Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS

KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017


Hendri Sopian
Universitas Terbuka

Alamat Korespondensi: hendrisopianpbb@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT


Diterima Pertama Tax disputes as a result of tax assessments issued by the Directorate
[23 11 2022] General of Taxes (DGT) are currently relatively increasing, especially
in the palm oil business sector. In several cases of tax disputes over
Dinyatakan Diterima tax assessments issued based on an Appraisal Report made by the
[08 06 2023] DGT Appraisal Team according to the technical guidelines in the
Director General of Taxes Circular Letter Number SE-27/PJ/2017,
KATA KUNCI: there have been variations in appeal decisions. This research uses a
Pemeriksaan, Penilaian, Sawit, Sengketa, Penerimaan normative-empirical analysis approach. The results of the study show
that tax assessments issued immediately are only based on the
KLASIFIKASI JEL: results of the DGT Appraisal Team according to SE-27/PJ/2017 in tax
H25 audit activities, namely the Panel of Judges wins the DGT in the event
that the Taxpayer is uncooperative in lending documents/if the
bookkeeping is declared invalid by The DGT Audit Team cannot be
used to calculate the tax payable. While the decision in favor of the
taxpayer is if the taxpayer has been cooperative and provided all the
data requested by the DGT during the audit, but the DGT cannot
prove the link between the results of the Assessment by the DGT
Appraisal Team and the books/data provided by the taxpayer.
Therefore, the need for proper application by DGT's internal ranks of
the guidelines in SE-27/PJ/2017 in order to optimize state revenue.

ABSTRAK
Sengketa Pajak sebagai akibat dari Surat Ketetapan Pajak yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dewasa ini relatif
meningkat terutama pada sektor usaha sawit. Dalam beberapa kasus
sengketa pajak atas Ketetapan Pajak yang dikeluarkan berdasarkan
Laporan Penilaian yang dibuat Tim Penilai DJP sesuai panduan teknis
dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-27/PJ/2017, terjadi
variasi putusan banding. Penelitian menggunakan pendekatan
analisis normatif-empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Surat
Ketetapan Pajak yang dikeluarkan secara serta-merta berdasarkan
hasil penilaian Tim Penilai DJP sesuai SE-27/PJ/2017 dalam kegiatan
pemeriksaan pajak yaitu Majelis Hakim memenangkan DJP dalam hal
Wajib Pajak tidak kooperatif dalam meminjamkan dokumen/bila
pembukuan dinyatakan invalid oleh Tim Pemeriksa DJP sehingga
tidak dapat digunakan untuk menghitung pajak terutang. Sedangkan
putusan yang memenangkan Wajib Pajak yaitu apabila wajib pajak
telah kooperatif dan memberikan seluruh data yang diminta DJP
dalam pemeriksaan namun DJP tidak dapat membuktikan
keterkaitan antara hasil Penilaian oleh Tim Penilai DJP dan
pembukuan/data yang diberikan oleh wajib pajak. Oleh karena itu,
perlunya pengaplikasian yang tepat oleh jajaran internal DJP atas
panduan dalam SE-27/PJ/2017 tersebut demi mengoptimalkan
penerimaan negara.

Halaman | 8
TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS Jurnal Pajak Indonesia Vol.7, No.1, (2023), Hal.8 -15
KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017 Halaman | 9
Sopian, H

