Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Journal on Education

Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, pp. 5569-5576


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Pelatihan Menjadi MC (Master of Ceremony) Pemula Bagi Anak Anak


Untuk Menambah Kepercayaan Diri Siswa SD Negeri Ragunan 05 Jakarta
Selatan

Dwi Kartikawati1, Nurhasanah2


Universitas Nasional Jakarta, Jl. Sawo Manila No.61, RW.7, Pejaten Bar., Ps. Minggu, Kota Jaksel, DKI Jakarta
dookartika@yahoo.com

Abstract
Speaking skill is an important factor that is needed by humans as social beings. public speaking skills need to
be possessed by everyone, including elementary school children. By being taught speaking skills, these
children will increase their self-confidence. One of these speaking skills is taught with the skills to become an
MC (Master of Ceremony). Elementary school children are often expected to become MCs in practice, namely
those who MC have an important role in a series of events, because an MC is someone who is responsible for
running an event, for example in ceremonies, in religious activities and so on. So training activities to become
beginner MCs for elementary school children are urgent. This activity was carried out at Ragunan 05
Elementary School, South Jakarta which was aimed at grade 5. It is hoped that after this MC training activity,
Elementary School 05 students in Ragunan have the skills to present an event, then students practice speaking
and practice good response and politeness when expressing something as well as train thoughts and speech in a
unified manner in conveying ideas in a chronological and structured manner so as to increase students' self-
confidence.
Keywords: MC (Master of Ceremony), Self Confident, Primary School

Abstrak
Keterampilan berbicara adalah faktor penting yang sangat dibutuhkan manusia sebagai makhluk sosial.
Keterampilan berbicara di depan umum perlu dimiliki setiap orang, termasuk siswa-siswa Sekolah Dasar.
Dengan diajarkan keterampilan berbicara maka anak-anak tersebut akan lebih menambah percaya diri.
Keterampilan berbicara tersebut salah satunya diajarkan dengan keterampilan menjadi MC (Master of
Ceremony). Siswa-siswa SD seringkali dalam prakteknya diharapkan bisa menjadi MC dalam kegiatan
sekolahnya seperti dalam sebuah rangkaian suatu acara, misalnya dalam upacara, dalam kegiatan keagamaan
dan lain-lain. Maka kegiatan pelatihan menjadi MC pemula bagi siswa-siswa SD menjadi urgen. Kegiatan ini
dilakukan di SD Ragunan 05 Jakarta Selatan yang ditujukan untuk kelas 5 (lima). Dengan demikian diharapkan
setelah kegiatan pelatihan MC ini maka para siswa Sekolah Dasar 05 di Ragunan memiliki keterampilan
membawakan suatu acara, kemudian siswa berlatih berbicara dan melatih respon dan spontanitas yang baik
saat mengutarakan sesuatu serta melatih pikiran dan ucapan secara padu dalam penyampaian gagasan yang
kronologis dan terstruktur sehingga menambah kepercayaan diri siswa.
Kata Kunci: MC (Pembawa Acara), Kepercayaan Diri, Sekolah Dasar

Copyright (c) 2023 Dwi Kartikawati, Nurhasanah


Corresponding author: Dwi Kartikawati
Email Address: dookartika@yahoo.com (Universitas Nasional Jakarta, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta)
Received 22 January 2023, Accepted 28 January 2023, Published 30 January 2023

