Professional Documents
Culture Documents
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Perbuatan atau Tindakan telah sesuai atau tidak dengan Ketentuan yang
telah disepakati.
1
Nyoman Serikat Putra Jaya, 2014, Politik Hukum, Semarang, Universitas Diponegoro Press,
hal 117.
1
Republik Indonesia tahun 1945 menentukan secara tegas Bahwa Negara
yang sudah ada sejak dulu kala seiring dengan Peradaban Manusia yang
dari Sejarah Indonesia yang dijajah 350 tahun (tiga ratus lima puluh)
lamanya sehingga Indonesia pun menganut paham Civil Law paham yang
dianut Negara Belanda. Maka dari itu untuk mendapatkan suatu Kepastian
Hukum.4
2
Undang-undang Nomor 2 tahun 2014 atas perubahan Undang-undang Nomor 30 tahun 2004
3
Freddy Haris, dkk, 2017, Notaris Indonesia, Jakarta: PT. Lintas Cetak Djaja, hlm. 28
4
Penjelasan Umum, UU No. 2 tahun 2014 atas perubahan UU No. 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris
2
Pada bagian menimbang huruf c Undang-undang Nomor 2 tahun
5
Soetardjo Soemoatmodjo, 1986, Apakah: Notaris, PPAT, Pejabat Lelang, Yogyakarta: Liberty,
hlm. 1
3
Keadilan Melalui Akta yang dibuatnya, Notaris harus dapat Memberikan
maupun Global. Melalui Alat Bukti yang Sempurna ini, dalam hal ini
Merupakan Alat Bukti yang tertulis Terkuat dan Terpenuh yang memberi
6
Mertokusumo, 1988, Akta Autentik adalah akta yang bentuknya ditentukan oleh Undang-undang
dan dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk membuat Akta tersebut. Lihat
Sudikno Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: LIBERTY, hlm. 150-151
4
Perdataan secara Murah dan Cepat,7 apabila Akta tersebut dibuat
secara Autentik.
belah Pihak, Ahli Warisnya atau atau Orang-orang yang Mendapatkan Hak
dari padanya. Dengan kata lain, isi Akta Autentik dianggap Benar, selama
7
Penjelasan Umum, UU No. 2 tahun 2014 atas perubahan UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris, hlm. 42
8
G.H.S Lumban Tobing, 1983, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta : Erlangga, hlm. 55
5
2. Kekuatan Pembuktian Materiil. Membuktikan antara Para Pihak,
terjadi; dan
setiap Akta yang di buat Oleh atau dihadapan Seseorang selaku Notaris,
Artinya sepanjang Akta itu lahir Menurut Prosedur yang Benar dan
Berdasarkan Fakta-fakta yang benar pula. Dalam hal ini Notaris selaku
6
Menyadari Kewajibannya Bekerja Mandiri, Jujur, tidak Memihak, dan
2 (dua) Hal Penting yang Melekat Kepada Notaris, yaitu dalam Pembuatan
untuk dan atas Tindakan Hukum yang dilakukan Notaris atas Permintaan
Notaris juga tidak boleh memihak Kliennya, karena Tugas Notaris ialah
Sikap yang Adil. Adil yang dimaksud ialah tidak ada Keberpihakan
9
Chistine S.T. Kansil, 1996, Pokok-pokok Etika Profesi Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta,
hlm. 87-88.
10
Pasal 15 ayat 2 huruf e Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 atas Perubahan Undang-undang
Nomor 30 tentang jabatan Notaris
7
dihadapannya. Kewenangan Seorang Notaris dalam Menjalankan
Jabatannya Sebagai Pejabat Notaris bisa dilihat Pasal 15 Ayat (1) UUJN.
Hukum.
11
Guntur Iskandar, 2013, kekuatan pembuktian akta di bawah tangan yang disahkan dan
dibukukan oleh notaris, Jurnal Yustisia Universitas Andalas, vol. 22 no. 1, hlm. 54
12
Pasal 15 huruf e ayat (2) Undang-undang Nomor 2 tahun 2014 atas perubahan Undang-undang
nomor 30 tahun 2004
8
Memberikan Penyuluhan Hukum Sehubungan dengan Pembuatan Akta.
