Professional Documents
Culture Documents
ID Model Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Altruis Di Kota M
ID Model Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Perkotaan Berbasis Altruis Di Kota M
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
Staf Pengajar Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi : Jl,Sumbersari Gg.IA/18 Malang
Telpon : 0341-581907, Hp : 081334717777,Email: julia@umm.ac.id
ABSTRACT
This research was conducted with the purpose of (1) To know The policies and
understanding of government (executive actor’s behavior), private and community health services
in urban poor communities, (2) To describe the health care model based on the urban poor altruist,
which seen from the attitude of care and cooperative behavior of actors and social responsibility
executive. The study was conducted with a qualitative approach to the type of descriptive, technical
data collection is done by observation and interviews. Informants in the study done by purpursive.
Health Services model of the urban poor are more altruistic based on self-oriented (self)
implementing a viable model and deserves to be developed in health services in poor communities in
Indonesia perkoaan. Due to the altruist-based services will be able to provide services wholeheartedly,
who care (care) as well as a mandate of responsibility (responsibility). Since the altruist-based
approach will be able to give patients hope, healing and growing confidence in patients to accelerate
recovery. Thus the altruistic-based health services will be brought by a layer of society who do need
and will become a model of health services in a fair and sustainable.
:2009). Sistem, pendanaan kesehatan tersebut akan semua bias diaturlah, asal ada uang sumuanya bisa
sangat membebani ekonomi tumah tangga terutama cepat.
kelompok berpendapatan rendah. Bagi kelompok Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat
masyarakat yang tidak terjangkau (the unreach) atas pada implementasinya terbagi dalam 3 bagian, yaitu :
jaminan kesehatan, kondisi ini menjadi sangat berat 1) pelayanan administratif, 2) Pelayanan Medis, dan
dan mempersulit mereka keluar dari belenggu 3) Pelayanan Obat. Berkaitan dengan pelayanan
kemiskinan. Jika kondisi ini tidak teratasi, maka kesehatan masyarakat miskin perkotaan dalam ranah
pencapaian Millineum Development Goals (MDGs) 3 bagian tersebut pelayanan yang dirasakan oleh
kemungkinan besar tidak akan tercapai. sebagain besar masyarakat masih banyak mengalami
Upaya untuk meningkatkan kesehatan penduduk permasalahan.
miskin penting, karena pertumbuhan ekonomi suatu
Negara diperlukan jumlah dan kualitas sumber daya METODELOGI PENELITIAN
manusia (SDM) yang memadai. Untuk mencapai
SDM yang berkualitas dibutuhkan pemenuhan Kerangka Konseptual
kebutuhan kesehatan yang memadai, karena dengan
SDM yang sehat memungkinkan untuk memiliki Pembentukan model layanan dan Jaminan
produktivitas kerja tinggi, investasi dan tabungan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis
memadai, tingkat pendidikan maju. Perhatian terhadap altruis pelaksana yakni pemerintah dan warga
aspek kesehatan dalam hal ini layanan kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengatasi masalah
masyarakat miskin perkotaan, sangat penting karena terpinggirkannya bahkan terabaikannya hak-hak
dapat menekan angka kemiskinan sehingga dapat warga masyarakat miskin perkotaan dalam pelayanan
menjadi factor untuk meningkatkan derajat kesehatan dan jaminan kesehatan, dimana masalah kesehatan
individu dan keluarga. merupakan permasalahan yang urgen yang dapat
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu menyebabkan kondisi fatal yaitu kematian, jika tidak
bagian dari pelayanan public. Pelaksanaan pelayanan segera mendapatkan pertolongan pelayanan
public di bidang kesehatan disinyalir banyak mengalami kesehatan. Untuk itu diperlukan asumsi dasar sebagai
permasalahan. Muwafik Shaleh (2010:14) berikut :
mengemukakan tertang beragam persoalan dalam 1. Model pelayanan kesehatan masyarakat
pelaksanaan pelayanan public, yaitu (1) masih kuatnya miskin perkotaan berbasis altruis, berorientasi
budaya “dilayani” dari pada melayani. Hal ini tampak pada bagaimana memberikan pelayanan
dari perilaku aparatur pelayanan yang cenderung dengan memperhatikan : konsep melayani dan
mengesampingkan kebutuhan masyarakat untuk dilayani, kesadaran diri sebagai seorang yang
mendapatkan pelayanan yang baik. Aparatur bertigas memberikan pelayanan/bantuan,
pemerintah terkesan bertindak lamban dalam pemahaman tentang orang lain (yang berarti
memenuhi kebutuhan masyarakat, (2) Budaya mengahrgai orang lain bagaimanapun kondisi
pelayanan yang ditampilkan masih cenderung dan keadaan orang tersebut perlu
birokratis, terkesan rumit dan berbelit-belit, (3) Persepsi mendapatkan penghargaan terhadap diri
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik pribadinya), komunikasi (yang berarti
dan cepat harus melalui beragam jalur pintas. Hal ini bagaimana membawa suasana yang peduli/
juga disebabkan oleh aparatur pelayanan yang masih care terhadap penderitaan orang lain,
membedakan dalam memberikan pelayanan. sehingga orang tersebut merasa mendapatkan
Selanjutnya Mufasik mengemukakan bahwa dalam perhatian) serta tanggung jawab sebagai
mewujudkan pelayanan yang terbaik, terdapat amanah.
