Optimization of Chitooligosacharides of Cramb Shell (Portunus Pelagicus) Using Chitosanase Enzyme From Bacillus SP

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...

Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022) DOI: https://doi.org/10.19184/j-agt.v16i01.28259

OPTIMASI KITOOLIGOSAKARIDA CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus)


MENGGUNAKAN ENZIM KITOSANASE DARI Bacillus sp.
Optimization of Chitooligosacharides of Cramb Shell (Portunus pelagicus) Using
Chitosanase Enzyme from Bacillus sp.

-Septi Lilik Yuliana1)*, Dedin Finatsiyatull Rosida1)*, Andre Yusuf Trisna Putra1)
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
1)

Jawa Timur
Jalan Rungkut Madya No. 1 Surabaya, 60294, Jawa Timur, Indonesia
*Korespondensi Penulis: septililikyuliana04@gmail.com; dedin.tp@upnjatim.ac.id

ABSTRACT

Chitooligosaccharides (COS) are glycoprotein complex compounds derived from chitosan linked
by 1,4 glucosidic bonds with chain lengths of 20 or less. Crab shell is a crustacean waste that contains
20-30% chitin as the basic material for making chitooligosaccharides. Chitooligosaccharide hydrolysis
can be carried out enzymatically. Enzymatic hydrolysis is specific and controlled. Enzymes that can be
used to hydrolyze chitosan into chitooligosaccharides are chitosanase enzymes. Chitosanase enzyme is
a glycosyl hydrolase enzyme that catalyzes the hydrolysis of -1,4 glycosidic bonds of chitosan to
produce low molecular weight chitooligosaccharides. One of the bacteria that produces chitosanase
enzymes, namely Bacillus sp. The purpose of this study was to optimize the production of
chitooligosaccharides by treating the enzyme concentration, hydrolysis time, and hydrolysis
temperature. This research was conducted using a completely randomized design (CRD) with the
following factors: enzyme concentration (0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%) and hydrolysis temperature
(30oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, 80oC) and time of hydrolysis (1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours,
6 hours, 7 hours, and 8 hours). This enzyme works optimally at pH 4.5. The results showed that this
chitosanase enzyme had optimum activity at a concentration of 2% (w/w) chitosan, a temperature of
50oC, and a hydrolysis time of 5 hours. The chitooligosaccharide has a reducing sugar content of 8.49
± 0.38 mg/mL, a viscosity of 19.08 ± 0.01 cPs, and a molecular weight of 4.51 kDa.

Keywords: chitooligosaccharides, chitosanase enzyme, crab shells, hydrolysis

PENDAHULUAN oleh metode fisik, dan degradasi enzimatik


Kitooligosakarida (chitooligosaccha- (Aam et al., 2010).
rides/COS) adalah potongan kitin dan Rantai ikatan kitosan ß (1,4)
kitosan senyawa kompleks golongan glikosidik dapat dipotong dengan
glikoprotein yang memiliki rantai 20 atau menggunakan enzim chitoosanase
kurang dengan ikatan 1,4 glukosamin. (Mourya et al., 2011). Enzim kitosanase
Kitooligosakarida merupakan kitosan yang merupakan salah satu enzim kitinolitik
larut dalam air. COS dihasilkan oleh yang menghidrolisis ikatan (1,4)-β
depolimerisasi kitin atau kitosan glikosidik pada kitosan atau ikatan 2-
menggunakan hidrolisis asam, hidrolisis amino-2-deoksi-β-D-glukosida pada
polimer kitosan yang menghasilkan

85
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

serangkaian kitooligosakarida atau METODE PENELITIAN


oligomer kitosan (kitooligomer) dengan
derajat polimerisasi yang tinggi (Chasanah Alat dan Bahan
et al., 2009). Enzim kitosanase diproduksi Alat yang digunakan untuk membuat
oleh bakteri, fungi, dan tanaman sebagai produk yaitu shaker waterbath (merk
enzim ekstraseluler atau intraseluler. Biobasa), magnetic stirrer, vortex, sentrifus
Sebagian besar bakteri dan fungi (merk Oregon), neraca analitik, pH meter,
menghasilkan kitosanase ekstraseluler, oven, kertas saring, beaker glass 2 L,
sedangkan pada tanaman dan fungi pemanas hotplate. Alat untuk analisis yaitu
zygomicetes menghasilkan kitosanase spektrofotometer UV-Vis (merk
intraseluler (Choi et al., 2004). Shimadzu), desikator, viskometer (merk
Hidrolisis kitosan menggunakan NDJ-8s Digital Viscometer), mikropipet,
enzim kitosanase menghasilkan oligomer tabung reaksi, pipet ukur, rak tabung reaksi,
kitosan dengan derajat polimerisasi yang corong, pemanas hotplate, beaker glass 250
lebih tinggi dan sedikit glukosamin yang mL, dan erlenmeyer.
dihasilkan serta ramah lingkungan (Sarni et Bahan yang digunakan meliputi
al., 2016). Setiap enzim kitosanase cangkang rajungan yang diperoleh dari
memiliki kondisi optimum yang berbeda. limbah perusahaan Kelola Mina Laut
Beberapa penelitian tentang kitosanase Gresik, enzim kitosanase dari Bacillus sp.
pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. (Sigma, Korea), akuades, buffer asetat 0,05
Choi et al. (2004) meneliti bahwa M pH 4,5 (Merck), larutan nelson A (Nitra
kitosanase dari Bacillus sp. galur KCTC Kimia), larutan nelson B (Nitra Kimia),
0377 BP memiliki pH optimum 4,5 pada larutan arsenomolibdad (Merck), larutan
temperatur 30ºC dan digunakan untuk HCl 0,5 M (Merck), dan larutan NaOH
produksi oligomer kitosan. Pagnoncelli et 50% (Merck).
al. (2010) memproduksi enzim kitosanase
dari Paenibacillus ehimensis dan Tahapan Penelitian
diaplikasikan untuk menghidrolisis kitosan Isolasi Kitosan dari Cangkang Rajungan
pada suhu optimum 55ºC dan pH optimum (Butarbutar,k2018 Dimodifikasi)
4,5. Wangtueai et al. (2007) memproduksi Proses isolasiikitosanidari limbahl
dan melakukan karakterisasi enzim cangkang rajungan dilakukan secara
kitosanase dari Bacillus cereus TP 12.24 kimiawi dengan diawali proses isolasi kitin
yang memiliki pH 4,5,5 dan suhu optimum yaitu proses demineralisasi cangkang
55ºC. Penelitian ini bertujuan untuk rajungan dengan menambahkani1,5 L HCl
mengetahui kondisi optimum hidrolisis 1,5 M ke dalam 100 g cangkang serbuk dan
kitooligosakarida dari cangkang rajungan dipanaskan pada hot plate selama 4 jam
menggunakan enzim kitosanase untuk pada suhu 70oC, kemudianaresidu disaring
menghasilkan kadar gula reduksi, dan dicuci menggunakana akuades ihingga
viskositas, dan berat molekul optimal. pH-nya netral. Residuvyang diperoleh
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dioven selama 3 jam pada suhu 70oC.
kondisi optimum pembuatan Selanjutnya proses deproteinasi dilakukan
kitooligosakarida dari cangkang rajungan. dengan cara 50 g serbuk hasil

