Harga Gabah Kering Panen, Pendekatan Partial Adjustment Model

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

FAKTOR PENENTU HARGA GABAH KERING PANEN (GKP)

DI TINGKAT PETANI DI INDONESIA TAHUN 2005-2010:


PENDEKATAN PARTIAL ADJUSTMENT MODEL

Ahmad Rifa’i

Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis


FISIP Universitas Lampung

ABSTRAK

Permasalahan yang akan di bahas adalah dalam penelitian ini adalah apa sajakah faktor-faktor yang
menentukan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani tahun 2005-2010?”. Berdasarkan
nilai t-hitung hasil estimasi pada masing-masing variabel pada tingkat kepercayaan 95% (α= 5%)
didapat bahwa Variabel harga gabah kering giling (GKG), harga gabah kualitas rendah (GKR),
harga pokok pembelian (HPP), harga beras (HB), dan total produksi gabah (Q) berpengaruh secara
signifikan terhadap harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Sedangkan distributed-lag
(beda kala) harga gabah kering panen (GKPt-1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga
gabah kering panen (GKP) di tingkat petani. Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa nilai koefisien
determinasi (R2 = adjusted R-squared) adalah 0,973. Hal ini berarti variansi dari independent
variable mampu menjelaskan 97,3% terhadap variansi dependent variable. Sedangkan sebanyak 2,7%
faktor yang berhubungan dengan peningkatan harga gabah kering panen di tingkat petani di
Indonesia tahun 2011-2010 disebabkan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.

Kata Kunci : Gabah Kering Panen; Deseasonalized; Petani

PENDAHULUAN Pada kondisi ini sebenarnya petani enggan


Penentuan harga Gabah Kering menjual gabahnya, namun demikian mereka
Panen (GKP) di tingkat petani merupakan “dihantui” oleh kebutuhan keuangan
suatu “trade off” bagi para petani. Harga (likuiditas) yang mendesak, biaya pera-
GKP yang terlalu tinggi menyebabkan watan gabah jika tetap di simpan, dan
pedagang/penggiling tidak bersedia mem- kemungkinan rusaknya gabah jika tidak
belinya dengan alasan daya beli konsumen segera menjualnya. Hal ini seperti dinya-
terhadap beras yang rendah. Pada kondisi takan Maers dkk (1980); Deptan (2006a)
ini gabah petani terancam tidak laku bahwa petani akan memiliki probabilitas
dikarenakan harga yang terlalu tinggi. merugi jika mereka menyimpan gabahnya
Sebaliknya, harga GKP yang terlalu rendah karena harus menanggung “opportunity
membuat petani merugi karena harga jual cost” dan sebaliknya pedagang/penggiling
GKP tidak bisa menutupi biaya produksi. akan memperoleh probabilitas untuk untung

57 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
karena kemahiran berdagang dan adanya dianggap mewakili kegiatan demand and
fluktuasi (disparitas) harga. Disparitas supply produk pertanian padi. Faktor lain
harga seperti dinyatakan oleh Jamal dkk yang berpengaruh terhadap penentuan
(2006) terjadi karena lemahnya posisi tawar harga GKP adalah kebijakan harga pokok
petani dalam perdagangan gabah, kemam- pembelian (HPP) gabah dari pemerintah
puan (teknik) menyimpan gabah petani (Bulog). Kebijakan penentuan HPP ini
yang rendah, nilai tambah pengolahan dan dimaksudkan agar penentuan harga melalui
perdagangan beras yang hanya dapat mekanisme pasar-harga (demand and sup-
dinikmati oleh pedagang, dan sistem pasar ply) yang dilakukan oleh petani dan peda-
yang jauh dari sistem pasar persaingan gang/penggiling tidak berada dibawah HPP
sempurna. sehingga bisa merugikan petani. Selain itu,
Mengikuti teorema Cobweb (“feno- seperti hasil penelitian Jamal dkk (2006)
mena jaring laba-laba”) seperti dalam kebijakan impor beras juga berpengaruh
Miller & Meiners (2000:39); Nicholson terhadap tingkat harga gabah petani.
(1995:591); Iswardono (1989:22) menyata- Permasalahan yang akan di bahas
kan bahwa penentuan harga produk-produk adalah “apa sajakah faktor-faktor yang
pertanian sangat dipengaruhi oleh harga menentukan harga gabah kering panen
sebelumnya (lag harga tahun lalu). Hal ini (GKP) di tingkat petani tahun 2005-2010?”.
terjadi salah satunya disebabkan adanya “Seberapa besarkah pengaruh distributed-
faktor musiman, karena terdapat musim lag (beda kala) harga gabah kering panen
dimana produk pertanian tersebut melimpah (GKPt-1), harga gabah kering giling (GKG),
dan terdapat musim dimana produk harga gabah kualitas rendah (GKR), harga
pertanian tersebut langka yang akan ber- pokok pembelian (HPP), harga beras (HB),
pengaruh terhadap tinggi rendahnya harga. dan total produksi gabah (Q) dalam
Pada saat panen raya umumnya harga GKP menentukan harga gabah kering panen
cenderung rendah (Simatupang dkk, 2004; (GKP) di tingkat petani di Indonesia tahun
Deptan, 2006b). Secara umum penentuan 2005-2010?”.
harga gabah juga dipengaruhi oleh harga
gabah pada tingkatan yang lain yaitu gabah METODE PENELITIAN
kering giling/GKG, gabah kualitas rendah/ Penelitian ini merupakan penelitian
GKR, dan harga beras sebagai produk akhir eksplanatori (explanatory research) dengan
dari pertanian padi karena pasar beras bisa menggunakan pengujian hipotesis. Peneliti-

