Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

A STUDY OF THE IMPLEMENTATION OF THE ELECTRONIC TRAFFIC LAW

ENFORCEMENT PROGRAM IN IMPROVING PUBLIC SERVICES WITHIN THE


CENTRAL KALIMANTAN REGIONAL POLICE FORCE

Tomy Aditya Wiguna* ; Farid Zaky Yopiannor

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya

tomyaditya8@gmail.com ; f.zakyopiannor@umpr.ac.id

ABSTRACT

Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) was inaugurated nationally on March 23, 2021 by the National
Police Chief General Listyo Sigit Prabowo which is expected to be present as a transformation of information
technology in an effort to create traffic security and safety on the road. There are several things that are
questioned in the current ETLE implementation including: “disintegration of recording data and policy
accuracy”. Therefore, the implementation of ETLE in the city of Palangka Raya itself is still questionable
whether the policy is made and present as part of efforts to improve service to the community and present as
a solution to minimize the number of traffic violations in the face of the intensity of traffic violations, especially
in the city of Palangka Raya. As for this research, it uses Richard E. Matland is theory to measureand find out
how far the policy implementation and this research the author also uses the filed-research model and
descriptive-qualitative method with data collection techniques used in the form of in-dept interviews and field
observations.

Keywords: Electronic Traffic Law Enforcement, Traffic Violations, Improving Public Service.

=====================================================================================

ABSTRAK

Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) telah diresmikan secara nasional pada 23 Maret 2021 oleh Kapolri
Jendral Listyo Sigit Prabowo yang diharapkan hadir sebagai transformasi teknologi informasi dalam upaya
menciptakan keamanan dan keselamatan berlalu lintas di jalan raya. Adapun terdapat beberapa hal yang
dipertanyakan dalam implementasi ETLE saat ini mencakup: “disintegrasi data perekaman dan ketepatan
kebijakan”. Maka dari pada itu penerapan ETLE di kota Palangka Raya sendiri masih dipertanyakan apakah
kebijakan tersebut dibuat dan hadir sebagai bagian dari upaya meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat
dan hadir sebagai sebagai solusi untuk meminimalisir jumlah pelanggaran lalu lintas dalam menghadapi
intensitas pelanggaran lalu lintas khususnya di kota Palangka Raya. Adapun dalam penelitian ini menggunakan
teori Richard E. Matland untuk mengukur dan mengetahui seberapa jauh ketepatan kebijakan menggunakan
model ambiguitas-konflik implementasi kebijakan dan pada penelitian ini juga penulis menggunakan model
filed-research dan metode deskriptif-kualitatif dengan teknik penggumpulan data yang digunakan berbentuk
wawancara mendalam dan observasi lapangan.

Kata kunci : Electronic Traffic Law Enforcement, Pelanggaran Lalu Lintas, Meningkatkan Pelayanan Publik.