PENDAHULUAN
Komunikasi menjadi hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Untuk itu
keterampilan komunikator sangat diperlukan dalam mempengaruhi komunikannya. Sehingga
kemampuan berkomunikasi di depan umum menjadi hal utama yang perlu dimiliki. Dengan kata lain
setiap orang perlu memiliki keterampilan berbicara di depan umum. Keterampilan berbicara di depan
umum. Keterampilan berbicara di depan umum perlu dimiliki setiap orang. Pada kenyataannya
keterampilan berbicara di depan umum terkadang terhambat dengan adanya ketidakpercayaan diri dan
5570 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 5569-5576

juga karena muncul ketakutan dalam berkomunikasi. termasuk anak anak Sekolah Dasar. Dengan
diajarkan keterampilan berbicara maka para siswa tersebut akan lebih menambah percaya diri.
Dengan meningkatkan kemampuan berbicara di depan audiens. Menjadi seorang pembicara itu
bukanlah dilahirkan, namun diciptakan (Gandasari, D., Muslimah, T., Pramono, F., Nilamsari, N.,
Iskandar, A. M., Wiyati, E. K., ... & Sudarmanto & Gandasari, 2022). Seorang pembicara itu sukses
dalam menyampaikan pesan di depan khalayaknya apabila pendengar merasa puas terhadap materinya,
serta kemudian merespon secara positif dari materi yang diterima dan disampaikan (Kristanto,
Sudarwanto, & Kurniawati, 2020). Salah Satu keterampilan berbicara di depan umum tersebut adalah
menjadi MC (Master of Ceremony). Seorang MC atau mudahnya disebut sebagai pembawa acara
dalam menjalankan tugasnya berbicara di depan umum dan ternyata berbicara di depan umum
memang mudah-mudah susah dilakukan. Dikatakan mudah itu karena kita memang setiap hari kita
berbicara. Kalau dikatakan susah karena tidak seluruh orang mampu dan berani dan biasanya karena
diliputi rasa takut dan malu. Tetapi apabila sudah sering dilakukan dan berpengalaman maka rasa
takut akan hilang dan bahkan kemudian dapat menjadi profesi. Dengan profesi ini dapat memperoleh
income.(Fitria, 2021)
Dalam prakteknya siswa-siswa SD diminta oleh gurunya untuk bisa menjadi MC(Master of
Ceremony). MC (Master of Ceremony) memiliki peranan penting di dalam sebuah rangkaian suatu
acara, dikarenakan MC adalah seseorang yang bertanggung jawab atas berjalannya suatu acara,
misalnya dalam upacara, dalam kegiatan keagamaan dan lain-lain. Pengertian MC(Master of
Ceremony) menurut Kamus Webster's, secara harfiah, adalah pemandu acara, pengatur acara, atau,
pemimpin upacara atau sebagai orang yang bertindak selaku tuan rumah pada suatu kegiatan resmi.
Secara konsep MC terdiri dari dua kata "Master" dan “Ceremony. Master” artinya tuan rumah
pemilik nahkoda atau orang yang menguasai atau ahli. Ceremony artinya upacara, acara, perayaan
atau acara resmi. Dengan memiliki keterampilan yang baik sebagai Master of Ceremony maka harus
dapat menyampaikan pesan-pesan yang baik dapat mempengaruhi jelas atau tidaknya tujuan suatu
acara tertentu. Seorang yang menjadi MC harus bisa menyampaikan informasi yang diinginkan, harus
dapat menghibur dan harus dapat menyakinkan pembicara. MC dipercayakan untuk memimpin
upacara/acara sehingga acara atau upacara tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
secara tertib, teratur dan rapi, maka dari itu seorang MC memiliki peranan yang sangat penting dalam
suatu acara(Hafizah, 2019). Sukses/tidaknya suatu upacara/acara sangat ditentukan oleh keberhasilan
seorang MC atau pemandu acara/upacara sebagai sub bagian dari tugas-tugas protocol. Menjadi
seorang Master of Ceremony (MC) yang sukses; perlu mengetahui aspek aspek dari Master of
Ceremony (MC). Aspek-aspek dari Master of Ceremony (MC) meliputi suara (vocal), mental,
penampilan, wawasan. Suara adalah modal utama menjadi seorang Master of Ceremony (MC). Pada
acara resmi; suara sangat menentukan keberhasilan suatu acara. Intonasi suara; tinggi rendahnya
volume penting dalam mengolah vokal dalam memandu suatu acara. Selain itu; seorang Master of
Ceremony (MC) perlu mempersiapkan mental yang bagus ketika berhadapan dengan banyak orang
Pelatihan Menjadi MC (Master of Ceremony) Pemula Bagi Anak Anak Untuk Menambah Kepercayaan Diri Siswa SD
Negeri Ragunan 05 Jakarta Selatan, Dwi Kartikawati, Nurhasanah 5571