86
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

demineralisasi ditambah 0,5 L NaOH 3,5%; Reaksi dihentikan dengan pemanasan


selanjutnya dipanaskan selamal4 jamapada 100oC, selama 10 menit. Kemudian sampel
suhu 70oC, kemudian residu disaring dan disentrifuse dengan kecepatan 9000 rpm
dicuci menggunakan akuades hingga sehingga diperoleh supernatan yang
pHinetral. Residu yang diperoleh dioven mengandung kitooligosakarida.
selama 3 jam pada suhu 70oC sehingga
dihasilkan kitin. Proses selanjutnya Optimasi Waktu Hidrolisis Terhadap
deasetilasi yakni 40 g kitin ditambah 0,4 L Kitooligosakarida (Fawzya et al., 2009
NaOH 50%, selanjutnya dipanaskan selama Dimodifikasi)
4 jam dan suhu dijaga 100oC kemudian Waktu hidrolisis yang optimum
disaring dan residu yang tertinggal merupakan parameter penting hidrolisis
dicucimdengan akuades hingga pH netral. untuk menghasilkan kitooligosakarida yang
Residu dioven selama 3 jam pada suhu optimal. Cara kerjanya yaitu larutan kitosan
70oC dan diperoleh kitosan kering. 1% direaksikan dengan enzim kitosanase
0,5% kemudian diinkubasi pada suhu 60oC
Optimasi Konsentrasi Enzim Kitosanase dengan variasi lama hidrolisis 1, 2, 3, 4, 5,
Terhadap Kitooligosakarida (Fawzya et al., 6, 7, dan 8 jam. Reaksi dihentikan dengan
2009 Dimodifikasi) pemanasan 100oC selama 10 menit.
Kitooligosakarida diproduksi Kemudian sampel disentrifuse dengan
menurut metode Fawzya et al. (2009). kecepatan 9000 rpm sehingga diperoleh
Persiapan larutan kitosan 1% dilakukan supernatan yang mengandung
dengan cara melarutkan kitosan ke dalam kitooligosakarida.
larutan buffer asetat pH 4,5 kemudian
enzim kitosanase direaksikan dengan Produksi Kitooligosakarida pada Kondisi
variasi konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, Optimum (Fawzya et al., 2009
2,5% (w/w). Kitosan selanjutnya diinkubasi Dimodifikasi)
selama 3 jam pada suhu 60oC. Reaksi Kondisi optimum didapatkan dari
dihentikan dengan pemanasan 100oC, setiap kondisi optimum dari variabel
selama 10 menit. Kemudian sampel konsentrasi enzim, suhu hidrolisis, dan
disentrifuse kecepatan 9000 rpm sehingga lama waktu hidrolisis. Kitooligosakarida
diperoleh supernatan yang mengandung yang dihasilkan pada kondisi optimum
kitooligosakarida. kemudian dianalisis gula reduksi
(Sudarmaji, 2000), berat molekul (Wang et
Optimasi Suhu Hidrolisis Terhadap al., 2005), dan viskositasnya (Ridho et al.,
Kitooligosakarida (Fawzya et al., 2009 2017).
Dimodifikasi)
Cara kerja untuk mengetahui suhu Rancangan Percobaan
optimum hidrolisis kitooligosakarida Rancangan percobaan yang
dengan cara membuat larutan kitosan 1% digunakan dalam penelitian ini adalah
kemudian direaksikan dengan enzim rancangan acak lengkap (RAL) 3 faktor dan
kitosanase 0,5% lalu diinkubasi pada suhu dua kali ulangan. Faktor tersebut meliputi
30, 40, 50, 60, 70, dan 80oC selama 3 jam. konsentrasi enzim, lama waktu hidrolisis,

