Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 6 No.

1 (2021): 337-348

Potensi Layanan Perpustakaan Provinsi Papua Dalam Meningkatkan


Literasi Warga Papua di Masa Pandmi Covid-19

Nelwan Rosumbre
Perpustakaan Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP)

e-mail: nelwan1011@gmail.com

Disubmit: 24 Maret 2021 | Direview: 14 Mei 2021 | Diterima: 27 Mei 2021

ABSTRACT
This article discusses the potential, challenges and opportunities of regional-owned library in increasing citizen
literacy during the Covid-19 pandemic. In order to study this issue, literacy and public service theories are used.
The main data in this study is secondary data consisting of scientific references, regulations, government
documents and statistical references. Limited observations of regional library facilities are used as primary data
in this study. The data analysis is conducted qualitatively with an effort to describe and explore the object under
study as a whole. This study concludes that regional libraries have an important function in improving the basic
literacy competences of Papuans. The Covid-19 pandemic services continue to run in accordance with standard
health protocols and e-pusda services continue to run with a limited internet connection. The potential to
increase citizen literacy through library functions during the pandemic is still high by integrating education,
activism and library services and striving to make regional libraries as hybrid and digital libraries that allow
broad access for Papuans even though the majority of them live in geographic areas isolated.
Keywords: literacy; public service; library; Covid-19; service integration.

ABSTRAK
Artikel ini mendiskusikan tentang potensi, tantangan dan peluang perpustakaan daerah dalam meningkatkan
literasi warga di masa pandemi Covid-19. Guna mengkaji masalah ini digunakan teori-teori literasi dan
pelayanan publik. Data utama dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas referensi ilmiah,
regulasi, dokumen pemerintahan dan referensi statistik. Observasi secara terbatas terhadap fasilitas perpustakaan
daerah dijadikan sebagai data primer dalam kajian ini. Analisa data dilakukan secara kualitatif dengan upaya
mendeskripsikan serta mengeksplorasi objek yang diteliti secara utuh. Kajian ini menyimpulkan bahwa
perpustakaan daerah memiliki fungsi penting dalam meningkatkan kompetensi literasi dasar warga Papua.
Pandemi Covid-19 pelayanan tetap berjalan dengan sesuai dengan standar protokol kesehatan serta pelayanan e-
pusda tetap berjalan dengan koneksi internet yang terbatas. Potensi untuk meningkatkan literasi warga melalui
fungsi perpustakaan di masa pandemi masih tinggi dengan melakukan integrasi layanan pendidikan, kearsipan
dan perpustakaan serta berupaya untuk menjadikan perpustakaan daerah sebagai perpustakaan hibrida dan digital
yang memungkinkan akses yang luas bagi warga Papua sekalipun mayoritas dari mereka tinggal di wilayah
geografis yang terisolir.

Kata kunci: literasi; pelayanan publik; Perpustakaan Provinsi Papua; Covid-19; integrasi layanan.

PENDAHULUAN
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) secara global telah mengubah tatanan
ekonomi, kehidupan sosial, pemerintahan dan pelayanan publik. Bukan hanya pada level
nasional, tatanan tersebut telah menjadi tren global dalam upaya memutus rantai penyebaran
virus mematikan tersebut. Sejumlah kebijakan pada ragam sektor pemerintahan, pelayanan
publik, sosial budaya maupun ekonomi diambil oleh pemerintah. Pada sektor ekonomi,
sebagai contoh, sejumlah kebijakan diterbitkan yaitu kebijakan ekonomi yang adaptif dengan
kondisi merebaknya kasus pandemi. Diantara kebijakan tersebut adalah paket stimulus
ekonomi, penyaluran bantuan langsung tunai (BLT), insentif fiskal dan sebagainya telah
338 Nelwan Rosumbre, Potensi Layanan Perpustakaan

diambil oleh pemerintah. Pada sektor sosial, kebijakan pemberlakuan pembatasan sosial dan
social distancing turut diterbitkan dan pada gilirannya menyebabkan adanya pola adaftif
secara sosial sehubungan dengan merebaknya pandemi corona virus tersebut.

Namun demikian, statistik penyebaran virus corona, paling tidak sampai medio Februari
2020, menunjukkan bahwa perkembangannya masih tetap tinggi dan belum menunjukkan
tanda-tanda atau kecenderungan putusnya rantai penyebaran virus tersebut. Pada kasus
Indonesia, pertambahan kasusnya masih tinggi yakni tetap berada pada angka 5.000 kasus
baru. Papua sendiri, sebagai lokasi kajian ini, telah mencatatkan total kasus 16.437 dengan
total kasus sembuh sebanyak 8.940 dan meninggal dunia sebanyak 172 kasus.

