Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

“KARAKTERISTIK PENDIDIK DALAM KITAB TA’LIM

MUTA’ALLIM”
MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah Studi
Naskah Pendidikan

Kelompok 10 :
Lathifah Anzilatir Rahmah : 2122167
Maulida Rahmah : 2122174
Farida Khairun Nisa : 2122181

Dosen Pengampu :
Dewi Sartika

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “Studi Naskah Pendidikan” dengan
judul “Karakteristik Pendidik dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak bisa lepas dari
bantuan banyak pihak dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami selaku tim penyusun tentunya memiliki banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kami memohonkan kepada
pembaca untuk menyampaikan saran dan kritiknya kepada kami, agar kami dapat
memperbaiki makalah ini dan menjadi lebih baik kedepannya, dan jikalaulah ada
kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatan makalah ini kami minta maaf.

Bukittinggi, 19 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Syekh Az-Zarnuji ........................................................................ 2


B. Teks Terkait Karakteristik Pendidik dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim ..... 4
C. Pemahaman Mengenai Karakteristik Pendidik ......................................... 4
D. Hasil Diskusi Pemakalah........................................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ta`lim muta`lim adalah kitab yang menyebutkan karakteristik pendidik.
Kitab yang di tulis oleh az-zarnuji bukan semata-mata hasil renungan
spekulatif belaka, melainkan telah dilakukanya penelitian terlebih dahulu
terhadap para ulama sebelumnya yang dianggapnya telah berhasil beliau
kisahkan di dalamnya.
Karakteristik pendidik merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh
pendidik di samping harus mengetahui ilmu pengetahuanyang akan di ajarkan
kepada para peserta didiknya, dengan karakteristik pendidiknya yang baik
hendaknya apa yang di sampaikan oleh pendidik dapat di dengar dan di
patuhi oleh pendidik.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa itu Syekh Az-Zarnuji ?
2. Apa teks dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim yang menjelaskan karakteristik
seorang pendidik ?
3. Bagaimana karakteristik seorang pendidik?
4. Bagaimana pemahaman pemakalah mengenai karakteristik pendidik dalam
Kitab Ta‟lim Muta‟allim ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami tentang sosok Syekh Az-Zarnuji.
2. Mengetahui dan memahami tentang teks tentang karakteristik pendidik di
dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim.
3. Mengetahui dan memahami tentang karakteristik seorang pendidik.
4. Mengetahui dan memahami tentang karakteristik pendidik dalam Kitab
Ta‟lim Muta‟allim.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Syekh Az-Zarnuji


Kata Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab Ta'lim
Al-Muta'allim ini. Sedang Az-Zarnuji adalah nama marga yang diambil dari
nama kota tempat beliau berada, yaitu kota Zarnuj. Di antara dua kata itu ada
yang menuliskan gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehinnga
menjadi Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji. Namun demikian nama ini masih
diperdebatkan kebenarannya, karena masih belum ditemukan data yang valid
mengenai nama asli Az-Zarnûjî. Khairuddin al-Zarkeli menuliskan nama Az-
Zarnûjî dengan an-Nu„mân bin Ibrâhim bin Khalîl al-Zarnûjî Tajuddin. Nama
akhirnya dinisbahkan dari daerah tempat dia berasal, yakni Zarnûj, yang
akhirnya melekat sebagai nama panggilan. Plessner, dalam The Encyclopedia
of Islam mengatakan bahwa nama asli tokoh ini sampai sekarang belum
diketahui secara pasti, begitu pula karir dan kehidupannya. Menurut M.
Plessner, Az-Zarnûjî hidup antara abad ke-12 dan ke-13. Dia adalah seorang
ulama fiqh bermadzhab Hanafiyah, dan tinggal di wilayah Persia. Ahmad
Fuad al-Ahwani memperkirakan bahwa Az-Zarnûjî wafat pada tahun 591 H/
1195M. Dengan demikian, belum diketahui hidupnya secara pasti, namun jika
diambil jalan tengah dari berbagai pendapat di atas, az-Zarnûjî wafat sekitar
tahun 620-an H.
Mengenai riwayat pendidikannya bahwa Az-Zarnûjî menuntut ilmu di
Bukhara dan Samarkand. Yaitu kota yang menjadi pusat kegiatan keilmuan,
pengajaran dan lain-lainnya.1 Adapun guru-guru yang diperkirakan
pernah berhubungan langsung dengan al-Zarnūjī yaitu sebagai berikut:
Imam Burhan al-Din Ali bin Abi Bakr al-Farghinani al-Marghinani (wafat.
593H/1195 M), Imam Farkh al-Islam Hasan bin Mansur al-Farghani
Khadikan (wafat. 592 H/1196 M), Imam Zahir al-Din al-Hasan bin Ali
1
Muztaba, Akhlak Belajar dan Karakter Guru (Studi Pemikiran Syekh Az-Zarnuji dalam
Kitab (Ta‟lim Muta‟allim), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014), Hal. 26-28

