1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Medika Veterinaria Februari 2021, 15 (1):75-80

P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 DOI: https://doi.org/10.21157/j.med.vet..v14i2.10164

Diagnostic surra (Trypanosoma evansi) on Buffalo Slaughtered in Banda Aceh


and Aceh Besar Slaughterhouses Based on Card Agglutination Test for
Trypanosoma evansi (CATT)
Farida Athaillah1, Kartika Amira2*, Yudha Fahrimal1
1
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding author: kartika_amira@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to detect the presence of parasites indirectly by looking at antibodies to
Trypanosoma evansi by using the method of Card Agglutination Test for Trypanosoma evansi (CATT). A
total of 50 heads of buffaloes cut at Banda Aceh and Aceh Besar Slaughterhouses were taken blood for
examination at the Parasitology and Research Laboratory of the Faculty of Veterinary Medicine of Syiah
Kuala University. The principle of the CATT method is to look at the bonds between antibodies and
antigens. Positive results are characterized by the formation of agglutination on the CATT
paperboard. The score of agglutination reactions is divided into 5 categories, positive triple (+++)
indicates agglutination is very strong, which means the possibility of newly infected animals, positive two
(++) signifies strong agglutination, which means the animal may have been infected long enough, one
(+) denotes moderate agglutination, meaning the animal has already been infected with T. evansi,
dubious (±) denotes weak or dubious agglutination and, negative (-) signifies no agglutination. The
results showed that from 50 samples examined, 14% (7/50) positive samples of agglutination were very
strong, 24% (12/50) positive samples of strong agglutination, 48% (24/50) positive samples of moderate
agglutination, and 0 negative samples T. evansi. The CATT method is very sensitive because 86% of the
50 buffaloes are tested positive or infected with T. evansi.

Keywords: Trypanosoma evansi, Antibodies of Trypanosoma evansi, Card Agglutination Test for
Trypanosoma evansi (CATT)

PENDAHULUAN dan penyakit yang disebabkannya biasanya


bersifat kronis atau bahkan tanpa
Trypanosomiasis atau yang lebih menunjukkan gejala klinis. Kerbau
dikenal dengan surra merupakan penyakit merupakan sumber penularan yang potensial
yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi bagi ternak lainnya karena kerbau
dan tersebar hampir di seluruh wilayah menunjukkan parasitemia yang lebih lama
Indonesia. Parasit ini menyerang berbagai dan lebih tinggi dibandingkan dengan sapi
jenis hewan seperti sapi, kuda, kerbau dan (Martindah dan Husein, 2000). Dampak dan
anjing (Dirkeswan, 2012). Protozoa ini kerugian yang paling sering ditimbulkan
umumnya hidup di dalam aliran darah oleh T. evansi berupa penurunan produksi
hewan dan disebarkan secara mekanis oleh ternak, penurunan berat badan, gangguan
lalat penghisap darah seperti lalat Tabanus, pertumbuhan, dan keguguran pada ternak
Haematopota, Chrysops, Musca, dan betina bahkan menyebabkan kematian
Stomoxys (OIE, 2008). (Anonimus, 2014).
Parasit T. evansi ini merupakan agen Menurut Partoutomo (1992), infeksi T.
penyakit yang penting bagi ternak kerbau evansi pada sapi dan kerbau biasanya sulit