58 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
an eksplanatori atau penelitian penjelasan daerah dalam rangka mendorong pemben-
menganalisis/menjabarkan tentang hubung- tukan harga yang lebih tinggi (yang lebih
an antar variabel penelitian dan menguji baik) bagi petani.
hipotesis yang telah dirumuskan. Hasil Teknik analisis data menggunakan
pengujian hipotesis tersebut dapat dipergu- regresi berganda dengan pendekatan Partial
nakan sebagai pijakan untuk menentukan/ Adjustment Model (PAM) atau model
mengidentifikasi langkah-langkah kebijak- penyesuaian parsial. Model yang digunakan
an yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah:

GKPt = β0 + β1 GKPt-1 + β2 GKGt + β3 GKR t + β4 HPPt + β5 HBt + β6 Qt + εt (1.1)

dimana: GKP = Rerata harga gabah kering bulanan dan ε = Error term; t = bulan ke-t;
panen per bulan; GKPt-1 = Lag (beda kala) β0 = konstanta/intercept; β1, β2, β3, β4, β5, β6
rerata bulanan harga GKP; GKG = Rerata = koefisien regresi.
harga gabah kering giling per bulan; GKR = Berdasarkan Model Penyesuaian
Rerata harga gabah kualitas rendah per Parsial (Partial Adjustment Model/PAM)
bulan; HPP = Harga pokok pembelian maka persamaan 1.1 dapat di tulis kembali
gabah dari Bulog; HB = Harga pembelian sebagai berikut:
beras oleh Bulog, Q = total produksi gabah

GKPt = Gβ0 + (1-G)β1 GKPt-1 + Gβ2 GKGt + Gβ3 GKR t + Gβ4 HPPt + Gβ5 HBt + Gβ6 Qt + Gεt (1.2)

dimana G adalah koefisien penye-suaian Cobweb maka kuantitas (supply) dan harga
yang memiliki nilai 0  G  1 , dan karena produk pertanian umumnya dipengaruhi
persamaan 1.2 tersebut mengandung unsur oleh kuantitas dan harga periode sebelum-
beda kala (lag) dependent variable (GKPt-1) nya, kedua, umumnya harga gabah menga-
maka persamaan tersebut di sebut juga lami kekakuan harga (price regidity) karena
autoregresive model. Beda kala muncul lemahnya daya tawar petani terhadap
karena reaksi dari variabel tak bebas pedagang/penggiling. Ketiga, adanya reaksi
terhadap aksi dari variabel bebas memerlu- terhadap kebijakan pemerintah yaitu adanya
kan waktu (“a time lag”). Alasan pengguna- kebijakan harga pokok pembelian (HPP)
an lag (beda kala = GKPt-1) dalam peneliti- gabah, yang dimaksudkan agar harga GKP
an adalah, pertama, berdasarkan model berada di atas HPP sehingga petani tidak

59 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
merugi. Keempat, menurut Supranto stokastik (GKPt-1) akan berkorelasi dengan
(1984:190) model distribusi beda kala dan kesalahan pengganggu (εt). Sehingga jika
model autoregresif telah menunjukkan kita tetap mempergunakan OLS maka hasil
kegunaan yang benar-benar tinggi dalam pemerkiranya akan bias dan tidak konsis-
ekonomi empiris, dimana model tersebut ten, yaitu walaupun sampel di perbesar
membuat teori ekonomi yang statis menjadi sampai tak terhingga maka hasil pemerkira
dinamis dengan cara memperhitungkan tetap tidak akan mendekati nilai yang
secara eksplisit peranan waktu dan melalui sebenarnya. Selain itu model PAM lebih
model tersebut dapat dibedakan antara mendasarkan pada segi teknis, keka-kuan
reaksi jangka pendek dan jangka panjang. (rigidities), ketidakluwesan kelembagaan
Alasan penggunaan pendekatan (institusi) dan adanya perubahan harga.
PAM adalah jika dibandingkan dengan Kondisi ini berbeda dengan model AEM
pendekatan Koyck dan pendekatan Adap- yang lebih mendasarkan pada ketidakpas-
tive Expectation Model (AEM/model harap- tian (uncertainty) (Supranto 1984:159).
an adaptif) maka model PAM lebih bisa
menghasilkan pemerkira yang mendekati PEMBAHASAN
sifat BLUE (Best Linear Unbiased Proses Deseasonalization Variabel
Jumlah Produksi Gabah
Estimator) atau setidaknya model PAM
akan menghasilkan pemerkira yang konsis- Hasil regresi proses deseasonaliza-
ten meskipun perkiraan tersebut cenderung tion menggunakan variable dummy terha-
akan bias. Dengan kata lain dalam model dap jumlah produksi padi (Q) adalah
Koyck maupun AEM variabel bebas sebagai berikut:

Q = 6384881 – D21,81x10-8 – D31,79X10-8 – D41,80X10-8 – D51208032


(18,932)*** (-3,79X10-14)ns (-3,76X10-14)ns (-3,78X10-14)ns (-2,533)***

– D61208032 – D71208032 – D81208032 – D93073408 – D103073408


(-2,533)*** (-2,533)*** (-2,533)*** (-6,444)*** (-6,444)***

– D113073408 – D123073408 + ɛt ………….1.3


(-6,444)*** (-6,444)***

R2 = 0,689; Fhitung = 15,329


Catatan: * Significance at α= 10% **
Significance at α= 5%
*** ns
Significance at α= 1% Not Significance
Angka dalam kurung adalah nilai-thitung

