Professional Documents
Culture Documents
7217 27275 4 PB
7217 27275 4 PB
e-ISSN : 252 7 - 54 1 0
Editor In Chief
Umi Purwandari, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Editorial Board
Wahyu Supartono, Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta, Indonesia
Michael Murkovic, Graz University of Technology, Institute of Biochemistry, Austria
Chananpat Rardniyom, Maejo University, Thailand
Mohammad Fuad Fauzul Mu'tamar, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Khoirul Hidayat, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Cahyo Indarto, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Managing Editor
Raden Arief Firmansyah, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Assistant Editor
Miftakhul Efendi, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Heri Iswanto, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Safina Istighfarin, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Alamat Redaksi
DEWAN REDAKSI JURNAL AGROINTEK
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan, Madura-Jawa Timur
E-mail: Agrointek@trunojoyo.ac.id
Agrointek Volume 15 No 1 Maret 2021: 220-233
*
Penulis korespodensi
Email : fkusnandar@gmail.com
DOI 10.21107/agrointek.v15i1.7217
Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233 221
Tabel 1 Rancangan percobaan dengan faktor suhu proses dan penambahan air
menarik atau memberi kesan menyimpang al., 2011). Nilai hue mempunyai rentang
dari warna sebenarnya akan menurunkan dari 0 – 360o dengan nilai 0o menyatakan
daya tarik konsumen, walaupun bahan warna merah, lalu memutar nilai-nilai
pangan tersebut bernilai gizi tinggi dan spektrum warna tersebut kembali lagi ke 0o
teksturnya sangat baik (Ladamay dan untuk menyatakan merah lagi (Hariyanto,
Yuwono, 2014). 2009). Hasil pengukuran analisis warna
(tingkat kecerahan) dan hue dapat dilihat
Pengukuran warna (tingkat
pada Gambar 2 dan Gambar 3.
kecerahan) premix kernel dilakukan
menggunakan Chromameter Minolta CR Pengukuran nilai kecerahan premix
300 dengan melihat nilai L, a, dan b. Nilai kernel menunjukkan bahwa semakin tinggi
L menyatakan tingkat kecerahan atau gelap suhu yang digunakan, maka nilai
terang, a menyatakan nilai kemerahan dan kecerahannya akan semakin menurun pada
b menyatakan nilai kekuningan. Tingkat penambahan air yang sama. Penurunan
kecerahan menyatakan banyaknya cahaya nilai kecerahan tersebut disebabkan oleh
yang dapat diterima oleh mata (Handoyo, reaksi pencoklatan non-enzimatis yang
2006). Nilai tingkat kecerahan dinyatakan terjadi selama proses pembuatan premix
dalam kisaran 0-100 dengan nilai 0 kernel. Suhu yang semakin tinggi
cenderung berwarna hitam atau sangat menyebabkan reaksi tersebut menjadi lebih
gelap, sedangkan nilai 100 cenderung cepat, serta keberadaan asam amino lisin,
berwarna putih atau terang. Hue dan ion metal seperti Cu+, Cu2+, Fe2+,
merupakan suatu ukuran panjang dan Fe3+ (Kusnandar, 2011). Serelia beras
gelombang yang terdapat pada warna dilaporkan oleh Vasal (2004) mengandung
dominan seperti merah dan kuning yang asam amino esensial lisin sebesar 3,5-4%.
diterima oleh penglihatan (Kusumanto et
65
61,20d
L (Tingkat kecerahan)
59,28cd 58,84c
60 58,28c 57,13bc 57,02bc
55,47ab
54,77b 54,37a
55
50
45
40
90°C 95°C 100°C
Air 35% Air 40% Air 45%
Gambar 2 analisis warna (tingkat kecerahan). Nilai dengan huruf berbeda yang ditampilkan pada grafik
menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05); n=2
226 Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233
90
88,83f 88,56ef 88,10cd
87,57ab 88,23de 88,00cd
87,81bc 87,53ab
88 87,21a
86
Hue (o)
84
82
80
90°C 95°C 100°C
Air 35% Air 40% Air 45%
Gambar 3 analisis Hue (o). Nilai dengan huruf berbeda yang ditampilkan pada grafik menunjukkan
perbedaan signifikan (p<0,05); n=2
Tingkat kecerahan tertinggi yaitu penggunaan air yang lebih sedikit akan
61,20 ditunjukkan oleh premix kernel yang mempercepat kenaikan suhu proses yang
diproduksi pada suhu proses 90oC dengan mengakibatkan premix kernel yang
jumlah air yang ditambahkan sebanyak dihasilkan akan menjadi lebih gelap
40%. Hasil ANOVA menyatakan bahwa (Akdogan, 1997). Hal tersebut karena tipe
suhu proses dan penambahan air memiliki ekstruder yang digunakan pada peneltian
pengaruh yang nyata (p<0,05). Namun, ini adalah ekstruder dengan konfigurasi
tidak terdapat pengaruh yang nyata dari ulir untuk ekstrusi mengembang, sehingga
interaksi antara suhu proses dan peran air sebagai pelumas sangat penting
penambahan air terhadap tingkat sekali. Jika ekstruder yang digunakan
kecerahan. Tingkat kecerahan yang adalah tipe ulirnya low shear extrusion
semakin tinggi akan semakin baik. Hal ini toleransi terhadap air akan lebih besar.