PENDAHULUAN Selama ini, tindak pidana lalu lintas di


Berdasarkan data yang di kutip dari Badan Indonesia masih tinggi. Sebagai gambaran hasil
Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2019 hingga 2021, data yang diperoleh oleh Korlantas pada tahun
Indonesia mengalami peningkatan kasus 2022, jumlah pelanggaran dalam operasi patuh
kecelakaan lalu lintas dan menyentuh angka yang berlangsung pada tanggal 13 Juni 2022 s.d.
103.645 kasus seiring dengan terjadinya 26 Juni 2022, pada hari kesembilan jumlah
peningkatan jumlah kendaraan umum di Indonesia. pelanggaran yang tercatat sebanyak 68.000
pelanggaran dan yang mendapat teguran sebanyak Demikian pula berdasarkan data terbaru yang
62.956 pelanggar. penulis temukan pada laman website Pengadilan
Pelanggaran tersebut terjadi justru pada jam- Negeri Palangka Raya melalui Sistem Informasi
jam sibuk dimana aktifitas masyarakat di jalan raya Penelusuran Perkara terkait perihal Perkara dan
meningkat, salah satunya daerah dengan aktifitas Terdakwa Perkara Pidana (termasuk pelanggaran
lalu lintas yang cukup padat adalah kota Palangka lalu lintas) terhitung sejak 10 maret 2023 hingga 5
Raya. desember 2023 dengan pembaharuan data yang
Maka berdasarkan studi kasus tersebut, dilakukan pada 5 Desember 2023 mencatat
membuat lembaga Kepolisian Negara Republik terdapat sekitar 2640 perkara dengan 644 perkara
Indonesia (POLRI) berupaya meningkatkan atau sekitar 24,4% ditindak menggunakan dengan
pelayanan publik dengan memanfaatkan IPTEK sistem ETLE, ini menyatakan bahwa masih ada
(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) melalui inovasi sekitar 1996 perkara atau 75,6% yang proses
Electronic Trafffic Law Enforcement (ETLE) yang penindakannya masih menggunakan tilang
merupakan sistem penegakan hukum lalu lintas manual.
yang menggunakan teknologi elektronik untuk Masih tingginya penindakan pelanggaran lalu
menanggani pelanggaran lalu lintas. lintas secara manual dapat membuka ruang
Merujuk pandangan Rogers (Nugroho: 2022) terjadinya praktik pungli yang dilakukan oleh
inovasi kebijakan merupakan proses yang oknum anggota kepolisian, sehingga tujuan dari
berkelanjutan dan mendorong seseorang untuk penerapan sistem ETLE untuk lebih
melakukan perubahan. mengefektifkan serta mengefisiensi waktu dan
Pada dasarnya, ETLE meminimalkan tatap meminimalisir perilaku koruptif menjadi tidak
muka antara pelanggar dengan petugas kepolisian, tercapai.
yang digantikan dengan sistem pencatatan online Maka, berdasarkan uraian yang penulis
yang terekam melalui kamera CCTV. jabarkan pada pendahuluan tersebut, penulis
Dalam hal ini Kepolisian Daerah (POLDA) tertarik melakukan penelitian terkait sistem ETLE
Kalimantan Tengah juga merespon ETLE Nasional untuk melihat sejauh mana kebijakan ETLE dapat
yang sudah berjalan sejak 23 Maret 2021 dengan diterapkan khususnya terkait pada aspek
mulai menerapkan di Kota Palangka Raya pada komunikasi, sumberdaya, dan struktur biroksasi
tanggal 25 Maret 2022. Kebijakan ini di terapkan pada praktik penerapan ETLE.
dengan harapan dapat meminimalisir catatan Selain dari pada itu, penulis juga tertarik
pelanggaran lalu lintas. melakukan penelitian diwilayah hukum POLDA
Namun pada kenyataannya praktik penerapan Kalteng (studi kasus kota Palangka Raya) salah
ETLE ini dapat dikatakan masih jauh dari apa yang satunya adalah karena POLDA Kalteng sendiri
di cita-citakan atau dengan kata lain masih belum merupakan satu-satunya basis utama dan juga satu-
sesuai dengan apa yang diharapkan. Dikatakan satunya barometer penegakkan hukum lalu lintas
demikian karena indikasi data penanganan perkara Kepolisian Negara Republik Indonesia di wilayah
tilang untuk kota Palangka Raya pada tahun 2021 Kalimantan Tengah.
berdasarkan data yang di publikasi oleh Palangka Penulis juga berasumsi bahwa praktik
Raya Satu Data (PASADA) terkait perihal Jumlah penerapan sistem ETLE sebagaimana yang telah
Perkara dan Terdakwa Perkara Pidana (termasuk diterapkan di kota Palangka Raya sendiri masih
pelanggaran lalu lintas) yang dikeluarkan oleh belum dijalankan sebagaimana seperti yang
Pengadilan Negeri Palangka Raya mencatat ada diharapkan. Maka dengan ini, penulis pribadi
