Fathurahman Al Ghoutsu TugasWT

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

NAMA : FATHURAHMAN AL GHOUTSU

NIM : 121230130
PRODI : TEKNIK GEOMATIKA
MATA KULIAH : METODE NUMERIS
TUGAS M-5 : ALGORITMA HITUNGAN NUMERIS
Soal :

1. Pembuatan Design jumlah dan sebaran GCP pada AOI sebagaimana terlampir pada gambar 1
2. Penentuan tingkat ketelitian yang harus dicapai pada setiap tahapan pengolahan DG skala besar
sebagaimana dijelaskan tahap 3-4
3. Penentuan model numeris (geodesi) yang sesusai terhadap tahapan pengolahan tersebut, seperti
metode interpolasi, regresi berikut contoh algoritma implementasi
4. Perbandingan hasil terhadap metode analitis (bila ada)
5. Kesimpulan dan saran

Jawab :

Setelah dilakukan georeferencing menggunakan aplikasi arcgis dengan sebelumnya mendapatkan


citra dari google earth, didapatkan untuk peta skala 1:5.000 yaitu :

Gambar 1

1
1. Pembuatan design jumlah dan sebaran GCP pada gambar 1 harus menggunakan seminimal
mungkin adalah 3 GCP. namun hal tersebut hanyalah minimal persebaran GCP untuk
pengukuran, sedangkan saat kita melakukan pengukuran seperti pada gambar 1, saya
menggunakan referensi jurnal “Assessment of UAV-photogrammetric mapping accuracy based
on variation of ground control points ” bahwa salah satu penempatan titik Groun Control Point
(GCP) pada pengukuran dapat dilakukan bersebarannya disemua titik yang masuk dalam
lingkup/AOI dari pengukuran yang akan dilakukan,

Gambar 3 Persebaran GCP Gambar 2 Persebaran GCP

Semakin banyak persebaran GCP yang ada maka semakin baik pula hasilnya, namun akan
memakan biaya yang sangat besar dan waktu yang lebih lama. Sehingga pada pengukuran yang
dilakukan di Institut Teknologi Sumatera seperti pada gambar 1 dapat menggunakan persebaran
GCP menggunakan Gambar 2 yaitu tidak banyak namun setiap tempat memiliki GCP nya
masing-masing. Hal tersebut dikarenekan di Institut Teknologi Sumatera masih banyak terdapat
area atau wilayah yang tidak terhalang oleh bangunan ataupun tipe bentang lahan yang ekstrem
yang dapat menghalangi pandangan GCP ke Unmanned Aerial Vehicle (UAV)/drone sensor
Kamera non metrik yang dilengkapi Real Time Kinematic (RTK). Persebaran tersebut
menyesuaikan bentuk dan luasan yang ada.

Untuk pembuatan GCP Premark kita dapat menggunakan jumlah persebaran sebanyak 12 karena
pada pengukuran dengan skala 1:5.000 GCP 12 sudah dapat memiliki hasil ketelitian yang baik
atau kesalahan yang dapat ditoleransi atau mendekati 0

2
Gambar 4 Persebaran GCP

Untuk pembuatan GCP Postmark kita dapat menggunakan persebaran GCP sebanyak bangungan
yang ada yang dapat digunakan untuk Postmark GCP, dalam hal ini kita dapat menggunakan 9
GCP postmark dan menggunakan bangunan yang ada di Institut Teknologi Sumatera untuk
melakukan GCP

Hal tersebut diperkuat sesuai dengan PerkaBIG tentang penyediaan Titik Kontrol Tanah pasal (a)
yaitu “GCP wajib digunakan. Jumlah dan sebaran GCP didesain sesuai kebutuhan ketelitian hasil
akhir serta bentuk area pekerjaan dan pembagian sub-blok pekerjaan (bila ada).” Dan Pasal (b)
yaitu “GCP dapat direpresentasikan sebagai premark atau postmark. Bentuk, warna dan ukuran
premark didesain agar dapat diidentifikasi dengan jelas di foto udara. Objek yang digunakan

3
sebagai postmark merupakan objek yang tegas dan dapat diidentifikasi dengan jelas di foto udara
dan di lapangan.” Dan Pasal (c) yaitu “GCP diukur dan diolah menggunakan metode pengukuran
dan pengolahan data GNSS untuk menghasilkan ketelitian sesuai spesifikasi teknis DG Dasar.”

