Kasus - Kelompok 5 Akuntansi Perhotelan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

TUGAS KASUS

MATA KULIAH AKUNTANSI PERHOTELAN

Disusun Oleh Kelompok V:

Komang Marlita Nadiananta Triana (2207311006)

Ni Luh Wayan Yulyana Rose Mary Putri (2207311014)

Ni Putu Diva Mahasanthi (2207311026)

PROGRAM STUDI DIPLOMA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
Studi Kasus

Sejak mulai menggeliatnya pariwisata Ubud pada tahun 1930 sampai tahun 2014, jumlah industri
pariwisata di Ubud mencapai sekitar 1.067 unit. Dari catatan Dinas Pariwisata Gianyar tahun 2013
terdapat 1.067 akomodasi wisata di Ubud. Dari jumlah tersebut sebanyak 13 hotel berbintang, 122
hotel melati, 480 pondok wisata, 254 restoran dan rumah makan, 101 SPA/Salon, 16 cycling tour,
4 rafting, 7 museum, dan 70 usaha transportasi wisata. Hal tersbut mulai memunculkan berbagai
persoalan, mulai dari masalah lingkungan, sosial, persaingan harga, dan kemacetan. Padahal,
konsep pariwisata di Ubud mengusung konsep pariwisata budaya, sehingga perlahan kini mulai
mengalami pergeseran. Sehingga, saat ini menjadi destinasi yang disesaki pembangunan be rbagai
akomodasi wisata dan ada kemungkinan akan mengkikis wisata budaya di Ubud. Menurut anda
bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?

Latar Belakang

Ubud, sebuah daerah di Gianyar, Bali, telah lama dikenal sebagai pusat seni dan budaya di pulau
tersebut. Namun, sejak pertumbuhan industri pariwisata di Ubud mulai menggeliat pada tahun
1930 hingga tahun 2014, daerah ini menghadapi sejumlah masalah yang mempengaruhi
keberlanjutan pariwisata budaya, termasuk masalah lingkungan, sosial, persaingan harga, dan
kemacetan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengevaluasi dan merekomendasikan langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut dan mempertahankan keunikan dan
keaslian pariwisata budaya di Ubud.

Analisis Masalah

Masalah Lingkungan: Pertumbuhan industri pariwisata yang cepat telah menyebabkan tekanan
besar pada lingkungan di Ubud. Peningkatan limbah, kerusakan ekosistem, dan penurunan kualitas
air dan udara adalah beberapa masalah lingkungan yang harus ditangani.

Masalah Sosial: Kemajuan pariwisata telah mempengaruhi struktur sosial dan budaya masyarakat
lokal di Ubud. Penyediaan besar-besaran akomodasi wisata dan bisnis pariwisata lainnya telah
menggeser fokus dari kegiatan budaya tradisional, menyebabkan pergeseran nilai dan norma
budaya.
Persaingan Harga: Persaingan harga yang ketat di antara bisnis pariwisata di Ubud dapat mengarah
pada penurunan kualitas layanan dan kompromi pada pengalaman wisatawan. Hal ini d apat
merusak citra dan reputasi Ubud sebagai destinasi pariwisata budaya.

Kemacetan: Pertumbuhan lalu lintas yang tidak terkendali akibat peningkatan jumlah wisatawan
dan kendaraan berdampak negatif pada kenyamanan dan keberlanjutan lingkungan Ubud.

Rekomendasi Solusi

Pengelolaan Lingkungan yang Lebih Baik:

- Menerapkan regulasi lingkungan yang ketat dan mengawasi pemantauan lingkungan secara
teratur.

- Menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang efisien dan mendukung pengelolaan sampah
yang berkelanjutan.

- Mendorong penggunaan energi terbarukan dan praktik ramah lingkungan dalam operasional
bisnis pariwisata.

Pemberdayaan Masyarakat Lokal:

- Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pariwisata.

- Mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan budaya dan seni tradisional.

- Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat lokal untuk meningkatkan


keterampilan dan kesempatan kerja di sektor pariwisata.

Regulasi Harga yang Adil:

- Memperkenalkan regulasi yang memastikan adanya standar kualitas layanan yang setara di
antara bisnis pariwisata.

- Mendorong kerjasama antara pemangku kepentingan untuk menghindari persaingan yang


merugikan dan menekan harga secara tidak sehat.

Pengelolaan Lalu Lintas yang Efektif:


- Meningkatkan infrastruktur transportasi dan mengembangkan alternatif transportasi
berkelanjutan, seperti penggunaan sepeda atau shuttle bus.

- Mengatur parkir dan mengendalikan jumlah kendaraan bermotor di kawasan pariwisata.

Promosi Pariwisata Budaya yang Mencakup:

- Melakukan kampanye promosi yang kuat untuk mempertahankan citra Ubud sebagai destinasi
pariwisata budaya.

- Mendorong pengembangan dan promosi paket wisata yang memprioritaskan pengalaman


budaya, seperti mengunjungi galeri seni, pertunjukan tari tradisional, atau kelas memasak lokal.

Pelaksanaan Sertifikasi dan Standarisasi:

- Mendorong bisnis pariwisata untuk mendapatkan sertifikasi keberlanjutan dan standar kualitas
yang relevan.

- Membangun kolaborasi dengan organisasi dan lembaga terkait untuk mengembangkan sistem
sertifikasi yang mempromosikan praktik pariwisata budaya yang bertanggung jawab .

Kesimpulan

Untuk mengatasi masalah yang muncul akibat pertumbuhan industri pariwisata di Ubud,
diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Upaya perlindungan lingkungan,
pemberdayaan masyarakat lokal, regulasi harga yang adil, pengelolaa n lalu lintas yang efektif,
promosi pariwisata budaya, dan pelaksanaan sertifikasi dan standarisasi merupakan langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mempertahankan keunikan dan keaslian pariwisata budaya di
Ubud. Penting bagi pemerintah, pemangku kepentingan pariwisata, dan masyarakat untuk bekerja
sama dalam implementasi solusi ini guna menjaga keberlanjutan dan kelestarian pariwisata budaya
Ubud.

You might also like