75
Jurnal Medika Veterinaria Farida Athaillah, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600

dideteksi pada pemeriksaan darah karena berdasarkan penemuan parasit langsung,


umumnya infeksi bersifat kronis. Hal ini yaitu pada metode deteksi parasit langsung
terjadi karena keberadaan jumlah parasit di harus berdasarkan pada parasitemia
dalam darah ternak yang selalu naik turun. (Tampubolon, 1995). Parasitemia
Secara teori, terjadinya fluktuasi ini merupakan keadaan ditemukannya parasit
merupakan salah satu perwujudan bentuk dalam darah (Madison, 2016). Parasitemia
dari mekanisme bertahan oleh parasit yang dapat terjadi sewaktu-waktu saja sehingga
biasa disebut variasi antigenik terhadap metode deteksi parasit berdasarkan
pertahanan tubuh induk semang. Variasi penemuan parasit langsung kemungkinan
antigenik ini telah dibuktikan pada spesies adalah relatif kecil (Tampubolon, 1995).
Trypanosoma di Afrika dengan munculnya Sejauh ini studi tentang deteksi
antibodi yang spesifik dan protektif secara antibodi T. evansi dengan metode CATT di
berkelanjutan menyusul dengan adanya Aceh masih sangat terbatas sehingga peneliti
varian Trypanosoma yang baru (Urquhart, tertarik untuk mendeteksi antibodi kerbau
1980). terhadap T. evansi dengan metode CATT
Beberapa metode telah banyak pada kerbau yang dipotong di RPH Banda
digunakan untuk mendeteksi penyakit surra, Aceh dan Aceh Besar. Hal ini berguna untuk
antara lain secara parasitologi meliputi membantu mendiagnosis penyakit sehingga
pemeriksaan natif, ulas darah, dan lebih banyak metode pemeriksaan yang
Microhaematocrit Centrifugation Technique digunakan untuk menemukan T. evansi ini.
(MHCT). Secara molekular yaitu dengan
metode Polymerase Chain Reaction (PCR), MATERI DAN METODE
serta secara serologis, seperti metode Card
Agglutination Test (CATT) (Solihat, 2006). Sampel Penelitian
Metode CATT sangat bermanfaat Sampel penelitian ini yaitu berupa
untuk penelitian epidemiologi penyakit surra plasma darah kerbau yang diambil dari 50
pada sapi, kerbau, dan unta (Njiru dkk., ekor kerbau di RPH Banda Aceh dan Aceh
2004). Metode serologi seperti CATT telah Besar.
dikembangkan untuk menunjukkan
keberadaan parasit secara tidak langsung Prosedur Penelitian
dengan mendeteksi antibodi terhadap T. Darah diambil dari vena jugularis dan
evansi yang terdapat dalam plasma atau ditampung sebanyak 5 ml di dalam tabung
serum darah. Prinsip dari metode CATT yang telah berisi antikoagulan 0,5 ml. Darah
adalah untuk melihat ikatan antara antigen yang terkumpul selanjutnya diproses,
(Ag) dan antibodi (Ab). Jumlah kadar dipisahkan plasmanya dengan cara
antibodi di dalam darah hewan menunjukan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm
tanggap kebal terhadap infeksi (Arifin dkk., selama 15 menit.
1996). Doyle (1971) menyatakan bahwa Prosedur kerja CATT yaitu tahap
antibodi masih dapat ditemukan di dalam pertama, dibuat pengenceran plasma 1 : 16
sirkulasi darah, meskipun agen parasit sudah yaitu 20 µl plasma diencerkan dalam 320 µl
tidak terlihat lagi. Selain itu, metode PBS. Apabila sampelnya banyak, plasma
serologis (CATT) sangat efektif dan efesien dapat diencerkan terlebih dahulu kemudian
untuk kondisi di lapangan (Magnus yang disimpan di dalam freezer -20°C. Sebelum
disitasi oleh Arifin dkk., 1996). Inilah dilakukan uji, larutan plasma beku tersebut
beberapa keunggulan dari CATT disimpan pada suhu ruangan. Setiap lembar
dibandingkan dengan metode deteksi parasit karton CATT terdiri dari 10 lingkaran untuk