sehingga tidak grogi atau gugup pada saat sedang membawa acara. Seorang Master of Ceremony (MC)
harus memiliki penampilan yang menarik; karena dia akan menjadi pusat perhatian. Penampilan yang
dimaksud adalah tata rias; pilihan pakaian dan warna, sepatu. Seorang Master of Ceremony (MC)
perlu memiliki wawasan yang luas pada semua ilmu; karena seorang MC harus dapat tampil di
berbagai acara yang berbeda(Kamlasi & Salu, 2019)
Kegiatan pelatihan bagaimana menjadi seorang Master of Ceremony (MC) sangat urgen
dilakukan mengingat anak-anak Sekolah Dasar banyak yang memiliki ketakutan dalam berkomunikasi,
mengalami kecemasan berkomunikasi dan juga tidak memiliki kepercayaan diri. Kecemasan
komunikasi yaitu seseorang yang diliputi ketakutan, kekhawatiran, yaitu suatu perasaan negatif yang
dirasakan dalam melakukan komunikasi (Muslimin, 2013). Dengan kecemasan komunikasi yang
dialami seseorang bisa tidak memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum bahkan akan
cenderung menghindar. Kecemasan ini adalah bentuk reaksi negatif dari seseorang sehingga dapat
mempengaruhi diri seseorang(Prabowo & Fatonah, dkk.). Gejala fisik yang dialami akibat ketakutan
berkomunikasi itu dapat berbentuk rasa gemetar, berkeringat, pernafasan menjadi berjalan cepat dan
berdebar-debar bahkan ada yang mengalami sakit kepala(Khairunisa, 2019).
Maka secara tidak langsung sangat berpengaruh pada rasa percaya dirinya. Kepercayaan diri
adalah salah satu aspek kepribadian manusia sangat penting untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki seorang individu, tanpa rasa percaya diri, banyak masalah yang muncul pada manusia
(Radyuli, Wijaya, & Ulfina, 2020). Karena percaya diri, seseorang mampu mengaktualisasikan
seluruh potensi dirinya. Rasa percaya diri sangat dibutuhkan oleh siapa saja dalam kehidupannya.
Padahal kepercayaan diri itu akan menjadi pembuka wawasan luas nantinya sehingga dapat sukses
dalam berkomunikasi dengan publik dengan segala latar belakang yang dimiliki. Anak-anak Sekolah
dasar ini seringkali mengalami takut dan cemas untuk berbicara di muka umum, padahal tidak sedikit
peran mereka diperlukan untuk kegiatan-kegiatan sekolah misalnya menjadi MC di upacara bendera
di sekolah, menjadi MC di kegiatan keagamaan di sekolah dan lain-lain. Salah Satu permasalahan
yang juga dialami adalah Anak-anak Sekolah Dasar di SD Negeri 05 yang masih banyak yang belum
berani berbicara di depan umum. Kepercayaan diri dalam berkomunikasi dengan orang lain masih
rendah karena takut salah kata, takut dimarahi dan lain-lain. Urgensi kegiatan pengabdian masyarakat
yang dilakukan oleh tim pengabdi Universitas Nasional Jakarta ini melatih secara praktek bagaimana
menjadi MC dan berlatih berbicara di depan umum dan bagaimana berbahasa yang santun dalam
kehidupan mereka, kemudian melatih siswa memiliki kepercayaan diri yang tinggi ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Kegiatan ini diikuti oleh 35 siswa kelas 5 didampingi perwakilan
guru pendamping Ibu Eka wali kelas 5, serta tambahan tim mahasiswa sebanyak 3 orang dari
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Nasional Jakarta sebagai fasilitator dengan 2 tim
pengabdi.