Tabel. 1 Perkembangan Penyabaran Covid-19 di Provinsi Papua


(Sampai Pertengahan Februari 2021)
Wilayah/Daerah Total Kasus Sembuh Meninggal
Papua 16.437 8.940 172
Nasional 1, 2 Juta 1,08 Juta 34.316
Dunia 111 Juta 62,7 Juta 2, 46 Juta
Sumber: https://github.com/CSSEGISandData/COVID-19 diakses tanggal 20 Februari 2020

Pada sektor penyelenggaraan pemerintahan sejumlah kebijakan dan adaptasi baru telah
dilakukan oleh pemerintah dalam menghalau rantai penyebaran virus seperti pemberlakuan
metode kerja aparatur work from home (WFH), pemanfaatan teknologi informasi dalam rapat,
pertemuan dan kegiatan-kegiatan pemerintahan serta mengharuskan adanya karantina bagi
pegawai yang terpapar virus corona tersebut. Pada sektor pelayanan publik sejumlah
kebijakan dan adaptasi baru mulai dijalankan oleh pelaksana pelayanan publik seperti
membatasi kunjungan langsung masyarakat ke unit pelayanan, penggunaan masker atau alat
pelindung bagi publik yang melakukan kunjungan langsung serta memaksimalkan platform
layanan virtual termasuk memaksimalkan pelayaan berbasis online (e-government). Pola-pola
adaptasi baru tersebut telah secara jamak dilakukan oleh hampir semua negara. Demikian juga
pola adaptasi baru sehubungan dengan penyebaran virus tersebut turut menjadi concern
pemerintah dan juga masyarakat umum yang terdampak oleh penyebaran virus tersebut.

Pelayanan publik yang diselenggaraan oleh perpustakaan, sebagai objek dalam kajian ini,
menjadi sangat krusial pada masa pandemi Covid-19. Aktifitas yang berhubungan dengan
literasi publik, kegiatan ilmiah seperti riset dan pengembangan, kegiatan belajar-mengajar
tidak boleh berhenti sekalipun pandemi virus terus berlanjut. Pada kondisi ini, peran stategis
perpustakaan sebagai lembaga atau fasilitas penunjang untuk aktifitas literasi, riset dan
belajar-mengajar tersebut harus tetap dijalankan. Seiring dengan penyebaran virus yang relatif
belum menunjukkan angka penurunan yang signifikan sebagaimana disampaikan di atas,
pelayanan yang dihadirkan oleh perpustakaan juga harus menyesuaikan diri dengan pola
adaptasi baru tersebut. Pelayanan publik pada sektor perpustakaan tetap berjalan dan upaya
peningkatan literasi warga juga tetap dilakukan. Namun demikian, sejak dini, perpustakaan
perlu merancang metode pelayanan kepustakaan pada masa pandemi dan tetap terlibat dalam
upaya peningkatan literasi warga dengan melakukan adaptasi sehubungan dengan sebaran
virus tersebut.
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 6 No. 1 (2021): 337-348

Provinsi Papua, sebagai lokasi penelitian, tidak luput dari dampak penyebaran Covid-19 ini.
Dengan total di atas 15.000 kasus, tidak menutup kemungkinan bahwa pertambahan kasus
akan terus meningkat dan memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi,
pelayanan publik maupun kehidupan sosial warganya secara keseluruhan. Berdasarkan data
yang ada, unit perpustakaan publik di provinsi sangat sedikit jika dibandingkan dengan daerah
lainnya. Demikian halnya akses publik melalui kunjungan langsung ke perpustakaan umum
seperti perpustakaan daerah di ibukota provinsi sangat sulit karena jarak tempuh yang jauh,
medan antara wilayah yang secara geografis sulit serta sarana dan prasana transportasi publik
yang mahal. Pada situasi ini, perpustakaan daerah, sebagai lembaga publik utama dalam
mengembangkan dan meningkatkan literasi warga harus sejak dini membuat perencanaan
yang matang dalam menyelenggarakan pelayanan publik pada sektor literasi tersebut.
Perencanaan tersebut juga sedapatnya diharapkan mampu menjadi remedy pada kasus
pandemi yang lain di masa yang akan datang serta menjadi embrio pelayanan publik pada
sektor literasi yang berkelanjutan.

Kajian tentang pelayanan publik pada sektor kepustakaan telah banyak dilakukan oleh
akademisi atau ahli ilmu sosial di Indonesia. Trend topik baru tentang kajian ini adalah
munculnya sejumlah riset yang berhubungan dengan organisasi pelayan perpustakaan maupun
pelayanan perpustakaan berbasis teknologi informasi baik dengan melakukan digitalisasi
terhadap bahan kepustakaan maupun melakukan layanan berbasis online atau internet. Salah
satu riset yang berhubungan dengan dengan organisasi perpustakaan ini adalah kajian yang
dilakukan oleh Sumiati (2019) yang menemukan bahwa penerapan standar nasional
perpustakaan perguruan tinggi yaitu mengenai koleksi perpustakaan, sarana dan prasarana
perpustakaan, pelayanan perpustakaan, tenaga perpustakaan, penyelenggaraan perpustakaan,
dan pengelolaan perpustakaan belum maksimal. Studi lainnya adalah studi yang dilakukan
oleh Yoanda (2017) yang menemukan bahwa keuntungan melakukan layanan mandiri dengan
teknologi Radio Frequency Identification (RFID) dapat mempercepat proses sirkulasi
peminjaman dan pengembalian, sehingga waktu yang diperlukan efisien.