Masyarakat.13
13
Suhrawardi K.Lubis, 2008, etika profesi, Jakarta : Sinar Grafika, hlm. 88
9
ini tentunya akan Mengakibatkan Dampak Negatif yang besar terhadap
untuk Membuat Akta yang Menyimpang dari Kode Etik Seorang Notaris.
14
Ibid, hlm. 37
10
akhirnya Menimbulkan Kerugian yang besar terhadap Penyandang
Penyuluhan Hukum yang dilakukan oleh Notaris, oleh karena itu Penulis
B. Rumusan Masalah
Etik Notaris?
15
Mochtar Kusumaatmadja, 1974, Majalah Ilmu Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Padjajaran.
Sebagaimana dikutip oleh Suhrawardi K.Lubis, 2008, etika profesi, Jakarta : Sinar Grafika,
hlm 37
11
C. Tujuan Penulisan
Etik Notaris.
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Ilmu tersebut Kepada Orang lain, serta dari Penelitian ini dapat
2. Praktis
12
Notaris Wilayah serta Khususnya dalam Menghadapi Permasalahan
Akta; dan
dalam Masyarakat
E. Kerangka Konseptual
Ringkasan Cerita dari Suatu Kerangka Berfikir, yaitu disebut dengan Definisi
I. 1. Kewenangan Notaris
16
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris), cet.2, (Bandung: Refika Aditama, 2009) (Selanjutnya disebut Buku I),
hlm. 68.
13
1.2 Kewenangan Khusus Notaris; dan
Notaris yaitu Membuat Akta secara Umum. Hal ini dapat disebut Sebagai
Undang-undang;
dan
Kewenangan Notaris ini dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN
Khusus;
14
b. Membukukan Surat-surat Di bawah tangan Dengan Mendaftarkannya
Surat Aslinya;
Risalah Lelang.
Pasal 1 angka 2 UU no. 5 Tahun 1986 tetang Peradilan Tata Usaha Negara17
17
Ibid, hlm 82-83
15
dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat Bersama Pemerintah baik di
tingkat Pusat Maupun di tingkat Daerah, serta semua Keputusan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara, baik di tingkat Pusat maupun Tingkat Daerah,
16
Akta Autentik dan Kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang ini.
UUJN Merujuk pada Tugas dan Wewenang Notaris yakni sebagai Pejabat
Jabatan itu dapat Menjamin Kontinuitet Hak dan Kewajiban. Pejabat (yang
menerus
17
Jabatan Notaris diadakan atau Kehadirannya dikehendaki oleh Aturan
Jabatan Merupakan suatu Bidang Pekerjaan atau Tugas yang Sengaja dibuat
Pekerjaan tetap.18
(I.N.I), Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik
yang berlaku serta Wajib ditaati oleh setiap dan semua Anggota
18
https://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/04/11/sekilas-tentang-jabatan-notaris/,
Pukul 18.39.WIB
19
https://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/04/17/sekilas-tentang-kode-etik-notaris/,
18
F. Kerangka Teori
ten Berge, berikut akan dijelaskan lebih lanjut Mengenai Teori-teori yang
digunakan.
1. Teori Kewenangan
Jabatan yang lahir atas Dasar aturan Hukum dan terikat dengan Hukum
19
Pemerintahan, Wewenang tersebut Meliputi Atribusi, Delegasi, dan
berikut:
suatu Wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan Tata Usaha
Atributif Kepada Badan atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu Delegasi
Wewenang dari Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara yang 1 (satu)
wet (wetgever) yang diberikan Kepada Suatu Organ Negara, baik yang
sudah ada Maupun yang Baru dibentuk untuk itu. Tanpa Membedakan
20
berpendapat dalam arti Yuridis: pengertian Wewenang adalah kemampuan
wewenang dari Badan atau pejabat yang satu kepada yang pejabat
lain ).21
21
sedangkan Mandat tidak terjadi suatu Pelimpahan Kewenangan.22
juga Bersifat Mandiri dan Otonom, Sebagai Pejabat Publik yang diangkat
2014 tentang Aparatur Sipil Negara selanjutnya ditulis (UU ASN), karena
juga Bukan Pegawai Swasta biasa Karena Notaris Harus tunduk kepada
22
yaitu Notaris tidak Boleh Bertindak Sebagai Swasta, karena Martabat yang
Martabat secara Pribadi, yaitu moral Notaris itu sendiri dalam Kehidupan
Pribadinya.