2
al-Marghinani (wafat. 600 H/1204 M), Imam Farkh al-Din al-Khasani
(wafat. 587 H/1191 M), Imam Rukn al-Din Muhammad bin Abi Bakr Imam
Khwarzade (491-576 H), Ali bin Abi bakr bin Abduul Jalil al-Farghani
al-Marghinani al-Rustami Ruknul Islam Muhammad bin Abi bakar (wafat.
573 H/1177 M), Hammad bin Ibrahim (wafat. 587 H/1180 M), Taruddin al-
Hasan bin Mansyur atau Qadhikhan (wafat 592 H/1196 M), Ruknuddin al-
Farghani (wafat. 594 H/1098 M), dan Imam Sadiduddin al-Shirazi.2
Berdasarkan informasi tersebut, ada kemungkinan besar bahwa Az-Zarnûjî
selain ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, beliau juga menguasai
bidang ilmu pengetahuan yang lainnya, seperti sastra, fiqih, ilmu kalam dan
lain sebagainya. Jika melihat guru-guru Syaikh Zarnuji tersebut, dan
dikaitkan dalam periodisasi perkembangan pendidikan Islam, bahwa Az-
Zarnûjî hidup sekitar akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13 (591-640 H./
1195-1243 M.). Dari kurun waktu tersebut dapat diketahui bahwa Az-Zarnûjî
hidup pada masa keempat dari periode pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam, yaitu antara tahun 750-1250 M. Dalam catatan sejarah,
periode ini merupakan zaman keemasan atau kejayaan Peradaban Islam pada
umumnya, dan pendidikan Islam pada khususnya, yaitu pada masa kekuasaan
Abbasiyah di Baghdad.3
Latar belakang penulisan kitab ini dijelaskan oleh pengarangnya sendiri
pada pendahuluan dari kitab Ta‟lim Muta‟allim, kitab ini ditulis bermula dari
kegundahan pengarangnya, Syaikh Az-Zarnûjî, saat melihat banyaknya para
pencari ilmu pada masanya yang gagal memperoleh apa yang mereka cari,
sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam pendahuluannya bahwa “Banyak
para pencari ilmu yang ternyata banyak di antara mereka yang mendapatkan
ilmu, tetapi ternyata tidak bisa mendapatkan manfaat dan buahnya ilmu, yaitu
dapat mengamalkan dan menyebarkan ilmu yang diperolehnya.”
Menurut Syekh Az-Zarnûjî hal tersebut bisa terjadi, karena mereka salah
jalan dalam mencari ilmu dan setiap orang yang salah jalan pastinya akan
2
Ahmad Rifa‟i, “Biografi Syaikh Zarnuji Penulis Kitab Talim Wa Mutallim”, Musala:
Jurnal Pesantren dan Kebudayaan Islam Nusantara, Vol. 1, No. 2, 2022, Hal. 219
3
Muztaba, Op. Cit, Hal. 28-29

3
tersesat dan tidak sampai pada tujuannya. Mereka tidak tahu syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam mencari ilmu sehingga mereka tidak mendapatkan
ilmu pengetahuan sebagaimana diharapkan.4
B. Teks Terkait Karakteristik Pendidik dalam Kitab Ta’lim Muta’allim
1. Bermartabat dan tawadhu‟/rendah hati
ْ ‫غي ِْش ْان َم‬
َ َ‫ط َم َع َو َيتَ َح َّشص‬
‫ع َّمب‬ َ ‫بانط َمعِ فِى‬ َ ‫َو َي ْى َب ِغ ْي ِِلَ ْه ِم ْان ِع ْه ِم أ َ ْن ِلَ يُ ِز َّل وَ ْف‬
َّ ‫سهُ ِب‬

ِ ‫فِ ْي ِه َمزَنَّةُ ْان ِع ْه ِم َوأ َ ْههَ ِه َو َي ُك ْونَ ُمتَ َو‬


‫اضعًب‬
“Hendaknya seorang ulama tidak menghinakan dirinya dengan
menginginkan sesuatu yang tidak pantas didambakan, menjaga dirinya
dari segala sesuatu yang dapat merendahkan ilmu dan para ulama dan
bersikap rendah hati”5
2. „Alim, Wara‟, dan lebih tua