Sedangkan kajian tentang literasi warga juga telah banyak dilakukan khususnya pada daerah-
daerah terisolir seperti di wilayah Papua termasuk di dalamnya wilayah Papua Barat. Salah
satu kajian yang tepat untuk ditampilkan adalah penelitian yang dilakukan oleh Christiany
Juditha (2014). Kajian ini dituliskan dalam sebuah artikel dengan judul Tingkat Literasi
Media Masyarakat di Wilayah Perbatasan Papua. Temuan penelitian ini menggambarkan
bahwa peningkatan literasi warga masih sulit untuk ditingkatkan karena ketersediaan
infrastruktur informasi yang memadai, baik jumlah akses, kapasitas, kualitas, maupun
jangkauan. Perbedaannya dengan kajian ini bahwa hambatan peningkatan literasi
konvensional tersebut tidak menjadi halangan penting dalam upaya meningkatkan pelayanan
perpustakaan secara digital dan online khususnya pada masa pandemi dan pelayanan
berkelanjutan di masa yang akan datang.

Pelayanan publik pada masa pandemi secara umum mengalami pembatasan dengan
pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial, penggunaan standar protokol kesehatan yang
340 Nelwan Rosumbre, Potensi Layanan Perpustakaan

ketat, pemberlakukan WFH dan penggunaan teknologi berbasis internet untuk rapat dan
pertemuan lembaga pemerintahan. Namun demikian, pelayanan sektor literasi mengalami
peningkatan permintaan dan kebutuhan. Pemberlakukan kegiatan belajar-mengajar pada
sekolah sekolah atau universitas secara daring pada mayoritas daerah di Indonesia atau
banyaknya waktu warga yang dihabiskan di rumah menjadi penyebab tingginya permintaan
pelayanan pada sektor literasi ini. Oleh karenanya, kesiapan perpustakaan daerah sebagai
institusi penting dalam mengembangkan literasi tersebut menjadi krusial. Fenomena itu
sekaligus menjadi permasalahan dalam kajian ini yaitu: bagaimana kesiapan perpustakaan
daerah dalam meningkatkan literasi warga pada masa pandemi serta kesiapannya dalam
melakukan transformasi dari sekedar melakukan pelayanan perpustakaan konvensional
menjadi perpustakaan digital sekaligus. Penelitian ini selanjutnya diarahkan untuk menjawab
permasalahan tersebut dengan mendeskripsikan dan menganalisa potensi perpustakaan daerah
dalam meningkatkan literasi warga tersebut serta peluang untuk melakukan transformasi dari
sekedar melakukan pelayanan perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan digital
sekaligus.

METODE
Kajian ini menggunakan teknik kualitatif atau metode yang digunakan untuk memahami
makna dan masalah sosial atau kemanusiaan atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial (Singarimbun & Effendi, 1989).
Pendekatan fenomenologi selanjutnya menjadi bagian metodelogis dalam kajian ini karena
pandemi global seperti ini merupakan pengalaman, peristiwa atau konsep yang dirasakan baru
oleh individu atau kelompok masyarakat (Cresswell, 2015). Pandemi global pada konteks ini
bagaimanapun dianggap sebagai sebuah fenomena karena sebaran kasus yang massif yang
tidak pernah terjadi dalam 1 (satu) abad terakhir dan dampak signifikannya pada sektor sosial,
ekonomi, pemerintahan dan pelayanan publik.

Sumber data dalam penelitian ini utamanya adalah data sekunder khsususnya produk regulasi,
dokumen pemerintah, buku, jurnal atau berita yang dipublikasikan media massa. Data primer
diambil secara terbatas hanya dalam bentuk observasi. Analisa dan interpretasi data dilakukan
secara kualitatif dengan upaya penggambaran objek kajian yang lebih utuh dan menyeluruh
tanpa memberikan analisa yang rinci atas variabel-variabel serta hubungan-hubungan diantara
beragam indikatornya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Profil dan Jenis Layanan Perpustakaan Daerah Provinsi Papua
Perpustakaan daerah milik Provinsi Papua dimaknai dalam 2 (dua) identitas yaitu sebagai
sebuah fasilitas publik dan sebagai lembaga pemerintahan atau bagian dari struktur birokrasi.
Perpustakaan sebagai sebuah fasilitas publik adalah tempat atau wadah menyimpan koleksi
bahan pustaka perpustakaan baik dalam bentuk koleksi tercetak seperti buku teks, buku
referensi maupun deposit; koleksi terbitan berseri seperti majalah populer dan majalah ilmiah
maupun koleksi surat kabar; koleksi terekam seperti kaset audio, CD, VCD maupun DVD.
Perpustakaan sebagai unit atau bagian dari struktur birokrasi merupakan lembaga pelaksana
kebijakan publik yang disertai tugas dan kewenangan dalam menyelanggarakan sebagian visi
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 6 No. 1 (2021): 337-348

maupun misi daerah. Pada konteks ini, perpustakaan tidak dipandang sebagai fasilitas
melainkan bagian dari jejaring birokrasi daerah yang memiliki kepentingan dalam
mewujudkan visi-misi kepala daerah. Kedua identitas ini pada banyak hal saling melekat dan
sulit memisahkan antara satu dengan yang lain. Namun, pada pembahasan ini lebih dimaknai
sebagai fasilitas publik sekalipun pada banyak hal sulit dipisahkan dari identitasnya sebagai
bagian dari struktur birokrasi pada level pemerintah daerah.

