1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X

2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

PENGALAMAN SUPPORTIVE ENVIRONTMENT DALAM TIAP


TAHAP RECOVERY SURVIVOR SKIZOFRENIA DI
KALIMANTAN BARAT

Nurul Hidayah1*, Nadia Rahmawati2, Nisma3


1
Dept. of Mental Health Nursing, STIKes Yarsi Pontianak
2
Dept. of Maternity and Children, Tanjungpura University
3
Dept. of Maternity and Children, STIKes Yarsi Pontianak

Email Korespondensi: nurul16040@mail.unpad.ac.id

Disubmit: 29 November 2023 Diterima: 21 Januari 2024 Diterbitkan: 01 Februari 2024


Doi: https://doi.org/10.33024/mahesa.v4i2.13175

ABSTRACT

The treatment of mental disorders in Indonesia currently still relies on the


principle of cure alone as the main therapy. In fact, the causes of mental
disorders are multicomplex and do not stand alone, starting from genetic
factors, birth conditions, brain injury, trauma, social pressure, and stress can
cause mental disorders. Therefore, there is a need for a solution to overcome
this disease by empowering patients, through a recovery process with support
from those closest to them (supportive environment). Supportive environments
have an important role in mental disorders, whether they are the cause of
mental disorders or the process of treating and healing individuals or family
members who experience mental disorders. The recovery process that patients
undergo is not just to recover from illness, but to make the lives of people who
experience limitations due to their illness more meaningful. Recovery
emphasizes that although individuals cannot control the symptoms of their
illness, they can control their lives. This research is to explore the life
experiences of supportive environment components in each stage of recovery of
schizophrenia survivors in West Kalimantan. This research design uses
descriptive qualitative with a descriptive phenomenological approach. The
population in the research is the supportive environment component. The
number of participants was determined using a purposive sampling technique,
namely 6 participants consisting of 4 families who cared for schizophrenia
survivors and 2 nurses in charge of social welfare programs at the Community
Health Center. Supportive environment experiences were explored through in-
depth interviews and data analysis using the Colaizzi method. 3 themes were
obtained from the research, namely: 1) Economic and psychological burden on
families as caregivers, 2) Lack of knowledge of nurses in carrying out early
detection of mental health and 3) Lack of completeness of supporting human
health services at Community Health Centers.

Keywords: Recovery, Supportive Environment, Schizophrenia Survivor

ABSTRAK

Penanganan gangguan jiwa yang ada di Indonesia saat ini masih mengandalkan
prinsip cure saja sebagai terapi utama. Padahal, penyebab gangguan jiwa itu

678
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

multikompleks tidak berdiri sendiri mulai dari faktor genetis, kondisi para-
kelahiran, cedera otak, trauma, tekanan sosial, hingga stres bisa menyebabkan
gangguan mental. Oleh sebab itu perlu adanya solusi untuk mengatasi penyakit
tersebut dengan cara melakukan pemberdayaan pada pasien, melalui sebuah
proses recovery dengan dukungan dari orang terdekat (supportive
environtment). Supportive environtment memiliki peranan penting terhadap
gangguan jiwa entah menjadi penyebab dari gangguan jiwa ataupun proses
pengobatan dan penyembuhan individu atau anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Proses recovery yang dijalani pasien bukan hanya untuk sekadar
pulih dari penyakit, tapi untuk membuat kehidupan orang yang mengalami
keterbatasan akibat penyakitnya menjadi lebih berarti. Recovery menekankan
bahwa meskipun individu tidak bisa mengontrol gejala penyakitnya tapi mereka
bisa mengontrol kehidupan mereka. Penelitian ini yaitu untuk mengeksplorasi
pengalaman hidup komponen supportive environtment dalam tiap tahap
recovery survivor skizofrenia di Kalimantan Barat. Rancangan penelitian ini
menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.
Populasi dalam penelitian yaitu komponen supportive environtment. Jumlah
partisipan ditentukan melalui teknik purposive sampling yakni 6 partisipan yang
terdiri dari 4 orang keluarga yang merawat survivor skizofrenia dan 2 orang
perawat penanggung jawab program keswa di Puskesmas. Pengalaman
supportive environtment digali melalui wawancara mendalam dan analisa data
menggunakan metode Colaizzi. Penelitian diperoleh 3 tema yaitu : 1) Beban
ekonomi dan psikologis keluarga sebagai caregiver, 2) Kurangnya pengetahuan
perawat dalam melakukan deteksi dini Kesehatan jiwa dan 3) Kurangnya
kelengkapan penunjang pelayanan keswa di Puskesmas.

Kata Kunci: Recovery, Supportive Environtment, Survivor Skizofrenia

PENDAHULUAN
Penelitian ini dilatarbelakangi tidak menjalankan aktivitas
oleh pengalaman peneliti saat pendidikan formal. Masalah
melakukan kegiatan Field perawatan diri juga terjadi
Experience di wilayah kerja ditunjukkan dengan adanya pasien
Puskesmas Sungai Durian Kabupaten yang tidak mau mandi, tidak mau
Kubu Raya. Dari hasil analisa dapat berganti pakaian, tidak mau
disimpulkan rata-rata proses memotong kuku yang panjang, tidak
recovery klien berada pada tahapan merapikan rambut dan tidak
primer “Moraturium”, dimana klien mencuci tangan.
belum memiliki kesadaran bahwa Pengalaman individualistik
dirinya sakit dan menolak atas survivor skizofrenia dalam proses
kondisinya saat ini, serta insight recovery dapat secara langsung
klien juga masih buruk. berkontribusi pada pemulihan orang
Beberapa pasien gangguan lain. Adanya keterlibatan teman
jiwa sudah mampu melakukan sejawat dikaitkan dengan layanan
pekerjaan yang menghasilkan rupiah inovatif yang beorientasi pada proses
sedangkan sebagian yang lain hanya recovery (Mead S, 2005). Menurut
melakukan pekerjaan sederhana Castelein (2015) peer support dalam
seperti memasak, bersih-bersih banyak kondisi medis telah terbukti
rumah, mengasuh anak, bercocok dapat meningkatkan fungsi dengan
tanam, dan belanja dipasar. mendorong penerimaan,
Sebagian besar pasien gangguan jiwa penanganan dan perumusan tujuan