60 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
dimana Q = jumlah produksi padi, D2, D3, demikian dapat disimpulkan bahwa,
D4, …, D12 adalah dummy-dummy untuk misalnya untuk bulan ke-5 (Mei), maka
bulan 2, 3, 4,…, 12 dengan mengganggap nilai produksi padi untuk bulan ke-5 ini
nilai 1 untuk bulan yang bersangkutan dan lebih besar sebesar 1.208.032 ton di
nilai 0 untuk bulan pertama (Januari). bandingkan bulan ke-1 (Januari). Nilai rata-
Proses deseasonalization ini menggunakan rata jumlah produksi pada bulan ke-5 (Mei)
bulan Januari (bulan 1) sebagai bulan dasar adalah {(6.384.881) + (-1.208.032)} atau
(bulan referensi), meskipun bulan manapun sekitar 5.176.849 ton. Koefisien dummy
dapat digunakan sebagai bulan dasar. untuk bulan yang lain dapat ditafsirkan
Berdasarkan hasil estimasi pada dengan cara yang sama dengan bulan ke-5.
persamaan (1.3) diketahui bahwa nilai t-
Analisis Regresi
tabel untuk degree of freedom (df) = 60
Analisis regresi dilakukan terhadap
(df=n-k-1=72-11-1=60) pada tingkat
persamaan 1.1. Nilai masing-masing varia-
kepercayaan 95% (α=5%) adalah 1,671.
bel (GKP, GKG, GKR, HPP, dan HB) yang
Dengan demikian diperoleh hasil bahwa
digunakan adalah berdasarkan publikasi
seluruh dummy kecuali dummy untuk bulan
dari BPS (2010), sedangkan nilai jumlah
2, 3, dan 4 berpengaruh signifikan terhadap
produksi padi (Q) adalah jumlah produksi
jumlah produksi padi (Q). Hal ini berarti
padi ter-deseasonalized (QDS). Hasil
memang terjadi pengaruh musiman dalam
analisis regresi terhadap persamaan 1.1
produksi padi (Q) pada bulan ke-5, 6, 7, .,
adalah sebagai berikut:
12 di Indonesia tahun 2005-2010. Dengan

GKP = –172,3303 – 0,004459GKPt-1 + 0, 482097GKG + 0,591070GKR


(-2,124)** (-0,049) ns (5,412)*** (7,866)***

+ 0,326149HPP – 0,207551HB + 3,76X10-5QDS + ɛt ………….1.4


(1,996)** (-2,262)** (2,214)**

R2 = 0,973; Fhitung = 428,361


* **
Catatan: Significance at α= 10% Significance at α= 5%
*** ns
Significance at α= 1% Not Significance
Angka dalam kurung adalah nilai-thitung

dimana GKP = Rerata harga gabah kering rerata bulanan harga GKP; GKG = Rerata
panen per bulan; GKPt-1 = Lag (beda kala) harga gabah kering giling per bulan; GKR =

61 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
Rerata harga gabah kualitas rendah per pengujian hipotesis didapatkan >
bulan; HPP = Harga pokok pembelian χ2 (5%; df = 6) = 17,355515 > 12,5916,
gabah dari Bulog; HB = Harga pembelian yang berarti bahwa Ho tolak dan dapat
beras oleh Bulog, QDS = Jumlah produksi disimpulkan persamaan (1.4) terkena gejala
padi ter-deseasonalized. heteroskedastisitas.

Pengujian Ketepatan Asumsi Model Uji Gejala Autokorelasi.


Pengujian ketepatan asumsi model Hasil pengujian gejala autokorelasi
(uji asumsi klasik) terdiri dari uji gejala menggunakan metode Brousch-Godfrey
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan (BG) Test menunjukkan nilai χ2 = (n-p)R2
uji autokorelasi terhadap persamaan (1.4). adalah = 1,174677. Sehingga dari hasil
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengha- pengujian hipotesis didapatkan χ2 = (n-p)R2
silkan pemerkiria yang memiliki sifat < χ2 (5%; df = 6) = 1,174677 < 12,5916,
BLUE (best linear unbiased estimator). yang berarti bahwa Ho yang menyatakan
tidak ada autokorelasi pada persamaan (1.4)
Uji Gejala Multikolinearitas dapat diterima.
Hasil pengujian gejala multikoli- Oleh karena hasil estimasi pada
nearitas menggunakan matrik korelasi persamaan (1.4) terkena gejala multiko-
menunjukkan bahwa antar independent linearitas dan heteroskedastisitas, maka
variable-nya (tidak termasuk variabel langkah selanjutnya adalah menghilangkan
dependent) ada yang berkorelasi kuat gejala tersebut dengan melakukan regresi
(>80%), yang berarti persamaan (1.4) dengan metode White Heteroskedasticity-
terkena dari gejala multikolinearitas. Consistent Stan-dard Errors & Covariance
(Gujarati 2003:417). Hasil koreksi dalam
Uji Gejala Heteroskedastisitas.
selanjutnya disimbulkan dengan GKP-(P).
Hasil pengujian gejala heteroskedas-
Hasil koreksi gejala heteroskedastisitas
tisitas menggunakan metode Breusch-
persamaan (1.4) menggunakan metode
Pagan-Godfrey (BPG) Test menunjukkan
White’s adalah sebagai berikut:
nilai Explained Sum of Square (ESS) adalah
= 34,71103 sehingga nilai adalah
17,355515. Dengan demikian dari hasil

62 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
GKP-(P) = –172,3303 – 0,004459GKPt-1 + 0,482097GKG + 0,591070GKR
(-2,459)*** (-0,049) ns (5,644)*** (5,827)***

+ 0,326149HPP – 0,207551HB + 3,76X10-5QDS + ɛt ………….1.5


(2,374)** (-2,905)*** (2,041)**

R2 = 0,973; Fhitung = 428,361


Catatan: * Significance at α= 10% **
Significance at α= 5%
*** ns
Significance at α= 1% Not Significance
Angka dalam kurung adalah nilai-thitung