beberapa penghalang yang membatasi lembaga 2. Sinergi antara pemerintah (dalam hal ini para
pemerintah, masih adanya beberapa budaya yang pelaksana), fihak swasta dan warga
melekat pada aparatur pelayanan, seperti : alon-alon masyarakat miskin perkotaan merupakan hal
asal kelakon, kalau bias dikerjakan besok kenapa harus yang penting dalam pelaksanaan layanan dan
hari ini, asal ada uang semua beres, asal ada uang
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 29
Versi online:
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
jaminan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat sendiri yang dilihat dari pemahaman,
tercapainya standar pelayanan kesehatan kesadaran tentang kepedulian dan tanggung jawab
masyarakat yang care, cooperative dan social yang meliputi aspek partisipasi, akses,
social responsibility. kesetaraan, keadilan, responsivesness dan
3. Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan transparansi. Selanjutnya akan dilakukan
pemahaman para pelaksana maka perlu wawancara mendalam termasuk dengan informan dan
dikembangkan pemahaman dan kesadaran FGD. Hasilnya akan digunakan sebagai bahan dalam
para pelaksana dalam layanan kesehatan merumuskan model dan untuk menentukan materi
masyarakat miskin perkotaan yang berbasis pelatihan dalam uji coba model.
altruis. Lokasi Penelitian
4. Model yang berbasis altruis pelaksana
melalui sinergi pemerintah dan masyarakat Penelitian ini dilakukan di Kota Malang, dengan
sebagai alternative model pengembangan pertimbangan bahwa dalam pelayanan kesehatan
konsep peran pelaksana agar dapat berperan masyarakat miskin perkotaan di Kota Malang
secara responsive dan terintegrasi sehingga menunjukkan banyak permasalahan dan masih
dapat terwujud model pelayanan kesehatan terdapatnya ketimpangan sosial. Ini menunjukkan
yang adil dan berkelanjutan. bahwa dalam pengelolaan pelayanan kesehatan masih
adanya indikasi tidak/kurang adanya jiwa altruis.
Pendekatan Penelitian
Informan, Tehnik Pengumpulan Data dan Analisa
Untuk mengkaji implementasi kebijakan Data
pelaksanaan pelayanan kesehatan diperlukan kajian
yang mendalam, karena didalamnya melibatkan Informan dalam penelitian ini diambil secara
berbagai hal seperti isi kebijakan, para pelaksana, dan purposive dengan kriteria para actor pengambil
masyarakat penerima layanan itu sendiri. Oleh karena kebijakan yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan
itu dalam penelitian ini akan lebih banyak mengkaji pelayanan kesehatan, para pelaksana yang terlibat
interaksi diantara institusi yang ada, yaitu pemerintah baik dalam administrasi, medis maupun pelayanan
dan masyarakat beserta peran sosial yang obat-obatan dan masyarakat miskin perkotaan sebagai
dimainkannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sasaran implementasi isi kebijakan yang berkaitan
kualitatif sehingga diharapkan akan diperoleh daya dengan pelayanan dan jaminan kesehatan. Di RSU
yang mendalam, kaya informasi dan kaya makna. “Syaiful Anwar”Malang, RSI “Aisyiah” Malang,
Untuk menganalisis pelayanan kesehatan Puskesmas Dinoyo dan Puskesmas Puskesmas
terutama dilihat dari para pelaksana sebagai pelaku Pandanwangi Kota Malang, dan beberapa pasien
yang terlibat di dalamnya, diperlukan kecermatan untuk (kategori penerima program JAMKESMAS) yang
mengungkapkannya, karena pada dasarnya penelitian telah mendapatkan pelayanan kesehatan.