2. Untuk melakukan Post Processing data dengan membuat misi pemrosesan point clouds LIDAR,
menentukan resolusi rekonstruksi, pilih Point Cloud Density. Pilih antara ketinggian yang tinggi,
sedang atau rendah, Set Point Cloud Effective Distance, dimana data yang terdapat di area yang
lebih besar dari jarak efektif akan dianggap sebagai noise dan akan disaring setelah post-
processing. emastikan akurasi dan konsistensi yang lebih baik dari pemindaian titik cloud pada
saat yang berbeda. Fungsi point clouds accuracy optimization dapat meningkatkan akurasi relatif
dari pemodelan LIDAR survey payload Zenmuse L1, klik anotasi dan pengukuran untuk
mengetahui jarak koordinat diantara kedua titik atau volume beberapa point clouds.

Georeferensi penting untuk integrasi data TLS dan produk turunan darinya misal model
3D, dengan data geospasial lainnya. Georeferensi adalah prosedur transformasi point cloud dari
sistem koordinat pemindai ke sistem koordinat eksternal, lokal atau nasional. Pendekatan yang
berlaku untuk georeferensi di TLS dalam beberapa tahun terakhir ini disebut georeferensi tidak
langsung (Indirect Georeference) dan georeferensi langsung (Direct Georeference). Dalam
georeferensi tidak langsung, pindaian yang diambil dari beberapa lokasi pertama kali
digabungkan (terdaftar) menjadi satu point cloud dari seluruh objek atau situs. Setelah itu, point
cloud “terregistrasi” diubah menjadi sistem koordinat eksternal dengan menggunakan koordinat
minimal 3 titik kontrol yang terdistribusi dengan baik, yang direalisasikan dengan menggunakan
target khusus yang ditempatkan pada atau di sekitar objek yang dipindai. Sedangkan pada
georeferensi langsung, alat pemindai sudah terintegrasi dengan GPS, sehingga data point cloud
sudah memiliki sistem koordinat.

Sehingga Nilai ketelitian geometri pada RBI tidak boleh melebihi nilai yang tercantum
dalam table, sehingga saat sudah melakukan pengolahan Data Geospasial(DG) post processing
atau indirect Georeference dan Direct Georeference Penentuan tingkat ketelitian dari Data
Geospasial dengan skala 1:5.000 menurut SNI_8202-2019 sesuai dengan ketelitian geometri pada
kelas 1, hal tersebut menunjukkan bahwa sedikitnya 90% kesalahan atau pergeseran posisi objek
pada peta RBI skala 1:5.000 tersebut tidak lebih dari 1,5 meter untuk posisi horizontal dan
ketelitian posisi vertikal tidak lebih dari 1 meter untuk interval kontur 2 meter.

4
3. Interpolasi Linier, Regresi, Algorritma implementasi menggunakan interpolasi Linier

5
4. Metode analitis
Untuk mendapatkan nilai RMSE

5. Kesimpulannya adalah pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai ketelitian sesuai
Perka BIG 18 tahun 2021 dan SNI 8202:2019 yang pertama adalah menentukan cara
georeferencing menggunakan GCP dan ICP, kemudian dilakukan metode pengolahan yang
terbaik untuk mendapatkan hasil ketelitian yang dibawah standar yang ada. Kemudian melakukan
perhitungan dengan menggunakan fungsi interpolasi dan melakukannya secara numerik atau
dapat menggunakan penyelsaian secara analitis. Sehingga akan menghasilkan desain pengukuran
data geospasial (DG) dasar skala besar dengan kualitas sesuai dengan kebutuhan atau ketentuan
yang ada.
Saran dalam melakukan pengukuran adalah saat menentukan GCP atau ICP dibutuhkan proses
yang panjang untuk menentukan persebarannya dikarenakan harus menggunakan ketentuan yang
ada dalam penentuan persebarannya, sehingga memakan biaya dan waktu yang lebih sedikit

You might also like