76
Jurnal Medika Veterinaria Farida Athaillah, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600

Menguji 10 sampel. Tahap kedua, HASIL DAN PEMBAHASAN


diencerkan 1 ampul antigen ke dalam 2,5 ml
buffer PBS kemudian diaduk hingga Hasil pemeriksaan 50 sampel plasma
homogen. Selanjutnya, serum kontrol positif darah kerbau yang berasal dari Rumah
dan serum kontrol negatif diencerkan ke Potong Hewan Banda Aceh dan Aceh Besar
dalam masing-masing 0,5 ml buffer PBS. dengan metode Card Agglutination Test for
Reaksi aglutinasi dilakukan dengan cara Trypanosoma evansi (CATT) menunjukan
sebanyak 1 tetes antigen (45 µl) diteteskan bahwa 86% (43/50) positif pernah terinfeksi
pada masing-masing bulatan pada karton T. evansi dengan tingkat aglutinasi yang
CATT dan ditambahkan larutan plasma berbeda. Sampel dengan aglutinasi sangat
yang sudah diencerkan sebanyak 25 µl, kuat ditemukan 14% (7/50), 24% (12/50)
kemudian diaduk dengan batang pengaduk sampel positif aglutinasi kuat, 48% (24/50)
sampai homogen. Setiap melakukan sampel positif aglutinasi sedang, dan
pengujian sampel, harus disertakan serum sampel negatif T. evansi 14% (7/50) (Tabel
kontrol positif dan serum kontrol negatif 1).
yang dikerjakan pada lingkaran terakhir, Hasil pemeriksaan surra dengan
nomor 9 dan 10 pada karton CATT yang metode CATT sangat 3ensitive walaupun
pertama. sedikit di bawah pernyataan Chappuis dkk.,
Tahap terakhir karton diletakkan di (2005) yang menyatakan bahwa metode
atas telapak tangan dan digoyangkan selama CATT mempunyai sensitivitas antara 87-
8 menit dan hasilnya dibaca langsung secara 98% dan spesifitas sekitar 95%. Lebih
visual dengan melihat aglutinasi. Reaksi rendahnya hasil penelitian ini mungkin
positif menunjukkan adanya aglutinasi disebabkan sampel darah disimpan dan tidak
berwarna biru pada setiap bulatan dalam langsung diperiksa, seperti pernyataan Truc
karton CATT, sebaliknya apabila tidak dkk., (2002) yang menyatakan bahwa hasil
terjadi aglutinasi dikatakan reaksi negatif terbaik dalam metode CATT adalah
terhadap uji CATT. Skor nilai reaksi pemeriksaan sampel langsung pada saat di
aglutinasi terbagi menjadi lima kategori lapangan karena memiliki sensitivitas yang
yaitu, positif tiga (+++) menandakan lebih tinggi dibandingkan dengan sampel
aglutinasi sangat kuat, positif dua (++) yang disimpan terlebih dahulu.
menandakan aglutinasi kuat, positif satu (+) Reaksi positif uji CATT menunjukkan
menandakan aglutinasi sedang, dubius (±) adanya aglutinasi berwarna biru pada setiap
menandakan aglutinasi lemah dan, negatif (– bulatan dalam karton CATT, sebaliknya
) menandakan tidak terjadi aglutinasi. apabila tidak terjadi aglutinasi dikatakan
reaksi negatif terhadap uji CATT. Aglutinasi
Parameter Peneltian terbentuk karena terjadi ikatan antara
Pada penelitian ini parameter yang antigen berwarna biru dengan antibodi
diamati adalah antibodi terhadap T. evansi homolog sehingga terbentuk gumpalan lebih
pada kerbau yang dipotong di RPH Banda besar yang dapat dilihat langsung secara
Aceh dan Aceh Besar berdasarkan visual (Van Meirvenne dan Magnus, 1992).
pemeriksaan Card Agglutination Test for Immunoglobulin M (IgM) merupakan
Trypanosoma evansi (CATT). antibodi yang pertama kali muncul dan
bersirkulasi terhadap pemaparan antigen.
Analisis Data IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi
Data hasil penelitian dianalisis secara dan reaksi sitolitik karena muncul sangat
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. cepat setelah infeksi agen penyakit dan tetap