Unit atau lembaga perpustakaan yang ada di Provinsi Papua awalnya berada di bawah institusi
pemerintahan daerah dengan nomenklatur resmi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Papua. Sesuai Peraturan Gubernur Papua Nomor 40 Tahun 2015 lembaga ini
mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan urusan perpustakaan dan kearsipan serta tugas-
tugas lain yang diberikan oleh Gubernur. Berdasarkan beleid tersebut lembaga ini memiliki 2
(dua) urusan pokok pelayanan yaitu pelayanan perpustakaan dan pelayanan kearsipan. Pada
level teknisnya struktur kelembagaan Badan Perpustakaan Daearah Papua terdiri atas unsur
sekretariat, bidang pengolahan dan pelestarian bahan Pustaka, bidang pembinaan dan
pengembangan, bidang pengolahan dan pemeliharan arsip, bidang pengembangan dan
pembinaan kearsipan serta unsur unit pelaksana teknis dan kelompok jabatan fungsional.
Pelayanan perpustakaan sebagai topik utama dalam kajian ini secara teknis dilaksanakan oleh
bidang pengolahan dan pelestarian bahan pustaka dengan tugas utama mengkoordinasikan
pelaksanaan urusan pengolahan dan pelestarian bahan pustaka, koordinasi penyelenggaraan
urusan akuisisi dan pelestarian bahan pustaka.

Pada perkembangan lebih lanjut, tepatnya pada tahun 2020, pengelolaan perpustakaan daerah
provinsi Papua berada pada sebuah institusi baru dengan nomenklatur Dinas Pendidikan,
Perpustakaan dan Arsip Daerah. Penggabungan unit fungsi organisasi dengan tugas pokok
yang berbeda pada satu sisi akan meningkatkan efesiensi penyelenggaraan sektor pelayanan
pendidikan, perpustakaan dan kearsipan pada level daerah namun pada sisi lain dapat
dipandang sebagai tidak fokusnya daerah dalam menyelenggarakan pelayanan perpustakaan
dan upaya meningkatkan kompetensi literasi warga Papua. Namun demikian, mayoritas
daerah di Indonesia juga melakukan hal yang sama dengan maksud perlunya efisiensi dalam
pelayanan publik pada tingkat daerah.

Berdasarkan fakta empiris tersebut, sekalipun terdapat 2 (dua) objek layanan yang berbeda
pada SKPD daerah ini, bukan menjadi penghambat dalam upaya memberikan pelayanan
publik yang baik dan prima pada sektor layanan perpustakaan. Papa level praktisnya justru
sektor kearsipan dapat memberikan kontribusi bagi aset atau respository perpustakaan daerah.
Unit arsip daerah umumnya menyimpan dokumen tertulis terkait dengan naskah dinas yang
diterbitkan oleh semua lembaga pemerintah daerah, dokumen perencanaan antar lembaga,
dokumen regulasi dan beragam bentuk dokumentasi kegiatan ke dinasan. Jika selama ini
perpustakaan di Indonesia memiliki koleksi respository dalam bentuk buku ilmiah, sastra,
majalah dan surat kabar bercetak maka perpustakaan daerah pada konteks ini dapat memiliki
koleksi yang lebih luas. Pada gilirannya, pendokumentasian dan penetapan dokumen/arsip
daerah akan terinventaris dengan baik sesuai metode dan teknis penyimpanan sesuai standar
342 Nelwan Rosumbre, Potensi Layanan Perpustakaan

nasional/internasional perpustakaan dan memberikan banyak manfaat bagi warga khususnya


yang berprofesi pada sektor penelitian, pendidikan dan pengembangan riset dan inovasi.

Pelayanan eksisting yang dilakukan oleh perpustakaan daerah provinsi Papua sudah cukup
baik. Gedung perpustakaan terletak di Jayapura sebagai ibukota provinsi dengan gedung
berlantai dua dengan total luas bangunan 2.700 m2. Sebagian besar ruangan baik pada lantai 1
maupun pada lantai 2 digunakan sebagai ruang baca. Jam operasional layanan perpustakaan
dimulai setiap hari kerja dari pukul 08.00 WIT sampai pukul 15.00 WIT. Koleksi bahan
pustaka perpustakaan terdiri atas koleksi tercetak seperti buku teks, buku referensi maupun
deposit; koleksi terbitan berseri seperti majalah populer dan majalah ilmiah maupun koleksi
surat kabar; koleksi terekam seperti kaset audio, CD, VCD maupun DVD. Total koleksi yang
ada sebanyak 62.547 judul dengan jumlah eksemplar mencapai 187.641 (Pemerintah Provinsi
Papua, 2019). Pada masa pandemi Covid-19, pelayanan perpustakaan tetap dibuka untuk
umum dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat. Namun demikian koneksi
internet yang menghubungkan koleksi digital dengan portal online e-pusda tidak berjalan dan
masih dalam proses perbaikan sistem.