1. PENDAHULUAN negara sebagai suaka pajak. Mereka mendapat berbagai


keuntungan perpajakan dan fasilitas kerahasiaan
Salah satu tugas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) simpanan dari tax haven country.
Kementerian Keuangan RI adalah melakukan kegiatan
Surat Edaran (SE) Dirjen Pajak Nomor SE-
pemeriksaan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak (WP) 27/PJ/2017, yang membahas prosedur penilaian usaha
terhadap perpajakan. Menurut Pasal 1 angka 25
perkebunan kelapa sawit dalam rangka menganalisis
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang kewajaran peredaran usaha dan/atau biaya melalui
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), kegiatan pengenaan pajak bumi dan bangunan (PBB)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir atau pemeriksaan, telah diterbitkan oleh DJP,
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang khususnya yang berkaitan dengan sektor usaha kelapa
Harmonisasi Peraturan Perpajakan, definisi sawit. Dalam SE tersebut, dijelaskan bahwa penilaian
pemeriksaan yaitu serangkaian tindakan yang dilakukan untuk melakukan analisis kewajaran peredaran usaha
secara objektif dan profesional untuk mengumpulkan
dan/atau biaya tidak dapat dilakukan secara mandiri.
dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang Sebaliknya, mereka harus dilakukan sebagai bagian dari
dilaksanakan berdasarkan suatu standar pemeriksaan
pengenaan PBB atau pemeriksaan. Selain itu, kegiatan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban pengawasan atau pemeriksaan dapat dilakukan untuk
perpajakan. memantau hasil penilaian ini. Namun banyak kasus
Di mana Wajib Pajak (WP) memenuhi semua hak pemeriksaan yang semata-mata mengandalkan hasil
dan kewajiban perpajakannya, itu disebut kepatuhan
penilaian oleh Tim Penilai DJP sebagai dasar ketetapan
pajak. Kepatuhan formal dan material terdiri dari dua
dalam pemberian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
kategori. Kepatuhan formal adalah ketika WP
(SKPKB). Terkait beberapa kasus sengketa pajak di
memenuhi kewajiban pajak secara formal sesuai
Pengadilan Pajak, terdapat variasi putusan banding yang
ketentuan formal undang-undang pajak. Sebaliknya,
memenangkan DJP maupun Wajib Pajak. Berdasarkan
kepatuhan material berarti WP secara substantif situs Sekretariat Pengadilan Pajak Kementerian
memenuhi kewajiban perpajakan dengan memenuhi Keuangan, Penulis telah mengambil sampel setidaknya
semua ketentuan material perpajakan atau sesuai terdapat 8 (delapan) putusan sengketa pajak terkait
dengan substansi dan esensinya dari undang-undang penilaian/analisis kewajaran usaha sawit sesuai SE-
perpajakan (Nurmantu dalam Cahyonowati, dkk 2012). 27/PJ/2017. Dari sampel tersebut, terdapat 6 (enam)
Perkebunan kelapa sawit dikenal sebagai sektor
putusan yang memenangkan Wajib Pajak dan 2 (dua)
produktif yang memiliki tingkat perputaran ekonomi
putusan yang memenangkan DJP.
yang mencapai Rp 1,2 triliun per hari (Teja, 2016).
Berdasarkan sampel 8 (delapan) putusan sengketa
Angka-angka ini diperoleh dari transaksi perdagangan
pajak terkait analisis kewajaran usaha sawit sesuai SE-
tandan buah segar (TBS) sawit dan minyak kelapa sawit
27/PJ/2017 yang diteliti, Penulis melakukan tinjauan
mentah (CPO). Ini juga tidak termasuk variabel lain dan
untuk mengetahui bagaimana keandalan dari petunjuk
faktor pengganda ekonomi lainnya. Dengan
teknis SE-27/PJ/2017 dalam sengketa pajak dan untuk
perhitungan sederhana, sektor perkebunan kelapa
mengetahui bagaimana pengaplikasian yang tepat atas
sawit dapat menghasilkan pendapatan pajak antara 45
petunjuk teknis dalam SE-27/PJ/2017 dalam rangka
triliun dan 50 triliun per tahun. Menurut data DJP
optimalisasi penerimaan pajak.
(2015), sektor perkebunan kelapa sawit hanya
.
menghasilkan Rp 22,2 triliun dalam penerimaan pajak,
yang merupakan kontribusi sebesar 2,1% dari total 2. KAJIAN PUSTAKA
penerimaan pajak. Rendahnya penerimaan pajak pada Pajak merupakan tumpuan utama dalam struktur
usaha ini karena tingkat kepatuhan wajib pajak yang pendapatan negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja
rendah. Negara (APBN) Indonesia sangat tergantung dari
Menurut Teja (2016), setidaknya terdapat 3 (tiga) penerimaan pajak. Pajak di Indonesia menggunakan
modus yang dilakukan oleh wajib pajak. Pertama, wajib sistem self assessment, yang artinya Wajib Pajak
pajak badan yang dikenakan pajak mengekspor produk diberikan hak dan kebebasan untuk menghitung,
CPO dan produk turunannya memakai Special Purpose memperhitungkan, menyetor dan melaporkan pajaknya
Vehicle (SPV) untuk melakukan praktik transfer pricing. secara mandiri (Pasal 12 UU KUP). Setelah Wajib Pajak
Caranya adalah laporan surveyor dan nota melaporkan pajaknya, negara yang dalam hal ini diwakili
pemberitahuan ekspor, yang merupakan dokumen oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berwenang untuk
ekspor, dibuat dengan perusahaan SPV di Singapura, menguji kebenaran pelaporan melalui mekanisme
meskipun India adalah negara tujuan ekspornya. Wajib Pemeriksaan (Pasal 29 UU KUP). Dalam pelaksanaan
pajak badan melakukan shadow transaction. Jadi, harga Pemeriksaan, bila terdapat kurang bayar pajak maka DJP
ekspor di dalam nota transaksi/invoice diturunkan mengeluarkan produk hukum berupa Surat Ketetapan
(mark down) dari harga yang sebenarnya terjadi. Kedua, Pajak Kurang Bayar (SKPKB). SKPKB (Pasal 1 angka 16 UU
uang yang dihasilkan dari ekspor devisa tidak langsung KUP) adalah surat ketetapan pajak yang berisi jumlah
dipindahkan ke dalam negeri; sebaliknya, mereka pokok pajak, kredit pajak, kekurangan pembayaran
disimpan di negara yang memiliki karakteristik tax pokok pajak, sanksi administrasi, dan pajak yang masih
haven melalui rekening SPV. Oleh karena itu, sangat harus dibayar oleh wajib pajak.
sulit bagi otoritas perpajakan untuk memantau sumber Hutagaol (2007: 73-74) berpendapat bahwa,
dana tersebut. Ketiga, SPV digunakan oleh banyak maksud dari kegiatan pemeriksaan pajak adalah untuk
pemilik perusahaan yang memiliki aset dan harta di meninjau kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
(seperti kewajiban pelaporan dan penyetoran pajak
TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS Jurnal Pajak Indonesia Vol.7, No.1, (2023), Hal.8 -15
KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017 Halaman | 10
Sopian, H