87
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

dan suhu hidrolisis. Faktor konsentrasi Keterangan:


enzim (0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%), suhu M = berat molekul
hidrolisis (30, 40, 50, 60, 70, dan 80oC), [η] = viskositas intrinsik
serta lama waktu hidrolisis (1, 2, 3, 4, 5, 6, k = konstanta Mark-Khun Houwing
7, dan 8 jam). Data hasil penelitian (3,5 × 10-4)
dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Data α = konstanta Mark-Khun Houwing
yang diperoleh diolah menggunakan (0,76)
aplikasi Minitab versi 19 dengan uji
ANOVA taraf kepercayaan 95% dan HASIL DAN PEMBAHASAN
dilanjutkan dengan uji Duncan (DMRT)
taraf kepercayaan 5%. Hasil pengolahan Karakteristik Cangkang Rajunganidan
data disajikan dalam bentuk diagram. Kitosana
Analisis awal yaitu pengujian
Metode Analisis cangkang rajunganMmeliputi pengujian
Bahan awal yaitu cangkang rajungan kadarmair dan kadar abu. Cangkang
dianalisis karakteristik kadar air dan kadar rajungan memiliki kadar air 7,52% dan
abu. Karakteristik kitosan dianalisis kadar kadar abu sebesar 45,46%. Berdasarkan
air, kadar abu,ndan viskositas. Pengukuran Nataliaeet al. (2021), kandungan senyawa
kadar air dilakukan menggunakan metode kimia cangkang rajungan menunjukkan
gravimetri bersuhu 105oC dengan sampel bahwa kadar air sebesar 10% dan kadar abu
sebanyak 1 g (AOAC, 2005), kadar abu sebesar 38,12%.
diuji dengan metode gravimetri dengan Kadar abu dapat dipengaruhi oleh
cara diabukan pada suhu 600oC dan suhu habitat dan lingkungan hidup dari rajungan
oven yang digunakan 105oC, sampel yang sehingga hal tersebut juga memengaruhi
digunakan seberat 1 g (AOAC, 2005). kandungan dari senyawa kimia rajungan.
Larutan kitosan 1% dianalisis Perbedaan habitat dan lingkungan hidup
viskositasnya menggunakan viscometer setiap lingkungan perairan dapat
digital NDJ-8s (Ridho et al., 2017). Produk menyediakan asupan mineral yang
akhir yaitu kitooligosakarida dianalisis berbeda-beda bagi organisme akuatik yang
kadar gula reduksi, viskositas, dan berat hidup di dalamnya. Setiap individu
molekul. Kadar gula reduksi menggunakan organisme juga memiliki kemampuan yang
metode Nelson Somogy pengenceran berbeda dalam meregulasi dan
sampel yang digunakan 1000 (Sudarmaji, mengabsorbsi mineral sehingga akan
2000). Hasil viskositas kitooligosakarida memberikan pengaruh pada kadar abu
kemudian dimasukkan dalam persamaan dalam masing-masing. Mineral yang
Mark-Khun Houwing untuk mengetahui terdapat dalam suatu bahan berasal dari dua
berat molekul kitooligosakarida (Wang et macam garam yaitu garam organik dan
al., 2005). Persamaan Mark-Khun Houwing anorganik (Ramadhani, 2020). Tingginya
sebagai berikut: kadar mineral yang terdapat pada cangkang
rajungan sebagian besar adalah Ca dan P
𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 ([𝜂] −𝑙𝑜𝑔 𝑙𝑜𝑔 𝑘) (Natalie et al., 2021).
𝑀=
𝛼

88
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

Proses pembuatan kitosan dari limbah semakin tinggi bila kadar abu yang
cangkang rajungan diperoleh melalui tiga dihasilkan semakin rendah (Setha
tahapan yaitu tahap demineralisasi, etaal.,a2019). Yanti et al. (2018)
deproteinasi, dan deasetilasi. Karakteristik menyebutkan bahwa kadar abu
kitosan tersaji pada Tabell1. kitosank1,75%. Kandungan mineral pada
crustaceae umumnya sebanyak 30-50%
Tabela1. Karakteristikakitosan dari cangkang dengan kadar 8-10% dari total bahan
rajungan organik. Mineral tersebut dapat dihilangkan
Komponena Nilai dari matriks menggunakan larutan HCl.
Kadaraair (%) 10,15±0,28 Garam-garam anorganik terikatMsecara
Kadaraabu (%) 2,78±0,46
fisik, dimanamsenyawa CaCO3 lebih
Viskositasa(cPs) 118,38±0,33
mudah dipisahkan dibandingmprotein.
Demineralisasi secara umum dilakukan
Kadar air merupakan parameter
dengan larutanbHCl atau asam lain
penting dalam mutu produk kitosan.
sepertiKH2SO4M(Khor, 2010). Pada saat
Berdasarkan BSN (2013) melalui SNI
pencucian dengan akuades, mineral-
7949-2013, kadar air kitosan sebesar ≤12%.
mineral yang tidak terlarut pada proses
Kitosan pada penelitian ini telah memenuhi
demineralisasi ikut terbawa oleh air
persyaratan BSN yaitu 10,15±0,28%.
pencucian (Siregar et al., 2016).
Kadar air yang rendah dapat menekan atau
Viskositas berhubunganMdengan
mengurangi kerusakan pada kitosan,
berat molekul, dimana viskositas akitosan
misalnya terhindar dari adanya aktivitas
pada penelitian ini yaitu 118,38±0,33 cPs.
mikroorganisme akibat kelembapan. Yanti
Kitosan inintergolong memilikilviskositas
et al. (2018) menyebutkan kadar air kitosan
yang rendahlkarena viskositas kurang dari
3,57%. Kadar air yang terkandung pada
<200 cPs (Setha et al., 2019). Faktorayang
kitosan dipengaruhi oleh proses
berpengaruh pada nilai viskositas yaitu
pengeringan, lama pengeringan yang
kekuatan ion, pH, suhu deasetilasi, waktu
dilakukan, jumlah kitosan yang
proses demineralisasi, dan suhu saat
dikeringkan, dan luas permukaan tempat
pengukuran (Rochima et al.,a2018).
kitosan dikeringkan (Agustina &
Kurniasih, 2013).
Optimasi Konsentrasi Enzim pada
Kadar abu juga merupakan parameter
Produksi Kitooligosakarida
yang penting dalam menentukan mutu
Hidrolisis merupakan proses
kitosan. Pengukuran kadar abu merupakan
pemecahan molekul kompleks menjadi
indikator efektivitas proses demineralisasi
molekul sederhana dengan bantuan air.
dalam menghilangkan mineral (Fernandez,
Bertambahnya rasio enzim, menyebabkan
2004). Kadar abu kitosan dari cangkang
bertambah banyak enzim yang mengatalis
rajungan berdasarkan penelitian ini sebesar
reaksi pemutusan ikatan glikosida pada
2,78±0,46%. BSN (2013) dalam SNI 7949-
rantai kitosan. Menurut Rokhati (2015),
2013 menunjukkan kadar abu kitosan
pembentukan gula reduksi menunjukkan
sebesar ≤12%. Kadar abu yang rendah
aktivitas enzim yang memotong ikatan
menunjukkan kandungan mineral yang
glikosida pada kitosan. Semakin tinggi
rendah. Mutu dans kemurniankkitosan akan