METODE
5572 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 5569-5576

Adapun tahapan metode yang diterapkan dalam pelatihan ini adalah menggunakan dua teknik
pelatihan yaitu metode ceramah yang diberikan oleh tim pengabdi dibantu fasilitator mahasiswa
Universitas Nasional Jakarta. Metode pelatihan dengan ceramah dilakukan di dalam kelas, dengan
kelebihan materi tersampaikan secara menyeluruh, tetapi kelemahannya adalah para peserta mudah
bosan, dan hilang focus, untuk itu pemateri harus banyak memberikan contoh-contoh yang relevan.
Kemudian yang kedua adalah teknik praktek. Pada metode praktek banyak memiliki kelebihan antara
lain seluruh peserta dapat memperagakan pengetahuan yang dimaksud dan yang memberi pelatihan
langsung bisa memberikan saran kepada seluruh peserta dan memberikan tambahan informasi dan
keterampilan yang dibutuhkan peserta.(Gusetyoningsih, 2020)
Teknik praktek terbagi menjadi dua jenis yaitu praktek menghilangkan rasa takut dan praktek
menjadi pembawa acara (MC). Dalam tahapan ceramah terbagi menjadi tahapan: (1) pengenalan dasar
komunikasi,(2). Bagaimana melakukan Salam dan Sapa dimana kedua hal ini penting. Salam dan
Sapa adalah hal yang penting disampaikan seorang MC sebagai kata pembuka dan signal kepada
peserta, kesan pertama yang baik akan membuat peserta menjadi menarik untuk memperhatikan MC.
(3). Bagaimana cara memperkenalkan diri karena hal ini yang sering dilupakan oleh MC, supaya ada
kedekatan. Bagaimana menciptakan perhatian pada audience.(4). Bagaimana cara menggambarkan
deskripsi acara secara lengkap dan komplit. Kemudian untuk tahapan praktek meliputi antara lain:
Teknik menghilangkan rasa takut dan praktek menjadi MC. Pada tahapan menghilangkan rasa takut
para para peserta wajib mempraktekkan masing-masing dan pada tahapan praktek menjadi MC, para
peserta dipandu dengan teks yang telah disiapkan oleh tim pengabdi dengan dikembangkan oleh
peserta.

HASIL DAN DISKUSI


Pelaksanaan program pengabdian ini diawali dengan koordinasi anggota Tim Pengabdian
Masyarakat untuk menentukan waktu pelaksanaan dengan koordinasi dengan Sekolah Dasar 05
Pejaten Jakarta Selatan. Berdasarkan pretest terhadap 35 siswa dengan jumlah siswa laki-laki
sebanyak 45 % dan perempuan sebesar 55 %. Hasil pada tahapan pengetahuan para peserta diketahui
bahwa hanya sekitar 11,43 persen atau sekitar 4 orang yang pernah menjadi MC dalam kegiatan di
sekolahnya dan karena sering menjadi ketua kelas di kelas mereka. Sebanyak 8.5% saja atau sekitar 3
orang siswa yang mengetahui pengertian MC atau pembawa acara, dan mereka lebih banyak merujuk
pada pembawa acara artis-artis Indonesia terkemuka seperti Rafi Ahmad, dan lain-lain. Kemudian
pada pre test apakah mereka mengalami ketakutan dalam berbicara di depan umum maka sebanyak 31
siswa mengalami rasa takut dan 1 siswa tidak tahu (karena merupakan siswa dengan disabilitas) dan 2
siswa menyatakan tidak takut. Ketakutan yang dialami rata-rata memiliki alasan hampir semua
beralasan karena malu, takut salah dan takut diejek temannya.
Pada tahapan proses pelaksanaan dengan metode ceramah, pengabdi memaparkan berbagai
materi penting mengenai (1) pengenalan dasar komunikasi, pada pengenalan dasar komunikasi secara
Pelatihan Menjadi MC (Master of Ceremony) Pemula Bagi Anak Anak Untuk Menambah Kepercayaan Diri Siswa SD
Negeri Ragunan 05 Jakarta Selatan, Dwi Kartikawati, Nurhasanah 5573