679
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

baru yang disesuaikan yang pelayanan kesehatan mental dengan


memberikan makna dan identitas. para survivor adalah mutualitas
Dalam skizofrenia, dukungan sebaya pandangan bahwa kita semua telah
muncul sebagai pelengkap baru dan pulih dari tantangan, dan ini sangat
berpotensi efektif untuk perawatan membantu untuk menekannkan
yang ada, yang bertujuan untuk kesamaan ini. staf pelayanan
meningkatkan dukungan sosial di kesehatan mental siap untuk bekerja
antara populasi yang terisolasi bersama dan akan lebih banyak
secara sosial. terpapar dengan para survivor dan
Ini memiliki potensi untuk para staf akan banyak membrikan
meningkatkan pemulihan pribadi pilihan daripada memperbaiki
dalam arti mengejar dan mencapai masalah. Para staf mungkin juga
tujuan baru dan mulai hidup ditantang, dipengaruhi dan diubah
melampaui kekacauan. Namun, ini oleh para pengguna jasa. Terdapat
hampir tidak dipelajari di kelompok gaya komunikasi khusus yang
pendukung sebaya untuk gangguan menonjol dalam layanan
psikotik. Basis bukti menjanjikan, berorientasi recovery adalah
namun lapangan membutuhkan uji pembinaan.
coba yang lebih ketat dan pragmatis Menurut Salde (2015), survivor
dengan pengukuran lanjutan untuk skizofrenia tidak hanya pulih dari
membangun basis bukti yang kokoh. penyakit jiwanya akan tetapi juga
Selain itu, prosedur harus harus memulihkan perasaan
dikembangkan untuk menjamin emosionalnya, fisik, intelektual,
kontinuitas, untuk mengkompensasi sosial dan spiritualnya juga. Menjalin
masalah kognitif dan gejala negatif, hubungan dengan orang lain
dan untuk meningkatkan dimasyarakat dan secara aktif
tolerabilitas pendekatan kelompok terlibat dalam kehidupan merupakan
pada orang-orang dengan perubahan sumber kesejahteraan yang sangat
dalam kognisi sosial dan sumber daya penting. Banyak survivor yang
kognitif yang cepat habis, terutama mengidentifikasikan bahwa sebuah
di lingkungan social (Khoirudin, keyakinan dapat menjadi dukungan
2021). yang sangat penting saat mereka
Menurut Slade (2015), dalam merasa ditinggal orang lain dalam
recovery oriented service pengguna proses recoverynya di masyarakat.
layanan adalah pengambil keputusan Penderita gangguan jiwa perlu
utama, ini tidak berarti bahwa staf mempunyai jaringan kekerabatan
melakukan apa saja yang orang atau pertemanan yang mendukung
katakan, jelas seorang pekerja tidak dan bisa memberikan harapan,
dapat bertindak tidak etis atau kehangatan serta persaudaraan.
berkolusi dengan individu dalam Mereka yang hidupnya menyendiri
tindakan yang merusak. Tapi atau terisolasi akan lebih mudah
orientasi dasarnya adalah berusaha untuk kembali kambuh penyakitnya.
secara aktif untuk dipimpin oleh Komunitas tersebut bisa diciptakan
individu. Ini berarti bahwa dengan mengikuti beberapa kegiatan
prespektif profesional adalah salah sosial di masyarakat seperti kegiatan
satu cara yang sangat membantu pengajian, olehraga, arisan atau
untuk memahami pengalaman para kegiatan yang terkait dengan hobi
survivor, namum bukan satu-satunya (Setiadi,2014).
cara yang mungkin. Proses penyembuhan gangguan
Sebuah istilah yang digunakan jiwa adalah proses yang panjang dan
untuk menggambarkan jenis penuh tantangan, yang sangat
hubungan kemitraan anatara staf dibutuhkan dalam proses recovery

680
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

adalah bagaimana seorang individu Berdasarkan uraian diatas ,


dapat menemukan dan menghadapi maka peneliti mencoba untuk
setiap tantangan dari keterbatasan mendapatkan gambaran yang lebih
akibat penyakitnya dan membangun mendalam mengenai pengalaman
kembali integritas diri yang baru supportive environtment dalam tiap
yang lebih berarti agar dapat hidup, tahap recovery skizofrenia dengan
bekerja, dan berkontribusi di menggunakan desain penelitian
masayarakat. Oleh karena itu selama deskriptif kualitatif.
menjalani proses recovery, seorang
individu sangat membutuhkan
supportive environtment dari TINJAUAN PUSTAKA
keluarga, tetanga, masyarakat, Recovery dalam Kesehatan
pemerintah dan pihak swasta jiwa tidak berfokus pada
(Suryani, 2018). Sejalan dengan pengobatan, tetapi lebih
Stuart (2009) proses recovery tidak menekankan kepada suatu proses
hanya melibatkan pemerintah interaksional, dinamis dan
sebagai peran utama, tim berkelanjutan antara kekuatan,
multidisiplin lain yang terlibat dalam kelemahan, sumberdaya lingkungan
pelayanan kesehatan jiwa adalah dll. Recovery lebih menegaskan
psikiater, pekerja sosial, perawat bagaimana individu mengatasi
dan tenaga lainnya. Akan tetapi tantangan setiap harinya, untuk
fokus utama dalam proses recovery dapat hidup mandiri dan
ini adalah keluarga dan komunitas, berkontribusi terhadap masyarakat,
karena disanalah kehidupan seorang adanya harapan, keyakinan,
survivor setelah pulang dari rumah kekuatan pribadi dalam menentukan
sakit. nasibnya sendiri (Pongdatu, 2023).
Supportive environtment Istilah recovery memiliki
merupakan sebuah dukungan yang makna yang sederhana dan cukup
diberikan kepada survivor agar jelas dalam kehidupan sehari-hari,
dapat nyaman dalam menjalani istilah ini dapat dimaknai sebagai
kehidupan. Ada beberapa hal yang “free from symptoms” dan “return
sangat prinsip dalam proses recovery to healthy stage and wellbeing”
bagi survivor yakni : lingkungan dan (Bellack, 2006), atau hanya
keluarga yang tidak memandang digambarkan sebagai “back to
ODGJ sebagai “penyakit” yang harus normal” (Golightley, 2011).
dihindari, tidak memandang (Mountain, 2016) menyatakan bahwa
pengalaman survivor sebagai dalam berbagai literatur terkait
pengalaman yang aneh dalam recovery memberi kesan bahwa
melawan penyakitnya, tidak proses recovery telah digunakan
mengucilkanya dilingkungan dengan cara yang berbeda dan
keluarga maupun lingkungan sekitar beragam, dapat berupa pendekatan
rumah, dapat menciptakan ruang model, philosophy, paradigm dan
yang nyaman agar survivor dapat movement or version.
berbagi cerita mencurahkan isi Skizofrenia merupakan
hatinya dan keluh kesahnya, gangguan mental yang parah,
menghargai proses recovery survivor ditandai dengan gangguan yang
serta membantu survivor mengatasi mendalam dalam berpikir,
kehidupannya. Sehingga nantinya mempengaruhi bahasa, persepsi,
pasien tidak merasa sebagai “orang dan rasa diri. Ini termasuk
gila” dilingkungan keluarga dan pengalaman psikotik, seperti
lingkungan tempat tinggalnya mendengar suara atau delusi,
(Suryani, 2018). sehingga dapat menyebabkan

