
Diare 10 13,9% sebagian kecil masyarakat yang mengelola
kronis sampah dengan memenuhi syarat. Dari
Jumlah 72 100% hasil observasi yang dilakukan jenis
sampah yang paling banyak adalah sampah
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar yang berasal dari rumah tangga yang
responden yaitu sebanyak 62 (86,1%) berasal dari pemukiman seperti plastik,
menderita diare akut. kertas, daun. Pada setiap rumah
masyarakat di Kopiluhur pengolahan
3. Hubungan Pengelolaan Sampah sampahnya dengan cara dibakar atau
dengan Kejadian Diare di Kelurahan dibuang ke kali.
Argasunya Kota Cirebon Pada proses pengelolaan sampah di
TPAS Kopiluhur menggunakan metode
Tabel 3. Hubungan Pengelolaan Sampah controlled landfill yaitu menimbun
dengan Kejadian Diare di Kelurahan sampah dengan tanah yang diratakan alat
Argasunya Kota Cirebon berat dilakukan dalam kurun waktu
tertentu 5-7 hari. Alur pembuangan
Kejadian Diare
Pengelolaa p- sampah Kopiluhur dilakukan dengan cara
Diare Diare Jumlah
n sampah yaitu pada area 1 dilakukan pembongkaran
value
akut kronis
sampah dari angkutan sampah dan
n % n % n %
Tidak
pemilahan oleh pemulung, kemudian area
12, 5 86, 2 adalah hasil pendorongan sampah dari
memenuhi 50 69,4 9
5 9 1
syarat 0,67area 1 dan masih ada pemilahan oleh
Memenuhi 1 13, 7 pemulung. Pada area 3 terdapat
12 16,7 1 1,4 pengumpulan akhir hasil pendorongan
syarat 3 9
Jumlah 13, 7 sampah dari area 2 yang nantinya akan
62 86,1 10 100
9 2 dilakukan landfill.
Menurut Undang-Undang No.18 tahun
Volume 5 No. 1 Februari 2018 | 18
Jaenudin, Sandi Aprianto, Citra Setyo Dwi Andini
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 5 No. 1 Februari 2018

2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan lembek atau cair bahkan dapat berupa air
yang sistematik, menyeluruh, saja yang frekuensinya lebih sering dari
berkesinambungan, yang meliputi biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
pengurangan dan penanganan sampah. sehari) dan berlangsung kurang dari 14
Pengelolaan sampah adalah kegiatan hari (Depkes RI, 2011).
pengumpulan, pengangkutan, sampai Diare kronik adalah buang air besar
dengan pemusnahan atau pengelolaan yang cair atau lembek dengan jumlah yang
sampah dengan sedemikian rupa yang lebih banyak dari normal dan berlangsung
tidak mengganggu kesehatan masyarakat lebih dari 15 hari.
dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, Kejadian diare di Kelurahan
2011). Menerut Peraturan Pemerintah Argasunya Kota Cirebon disebabkan
No.81 Tahun 2012 kegiatan pengelolaan karena pengelolaan sampah tidak
sampah meliputi pemilahan sampah, memenuhi syarat dan keadaan lingkungan
pengumpulan sampah,pengangkutan sekitarnya sangat kotor dan terdapat
sampah, pengolahan sampah, dan banyak vektor lalat di lingkungan sekitar
pemrosesan akhir sampah. rumah. Menurut Soekidjo dalam penelitian
Pengelolaan sampah masyarakat di Syahrizal (2016) penanganan sampah yang
Kelurahan Argasunya sangat sederhana tidak baik dapat memicu tingginya angka
dan tidak memenuhi syarat. pengelolaan kepadatan vektor (lalat, tikus, kecoa,
sampah masyarakat umumnya. Mereka nyamuk, dan lain sebagainya) yang dapat
hanya dikumpulkan lalu dibuang di depan menimbulkan berbagai masalah kesehatan
halaman rumah kemudian dibakar atau salah satunya diare.
dibuang ke sungai. Pengelolaan sampah
masyarakat masih sangat minim TPS dan
alat angkut sampah dari masyarakat
menuju ke TPS. 3. Hubungan Pengelolaan Sampah
dengan Kejadian Diare di Kelurahan
2. Kejadian Diare di Kelurahan Argasunya Kota Cirebon
Argasunya Kota Cirebon Berdasarkan hasil penelitian
Mayoritas penduduk menderita diare didapatkan sebagian besar responden
akut. Menurut Depkes RI (2011) diare akut (69,4%) yang mengelola sampah tidak
adalah buang air besar yang lembek atau memenuhi syarat mengalami diare akut.
cair bahkan dapat berupa air saja yang Hasil uji Chi Square didapatkan p-value >
frekuensinya 3 kali atau lebih dalam α maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa
sehari. tidak ada hubungan yang bermakna antara
Menurut Achmadi (2011) berbagai pengelolaan sampah dengan kejadian diare
agen penyakit umumnya menumpang pada di Kelurahan Argasunya Kota Cirebon
media udara, air, pangan, serangga ataupun Hasil penelitian ini tidak sejalan
manusia melalui kontak langsung. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Berbagai agen penyakit beserta medianya Armanji (2010) di Makassar yang
disebut sebagai komponen lingkungan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang memiliki potensi bahaya penyakit. bermakna antara faktor pengelolaan
Menurut WHO (2009), diare adalah sampah dengan kejadian diare.
buang air besar encer atau cair lebih dari Pengelolaan sampah yang tidak memenuhi
tiga kali sehari. Penyakit diare adalah jenis syarat menyebabkan lebih banyak diare
penyakit yang sangat serius dan sering karena sampah yang tidak diolah atau
terjadi pada balita-balita. Berdasarkan dibuang sembarangan dapat menjadi
lamanya diare di bagi menjadi diare akut tempat yang baik bagi perkembangbiakan
dan kronik. serangga dan mikroorganisme, serangga
Diare akut adalah buang air besar yang sebagai pembawa mikroorganisme patogen
Volume 5 No. 1 Februari 2018 | 19
Jaenudin, Sandi Aprianto, Citra Setyo Dwi Andini
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 5 No. 1 Februari 2018