89
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

konsentrasi enzim maka semakin tinggi

Kadar gula reduksi (mg/mL)


6
pula gula reduksi yang dihasilkan. Enzim 5
pada suatu konsentrasi substrat tertentu,
4
kecepatan reaksi bertambah dengan
bertambahnya konsentrasi enzim (Wang et 3

al., 2007). 2
Hasil gula reduksi terendah pada 1
konsentrasi 0,5% yaitu 1,03±0,48 mg/mL 0
dan tertinggi pada konsentrasi 2,5% yaitu 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
5,21±0,39 mg/mL. Tetapi perlakuan Konsentrasi enzim (%)
konsentrasi 2,5% hasilnya tidak berbeda Gambar 1. Hubungan konsentrasi enzim pada kadar
nyata dengan perlakuan konsentrasi 2% gula reduksi
yaitu sebesar 4,86±0,09 mg/mL (Tabel 2).
Gambar 1 menjelaskani bahwa
Tabel 2. Pengaruh konsentrasi enzim pada produksi semakini besari konsentrasii enzimi maka
kitooligosakarida gula reduksii yangi dihasilkani semakin
Konsentrasi enzim Gula reduksi besar. Bertambahnya konsentrasi enzim,
(%) (mg/mL) menyebabkan bertambahi banyaki enzim
0,5 1,03d ±0,48 yangi mengatalisi reaksii pemutusan ikatani
1 2,39c±0,48 glikosidai padai rantaii kitosan. Menurut
1,5 3,77b±0,48
Rokhati et al. (2015), pembentukan gulai
2 4,86ab±0,09
2,5 5,21a±0,39 reduksi menunjukkani aktivitasi enzimi
yang memotong ikatan glikosida pada
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan
huruf berbeda menyatakan berbeda
kitosan. Semakin besar konsentrasi enzim
nyata (p≤ 0,05) maka semakin besar pula gula reduksi yang
dihasilkan. Enzim pada suatu konsentrasi
Berdasarkan Tabel 1, semakin tinggi substrat tertentu, kecepatan reaksi
konsentrasi enzim maka kadar gula reduksi bertambah dengan bertambahnya
yang dihasilkan semakin meningkat, konsentrasi enzim (Wang et al., 2007).
dimana pada penelitian ini didapatkan Sanchez et al. (2017) menghidrolisis
konsentrasi enzim optimum yaitu pada kitooligosakarida udang menggunakan
konsentrasi 2%. Hal ini disebabkan pada enzim kitosanase konsentrasi 1% dapat
enzim konsentrasi 2% memiliki aktivitas menurunkan viskositas 76%. Roncal et al.
yang sama dengan konsentrasi 2,5%. (2017) menjelaskan bahwa hidrolisis
Hubungan antara konsentrasi enzim dengan kitooligosakarida menggunakan 1% enzim
kadar gula reduksi tersaji pada Gambar 1. kitosanase dari S. griseus dapat
menghasilkan gula reduksi 0,5-2,25
mg/mL. Enzim kitosanase 0,05% juga
mampu menghasilkan kitooligosakarida
bermolekul rendah.
Viskositas merupakan salah satu
parameter yang menunjukkan terjadinya
hidrolisis selain gula reduksi.