681
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

gangguan dalam proses belajar, gangguan saat komunikasi,


bekerja maupun kegiatan sehari – abnormalitas pada mekanisme otak
hari (Siti, 2022); (Kurniawan, 2022). sehingga mengakibatkan
Etiologi Stuart (2013) membagi ketidakmampuan seseorang
gejala skizofrenia menjadi 2 yaitu : menanggapi stimulus secara selektif.
a. Faktor predisposisi Biologis Baru Lingkungan Gangguan perilaku dapat
dipahaminya respons neurobiologis disebabkan pula oleh ambang
yang maladaptif karena toleransi terhadap stress yang secara
abnormalitas perkembangan sistem bilogis berinteraksi terhadap
saraf, hal ini dibuktikan dalam stressor lingkungan.
beberapa penelitian yaitu : a) Lesi
area frontal, temporal, dan limbik
akan menyebabkan perubahan dalam METODOLOGI PENELITIAN
perilaku psikotik, juga terdapat Pada penelitian ini peneliti
pembesaran ventrikel dan menggunakan rancangan penelitian
penurunan massa kortikal deskriptif kualitatif. Penelitian
menunjukkan atrofi otak. b. Zat kualitatif merupakan suatu
kimia otak yang berkaitan dengan penelitian yang bertujuan untuk
skizofrenia seperti dopamin memahami suatu fenomena dalam
neurotransmiter berlebihan, konteks sosial secara alamiah
dopamin dan neurotransmiter dengan mengedepankan proses
lainnya tidak seimbang terutama interaksi komunikasi yang mendalam
serotonin serta dapat juga karena antara peneliti dengan fenomena
sistem reseptor dopamin yang yang diteliti (Polit & Beck, 2008).
bermasalah. c. Gen dalam keluarga Penelitian kualitatif pada penelitian
juga memiliki pengaruh yang besar ini bertujuan untuk menggali dan
terjadinya skizofrenia, kembar memahami makna yang terjadi pada
identik yang dibesarkan terpisahpun komponen supportive environtment
memiliki angka kejadian skizofrenia dalam masa pemulihan survivor.
lebih tinggi daripada saudara Pendekatan kualitatif yang
sekandung yang tidak identik. digunakan pada penelitian ini adalah
Penelitian terbaru berfokus pada fenomenologi deskriptif bahwa
gene mapping (pemetaan gen) dalam setiap pengalaman merupakan hal
keluarga menunjukkan keturunan yang penting dan bermakna, dan
pertama lebih rentan terjadi untuk memperoleh esensinya maka
skizofrenia dibandingkan populasi harus mendalami pengalaman
secara umum (Anggraeni, 2022). tersebut tanpa ada pandangan dan
Psikologis Teori psikodinamika intervensi dari luar.
terjadinya respon neurobiologis yang Pendekatan fenomenologi
maladaptif belum didukung digunakan untuk mempelajari
penelitian, faktor psikologis lebih fenomena pada manusia. Fokus
menyalahkan keluarga sebagai penelitiannya yaitu mendeskripsikan
penyebabnya hal ini menjadikan bagaimana pengalaman hidup dan
keluarga kurang percaya dengan membangun suatu makna (Streubert
tenaga kesehatan jiwa profesional. & Carpenter, 2007). Suryani, Welch,
Sosiobudaya Penumpukan stress dan Cox (2016) juga mengatakan
dapat menunjang awitan skizofrenia bahwa penelitian deskriptif
dan gangguan lain, tetapi tidak fenomenologi cocok digunakan
diyakini sebagai penyebab utama. b. dalam penelitian ini karena
Faktor pencetus. Biologis Stressor berkaitan dengan kehidupan orang-
biologis yang menyebabkan respons orang aktual yang telah mengalami
neurobiologis maaladaptif seperti pengalaman yang spesifik. Peneliti