keseluruhan tidak terlalu sulit karena anak-anak cukup antusias mengikuti(2). Bagaimana melakukan
Salam dan Sapa dimana kedua hal ini penting. Salam dan Sapa adalah hal yang penting disampaikan
seorang MC sebagai kata pembuka dan signal kepada peserta, kesan pertama yang baik akan membuat
peserta menjadi menarik untuk memperhatikan MC. Pada tahapan ini bahkan para siswa Sekolah
Dasar ini langsung menirukan apa yang diajarkan oleh tim pengabdi dan para mahasiswa (3).
Bagaimana cara memperkenalkan diri karena hal ini yang sering dilupakan oleh MC, supaya ada
kedekatan. Bagaimana menciptakan perhatian pada audience. Ini yang membutuhkan ekstra
penjelasan karena anak-anak terkadang fokusnya beralih.

Gambar 1. Peserta Kegiatan PKM

Gambar 2. Tim Pengabdi Memberikan Taktik untuk Supaya Siswa Bisa Mendengarkan Apa yang
dijelaskan
Pada tahap praktek anak-anak melakukan praktek. Pada tahap praktek diawali dengan
Latihan untuk menghilangkan rasa gugup dan kemudian dilakukan praktek menjadi MC yang baik
dalam sebuah kegiatan sekolah. Kemudian pada tahap akhir, sebagai bentuk apresiasi atas usaha
mereka maka dipilih siswa terbaik dalam kegiatan pelatihan ini.
5574 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 5569-5576

Gambar 3: Apresiasi terhadap siswa-siswi terbaik

Gambar 4. Tim Pengabdi, Tim Mahasiswa Dan Guru Pendamping SDN 05 Ragunan
Dati hasil keseluruhan, diketahui bahwa pengamatan pada hasil evaluasi pada proses kegiatan
pelatihan ini maka dapat tercatat beberapa hal penting antara lain:
1. Keberhasilan terselenggaranya pelatihan ini dikarenakan dukungan dari Ibu Kepala Sekolah SD
Negeri 05 Ragunan Jakarta Jakarta Selatan yang menerima secara terbuka tim pengabdi dari
Universitas Nasional.
2. Materi pelatihan dapat diterima dengan baik oleh para peserta dan mendapat respon positif
3. Tercapainya tujuan pelatihan adalah dapat terselenggara karena pada dasarnya anak didik kelas 5
ini lebih mudah diarahkan mengingat beberapa dari mereka sering mendapat tugas untuk menjadi
MC di kegiatan sekolah dan juga karena selama kegiatan, tim pendamping guru selalu
mendampingi anak-anak didik tersebut sampai kegiatan selesai. Siswa kelas 5 lebih mudah
diarahkan mengingat beberapa dari mereka sering mendapat tugas menjadi MC di sekolahnya dan
di kegiatan sekolah dan apalagi selama kegiatan ada pendamping guru yang selalu mendampingi
kegiatan PKM ini sampai selesai.
4. Ketercapaian target materi yang dilakukan berjalan lancar.
Dalam kegiatan pengabdian ini ada beberapa faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini adalah besarnya minat dan antusiasme peserta selama kegiatan
pengabdian ini, sehingga kegiatan berlangsung dengan lancar dan efektif. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah keterbatasan pada pengetahuan siswa yang beragam, karena di kelas 5 ini ada
Pelatihan Menjadi MC (Master of Ceremony) Pemula Bagi Anak Anak Untuk Menambah Kepercayaan Diri Siswa SD
Negeri Ragunan 05 Jakarta Selatan, Dwi Kartikawati, Nurhasanah 5575

1 (satu) anak yang disabilitas mengalami kelambatan fikir sehingga kurang dapat menangkap materi
dengan baik.