dapat menyebarkan berbagai macam sampah, dimana pengumpulan sampah


penyakit. adalah menjadi tanggung jawab dari
Penelitian lain yang dilakukan oleh masing-masing rumah tangga atau institusi
Kumaladewi (2008) di Sidoarjo yang yang menghasilkan sampah. Mekanisme
menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau cara pengangkutannya untuk didaerah
yang bermakna antara pengelolaan sampah perkotaan adalah tanggung jawab
dengan kejadian diare. Dengan adanya pemerintah setempat yang didukung oleh
sampah yang tidak tertutup dapat partisipasi masyarakat produksi sampah
mengundang lalat dan insekta lain khususnya dalam hal pendanaan.
sehingga kejadian diare lebih besar Sedangkan untuk didaerah pedesaan pada
dibandingkan dengan sampah yang umumnya sampah dapat dikelola oleh
tertutup. masing-masing keluarga tanpa
Menurut Notoatmodjo (2011) memerlukan TPS atau TPA.
pengelolaan sampah adalah kegiatan Sampah rumah tangga pedesaan pada
pengumpulan, pengangkutan sampai umumnya didaur ulang menjadi pupuk.
dengan pemusnahan atau pengelohan Selain itu perlu juga dilakukan
sampah dengan sedemikian rupa sehingga pemusnahan dan pengelolaan sampah
sampah tidak menganggu kesehatan diantaranya ditanam, dibakar dan dijadikan
masyarakat dan lingkungan hidup. Hasil pupuk. Ditanam yaiyu pemusnahan
penelitian yang dilakukan di Kelurahan sampah dengan membuat lubang ditanah
Argasunya Kota Cirebon dengan 72 kemudian sampah dimasukkan dan
responden, mayoritas pengelolaan sampah ditimbun dengan tanah. Dibakar yaitu
tidak memenuhi syarat sebanyak 59 memusnahkan sampah dengan cara
responden (81,9%). Banyak masyarakat membakar didalam tungku pembakaran.
yang pengelolaan sampahnya masih Dijadikan pupuk yaitu pengelolaan sampah
dengan dibakar ataupun dibuang ke sungai menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk
atau kali bahkan ada yang hanya dibuang sampah organik daun-daunan, sisa
disekitar halaman rumahnya dengan begitu makanan dan sampah lain yang
saja secara terbuka. Pengaruh sampah membusuk. Apabila setiap rumah tangga
secara biologis khususnya sampah organik dibiasakan unuk memisahkan sampah
yang mudah membusuk merupakan media organik dan anorganik, kemudian sampah
mikroorganisme untuk hidupnya, proses organik diolah menjadi pupuk tanaman
ini akan menimbulkan terbentuknya bau dan sampah anorganik dibuang dan dapat
yang menarik beberapa vektor penyakit dipungut oleh para pemulung maka
dan binatang pengganggu. masalah sampah akan berkurang dengan
Dampak terhadap kesehatan demikian akan memberikan dampak positif
pembuangan sampah yang tidak terkontrol pada kesehatan masyarakat, dimana akan
dengan baik merupkan tempat yang cocok berkurangnya perkembangbiakkan vektor
bagi beberapa organisme dan menarik bagi penyakit seperti lalat sehingga kejadian
berbagai binatang seperti lalat yang dapat suatu penyakit akan menurun, salah
menimbulkan penyakit. Potensi bahaya satunya penyakit diare.
yang ditimbulkan adalah penyakit diare
yang dapat menyebar cepat ditempat yang DAFTAR PUSTAKA
pengelolaan sampahnya kurang memadai Angeliana, Devi. 2016. Meningkatkan
(Atikah & Eni, 2012). Pemahaman Masyarakat Melalui
Untuk itu perlu dibedakan tempat Sosialisasi Persampahan dan Rumah
pembuangan sampah antara sampah basah Sehat di Permukiman Tempat
dan sampah kering. Adapun cara Pembuangan Akhir (TPA) Desa
pengelolaan sampah yang dapat dilakukan Neglasari Tangerang [Jurnal].
adalah pengumpulan dan pengangkutan Jakarta (ID): Universitas Esa
Volume 5 No. 1 Februari 2018 | 20
Jaenudin, Sandi Aprianto, Citra Setyo Dwi Andini
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 5 No. 1 Februari 2018