َ َ‫ع َواِل‬
‫س َّه‬ َ َ ‫بس ْاِلُ ْستَب ِر فَ َي ْىبَ ِغ ْي ا َ ْن َي ْخت‬
َ ‫بس اِلَ ْعهَ َم َواِلَ ْو َس‬ ْ ‫َوأ َ َّمب‬
ُ َ‫اختِي‬
“Cara memilih guru hendaknya dipilih guru yang paling alim, yang
paling wara‟ dan lebih tua”
3. Berwibawa, lembut/penyantun, dan penyabar

َ ‫سهَ ْي َمبنَ َب ْعذَ انتَّأ َ ُّم ِم َو انتَّفَ ُّك ِش‬


‫وقَب َل‬, ُ ‫بس اَب ُْو َح ِى ْي َفةَ ِح ْيىَ ِئ ٍز َح َّمبدَ بْهَ اَ ِبي‬ ْ ‫َك َمب‬
َ َ ‫اخت‬
‫صب ُْو ًسا‬َ ‫ش ْي ًخب َوقُ ْو ًسا َح ِه ْي ًمب‬َ ُ‫اَبُو َح ِى ْيفَةَ َس ِح َمهُ هللا ت َ َعبنى َو َج ْذتُه‬
“Abu Hanifah memilih Hammad bin Sulaiman Rahimahullah setelah
beliau berpikir panjang dan beliau mengatakan: „Aku mendapati beliau
sebagai seorang guru yang berwibawa, lembut dan penyabar.‟”6

C. Pemahaman Mengenai Karakteristik Pendidik


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter memiliki arti
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Karakteristik menurut istilah adalah sebagai sifat manusia

4
Ibid, Hal. 32
5
Imam Burhanul Islam Azzarnuji, Terj. Achamd Sunarto, Terjemah Ta‟limul Muta‟allim
(Makna Pegon Jawa dan Terjemah Indonesia), (Surabaya: Al Miftah, 2012), Hal. 37
6
Ibid, Hal. 49

4
pada umumnya di mana manusia mempunnyai banyak sifat yang tergantung
dari faktor kehidupannya sendiri. Jadi karakteristik itu adalah suatu sifat atau
karakter yang baik yang harus dimiliki atau dikuasai oleh seorang pendidik
untuk menghasilkan suatu generasi yang bermartabat dan berakhlak. Secara
umum guru dapat diartikan sebagai orang yang memiliki tanggung jawab
mendidik. Secara khusus, guru dapat diartikan sebagai orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan murid dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, dan
psikomotorik.
Karakteristik guru adalah sifat-sifat khas, akhlak baik yang harus dimiliki
oleh seorang guru agar dapat menjadi suri tauladan bagi anak didiknya, juga
memiliki rasa cinta kasih dan tulus ikhlas dalam proses kegiatan belajar
mengajar agar anak didik memiliki semangat dan motivasi yang tinggi
sehingga akan timbul sikap aktif, kreatif, dan inovatif.7
Karakter peserta didik akan terbentuk ketika seorang guru atau pendidik
juga berkarakter sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Islam. Karakter
pendidik yang baik atau juga disebut kepribadian guru berciri khas
(karakteristik) islami dan juga yang bisa menjadi panutan peserta didiknya.
Oleh karena itu, hal ini menjadi sangat penting diinternalisasikan oleh
pendidik dikarenakan pendidik banyak beranggapan bahwa setelah lulus
kuliah atau sudah sertifikasi atau ketika mengajar seakan-akan tugas belajar
untuk mengembangkan kemampuan pribadi pendidik tersebut terhenti.8
Karakter guru yang bisa ditiru peserta didiknya dirasa kabur dan samar
karena pendidik sekarang hampir lupa dengan nilai-nilai mutiara yang
terpendam dalam kitab-kitab klasik. Kitab klasik seperti ta`limul mutallim
yang mengajarkan pendidik dan peserta didik untuk disiplin dan saling
menghargai. Guru sekarang lebih memilih pendidikan sekuler dan demokratis
yang semakin menjadikan peserta didik kurang mempunyai nilai karakter

7
Amilya Nurul Erindha, dkk, “Memahami Karakteristik Guru Profesional”, PEDIR:
Journal Elmentary Education, Vol. 1, No. 2, 2021, Hal. 87-88
8
Nurul Ulfa Amelia, Konsep Kompetensi Kepribadian Guru dalam Kitab Ta‟lim Al-
Muta‟allim Karya Az-Zarnuji, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2021), Hal. 19