bertujuan untuk membuat premix kernel Nilai hue premix kernel yang
memiliki karakteristik semirip mungkin dihasilkan bernilai 87,21-88,83o. Hasil ini
dengan beras karena pada proses tidak jauh berbeda dengan nilai hue pada
penyajiannya premix kernel akan dicampur beras putih yaitu rentang 80,64-87,99o
dengan beras komersial pada perbandingan (Pramai dan Jiamyangyuen 2006).
1:100 (Alavi et al., 2008; Thahir, 2010). Berdasarkan rentang nilai tersebut, premix
Dengan kemiripan yang tinggi, diharapkan kernel dan beras putih memiliki parameter
saat premix kernel dicampur dengan beras warna yang sama yaitu red yellow karena
untuk menghasilkan beras fortifikasi tidak berada pada rentang 54-90o. Dengan
dapat dikenal oleh konsumen. demikian, premix kernel yang dihasilkan
Hasil pengukuran tingkat kecerahan pada penelitian ini memiliki kemiripan
juga menunjukkan bahwa premix kernel warna dengan beras putih komersil.
yang diproduksi dengan penambahan 35% Hasil ANOVA untuk nilai hue
air, nilainya selalu lebih rendah jika menyatakan bahwa baik suhu proses,
dibandingkan dengan premix kernel yang penambahan air, maupun interaksi antara
diproduksi dengan penambahan 40% dan
suhu proses dengan penambahan air
45% pada setiap penggunaan suhu proses memiliki pengaruh yang nyata terhadap
yang sama. Hal ini terjadi karena nilai hue (p<0,05) untuk semua faktor.
Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233 227
Bobot 1000 Butir air adonan, suhu proses, kecepatan ulir dan
sebagainya (Budi et al., 2013).
Pengujian bobot 1000 butir premix
kernel ini dilakukan untuk mengetahui Pada uji ANOVA untuk nilai bobot
keseragaman berat dari premix kernel yang 1000 butir menyatakan bahwa interaksi
dihasilkan. Penetapan bobot 1000 butir antara suhu proses dan penambahan air
merupakan salah satu pengujian yang memiliki pengaruh yang signifikan
mempengaruhi penerimaan fisik premix terhadap bobot 1000 butir premix kernel
kernel. Nilai keseragaman dari bobot 1000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
butir dapat dilihat dari nilai RSD hasil kedua faktor, yaitu suhu proses dan
pengukuran (Tabel 2). Berdasarkan penambahan air mempengaruhi terhadap
pengukuran nilai RSD, diperoleh cukup bentuk premix kernel dan sekaligus nilai
kecil dan merata. Semakin kecil nilai RSD bobot 1000 butir.
maka semakin tinggi tingkat Selain pengaruh suhu proses dan
keseragamnnya (Feldsine et al., 2002). penambahan air, kecepatan pisau
Hasil pengukuran bobot 1000 butir pemotong juga diketahui berpengaruh
yang disajikan pada Gambar 4 terhadap bentuk premix kernel yang
menunjukkan bahwa premix kernel yang dihasilkan. Kecepatan pisau yang semakin
dihasilkan memiliki bobot sebesar 14-18 g lambat akan menghasilkan premix kernel
per 1000 butir. Perolehan hasil ini lebih yang ukurannya semakin besar, begitu pula
rendah dibandingkan pada 10 varietas sebaliknya (Zilberboim, 1994), sehingga
beras padi gogo lokal Ende yaitu kecepatan pisau pemotong perlu
dilaporkan berkisar 17,58-28,36 g (Lalel et diperhatikan dalam menghasilkan premix
al., 2009). Nilai bobot 1000 premix kernel kernel yang seragam. Pada penelitian ini,
ini, dipengaruhi oleh bentuk premix kernel kecepatan pisau yang digunakan dalam
yang dihasilkan, sedangkan bentuk premix pembuatan premix kernel yaitu 103 rpm
kernel dipengaruhi oleh karakteristik dengan kecepatan putar ulir yaitu 75 rpm,
adonan (pati, serat, lemak, protein), kadar dan kecepatan auger 27 rpm.