akan tingkah laku atau Perbuatan yang disengaja Maupun yang tidak
disengaja.24
23
Hukum Bertanggung jawab untuk suatu Perbuatan tertentu adalah Bahwa
sama.26
26
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta:
Sekretariat Jendral & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, hlm.61
24
Teori Pertanggung Jawaban Hukum diperlukan untuk dapat
Merugikan Masyarakat dan yang Menurut Tata Hukum, hal tersebut harus
27
Marthalena Pohan, 1985, Tanggung gugat Advocat, Dokter, dan Notaris, Surabaya: Bina Ilmu,
hlm. 32
25
dikenai atau dijatuhi Sanksi berupa Sanksi Perdata dan Administrasi, akan
tetapi dalam Peraturan Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris, UUJN, dan
Formal dan Materiil dalam Akta, yang dengan Sengaja dan Penuh
Notaris.
26
dilakukan Tanpa Kehati-hatian sehingga Membahayakan Masyarakat
Mengenai tindak Pidana Pemalsuan Surat, yaitu Pasal 263, 264, dan Pasal
266 KUHP.
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang
27
(dari tindakan Sewenang-wenang seseorang) dalam Bentuk Perangkat
Hukum baik yang Bersifat Preventif maupun yang Bersifat Represif, Baik
Kedamaian.
28
Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT. Bina
Ilmu, hlm. 2
29
Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT. Bina
Ilmu, hlm. 2
28
Autentik yang dibuat oleh Notaris, tidak Jarang Notaris tersebut
30
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.53
31
Habib Adjie, 2009, Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, hlm. 83
32
Andi Rio Idris Padjalangi, Perlindungan Hukum Notaris, Renvoi, Edisi Nomor 11 Tahun Ketiga,
tanggal 11 Januari 2006, hlm. 61
29
ataupun Hal-hal yang disampaikan Klien Kepadanya, tetapi tidak dimuat
Dekat);
30
Sumpah jabatan Notaris dalam Pasal 4 dan Kewajiban Notaris
Mengenai apa yang dimuat dalam Akta.33 Notaris tidak Hanya berhak
Hal tersebut sesuai dengan Penjelasan Pasal 16 ayat (1) huruf (f) UUJN
Memberikan Kesaksian yang dimaksud dalam Pasal 1909 ayat (2) KUH
b. Siapa yang ada Pertalian darah dalam Garis lurus tak terbatas dan
dalam garis samping dalam Derajat kedua dengan Suami atau Isteri
33
J.M. van Bemmelen, Strafvordering, Leerboek, v.h. Ned. Strafprocesrecht, hlm.167
31
Mengenai Hal-hal yang Pengetahuannya dipercayakan Kepadanya
Sebagai demikian.
masyarakat, yaitu :
32
a. Bentuk Perlindungan Hukum melalui Demokrasi, yaitu Pemerintah
yang Berwenang. Atas dasar ini disebut Hak Warga Negara untuk
Pemerintah;
33
Melalui Otoritas tertentu dalam Komite Kehakiman. Hasil dari
34
seorang Notaris. Perlindungan Hukum terhadap Notaris dapat diwujudkan
Hukum terhadap Notaris. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 66 ayat (1)
Benar, Jujur, dan Adil tidak dengan cara membuat Fitnah dan Kebohongan
1. Asas Keadilan
Qur’an Surat An-Nisa ayat 135 :
ََِّٰٓ ِ ََٰٰٓٓظَٰٓ ُشٓذآَٰء
َِٰٓ َٰٓٚلِلَٰٓٔنََٰٰٕٓٓعهََٰٰٗٓٓأَفُ ِض ُكىََٰٰٓٓأ ََِٰٰٓٔٓٱنََٰٰٕٓٓ ِنذ
ٍَٰٓ َْٰٓ َُٕٕآَٰ ُك
َِٰٓ ٍََََِٰٰٰٰٓٓٓٓتٱنَٰٓ ِمضٕٛآَٰل ََّٰٕٓ ِي َْٰٓ ٍََُُٰٰٓٓءايُّٚٓآَٰٱنَّ ِزَٰٚٓأٚ۞
ََّٰٓ ٌَٰٓٱ
َٰٓشَٰٓاٛلِلَٰٓكَٰٓآٌََٰٰٓتًِآَٰتعًَٰٓهٌََُٰٰٕٓٓخ ِث ََّٰٓ ِأََٰٰٔٓٓتُعَٰٓ ِشضَُْٰٕٓآَٰفئ
34
J.B.J.M. ten Berge & R.J.G.M. Widdershoven, 2001, Bescherming Tegen de Overheid, Utrecht:
W.E.J Tjeenk Willink Deventer, hlm. 5.