682
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

menginterpretasikan, menganalisis, suka apa sedikit sedikit marah


dan mendeskripsikan data secara bicaranya gitu, ngomongnya kemana
mendalam, lengkap, dan ajah ngelantur,suka semaunya, suka
terstruktur. Hal ini peneliti lakukan gak mau denger pendapat orang
agar memperoleh intisari dari lain...yaa kondisinya beda sama
pengalaman hidup komponen orang normal kalo dibilang...trus
supportive environtment sehingga kalo buat berobat kadang kita harus
membentuk kesatuan makna dari hemat ya gimana lagi bu saya Cuma
pengalaman itu sendiri yang janda kalo ngarepin dari uang
dibentuk secara narasi, cerita, dan pensiunan suami kadang ga cukup
bahasa masing-masing. jadi saya sambil jual kue, anak saya
Waktu penelitian akan yang bantu titip kewarung……”
dilaksanakan pada bulan Juni 2021 Hal yang serupa juga
dan lokasi penelitian dilakukan di diungkapkan oleh K 2 yang
wilayah kerja Puskesmas Kota mengungkapkan perasaan takut saat
Pontianak dan Kabupaten Kubu anggota keluarganya yang
Raya. Peneliti menemui secara mengalami gangguan jiwa
langsung pertisipan di masing- mengalami kekambuhan, berikut
masing puskesmas tersebut.Setting pernyataanya:
tempat pemilihan partisipan yaitu K.2”....yaa kalo udah jadi
partisipan yang pernah halusinasinya denger suara-suara
merawat,/menjalin ralasi dengan suka ngomong sendiri bu suka
survivor skizofrenia yakni keluarga. marah, suka gak dengerin kalo di
Jumlah partisipan ditentukan kasih tau.....kadang suka takut kalo
melalui teknik purposive sampling lagi ngamuk,....dan keluarga sudah
yakni 6 partisipan yang terdiri dari 4 banyak bantu terutama untuk
orang keluarga yang merawat berobat, sudah banyak habisnya
survivor skizofrenia dan 2 orang hehhe….”
perawat penanggung jawab program Partisipan K.3 juga memiliki
keswa di Puskesmas. Penelitian ini respon yang hampir sama dengan
sudah lolos uji etik dengan nomor uji partisipan K.4 saat merawat anggota
etik 160/II.1AU/KET.ETIK/VI/2021. keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa, berikut
pernyataannya:
HASIL PENELITIAN K.3”....menurut saya orang yang
Pada penelitian ini diperoleh sakit kayak gini pengobatannya
beberapa tema yakni: lama kakak saya ini sudah belasan
Tema 1: Beban ekonomi dan tahun keluar masuk rumah sakit,
psikologis keluarga sebagai kada ada rasa Lelah juga dari
caregiver keluarga, biaya yang dikeluarkan
Pada tema beban ekonomi dan juga sudah banyak tapi sekarang
psikologis keluarga sebagai caregiver sudah ada BPJS agak terbantu ....”
diungkapkan oleh seluruh pasrtisipan Hal yang sama juga
keluarga selama merawat anggota diungkapkan oleh K.4 yang , berikut
keluarga yang sakit, Partisipan K1 pernyataannya :
mengungkapkan bahwa selama K.4”.....kondisi kakak saya sekarang
merawat anaknya ia terkadang alhamdulillah sudah stabil, dan
merasa kesal berikut pernyataannya: perjalanan penyakitnya lumayan
K. 1”...kalo lagi ga sadar itu lama udah puluhan tahun tapi
mengesalkan sekali, tapi bagaimana alhamdulillah keluarga saling bantu
yah kalo lagi ga stabil suka dalam bentuk materi ada, rasa
memusingkan, suka menakutkan, capek kadang ada dulu pas nganter

683
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

bolak balik ke rumah sakit trus Tema 3: Kurangnya kelengkapan


kontrol...” penunjang pelayanan keswa
Partisipan Pk 1 juga
Tema 2: Pengetahuan perawat membenarkan kurangnya
dalam melakukan deteksi dini kelengkapan penunjang pelayanan
Kesehatan jiwa masih kurang keswa, bahwa setelah peraturan
optimal Permenkes No. 75 keluar keberadaan
Tema pengetahuan perawat dokters spesialis jiwa dan obat-
dalam melakukan deteksi dini obatan yang diresepkan langsung
Kesehatan jiwa masih kurang oleh dokter spesialis jiwa sudah
optimal didukung langsung dari tidak ada lagi, berikut
pernyataan perawat pemegang pernyataannya:
program kesehatan jiwa. Pk 1 Pk.1“.....Tapi sejak ada era BPJS
mengungkapkan bahwa peran dan dengan adanya aturan
perawat seharusnya dapat PERMENKES NO.75 tentang
melakukan deteksi dini pada puskesmas semua aturan
gangguan jiwa akan tetapi perawat keterbatasan tentang pelayanan di
suka lupa dalam FASKES TK I jadi dokter jiwa
melakukanimplementasi tersebut, akhirnya sudah tidak ada kemudian
berikut pernyataannya: obat obatan apalagi resepnya yang
Pk.1 “.....Peran ibu disini sebagai bener bener dikeluarkan oleh dokter
perawat puskesmas,,, ibu harusnya spesialis jiwa sudah tidak ada lagi,
dapat melakukan deteksi dini tapi tetep pelayanan masih tetap
gangguan jiwa di dalam gedung berjalan...obat obatan jiwa tetap
Puskesmas harusnya tapi ibu suka dianggarkan melalui dana APBD jadi
lupa caranya.....” ketersedian obat obatannya tetap
Partisipan Pk 2 juga lengkap...”
membenarkan bahwa tidak Partisipan Pk 2 juga
efektifnya implementasi deteksi dini membenarkan bahwa kelengkapan
pada gangguan jiwa karena perawat penunjang pelayanan keswa yang
masih mengikuti instruksi dokter berjalan yakni pelayanan non medik
puskesmas dalam meberikan berupa penyuluhan,kunjungan
pelayanan, berikut pernyataannya: pasien jiwa ke rumah dan rujuk
Pk.4.8“......ada deteksi dini balik, untuk pelatihan kader
penyakit gangguan jiwa kita pernah jiwa,deteksi dini konseling,terapi
dikasih pelatihan di dinkes juga yaa okupasi, program posyandu jiwa
tapi kurang optimal kadang belum berjalan dengan baik
aplikasinya di lapangan,,, soalnya Pk.2”………pelayanan keswa yang
kan yang pegang langsung dokter rutin kami lakukan seperti
umum,,, sedangkan yang ikut penyuluhan, kunjungan pasien jiwa
pelatihan kemarin perawat jadi yaa kerumah untuk mendata ulang
kadang suka ngikut ajah,,, kalo udh kondisi pasien dan disini juga sudah
diperiksa dokter gitu....” melakukan palayanan rujuk balik ke
RSJ…..”