77
Jurnal Medika Veterinaria Farida Athaillah, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600

tinggal didalam sirkulasi darah, maka IgM meskipun agen penyakit sudah tidak
merupakan daya tahan tubuh yang penting menginfeksi induk semangnya lagi (Doyle,
terhadap infeksi parasit (Abbas dkk., 2007). 1971). Sehingga dengan metode CATT
Antibodi yang terkandung dalam plasma dapat diketahui bahwa hewan pernah
darah kerbau berbeda-beda antara kerbau terinfeksi T. evansi dengan melihat
satu dengan kerbau lainnya, tergantung keberadaan antibodi terhadap T. evansi.
dengan sistem imun penderita dan Metode CATT sangat bermanfaat
banyaknya agen infeksi. Skor nilai positif untuk penelitian epidemiologi penyakit surra
sangat kuat (+++) menunjukan bahwa pada beberapa jenis hewan seperti sapi,
hewan kemungkinan baru saja terinfeksi T. kerbau dan unta (Njiru dkk., 2004). Selain
evansi sehingga hewan memproduksi itu, metode serologis (CATT) sangat efektif
antibodi yang lebih banyak sebagai tanggap dan efesien digunakan di lapangan karena
kebal terhadap masuknya agen parasit T. cara kerjanya yang mudah dan cepat. Tetapi
evansi, sedangkan skor nilai positif kuat sejauh ini salah satu masalah besar di
(++) menunjukan bahwa hewan sudah negara-negara lain seperti Afrika pada
terinfeksi dalam jangka waktu yang agak penggunaan uji CATT adalah timbulnya
lama (Komunikasi Pribadi dengan Fahrimal, reaksi silang dengan antibodi terhadap
2017). Skor nilai positif sedang (+) spesies Trypanosoma lainnya karena banyak
menunjukkan bahwa hewan pernah ditemukan spesies Trypanosoma. Di
terinfeksi oleh T. evansi sebelumnya Indonesia tidak menjadi masalah karena
(Solihat, 2006). Sedangkan skor nilai negatif spesies Trypanosoma hanya dua yaitu T.
(-) membuktikan bahwa hewan belum evansi dan T. Theileri. Akan tetapi antibodi
pernah terinfeksi atau dulunya sudah pernah terhadap T. theileri tidak terdeteksi dengan
terinfeksi tetapi antibodi sudah tidak uji CATT for T. evansi karena tidak
terdeteksi. Adanya antibodi didalam tubuh menghasilkan reaksi silang sehingga CATT
hewan menunjukan adanya perlawanan for T. evansi sangat bermanfaat untuk
terhadap infeksi T. evansi (Komunikasi mendiagnosis kasus surra di Indonesia
Pribadi dengan Fahrimal, 2017). Antibodi (Solihat, 2006).
ini masih dapat ditemukan di dalam darah

Tabel 1. Hasil pemeriksaan 50 sampel kerbau dengan metode CATT

Hasil aglutinasi dengan metode CATT


No. Jumlah sampel
(+++) (++) (+) (-)

1 50 7 12 24 7

Keterangan : aglutinasi sangat kuat (+++), aglutinasi kuat (++), aglutinasi sedang (+), tidak
terjadi aglutinasi (-)

78
Jurnal Medika Veterinaria Farida Athaillah, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan 50 sampel kerbau dengan metode CATT berdasarkan asal hewan
yang dipotong di RPH Banda Aceh dan Aceh Besar

Jumlah
No. Kecamatan Asal hewan Asal RPH sampel Hasil pemeriksaan
Positif Negatif
Blang Blang
1. Bintang Bintang RPH Banda Aceh 1 1 0
2. Peukan Bada Lambaro RPH Aceh Besar 1 1 0
Suka
3. Makmur Sibreh RPH Banda Aceh 13 10 3
RPH Aceh Besar 1 1 0
4. Seulimum Lamteuba RPH Banda Aceh 1 1 0
RPH Aceh Besar 1 1 0
Seulimum RPH Banda Aceh 4 3 1
RPH Aceh Besar 1 1 0
5. Jaya Lamno RPH Banda Aceh 27 24 3