kualitatif adalah jenis penelitian yang bersifat Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan
fenomenologis, dimana penelitian ini berusaha observasi, Interview terstruktur. Penelitian ini
memahami makna dibalik peristiwa/kejadian. merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif
Berdasarkan pertimbangan itu maka secara dengan jenis diskriptif, sehingga analisa datanya
metodologis jenis penelitian kualitatif ini akan mampu dilakukan dengan mendiskripsikan temuan data
mengungkap fenomena yang akan diteliti. Hal ini berdasarkan focus masalah yang telah ditetapkan
tentunya berbeda dengan jenis penelitian kuantiatif dalam penelitian ini.
dengan paradigmanya positivistic yang hanya
HASIL DAN PEMBAHASAN
memahami fenomena dari yang terobservasi.
Penelitian ini diawali dengan kegiatan lapang,
Penerapan Kebijakan Pemerintah Kota Malang
yaitu dengan melakukan observasi langsung tentang
tentang Pelayanan Kesehatan Masyarakat
peran pelaksana baik pemerintah, swasta dan warga
Miskin Perkotaan
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 31
Versi online:
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
apapun Jika dalam kondisi darurat mendapatkan kartu Jamkesmas dan Jamkesda, hal ini
puskesmas ini langsung di tangani dan ketika dimaksudkan agar tidak terjadi overlap dalam
puskesmas tidak tanggung pasien miskin pemanfaatan kartu tersebut oleh masyarakat miskin,
langsung di rujuk ke RS Lebih lanjut beliau mengemukakan tentang
persyaratan bagi masyarakat miskin (dhuafa) yang
Berdasarkan data tersebut di atas menunjukkan berhak mendapatkan perawatan dan pelayaan
bahwa fihak Puskesmas merupakan ujung tombak kesehatan di RSI tersebut, sebagai berikut :
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di tingkat Persyaratan yang harus di lengkapi oleh
bawah, sekalipun pasien tersebut termasuk golongan pasien dhuafa adalah surat pengantar miskin
paling bawah (gelandangan dan pengemis) yang atau SKTM dari RT/RW serta ada keterangan
tentunya tidak memiliki identitas (KTP) dan tempat atau rekomendasi dari ranting
tinggal menetap. Hal ini dimaksudkan untuk dapat muhammadiyah setempat yang kemudian
memberikan pelayanan seoptimal mungkin kepada bisa langsung mendapatkan pelayanan
masyarakat luas baik yang bersifat ringan, menengah kesehatan di RSI AISYIAH Malang. Namun
maupun berat, hanya jika pasien memerlukan demikian pelayanan kesehatan di RS AISYIAH
penanganan intensive dan darurat sifatnya, maka fihak ini di peruntukkan oleh semua agama asalkan
Puskesmas akan merujuk ke RSU “Syaiful Anwar” memang benar – benar tidak mampu.
Malang. Pasien yang tergolong pasien dhuafah dan
Kebijakan Pemda Kota Malang berkaitan memakai SKTM akan mendapatkan kamar di
dengan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin kelas 3 dan 4 dan hanya membayar 30% dari
Perkotaan di Kota Malang direspon langsung oleh semua biaya kesehatannya dan akan di tolak
rumah sakit swasta Islam yang ada di Kota Malang. pasien dhuafah ketika kamar yang telah
Seperti Rumah Sakit Islam “Aisyiah”. Menurut disediakan RS “AISYIAH” untuk kamar kelas
Ka.Bag. Humas RSI tersebut berkaitan dengan 3 dan 4 penuh.
kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah Kota
Malang tentang Pelayanan Masyarakat Miskin
Model Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Perkotaan, mengatakan bahwa :
Perkotaan di Kota Malang Berbasis Altruis
“ Penerapan kebijakan yang di tetapkan oleh
pemerintah masalah jamkesmas dan Altruis, dalam kamus lengkap sosiologi tersebut
jamkesda sudah di terapkan tetapi kebijakan didefinisikan sebagai “suatu perilaku pribadi yang
di RSI Aisyiah malang sendiri adalah didasarkan pada kepentingan bersama”. Batson
program dhuafah dimana program tersebut (1991) mengemukakan Altruis, adalah “keadaan
intinya sama dengan program jamkesmas motivasional seseorang yang bertujuan meningkatkan
dan sebenarnya di peruntukkan untuk yang kesejahteraan orang lain”. Sutandyo (2009)
tidak mendapatkan kartu jamkesmas dan mendefinisikan altruis sebagai kecenderungan suatu
jamkesda tetapi kalau pasien menggunakan subyek untuk lebih berkenaan memikirkan
kartu jamkesmas kepada RSI AISYIAH untuk kesejahteraan subyek lain (the alter) dari pada
mendapatkan pelayanan kesehatan akan di merisaukan kesejahteraan dirinya sendiri (the ego).