secara material dan formal) serta tujuan lainnya (seperti pemeriksaan adalah prosedur dan teknik pemeriksaan
pemberian dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dilakukan pada buku, catatan, dan dokumen, serta
(NPWP) secara jabatan, penyelesaian proses keberatan, data, informasi, dan keterangan lainnya. Dua kategori
pencocokan data dan/atau alat keterangan, dan metode pemeriksaan sendiri adalah metode
penentuan daerah terpencil). Rahayu (2010: 246) pemeriksaan langsung dan juga metode pemeriksaan
berpendapat bahwa, pemeriksaan dilakukan dalam tidak langsung.
rangka menguji kepatuhan wajib pajak jika: (1) Surat Metode pemeriksaan langsung adalah metode
Pemberitahuan (SPT) menunjukkan kelebihan yang memeriksa angka-angka dalam SPT dengan
pembayaran pajak, termasuk pengembalian kelebihan membandingkannya langsung dengan laporan
pajak pendahuluan; (2) SPT tahunan pajak penghasilan keuangan dan buku catatan, serta dokumen pendukung.
menunjukkan kerugian; (3) SPT tidak dikirim atau Setiap pos neraca dan laba rugi yang berhubungan
disampaikan pada waktu yang ditetapkan; dan (4) SPT dengan angka SPT atau merupakan sumber utama
memenuhi kriteria seleksi yang ditetapkan oleh Direktur dilakukan pemeriksaan dengan metode ini.
Jenderal Pajak. Selain itu, Rahayu (2010: 262) Sedangkan Metode Pemeriksaan Tidak Langsung
menjelaskan bahwa pemeriksaan pajak juga dapat adalah metode dan prosedur untuk memeriksa dengan
diklasifikasikan berdasarkan luasnya, yaitu apakah menguji kebenaran angka-angka yang tercantum di
terdiri dari pemeriksaan di lapangan atau di kantor. dalam SPT secara tidak langsung dengan memakai
Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan wajib pajak metode perhitungan tertentu. Hasil penghitungan yang
di tempat kerja, kantor, tempat usaha (pabrik), atau dihasilkan melalui teknik ini memungkinkan kesimpulan
tempat tinggal. Sedangkan pemeriksaan kantor adalah bahwa angka-angka dalam SPT tidak benar; oleh karena
pemeriksaan wajib pajak di kantor unit pemeriksaan. itu, untuk membuktikan ketidakbenaran tersebut,
Pemeriksaan pajak dapat mengurangi masih diperlukan bukti yang absah dan valid. Pemeriksa
ketidakpatuhan pajak wajib (Agusti dan Herawaty, DJP harus mempunyai bukti bahwa Metode Langsung
2009). Seperti yang dinyatakan oleh Rozie (2005) dalam tidak dapat digunakan jika Pemeriksa DJP mau
(Agusti dan Herawaty, 2009), pemeriksaan pajak menggunakan Metode Tidak Langsung. Dengan
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kepatuhan demikian, dapat disimpulkan bahwa prosedur yang
wajib pajak, yang pada gilirannya berdampak pada tertuang dalam SE-27/PJ/2017 merupakan bagian dari
peningkatan penerimaan pajak DJP. Oleh karena itu, Metode Pemeriksaan Tidak Langsung.
pemeriksaan pajak memastikan bahwa wajib pajak telah Dalam rangka pengawasan maupun pemeriksaan
menjalankan kewajiban perpajakannya secara efektif kewajaran usaha kelapa sawit, DJP telah membuat
(Prihastanti dan Kiswanto, 2015). panduan berupa SE-27/PJ/2017 yang pada intinya
Apakah Surat Edaran (SE) termasuk dalam kategori sebagai panduan Penilaian bagi Fungsional Penilai Pajak
mengatur (regeling) atau penetapan (beschikking) (Penilai DJP). Latar belakang terbitnya SE tersebut yaitu
masih menjadi perdebatan tentang posisinya dalam karena perkembangan usaha perkebunan kelapa sawit
hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia. yang pesat dengan indikasi banyaknya pelaku usaha dan
Namun, berdasarkan putusan Mahkamah Agung (MA) bertambahnya luas kebun. Selain itu, Penilai DJP dapat
dalam kasus surat edaran Dirjen Minerba dan Panas mengeluarkan analisis kewajaran peredaran usaha
Bumi nomor 03E/31/DJB/2009 tentang perizinan dan/atau biaya bisnis perkebunan kelapa sawit melalui
pertambangan mineral dan batubara, MA membatalkan kegiatan Penilaian PBB. Penilai DJP menghitung jumlah
surat edaran tersebut karena dapat dianggap sebagai PBB yang terutang berdasarkan Laporan Penilaian.
bentuk peraturan perundang-undang yang diatur dalam Selain itu, mereka memiliki kemampuan untuk
UU No. 10 Tahun 2004 (saat ini UU tersebut telah menghasilkan Laporan Hasil Analisis (LHA) yang
dicabut dengan UU No. 12 Tahun 2011 sebagaimana membahas kewajaran peredaran usaha dan biaya bisnis
telah diubah dengan UU No. 13 Tahun 2022). Menurut perkebunan kelapa sawit. LHA yang merupakan
putusan MA ini, surat edaran dapat diuji di Mahkamah pendapat/opini kewajaran tersebut, adalah bagian dari
Agung jika dianggap bertentangan dengan undang- produksi data unit kerja Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
undang yang lebih tinggi. yang juga berfungsi sebagai alat keterangan (alket).
Terkait definisi penilaian, ketentuan dalam Surat Account Representative (AR), Analis di Center for Tax
Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-05/PJ/2020 tentang Analysis (CTA), Fungsional Pemeriksa Pajak (Pemeriksa
Prosedur Pelaksanaan Penilaian untuk Tujuan DJP) serta petugas pajak lainnya dapat menggunakan
Perpajakan menyatakan bahwa penilaian untuk tujuan informasi ini untuk menentukan potensi pembayaran
perpajakan, juga disebut sebagai penilaian, adalah pajak dari sektor usaha kelapa sawit. Dengan demikian,
serangkaian tindakan yang dilakukan secara objektif dan pedoman teknis SE-27/PJ/2017 dikeluarkan sesuai
profesional dengan tujuan menentukan nilai tertentu dengan kompetensi yang dimiliki oleh Penilai DJP.
dari objek penilaian pada saat tertentu, berdasarkan Dalam praktiknya, Laporan Hasil Analisis (LHA)
standar evaluasi implementasi peraturan perundang- Penilai DJP akan dikirimkan ke AR sebagai bagian dari
undangan perpajakan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengawasan, di mana AR akan melakukan klarifikasi
penilaian juga dapat dilakukan jika objek pajak bumi dan antara SPT yang dilaporkan wajib pajak dengan LHA
bangunan berada di bidang pertambangan, Penilai DJP. Bila wajib pajak setuju dengan hasil
perkebunan, perhutanan, atau bidang lain yang klarifikasi, maka wajib pajak akan melakukan
membutuhkan penilaian lapangan. pembetulan SPT. Namun apabila wajib pajak setuju
Menurut Pedoman Penggunaan Metode dan untuk tidak setuju atas hasil klarifikasi, maka AR dapat
Teknik Pemeriksaan dalam SE-65/PJ/2013, metode meneruskan LHA tersebut sebagai bagian dalam
TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS Jurnal Pajak Indonesia Vol.7, No.1, (2023), Hal.8 -15
KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017 Halaman | 11
Sopian, H