sekitar 1372 perkara yang masuk dan perkara yang merasa diperlukannya kajian khusus secara ilmiah
diselesaikan berjumlah 1060 perkara atau sekitar melalui penelitian terhadap praktik penerapan
77,2% menggunakan ETLE terhitung sejak Januari sistem ETLE di wilayah hukum POLDA Kalteng
hingga Desember 2021. Ini menyatakan bahwa yang bertujuan untuk menemukan keteraturan
masih ada sekitar 132 perkara atau 32,8% perkara sistem dalam implementasi kebijakan yang
yang belum atau tidak terselesaikan. dilakukan oleh implementor/para pelaku kebijakan
serta argumentasi maupun opini yang berkembang ETLE masih belum sejalan dengan apa yang
di masyarakat terhadap dampak kebijakan sistem diharapkan, dan ada banyak perkaraan yang
ETLE, sebagai bahan masukan untuk belum terselesaikan.
mengoptimalkan praktik penerapan sistem ETLE 3. Experimental Implementation: High Policy
dalam rangka mencegah terjadinya penyimpangan Ambiguity and Low Policy Conflict: Dalam
pada pelayanan pelanggaran lalu lintas dan aspek ini, penerapan kebijakan melibatkan
membangun peradaban dengan tertib berlalu lintas. tingkat kejelasan yang tinggi dan konflik yang
rendah. Dalam konteks penelitian yang
LANDASAN TEORI dilakukan, penulis menggunakan pendekatan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kualitatif-deskriptif untuk mengumpulkan data
teori implementasi kebijakan yang digagas oleh dan informasi dengan melakukan survei,
Richard E. Matland yang mana bertujuan untuk eksperimen, dan observasi.
memahami faktor-faktor yang memengaruhi 4. Symbolic Implementation: High Policy
implementasi kebijakan pemerintah. Teori ini Ambiguity and High Policy Conflict: Aspek
membantu dalam menganalisis mengapa dan simbolik dalam implementasi kebijakan
bagaimana kebijakan dapat berhasil atau gagal melibatkan penerapan kebijakan dengan tingkat
diimplementasikan. kejelasan yang tinggi dan konflik yang tinggi.
Matland mengidentifikasi berbagai faktor, POLDA Kalteng dipilih karena merupakan
termasuk faktor-faktor dari pihak pelaksana satu-satunya basis utama dan juga satu-satunya
kebijakan, organisasi, dan lingkungan eksternal barometer penegakan hukum lalu lintas
yang dapat memengaruhi implementasi kebijakan. Kepolisian di wilayah Kalimantan Tengah
Dengan demikian, teori ini memberikan wawasan khususnya kota Palangka Raya.
yang penting bagi para pembuat kebijakan untuk
meningkatkan pelaksanaan kebijakan secara Teori Matland juga menggunakan empat
efektif. pendekatan yang telah penulis sesuaikan dengan
Teori Richard E. Matland juga dapat di adopsi penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
dengan menggunakan model ambiguitas-konflik 1. Ketepatan Kebijakan, merupakan sejauh mana
implementasi kebijakan, antara lain sebagai kebijakan ETLE sesuai dengan kebutuhan dan
berikut: tujuan peningkatan pelayanan publik di wilayah
1. Administrative Implementation: Low Policy POLDA Kalteng. Penulis mengevaluasi sejauh
Ambiguity and Low Policy Conflict: Dalam mana kebijakan ETLE dapat mengatasi
konteks implementasi kebijakan, aspek permasalahan lalu lintas dan meningkatkan
administratif melibatkan penerapan kebijakan keselamatan jalan.
dengan tingkat ambiguitas dan konflik yang 2. Ketepatan Pelaksanaan, menitikberatkan pada
rendah. Hal ini dapat diperhatikan dalam sejauh mana pelaksanaan program ETLE sesuai
penerapan sistem ETLE di Kepolisian Daerah dengan rencana dan tujuan yang telah
Kalimantan Tengah, di mana beberapa kendala ditetapkan. Hal ini meliputi efisiensi
meliputi keterbatasan ketersediaan dan operasional, kepatuhan terhadap prosedur, dan
kapasitas kamera ETLE, disintegrasi data kualitas pelayanan yang diberikan kepada
perekaman, dan inkoneksitas data. masyarakat.
2. Political Implementation: Low Policy 3. Ketepatan Target, menganalisis sejauh mana
Ambiguity and High Policy Conflict: Aspek program ETLE mencapai target-target yang
politik dalam implementasi kebijakan telah ditetapkan, seperti pengurangan angka
melibatkan penerapan kebijakan dengan tingkat kecelakaan lalu lintas, peningkatan kepatuhan
ambiguitas yang rendah, namun memiliki terhadap aturan lalu lintas, dan peningkatan