Pengujian Parameter Regresi penelitian ini nilai t-tabel untuk df = 65


Pengujian parameter regresi meli- (df=n-k-1=72-6-1=65) pada tingkat keper-
puti uji parsial (uji-t), uji simultan (uji-F) cayaan 95% (α= 5%) adalah t0,05 (65) =
2
dan uji koefisien determinasi (R ). Tujuan- 1,671. Nilai t-hitung hasil hasil estimasi
nya adalah untuk mengetahui (menguji) persamaan (1.5) adalah GKPt-1 = -0,049,
signifikansi pengaruh --baik secara parsial GKG = 5,644, GKR =5,827, HPP = 2,374,
maupun simultan (bersama-sama)-- Lag HB = -2,905, dan QDS = 2,041.
harga GKP (GKPt-1), harga gabah kering Berdasarkan nilai t-hitung hasil estimasi
giling (GKG), harga gabah kualitas rendah maka:
(GKR), harga pokok pembelian gabah 1) GKPt-1 (t-hitung < t-tabel); maka Ho di
Bulog (HPP), harga pembelian beras Bulog terima, berarti variabel GKPt-1 tidak
(HB), dan produksi padi ter-deseasonalized berpengaruh signifikan terhadap GKP.
(QDS) terhadap harga gabah kering panen 2) GKG (t-hitung > t-tabel); maka Ho di
(GKP). Disamping itu dilakukan uji koefi- tolak, berarti GKG berpengaruh secara
sien determinasi (R2) untuk melihat derajat signifikan terhadap GKP.
keeratan hubungan antara variabel penjelas 3) GKR (t-hitung > t-tabel); maka Ho di
dan variabel yang dijelaskan. Pengujian tolak, berarti GKR berpengaruh secara
parameter regresi ini dilakukan terhadap signifikan terhadap GKP.
persamaan (1.5). 4) HPP (t-hitung > t-tabel); maka Ho di
tolak, berarti HPP berpengaruh secara
Uji Parsial (Uji-t).
signifikan terhadap GKP).
Uji-t dilakukan untuk melihat penga-
5) HB (t-hitung > t-tabel); maka Ho di
ruh independent variable (GKPt-1, GKG,
tolak, berarti HB berpengaruh secara
GKR, HPP, HB, dan QDS) secara parsial
signifikan GKP.
terhadap dependent variable (GKP). Dalam

63 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
6) QDS (t-hitung > t-tabel); maka Ho di adalah 97,3%. Sedangkan sebanyak 2,7%
tolak, berarti variabel QDS berpe- faktor yang berhubungan dengan pening-
ngaruh signifikan terhadap GKP. katan harga gabah kering panen di tingkat
petani disebabkan oleh variabel lain diluar
Uji Simultan (Uji-F). penelitian ini.
Uji-F dilakukan untuk melihat
Pengaruh Beda Kala (GKPt-1)
pengaruh independent variable terhadap
Terhadap Harga Gabah Kering Panen
dependent variable secara bersama-sama. (GKP) Di tingkat Petani.
Dalam penelitian ini nilai F-tabel untuk df1
Berdasarkan hasil estimasi persama-
= 5 (df1= k-1 = 6-1=5) dan df2 = 65 (df2= n-
an (1.5) didapatkan bahwa lag (beda kala)
k-1 = 72-6-1=65) pada tingkat kepercayaan
harga GKP (GKPt-1) berpengaruh negatif
95% (α= 5%) adalah F0,05 (5 ; 65) = 2,37.
namun tidak signifikan terhadap harga
Sedangkan nilai F-hitung hasil estimasi
gabah kering panen di tingkat petani
adalah 428,361. Dengan demikian F-hitung
(GKP). Nilai koefisien hasil estimasi
> F-tabel sehingga Ho di tolak yang berarti
sebesar 0,004459 memiliki arti bahwa
bahwa dependent variable (GKPt-1, GKG,
setiap ada kenaikan Rp 1,- lag (beda kala)
GKR, HPP, HB, dan QDS) secara bersama-
harga GKP maka justru akan menurunkan
sama berpengaruh terhadap GKP.
harga gabah kering panen di tingkat petani
Uji Koefisien Determinasi (R2). (GKP) sebesar Rp 0,004459,- namun
Hasil estimasi menunjukkan bahwa penurunan ini pengaruh-nya tidak signify-
nilai koefisien determinasi (R2 = adjusted kan. Meskipun hasil estimasi ini tidak
R-squared) adalah 0,973. Hal ini berarti signifikan, namun hal yang menarik adalah
variansi dari independent variable mampu tanda koefisien regresi dari GKPt-1 adalah
menjelaskan 97,3% terhadap variansi negatif (-). Tanda negatif ini bertentangan
dependent variable. Dengan kata lain dengan harapan apriori, yaitu bahwa
hubungan antara peningkatan lag (beda semakin tinggi harga lag (beda kala) GKPt-1
kala) harga GKP, harga gabah kering seharusnya semakin meningkatkan harga
giling, harga gabah kualitas rendah, harga gabah kering panen di tingkat petani. Bukan
pokok pembelian gabah Bulog, harga sebaliknya seperti hasil penelitian ini yang
pembelian beras Bulog, dan produksi padi justru semakin menurunkan (tanda negatif)
ter-deseasonalized terhadap peningkatan gabah kering panen. Gujarati (2003:219)
harga gabah kering panen di tingkat petani menyatakan model ragresi yang baik tidak