5
pribadi yang baik. Bahkan banyak guru yang meragukan relevansi kitab
ta`limul mutallim untuk diimplementasikan dunia pendidikan saat ini.9
D. Hasil Diskusi Pemakalah
Karakter anak didik kurang lebihnya juga dipengaruhi oleh bagaimana
karakter guru atau pendidik yang dihadapinya. Bagaimana seorang pendidik
bersikap akan menjadi contoh bagi anak didiknya. Oleh karena itu, seorang
pendidik diharuskan memiliki akhlak yang mulia dengan karakter /sifatnya
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam sehingga tercapainya tujuan pendidikan
Islam untuk menjadikan anak didik yang berakhlaqul karimah dan mencapai
insan kamil. Dalam hal ini, Syekh Az-Zarnuji dalam kitabnya Ta‟lim
Muta‟allim mengemukakan ada beberapa karakter yang harus dimiliki para
pendidik, yaitu:
1. Bermartabat dan rendah hati
Pemakalah menyimpulkan bahwa seorang pendidik harus
mempertahankan martabat dirinya dengan tidak melakukan hal-hal yang
mungkin dapat menghinakan dirinya sehingga ilmunya pun dipandang
rendah. Abu Hanifah berkata kepada sahabatnya: “Besarkan surban dan
lebarkan baju kalian”, beliau berkata demikian, agar ilmu dan orang yang
berilmu tidak diremehkan.
Jika seorang pendidik dipandang rendah maka akan mengakibatkan
anak didik tidak menghargai guru, sehingga ilmu yang didapat menjadi
tidak berkah dan tidak sempurna. Selain anak didik, pendidik yang tidak
bermartabat pun juga akan dipandang rendah oleh lingkungannya, seperti
di lingkungan masyarakat. Sedalam apapun ilmu seorang guru jika ia
dipandang rendah maka ilmu itu akan sia-sia. Oleh karena itu, pendidik
yang bermartabat akan mampu memberikan pengaruh positif bagi anak
didik dalam pembentukan karakter dan akhlak mereka.
Pendidik juga harus bersikap tawadhu‟ atau rendah hati. Tawadhu‟
adalah sifat dari orang yang bertakwa. Tawadhu‟ adalah bersikap tidak

9
Muhammad Anas Ma‟arif, “Analisis konsep Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Menurut Az-Zarnuji”, Istawa: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 2, 2017, Hal. 37

6
sombong namun juga tidak merendahkan diri. Orang yang bersifat
tawadhu‟ menyadari bahwa semua yang dimilikinya, baik berupa ilmu,
harta, jabatan adalah pemberian atau karunia dari Allah Swt.
2. „Alim, Wara‟ dan lebih tua (dewasa)
Pemakalah memahami bahwa, seorang pendidik tentulah harus dari
kalangan orang-orang yang „Alim. „Alim berarti orang yang memilki ilmu
dan mampu menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupannya. Seorang
pendidik akan mampu mengajar ketika ia memiliki keilmuan yang lebih
dibanding peserta didiknya. Selain berilmu, pendidik juga harus memiliki
wawasan yang luas. Pendidik yang „alim adalah pendidik yang
berkompeten, mampu menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam dan memilki nilai-nilai akhlak yang mulia pada dirinya.
Pendidik di dalam kitab Ta‟lim Muta‟allim haruslah bersikap
wara‟/mampu menjaga diri. Guru yang wara‟ berarti guru yang mampu
mengaplikasikan akhlak-akhlak yang mulia, takut untuk berbuat salah,
menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat apalagi yang bisa menghilangkan
wibawa dan martabatnya sebagai guru.
Az-Zarnuji menyarankan bahwa pendidik haruslah yang lebih tua,
dalam artian lebih dewasa dari pada anak didiknya. Karena guru yang
dewasa akan mampu mengendalikan diri dan pikirannya dalam
menghadapi berbagai kondisi dan situasi terutama ketika proses
pembelajaran berlangsung. Guru yang dewasa akan mampu bersikap
bijaksana, memiliki sikap simpati dan empati, berani bersikap, memiliki
tutur kata yang baik serta mampu menjaga segala tindak tanduknya.
Pendidik harus dewasa karena mereka yang akan bertanggung jawab
dalam perkembangan pendidikan anak didiknya, seperti ketika mendidik
mereka dalam mengembangkan kepribadiannya. Dalam hal ini, tentulah
orang dewasa yang berpengalaman yang mampu membimbing mereka
dalam mengembangkan kepribadiannya.