berikan pengarahan dari humas untuk dapat Berdasarkan definisi konsep tersebut altruis
memanfaatkan fasilitas pemerintah dan merupakan perilaku pribadi/individu yang didasarkan
rumah sakitnya di RSSA dan RS Soepraun”. oleh tingkat pemahaman, kesadaran, sikap dan
perilaku dalam melaksanakan tugas pekerjaannya
Berdasarkan data tersebut di atas , nampak jelas berdasarkan kepentingan bersama, yang akan
bahwa walaupun sebagai RS Swasta RSI “Aisyiyah” melahirkan tingkat kepedulian social dan rasa tanggung
tersebut tetap menerapkan kebijakan yang telah jawab diri yang tinggi baik
ditetapkan oleh Pemerintah, justru RSI ini memberikan
pelayanan kepada mereka yang khususnya tidak
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 33
Versi online:
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
Kegiatan pelayanan adalah sebuah kegiatan yang orang yang menyukainya. Apapun
menitikberatkan pada upaya memberikan sesuatu yang pekerjaannya jika seseorang menghargai
terbaik bagi orang lain. Kegiatan memberi sesuatu keberadaan nya sebagai bagian penting dalam
adalah suatu sikap untuk lebih mengutamkana sebuah proses pelayanan, maka otomatis akan
kepentingan orang lain di atas segalanya termasuk berusaha semaksimalmungkin untuk selalu
dirinya sendiri. Suatu sikap untuk membuat orang lain tampil prima , termasuk juga dalam
lebih terhormat dan dihargai. Altruis menunjuk pada memberikan pelayanan kepada pasien.
suatu cara bagaimana seorang pelaksana bersikap dan 3. Pemahaman terhadap Orang Lain : Apapun
berperilaku sesuai dengan posisi jabatan yang kondisi pasien mereka adalah manusai yang
diembannya berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan datang membutuhkan bantuan dan
dengan mementingkan kebutuhan bersama serta pertolongan, maka sebagai pelaksana harus
bagaimana pelaksana tersebut berinteraksi dan dapat menerima pasien apa adanya tanpa
berintegrasi dengan organisasi/lembaga/system social memandang suku, ras, agama dan status
serta masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu, yang sosial ekonoimi. Selain itu pasien yang datang
dilihat dari pemahaman, kesadaran, sikap dan perilaku tentunya dari latar belekang yang berlainan,
yang mencerminkan kepedulian, kerjasama dan sehingga dalam penenganannya
tanggung jawab. membutuhkan spesifikasi tersendiri antara
Pelayanan kesehatan berbasis altruisme, adalah satu pasien dengan yang lainnya. Secara
pelayanan yang diberikan oleh dengan memenuhi medis mungkin penangannannya sama, tetapi
unsur-unsur : (1) Pemahaman terhadap pekerjaan, (2) perlakuan pelaksana kepada msing-masing
Konsep diri, (3) Pemahaman terhadap orang lain, (4) individu pasien yang tertunya harus dibedakan,
Komunikasi (5) Tanggung jawab. mengingat bahwa setiap manusia memiliki
Penjelasan dari beberapa unsur yang berkaitan sifat dan kepribadian yang “unik” yang lain
dengan pelayanan berbasis altruis dapat dijabarkan dari pada yang lain, sehinggamembutuhkan
sebagai berikut : perhatian tersendiri. Dan itu harus difahami
oleh para pelaksana, sehingga proses
1. Pemahaman terhadap pekerjaan: Orang pelayanan yang diberikan memiliki kualitas
yang menganggap pekerjaannya penting dan dan hsil yang maksimal.
bermanfaat bagi diri dan orang lain akan 4. Komunikasi : Dalam setiap aktivitas apapun
memiliki motivasi yang tinggi dan itu dibutuhkan komunikasi yang komunikatif.