64 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
semata-mata melihat nilai adjusted R2 yang Bulog) yang kemungkinan lebih rendah dari
tinggi, tetapi juga harus mempertimbangkan harga riil GKP tahun sebelumnya. Kedua,
koefisien regresinya apakah nyata secara pemerintah/Bulog kemungkinan selalu me-
statistik (statistically significant) dan tanda netapkan harga terendah (HPP) lebih
koefisien regresinya apakah sesuai dengan rendah dibandingkan harga riil GKP penu-
harapan apriori. tupan tahun sebelumnya. Dengan demikian
Meskipun tidak signifikan hasil harga beli GKP tahun-tahun mendatang
penelitian ini juga bertentangan dengan teo- selalu dimulai dari harga terendah dalam
rema Cobweb (“fenomena jaring laba- HPP (yang selalu lebih rendah dari harga
laba”). Teorema Cobweb dalam Miller & riil tahun sebelumnya), bukan berdasarkan
Meiners (2000:39); Iswardono (1989:22) harga riil penutupan tahun sebelumnya.
menyatakan bahwa harga dan kuantitas Jika faktanya rata-rata harga riil
berbagai komoditas memperlihatkan perge- penutupan tahun sebelum tinggi, yaitu di
rakan siklis dalam jangka panjang dimana atas HPP tahun berjalan maka kondisi ini
naik turunnya harga selalu diimbangi pada satu sisi merugikan petani. Karena
dengan naik turunnya harga tahun sebelum- petani tidak akan menerima harga yang
nya (lag harga tahun sebelumnya). Namun tinggi dikarenakan harga pembelian gabah
demikian dalam penelitian ini model kering panen petani selalu dimulai dari HPP
Cobweb tidak terjadi karena lag harga yang selalu lebih rendah dan bukan dari
gabah kering panen tahun sebelumnya tidak harga riil tahun-tahun sebelumnya yang
berpengaruh terhadap harga gabah kering lebih tinggi dari HPP tahun berjalan.
panen petani tahun berjalan. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh
Hasil estimasi terhadap GKPt-1 yang dari BPS (2011) diketahui bahwa rata-rata
tidak signifikan tersebut menginformasikan harga GKP tahun 2005-2010 Rp 2.697,59
beberapa kemungkinan, pertama, penentu- sedangkan rata-rata harga HPP adalah Rp
an harga beli gabah kering panen di tingkat 2.052,64. Fakta ini semakin memperlemah
petani (GKP) yang dilakukan oleh peda- posisi nilai tawar petani terhadap pedagang
gang tidak berdasarkan pada harga penu- dimana petani selalu memperoleh harga jual
tupan tahun sebelumnya. Tetapi penentuan perdana yang lebih rendah dari harga jual
harga beli GKP pedagang ditentukan berda- tahun sebelumnya. Seharusnya dalam me-
sarkan harga dasar (harga terendah) yang nentukan HPP pemerintah/Bulog harus
ditentukan oleh pemerintah (HPP dari mengacu pada rerata harga jual petani tahun

65 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
sebelumnya. Sehingga harga jual gabah sampai harga jual tahun berjalan lebih
petani dapat terus meningkat, karena harga rendah dibandingkan harga tahun sebelum-
jual perdana mereka sudah cukup tinggi nya, sementara inflasi tahun berjalan lebih
yaitu di atas tahun sebelum-nya. Pandangan tinggi dari tahun sebelumnya. Perbandingan
ini salah satunya didasarkan pada pertim- rerata harga jual GKP dan HPP tahun 2005-
bangan adanya perbedaan nilai inflasi tahun 2010 ditunjukkan dalam gambar 1.
berjalan dengan tahun sebelumnya. Jangan

Gambar 1. Perbandingan Rerata Harga GKP dan Harga HPP di Indonesia Tahun 2005-2010
Sumber: BPS (2011), berbagai tahun (diolah)

Pengaruh Harga Gabah Kering Giling tingkat petani (GKP) sebesar Rp 0,482097.
(GKG) Terhadap Harga Gabah Kering
Berdasarkan hasil penelitian ini seharusnya
Panen (GKP) Di tingkat Petani.
sebagain petani dapat lebih sabar untuk
Berdasarkan hasil estimasi persama- tidak menjual gabahnya hanya pada saat
an (1.5) didapatkan bahwa harga gabah siap panen (kering panen/GKP). Seharus-
kering giling (GKG) berpengaruh positif nya mereka menahan gabahnya hingga
dan signifikan terhadap harga gabah kering menjadi gabah kering giling (GKG). Tinda-
panen di tingkat petani (GKP). Nilai kan sebagian petani ini diharapkan dapat
koefisien hasil estimasi sebesar 0,482097 mendorong naiknya harga gabah kering
memiliki arti bahwa setiap ada kenaikan Rp giling sehingga dapat berpengaruh terhadap
1,- harga gabah kering giling maka akan naikya harga gabah kering panen. Jika hal
menaikkan harga gabah kering panen di ini terjadi maka sebagian petani lain yang

66 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
hanya menjual dalam keadaan gabah kering Tindakan menahan gabah hingga
panen akan menikmati harga yang lebih dalam bentuk kering giling tersebut selain
tinggi. Namun demikian tindakan untuk untuk meningkatkan nilai jual dan
memilih menyiapkan gabah menjadi gabah “merebut” selisih margin harga jual gabah
kering giling, dari pada kering panen, juga kering panen dengan kering giling oleh
menimbulkan biaya-biaya, diantaranya petani, ternyata juga berdampak pada
biaya angkut ke rumah, biaya penjemuran meningkatnya harga beli gabah kering
padi hingga kering giling, biaya perawatan panen itu sendiri. Dengan tindakan ini
saat penjemuran, dan biaya penyimpanan di sebagian petani yang menjual gabah pada
gudang. kondisi kering panen akan menikmati harga
Tindakan menahan gabah dan hanya yang lebih tinggi karena tinggi harga beli
akan di jual hingga dalam bentuk gabah gabah kering giling oleh pedagang dan rice
kering giling ini dilakukan untuk mempero- milling unit (RMU). Gambar 2 memper-
leh nilai tambah pengolahan gabah dan lihatkan rata-rata harga gabah kering panen
menaikkan nilai tawar petani terhadap dan harga gabah kering giling periode
pedagang. Nilai tambah tersebut adalah 2005-2010. Gambar tersebut memperlihat-
naiknya/ tinggi harga gabah kering giling. kan bahwa harga gabah kering panen naik
Dengan tindakan ini petani telah berhasil (turun) konsisten dengan naiknya (turun-
“memin-dahkan” selisih margin antara nilai nya) harga gabah kering giling. Artinya jika
jual dalam bentuk kering panen dengan harga gabah kering giling dinaikkan (ditu-
dalam bentuk kering giling yang biasanya runkan) maka akan diikuti oleh kenaikan
dinikmati oleh para pedagang dan pelaku (penurunan) harga gabah kering panen.
penggilingan beras (rice milling unit/RMU) Rata-rata laju pertumbuhan harga gabah
ke petani itu sendiri. Untuk dapat melaku- kering panen dan harga gabah kering giling
kan hal ini, maka beberapa syarat yang periode 2005-2010 juga hampir sama, yaitu
harus dimiliki petani adalah memiliki masing-masing 15,79% dan 15,02%. Fakta
teknik menyimpan gabah yang lebih baik, ini semakin memperkuat hasil penelitian
memiliki posisi tawar yang tinggi dengan bahwa harga gabah kering giling (GKG)
terjadinya surplus jual yang tinggi (surplus berpengaruh positif dan signifikan terha-
produksi petani), rendahnya desakan dap harga gabah kering panen di tingkat
likuiditas bagi keluarga petani, dan pasar petani (GKP).
berada dalam kondisi persaingan sempurna.