Dalam hal tata laksana pelayanan, jumlah sumber daya manusia masih menjadi isu tersendiri.
Sebelum bergabung dengan Dinas Pendidikan tahun 2020, jumlah total PNS yang ada pada
Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Papua hanya berjumlah 145 orang dengan mayoritas
telah menamatkan pendidikan Sarjana (S1) dengan persentase lebih dari 50% atau tepatnya
sebesar 54, 47% sebagaimana diuraikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah dan Tingkat Pendidikan PNS Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Papua
No Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
1. SLTP 6 4,13
2. SLTA 50 34,48
3. Diploma III 10 6,89
4. Sarjana (S1) 75 51,72
5. Magister 4 2,75
Total 145 100
Sumber: Rencana Strategis Badan (Pemerintah Provisi Papua, 2019)

2. Transformasi Perpustakaan Konvensional Menuju Perpustakaan Digital


Perpustakaan daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Papua layaknya seperti
perpustakaan daerah di Indonesia pada umumnya. Selain melakukan pelayanan perpustakaan
konvensional juga melakukan pelayanan digital secara terbatas. Sekalipun pelayanan
perpustakaan eksisting perpustakaan daerah Papua sudah relatif baik sebagaimana diuraikan
di atas, namun tetap saja pelayanan tersebut belum memadai khususnya dalam upaya
memberikan layanan perpustakaan masyarakat yang prima kepada segenap warga Papua.
Pada tataran empirisnya, sejumlah keterbatasan masih ada baik yang berasal dari internal
lembaga perpustakaan maupun masalah yang sifatnya internal. Jika dilihat dari perspektif
keterbatasan internal keterbatasan itu antara lain menyangkut kualitas sarana dan prasarana
perpustakaan daerah, gedung kearsipan yang dapat difungsikan sebagai bagian dari koleksi
perpustakaan yang belum representatif, belum memadainya pelestariaan arsip dan pustaka
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 6 No. 1 (2021): 337-348

yang bernilai guna statis maupun pengelolaan kearsipan berbasis teknologi informasi yang
belum terealisasi. Pada perspektif keterbatasan atau hambatan yang sifatnya eksternal,
masalah itu antara lain berhubungan dengan keterbatasan masyarakat dalam mengakses
perpustakaan, minat baca masyarakat yang masih rendah, instrumen penyelenggaraan
kearsipan belum diakomodir dalam regulasi daerah serta perlunya harmonisasi antara UU
Nomor 43 tahun 2007 tentang Pepustakaan dengan UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan.

Tabel 3. Isu Strategis dan Realitas Empirik Perpustakaan Daerah


No Isu Strategis Deskripsi

1. Kualitas sarana dan prasarana Perpustakaan yang dibangun tidak sesuai


perpusatakaan daerah yang sangat dengan standar nasional
tidak memadai
2. Keterbatasan masyarakat dalam Faktor geografis, dan penyebaran penduduk
mengakses perpustakaan yang tidak merata
3. Belum memadainya pelestarian Adanya ancaman kerusakan fisik arsip yang
arsip dan pustaka yang bernilai diakibatkan usia, kelembaban udara, keasaman
guna statis kertas dan mikro organisme
4. Instrumen penyelenggaraan Pengelolaan arsip dinamis dan statis belum
Kearsipan belum diakomodir dalam dikelola dengan baik
regulasi daerah Papua
5. Gedung Kearsipan yang belum menumpuknya sejumlah arsip milik SKPD
representatif Provinsi yang di tampung Dinas Perpustakaan
dan arsip Provinsi Papua
6. Harmonisasi UU Nomor 43 tahun Mengatur kewenangan dan kewajiban Kepala
2007 tentang Pepustakaan dengan Daerah untuk pelasanaan urusan Perpustakaan
UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang dan urusan Kearsipan
Kearsipan.
7. Keterbatasan jangkauan mobil Mobiltas layanan keliling bagi masyarakat
perpustakaan keliling yang tidak terjangkau Layanan Perpustakaan
8. Pengelolaan Kearsipan berbasis kurangnya profesionalisme SDM, sarana IT
teknologi informasi yang belum dan prioritas penganggaran pada urusan
terealisasi kearsipan
Sumber: Diringkaskan dari Renstra Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Tahun 2019-2024.

Seiring perkembangan teknologi khususnya pada sektor informasi menyebabkan perlunya


adaptasi semua layanan publik. Adaptasi tersebut dilakukan dengan menggunakan layanan
digital dan juga menghubungkannya dengan teknologi informasi atau dalam istilah lain
disebut sebagai e-library. Konteks ini juga merupakan bagian dari konsep e-government atau
metode, prosedur, tata cara maupun tata kelola untuk semua tindakan dalam sektor publik
yang melibatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka mengoptimalisasi proses
pelayanan publik yang efisien, transparan dan efektif (Kurniawan, 2006). Penerapan konsep
344 Nelwan Rosumbre, Potensi Layanan Perpustakaan

e-government ini termasuk dalam konteks pelayanan kepustakaan dimaksudkan agar


pelayanan lebih cepat, efisien, dan lebih transparan (Savinatunazah, 2018).