35
Artinya :
dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kerjakan.
ََّٰٓ ك َٰٓٱ
َٰٓلِل َٰٓستَُّّۥ َُّٰٓ َٰٓ َِّٰٓ َٰٓٱنَٰٓحٛم َٰٓٱنَّ ِز٘ َٰٓعه
َِٰٓ َّتَٰٛٓك َٰٓٔن ََّٰٓ كَٰٓتُةَٰٓ َٰٓكًا َٰٓعهًَّ َُّٰٓ َٰٓٱَٰٚٓ ٌأَٰٓبَٰٓ َٰٓكاتِةَٰٓ َٰٓأَٰٚٓ َٰٓٔل
َِٰٓ ًَُِٰٓهَٰٛٓكَٰٓتُةَٰٓ َٰٓٔنَٰٛٓلِلُ َٰٓفه
َُّٰٓ َٰٓ َِّٰٓ َٰٓٱنَٰٓحََٰٰٛٓٔٔٓآَٰ َٰٓفئٌِ َٰٓكآٌَٰ َٰٓٱنَّ ِز٘ َٰٓعهٙثَٰٓخشَٰٓ َٰٓ ِيَُٰٓ َُّٰٓ َٰٓشَٰٚٓ َٰٓٔل
ٌَٰٓ َُٰٓع َٰٓأٛضَٰٓت ِطَٰٚٓ َٰٓفًّا َٰٓأَٰٔٓ َٰٓلًّٛٓا َٰٓأَٰٔٓ َٰٓض ِعِٛك َٰٓصف
َِٰٓ َٰٓٛ ُكَٕا َٰٓسجُهَٰٚٓ ٍَٰٓ َٰٓ ِيٍ َٰٓسِّجانِ ُكىَٰٓ َٰٓفئٌِ َٰٓنَّى
ٍَٰٓ َْٰٓ ل ََٰٰٓٔٓٱصَٰٓتشَٰٓ ِٓ ُذ
َِٰٓ َٰٓٚذِٛٓ ٔا َٰٓش َِٰٓ َُّٰٓ َّٰٓۥُ َٰٓتَِٰٓٱنَٰٓعذًَُِٰٛٓهِمَٰٓ َٰٓٔنَٰٛٓم ََُْٰٰٕٓٓ َٰٓفه
ََّٰٓ ًِ ُٚ
ََٰٰٖٓٓلُخَٰٓش
َٰٓ م َٰٓإِحَٰٓذىًَُٰٓٓا َٰٓفتُز ِّكشَٰٓ َٰٓإِحَٰٓذىًَُٰٓٓا َٰٓٱ ِ ٌ َٰٓ ِي ًٍََّٰٓ َٰٓتشَٰٓضٌََٰٰٕٓٓ َٰٓ ِيٍَٰٓ َٰٓٱن ُّشٓذآَٰ َِٰٓء َٰٓأٌ َٰٓت
ََّٰٓ ض َِٰٓ فشجُمَٰٓ ََٰٰٓٔٓٱيَٰٓشأتا
ََٰٰٓٓشًّا َٰٓإِنَٰٗٓ َٰٓأج ِه ِّۦِٛشًّا َٰٓأَٰٔٓ َٰٓكثٛأَٰٓبَٰٓ َٰٓٱن ُّشٓذآَٰ َُٰٓء َٰٓإِرا َٰٓيا َٰٓ ُد ُعٕ َْٰٓا َٰٓٔلَٰٓ َٰٓتشََٰٰٓٔٔٓ ُيََْٰٰٕٓٓا َٰٓأٌ َٰٓتكَٰٓتُثُٕ َُِٰٓ َٰٓص ِغَٰٚٓ َٰٓٔل
ََّٰٓ لِلََُٰٰٓٔٓٱ
َِّٰٓ لِلَُٰٓ ِت ُك
َََٰٰٰٓٓٓىَِٰٛٓءََٰٰٓٓعهٙمَٰٓش ََّٰٓ ُعهِّ ًُ ُك َُٰٓىَٰٓٱَٰٚٔٓلِل
ََّٰٓ قَٰٓتِ ُكىَََٰٰٰٓٓٔٓٱتَّمَُْٰٕٓآَٰٱ
َُٰٓ ُٕذََٰٰٓٓٔ ِإٌَٰٓتفَٰٓعهَُْٰٕٓآَٰفئََِّ َّٰٓۥَُٰٓفُضِٛٓ ش
36
Artinya :
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak
ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada
37
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada
3. Asas Kemanfaatan
Artinya :
38
G. Kerangka Berpikir
Pasal 1 angka 2
Pasal 15 Ayat (1) & (2) UUJN
Kode Etik Notaris
39
H. Metode Penelitian
ini adalah:
1. Pendekatan Penelitian
2. Spesifikasi Penelitian
35
Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 15
36
Ronny Hanitijo Soemitro, 1992, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Yogyakarta: Liberty,