Unggul. Gebang Kota Bekasi [Skripsi].


Jakarta (ID): Universitas Islam
Armanji. 2010. Hubungan Sanitasi Negeri Syarif Hidayatullah.
Lingkungan dengan Kejadian Diare
di Wilayah Kerja Puskesmas Bara- Manalu, Merylanca, dkk. 2012. Hubungan
Baraya [Skripsi]. Makassar (ID). Tingkat Kepdatan Lalat (Musca
domestica) Dengan Kejadian Diare
Damanhuri, Enri & Padmi, Tri. 2010. Pada Anak Balita di Permukiman
Pengelolaan Sampah. Bandung: Sekitar Tempat Pembuangan Akhir
Institut Teknologi Bandung. Sampah Namo Bintang Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli
Dewi, Rita. 2015. Hubungan Tempat Serdang Tahun 2012 [Naskah
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Publikasi]. Medan (ID): Universitas
Kopiluhur dengan Kualitas Air Sumatera Utara.
Bersih Secara Fisik dan
Bakteriologis Di Kelurahan Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian
Argasunya Kota Cirebon [Skripsi]. Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cirebon (ID): STIKes Mahardika Cipta.
Cirebon.
Notoatmodjo. 2011. Ilmu Kesehatan
Dirjen PP&PL. 2013. Profil Pengendalian Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka
Penyakit dan Penyehatan Cipta.
Lingkungan Lingkungan Tahun
2012. Jakarta. Pratama Et Al, 2008. Kajian Hubungan
Antara Timbulan Sampah Domestik
Gunawan, G. 2007. Mengolah Sampah Dengan Faktor-faktor yang
Jadi Uang. Jakarta: Transmedia Mempengaruhinya [Seminar
Pustaka. Nasional]. Lampung (ID):
Universitas Lampung.
Hidayat, Alimul Aziz. 2012. Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. 2012. Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012. Bandung:
Kelibulin, Edi Slamet. 2006. Hubungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Pengolahan Sampah Terbuka (Open Barat.
Dumping) di TPA Dengan Kejadian
Diare Pada Balita [Skripsi]. Puskesmas Sitopeng. 2016. Laporan
Surabaya (ID): Universitas Tahunan Puskesmas Sitopeng Tahun
Airlangga. 2016. Cirebon: Puskesmas Sitopeng.
Kumaladewi, Baiq Ratna. 2008. Faktor-
faktor Sanitasi yang Berpengaruh Setiadi. 2013. Konsep dan Praktis
Terhadap Timbulnya Penyakit Diare Penulisan Riset Keperawatan.
di Desa Klopo Sepuluh Kecamatan Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukodono Kabupaten Sidoarjo
[Skripsi]. Sidoarjo (ID). Syahrizal. 2016. Hubungan Penanganan
Sampah dengan Kejadian Diare
Lestari, Novi Puji. 2015. Studi Tentang Pada Balita di Wilayah Kerja
Kepedulian Masyarakat Dalam Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten
Pengelolaan Sampah di Kelurahan Aceh Besar [Naskah Publikasi].
Sumur Batu Kecamatan Bantar Aceh (ID): Poltekkes Kemenkes
Volume 5 No. 1 Februari 2018 | 21
Jaenudin, Sandi Aprianto, Citra Setyo Dwi Andini
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 5 No. 1 Februari 2018

Aceh.
UPT TPA Kopiluhur. 2016. Laporan
Undang-undang Republik Indonesia Tahunan UPT TPA Kopiluhur Tahun
Nomor 18 Tahun 2008. Tentang 2016. Cirebon: UPT TPA Kopiluhur
Pengelolaan Sampah. Jakarta.

Volume 5 No. 1 Februari 2018 | 22

You might also like