konflik yang tinggi. Dalam penelitian yang kesadaran masyarakat akan pentingnya tertib
dilakukan di Kota Palangka Raya, penulis berlalu lintas, dan
menemukan bahwa praktik penerapan sistem
4. Ketepatan Lingkungan, memperhatikan sejauh dengan waktu pelaksanaan penelitian terhitung
mana lingkungan sekitar wilayah implementasi mulai sejak pra-penelitian sampai sejak tanggal
program ETLE mendukung keberhasilan dikeluarkannya ijin penelitian dengan estimasi 20
program, termasuk faktor-faktor fisik, sosial, november – 20 oktober 2023 yang diantaranya
dan budaya yang dapat memengaruhi meliputi penyajian hasil observasi lapangan, akses
implementasi dan penerimaan masyarakat informasi data dan proses bimbingan.
terhadap program ETLE. Lokasi pada penelitian ini meliputi wilayah
hukum dari Kepolisian Daerah (POLDA)
Selain daripada model dan juga pendekatan Kalimantan Tengah sebagai objek lokasi utama
dalam penelitian ini, penulis juga penelitian yang beralamat di Jl. Tjilik Riwut Km.1,
mempertimbangkan dengan menggunakan “aspek Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan
dukungan” dalam implementasi ELTE melalui Tengah 74874
dukungan:
1. Dukungan Politik, meliputi dukungan dari HASIL DAN PEMBAHASAN
pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah, Pada bagian ini penulis menerangkan hasil
lembaga legislatif, dan pemangku kepentingan penelitian serta pembahasan permasalahan
lain yang memiliki peran dalam keberhasilan berdasarkan hasil penelitian yang dimana
selanjutnya akan diuraikan sebagaimana berikut:
implementasi program ETLE.
2. Dukungan Strategis, termasuk dalam hal ini Urgensi Sistem ETLE Sebagai Upaya
adalah dukungan dari institusi kepolisian, Meningkatkan Pelayanan Publik
perangkat daerah terkait, dan pihak pihak yang Urgensi dari pada ETLE ini sendiri dapat
terlibat langsung dalam pelaksanaan program dikatakan sebagai alat bantu pihak kepolisian
ETLE. khususnya POLDA Kalteng dalam menunjang
3. Dukungan Teknis, meliputi dukungan dalam akuntabilitas wewenang yang dimiliki dalam
hal teknis, seperti sumber daya manusia yang menanggani masalah pelanggaran tertib berlalu
terampil, infrastruktur teknologi, dan perangkat lintas.
pendukung lainnya yang diperlukan dalam Setiap pelanggaran akan dicatat secara ketat
implementasi program ETLE. oleh sistem aplikasi mulai dari input hingga output.
Dengan demikian, tidak akan ada data yang
METODE PENELITIAN terlewat dalam penanganan pelanggaran. Jika
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan terdapat ketidaksesuaian terkait data, hal tersebut
model penelitian Field Research (berdasarkan apa dapat dilacak dengan lebih mudah.
yang disampaikan oleh Yusuf pada 2016, model Melalui sistem ETLE, masyarakat dapat
Field Research merupakan penelitian yang dimana mengakses informasi mengenai tindakan yang
peneliti mengamati dan berpartisipasi lansung termasuk dalam kategori pelanggaran lalu lintas
dalam penelitian skala kecil untuk melakukan beserta hukuman yang diterapkan akibat
survei, eksperimen dan observasi dalam upaya pelanggaran tersebut. Hal ini diharapkan dapat
pengumpulan informasi utama) dengan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan
menggunakan metode Kualitatif-Deskriptif, dalam mengurangi terjadinya pelanggaran serupa di masa
hal ini yaitu mengemukakan data dan informasi depan.
tersebut kemudian dianalisis dengan memakai Sistem ETLE diciptakan untuk memudahkan
beberapa kesimpulan sebagai temuan dari hasil pihak kepolisian dan pelanggar, serta mencegah
penelitian. praktik pungutan liar atau pungli yang dilakukan
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh oknum anggota satlantas. Selain itu,
penulis dalam penelitian yakni berupa kegiatan penerapan sistem ETLE juga bertujuan
wawancara mendalam dan observasi lapangan. memberikan kepastian hukum kepada pelanggar,
Adapun diantaranya informan yang didapatkan
dalam penelitian ini berasal dari POLDA Kalteng
sekaligus menunjukkan transparansi dan 3. Responsif (Responsive), dengan sistem yang
profesionalitas petugas dalam penegakan hukum. terkoneksi dengan baik, responsivitas pihak
Penulis berpendapat, penggunaan sistem ETLE berwenang dalam menangani pelanggaran