67 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
Gambar 2. Perbandingan Rerata Harga GKP dan Harga GKG di Indonesia Tahun 2005-2010
Sumber: BPS (2011), berbagai tahun (diolah)

Pengaruh Harga Gabah Kualitas gabah kualitas rendah hampir sama dan
Rendah (GKR) Terhadap Harga Gabah
cenderung sama dengan HPP pemerintah/
Kering Panen (GKP) Di tingkat Petani.
Bulog. Rata-rata harga gabah kualitas
Berdasarkan hasil estimasi persama- rendah dan HPP pemerintah/Bulog masing-
an (1.5) didapatkan bahwa harga gabah masing Rp 2.100,26 dan Rp 2.052,64.
kualitas rendah (GKR) berpengaruh positif Kedua harga tersebut menunjukkan angka
dan signifikan terhadap harga gabah kering yang hampir sama dan hanya selisih Rp
panen (GKP). Nilai koefisien hasil estimasi 47,62. Gambar 3 memperlihatkan perbandi-
sebesar 0,591070 memiliki arti bahwa ngan antara harga gabah kualitas rendah
setiap ada kenaikan Rp 1,- GKR maka akan dengan HPP dari pemerintah/Bulog hampir
menaikkan harga GKP sebesar Rp sama dan berimpit. Dengan demikian jika
0,591070. Sehingga harga gabah kualitas pemerintah/Bulog meningkatkan HPPnya
rendah merupakan salah satu variabel yang sebagai acuan batas bawah pembelian harga
dapat digunakan untuk mendongkrak gabah, maka tindakan ini akan menimbul-
naiknya harga GKP di tingkat petani. kan efek domino positif, yaitu meningkat-
Salah satu cara untuk meningkatkan nya harga gabah kualitas rendah (GKR) dan
harga gabah kualitas rendah adalah dengan pada akhirnya akan berdampak pada
meningkatkan harga pokok pembelian meningkatnya harga gabah kering panen
(HPP) dari pemerintah/Bulog. Berdasarkan (GKP) di tingkat petani.
data BPS (2011) diketahui bahwa harga

68 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
Gambar 3. Perbandingan Rerata Harga HPP dan GKR di Indonesia Tahun 2005-2010
Sumber: BPS (2011), berbagai tahun (diolah)

Pengaruh Harga Pokok Pembelian (petani) namun pada saat yang sama juga
Gabah Bulog (HPP) Terhadap Harga
tidak terlalu memberatkan konsumen.
Gabah Kering Panen (GKP) Di tingkat
Petani. Berdasarkan hasil penelitian ini
HPP pemerintah/Bulog terbukti ampuh
Berdasarkan hasil estimasi persama-
sebagai salah satu variabel yang dapat
an (1.5) didapatkan bahwa harga pokok
digunakan untuk mendongkrak naiknya
pembelian gabah Bulog (HPP) berpengaruh
harga gabah kering panen di tingkat petani.
positif dan signifikan terhadap harga gabah
Pemerintah seyogyanya selalu menaikkan
kering panen di tingkat petani (GKP). Nilai
HPP tiap tahun secara bertahap. Namun
koefisien hasil estimasi sebesar 0,326149
demikian peningkatan HPP ini harus diikuti
memiliki arti bahwa setiap ada kenaikan Rp
dan diimbangi dengan kebijakan penaikan
1,- HPP gabah Bulog maka akan menaikkan
(penurunan) harga beras sebagai produk
harga GKP sebesar Rp 0,326149. Hasil
akhir pertanian serta penciptaan harga
penelitian ini sejalan dengan penelitian
Saprodi yang terjangkau dan memiliki nilai
Jamal dkk (2006); Simatupang dkk
ekonomis bagi petani. Misalnya di samping
(2005:1-11) yang menyatakan bahwa
menaikkan HPP pemerintah juga harus
penentuan harga gabah dipengaruhi oleh
menjaga gejolak harga pupuk sebagai salah
HPP gabah, tarif, dan kuota impor beras
satu Saprodi utama pertanian. Ketepatan
dengan tujuan untuk mempertahankan
dan ketersediaan pupuk bersubsidi merupa-
harga yang baik di tingkat produsen
69 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
kan salah satu faktor untuk menjamin dan masih ekonomis menjadi sesuatu yang
terciptanya kesejahteraan petani di samping sangat diperlukan oleh petani.
peningkatan HPP gabah. Peningkatan HPP gabah ini di
Untuk mempertahankan kesejahte- samping akan meningkatkan kesejahteraan
raan petani ini pemerintah juga harus bagi petani juga memiliki dampak pada
menjamin bahwa pelaksanaan impor beras penurunan kesejahteraan bagi konsumen.
memang benar-benar untuk keperluan yang Penurunan kesejahteraan ini misalnya
mendesak dan khusus jika petani dalam masyarakat akan membeli beras dengan
negeri tidak mampu lagi memenuhi harga yang lebih mahal karena tinggi HPP
kebutuhan beras tersebut. Pelaksanaan gabah. Penerima Raskin juga akan merasa-
impor beras sesungguhnya justru akan kan penurunan nilai beras yang dikonsumsi
memperlemah nilai tawar petani dalam sebagai dampak dari peningkatan HPP
perdagangan. Produksi gabah yang gabah. Oleh karena itu pemerintah harus
melimpah di dalam negeri akan semakin bersepakat untuk menjadikan beras pro-
rendah harganya jika diberlakukan impor duksi dalam negeri sebagai komponen
beras, misalnya untuk alasan penurunan utama beras Raskin, di samping beras
harga beras (operasi pasar beras). Atau impor. Sehingga subsidi Raskin yang
seandainya pemerintah masih tetap mela- diberikan oleh pemerintah dampak positif-
kukan impor beras, maka perlu diterapkan nya masih mengalir ke petani, yaitu dengan
tariff impor yang relatif tinggi agar harga terbelinya beras produk dalam negeri.
dalam negeri masih tetap dapat bersaing
dan menjaga disparitas harga beras dalam Pengaruh Harga Pokok Pembelian Beras
Bulog (HB) Terhadap Harga Gabah
negeri dengan beras impor. Pemberlakuan
Kering Panen (GKP) Di tingkat Petani.
tariff ini juga merupakan bentuk perlin-
dungan khusus (special safeguard mecha- Berdasarkan hasil estimasi persama-
nism), meskipun sebenarnya penerapan an (1.5) didapatkan bahwa harga pokok
tariff tinggi bagi importir ini melanggar pembelian beras Bulog (HB) berpengaruh
kesepakatan perdagangan bebas dari WTO negatif dan signifikan terhadap harga gabah
(Word Trade Organization). Pada kondisi kering panen di tingkat petani (GKP). Nilai
seperti ini peran pemerintah/ Bulog untuk koefisien hasil estimasi sebesar 0,207551
membeli gabah petani pada harga terendah memiliki arti bahwa setiap ada kenaikan Rp
1,- harga pokok pembelian beras Bulog