PEMBAHASAN
Tema 1: Beban ekonomi dan Tema respon keluarga sebagai
psikologis keluarga sebagai cargiver muncul karena 4 partisipan
caregiver dari kelompok keluarga yang
merupakan komponen terpenting

684
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

dalam proses pemulihan pasien Sedangkan beban keluarga dikatakan


gangguan jiwa. Menurut Lubkin & bersifat subyektif, maksudnya
Larsen (2006) caregiver adalah berupa perasaan pasien karena
individu yang memberikan menjadi beban bagi keluarga.
perawatan pada orang lain untuk Kategori respon keluarga
memenuhi kebutuhannya. Menurut terhadap anggota keluarga dengan
Sarafino (2006) caregiver dibagi gangguan jiwa menurut Susana
menjadi dua yaitu caregiver formal (2007): 1) Berduka (grief) Berduka
dan informal. Caregiver formal adalah respon wajar yang paling
adalah perawatan yang diberikan umum terjadi sehubungan dengan
oleh instansi tertentu seperti rumah adanya proses kehilangan seseorang
sakit, pusat pelayanan kesehatan, yang awalnya dikenal sebelum sakit,
psikiater maupun tenaga profesional untuk kemudian hilangnya harapan
dibidang kesehatan dengan pada pasien, hanya masalahnya,
melakukan pembayaran. Sementara seberapa dalam dan lamanya respon
caregiver informal adalah perawatan berduka ini dialami oleh keluarga,
yang diberikan tanpa melakukan seawal mungkin perawat mampu
pembayaran, dapat dilakukan mengidentifikasinya, sehingga
dirumah dan dapat dilakukan oleh keluarga maupun pasien sendiri
keluarga penderita seperti orang dapat pulih dengan segera. 2) Marah
tua, suami ataupun istri, anak, dan (anger) Respon berikutnya ketika
anggota keluarga lain. Dalam berduka dialami keluarga, maka
penelitian ini partisipan K1 akan berhadapan dengan respon
mengungkapkan responya selama kedua yaitu marah. Respon tersebut
merawat anaknya yang mengalami merupakan hal yang wajar namun
gangguan jiwa , berikut salah satu jangan sampai perilaku tersebut
ungkapan pernyataanya: membawa keluarga kedalam
K. 1”...kalo lagi ga sadar itu penderitaan yang justru semakin
mengesalkan sekali, tapi bagaimana parah lagi. 3) Merasa tidak berdaya
yah kalo lagi ga stabil suka dan takut Keluarga dengan anggota
memusingkan, suka menakutkan, keluarga yang mengalami gangguan
suka apa sedikit sedikit marah jiwa merupakan suatu beban
bicaranya gitu, ngomongnya kemana tersendiri. Keluarga berupaya untuk
ajah ngelantur,suka semaunya, suka mengobati atau menyembuhkan
gak mau denger pendapat orang pasien skizofrenia. Pada
lain...yaa kondisinya beda sama kenyataanya patologis gangguan
orang normal kalo dibilang...trus jiwa itu sendiri semakin lama
kalo buat berobat kadang kita harus diderita justru semakin sulit
hemat ya gimana lagi bu saya Cuma kesembuhannya, inilah yang
janda kalo ngarepin dari uang menyebabkan keluarga merasa tidak
pensiunan suami kadang ga cukup berdaya dan takut. Perasaan
jadi saya sambil jual kue, anak saya keluarga demikian, di negara kita
yang bantu titip kewarung……” juga didukung oleh rata-rata
Ketika gangguan jiwa keadaan ekonomi yang pas-pasan
dipandangan sebagai suatu beban bahkan kekurangan, sehingga sangat
sendiri bagi keluarga, maka hal itu wajar, apabila tidak sedikit mereka
dapat dibedakan menjadi bersifat yang terganggu jiwanya menjadi
obyektif dan subyektif. Dikatakan gelandangan atau keluyuran dimana-
obyektif, maksudnya berupa tingkah mana atau tersangkut oleh razia
laku pasien, peran pasien, bantuan dinas sosial.
untuk memenuhi kebutuhan pasien, Harmoko (2012) menyebutkan
masalah keuangan dan lain-lain. bahwa kelurga merupakan