antusianisme yang luar biasa untuk Dalam kaitannya dengan pelayanan
mempersembahkan yang terbaik dari kesehatan maka sikap penerimaan
pekerjaan yang ditekuninya, termasuk (aceptence) yang ditunjukkan dengan
meberikan pelayanan prima dengan sepebuh senyum, sapa, dan peduli (care) terhadap
hati. orang yang akan dilayani merupakan bentuk
2. Pemahaman terhadap diri /Konsep diri : hubungan yang memang harus dilakukan.
Sebagai aktor yang bertugas memberikan Kumunikasi yang terjadi adalah komunikasi
pelayanan di lapangan maka para pelaksana profesional, tetapi fleksibel. Dengan
terlebih dulu perlu memahami diri, dengan komunikasi yang terjadi akan tumbuh rasa
memberikan perhatian dan penghargaan pada penghargaan dari pasien sebagai diri manusia,
diri sendiri, seperti kemampuan, pengethuan, karena pada dasarnya sakit fisik yang diderita
ketrampilan, dan penampilan. Jika sudah oleh para pasien tidak menutup kemngkinan
menghargai diri sendiri sebagai pribadi yang disebabkan oleh sakit psikis, sehingga
prima, maka akan terbangun motivasi dan penerimaan dari para pelaksana dengan
percaya diri yang tinggi untuk menghasilkan senyum, sapa tersebut merupakan salah satu
yang terbaik bagi orang lain (pasien). obat yang dapat menyembuhkan penyakit
Antusianisme yang tinggi akan mamancarkan para pasien.
kepribadian yang positif sehingga banyak
5. Tanggung jawab sebagai Amanah : dalam memberi pelayanan kesehatan dengan 5S, yaitu
Apapun profesinya sebagai pelaksana dituntut : Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun. Kebijakan
untuk memiliki tanggung jawab terhadap yang telah ditetapkan dalam pelayanan kesehatan
pekerjaannya, tuntutan profesionalitas tersebut sebenarnya identik dengan pelayanan
ditunjukkan oleh para pelaksana dengan kerja kesehatan yang berbasis altruis yang dimaksudkan
maksimal, tepat waktu, tepat sasaran dan dalam penelitian ini.
tepat terhadap janji. Ini semua merupakan Lebih jelasnya Model pelayanan kesehatan
bagian darim strategi pelayanan secara prima masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis, dapat
sebagai pertanggungjawaban terhadap digambarkan sebagaiberikut :
profesi sekaligus amanah yang harus
diembannya.
Berdasarkan hasil observasi di RSU bahwa
di setiap ruang pelayanan administrasi, baik itu
pelayanan administrasi, pelayanan medis maupun
pelayanan obat-obatan telah terpasang komitmen
Pemahaman
Terhadap Pola Hub :
Tanggung Pekerjaan Holistik
Jawab Pemahaman Dan
Sebagai Terhadap Terintegrasi
Pemahaman, Amanah PELAYANAN
diri
Kesadaran; BERBASIS
Sikap ALTRUIS
Altruis
Komunikasi Pemahaman
Ttg Orang lain
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
PELAYANAN KESEHATAN Yang Baik
YANG ADIL DAN BERKELANJUTAN
Dalam bukunya Public Service Communication, pada asaat memberikan pelayanan sama dengan
Akh/Muwafik Saleh (2010: 180) mengemukakan memberikan penghargaan pada diri petugas sendiri.
bahwa terdapat tehnik membangun hubungan baik Pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan
dengan pelanggan dalam pelayanan publik, bahwa pelayanan publik, dimana setiap petugas dituntut untuk
salah satu sifat manusia adalah bahwa setiap orang mampu memberikan pelayanan prima (service
ingin diperlakukan oleh setiap orang lain selayaknya excellent) merupakan salah satu komponen penting
orang penting yang dihargai,dihormati dan disanjung, yang harus dijalankan oleh semua perusahaan/instansi
keran bentuk penghargaan yang diberikan oleh petugas supaya tetap bertahan di tengah persaingan global.
Sebenarnya pelayanan prima (service excellent)
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 35
Versi online:
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
hanya bagian kecil dari sistem manajemen perusahaan yang dengan dibentak dan menjawab
yang kompleks, namun jika dijalankan dengan pertanyaan dengan tidak ramah, ya saya
pemahaman yang benar dan untuk tujuan yang mulia diam saja sambil ketakutan dengan kondisi
“memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dan hati was-was dan kaget juga, ya tapi mau
merupakan bagian dari ibadah” maka akan bagaimana lagi saya kan butuh pertolongan.
memberikan sesuatu yang dahsyat terutama berkaitan Tetapi tentang pelayanan kesehatan saat
dengan pembentukan “CITRA” untuk setiap darurat sudah cukup bagus beserta
perusahaan/instansi/organisasi yang bergerak dalam perawatnya juga, bagaimanapun saya
bidang jasa/layanan publik, tidak terkecuali dalam berterimakasih karena mendapat bantuan
layanan kesehatan (Muwafik,2010:63) dengan cepat”
tersebut memeriksa pasien. 1 pasien rata-rata dibutuhkan jiwa altruis, yang berarti melayani dengan
bisamemakan waktu 15-20 menit bahkan ada yang sepenuh hati dari setiap petugas pemberi jasa di bidang
sampat ¾ jam jika memang dibutuhkan pemeriksaan kesehatan baik itu di bagian administrasi, medis maupun
yang serius terhadap penyakit yang diderita pasiennya. pelayanan obat-obatan.
Ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan sudah Masyarakat miskin perkotaan berhak
berubah orientasi dari pada pendekatan medicine ke mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
pendekatan humanis. mempergunakan kartu JAMKESMAS, dimana dalam
Hasil wawancara dengan seorang pasien penanganannya tidak dibedakan dengan pasien umum
laki=laki dengan profesi sopir angkot sekaligus yang lainnya. Masyarakat kategori iniberhak
mengguna program JAMKESMAS diRSUD Syaiful mendapatkan pelayanan di bidang kesehatan dengan
Anwar Malang, mengemukakan bahwa : sumber pembiaaan baik dari APBN maupun APBD.
Ini semua merupakan wujud dan tanggungjawab
“Saya merasa cukup puas dengan Pemerintah terhadap tingka kesehatan warga negara
pelayanan yang di berikan pihak RSUD, secara menyeluruh, paling tidak terpenuhinya standart
suster dan dokternya ramah mas, banyak kesehatan masyarakat.
senyum dll, mungkin karena masih mudah Kapala bagian Diklit RSUD Syaiful Anwar ,
mudah susternya . keluarga saya yang mengemukakan bahwa :
mengentar dan menjenguk saya juga
merasakan hal yang sama. Pokoknya “Menteri kesehatan kini sedang menyiapkan
sekarang beda dengan yang dulu, sekarang RUU tentang pembebasan biaya untuk pasien
sudah sangat baik cekatan dan langsung kelas 3 dan 4, Jika jadi kita pihak rumah
ditangani. Persyaratanya mudah juga tinggal sakit siap siap collapse ( ndak stabil , karena)
kita tunjukkan kartu Jamkesmas, Jamkesda RSUD ini bersifat BLU ( badan Layanan
kalau tidak punya disuruh minta SPM dari Umum ) jadi disamping kita mendapat subsidi
RT/RW setempat, tapi yang saya ndak suka dari daerah dan pusat kita juga cari dari
malah di bagian receptionisnya karena sumber dana lain yang tidak mengikat, salah
terlalu angker dan sering bentak. Kalau Tim satunya memanfaatkan bidang layanan diklit
medis cukup merespon laporan dari pihak ini. Jadi kita tarik semua orang yang
pasien. Alhamdulillah lancar administrasinya memanfaatkan dan menggunakan layanan
dan tdak di persulit kok. Ya kalau bisa tau ini dengan penarikan biaya administrasi yang
penderitaan dan kesulitan keadaan kami, proporsional di setiap kegiatannya.
saya percaya petugas yang peduli akan Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa
mempermudah kami menerima perawatan dan Pihak RSUD sebenarnya ada websaite tapi
pengobatan dengan menggunakan kartu ini tidak terlalu di gunakan dan dimanfaatkan,
(maksudnya Kartu JAMKESMAS) jadi setiap data / SK baru tidak bisa di akses
masyarakat luas padahal itu info public.
Dari pernyataan pasien tersebut menunjukkan Kemaren aslinya kita dapat alokasi anggaran
bahwa telah terjadi perubahan dari pendekatan dari pusat untuk memperbaiki jaringan dan
medicine ke pendekatan humanistic, karena memang websaite RSUD tapi kami kecewa dengan
tidak semua penyakit disebabkan karena kondisi sakit petugas yang mengerjakan proyek tsb.
semata, melainkan faktor sosial dan kondisi psikologia Mereka tidak bisa menyelesaikan sesuai
juga ikut berperan serta mempengaruhi kesehatan target jadi terpaksa kami batalkan dan uang
seseorang, bahkan dalam penyembuhan pasien, tidak anggaran tsb ditarik lagi oleh pusat.