untuk mekanisme tilang dianggap sangat tersebut akan meningkat. Hal ini membuat
menguntungkan dalam hal pemanfaatan teknologi petugas lebih cepat tanggap dan responsif
yang ada. Hal ini dapat menjadi sarana untuk terhadap aduan masyarakat terhadap lalu lintas.
mendorong para pengguna jalan agar selalu patuh 4. Keadilan (Equity), dalam sistem layanan ETLE,
terhadap peraturan lalu lintas. setiap pelanggar yang melakukan pelanggaran
Terdapat beberapa hal yang ingin dicapai yang sama akan dikenai hukuman dan denda
melalui pemanfaatan ini, yaitu keadilan, kepastian yang sama tanpa pandang bulu. Hal ini telah
hukum, dan manfaat yang diharapkan ke depannya. diatur dalam sistem yang ditetapkan oleh pihak
Mengingat situasi lalu lintas belakangan ini di yang berwenang. Tidak ada ruang untuk
kota-kota besar terutama di kota Palangka Raya, bernegoisasi antara pelanggar yang ditilang dan
adanya kurangnya kesadaran dari para pengguna pihak kepolisian, bahkan jika pelanggar
jalan serta banyaknya pelanggaran terhadap marka tersebut adalah seorang pejabat. Sistem ETLE
jalan yang semakin tidak terkendali, maka sistem akan mencatat pelanggaran secara otomatis dan
ETLE diharapkan dapat menjadi solusi untuk pelanggar akan ditilang sesuai dengan aturan
mengatasi masalah tersebut, setidaknya dapat yang berlaku.
mengurangi dampak yang ada.
Dengan terjawabnya urgensi yang disimpulkan Dari penjelasan di atas, terlihat dengan jelas
tersebut, maka penerapan sistem ETLE yang bahwa keberadaan ETLE memiliki peran penting
menjadi pokok bahasan dalam mengatasi dampak dalam perihal menekan angka pelanggaran perkara
perkara pelanggaran lalu lintas yang ada, secara lalu lintas. Dengan begitu, objek kebijakan atau
tidak langsung juga memiliki tujuan praktis dalam dalam hal ini masyarakat dapat terbantu dari segi
prosesnya dimana salah satunya adalah upaya mekanisme administratif dan tidak lagi merasa
dalam meningkatkan pelayanan publik di kota kesulitan.
Palangka Raya, antara lain: Sedangkan dari segi kemanfaatan, kepastian
1. Transparansi (Transparency), masyarakat jauh hukum, dan keadilan, sistem ETLE yang ada saat
lebih terbantu untuk memahami proses serta ini sudah sangat jelas memberikan kemudahan,
regulasi terkait ETLE melalui sarana IPTEK. juga mewakili transparansi dan profesionalisme
Selain daripada itu pihak implementor aparat kepolisian dalam penegakan hukum serta
kebijakan juga memberikan trasparansi pada meredam punggutan liar (pungli) yang di kenakan
proses administrasi yang berlangsung dan ini kepada pelanggar oleh oknum kepolisian pada
akan lebih dapat mengurangi praktek pungutan bidang lalu lintas.
liar (pungli) yang dilakukan oleh aparat karena Penulis menambahkan bahwa implementasi
prosesnya telah jelas dan cenderung transparan. kebijakan sistem ETLE ini juga dapat diukur
2. Pemberdayaan (Empowerment), melalui sistem dengan menggunakan empat dimensi yaitu
ETLE ini, masyarakat dapat dengan mudah ketepatan kebijakan, ketepatan pelaksana,
memperoleh informasi yang dibutuhkan ketepatan target, dan ketepatan lingkungan, maka
mengenai berbagai tindakan pelanggaran lalu setiap dimensi memiliki deskripsi hasil sebagai
lintas beserta hukumannya. Diharapkan bahwa berikut:
setelah mengetahui peraturan dan hukuman 1. Ketepatan Kebijakan, didukung berdasarkan
yang berlaku, masyarakat akan menjadi lebih pada bukti penerapan sistem ETLE di kota
disiplin dalam berlalu lintas dan membantu Palangka Raya yang diterapkan oleh POLDA
menularkan sikap tertib tersebut kepada orang Kalteng dengan mengikuti aturan terkait ETLE
sekitar sehingga dapat menekan angka perkara pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
pelanggaran lalu lintas di kota Palangka Raya. tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan
Peraturan Pemerintahan Nomor 80 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan 3. Dukungan Teknis, dalam hal dukungan teknis,
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran dukungan yang diberikan oleh POLDA Kalteng
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. dalam hal penyebaran informasi terkait regulasi
2. Ketepatan Pelaksana, didukung berdasarkan kebijakan serta tata cara pembayaran denda