685
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

perkumpulan dari dua atau lebih dari orang tuanya, namun mental
individu yang telah diikat oleh tali dan kesiapan diri anak yang lemah
perkawinan, hubungan darah serta tidak dapat menerimannya, hingga
adopsi, dan tiap individu dalam dapat terbentuknya Skizofrenia
keluarga selalu berinteraksi satu pada anak (Arif, 2006).
sama lain. Keluarga sebagai unit Penderita Skizofrenia sangat
yang memberikan perawatan serta membutuhkan dukungan keluarga
pemeliharaan kesehatan terhadap sebagai Caregiver. Caregiver adalah
anggota keluarga lain yang sakit individu yang secara umum merawat
memiliki tugas dan fungsi dalam dan mendukung individu lain
bidang kesehatan antara lain : (penderita) dalam kehidupannya
Mengenal masalah kesehatan pada (Putri, 2021). Pentingnya dukungan
keluarga, memutuskan tindakan keluarga bagi kesembuhan
kesehatan yang tepat pada keluarga, Skizofrenia sebagai Caregiver :
melakukan perawatan pada anggota Caregiver Skizofrenia sebanyak
keluarga yang mengalami gangguan 68,6% adalah orang tua, 17,4%
kesehatan, melakukan modifikasi saudara, 7,4% pasangan, 4,1% anak,
lingkungan keluarga untuk menjamin dan 2,5% saudara biologis lainya.
kesehatan dan kesejahteraan Dari penelitian tersebut bisa
keluarga, memanfaatkan fasilitas dikatakan keluarga salah satu faktor
pelayanan kesehatan di sekitarnya yang bisa menyembuhkan penderita
bagii keluarga (Suprajitno,2012). Skizofrenia. Kasih sayang yang
Keluarga memiliki peranan diberikan keluarga sangat berperan
penting dalam penyembuhan serta penting untuk kesembuhannya
proses penyesuaian kembali (Putri, 2021).
penderita gangguan jiwa. Oleh
karena itu, keterlibatan keluarga Tema 2: Pengetahuan perawat
dalam pemberian perawatan dapat dalam melakukan deteksi dini
memudahkan proses pemulihan Kesehatan jiwa masih kurang
penderita gangguan jiwa (Nasir & optimal
Muhith, 2011). Keluarga adalah Tema kurangnya pengetahuan
suatu sistem yang berisi sejumlah perawat tentang program kesehatan
relasi yang berfungsi secara unik. jiwa diungkapkan sendiri oleh
Keluarga mempunyai peran penting partisipan Pk 1 dan Pk 2 selaku
dalam pembentukan pribadi perawat pemegang program
Skizofrenia, seperti definisi tentang kesehatan jiwa. Tema kurangnya
keluarga tersebut menegaskan pengetahuan perawat pemegang
bahwa keluarga adalah suatu relasi, program kesehatan jiwa tentang
jadi antar individu saling terhubung, deteksi dini didukung oleh
dapat dipahami jika sesuatu penelitian Aperaningsih (2013) hasil
kejadian menimpa pada salah satu penelitian diketahui proporsi
anggota keluarga, dampaknya akan responden berpengetahuan tidak
mengenai anggota keluarga yang baik yang kegiatan Perkesmasnya
lain. Ketidakharmonisan dalam tidak berjalan (88,5%) berbeda jauh
keluarga diduga dapat merangsang dengan proporsi responden yang
pembentukan pribadi Skizofrenia, pengetahuannya baik dan kegiatan
keluarga yang seharusnya menjadi Perkesmasnya tidak berjalan yaitu
rumah yang dituju malah menjadi 55,6% (berbeda 33 poin). Dalam
tempat munculnya masalah dan penelitian ini partisipan Pk 1
tekanan, kebanyakan kasus yang mengakui bahwa kurangnya
terjadi korbannya adalah anak, anak pengetahuan perawat dalam
harus menerima tekanan yang berat melakukan deteksi dini pada pasien,

686
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

berikut salah satu ungkapan meningkatkan pengetahuannya


pernyataanya : dengan cara menyiapkan buku
Pk.1 “.....Peran ibu disini sebagai pedoman Perkesmas, pelatihan–
perawat puskesmas,,, ibu harusnya pelatihan masalah Perkesmas,
dapat melakukan deteksi dini kegiatan seminar serta studi banding
gangguan jiwa di dalam gedung ke tempat Puskesmas yang sudah
Puskesmas harusnya tapi ibu suka melaksanakan Perkesmas dengan
lupa caranya.....” kategori baik.
Menurut Mangkunegara (2010)
setiap karyawan atau petugas yang Tema 3: Kurangnya Kelengkapan
memiliki IQ diatas rata-rata dengan Penunjang Pelayanan Keswa
pendidikan yang memadai untuk Tema ini diperoleh dari
jabatannya dan terampil dalam ungkapan 2 partisipan dari kelompok
mengerjakan pekerjaan maka akan perawat pemegang program keswa
lebih mudah mencapai kinerja yang yang menyatakan bahwa program
maksimal. Intelegensia telah sering kesehatan jiwa yang sudah ada
di definisikan sebagai kemampuan belum berjalandengan baik, hal ini
untuk belajar dan menggunakan apa dibuktikan dengan kelengkapan
yang telah dipelajari dalam usaha penunjang pelayanan keswa yang
penyesuaian diri terhadap situasi- berjalan di Puskesmas yakni
situasi yang kurang dikenal, atau pelayanan non medik berupa
dalam pemecahan masalah, dimana penyuluhan,kunjungan pasien jiwa
fungsi intelegensi sering kali ke rumah dan rujuk balik, untuk
tercermin pada kemampuan pelatihan kader jiwa,deteksi dini
pengetahuan (knowledge) konseling,terapi okupasi, program
seseorang. posyandu jiwa belum berjalan
Pengetahuan (knowledge) dengan baik .
adalah hasil pengindraan manusia, Dalam mengelola
atau hasil tahu seseorang terhadap permasalahan kesehatan jiwa di
objek melalui indra yang di milikinya masyarakat, Negara memberikan
(mata, hidung, dan sebagainya) tanggung jawab kepada Kementerian
(Notoatmodjo, 2005). Lebih lajut di Kesehatan dan Kementerian Sosial.
jelaskan oleh (Notoatmodjo 2005) Untuk itu dibentuklah direktorat
bahwa dengan sendirinya, pada khusus yang fokus menangani isu
waktu pengindraan sampai dengan kesehatan jiwa, yang pada
menghasilkan pengetahuan tersebut Kementerian Kesehatan di sebut
sangat di pengaruhi oleh intensitas Direktorat Bina Kesehatan Jiwa,
perhatian dan persepsi terhadap sedangkan di Kementerian Sosial
objek. Sebagian besar pengetahuan dinamakan Direktorat Jendral
seseorang di peroleh melalui indra Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
pendengaran (telinga) dan indra yang salah satu tugasnya adalah
penglihatan (mata). Masih rehabilitasi penyandang masalah
banyaknya perawat yang kesehatan jiwa. Namun demikian,
berpengetahuan rendah dari hasil upaya pemerintah dalam upaya
observasi peneliti hal ini di sebabkan penanganan kesehatan jiwa hingga
karena kurangnya pelatihan yang saat ini belum optimal, hal ini
diikuti oleh perawat dan kurangnya terlihat dari belum tercerminnya
supervisi yang dilaksanakan oleh struktur di Kementerian Kesehatan
kepala Puskesmas dan Dinas dan Sosial tersebut di daerah-
Kesehatan Kabupaten/Kota daerah. Minimnya perhatian dari
terhadap program Perkesmas. Untuk beberapa daerah terhadap
memotivasi perawat di Puskesmas kesehatan jiwa ditambah belum