Berdasarkan data yang diperoleh dari Aceh Besar tidak lepas dari penyebaran
RPH Banda Aceh dan Aceh Besar bahwa 50 vektor lalat penghisap darah seperti
sampel kerbau yang dipotong berasal dari Tabanus, Haematopota, Chrysops, Musca,
beberapa wilayah di Kabupaten Aceh Besar, dan Stomoxys (OIE, 2008), disamping
seperti Peukan Bada, Suka Makmur, transportasi hewan tanpa pemeriksaan yang
Seulimum, Blang Bintang, Kabupaten Aceh menyeluruh.
Jaya, dan Kecamatan Jaya. Hasil Resiko kerugian dari penyebaran surra
pemeriksaan serologis 50 sampel plasma terhadap hewan ternak cukup tinggi.
kerbau dengan metode CATT menegaskan Trypanosoma dapat masuk ke dalam organ
bahwa T. evansi merupakan salah satu agen dan menyebabkan terjadinya splenomegali,
penyebab dari penyakit surra pada kerbau hemoragi, kongesti, hemosiderosis, anemia,
yang dipotong di RPH Banda Aceh dan bulu rontok, dan selaput lendir menguning,
Aceh Besar. Banyaknya sampel yang sehingga dapat menurunkan produksi ternak
menunjukan hasil positif menandakan (Partoutomo, 1996; Qiang dkk., 2008).
bahwa semakin menyebarnya infeksi surra Penekanan imunitas juga sering ditemui
pada ternak kerbau di Provinsi Aceh, sehingga hewan menjadi rentan terhadap
khususnya Kabupaten Aceh Besar dan infeksi sekunder, bahkan dapat berakhir
Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini mendukung dengan kematian (Husein dkk., 1995).
pernyataan Sukanto (1994) terdahulu bahwa Pengendalian surra sangat tergantung
Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah kepada kemoterapi. Beberapa obat yang
endemis surra. Hasil penelitian ini juga banyak digunakan untuk mengobati penyakit
mempertegas penelitian sebelumnya oleh surra di berbagai negara, seperti suramin,
Hari (2018) yang menyatakan surra sudah diminazene, isomedium, quinapyramine, dan
menyerang ternak di sebagian besar di cymelarasan. Sampai saat ini obat yang
Kecamatan di Kabupaten Aceh Besar. paling efektif untuk pengendalian surra
Menyebarnya penyakit surra pada kerbau adalah suramin karena tidak menimbulkan
yang dipotong di RPH Banda Aceh dan resistensi (Muharsini dkk., 2006). Cara