Formula F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9
RSD(%) 3,32 4,18 5,19 13,02 7,58 6,71 3,09 12,22 5,81
Keterangan: formula F1= A90B35; F2= A90B40; F3= A90B45; F4= A95B35; F5= A95B40; F6= A95B45;
F7= A100B35; F8= A100B40; F9= A100B45
228 Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233
Gambar 4 analisis bobot 1000 butir. Nilai dengan huruf berbeda yang ditampilkan pada grafik
menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05); n=2
Pengukuran Bentuk (Panjang, Lebar, dengan beras putih komersil. Ukuran die
dan Tebal) diketahui mempengaruhi panjang dan lebar
premix kernel, sedangkan ketebalan premix
Pengukuran bentuk premix kernel kernel akan dipengaruhi oleh kecepatan
mengacu pada bentuk yang dimiliki oleh pisau pemotong (Zilberboim, 1994). Jika
beras, meliputi panjang, lebar, dan tebal. kecepatan pisau semakin tinggi maka
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui premix kernel yang dihasilkan akan
keseragaman bentuk premix kernel dengan semakin tipis (Zilberboim, 1994). Premix
mengacu pada bentuk beras. Hasil kernel yang terlalu tipis bentuknya akan
pengukuran bentuk premix kernel dapat cenderung sedikit melengkung seperti
dilihat pada Tabel 3. bulan sabit setelah melalui proses
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui pengeringan. Pada penelitian ini ukuran die
bahwa premix kernel yang dihasilkan yang digunakan yaitu panjang 6 mm dan
memiliki panjang 2,21-2,45 mm, lebar lebar 2 mm.
0,84-0,98 mm, dan tebal 0,71-0,84 mm. Keseragaman bentuk butir premix
Hasil premix kernel ini berada dibawah kernel dapat dilihat dari nilai RSD
kisaran ukuran beras putih komersial pada pengukuran. Nilai RSD pengukuran bentuk
umumnya. Tafzi (2012) melaporkan premix kernel dengan mikrometer sekrup
ukuran dari 12 varietas beras padi lokal cukup seragam (teliti), walaupun ada
pasang surut asal Kecamatan Pengabuan beberapa yang nilainya tidak teliti (RSD >
memiliki panjang berkisar 5,37-6,91 mm 5 %) (Feldsine et al., 2002). Keseragaman
dan lebar berkisar 2,03-2,53 mm. Selain bentuk premix kernel berkaitan dengan
itu, beras memiliki standar nilai panjang kecepatan pisau pemotong. Kecepatan
yang diklasifikan dalam 4 ukuran, yaitu pisau pemotong akan menentukan
sangat panjang (>7,50 mm), panjang (6,61- ketebalan dari premix kernel yang
7,50 mm), sedang (5,51-6,60 mm), dan dihasilkan karena variabel ini dapat diatur
pendek (<5,50 mm) (Santika dan (cepat atau lambat) (Zilberboim, 1994),
Rozakurniati, 2010). Dengan demikian, sedangkan konsistensi bentuk premix
premix kernel yang dihasilkan pada kernel dari segi panjang dan lebar akan
penelitian ini tergolong berukuran lebih lebih konsisten untuk seragam karena dua
pendek dan lebih kecil dibandingkan hal ini dipengaruhi bentuk die yang tetap
Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233 229
(tergantung jenis die yang digunakan) kombinasi proses terpilih yaitu formulasi
(Zilberboim, 1994). A90B40 karena menunjukkan frekuensi
Pemilihan Perlakuan Terbaik dan kemunculan tingkat signifikansi tertinggi
Analisis Sensori yaitu 9. Premix kernel yang dihasilkan dari
kombinasi proses terpilih selanjutnya
Pemilihan perlakuan terbaik digunakan sebagai fortifikan untuk
didasarkan pada perhitungan frekuensi menghasilkan beras fortifikasi untuk
kemunculan tingkat signifikansi perlakuan pengujian secara sensori. Beras fortifikasi
terhadap parameter analisis. Hasil analisis dihasilkan dengan cara pencampuran beras
pemilihan perlakuan terbaik dapat dilihat Pandanwangi dan premix kernel dengan
pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5, perbandingan 100:1.