7
3. Berwibawa, lembut/penyantun, dan penyabar
Dalam hal ini, pendidik yang berwibawa berarti pendidik yang mampu
membawa siswanya terpengaruh akan tutur katanya, pengajarannya, dan
patuh terhadap aturan dan nasihat-nasihatnya. Pemakalah memahami
bahwa, guru yang berwibawa bukan berarti guru yang ditakuti oleh
siswanya. Namun, adalah guru yang dihargai oleh siswanya, tetap mampu
bersahabat dengan siswanya, menjalin komunikasi yang baik, tanpa
mengurangi rasa hormat dari siswa tersebut kepada gurunya. Kewibawaan
diperlukan guru agar tidak diremehkan oleh siswa dan lingkungannya.
Karakter selanjutnya yang harus dimiliki pendidik adalah memiki sikap
penyantun / lembut dan penyayang. Guru yang baik adalah guru yang
mampu memberikan kasih sayangnya kepada anak didiknya. Karena di
sekolah, orang tua bagi anak didik adalah gurunya sendiri, yang akan
menyayangi dan menuntun mereka menjadi lebih baik. Tanda sayang
seorang guru terhadap anak didiknya adalah dengan memberikan mereka
ilmu yang bermanfaat, menunjukkan kepada mereka hal-hal yang harus
dilakukan dan ditinggalkan, dan menjadi teladan bagi mereka dalam
bersikap dan berakhlak mulia.
Pendidik yang berakhlak mulia sudah pasti juga memiliki sikap
penyabar. Pendidik hendaknya sabar dalam menyampaikan ilmunya dan
sabar menghadapi keberagaman siswanya. Pendidik yang memiliki sikap
sabar akan selalu berusaha mengembangkan potensi dirinya untuk
mengajarkan anak didiknya hingga tercapai pada tujuan pendidikan yang
diharapkan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Az-Zarnûjî atau an-Nu„mân bin Ibrâhim bin Khalîl al-Zarnûjî Tajuddin
adalah pengarang kitab Ta‟lim Muta‟allim. Nama Az-Zarnuji dinisbahkan dari
daerah tempat dia berasal, yakni Zarnûj. Kitab Ta‟lim Muta‟allim ditulis
bermula dari kegundahan pengarangnya, Syaikh Az-Zarnûjî, saat melihat
banyaknya para pencari ilmu pada masanya yang gagal memperoleh apa yang
mereka cari.
Karakter peserta didik akan terbentuk ketika seorang guru atau pendidik
juga berkarakter sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma Islam. Karakter
pendidik yang baik atau juga disebut kepribadian guru berciri khas
(karakteristik) islami dan juga yang bisa menjadi panutan peserta didiknya.
Di dalam kitab ini dijelaskan beberapa karakteristik yang harus dimiliki
pendidik, yaitu bermartabat dan tawadhu‟, „alim (berilmu), wara‟ (takut dosa),
dewasa, berwibawa, penyantun dan penyabar.
B. Saran

Demikianlah makalah ini ditulis, Penulis berharap para pembaca dapat


memberikan kritik dan sarannya demi membangun kesempurnaan makalah
ini. Saran penulis kepada pembaca adalah agar dapat memahami mengenai
“Karakteristik Pendidik dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim” yang telah
dijelaskan diatas. Semoga makalah ini dapat dipahami serta memberi manfaat
baik bagi para pembaca serta pemakalah khususnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, N. U. (2021). Konsep Kompetensi Kepribadian Guru dalam Kitab Ta'lim


Muta'allim. Purwokerto: IAIN Purwokerto.

Amilya Nurul Erindha, D. P. (2021). Memahami Karakteristik Guru Profesional. PEDIR:


Journal Elemntary Education, 85-93.

Imam Burhanul Islam Azzarnuji, T. A. (2012). Terjemah Ta'lim Muta'allim (Makna Pegon
Jawa dan terjemah Indonesia. Surabaya: Al Miftah.

Ma'arif, M. A. (2017). Analisis Konsep Kompetensi Kepribadian Guru PAI Menurut Az-
Zarnuji. Istawa: Jurnal Pendidikan Islam, 35-60.

Muztaba. (2014). Akhlak Belajar dan Karakter Guru (Studi Pemikiran syekh Az-Zarnuji
dala Kitab (Ta'lim Muta'allim). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Rifa'i, A. (2022). Biografi Syaikh Zarnuji Penulis Kitab Ta'lim Muta'allim. Musala: Jurnal
Pesantren dan Kebudayaan Islam Nusantara , 217-223.

You might also like