membuat Analisis Risiko sebagai usulan pemeriksaan. berdasarkan kajian 2019 oleh Komisi Pemberantasan
Dalam proses pemeriksaan, Pemeriksa DJP akan Korupsi (KPK), luas tutupan sawit seluruh Indonesia
mengeluarkan ketetapan pajak berupa SKPKB. Bila wajib yaitu 16,4 juta hektar sesuai analisis citra resolusi
pajak juga tetap setuju untuk tidak setuju dengan SKPKB tinggi dari satelit SPOT milik Airbus, di mana jumlah ini
tersebut, maka wajib pajak dapat menggunakan haknya lebih besar dari jumlah yang diumumkan oleh
untuk melakukan Keberatan serta Banding maupun pemerintah saat itu yaitu 14 juta hektar. Atas hal
Peninjauan Kembali, untuk mendapatkan keadilan dan tersebut, terdapat potensi penerimaan pajak sebesar
kepastian hukum. Rp 40 triliun, di mana pemerintah hanya berhasil
memungut Rp 22,2 triliun pada 2015.
Gambar 1. Negara Penghasil Minyak Sawit
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian normatif-
empiris. Menurut Muhammad (2004), Penelitian
hukum normatif-empiris (applied law research)
adalah penelitian dengan menggunakan studi kasus
dalam hukum normatif-empiris yang berupa produk
perilaku hukum. Penelitian hukum normatif-empiris
(terapan) berawal dari ketentuan hukum positif yang
diberlakukan pada peristiwa hukum in concerto dalam
masyarakat, sehingga penelitian mereka selalu
menggabungkan dua penelitian: (1) Studi hukum
normatif yang berlaku adalah tahap pertama, dan (2)
penerapan tindakan bersama untuk mencapai tujuan.
Dokumen hukum dan perbuatan nyata dapat
digunakan untuk mewujudkan penerapan tersebut.
Hasil penerapan akan membantu kita memahami Sumber:
apakah ketentuan hukum normatif yang dikaji telah https://www.indexmundi.com/agriculture/?commod
dilaksanakan dengan tepat atau tidak. ity=palm-oil
Metode yang digunakan adalah studi kasus
sengketa hukum, yang berarti campur tangan Dengan hasil produksi minyak sawit terbesar,
pengadilan untuk membuat keputusan penyelesaian maka sumbangsih sektor usaha sawit terhadap
(yurisprudensi) (Amarudin dan Asikin, 2012). Penulis penerimaan perpajakan juga berpotensi besar.
akan melihat bagaimana masalah dirumuskan sesuai Berdasarkan kajian Yayasan Madani Berkelanjutan,
dengan standar dan prinsip hukum, memberikan kepatuhan wajib pajak turun dari 70,6% pada tahun
penjelasan rinci, dan kemudian memberikan solusi 2011 menjadi 46,3% pada tahun 2015. Jumlah
hukum untuk penelitian. pemeriksaan yang dilakukan DJP tidak optimal. Selain
Penulis mengambil sampel dari 8 (delapan) itu, ketersediaan data dan pemanfaatan fungsi data
putusan pengadilan pajak terkait SE- 27/PJ/2017 yang izin usaha perkebunan dan hak guna usaha (IUP dan
diambil dari situs internet Sekretariat Pengadilan HGU), laporan perkembangan usaha perkebunan, dan
Pajak Kementerian Keuangan. Penelitian dilakukan peta perkembangan masih belum optimal. Selain itu,
untuk mengetahui bagaimana keandalan dari berdasarkan kajian 2019 oleh Komisi Pemberantasan
petunjuk teknis SE-27/PJ/2017 dalam sengketa pajak Korupsi (KPK), luas tutupan sawit seluruh Indonesia
dan untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian yaitu 16,4 juta hektar sesuai analisis citra resolusi
yang tepat atas petunjuk teknis SE-27/PJ/2017 dalam tinggi dari satelit SPOT milik Airbus, di mana jumlah ini
rangka optimalisasi penerimaan pajak. lebih besar dari jumlah yang diumumkan oleh
4. RESULT AND DISCUSSIONS pemerintah saat itu yaitu 14 juta hektar. Atas hal
tersebut, terdapat potensi penerimaan pajak sebesar
4.1 Pemeriksaan Sektor Sawit
Rp 40 triliun, di mana pemerintah hanya berhasil
Salah satu komoditas perkebunan yang
memungut Rp 22,2 triliun pada 2015.
memiliki peran strategis dalam pembangunan
Untuk itu, DJP harus menggunakan kegiatan
ekonomi Indonesia adalah kelapa sawit. Indonesia
pemeriksaan untuk memastikan bahwa kewajiban
adalah negara yang menghasilkan kelapa sawit
pajak usaha sawit telah dipenuhi dengan benar.
terbesar di dunia sebagaimana Gambar 1. Dengan
hasil produksi minyak sawit terbesar, maka
4.2 Penjelasan Teknis Penilaian sesuai SE-27/PJ/2017
sumbangsih sektor usaha sawit terhadap penerimaan
Dalam melaksanakan Penilaian kewajaran
perpajakan juga berpotensi besar. Berdasarkan kajian
usaha sawit, Tim Penilai DJP melakukan sejumlah
Yayasan Madani Berkelanjutan, kepatuhan wajib
langkah teknis sebagaimana yang terlihat pada
pajak turun dari 70,6% pada tahun 2011 menjadi
Gambar 2. Analisis kegiatan dilakukan dalam empat
46,3% pada tahun 2015. Jumlah pemeriksaan yang
fase: persiapan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak
dilakukan DJP tidak optimal. Selain itu, ketersediaan
lanjut hasil. Persiapan kegiatan termasuk
data dan pemanfaatan fungsi data izin usaha
menyediakan sarana dan prasarana penilaian, seperti
perkebunan dan hak guna usaha (IUP dan HGU),
formulir, dokumen, alat dokumentasi, alat ukur, dan
laporan perkembangan usaha perkebunan, dan peta
alat pendukung lainnya. Kemudian, pihak yang
perkembangan masih belum optimal. Selain itu,
TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS Jurnal Pajak Indonesia Vol.7, No.1, (2023), Hal.8 -15
KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017 Halaman | 12
Sopian, H