79
Jurnal Medika Veterinaria Farida Athaillah, dkk
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600

pengendalian surra yang lain adalah dengan Levine, N.D. 1995. Protozoology Veteriner. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
cara pengendalian vektor, pengecekan darah Madison, N. 2016. What is Parasitemia.
ternak, dan pemberian obat secara berkala http:www.wisegeek.com. 10 Mei 2017.
juga dapat membantu mencegah penyakit Martindah, E. dan A. Husein. 2000. Trypanosomiasis pada
Ternak Kerbau. Pusat Penelitian dan
surra (Levine, 1995). Pengembangan Peternakan Jl. Raya Pajajaran
Kav.E-59, Bogor, Balai Besar Penelitian
KESIMPULAN Veteriner Jl. RE. Martadinata 30, Bogor.
Muharsini, S., L. Natalia, Suhardono, dan Darminto. 2006.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Inovasi teknologi dalam pengendalian penyakit
86% kerbau yang dipotong di Rumah ternak kerbau. Makalah Lokakarya Nasional
Usaha Ternak Kerbau di Indonesia, Bogor.
Potong Hewan Banda Aceh dan Aceh Besar Njiru Z. K., C.C. Constantine., J. M. Ndung’u., I.
positif mempunyai antibodi terhadap T. Robertson., S. Okaye., R. C. Thompson., S. M.
evansi atau pernah terinfeksi T. evansi Reid. 2004. Detection of Trypanosoma evansi in
camels using PCR and CATT/T. evansi tests in
dengan menggunakan metode Card Kenya. Vet. Parasitol., 124,187–199.
Agglutination Test for Trypanosoma evansi Office International des Epizootics (OIE). 2008.
(CATT), akan tetapi metode CATT tidak Trypanosoma evansi Infections (Including Surra)
In: OIE Terrestrial Manual 2008. Office
bisa menentukan apakah infeksinya aktif International des Epizooties World Health
atau tidak. Organization for Animal Health, Paris.
Partoutomo, S. 1992. Variasi antigenic Trypanosoma
DAFTAR PUSTAKA evansi Bakit 102 pada kerbau, sapi FH dan sapi
PO. Penyakit Hewan, 24 (44): 125-129.
Abbas, A.K., A.H. Lichtman dan S. Pilai. 2007. Cells and Qiang, L.S., A.R. Simon, C.F. Ming, I. Noboru, dan R.L.
Tissues of The Adaptive Immune System. Cellular Zhao. 2008. Analysia of gane expression profiless
and mollecular immunology. 6th ed. Philadelphia, in the liver and spleen of mice infected with
WB Saunders. Trypanosoma evansi by Using a cDNA Microry.
Anonimus.2014. Trypanosomiasis (Surra). Parasitol. Res. 104:385-397.
http://civas.net/2014/02/25/trypanosomiasis- Solihat, L. 2006. Deteksi antibodi Trypanosoma evansi
surra/4/. 23 Mei 2017. pada serum kerbau dengan kit komersial CATT
Arifin, M., I. Irtisam, S. Witjaksono, dan S.S. Andayani. (Card Agglutination Test). Teknis Nasional
1996. Studi Tanggap Kebal pada Marmut dan Tenaga Fungsional Pertanian. Pusat Penelitian
Kelinci yang Diinokulasi dengan Trypanosoma dan Pengembangan Peternakan.
evansi. Risalah Pertemuan Ilmuah Aplikasi Sukanto, L.P. 1994. Petunjuk diagnosa parasit darah
Isotop dan Radiasi, Jakarta. Trypanosoma, Babesia dan Anaplasma.
Chappuis, F., L. Loutan., P. Simarro., V. Lejon dan P. Prosisding Seminar Penelitian Parasit Besar di
Buscher. 2005. Options for the field diagnosis of Indonesia, Bogor.
human African trypanosomiasis. Clin. Microbiol. Tampubolon, S. 1995. Penelitian sero-epidemiologik dari
Rev. 18: 133–14. . Trypanosoma evansi pada sapi dan kerbau
Dirkeswan. 2012. Pedoman Pengendalian dan dengan menggunakan Card Agglutination Test
Pemberantasan Penyakit Trypanosomiasis (CATT) di Jawa Barat, Indonesia. Media
(Surra). Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Veteriner. Vol II (I).
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Truc, P., V. Lejon., E. Magnus., V. Jamonneau., A.
Kementrian Pertanian. Nangouma., D. Verloo., L. Penchenier dan P.
Doyle, J.J. 1971. Antigenic Variation in The Salivarian Buscher. 2002. Evaluation of the micro-CATT,
Trypanosomes, Immunity to Blood Parasites of CATT/ Trypanosoma brucei gambiense, and
Animals and Man, 93 (1971) 31. LATEX/ T. brucei gambiense methods for
Hari, I. 2018. Diagnosis surra (Trypanosoma evansi) pada serodiagnosis and surveillance of human African
sapi yang dipotong di RPH Kota Banda Aceh Trypanosomiasis in West and Central Africa.
berdasarkan pemeriksaan CATT/T.evansi. Bulletin of the World Health Organization. 80
Skripsi. Fakultas Kedokterah Hewan, Universitas (11) : 882-886.
Syiah Kuala, Banda Aceh. Urquhart, G.M . 1980. Application of immunity in the
Husein, A.S., R. Prawiradisastra, S. Damayanti, control of parasitic disease. Vet. Parasit, 6: 217-
Partautomo, dan M. Pearce. 1995. Gambaran 239.
klinis dari darah anjing yang diinfeksi Van Meirvenne N and E. Magnus. 1992. Production and
Trypanosoma evansi. Prosiding Seminar Distribution of Kits Institute of Tropical Medicine
Nasional Teknologi Veteriner. Balai Penelitian Laboratory of Serology. Antwerpen, Belgium.
Veteriner.

80

You might also like