90
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

Kitooligosakarida yang telah diperoleh dari Tabel 4. Pengaruh suhu hidrolisis pada produksi
setiap kondisi hidrolisis diukur kitooligosakarida

viskositasnya dan didapatkan hasil pada Suhu hidrolisis Gula reduksi


Tabel 3. (oC) (mg/mL)
30o 0,86de±0,15
40o 1,37c±0,19
Tabelt3. Pengaruh konsentrasi enzim pada
50o 1,68a±0,05
viskositas kitooligosakarida
60o 1,51ab±0,01
Konsentrasi enzim Viskositas 70o 0,75e±0,09
(%) (cPs) 80o 0,55f±0,09
0,5 40,54d±0,03
Keterangan:nNilainrata-rata yang diikuti dengan
1 30,65c±0,53
huruf berbeda menyatakan berbeda
1,5 28,37b±0,49
nyata (p≤0,05)
2 18,6ab±0,27
2,5 15,03a±0,05
Tabel 4 menunjukkan bahwa gula
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan
reduksi cenderung naik seiring dengan
huruf berbeda menyatakan berbeda
nyata (p≤ 0,05) bertambahnya suhu hidrolisis. Namun pada
suhu 50ºC, nilai gula reduksi yang
Berdasarkan pengukuran viskositas dihasilkan mencapai optimum sebesar
(Tabela3), proses hidrolisis berlangsung 1,68±0,05 mg/mL. Berdasarkan hasil
karena terjadi penurunan viskositas seiring analisis statistik menunjukkan bahwa
dengan peningkatan jumlah konsentrasi perlakuan suhu hidrolisis berpengaruh
enzim yang ditambahkan. Sarni et al. sangat nyata terhadap kenaikan gula
(2016) menjelaskan bahwa enzim reduksi hidrolisat kitooligosakarida. Hasil
kitosanase mampu menghidrolisis kitosan analisis lanjut dengan uji DMRT (α=0,05)
dengan cara pemutusan ikatan rantai menunjukkan bahwa gula reduksi hidrolisat
panjang kitosan, tepatnya pada ikatan β(1- berpengaruh nyata pada suhu hidrolisis 30,
4) glukosida membentuk rantai kitosan 40, 50, 60, 70, dan 80ºC. Hubungan antara
yang lebih pendek. suhu hidrolisis dengan kadar gula reduksi
tersaji pada Gambar 2.
Optimasi Suhu Hidrolisis pada Produksi Semakin tinggi suhu hidrolisis maka
Kitooligosakarida gula reduksi yang dihasilkan semakin
Suhu merupakan salah satu faktor tinggi dimana suhu 50oC merupakan suhu
yang berpengaruh pada kondisi hidrolisis optimum dari proses hidrolisis (Gambar
kitooligosakarida. Hidrolisist kitosan 2). Ismail (2019) melaporkan bahwa
dilakukan dengan konsentrasi enzim hidrolisis kitooligosakarida menggunakan
kitosanase 0,5% selama 3 jam sebagai enzim kitosanase dari Pseudomonas
variabel tetap. Menurut Choi, et al. (2004), optimum pada suhu 50oC. Pagnoncelli et
enzim kitosanase dari Bacillus sp. optimum al. (2010) juga memproduksi
pada suhu antara 30oC-70oC. Adapun kitooligosakarida menggunakan enzim
pengaruh suhu terhadap kadar gula reduksi kitosanase dari Paenibacillus ehimensis
tersaji pada Tabel 4.e pada suhu optimum 50ºC. Enzim
kitosanase dari Matsubacter
chitosanotabidus optimum pada suhu 30-

91
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

40oC (Zilda et al., 2016). Enzim kitosanase kerusakan struktur enzim yang dapat
dari Bacillus cereus optimum pada menyebabkan kerusakan enzim secara
suhue70oC (Lestari et al., 2019). Wangtueai keseluruhan maupun sebagian terutama
et al. (2007) melaporkan enzim kitosanase pada sisi aktifnya (Wang et al., 2007).
dari Bacillus cereus TPt 12.24 memiliki pH Proses hidrolisis menyebabkan
4,5 dan suhu optimum 55ºC. terjadinya penurunan viskositas. Adapun
pengaruh suhu hidrolisis terhadap
2 penurunan viskositas hidrolisis kitosan
menjadi kitooligosakarida tersaji pada
Kadar gula reduksi (mg/mL)

1,6 Tabel 5.

1,2 Tabel 5. Pengaruh suhu hidrolisis terhadap


viskositas kitooligosakarida
0,8
Suhu hidrolisis Viskositas
(oC) (cPs)
0,4 30 64,96de±0,93
40 57,27c±0,56
0 50 38,47a ±0,31
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 60 40,55ab ±0,03
Suhu hidrolisis (oC) 70 41,71e ±0,54
80 50,47f ±0,92
Gambar 2. Hubungan suhu hidrolisis dengan kadar
gula reduksi Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan
huruf berbeda menyatakan berbeda
nyata (p≤ 0,05)
Setiap enzim memiliki karakteristik
yang berbeda disebabkan oleh perbedaan
Tabel 5 menunjukkan penurunan
jenis mikroba yang memproduksi enzim
viskositas yang terjadi pada suhu 30-50oC,
tersebut. Peningkatan aktivitas enzim bisa
setelah itu viskositas naik pada suhu 60oC.
dipengaruhi oleh suhu karena menurut
Hal tersebut menunjukkan bahwa enzim
Nurhaeni et al. (2019), peningkatan suhu
memiliki aktivitas optimal pada suhu 50oC
reaksi sebesar 10oC akan meningkatkan
setelah itu aktivitas enzim berkurang akibat
aktivitas enzim 50-100%. Suhu dapat
panas dari lingkungan yang menyebabkan
mempercepat proses reaksi namun pada
kenaikan viskositas. Kenaikan viskositas
titik suhu tertentu, kecepatan reaksi yang
ini terjadi oleh adanya penurunan aktivitas
dikatalis oleh enzim akan mulai menurun
enzim karena hasil hidrolisis merupakan
atau bahkan tidak nampak lagi aktivitasnya.
produk kitosan bermolekul lebih rendah
Kondisi suhu dimana enzim dapat
yang memiliki struktur sama dengan
menghasilkan aktivitas tertinggi disebut
substrat awal. Keberadaan produk dalam
sebagai suhu optimum karena enzim
kondisi tertentu justru akan menjadi
berstruktur protein dan protein dapat rusak
inhibitor yang akan menghambat kinerja
oleh panas maka pada suhu tinggi tertentu
enzim sehingga dapat terjadi rekombinasi
aktivitas enzim mulai menurun dan bahkan
dua atau lebih produk hasil hidrolisis pada
menghilang. Hal ini sangat dimungkinkan
sisi aktif enzim (Li et al., 2005; Rokhati et
karena terjadinya denaturasi atau
al., 2015).