bertanggung jawab atas pajak (WP) diberitahu tentang budidaya perkebunan kelapa sawit seperti
tentang permintaan data awal melalui formulir isian, jenis lahan dan kesesuaiannya; jumlah pokok tanaman
permintaan bantuan lapangan, dan/atau informasi dan jenis bibit tanaman; luas perkebunan dan/atau
tentang persiapan lokasi penilaian. umur tanaman; kondisi tanaman dan perkebunan
Gambar 2. Alur Penilaian Kewajaran Usaha yang mempengaruhi produktivitas TBS; kontrak
penjualan TBS; dan/atau data lainnya yang diperoleh
di lapangan. Selain itu, data yang dikumpulkan di
lapangan juga dapat mencakup data terkait
perkebunan inti plasma.
Bila objek penilaian terdapat Pabrik Kelapa
Sawit (PKS), maka dilakukan juga pengumpulan data
yang berkaitan dengan pengolahan hasil perkebunan
kelapa sawit (seperti kapasitas pengolahan, kontrak
pembelian dan penjualan TBS/CPO/PK, laporan
penerimaan, jam operasional rata-rata, tingkat
rendemen, laporan harian produksi, persediaan awal
dan akhir hasil olahan TBS, rincian pasokan TBS,
laporan perbaikan alat mesin, laporan tenaga kerja,
laporan laboratorium).
Setelah itu Tim Penilai DJP melakukan analisis
atas data yang diperoleh sesuai dengan Kertas Kerja
Analisis (KKA), lalu pembuatan Laporan Hasil Analisis
Sumber: Lampiran I SE-27/PJ/2017 (LHA) dan tindak lanjut kegiatan berupa penyampaian
LHA kepada AR untuk selanjutnya diproses melalui
Analisis kegiatan dilakukan dalam empat penerbitan Surat Permintaan Penjelasan Data
fase: persiapan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak dan/atau Keterangan (SP2DK) maupun usulan
lanjut hasil. Persiapan kegiatan termasuk pemeriksaan. Berikut ini gambar atas resume
menyediakan sarana dan prasarana penilaian, seperti pengumpulan data hingga produksi LHA sesuai
formulir, dokumen, alat dokumentasi, alat ukur, dan penjelasan di atas.
alat pendukung lainnya. Kemudian, pihak yang
bertanggung jawab atas pajak (WP) diberitahu Gambar 3. Resume Penilaian Kewajaran Usaha
tentang permintaan data awal melalui formulir isian,
permintaan bantuan lapangan, dan/atau informasi
tentang persiapan lokasi penilaian.
Selanjutnya, kegiatan dilaksanakan melalui
identifikasi dan pengumpulan data internal dan
eksternal, peninjauan lapangan, dan analisis data.
Data internal dan eksternal termasuk dalam proses
identifikasi dan pengumpulan data. Sumber data
internal seperti Surat Pemberitahuan Objek Pajak
Pajak Bumi dan/atau Bangunan (SPOP PBB), SPT
Tahunan, dan SPT Masa PPN/PPh. Data eksternal
meliputi informasi tentang produktivitas bibit kelapa Sumber: Slide Bahan Ajar Penilaian Dit. EP
sawit yang didapat dari produsen bibit atau
Kementerian Pertanian RI; informasi dari dinas 4.3 Penjelasan Putusan Banding
perkebunan dan Kementerian Pertanian RI; harga Atas penerbitan SKPKB yang dilakukan
tandan buah segar (TBS); hasil olahan TBS, termasuk melalui proses pemeriksaan, wajib pajak memiliki hak
tetapi tidak terbatas pada Crude Palm Oil (CPO) dan untuk mengajukan keberatan maupun banding ke
Palm Kernel (PK); tingkat rendemen hasil olahan TBS pengadilan pajak. Berikut ini resume dari 8 (delapan)
lokal, termasuk tetapi tidak terbatas pada CPO dan PK; putusan pengadilan pajak terkait SE-27/PJ/2017, di
Laporan Penilaian Usaha Perkebunan; Data surat mana 6 (enam) putusan memenangkan Wajib Pajak,
keputusan tentang izin usaha perkebunan (usaha sedangkan 2 (dua) putusan memenangkan DJP.
perkebunan budidaya dan/atau industri perkebunan, Berdasarkan putusan pengadilan pajak yang
termasuk STD dan rencana kerja usaha perkebunan); memenangkan wajib pajak, Majelis Hakim
data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan harga berpendapat bahwa koreksi DJP berasal dari analisis
patokan ekspor yang ditetapkan oleh kementerian produksi TBS dengan menggunakan standardisasi
terkait untuk penetapan Bea Keluar; dan data tentang produksi TBS berdasarkan teknis umur tanaman
standar biaya dan biaya operasional perkebunan dengan data dari "Lembaga Pendidikan Perkebunan,
kelapa sawit yang diterbitkan oleh lembaga penelitian Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit”. Bahwa standar
perkebunan kelapa sawit dan/atau kementerian tersebut hanya merupakan analisis efektivitas dan
terkait. efisiensi kinerja wajib pajak, oleh karena itu, apabila
Tinjauan lapangan dilakukan dengan terjadi perbedaan dalam produksi TBS antara produk
membuat rencana tinjauan, mengumpulkan informasi TBS yang diwajibkan pajak dan produksi TBS yang
TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS Jurnal Pajak Indonesia Vol.7, No.1, (2023), Hal.8 -15
KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017 Halaman | 13
Sopian, H