Konsep pelayanan kepustakaan dengan menggunakan teknologi informasi tersebut


selanjutnya memunculkan konsep baru yang disebut sebagai literasi digital (digital literacy).
Gilster dalam A’yuni (2015) mendefinisikan literasi digital sebagai suatu kemampuan untuk
memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Digital literacy
competencies merupakan kemampuan dalam mendapatkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
menggunakan informasi dengan pemanfaatan teknologi (Lim, 2018). The International
Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) tahun 2018 mendefinisikan
perpustakaan digital sebagai perpustakaan yang memiliki koleksi online yang berisi objek
digital berkualitas, dikembangkan dan dikelola sesuai dengan prinsip secara internasional
(Suharso, 2020). Perpustakaan sebagai penyedia informasi bagi penggunanya harus mengikuti
perkembangan yang ada. Pada tahapan lebih lajut, IFLA mengeluarkan pedoman bagi
perpustakaan seluruh dunia untuk bisa memberikan layanan selama masa pandemi
berlangsung (IFLA, 2020).

Suharso et.al (2020) menyimpulkan adanya kelebihan perpustakaan digital jika dibandingkan
dengan perpustakaan konvensional. Kelebihan itu antara lain: adanya penghematan ruang
yang pada gilirannya meningkatkan efisiensi pada banyak hal, akses ganda (multiple access)
yang bermakna bahwa perpustakaan atau koleksinya dapat diakses/digunakan secara bersama
oleh pemustaka karena diakses secara online, tidak terbatas ruang dan waktu karena
perpustakaan digital dapat diakses dimanapun dan kapan pun apabila terdapat jaringan
komputer yang berfungsi sebagai penghubung, koleksi yang dapat berbentuk multi-media
baik berupa kombinasi suara, gambar, dan teks seperti film, video edukasi dan video tutorial.

Perpustakaan daerah Papua pada konteks ini juga dituntut untuk selalu mengikuti
perkembangan teknologi yang ada dan mempersiapkan embrio perpustakaan digitalnya yakni
dengan menyediakan koleksi pustaka seperti dalam bentuk e-book, e-journal dan repository
sebagai resource yang akurat dan dapat diakses di mana saja dan kapan saja (Pakpahan,
2020). Disamping itu perpustakaan juga tetap melakukan pelayanan konvensional pada sistem
sirkulasi dengan membuat metode baru menggunakan jasa layanan online (Kurdi, 2020).
Layananan online tersebut termasuk diantaranya layanan pengantaran secara online seperti
melalui aplikasi “Go Send”, jasa pengiriman dan sebagainya yang memungkinkan publik
tetap mendapatkan pelayanan perpustakaan yang baik sekalipun secara fisik tidak harus
langsung hadir di perpustakaan.

3. Reformasi Sektor Pelayanan Perpustakaan Menuju Peningkatan Literasi Warga


Kompetensi literasi menjadi masalah klasik pada daerah terisolir atau daerah yang aksesnya
sangat sulit. Tidak tekecuali dalam konteks ini adalah wilayah provinsi Papua yang secara
geografis sangat luas disertai dengan kesulitan medan antar wilayah. Masalah klasik itu antara
lain masyarakat pada umumnya berpendidikan rendah dan buta aksara serta memiliki
pendapatan yang rendah, kemampuan literasi dasar yang masih sangat kurang, tidak mampu
memberikan pendidikan dan motivasi kepada anak-anak mereka untuk sekolah, motivasi
anak-anak untuk sekolah sangat kurang serta sebagian besar anak-anak usia sekolah belum
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 6 No. 1 (2021): 337-348

menempuh pendidikan sekolah dasar (Yusuf & Widyaningsih, 2019). Kondisi ini juga diakui
oleh lembaga pemerintah seperti kementerian pendidikan yang menyatakan bahwa tantangan
untuk menuntaskan keterampilan budaya membaca buku, menulis dan berhitung (calistung) di
wilayah Papua dan Papua Barat, lebih berat dan kompleks. Hal ini terjadi karena di geografis
daerah yang terisolir, minimnya tenaga guru dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai
memenuhi kebutuhan siswa di sekolah serta buku pelajaran yang menjadi pegangan siswa
tidak terpenuhi bahkan kurang (https://itjen.kemdikbud.go.id).

Tabel 4. Jarak Antar Ibukota Kabupaten dengan Ibukota Provinsi Papua


No Nama Jarak dengan No Nama Jarak dengan
Kabupaten/Kota Ibukota Propinsi Kabupaten/Kota Ibukota Propinsi
(Km) (Km)
1 Merauke 662 16 Sarmi 232
2 Jayawijaya 261 17 Keerom 71
3 Jayapura 27 18 Waropen 470
4 Nabire 586 19 Supiori 605
5 Kepulauan Yapen 505 20 Mamberamo 281
Raya
6 Biak Numfor 536 21 Nduga 357
7 Paniai 508 22 Lanny Jaya 315
8 Puncak Jaya 346 23 Mamberamo 200
Tengah
9 Mimika 536 24 Yalimo 202
10 Boven Digoel 389 25 Puncak 379
11 Mappi 467 26 Dogiyai 547
12 Asmat 454 27 Intan Jaya 429
13 Yahukimo 291 28 Deiyai 518
14 Pegunungan 270 29 Kota Jayapura -
Bintang
15 Tolikara 280
Sumber: Papua Dalam Angka Tahun 2020 (BPS, 2020)

Secara teoritik literasi merujuk pada kemampuan untuk membaca dan menulis teks serta
kemampuan untuk memaknai teks atau bahan bacaan tersebut. Pada bahagian lebih lanjut
dikenal konsep kompetensi literasi yang secara sederhana dimaknai sebagai “kemampuan
menggunakan, memahami, menganalisis, mengintegrasikan, dan membangun pengetahuan
baru melalui bahan atau sumber-sumber literasi (Lim, 2018). Secara konvensional kegiatan
literasi publik dilakukan dengan membaca buku ilmiah, sastra maupun media cetak seperti
koran dan majalah. Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan
membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Seiring
perkembangan teknologi sekaligus masyarakatnya, literasi saat ini memiliki arti yang sangat
luas sehingga keberaksaraan sudah memiliki ragam makna. Saat ini ada bermacam-macam
keberaksaraan atau literasi mulai dari literasi komputer (computer literacy), literasi media
(media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy),
346 Nelwan Rosumbre, Potensi Layanan Perpustakaan

literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy) (Juditha,
2013).