Tabel 3 Hasil pengukuran panjang (p), lebar (l) dan tebal (t)
Gambar 5 frekuensi kemunculan tingkat signifikansi perlakuan (nilai skor 1= agak kuat; 2= kuat dan 3=
sangat kuat)
230 Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233
Gambar 6 (a) beras fortifikasi, (b) beras Pandanwangi, (c) nasi fortifikasi, dan (d) nasi beras
Pandanwangi
Gambar 7 uji segitiga beras fortifikasi dan komersial serta nasi fortifikasi dan komersial (n= 30, p<0,05
Uji segitiga dilakukan untuk tidak dapat membedakan antara beras dan
nasi fortifikasi dengan beras dan nasi beras
membedakan beras fortifikasi dengan
pandanwangi dengan tingkat kepercayaan
beras Pandanwangi dan membedakan nasi
95% (p<0,05), karena jumlah panelis yang
fortifikasi dengan nasi beras Pandanwangi.
menjawab benar kurang dari 15 panelis.
Atribut sensori yang diuji meliputi warna
Hasil ini dapat dijadikan sebagai salah satu
dan aroma untuk sampel beras dan warna,
indikator bahwa premix kernel yang
aroma, dan rasa untuk sampel nasi.
dihasilkan dapat digunakan untuk
Penampilan sampel beras Pandanwangi
fortifikan beras fortifikasi dan berpeluang
dan nasinya dapat dilihat pada Gambar 6.
dapat diterima oleh masyarakat. Hasil ini
Hasil uji segitiga pada penelitian ini mengkonfirmasi penelitian Beinner et al.,
menunjukkan bahwa terdapat masing- (2010b) bahwa teknik ekstrusi dapat
masing 12 panelis dan 6 panelis yang menghasilkan premix kernel yang baik.
menjawab dengan benar dalam
membedakan beras fortifikasi dengan KESIMPULAN
beras komersial dan nasi fortifikasi dengan Perlakuan suhu, penambahan air dan
nasi komersial (Gambar 7), sehingga interaksinya berpengaruh nyata terhadap
secara statistik dapat dikatakan panelis parameter sifat fisik premix kernel.
Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233 231
Tingkat kecerahan tertinggi yaitu 61,20 Allen, L., Benoist, B. de., Dary, O.,
ditunjukkan oleh premix kernel yang Hurrell, R., 2006. Guidelines on
diproduksi pada suhu proses 90oC dengan Food Fortification with
jumlah air yang ditambahkan sebanyak Micronutrients. WHO Library
40%. Bobot 1000 butir terbesar diperoleh Cataloging-in-Publication Data,
pada penambahan air 35% dan suhu proses France.
900C dengan nilai RSD yang rendah. Ariani, M. 2010. Diversifikasi Konsumsi
Perlakuan suhu proses 90oC dan Pangan Pokok Mendukung
penambahan 35% dan 40% air Swasembada Beras. Prosiding Pekan
menghasilkan bentuk seragam hal ini Serealia Nasional, Indonesia. 65-73.
ditunjukkan dari nilai rataan RSD yang Astuti, R., Subagyo, A.W., Muis, S.F.,
rendah. Perlakuan terpilih adalah 2013. Kadar Tembaga (Cu) dan Seng
0
perlakuan suhu proses 90 C dan (Zn) Tikus Sprague Dewley Anemia
penambahan air 40%. Defisiensi Besi yang mendapat
Beras fortifikasi, dengan fortifikan Suplementasi Tempe Terfortifikasi
premix kernel hasil produksi dari perlakuan Zat Besi dan Vitamin A. Prosiding
suhu proses 900C dan penambahan air 40% Seminar Nasional Menuju
tidak bisa dibedakan dengan beras Masyarakat Madani dan Lestari,
Pandanwangi oleh panelis baik dalam Indonesia. 573-580.
bentuk beras maupuan dalam bentuk [BS] British Standards (UK), 2004.
nasinya, sehingga dapat dikatakan premix Sensory Analysis – Methodology –
kernel yang dihasilkan dari kombinasi Triangle Test. BS 4120:2004.
proses suhu 900C dengan penambahan air [BSN] Badan Standardisasi Nasional (ID),
sebanyak 40% dapat dijadikan bahan 2008. Beras. SNI 6128:2008. Badan
fortifikan untuk fortifikasi beras. Standardisasi Nasional, Jakarta.