digunakan oleh standar produksi lembaga pendidikan analisis seharusnya dilakukan upaya lanjutan oleh DJP
tersebut, Pemeriksa DJP dapat menggunakan untuk mendapatkan bukti yang konkret dan tidak
perbedaan tersebut sebagai tanda bahwa ada langsung dijadikan sebagai dasar koreksi. Lalu bahwa
kemungkinan yang positif atau negatif. Dalam data dalam persidangan Wajib Pajak dapat membuktikan
dan dokumen pembukuan yang diserahkan wajib bahwa hasil penjualan yang tertulis di SPT Tahunan
pajak, perbedaan ini dapat digunakan sebagai radar PPh Badan telah sesuai laporan produksi wajib pajak.
untuk mengidentifikasi dan mempelajari perbedaan Dari kasus ini dapat disimpulkan juga bahwa Tim
tersebut. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Pemeriksa DJP menetapkan SKPKB semata-mata dari
(PMK) Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Perubahan Laporan Penilaian saja (hasil analisis) dan tidak
PMK Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Pemeriksaan, memperoleh bukti yang konkret sebagai dasar
Majelis Hakim menyimpulkan analisis tersebut tidak koreksi.
didukung oleh bukti yang cukup. Kemudian berdasarkan putusan pengadilan
pajak yang memenangkan DJP, Majelis Hakim
Tabel 1. Resume Putusan Pengadilan Pajak terkait SE- berpendapat bahwa koreksi peredaran
27/PJ/2017 usaha/penyerahan yang dilakukan DJP adalah sebagai
Putusan yang memenangkan Wajib Pajak
Tahun suatu konsekuensi karena WP tidak memenuhi
No. Nomor perkara Simpulan
Putusan
Penilaian tersebut bukan berdasarkan bukti kompeten yang
kewajibannya dalam meminjamkan dokumen saat
1
Put-
110737.15/2013/PP/M.XXB
2018
cukup, dan hasil penilaian digunakan sebagai radar untuk
mengidentifikasi dan mengeksplorasi perbedaan dalam data
pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat
dan dokumen pembukuan Wajib Pajak (3) UU KUP. Akibat tidak diperolehnya bukti yang
PUT-
Penilaian tersebut merupakan analisis dan bukan berdasarkan
pada bukti sebagaimana ditentukan dalam Pasal 12 ayat (3) UU dapat digunakan untuk menguji kebenaran nilai
2
002994.15/2020/PP/M.XA
2021 KUP, sehingga hasil analisis tersebut seharusnya dilakukan
upaya lanjutan oleh DJP untuk mendapatkan bukti yang konkret peredaran usaha/penyerahan wajib pajak, maka
dan tidak langsung dijadikan sebagai dasar koreksi.
pengujian produktivitas kebun kelapa sawit dengan
3
PUT-
2021
Majelis tidak dapat meyakini koreksi luasan lahan DJP karena
hanya memberikan contoh dari titik yang dianggap berbeda
bantuan Tenaga Ahli Fungsional Penilai DJP dan
006494.15/2018/PP/M.XIA
tetapi tidak melampirkan perhitungan dari perbedaan tersebut. dituangkan dalam Laporan Penilaian Pada Usaha
DJP hanya melakukan koreksi omset saja, tapi tidak melakukan
penyesuaian terhadap biaya yang terkait dengan peredaran Perkebunan Kelapa Sawit nomor LAP-
4
PUT-
000479.15/2020/PP/M.XIVB
2021
usaha tersebut, selain itu Penilaian bersifat analisis dan asumsi
dan tidak berdasarkan fakta yang sebenarnya, sedangkan WP
09/WPJ.06/2017, menurut Majelis dapat dibenarkan.
dapat membuktikan arus barang atas produksi CPO dan PK serta
penjualan CPO dan PK-nya.
Selain itu Majelis berpendapat bahwa
Majelis berpendapat, DJP seharusnya tidak menggunakan
metode tidak langsung (Penilaian) dalam melakukan
penggunaan data eksternal berupa data produktivitas
PUT-
5
006064.16/2019/PP/M.IIA
2021 koreksinya karena terdapat cukup bukti-bukti yang disampaikan
oleh WP untuk melakukan pengujian terhadap kebenaran
kelapa sawit dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
pelaporan SPT WP (WP Kooperatif). di Medan yang diperoleh DJP berdasarkan surat dari
Majelis berpendapat, DJP seharusnya melakukan upaya
6
PUT-
002995.15/2020/PP/M.XA
2021 lanjutan untuk mendapatkan bukti yang konkret dan hasil PPKS Medan nomor 877/PPKS/0.1/V/2016 tanggal 24
Penilaian tidak langsung dijadikan sebagai dasar koreksi.
Putusan yang memenangkan DJP
Mei 2016 kepada Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian
No. Nomor perkara
Tahun
Putusan
Simpulan tentang data produktivitas tanaman kelapa sawit,
Majelis berpendapat, DJP berwenang melakukan koreksi
peredaran usaha/penyerahan (dari Penilaian) karena sebagai
menurut Majelis merupakan data yang valid karena
1
PUT-
005844.15/2019/PP/M.XA
2021 suatu konsekuensi karena WP tidak memenuhi kewajibannya
untuk meminjamkan dokumen pada saat pemeriksaan
PPKS Medan merupakan lembaga penelitian dan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 ayat (3) UU KUP pengembangan perkebunan kelapa sawit. Kemudian
Majelis berpendapat, koreksi DJP (dari Penilaian) adalah dapat
dibenarkan akibat konsekuensi karena WP tidak memenuhi Tim Penilai DJP melaksanakan tugas penilaian sebagai
kewajibannya untuk meminjamkan dokumen pada saat
pemeriksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 29 ayat (3) Tenaga Ahli dalam mendukung pemeriksaan
PUT- UU KUP (WP tidak kooperatif). Dalam Penilaian, seharusnya DJP
2
005845.16/2019/PP/M.XA
2021
seharusnya mempertimbangkan penelitian Pusat Penelitian berdasarkan Surat Tugas Kepala Kanwil DJP Jakarta
Kelapa Sawit (PPKS) di Medan yang menyebutkan bahwa
pencapaian standar produktivitas di lapangan sangat bervariasi Pusat nomor ST-90/WPJ.06/2017 tanggal 23 Agustus
(50-100%) tergantung pada kondisi lahan, iklim, perlakuan
kultur teknis, dan pemupukan.
2017, telah sesuai dengan ketentuan PMK-
Sumber: Sekretariat Pengadilan Pajak Kemenkeu RI, 17/PMK.03/2013 sebagaimana telah diubah dengan
diolah PMK-184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara
Dari putusan tersebut terlihat bahwa wajib Pemeriksaan (PMK-17/2013). Bahwa SE-27/PJ/2017
pajak telah kooperatif (meminjamkan dokumen) berfokus pada prosedur penilaian usaha perkebunan
dalam proses pemeriksaan, namun Tim Pemeriksa DJP kelapa sawit untuk mengevaluasi kewajaran
menetapkan SKPKB sesuai dengan hasil Laporan peredaran usaha dan/atau biaya melalui kegiatan
Penilaian oleh Tim Penilai DJP tanpa adanya data lain pengenaan PBB atau pemeriksaan, artinya bahwa
yang bisa membuktikan perbedaan tersebut dalam hal Tenaga Ahli Penilai ditugaskan untuk
(pemeriksaan hanya mengandalkan dari satu alat membantu proses pemeriksaan, maka prosedur
bukti yaitu semata-mata Laporan Penilaian). Di mana penilaiannya sesuai SE-27/PJ/2017 sehingga tidak ada
Hakim memutuskan apa yang harus dibuktikan dan ketentuan yang dilanggar oleh DJP. Kemudian sebagai
bagaimana memeriksanya, menurut Pasal 76 Undang- pamungkas, simpulan Majelis Hakim yaitu bahwa
Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan menurut Majelis, hasil penilaian yang telah
Pajak. Menurut Pasal 69 ayat (1), bukti yang sah terdiri disesuaikan, telah menunjukkan kewajaran produksi
dari minimal 2 (dua) alat bukti, seperti keterangan CPO dan PK Wajib Pajak dan sejalan dengan Pasal 13
ahli, keterangan saksi, pengakuan pihak, dan ayat (1) huruf d UU KUP (Penghitungan SKPKB Secara
pengetahuan hakim. Jabatan). Dari kasus tersebut, dapat disimpulkan
Kemudian Majelis Hakim berpendapat bahwa penggunaan serta-merta SE-27/PJ/2017 dapat
bahwa koreksi Peredaran Usaha yang dilakukan oleh dibenarkan jika wajib pajak tidak kooperatif (tidak
DJP dilakukan berdasarkan hasil analisis dan bukan memberikan dokumen mereka) selama proses
berdasarkan pada bukti sebagaimana diatur dalam pemeriksaan, sehingga kewajiban perpajakan tidak
Pasal 12 ayat (3) UU KUP. Kemudian terhadap hasil dapat dihitung dengan akurat, sehingga Tim
TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS Jurnal Pajak Indonesia Vol.7, No.1, (2023), Hal.8 -15
KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017 Halaman | 14
Sopian, H