Perpustakaan daerah provinsi Papua khususnya jika dilihat sebagai sebuah fasilitas dan
sekaligus kelembagan pada dasarnya memiliki potensi untuk mewujudkan peningkatan literasi
warga Papua. Hal ini tentunya tidak terlepas dari visi perpustakaan nasional Tahun 2015-2019
yang sekaligus visi perpustakaan daerah Provinsi Papua untuk mewujudkan “Indonesia
Cerdas Melalui Gemar Membaca dengan memberdayakan perpustakaan”. Sebagai sebuah
fasilitas, perpustakaan dengan layanan koleksinya dalam berbagai bentuk dapat menjadi
sarana penting bagi warga untuk mendapatkan bahan ilmiah dan bahan bacaan umum lainnya
yang masih sulit diperoleh pada wilayah kampung/kampung adat maupun pada distrik-distrik
yang jauh dari ibukota provinsi. Pembentukan perpustakaan digital akan turut memudahkan
publik untuk memperoleh sumber bacaan berkualitas dan kemudahan dalam mengaksesnya.

Sebagai bagian dari unit organisasi publik atau birokrasi daerah, lembaga perpustakaan dapat
mengajukan atau menjalankan program lain non kepustakaan dalam rangka meningkatkan
literasi warga tersebut. Hal ini sejalan dengan visi perpustakaan nasional dan perpustakaan
daerah sekaligus yang antara lain ingin mewujudkan koleksi nasional/daerah yang lengkap
dan mutakhir, mengembangkan diversifikasi layanan perpustakaan berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), mengembangkan perpustakaan yang menjangkau
masyarakat luas, mewujudkan tenaga perpustakaan yang kompeten dan professional,
menggalakkan sosialisasi/promosi/pemasyarakatan gemar membaca dan mengembangkan
infrastruktur perpustakaan nasional/daerah yang moderen. Perpustakaan daerah provinsi
Papua pada faktanya telah melakukan kegiatan non-kepustakaan dalam beberapa tahun
terakhir yang menunjukkan adanya eksistensi lembaga dalam mewujudkan visi daerah pada
sektor literasi ini. Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Papua sudah melaksanakan
sosialisasi gemar membaca melalui dana dekonsentrasi sebanyak 4 kali selama tahun 2014
sampai dengan tahun 2017 serta telah membangun layanan terintergrasi berbasis TIK berupa
Inlistlite dan OPAC (Pemerintah Provinsi Papua, 2019).

Peningkatan layanan perpustakaan sebagai fasilitas dan juga sebagai unit birokrasi daerah
serta merta dapat menjadi modal penting dalam meningkatkan literasi warga. Dalam hal
melaksanakan layanan pada kedua identitasnya harus dilakukan dalam kerangka pelayanan
publik yang prima dan berkualitas. Pelayanan publik sendiri dapat diartikan sebagai
pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mepunyai kepentingan
pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan dan tata cara yang ditetapkan (Widodo, 2001).
Pelaksana pelayanan publik pada konteks ini adalah aparatur pemerintah dan sebenarnya tidak
terlepas dari implikasi fungsi negara sebagai pelayan masyarakat demi mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Pelayanan yang dilakukan oleh perpustakaan pada konteks ini
merupakan pelayanan publik baik yang bentuk layanannya diberikan kepada individu sebagai
warga negara, keluarga maupun komunitas (Dwiyanto, 2006).

Pelayanan yang diberikan perpustakaan pada sektor literasi pada dasarnya bukanlah menjadi
pelayanan primer karena urgensinya tidak bisa ditunda. Pada situasi normal pelayanan literasi
ini dapat dikategorikan sebagai pelayanan lanjutan. Namun demikian, pada masa pandemi
Jurnal IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) Vol. 6 No. 1 (2021): 337-348

sekarang khususnya pada daerah yang memiliki keterbatasan sumber-sumber literasi


posisinya dapat menjadi pelayanan dasar. Perpustakaan sebagai unit pelayanan publik, baik
pada situasi normal maupun saat pandemi sekarang, tetap harus melakukan pelayanan publik
yang berkualitas yaitu pentingnya eksistensi dimensi keterhandalan (realibity), tanggap
(responsiveness), keyakinan (confidence), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Makna
keterhandalan (realibity) sebagai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan dilakukan
secara tepat dan terpercaya; tanggap (responsiveness) sebagai kemampuan untuk membantu
dan memberikan pelayanan dengan cepat; keyakinan (confidence) sebagai pengetahuan dan
kesopanan pegawai serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan atau assurance; empati (emphaty) sebagai kepedulian dan memberikan perhatian
bagi penerima layanan dan berwujud (tangible) sebagai penampilan fasilitas fisik, peralatan,
personel, dan media komunikasi.

Kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi dewasa ini serta adanya pandemi global
Covid-19 memberikan pengaruh dan dampak bagi penyelenggaraan pelayanan perpustakaan.
Namun demikian, pelayanan publik sektor kepustakaan ini tetap harus berjalan sehingga
diperlukan pelayanan berbasis teknologi informasi (IT). Hal ini akan akan tercipta proses
pelayanan publik yang efisien, transparan dan efektif (Kurniawan, 2006). Sebagai organisasi
publik, perpustakaan dituntut untuk memberikan pelayanan sesuai harapan para penggunanya,
yaitu dapat menyediakan informasi yang aktual, tepat waktu dan mudah diakses sesuai dengan
kebutuhan para pengguna jasa perpustakaan (Purboningsih, et.al, 2014).

KESIMPULAN
Kajian ini menyimpulkan bahwa perpustakaan daerah Papua selama ini memiliki fungsi
penting dalam meningkatkan kompetensi literasi warga Papua. Pandemi Covid-19 pelayanan
tetap berjalan dengan sesuai dengan standar protokol kesehatan serta pelayanan e-pusda tetap
berjalan dengan koneksi internet yang terbatas. Potensi untuk meningkatkan literasi warga
melalui fungsi perpustakaan di masa pandemi masih tinggi dengan melakukan integrasi
layanan pendidikan, kearsipan dan perpustakaan serta berupaya untuk menjadikan
perpustakaan daerah sebagai perpustakaan hibrida dan digital yang memungkinkan akses
yang luas bagi warga Papua sekalipun mayoritas dari mereka tinggal di wilayah geografis
yang terisolir.

DAFTAR PUSTAKA
A’yuni, Q.Q. (2015). Literasi Digital Remaja di Kota Surabaya (Studi Deskriptif Tentang
Tingkat Kompetensi Literasi Digital Pada Remaja SMP, SMA dan Mahasiswa di Kota
Surabaya). Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Surabaya, 4 (2), 1–15.
BPS (2020), Provisi Papua Dalam Angka Tahun 2020, Jayapura: Badan Pusat Statistika
Provinsi Papua.
Creswel, J.W. (2015) Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih Diantara Lima
Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bintoro.
Dwiyanto, A. (2006). Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
348 Nelwan Rosumbre, Potensi Layanan Perpustakaan

IFLA. (2020). COVID-19 and the Global Library Field. Den Haag: IFLA (The International
Federation of Library Associations and Institutions). Retrieved from
https://www.ifla.org/covid-19-andlibraries.
Irjen Kemendikbud (2020), Budaya Literasi Warga Papua Masih Menjadi Tantangan, dalam
https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/budaya-literasi-warga-papua-masih-
menjadi-tantangan diakses tanggal 25 Februari 2020 pukul 16.49 WIT.
Juditha, C. (2013). Tingkat Literasi Media Masyarakat di Wilayah Perbatasan Papua,
Journal Communication Spectrum, 3 (2): 107-120.
Kurniawan, A. (2006). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan.
Kurdi, M. (2020). Menggagas Pelayanan Prima di Masa Pandemic Covid-19. Jurnal Lingkar
Widyaiswara, 7 (4): 4-7.
Lim, H. (2018). Digital Literacy Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Buddha,
Tangerang: Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang.
Pakpahan, Arvaeni (2020), Peran dan Strategi Layanan Perpustakaan STARKI pada Masa
Pandemi: Majalah Karyawan STARK.
Pemerintah Provinsi Papua. (2019). Rencana Strategis Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Provinsi Papua. Jayapura: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
Purboningsih, D., Muluk, M.R.K, & Noor, I. (2014), Peningkatan Kualitas Pelayanan
Perpustakaan Umum Melalui Pendekatan Sistem Lunak (Soft System): Studi Pada
Perpustakaan Umum Kota Kediri). Wacana, 17 (2): 105-115.
Savinatunazah, V. (2019). Efektivitas Pelayanan Perizinan Berbasis Online di Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Ciamis. Jurnal
Dinamika, 6 (2):70-77.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Suharso, P., Arifiyana, I.P. & Wasdiana, M.D. (2020), Layanan Perpustakaan Perguruan
Tinggi dalam Menghadapi Pandemi Covid-19, ANUVA, 4 (2): 271-286.
Sumiati, E. (2019). Upaya Meningkatkan Jasa Layanan Informasi Institut Pemerintah Dalam
Negeri di Jatinangor. Jurnal Pustaka Ilmiah, 5(2): 889-897.
Yoanda, S. (2019). Peningkatan Layanan Perpustakaan Melalui Teknologi RFID. Jurnal
Pustakawan Indonesia, 16(2).
Yusuf, I. & Widyaningsih, S.W. (2019). Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Literasi dalam Mewujudkan Kepedulian Pendidikan di Sidey Kabupaten Manokwari
Papua Barat, Jurnal Publikasi Pendidikan, 9 (3): 200-211.
Widodo, J. (2001). Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik. Malang: Citra.

You might also like