687
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

adanya payung hukum dalam bentuk berorientasi pada kesehatan fisik,


undang-undang yang khusus untuk masih kurang memberikan porsi pada
penanganan kesehatan jiwa kesehatan psikis, kesehatan jiwa.
membuat pelayanan kesehatan jiwa Kurangnya perhatian dari
terabaikan (Simposium Kesehatan pemerintah terhadap kesehatan jiwa
Jiwa, 2012). berdampak pada kurangnya
Dalam penelitian ini partisipan kebijakan-kebijakan di pemerintah
Pk 1 dan Pk 2 mengakui bahwa yang pro kesehatan jiwa. Minimnya
pelayanan kesehatan jiwa yang perhatian secara otomatis
sudah ada di masyarakat masih berdampak pada pendanaan yang
bersifat pasif, berikut salah satu minim, dan kurangnya tindakan
ungkapan pernyataanya nyata di tingkat akar rumput yang
Pk.1“.....Tapi sejak ada era BPJS memperhatikan kesehatan jiwa
dan dengan adanya aturan masyarakat. Sehingga yang terjadi
PERMENKES NO.75 tentang dilapangan adalah semakin tumbuh
puskesmas semua aturan suburnya gangguan-gangguan jiwa
keterbatasan tentang pelayanan di yang berujung pada disabilitas
FASKES TK I jadi dokter jiwa masyarakat. Irmansyah (2009) secara
akhirnya sudah tidak ada kemudian detail telah menuliskan dampak
obat obatan apalagi resepnya yang minimnya perhatian pada kesehatan
bener bener dikeluarkan oleh dokter jiwa di masyarakat, yaitu: (1) Sarana
spesialis jiwa sudah tidak ada lagi, dan prasarana (untuk penanganan
tapi tetep pelayanan masih tetap kesehatan jiwa) yang jauh dari
berjalan...obat obatan jiwa tetap mencukupi. (2) Jumlah tenaga
dianggarkan melalui dana APBD jadi profesional dan fasilitas yang sangat
ketersedian obat obatannya tetap sedikit. (3) Tidak efisiennya sistim
lengkap...” yang ada sekarang, karena berpusat
Pk.2”………pelayanan keswa yang di rumah sakit jiwa (RSJ). (4) Tidak
rutin kami lakukan seperti adanya sistim kesehatan mental
penyuluhan, kunjungan pasien jiwa yang berbasis masyarakat. (5)
kerumah untuk mendata ulang Kesehatan mental tidak menjadi
kondisi pasien dan disini juga sudah program prioritas di puskesmas. (6)
melakukan palayanan rujuk balik ke Anggaran Kementerian Kesehatan
RSJ…..” untuk kesehatan jiwa selalu dibawah
Indonesia pernah memiliki 1% dan umumnya penggunaannya
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1966 tidak tepat sasaran. Di Kementerian
tentang Kesehatan Jiwa, namun UU Kesehatan, organisasi yang
tersebut telah dinyatakan tidak menangani kesehatan mental hanya
berlaku lagi dengan hadirnya UU setingkat direktorat, berada di
Nomor 23 Tahun 1992. Seiring bawah dirjen layanan medis.
berjalannya waktu UU Nomor 23 Belum terpenuhinya hak-hak
Tahun 1992 juga dicabut dengan penderita, padahal Hak-hak mereka
adanya UU Nomor 36 Tahun 2009 dijamin dalam Deklarasi Universal
tentang Kesehatan. Pengaturan Hak Azazi Manusia yang juga telah
mengenai Kesehatan Jiwa hanya diadopsi dalam UUD 45 pasal 25H (1)
diatur dengan 7 pasal pada UU yaitu, “setiap manusia mempunyai
Nomor 36 Tahun 2009 Bab IX. Yang hak atas standar kehidupan yang
menjadi sorotan adalah tidak cukup, bagi kesehatan diri sendiri
idealnya proporsi perhatian yang dan keluarganya, yang mencakup
yang diberikan antara kesehatan tempat tinggal, pakaian dan
fisik dengan kesehatan psikis. pelayanan kesehatan, serta
Pengaturan yang ada masih sangat pelayanan sosial yang penting”.

688
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

Akses penderita terhadap layanan


kesehatan sangat sulit, mengingat Acknowledgment
hampir semua RSJ terletak di Dalam kesempatan ini peneliti
ibukota propinsi. Bahkan masih ada mengucapkan puji syukur yang tak
provinsi yang belum mempunyai RSJ. terhingga kepada Allah SWT, karena
Obat untuk penderita tidak tersedia atas hidayah dan izin-Nya peneliti
di layanan primer, bila ada dengan dapat menyelesaikan penelitian
jumlah yang sangat sedikit dan tepat pada waktunya. Peneliti Saya
sangat ketinggalan jaman. Kualitas juga mengucapkan terima kasih yang
dan kuantitas layanan di rumah sakit sebesar-besarnya kepada : Tim
jiwa sangat tidak mencukupi. Peneliti Utama, STIkes Yarsi
Obat dengan kwalitas yang Pontianak, Puskesmas Sui Durian dan
buruk. Jenis layanan lain yang Puskesmas Perum II yang telah
direkomendasikan WHO umumnya bersedia menjadi lokasi penelitian,
tidak tersedia. Electro Convulsive dan Dana Hibah RISTEK-BIRN Tahun
Therapy masih menggunakan cara- 2021 yang telah diberikan.
cara kuno yang tidak manusiawi.
Isolasi pasien masih menggunakan
caracara ikatan di tempat tidur yang DAFTAR PUSTAKA
tradisional. Jumlah pegawai yang
kurang membuat banyak RSJ A.A. Anwar Prabu Mangkunegara.
mengunci penderita diruangnya (2010).ManajemenSumberDaya
sebelum jam 5 sore, mengabaikan Manusia Perusahaan. Bandung:
hak-hak pasien untuk menikmati PT Remaja Rosdakarya
kehidupan yang normal. Tidak ada Amperaningsih, Y., & Agustanti, D.
program jangkauan layanan ke (2013). Kinerja perawat dalam
masyarakat membuat banyak pasien pelaksanaanperkesmas.Jurnal
yang kambuh hanya beberapa saat Kesehatan, 4(1), 5-9.
setelah kepulangan dari RSJ. Anggreini, D., Zainuri, I., &
Program edukasi dan promosi yang Khotidjah,S.(2022). StudiKasus
tidak pernah ada. Apalagi program GangguanPersepsiSensoriHalus
pencegahan, sama sekali tidak inasi Pendengaran Pada Klien
pernah terdengar. Skizofrenia Hebefrenik Di RSJ
Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang (Doctoral dissertation,
KESIMPULAN Perpustakaan Universitas Bina
Berdasarkan hasil penelitian Sehat).
dan pembahasan mengenai the lived Arif,I.S.(2006).SkizofreniaMemaham
experience by supportive iDinamikaKeluargaPasien. Ban
environment in every stage of dung:RefikaAditama.
recovery survivorschizoprenia in Castelein,S.,Bruggeman,R.,Davidson
west kalimantan, maka dapat , L., & Gaag, M. V. D. (2015).
diambil kesimpulan bahwa terdapat Creatingasupportiveenvironme
3 tema yang muncul, yaitu: ) beban nt: Peer support groups for
ekonomi dan psikologis keluarga psychoticdisorders.Schizophre
sebagai caregiver, 2) kurangnya nia bulletin, 41(6), 1211-1213.
pengetahuan perawat dalam Freeman, M. (2016). Modes of
melakukan deteksi dini kesehatan thinking for qualitative data
jiwa dan 3) kurangnya kelengkapan analysis. Routledge.
penunjang pelayanan keswa di Giorgi, A. (2011). IPA And Science: A
puskesmas. Response To Jonathan Smith.