Pemeriksa DJP menetapkan SKPKB secara jabatan Tim Pemeriksa DJP dalam hal wajib pajak tidak
sesuai dengan hasil Laporan Penilaian oleh Tim Penilai kooperatif; (6) Apabila wajib pajak kooperatif dan
DJP. memberikan seluruh data yang diminta saat proses
pemeriksaan, maka Laporan Penilaian hanya
4.4 Dampak penggunaan serta-merta SE-27/PJ/2017 digunakan sebagai petunjuk/trigger sebagai panduan
dalam kegiatan pemeriksaan pajak Tim Pemeriksa DJP untuk melakukan upaya lanjutan
Berdasarkan penjelasan kasus yang dalam mencari bukti-bukti pendukung yang konkret.
memenangkan DJP, penggunaan serta-merta SE-
27/PJ/2017 dalam koreksi pemeriksaan untuk 5. KESIMPULAN DAN SARAN
penerbitan SKPKB dipertahankan oleh Majelis Hakim 5.1 Kesimpulan
karena wajib pajak tidak memberikan data/dokumen Berdasarkan pembahasan dan analisis yang
sehingga DJP menetapkan SKPKB secara jabatan dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dampak
menggunakan Laporan Penilaian Tim Penilai DJP. Pada penggunaan serta-merta hasil Laporan Penilaian Tim
kasus yang memenangkan Wajib Pajak, penggunaan Penilai DJP sesuai SE-27/PJ/2017 dalam kegiatan
serta-merta SE-27/PJ/2017 dalam koreksi pemeriksaan pajak yaitu dipertahankan Majelis Hakim
pemeriksaan untuk penerbitan SKPKB tidak apabila wajib pajak tidak kooperatif dalam
dipertahankan oleh majelis hakim karena Wajib Pajak meminjamkan dokumen/bila pembukuan dinyatakan
telah kooperatif dalam menyerahkan data/dokumen invalid oleh Tim Pemeriksa DJP sehingga tidak dapat
yang dibutuhkan dalam proses pemeriksaan pajak, digunakan untuk menghitung pajak terutang. Namun
namun DJP hanya semata-mata menggunakan apabila wajib pajak sudah kooperatif dalam
Laporan Penilaian Tim Penilai DJP sebagai dasar meminjamkan dokumen, maka Tim Pemeriksa DJP
koreksi dalam penerbitan SKPKB tanpa didukung harus mencari dan menggali atas indikator perbedaan
dengan bukti lain yang dapat mendukung adanya antara data yang diberikan oleh Wajib Pajak dengan
perbedaan SPT Tahunan PPh Badan yang telah Laporan Penilaian Tim Penilai DJP. Putusan yang
dilaporkan Wajib Pajak dengan laporan Tim Penilai memenangkan DJP, menyatakan bila ada perbedaan
DJP. antara laporan Wajib Pajak dengan hasil Penilaian,
maka perbedaan tersebut dapat digunakan sebagai
4.5 Pengaplikasian terbaik SE-27/PJ/2017 oleh radar untuk menemukan dan menggali perbedaan
Pemeriksa dan Penilai DJP dalam rangka optimalisasi tersebut dari data dan dokumen pembukuan Wajib
penerimaan pajak Pajak dan juga seharusnya dilakukan upaya lanjutan
Berdasarkan tinjauan putusan sengketa oleh DJP untuk mendapatkan bukti yang konkret dan
pajak terkait SE 27/PJ/2017 dari 8 (delapan) sampel tidak langsung dijadikan sebagai dasar koreksi.
yang dianalisis, Penulis menyatakan bahwa Sedangkan putusan yang memenangkan Wajib Pajak
pengaplikasian terbaik dalam rangka optimalisasi yaitu apabila wajib pajak telah kooperatif dan
penerimaan pajak yaitu: (1) Memastikan dalam memberikan seluruh data yang diminta DJP dalam
melakukan Penilaian Bisnis 1 Kewajaran Usaha Sawit pemeriksaan namun DJP tidak dapat membuktikan
Tim Penilai DJP berpedoman pada SE-27/PJ/2017, keterkaitan antara hasil Penilaian oleh Tim Penilai DJP
dimana hasil Penilaian menyajikan kewajaran omset dan pembukuan/data yang diberikan oleh wajib pajak.
dan biaya usaha sawit, sehingga Tim Pemeriksa DJP Pengaplikasian terbaik SE-27/PJ/2017 oleh
dapat melakukan koreksi omset dan penyesuaian Pemeriksa dan Penilai DJP dalam rangka optimalisasi
biaya; (2) Selain berpedoman pada isian formulir yang penerimaan pajak yaitu memastikan untuk
diisi oleh wajib pajak sesuai SE tersebut, agar Tim menerapkan prosedur SE-27/PJ/2017 dengan baik,
Penilai DJP mencari dan menemukan data penguji mencari dan menemukan data pendukung dari pihak
hasil koreksi yang berkaitan dengan arus barang dan ketiga, meminta keterangan wajib pajak melalui BAPK
arus uang dari sumber eksternal seperti data ISPO, terkait informasi usaha sawit, menyesuaikan tata
RSPO, Kementerian/Lembaga/Dinas yang kelola lahan di lapangan, memastikan untuk
mengadministrasikan perkebunan kelapa sawit serta menggunakan Laporan Penilaian secara penuh apabila
data lain yang relevan sesuai peraturan perpajakan wajib pajak tidak kooperatif, dan apabila wajib pajak
yang berlaku sebagai data pelengkap eksternal yang kooperatif, maka penggunaan Laporan Penilaian
dapat membuktikan ketidakbenaran data dan hanya digunakan sebagai petunjuk/trigger sebagai
keterangan wajib pajak; (3) Meminta keterangan panduan Tim Pemeriksa DJP untuk melakukan upaya
wajib pajak dalam Berita Acara Pemberian Keterangan lanjutan dalam mencari bukti-bukti pendukung yang
(BAPK) berkaitan dengan: Luas lahan, Standar Pokok konkret.
per Hektar (SPH), Jenis Bibit, Produksi, Jenis Tanah,
Kesesuaian Lahan, Pemeliharaan, Kontrak Penjualan, 5.2 Saran
Persediaan dan lalu lintas Tangki CPO (jika ada), Perlu sosialisasi dan pemberian pemahaman
produksi plasma (jika ada); (4) Penilaian dilakukan menyeluruh kepada jajaran internal DJP terkait
dengan memerhatikan hasil penelitian PPKS atas penerapan SE-27/PJ/2017 terutama atas
standar produktivitas yang sangat bervariasi (50- yurisprudensi putusan pengadilan pajak sesuai
100%) tergantung dengan kondisi lahan, iklim, simpulan di atas.
perlakuan kultur teknis, dan pemupukan tiap wajib
pajak saat tinjauan lapangan; (5) Memastikan agar
Laporan Penilaian dapat digunakan secara penuh oleh
TINJAUAN PUTUSAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN PENILAIAN/ANALISIS Jurnal Pajak Indonesia Vol.7, No.1, (2023), Hal.8 -15
KEWAJARAN USAHA SAWIT SESUAI SE-27/PJ/2017 Halaman | 15
Sopian, H