mutlak obet-obatan, dengan pasien bercerita tentang
kondisi sosial psikologisnya yang melatar belakangi
Dari data tersebut menunjukkan bahwa begitu
terjadinya kondisi sakit tersebut sudah merupakan
rumit dan krusialnya permasalahan di bidang kesehatan
bagian dari proses penyembuhan, maka dalam
terutama berkaitan dengan implementasi para
kaitannya dengan pelayanan kesehatan sangat
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 37
Versi online:
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
masyarakat yang mempergunakan katu pahala dari Allah SWT, sehingga dengan
JAMKESMAS, dimana dalam pelaksanaannya memperbanyak perlakuan yang humanis, secara
membutuhkan kesiapan mental para petugas yang otomatis akan semakin memperbanyak amalan, seperti
otomatis jumlahnya sangatlah banyak dengan latar yang disampaikan salah satu petugas medis di RSI
belkang kondisi sosial psikologis yang bervariasi “Aisiyah” yang mengemukakan bahwa :
dengan temperamen dan perilakuyang bervariasi pula
dan Ini semuanya menuntut biaya yang tidak sedikit, “Kami pera petugas disini merasa bahwa
apalagi jika Rumah Sakit dihadapkan dengan persoalan kami semua mendapatkan amanah dari Allah
obat yang tidak tersedia di apotik untuk kategori obat untuk mengemban tugas mulia ini, dan kami
pemegang kartu JASKESMAS apalagi dengan wajib untuk menjalankan amanah tersebut
penyekit pasien yang membutuhkan obat khusus dan tanpa membedakan siapapun pasien
harganya rekatif tinggi. Menurut fihak RSU walaupun tersebut, dari mana dan berstatus apa, yang
selama ini dapat teratasi, namun tetap saja dibutuhkan penting bagi kami adlah memberikan yang
kerja ekstra untuk kepengurusan pencairan dana obat terbaik, namun semuanya kembali kepada
dalam kategori tersebut. masyarakat sebagai penerima, karena kami
Sedangkan hasil wawancara dengan pasien Ibu tidak dapat menilai diri kami sendiri, iarlah
Sumiati (Pasien Kelas 4) dan keluarga pasien di RSI masyarakat yang menilai, InsyaAllah kami
Aisyiah Kota Malang, yang mengatakan bahwa : amanah dan akan tetap memberikan yang
terbaik semampu kami dalam menjalankan
“Saya merasa Cukup puas dengan pelayanan tugas mulia tersebut”
yang di berikan pihak RSI, suster dan dokternya
ramah-ramah, banyak senyum , selalu Pelayanan Obat-Obatan
memberi salam. Persyaratanya mudah mas
tinggal kita disuruh minta SKTM dari RT/RW
Dalam memberikan pelayanan obat-obatan
setempat trus di stempel di Ranting
petugas terkesan bersikap formal dan kaku, hal ini
Muhammadiyah. Tim medis cukup cepat
disebabkan karena banyaknya resep yang harus
merespon laporan dari pihak pasien.
dilayani, sehingga tidak lagi memperhatikan faktor
Alhamdulillah lancar administrasinya dan
manusia penerima layanan. Ada tulisan di ruang
tidak di persulit kok. Tapi kami agak aneh
tersebut “Harap bersabar, setiap resep obat sangat
karena tiap pagi ada siraman rohani sama
membutuhkan ketelitian dan kecermatan”.
petugas rohaniawan RSI,
Sehubungan dengan pelayanan obat-obatan
Seharusnya pelayanan itu ya yang begini ini,
salah satu petugas di bagian mengemukakan bahwa :
ramah, banyak senyum dan memahami
kondisi kami yang tidak mampu tapi
“Kami berusaha semaksimal mungkin
membutuhkan pertolongan pelayanan
melayani dengan sebaik mungkin, dengan
kesehatan. Dengan pelayanann yang ramah
antri sesuai dengan kedatangan diapotik
ini serasa kami merasa ada yang peduli dan
ini,karena meracik obat membutuhkan
memperhatikan kondisi kami dan keluarga.
ketelitian, saya percaya para pasien mengerti
Jadinya mau tidak mau kami merasa
akan hal ini. Namun rata-rata pasien disini
pelayanan yang diberikan mempercepat
tidak membutuhkan obat racikan, tetapi
proses penyembuhan kami”.
sudah dalam bentuk kapsul/tablet, namun
demikian kami tetap berahati-hati dan selalu
Pelayanan yang diberikan di RSI “Aisiyah
teliti jangan sampai salah dalam memberikan
tersebut karena rumah sakit ini menetapkan kebijakan
obet, karena akibatnya bisa fatal. Kalau
bahwa “Layananku adalah Ibadahku”, dengan
antrian sampai lama itu disebabkan karena
demikian jika para pasien merasa senang dengan
banyaknya pasien yang harus dilayani dalam
perlakuan petugas layanan tersebut, maka para
1 hari tersebut dan semua pasien
petugas merasa bahwa itu semua untuk mendapatkan
membutuhkan obat iu segera. Itulah yang komunikasi yang terjadi antara pasien dan petugas di
menyebabkan kami tidak mungkin tempat ini adalah komunikasi yang bersifat formalitas,
berkomunikasi yang lain, kecuali dimana petugas memanggil untuk memberikan nomor
menjelaskan ke pasien cara meminum obat antrian dan komunikasi di saat memberikan obat
tersebut” dengan menjelaskan cara mengkonsumsi obat tersebut.