92
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

Optimasi Waktu Hidrolisis pada hidrolisis 5 jam. Hubungan suhu hidrolisis


Produksi Kitooligosakaridaa dengan gula reduksi tersaji Gambar 3.
Waktu hidrolisis adalah salah satu
faktor yang berpengaruh dalam 8

Kadar gula reduksi (mg/mL)


pembentukan hidrolisat kitooligosakarida. 7
Hidrolisis kitooligosakarida dilakukan 6
dengan konsentrasi enzim kitosanase 0,5% 5
dan suhu 60oC sebagai variabel tetap dan 4
lama waktu hidrolisis yang digunakan yaitu 3
1 sampai 8 jam. Terbentuknya gula reduksi 2
setelah proses hidrolisis merupakan salah 1
satu indikator keberhasilan hidrolisis 0
kitooligosakarida. Adapun pengaruh lama 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
waktu hidrolisis terhadap gula reduksi Lama hidrolisis (Jam)
tersaji pada Tabela6. Gambar 3. Pengaruhalamaahidrolisis terhadapa
kadar gulaareduksi
Tabel 6. Pengaruh waktu hidrolisis terhadap kadar
gularreduksia
Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai
Waktu hidrolisis Gula reduksi gula reduksi hasil hidrolisis enzim
(Jam) (mg/mL) kitosanase meningkat ketika pada waktu 1
1 0,38d±0,44
sampai 5 jam. Setelah 5 jam maka hidrolisis
2 0,55cd ±0,58
3 1,09c±0,39 berlangsung menurun seiring dengan waktu
4 4,45b±0,48 reaksi yang bertambah. Kenaikan kadar
5 7,39a±0,48 gula reduksi terjadi 5 jam awal, setelah 5
6 7,33a±0,48 jam terjadi penurunan gula reduksi yang
7 7,26a±0,48
signifikan. Setiap enzim memiliki kondisi
8 7,16a±0,43
optimum hidrolisis yang berbeda. Jeon &
Keterangan:nNilainrata-rata yang diikuti dengan
hurufi berbeda menyatakan berbeda
Kim (2000) melaporkan hasil hidrolisis
nyata (p≤0,05) kitooligosakarida menggunakan enzim
kitosanase dari Bacillus pumilus optimum
Tabel 6 menunjukkan gula reduksi setelah 3 jam. Sanchez et al. (2017)
cenderung naik dengan bertambahnya suhu menggunakan enzim kitosanase pada
hidrolisis. Pada lama hidrolisis 5 jam nilai Streptomyces griseus yang optimum pada
gula reduksi yang dihasilkan mencapai titik jam ke-4. Jenis mikroorganisme yang
optimum sebesar 7,39±0,48 mg/mL. Lama berbeda menghasilkan karakteristik enzim
waktu hidrolisis berpengaruh sangat nyata yang berbeda pula (Fawzya et al., 2009).
terhadap kenaikan gula reduksi hidrolisat Menurut Dong et al. (2014), lama waktu
kitooligosakarida. Kadar gula reduksi naik hidrolisis tidak hanya memengaruhi kadar
secara signifikan oleh bertambahnya waktu gula reduksi tetapi juga terhadap rendemen
hidrolisis sehingga mencapai waktu yang dihasilkan. Aktivitas enzim akan
hidrolisis optimum yaitu pada lama meningkat dengan bertambahnya waktu
reaksi hingga mencapai waktu optimum.