pada bukti bahwa SDM (Sumber Daya tilang, salah satunya dilakukan dengan
Manusia) pada instansi POLDA Kalteng dapat menggunakan basis media sosial pribadi milik
menguasai keterampilan dalam menggunakan Ditlantas Polda Kalteng dan adapun artikel
teknologi elektronik dan sistem informasi yang berita yang digagas oleh media berita lokal serta
diperlukan dalam menerapkan kebijakan sistem pendekatan secara langsung dengan
ETLE. mengedepankan penyebaran informasi skala
3. Ketepatan Target, didukung berdasarkan pada luas kepada kelompok masyarakat di lapangan.
bukti keberhasilan salah-satunya melalui
jumlah perekaman tilang menggunakan sistem
Mekanisme Penerapan ETLE di Wilayah
ETLE dalam “Operasi Patuh” yang berlangsung
Hukum Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah
pada tanggal 13 Juni 2022 s.d. 26 Juni 2022.
Adapun mekanisme dan tahapan dalam
4. Ketepatan Lingkungan, didukung berdasarkan
penerapan sistem ETLE di wilayah hukum
bukti jika dalam penerapannya pihak Ditlantas
POLDA Kalteng (studi kasus di kota Palangka
POLDA Kalteng telah menjalin kerjasama
Raya), antara lain:
dengan pihak FORKOPIMDA daerah Provinsi
1. Tahap pertama, kamera CCTV atau kamera
Kalimantan Tengah.
pemantau dipasang pada titik lokasi yang
dianggap rawan terjadinya pelanggaran lalu
Dalam hal ini untuk menguji hasil data
lintas. Dimana kamera CCTV ini sendiri akan
ketepatan sebelumnya, maka penulis juga
beroperasi tanpa henti selama 24 jam untuk
mengambil keputusan untuk mempertimbangkan
memantau kondisi jalanan sekitar. Sehingga
hasil data dengan menggunakan “aspek dukungan”
apabila terdapat pengguna lalu lintas yang
dalam implementasi ETLE, antara lain sebagai
melakukan pelanggaran, kamera CCTV akan
berikut:
melakukan perekaman barang bukti serupa
1. Dukungan Politik, meliputi dukungan dari
media foto yang dimana nantinya barang bukti
pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah,
tersebut secara langsung akan dikirimkan
lembaga legislatif, dan pemangku kepentingan
kepada petugas “Back Office ETLE di RTMC
lain seperti halnya perangkat daerah terkait
(Regional Traffic Management Centre) Polda
yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
Kalteng”.
program ETLE salah satunya melalui
2. Tahap kedua, hasil berupa pelanggaran yang
FORKOPIMDA (Forum Koordinasi Pimpinan
telah terekam dan terdata oleh pihak Petugas
Daerah) dengan diketuai oleh Gubernur
Back Office untuk memproses validasi jenis
Provinsi Kalimantan Tengah beserta jajarannya
pelanggaran apa saja yang telah dilakukan dan
yakni Wakil Gubernur, Bupati, Walikota,
pengecekan nomor kendaraan bermotor
Pimpinan DPRD, Pimpinan Kejaksaan,
(Ranmor) data dari pemilik motor yang
Pimpinan Polri dan Pimpinan TNI yang
tersimpan di database ERI (Electronic
memiliki peran dalam keberhasilan
Registration and Identification). Dalam
implementasi program ETLE di Kalimantan
database ERI ini tersimpan data-data identitas
Tengah.
pengguna jalan.
2. Dukungan Strategis, dalam hal ini dukungan
3. Tahap ketiga, pihak Ditlantas akan
diberikan secara penuh oleh institusi Polri
memverifikasi hasil pelanggarannya serta
dalam meningkatkan program ETLE yang
kemudian dilakukan pencetakan bukti
diterapkan secara nasional di Kepolisian
pelanggaran dan surat tilang tersebut akan
Daerah Kalimantan Tengah.
diberikan kepada pelanggar pengguna jalan
sesuai dengan alamat yang terdata pada 2. Kedua, masyarakat masih banyak menganggap
identitas pelanggar. sistem ETLE hanya sekadar "alat untuk
4. Tahap keempat, setelah pihak pelanggar memantau kondisi jalan dibandingkan sebagai
menerima hasil bukti pelanggaran dan surat "alat pengenaan denda secara otomatis".
tilang, pihak pelanggar akan disuruh untuk 3. Ketiga, masyarakat sebagai objek penerapan
mengisi data diri di website sesuai barkode daripada sistem ETLE ini sendiri, mengakui
yang tertera dalam bukti cetak print. secara sadar bahwa lebih cenderung untuk
5. Tahap kelima, setelah pelanggar mendapat patuh terhadap patroli berjalan yang dilakukan
konfirmasi, maka petugas akan mengirimkan petugas secara langsung dilapangan ketimbang
pesan kepada pelanggar melalui SMS untuk harus patuh terhadap sistem ETLE. Sebab