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 39
Versi online:
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
yang ditunjuk untuk melayani program kendala yang menurutnya perlu mendapakan perhatian
Jamkesmas. serius yaitu :
· Kurangnya komunikasi kepada masyarakat “Faktor penghambat yang utama adalah
pengguna jamkesmas tentang mekanisme masalah data yang menurut dinkes tidak
pelayanan kesehatan yang pada akkhirnya valid karena data yang dipaki dari data
membingungkan masyarakat bagaimana cara BPS, dimana data itu di buat pada tahun
menggunakannya dan merepotkan fihak 2006 dan dipaki sampai sekarang, padahal
rumah sakit karena harus menjelaskan ke setiap tahun pasti ada perubahan ekonomi
setiap pemegang kartu JAMKESMAS pada masyarakat. Selain itu Program yang
· Obat untuk pasien jamkesmas sering kali tidak ada saat ini berjalan sudah memenuhi akan
ada sehingga RSSA menalangi untuk kebutuhan masyarakat miskin tetapi
pengadaan obat pendataanlah yang masih kurang valid
yang dimana yang seharusnya
RSI “Aisyah” Malang mendapatkan kartu malah tidak
mendapatkan kartu jamkesmas.
Menurut Ka.Bag Humas RSI “Aisiyah” Pendataan dan data dari BPS sering
permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kurang Up-date sehingga banyak
pelayanan kesehatankepada masyarakat yang masyarakat miskin yang layaknya
tergolong dhuafa (istilah yang dipakai di RSI) adalah : mendapat kartu jaminan tapi tak pernah
ter-cover”.
· Banyaknya anggota masyarakat terutama
kaum dhuafa yang tidak mengetahui tentang Menurut Ka. Dinkes tersebut idealnya
adanya program dhuafah dan manipulasi data pelayanan kesehatan terutama untuk masyarakat
yang dilakukan oleh pasien dhuafah, diamana miskin adanya policy tentang asuransi kesehatan yang
terkadang ada yang seharusnya mampu tetapi di mana masyarakat di wajibkan untuk membayar
masih saja mengurus SKTM serta premi sesuai dengan starta ekonomi dan mungkin untuk
rekomendasi dari ranting Muhammadiyah dan yang memang tidak mampu akan di bebaskan dari
ada juga masyarakat mampu yang premi setiap bulan.
mengatasnamakan anggota dari
muhammadiyah.
· Pencarian Stempel ( mungkin bagi mereka Puskesmas
yang bukan warga Muhammmadiyah )
· Dibutuhkannya Sosialisai pada masyarakat Menurut Kepala Puskesmas Pandanwangi
luas karena ini program baru dari RSI Blimbing bahwa Faktor penghambat dari kebijakan
· Menurut beliau Idealnya pelayanan kesehatan yang sudah ada berkaitan dengan pelayanan kesehatan
(point masukan) Hendaknya berdasar pada masyarakat miskin perkotaan adalah :
nilai-nilai dasar ke-Islaman yakni
memanusiakan manusia mas, artinya nilai “Faktor ketidak tahuan dari pasien
humanis dan simpati serta empati social harus serta tidak digunakannya kartu
di gunakan disitu. Dengan begitu akan jamkesmas dengan alasan malu
mempercepat proses penyembuhan pasien menggunakannya. Faktor ketidak
yang datang. tahuan pasien jamkesmas untuk
mengakses pelayanan kesehatan gratis
Dinas Kesehatan Kota Malang dan masa tempo habis kartu tersebut
sehingga terkadang ada masyarakat
Menurut Ketua Yankes Kota Malang dalam yang ngeyel untuk tetap mendapatkan
pelaksanaan implementasi pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan. selain itu
masyarakat miskin perkotaan terdapat beberapa msyarakat merasa tidak butuh kartu
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 41
Versi online:
Juliastutik http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/1407
Juliastutik, Model pelayanan kesehatan masyarakat miskin perkotaan berbasis altruis di kota malang 43