93
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

Apabila waktu optimum telah tercapai enzim relatif stabil. Sarni et al. (2016)
maka penambahan waktu hidrolisis tidak melaporkan bahwa terjadi penurunan
akan memengaruhi reaksi hidrolisis. viskositas pada kitooligosakarida yang
Waktu reaksi sangat berpengaruh pada dihidrolisis menggunakan enzim kitosanase
reaksi hidrolisis kitooligosakarida. Dimana dari Klepsiella sp. pada 3 jam pertama.
waktu yang lama akan menyebabkan Rokhati et al. (2016) menyebutkan bahwa
banyak rantai kitosan yang terdegradasi hidrolisis kitooligosakarida selama 4 jam
dan menghasilkan kitooligosakarida menggunakan kombinasi enzim
dengan berat molekul rendah (Handayani et exocellulase dan endocellulase mampu
al., 2013). menurunkan viskositas hingga 17,34 cPs.
Berat molekul kitooligosakarida Semakin lama waktu hidrolisis maka
berhubungan dengan tingkat viskositas interaksi antara enzim dan substrat semakin
dari suatu larutan tersebut. Semakin rendah tinggi yang mengakibatkan semakin
viskositas kitooligosakarida menunjukkan banyak pemutusan ikatan ß (1,4) glikosidik
semakin rendah pula berat molekulnya. pada kitosan menjadi molekul lebih
Adapun hubungan antara lama waktu sederhana dan menyebabkan viskositas
hidrolisis dengan viskositas yang terbentuk turun. Setiap enzim memiliki karakteristik
tersaji pada Tabela7. yang berbeda berdasarkan cara
memperoleh enzim tersebut, mikroba yang
Tabel 7. Pengaruh waktu hidrolisis terhadap menghasilkan, dan lainnya. Adapun faktor
viskositas kitooligosakarida yang dapat memengaruhi aktivitas enzim
Waktu hidrolisis Viskositas diantaranya suhu, pH, konsentrasi, dan
(Jam) (cPs) lama waktu hidrolisis (Rochima et al.,
1 64,23d ±0,77
2018).
2 58,57cd ±0,69
3 40,55c ±0,03
4 36,23b ±0,73 Hasil Hidrolisat Kitooligosakarida pada
5 27,44a ±0,37 Kondisi Optimum
6 26,87a ±0,26 Hidrolisis merupakan proses
7 26,09a±0,24
pemecahan molekul kompleks menjadi
8 25,32a±0,17
molekul sederhana dengan bantuan air.
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan Berdasarkan data optimasi konsentrasi
huruf berbeda menyatakan berbeda
enzim, suhu hidrolisis, dan lama hidrolisis
nyata (p≤ 0,05)
kemudian dilakukan hidrolisis
Kitooligosakarida yang dihasilkan kitooligosakarida menggunakan enzim
dari proses hidrolisis enzim kitosanase dari kitosanase dengan konsentrasi enzim 2%
Bacillus sp. mengalami penurunan (w/w) kitosan, suhu hidrolisis 50oC, dan
viskositas yang signifikan pada waktu lama hidrolisis 5 jam. Hidrolisat
hidrolisis 1 sampai 5 jam, namun pada jam kitooligosakarida yang dihasilkan tersaji
ke-5 hingga ke 8 viskositas relatif stabil. pada Tabel 8.
Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas
enzim relatif meningkat pada jam 5 awal,
sedangkan pada jam 5 ke atas aktivitas

94
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

Tabel 8. Karakteristik kitooligosakarida rajungan dengan berat molekul sehingga dengan


Komponen Nilai menurunnya viskositas intrinsik dari
Gula reduksi (mg/mL) 8,49±0,38 oligomer kitosan maka terjadi pula
Viskositas (cPs) 19,08±0,01 penurunan berat molekulnya. Hal ini
Berat molekul (kDa) 4,51±0,44
mengindikasikan bahwa telah terjadi
pemutusan ikatan rantai panjang pada
Pada kondisi optimum dihasilkan kitosan, tepatnya pada ikatan β(1-4)
kitooligosakarida yang memiliki gula glukosida membentuk rantai kitosan yang
reduksi sebesar 8,49±0,38 mg/mL (Tabel lebih pendek (Nurhaeni et al., 2019).
8). Pagnoncelli et al. (2010) melaporkan Kitooligosakarida dengan berat molekul
bahwa kitooligosakarida hasil hidrolisis rendah dilaporkan memiliki banyak
enzim kitosanase dari Paenibacillus aktivitas biologi seperti antimikroba,
ehimensis memiliki kadar gula reduksi antikanker, antioksidan, dan efek
sebesar 1,2 mg/mL. Kadar gula reduksi imunostimulan yang tergantung pada sifat
kitooligosakarida menunjukkan terjadi fisikokimianya (Qin et al., 2002).
proses hidrolisis karena menurut Rokhati et Kitooligosakarida memiliki aktivitas
al. (2016) setiap pemutusan ikatan antimikroba karena mampu menghambat
glikosida pada rantai kitosan akan pertumbuhan Escherichia coli dan L.
membentuk satu gula reduksi dan satu gula monocytogenes (Sanchez et al., 2017). Hal
non reduksi. ini dikarenakan COS
Viskositas kitooligosakarida dari
(chitooligosaccharides) memiliki muatan
cangkang rajungan yaitu sebesar
positif dari gugus amina. Gugus amina ini
19,08±0,01 cPs (Tabel 8).
juga mampu menyatu dengan empedu
Kitooligosakarida hasil hidrolisis enzimatis
sehingga menghambat penyerapan
menghasilkan viskositas 2,15 cPs (Yawzya
kolesterol. Dimana Jin et al. (2017)
et al., 2009). Viskositas yang rendah
menjelaskan bahwa 1% kitooligosakarida
menunjukkan bahwa proses hidrolisis
dari kepiting dapat menurunkan kolesterol
berhasil yang ditandai dengan penurunan
49–64 mg/g secara in-vitro. Gugus amina
viskositas. Viskositas ini akan digunakan
dari COS diduga memiliki aktivitas sebagai
untuk menentukan berat molekul. Berat
antioksidan sebagaimana penelitian El-
molekul merupakan salah satu parameter
Sayed et al. (2017) yang menghasilkan
penting. Kitooligosakarida pada penelitian
COS dengan aktivitas antioksidan metode
ini memiliki berat molekul 4,51±0,44 kDa
DPPH sebesar 86,97 mgAAE/g dan dengan
(Tabel 8). Sanchez et al. (2017) meneliti
metode FRAP sebesar 93,56 μgTE/mg atau
kitooligosakarida yang memiliki berat
sekitar 9,356%.
molekul sebesar 5,6 kDa. Berat molekul
dari kitooligosakarida yang rendah
KESIMPULANi
memiliki sifat lebih mudah larut dalam air
Kondisi optimal proses hidrolisis
dibanding sebelum terhidrolisis (Julianti et
kitooligosakarida cangkang rajungan
al., 2012). Kemampuan enzim untuk
dengan menggunakan enzim kitosanase
mendegradasi ikatan glikosidik
komersial dari Bacillus sp. yaitu pada suhu
menyebabkan terjadinya penurunan
hidrolisis 50oC, konsentrasi enzim 2%
viskositas intrinsik yang berbanding lurus