Bardosono, S., 2009. Masalah Gizi di
UCAPAN TERIMA KASIH
Indonesia. Majalah Kedokteran
Penelitian ini dibiayai oleh Asian Indonesia 59, 491-494.
Development Bank melalui Badan Beinner, M.A., Soares, A.D.N., Barros,
Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian A.L.N., Monteiro, M.A.M., 2010a.
RI, pada program kesiapan produksi Sensory Evaluation of Rice Fortified
premix kernel lokal untuk program with Iron. Food Science and
fortifikasi beras. Technology 30, 516-519.
DAFTAR PUSTAKA Beinner, M.A., Velasquez-Meléndez, G.,
Pessoa, M.C., Greiner, T., 2010b.
Akdogan, H., 1997. Twin Screw Extrusion
Iron-fortified Rice is as Efficasious
of High Moisture Rice Starch
as Supplemental Iron Drops in
System. Dissertation. University of
Infants and Young Children. The
California : California.
Journal of Nutrition 140, 49-53.
Alavi, S., Bugusu, B., Cramer, G., Dary,
Budi, F.S., Hariyadi, P., Budijanto, S.,
O., Lee, T C.., Martin, L., McEntire,
Syah, D., 2013. Teknologi Proses
J., Wailes, E., 2008. Rice
Ekstrusi untuk Membuat Beras
Fortification in Developing
Analog. Pangan 22, 263-274.
Countries: A Critical Review of the
Technical and Economic Feasibility. Budijanto, S. Yuliyanti., 2012. Studi
Academy for Educational Persiapan Tepung Sorgum (Sorghum
Development, Washington DC. Bicolor L. Moench) dan Aplikasinya
Pada Pembuatan Beras Analog.
232 Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233
Jurnal Teknologi Pertanian 13,177- Hotz, C., Porcayo, M., Onofre, G., Garcia-
186. Guerra, A., Elliott, T., Jankowski, S.,
[CAC] Codex Alimentarius Commission. Greiner, T., 2008. Efficacy of Iron-
2001. Procedural Manual 12th ed. Fortified Ultra Rice in Improving
Food and Agriculture Organization The Iron Status of Women in
of The United Nations, Rome. Mexico. Food and Nutrition Bulletin
Feldsine, P., Abeyta, C., Andrews, W.H., 29, 140-149.
2002. AOAC International Methods Jading, A., Tethool, E., Payung, P.,
Committee Guidelines for Validation Gultom, S., 2011. Karakteristik
of Qualitative and Quantitative Food Fisikokimia Pati Sagu Pengeringan
Microbiological Official Methods of Secara Fluidisasi Menggunakan Alat
Analysis. Journal of AOAC Pengering Cross Flow Fluidized Bed
International 85, 1187-1200. Bertenaga Surya dan Biomassa.
Gultom, R.J., Sutrisno, Budijanto, S., Reaktor 13, 155-164.
2014. Optimasi Proses Gelatinisasi Kato, K. 2006 April 6. Soy-based rice
Berdasarkan Respon Surface substitute. United States Patent ID
Methodology Pada Pencetakan Beras 11233906.
Analog dengan Mesin Twin Roll. Kurachi, H. 1995. Process for making
Jurnal Pascapanen 11, 67–79. enriched artificial rice. United States
Handoyo, E.D., 2006. Perancangan Mini Patent ID 5403606.
Image Editor Versi 1.0 sebagai Kusnandar, F., 2011. Kimia Pangan
Aplikasi Penunjang Mata Kuliah Komponen Makro. Dian Rakyat,
Digital Image Processing. Jurnal Jakarta.
Informatika 2, 145-154. Kusumanto, R.D., Tompunu, A.N.,
Hariyanto, D., 2009. Studi Penentuan Nilai Pambudi, W.S., 2011. Klasifikasi
Resistor Menggunakan Seleksi Warna Menggunakan Pengolahan
Warna Model HSI Pada Citra 2D. Model Warna HSV. Jurnal Ilmiah
TELKOMNIKA 7, 13-22. Elite Elektro 2, 83-87.