mendapatkan kode nomor pembayaran Virtual dampak teguran atau hukum yang diberikan
Account Briva (Bank BRI) untuk setiap oleh petugas dilapangan justru lebih terasa dan
pelanggaran yang telah terverifikasi untuk ini membuat pelanggar untuk berupaya tidak
penegakan hukum. Kemudian pelanggar juga mengulangi kesalahan yang sama kembali.
melakukan pengisian data-data dan setelah
dilakukan pengisian data, pelanggar diarahkan Namun terdapat juga pendapat positif yang
untuk melakukan konfirmasi ulang untuk ditemukan oleh penulis melalui hasil observasi
dilakukan penghapusan data ETLE. lapangan dengan melakukan tanya-jawab melalui
kelompok masyarakat maupun kelompok
pelanggar lalu lintas, antara lain:
Kilas Pandang Masyarakat Terhadap
1. Masyarakat yang memiliki pendapat setuju
Penerapan Sistem ETLE di Kota Palangka
terkait penerapan sistem ETLE, menyatakan
Raya
bahwa dengan adanya kebijakan sistem ETLE
Dalam khususnya konteks penerapan sistem
akan membuat penindakan pelanggaran lalu
ETLE di kota Palangka Raya sendiri, dapat
lintas jauh lebih efektif dan efisien dalam
disimpulkan bahwa meskipun ETLE telah
meningkatkan ketertiban lalu lintas.
diperkenankan diberbagai daerah di Indonesia,
2. Dengan adanya ETLE ini, masyarakat juga
perlu diketahui bahwa masih sedikit penelitian
menyimpulkan bahwa proses pembayaran
yang secara spesifik menyelidiki persepsi
denda jauh lebih transparan karena terdapat
masyarakat terhadap penerapan sistem ETLE
bukti rekaman pelanggaran yang dilakukan dan
terutama khususnya di kota Palangka Raya sendiri.
dana pembayaran denda otomatis akan masuk
Dengan ini penulis mencoba menggali lebih
ke dalam kas negara.
dalam terkait persepsi masyarakat mengenai
3. Masyarakat jauh lebih yakin dengan adanya
penerapan sistem ETLE di kota Palangka Raya,
penerapan sistem ETLE ini secara praktis juga
maka penulis menyimpulkan hasil temuan yang
mengurangi citra buruk kepolisian terutama
ditemukan berdasarkan hasil observasi yang
khususnya pada unit Polantas (Polisi Lalu
ditemui dilapangan, antara lain:
Lintas), sebab dengan berjalannya pengenaan
1. Pertama, pandangan masyarakat di Kota
ETLE dapat dengan efektif berjalan sesuai
Palangka Raya terhadap pemberlakuan sistem
dengan tujuan pidana modern, sehingga
ETLE masih cukup belum bisa sepenuhnya
mengurangi tanggapan masyarakat terkait
positif. Hal ini disebabkan karena penerapan
pungutan liar yang selama ini ada dimasyarakat
yang tidak efisien dan penegakan hukum yang
sehingga mengembalikan wibawa penegakan
kurang tegas, dibuktikan dengan besarnya
hukum.
sebagian warga tidak menggangap serius sistem
ETLE ini dan kembali terbukti dibeberapa ruas
KESIMPULAN
titik jalan yang terpasang kamera CCTV,
Berdasarkan hasil observasi dan analisa yang
masyarakat masih abai untuk menerapkan tertib
penulis lakukan dan dapatkan, maka menghasilkan
berlalu lintas.
kesimpulan yang dapat menjawab apa yang
menjadi dasar pada pokok rumusan masalah, antara mengedepankan aspek nilai kuantitas atau
lain sebagai berikut: kualitas dalam praktik sosialisasi tersebut.
1. Pertama, penulis merumuskan hahwa dalam
perihal penerapan kebijakan sistem ETLE di SARAN
kota Palangka Raya, penerapan ini secara dasar Penulis menyadari selama proses penelitian
memberikan kemudahan serta keterbukaan dengan fokus kajian sistem ETLE, terdapat banyak
akses yang luas bagi masyarakat terutama sekali hal yang dapat ditingkatkan, baik dari sisi
dalam perihal pengurusan administratif dan sistem ETLE maupun pihak penyelenggara
secara praktis kehadiran keterbukaan akses kebijakan, maka dengan itu saran ini diberikan
tersebut, maka memenuhi salah satu tujuan sebagai upaya dalam menyempurnakan sistem
dalam meningkatkan pelayanan publik melalui ETLE di Wilayah Kepolisian Daerah Kalimantan
administratif yang efektif, efisien serta Tengah, antara lain sebagai berikut:
transparan. 1. Pertama, dalam hal ini penulis memberikan
2. Kedua, penulis menyimpulkan dalam hal ini saran kepada Ditlantas POLDA Kalteng selaku
Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah selaku pihak penyelenggara kebijakan sistem ETLE
objek pelaksana kebijakan sistem ETLE di kota khususnya di kota Palangka Raya, untuk dapat