KESIMPULAN
Program pengabdian pada masyarakat dapat berjalan dengan baik karena dukungan Kepala
Sekolah SD Negeri 05 Pejaten Jakarta Selatan. Keberhasilan dalam kegiatan ini dapat dilihat antara
lain disebabkan karena Respon peserta yang sangat positif, karena materi yang disajikan sesuai
dengan tingkat kebutuhan siswa, terutama untuk matei trik-trik menjadi MC yang baik. Materi
pelatihan menjadi MC sudah dikemas dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan siswa, sehingga
peserta mendapatkan pengetahuan lebih luas dan menjadi lebih percaya diri untuk membawakan
sebuah acara. Pada kegiatan praktik menjadi MC yang baik, peserta terlihat sangat antusias untuk
mengikutinya. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini memang masih sangat terbatas karena hanya
dilakukan di satu sekolah saja dan diharapkan nantinya dapat dilakukan kegiatan lainnya yang serupa
yang sangat bermanfaat untuk sekolah dan untuk mendukung kegiatan sekolah.

REFERENSI
Fitria, Rahmadany Ayu. (2021). Master of ceremony ( MC ) untuk meningkatkan potensi diri bagi
siswa SMKN 49 Jakarta Utara. Ikraith-Abdimas, 4(2), 74–78. Retrieved from
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/IKRAITH-ABDIMAS/article/download/983/773
Gandasari, D., Muslimah, T., Pramono, F., Nilamsari, N., Iskandar, A. M., Wiyati, E. K., ... &
Sudarmanto, E., & Gandasari, Dyah. (2022). Pengantar Komunikasi Antarmanusia. Retrieved
from
https://www.google.co.id/books/edition/Pengantar_Komunikasi_Antarmanusia/BWNhEAAA
QBAJ?hl=id&gbpv=0
Gusetyoningsih, Rima; Sri Eka Astutiningsih. (2020). Design Program Pelatihan Dalam
pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Zahir Publishing.
Hafizah, Evi. (2019). Implementasi tata Laksana Pedoman Master of Ceremony bagi Siswa Siswi
Sekolah Dasar. Al-Hikmah, 13(1), 77.
Kamlasi, Imanuel, & Salu, Martinus Lafu. (2019). Workshop tentang Master of Ceremony (MC) bagi
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FIP Universitas Timor. E-Dimas: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 10(1), 6. https://doi.org/10.26877/e-dimas.v10i1.3134
Khairunisa. (2019). Kecemasan Berbicara di Depan Kelas pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal
Tunas Bangsa, 6(2), 212–222.
Kristanto, Rudi, Sudarwanto, Sudarwanto, & Kurniawati, Wahyuni. (2020). Public Speaking serta
Teknik Ice Breaking dan MC Sebagai Upaya Pengajaran yang Menarik. Jurnal Komunitas :
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 127–132. https://doi.org/10.31334/jks.v2i2.734
5576 Journal on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, hal. 5569-5576

Muslimin, Khoirul. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasaan Mahasiswa di Depan


Umum (Kasus Mahasiswa Fakultas Dakwah INISNU Jepara). Jurnal Interaksi, II, 42–52.
Prabowo, Agung, & Fatonah, Siti. (n.d.). Kecemasan Komunikasi Dalam Relasi antar Etnik. 231–242.
Radyuli, Popi, Wijaya, Indra, & Ulfina, Ita. (2020). Correlation of Self-Confidence and Student
Learning Motivation Against Learning Outcomes of Class X Digital Simulation. Journal of
Education Research and Evaluation, 4(2), 216. https://doi.org/10.23887/jere.v4i2.23095

You might also like