hlm.27
40
3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Pembuatan Akta.
b. Data Sekunder
Perpustakaan.38
37
Burhan Ashofa, 2001, Metode Penelitian hukum, Jakarta: PT. RinekaCipta, hlm. 95
38
M. Ali, 1985, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Jakarta: Sinar Pagi,
hlm. 91
41
Kepustakaan atau Data Sekunder, terdiri atas:
yaitu :
b) Hasil penelitian data tertulis yang lain berupa Karya Ilmiah Para
42
4) Metode Analisis Data
39
H.B. Sutopo, 1998, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif, Surakarta: UNS Press, hlm. 37
43
I. Keaslian Tulisan dengan Tulisan Terdahulu :
Tabel 1
KeaslianPenelitian
No Judul/Penulis Bentuk Universitas Tahun Keterangan /
Tulisan Permasalahan
1 Peran dan Wewenang Notaris Tesis Universitas 2013 Bagaimana
dalam Membeikan Indonesia Peran dan
Penyuluhan Hukum ditinjau Wewenang
Dari Undang-undang Nomor Notaris dalam
30 tahun 2004 Tentang Membeikan
Jabatan Notaris Penyuluhan
Hukum
Penulis: David Santosa ditinjau Dari
Undang-
undang Nomor
30 tahun 2004
Tentang
Jabatan Notaris
Bagaimana
batasan-
batasan bagi
Seorang
Notaris dalam
memberikan
pelayanan
Hukum
Kepada klien
44
sehubungan
dengan Akta
yang dibuat
Notaris.
Hambatan-
hambatan dan
Solusinya bagi
Seorang
Notaris dalam
Peranannya
memberikan
Penyuluhan
Hukum
45
J. Sistematika Penulisan
Bab I : PENDAHULUAN,
Pada Bab ini terdiri dari 4 (empat) Sub Bab. Pertama, Tinjauan
Perspektif Islam.
undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik
46
Notaris. Hambatan-hambatan dan solusinya bagi seorang Notaris
Pada Bab terakhir tulisan ini akan diakhiri dengan Simpulan hasil
K. Jadwal Penelitian
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Waktu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Penyusunan
Proposal
3 Ujian Proposal
4 Pengumpulan &
Analisa Data /
Informasi
5 Penyusunan
Laporan / Tesis
6 Ujian Tesis
47