70 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
(HB) maka akan menurunkan harga gabah semakin menurunkan harga gabah kering
kering panen di tingkat petani (GKP) panen (GKP) di tingkat petani.
sebesar Rp 0,207551. Hasil penelitian ini Fenomen hasil regresi hubungan
sejalan dengan penelitian Jamal dkk antara harga pokok pembelian beras dengan
(2006:5) bahwa di tingkat nasional terdapat harga gabah kering panen di tingkat petani
keterkaitan yang kuat antara harga gabah di yang negatif dan signifikan ini mengin-
tingkat produsen (petani) dengan harga dikasikan bahwa terdapat dua sumber beras
gabah di tingkat konsumen/eceran. Selain yang beredar di masyarakat, yaitu beras
itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan yang berasal dari petani dalam negeri dan
hasil penelitian Simatupang dkk (2005:1- beras impor. Ketika harga pokok pembelian
11) yang menyatakan bahwa penentuan beras dinaikkan yang tentunya berdampak
harga gabah dipengaruhi oleh HPP beras, pada naiknya harga-harga beras produksi
tarif, dan kuota impor beras dengan tujuan dalam negeri dan diharapkan dapat menaik-
untuk mempertahankan harga yang baik di kan harga gabah kering panen, ternyata
tingkat produsen (petani) namun pada saat konsumen justru beralih membeli beras
yang sama juga tidak terlalu memberatkan impor. Kondisi ini bisa terjadi kemung-
konsumen (masyarakat pengkonsumsi kinan karena harga beras impor lebih murah
beras). dari pada beras dalam negeri. Pada saat
Namun demikian tanda dari hasil konsumen beralih ke beras impor ini maka
estimasi ini bertentangan dengan harapan beras dalam negeri menjadi tidak laku.
apriori, yaitu hasil regresi memiliki tanda Karena tidak laku maka secara otomatis
negative (-). Seharusnya hubungan antara akan berdampak pada penurunan harga
kenaikan harga pokok pembelian beras gabah kering panen, meskipun harga pokok
Bulog (HB) dengan harga gabah kering pembelian beras tetap dinaikkan.
panen (GKP) di tingkat petani adalah
Pengaruh Produksi Padi Ter-
positif (+). Seharusnya semakin tinggi
deseasonalized (QDS) Terhadap Harga
harga pokok pembelian beras Bulog (HB) Gabah Kering Panen (GKP) Di tingkat
Petani.
maka akan semakin meningkatkan harga
gabah kering panen (GKP) di tingkat
Berdasarkan hasil estimasi persama-
petani. Namun hasil penelitian justru
an (1.5) didapatkan bahwa produksi padi
sebaliknya, yaitu semakin tinggi harga
ter-deseasonalized (QDS) berpengaruh
pokok pembelian beras Bulog (HB) justru
positif dan signifikan terhadap harga gabah

71 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
kering panen di tingkat petani (GKP). Nilai peningkatan jumlah produksi (surplus
-5
koefisien hasil estimasi sebesar 3,76X10 produksi) justru meningkatkan harga harga
memiliki arti bahwa setiap ada kenaikan gabah kering panen di tingkat petani.
satu ton produksi padi ter-deseasonalized Fenomena hasil regresi hubungan
(QDS) maka akan menaikkan harga gabah antara meningkatnya jumlah produksi
kering panen di tingkat petani (GKP) gabah dengan harga gabah kering panen di
sebesar Rp 3,76X10-5. Hasil penelitian ini tingkat petani yang positif dan signifikan
bertentangan dengan hasil penelitian ini mengindikasikan beberapa hal, pertama,
Simatupang dkk, (2004); Deptan, (2006b) berjalannya mekanisme yang dibangun oleh
yang menyatakan bahwa pada saat panen Bulog yaitu pembelian gabah di atas harga
raya, yang ditandai dengan meningkatnya pokok pembelian. Dalam kondisi ini maka
jumlah produksi gabah (QDS), maka pada harga gabah kering panen tetap akan tinggi
umumnya harga gabah kering panen di karena gabah-gabah tersebut di beli dengan
tingkat petani (GKP) cenderung rendah harga tinggi yaitu diatas harga pokok
(turun). Namun hasil penelitian ini men- pembelian gabah. Selain itu berjalannya
unjukkan kenaikan jumlah produksi gabah Program Dana Penguatan Modal bagi
justru berdampak kepada naiknya harga Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-
gabah kering panen di tingkat petani. LUEP) juga dapat berpengaruh positif
Tanda positif (+) dan signifikan dalam hubungan jumlah produksi dengan
dalam penelitian ini bertentangan dengan harga gabah kering panen di tingkat petani
harapan apriori, yaitu hasil regresi seharus- ini. DPM-LUEP juga melakukan pembelian
nya bertanda negatif (-). Seharusnya sebagai salah satu upaya stabilisasi harga di
peningkatan jumlah produksi akan tingkat petani. Kedua, kemungkinan seba-
berdampak kepada penurunan harga gabah gian petani menyimpan gabahnya hingga
kering panen di tingkat petani. Hal ini dapat dalam bentuk kering giling. Dengan
terjadi karena munculnya situasi surplus demikian meskipun terjadi surplus produk-
produksi, yaitu jumlah penawaran lebih si, akan tetapi produksi gabah tersebut tidak
besar dibandingkan kemampuan pasar ditawarkan di pasar melainkan di simpan
untuk menyerap produksi tersebut. Pada oleh petani sendiri. Ketiga, adanya larangan
saat terjadi surplus produksi sudah pasti impor beras dan kenaikan tariff impor. Pada
akan diikuti dengan penurunan harga. kondisi ini dimungkinkan terjadi keadaan
Namun hasil penelitian ini menunjukkan dimana permin-taan beras lebih besar dari