Palangka Raya, menyatakan bahwa penerapan meningkatkan pemberitahuan informasi sistem
kebijakan sistem ETLE benar adanya dapat ETLE baik secara digital maupun secara
membantu dalam hal ini mempermudah proses langsung dengan mengedepankan aspek
pelaksanaan penindakan tilang dan pengawasan kualitas (ringkas, padat dan jelas). Dengan
lalu lintas, namun pada persoalan lain penulis mengedepankan aspek kualitas, maka akan
menemukan adanya kendala yang dihadapi dan dengan mudah untuk mencapai pemahaman
perlu diselesaikan, seperti halnya ketersediaan yang terintegritas antara pihak penyelenggara
kapasitas kamera CCTV dan variasi kebijakan dan kelompok masyarakat.
ketersediaan anggaran dana sebagai komponen 2. Kedua, hendaknya terdapat pengadaan dana
pendukung berjalannya penerapan sistem yang terpisah antara dana khusus belanja unit
ETLE, hal ini tentu dapat berdampak dan perekaman tilang berupa kamera CCTV dengan
mempengaruhi efektivitas penerapan sistem dana pengembangan sistem ETLE. Hal ini
ETLE dalam menangani pelanggaran lalu lintas dilakukan agar mengoptimalkan anggaran dana
dan meningkatkan pelayanan publik. sesuai dengan kebutuhan dan mengatasi
3. Ketiga, berdasarkan hasil wawancara dengan permasalahan seperti keterbatasan alat/unit
P.S. Kanit Jemenopsrek Subditkamsel Ditlantas perekaman tilang berupa kamera CCTV.
Polda Kalteng IPDA Taufan Priyanto,
menyatakan bahwa selama berjalannya DAFTAR PUSTAKA
penerapan sistem ETLE di kota Palangka Raya Agung Asmara, Wahyurudhanto, Sutrisno, 2019,
pihaknya telah sering memberikan sosialisasi Penegakan Hukum Lalu Lintas Melalui Sistem e-
Tilang, Jurnal Ilmu Kepolisian, Vol. 13, No. 3, hh
digital maupun sosialisasi secara langsung, 190-194.
namun fakta lapangan menyebutkan bahwa Ambar Suci Wulandari, 2020, Inovasi Penerapan
masih ditemukannya kelompok mayoritas Sistem E-Tilang di Indonesia, al-mabsut, Vol. 14,
No. 1, hh-7-9.
masyarakat di kota Palangka Raya yang masih
Agus Suryo Nugroho, 2022, Electronic Traffic Law
belum memahami sistem ETLE secara umum, Enforcement (ETLE) Mobile Sebagai Difusi Inovasi,
hal ini menjadi indikası yang bukan Interoperabilitas Menuju ETLE Nasional (Studi
mempertanyakan betapa sering dan banyaknya Implementasi ETLE Mobile Di Wilayah Provinsi
Jawa Tengah), Jurnal Ilmu Kepolisian, Vol. 16, No.
melakukan sosialisasi, namun ini menjadi salah 3, hh 162-167.
satu kajian yang mempertanyaan apakah dalam
penyampaian informasi terkait ETLE tersebut,
pihak Ditlantas POLDA Kalteng
Buku Panduan E-Tilang, 2021, Kejaksaan Republik
Indonesia, Indonesia.
Dandi Pratama, 2022, Penerapan Sistem E-Tilang
Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas di Kota
Pekanbaru Wilayah Hukum Ditlantas Polda Riau,
Universitas Islam Riau.
Endah Syafitri, Dadang Mashur, Efektivitas
Implementasi Program Electronic Traffic Law
Envorcement (ETLE) Nasional Dalam Peningkatan
Pelayanan Publik Di Kota Pekanbaru, Cross
Border, Vol. 5, No. 2, hh 1323- 1332.
Farid Aziz Abdullah, Fend Windiyastuti, 2022,
Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)
Sebagai Digitalisasi Proses Tilang, Jurnal
Kewarganegaraan, Vol. 6 No. 2, hh 3006.
Nurany, Indriani, Damayanti, Wulandari, Furqonia &
Sulthon, 2021, Kualitas Pelayanan Publik Pada
Pelayanan E-Tilang Surabaya, Jurnal Aplikasi
Administrasi, Vol. 24, No. 1, hh 13-17.
Pardede, Surya Nita & Setyabudi, 2022, Analisis
Program Electronic Traffic Law Enforcement
(ETLE) Dalam Rangka Menciptakan
Kamseltibcarlantas (Studi Kasus Kota Serang),
Journal of Innovation Research and Knowledge,
Vol. 1, No. 8, hh 537-538.
Siti Shopiatul Islami, Purnamasari & Seran, 2020,
Implementasi Kebijakan Peraturan Wali Kota
Bogor Nomor 61 Tahun 2018 Tentang
Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota
Bogor, Journal Governansi, Vol. 6 N. 1, hh 3.
Suwandi, 2022, Electronic Traffic Law Enforcement
(ETLE) Sebagai Terobosan Penegakan Hukum
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Jurnal Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam, Vol. 10, No. 1, hh
58.
Vita Mayastinasari, Benyamin Lufpi, 2022, Efektivitas
Electronic Traffic Law Enforcement, Jurnal Ilmu
Kepolisian, Vol. 16, No.1, hh. 64-66.

You might also like