689
Tahun [MAHESA: MALAHAYATI HEALTH STUDENT JOURNAL, P-ISSN: 2746-198X
2024 E-ISSN: 2746-3486 VOLUME 4 NOMOR 2 TAHUN 2024] HAL 678-690

Journal Of Phenomenological Telehealth Berbasis Edukasi


Pshycology. danKonsultasiKepadaCaregiver
Harmoko.(2012).AsuhanKeperawata PasienSkizofrenia. JIMKI:Jurna
n Keluarga. Penerbit: pustaka l Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Pelajar. Yogyakarta Indonesia, 8(3), 111-119.
Irmansyah,I.,Prasetyo,Y.A., & Minas, Sarafino, E. P., & Smith, T. W.
H. (2009). Human rights of (2006).Healthpsychology,biops
personswithmentalillnessinInd ychosocial interactions. John
onesia:morethanlegislationisn willey & sons. Inc, New York.
eeded.Internationaljournalom Setiadi, G., & Jiwo, M. T. (2014).
entalhealthsystems,3(1),1-10. Pemulihan Gangguan Jiwa:
Khoirudin,A.(2021). MenemukanMak Pedoman Bagi Penderita,
naHidup.CVJejak(JejakPublish Keluarga Dan Relawan Jiwa.
er). Pusat Pemulihan Dan Pelatihan
Kurniawan,A.,Khotidjah,S., & Akbar, Gangguan Jiwa.
A.(2022). StudiKasusGangguan Simposium Kesehatan Jiwa, (2012)
PersepsiSensori:HalusinasiPen Siti, K., & Amar, A. (2022). Studi
gdengaranPadaKlienSkizofreni Kasus Gangguan Persepsi
aHebefrenikMenggunakanTera Sensori:HalusinasiPengdengar
pi Okupasi Di Rsj Dr. Radjiman an Pada Klien Skizofrenia
WediodiningratLawang (Docto HebefrenikMenggunakanTerap
ral dissertation, Perpustakaan iOkupasiDiRsjDr.RadjimanWed
Universitas Bina Sehat). iodiningratLawang (Doctoraldi
Lubkin, I. M., & Larsen, P. D. (Eds.). ssertation,PerpustakaanUniver
(2006). Chronic illness: Impact sitasBinaSehatPPNIMojokerto).
and interventions. Jones & Slade, M. (2015). 100 ways to
Bartlett Learning. support recovery. A guide for
MacNeil, C., & Mead, S. (2005). Peer mental health profes sionals.
support: A systemic approach. Rethinkrecoveryseries: volume
Dostopnona:www.mentalhealt 1, London: Rethink. 2012.
hpeers.com/pdfs/PeerSupport Speziale, H. S., Streubert, H. J., &
SystemicApproach.pdf14,8,20 Carpenter,D.R.(2011).Qualitat
11. iveresearchinnursing:Advancin
Nasir abdul & Muhith abdul (2011) g the humanistic imperative.
Dasar–dasar keperawatan jiwa. Lippincott Williams & Wilkins.
Jakarta, Salemba Medika, 2011 Suprajitno.(2012).AsuhanKeperawat
Notoatmodjo,Soekidjo.(2005).Prom an Keluarga. Jakarta: Penerbit
osiKesehatan:TeoridanAplikasi Buku Kedokteran EGC.
. Jakarta :PT. Rineka Cipta. Suryani.(2018).RecoverypadaSkizofr
Polit&Beck,(2008). Nursing Research enia. Bandung: Unpad Press
:GeneratingAndAsesingEvidenc Susana, S. A. dkk. (2007). Terapi
e For Nursing Practice. Eight Modalitas, Dalam Keperawatan
Edition. Lippincott Williams & Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Wilkins. PT. Mitra Cendekia
Pongdatu, M., Suzanna, S., Yati, M., Undang-undang Nomor 3 Tahun 1966
Armayani, A., Antari, I., Novia, tentang Kesehatan Jiwa
K., ... & Fauziah, S. (2023). UU Nomor 23 Tahun 1992
Asuhan Keperawatan Jiwa. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Putri, N. M. W. J. W., Parastan, R. Kesehatan
H., Dyatmika, I. K. W. P., &
Lesmana, C. B. J. (2021).
Coaching Caregiver: Aplikasi

690

You might also like