72 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
pada penawarannya. Sehingga surplus Saran yang dapat diberikan dari
produksi gabah masih belum mampu hasil penelitian sebagai berikut:
memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. 1. Dalam menetapkan harga pokok
Karena kebutuhan beras dalam negeri pembelian gabah sebaiknya pemerintah
masih tetap tinggi maka harga gabah kering memperhatikan dan mengacu kepada
panen juga masih tetap tinggi. rata-rata harga gabah kering panen di
tingkat petani tahun sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN 2. Sebagian petani sebaiknya menjual
Beberapa kesimpulan yang di gabah pada kondisi kering giling. Hal
peroleh dari penelitian tentang faktor ini dilakukan untuk mendongkrak harga
penentu harga gabah kering panen di gabah kering panen.
tingkat petani di Indonesia tahun 2005-2010 3. Pemerintah diharapkan selalu menaik-
sebagai berikut: kan harga pokok pembelian gabah
1. Rerata harga gabah kering giling, rerata secara bertahap untuk meningkatkan
harga gabah kualitas rendah, harga harga gabah kualitas rendah yang
pokok pembelian gabah dari Bulog, dan diharapkan berdampak pada meningkat-
jumlah produksi padi ter-deseasonalized nya harga gabah kering panen di tingkat
berpengaruh positif dan signifikan petani.
terhadap rerata harga gabah kering 4. Disamping meningkatkan harga pokok
panen di tingkat petani. pembelian, pemerintah juga harus
2. Harga pembelian beras oleh Bulog menjaga gejolak harga Saprodi dan
berpengaruh negatif dan signifikan mengatur impor beras agar upaya
terhadap rerata harga gabah kering peningkatan kesejahteraan petani mela-
panen di tingkat petani. lui peningkatan harga gabah kering
3. Lag (beda kala) harga harga gabah panen di tingkat petani dapat benar-
kering panen tidak berpengaruh benar terjadi.
signifikan terhadap harga gabah kering
panen di tingkat petani. DAFTAR PUSTAKA
4. Sebesar 97,3% faktor yang menentukan BPS. 2010. Perkembangan Nilai Tukar
Petani, Harga Produsen Gabah Dan
harga gabah kering panen di tingkat
Upah Buruh. Berita Resmi Statistik
petani mampu dijelaskan oleh variabel No. 09/02/Th. XII, 2 Februari 2009.
www.bps.go.id
yang digunakan dalam penelitian ini.

73 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r
BPS. 2011. Perkembangan Nilai Tukar Maers, Leon A; Prasta, Yoga dan Sakrani.
Petani, Harga Produsen Gabah Dan 1980. Keuntungan Menyimpan Beras
Upah Buruh. Berita Resmi Statistik Sesudah Panen di Indonesia.
No. 69/11/Th. XIV, 1 November Ekonomi dan Keuangan Indonesia
2011. www.bps.go.id Vol. XXVIII No. 2 Juni 1980 hal.
133-164.
Deptan. 2006a. Lebih Untung Jual Beras
Dari Pada Jual Gabah. Pusat Miller, Roger Leroy dan Meiners, Roger E,
Penelitian dan Pengembangan Sosial 2000. Teori Mikroekonomi
Ekonomi Pertanian Departemen Intermediate (penerjemah: Haris
Pertanian. www.deptan.go.id Munandar). Edisi Ketiga. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Deptan. 2006b. Siapkan 238 Miliar Deptan
Amankan Harga Gabah Petani. Nicholson, Walter. 1995. Microeconomic
Departemen Pertanian Indonesia. Theory Basic Principle and
www.deptan.go.id Extentions. Sixh Edition. The Dryden
Press Harcourt Brace College
Gujarati, Domodar N. 2003. Basic Publishers.
Econometrics. Fourth Edition.
McGrawHill Singapore. Simatupang, Pandjar; Mardianto, Sudi dan
Maulana Mohamad. 2005. Evaluasi
Iswardono. 1989. Ekonomika Mikro. AMP Kebijakan Harga Gabah 2004.
YKPN. Yogyakarta. Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 3
No. 1 Maret 2005 hal. 1-11.
Jamal, Erizal; Noekman, Khairina M; www.pse.litbang.deptan.go.id
Hendiarto; Ariningsih, Ening dan
Askin, Andi. 2006. Analisis Supranto, J. 1984. Ekonometrik Buku II.
Kebijakan Penentuan Harga Gabah Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta
Petani. Balitbang Deptan.
www.pse.libang.deptan.go.id

74 | J u r n a l I n o v a s i D a l a m P e m b a n g u n a n K a b u p a t e n L a m p u n g T i m u r

You might also like