DAFTAR PUSTAKA Ketentuan dan Pemilihannya sesuai SE-


Agusti, A.F dan Herawaty, V. (2009). Pengaruh Tingkat 15/PJ/2018. Simposium Nasional Keuangan
Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Negara 2020, hlm. 677-698.
Peningkatan Penerimaan Pajak Yang Putusan Mahkamah Agung Nomor 23P/HUM/2009
Dimoderasi Oleh Pemeriksaan Pajak Pada KPP Tahun 2009.
Pratama. Simposium Nasional Akuntansi XII. Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put-
Palembang. 110737.15/2013/PP/M.XXB Tahun 2018.
Amarudin dan Zainal Asikin. (2012). Pengantar Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-
Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali 002994.15/2020/PP/M.XA Tahun 2021.
Pers. Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-
Cahyonowati, Nur, Dwi Ratmono dan Faisal. (2012). 006494.15/2018/PP/M.XIA Tahun 2021.
Peranan Etika, Pemeriksaan, dan Denda Pajak Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-
Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak 000479.15/2020/PP/M.XIVB Tahun 2021.
Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-
Indonesia, Vol. 9, No. 2, hlm. 136-153. 006064.16/2019/PP/M.IIA Tahun 2021.
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-
Universitas Diponegoro. 002995.15/2020/PP/M.XA Tahun 2021.
Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian, Direktorat Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-
Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan RI. 005844.15/2019/PP/M.XA Tahun 2021.
Penilaian terkait Bisnis Usaha Kelapa Sawit, Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-
slide bahan ajar. 005845.16/2019/PP/M.XA Tahun 2021.
Hutagaol, John. (2007). Perpajakan isu-isu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Irawan, Bambang dan Budiono, Teguh. (2015). Analisis sebagaimana telah beberapa kali diubah
Pemeriksaan Pajak dalam Rangka Optimalisasi terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7
Penerimaan Negara di Sektor Perpajakan. Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Transparansi: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi, Perpajakan.
Volume VII, Nomor 02, hlm. 142-155. Jakarta: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Penghasilan, sebagaimana telah beberapa kali
Indonesia. diubah terakhir dengan Undang-Undang
Muhammad, Abdulkadir. (2004). Hukum dan Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Penelitian Hukum Cet-1. Bandung: PT Citra Peraturan Perpajakan.
Aditya Bakti. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Nurhayati, Fitria. (2021). Pajak Sawit Belum Optimal. Pertambahan Nilai dan atau Penjualan atas
https://madaniberkelanjutan.id/2021/02/16/ Barang Mewah, sebagaimana telah beberapa
pajak-sawit-belum-optimal, diakses pada 12 kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Mei 2023. Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Palm Oil Production by Country in 1000 MT, Peraturan Perpajakan.
https://www.indexmundi.com/agriculture/?co Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 s.t.d.t.d.
mmodity=palm-oil, diakses pada 12 Mei 2023. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994
Prihastanti, R., & Kiswanto, K. (2015). Tingkat tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Penerimaan Pajak Dimoderasi Oleh Pengadilan Pajak.
Pemeriksaan Pajak. Accounting Analysis Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 s.t.d.t.d.
Journal, 4(1). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022
Rahayu, Siti Kurnia. (2010). Perpajakan Indonesia: tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Undangan.
Ilmu. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Sekretariat Pengadilan Pajak Kementerian Keuangan 17/PMK.03/2013 s.t.d.t.d. Peraturan Menteri
RI, Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 tentang
https://setpp.kemenkeu.go.id/risalah/IndexPu Tata Cara Pemeriksaan.
tusan, diakses pada 12 Mei 2023. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-65/PJ/2013
Teja, Eric Arissaputra. (2016). SPV dan Pajak Kelapa tentang Pedoman Penggunaan Metode dan
Sawit. Teknik Pemeriksaan.
https://pemeriksaanpajak.com/2016/10/31/s Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-27/PJ/2017
pv-dan-pajak-kelapa-sawit/, diakses pada 12 tentang Prosedur Penilaian Usaha Perkebunan
Mei 2023. Kelapa Sawit Dalam Rangka Menganalisis
Tim Kolaborasi. (2021). Gelap Pajak di Kebun Sawit. Kewajaran Peredaran Usaha dan/atau Biaya
https://betahita.id/news/detail/6672/gelap- Melalui Kegiatan Pengenaan PBB atau
pajak-di-kebun-sawit.html.html, diakses pada Pemeriksaan.
12 Mei 2023. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-05/PJ/2020
Waluyo, Trihadi. (2020). Pemeriksaan terhadap Wajib tentang Prosedur Pelaksanaan Penilaian untuk
Pajak yang tidak Menyampaikan SPT, Tujuan Perpajakan.

You might also like