Hartono, M., Kristin, M.G., Shienny, L, Ladamay, N.A., Yuwono, S.S.., 2014.
Paini, S.W., Anita, M.S. and Pemanfaatan Bahan Lokal dalam
Thomas, I.P.S. Profil Gelatinisasi Pembuatan Foodbars (Kajian Rasio
Pati Beras Organik Varietas Lokal Tapioka: Tepung Kacang Hijau dan
(Putih Varietas Cianjur, Merah Proporsi CMC). Jurnal Pangan dan
Varietas Saodah, Hitam Varietas Agroindustri 2, 67-68.
Jawa). Prosiding Seminar Nasional Lalel, H.J.D., Abidin, Z., Jutomo, L., 2009.
Menggagas Kebangkitan Komoditas Sifat Fisiko Kimia Beras Merah
Unggulan Lokal Pertanian dan Gogo Lokal Ende. Jurnal Teknologi
Kelautan Fakultas Pertanian dan Industri Pangan 20, 109.
Universitas Trunojoyo Madura. Mishra, A., Mishra, H.N., Rao, P.S., 2012.
Madura, Indonesia. 2013, 781-790. Preparation of Rice Analogues Using
Hussain, S.Z., Singh, B., Rather, A.H., Extrusion Technology. International
2014. Efficacy of Micronutrient Journal of Food Science &
Fortified Extruded Rice in Improving Technology 47, 1789-1797.
The Iron and Vitamin A Status in Noviasari S, Kusnandar, F., Budijanto, S.,
Indian Schoolchildren. International 2013. Pengembangan Beras Analog
Journal of Agriculture and Food dengan Memanfaatkan Jagung Putih.
Science Technology 5, 227-238.
Kusnandar et al./AGROINTEK 15(1): 220-233 233
Article Structure
1. Please ensure that the e-mail address is given, up to date and available for
communication by the corresponding author
2. Article structure for original research contains
Title, The purpose of a title is to grab the attention of your readers and help them
decide if your work is relevant to them. Title should be concise no more than 15
words. Indicate clearly the difference of your work with previous studies.
Abstract, The abstract is a condensed version of an article, and contains important
points ofintroduction, methods, results, and conclusions. It should reflect clearly
the content of the article. There is no reference permitted in the abstract, and
abbreviation preferably be avoided. Should abbreviation is used, it has to be
defined in its first appearance in the abstract.
Keywords, Keywords should contain minimum of 3 and maximum of 6 words,
separated by semicolon. Keywords should be able to aid searching for the article.
Introduction, Introduction should include sufficient background, goals of the
work, and statement on the unique contribution of the article in the field.
Following questions should be addressed in the introduction: Why the topic is new
and important? What has been done previously? How result of the research
contribute to new understanding to the field? The introduction should be concise,
no more than one or two pages, and written in present tense.
Material and methods,“This section mentions in detail material and methods used
to solve the problem, or prove or disprove the hypothesis. It may contain all the
terminology and the notations used, and develop the equations used for reaching
a solution. It should allow a reader to replicate the work”
Result and discussion, “This section shows the facts collected from the work to
show new solution to the problem. Tables and figures should be clear and concise
to illustrate the findings. Discussion explains significance of the results.”
Conclusions, “Conclusion expresses summary of findings, and provides answer
to the goals of the work. Conclusion should not repeat the discussion.”
Acknowledgment, Acknowledgement consists funding body, and list of people
who help with language, proof reading, statistical processing, etc.
References, We suggest authors to use citation manager such as Mendeley to
comply with Ecology style. References are at least 10 sources. Ratio of primary
and secondary sources (definition of primary and secondary sources) should be
minimum 80:20.
Journals
Adam, M., Corbeels, M., Leffelaar, P.A., Van Keulen, H., Wery, J., Ewert, F.,
2012. Building crop models within different crop modelling frameworks. Agric.
Syst. 113, 57–63. doi:10.1016/j.agsy.2012.07.010
Arifin, M.Z., Probowati, B.D., Hastuti, S., 2015. Applications of Queuing Theory
in the Tobacco Supply. Agric. Sci. Procedia 3, 255–
261.doi:10.1016/j.aaspro.2015.01.049
Books
Agrios, G., 2005. Plant Pathology, 5th ed. Academic Press, London.