95
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

selama 5 jam. Kitooligosakarida yang application for the production of chitosan


dihasilkan memiliki kadar gula reduksi oligosaccharides. Journal Applied and
sebesar 8,49±0,38 mg/mL, viskositas Environmental Microbiology, 70(8),
sebesar 19,08±0,01 cPs, dan berat molekul 4522-4531.
sebesar 4,51 kDa. Dong, H., Yaoson, W., Liming, Z., Jiachun, Z.,
Quanming, X., & Yongjun, Q. (2014).
DAFTAR PUSTAKA Key technologies of enzymatic
Aam, B.B, Heggset, E.B., Norberg, A.L., preparation for dp 6–8
Sorlie, M., & Eijsink, V.G. (2010). chitooligosaccharides. Journal of Food
Production of chitooligosaccharides and Process Engineering, 38(2015), 336–
their potential applications in medicine. 344.
Journal of Medicine and Life, 2(8), 1482- Fawzya, Y.N., Sitohang, M.N., Syarmalina, &
1517. Pratitis, A. (2009). Produksi
Agustina, S., & Kurniasih, Y. (2013). kitooligosakarida menggunakan enzim
Pembuatan kitosan dari cangkang udang sellulase dari Trichoderma resei dan
dan aplikasinya sebagai adsorben untuk bioavalibilitas sebagai antibakteri.
menurunkan kadar logam Cu. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Proseding Seminar Nasional. IKIP Kelautan dan Perikanan, 4(2), 105-112.
Mataram. Matarami. 9-10 Oktober Fernandez, K. (2004). “Physicochemical and
2013. Functional Properties of Crawfish
AOAC. (2005). Official Methods of Analysis Chitosan as Affected by Different
of The Association of Official Analytical Processing Protocols”. Thesis. Food
Chemist. AOAC Inc., Washington. Technology, Seoul National University.
Seoul.
BSN [Badan Standardisasi Nasional]. (2013).
Standar Mutu Kitosan. SNI 7949-2013. Handayani, H.P.L., Paramarta, S.R., &
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Rokhati, N. (2013). Depolimerisasi
Indonesia. kitosan dengan hidrolisa enzimatik
menggunakan enzim α-amilase. Jurnal
Butarbutar, E. (2018). “Uji Aktivitas Teknologi, Kimia, dan Industri, 2(4), 45-
Antibakteri Kitosan Berbahan Baku 52.
Cangkang Rajungan (Portunus
pelagicus) Terhadap Bakteri Ismail, A.S. (2019). Microbial valorization of
Staphylococcus aureus dan Escherichia shrimp byproduct via the production of
coli”. Skripsi. Kimia, Universitas thermostable kitosanase and antioxidant
Sumatra Utara, Medan. chitooligosaccharides. Journal
Biocatalysis and Agriculture
Chasanah, E., Zilda, S.D., & Uria, A.R. Biotechnologyvol, 2(3), 21-34.
(2009). Screening and characterization
of bacterial chitosanase from marine Jeon, Y., & Kim, S. (2000). Production of
environment. Journal of Coastal chitooligosaccharides using an
Development, 12(2), 64-72. ultrafiltration membrane reactor and
their antibacterial activity. Journal
Choi, J.Y., Kim, E.J., Piao, Z., Yun, Y.C., & Carbohydrate Polymers, 41(3), 133-141.
Shin, Y.C. (2004). Purification and
characterization of chitosanase from Jin, Q., Huahua, Y., Xueqin, W., Kecheng, L.,
Bacillus sp. strain KCTC 0377BP and its & Pengcheng, L. (2017). Effect of the

96
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

molecular weight of water-soluble Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan


chitosan on its fat cholesterol binding Indonesia, 24(3), 301-309.
capacities and inhibitory activities to
Nurhaeni, N., Angriani, S., Pasjan, S., &
pancreatic lipase. Journal Biocatalysis
Jusman. (2019). Penentuan suhu dan pH
and Agriculture, 4(3), 61-84.
hidrolisis kitosan dari cangkang keong
Julianti, S., Agusnar, H., & Alfian, Z. (2012). sawah (Pila ampullacea) terhadap berati
Pembuatan kitosan oligomer melalui molekul hidrolisatnya. Jurnal Riset
metode degradasi oksidatif dan Kimia, 5(1), 90-99.
pengaruhnya terhadap viskositas dan
Pagnoncelli, M.G.N., de-Araujo, N.K., da-
berat molekul. Jurnal Saintia Kimia,
Silva, N.M.P., & Macedo, G.R. (2010).
1(1), 12-23.
Kitosanase production by Paembacillusi
Khor, E. (2010). Chitin. Singapore: Singapore ehimeusis and its application for chitosan
Press. hydrolysis. Journal Brazilian Archives of
Laili, I.Z., Noor, H., & Sukardi. (2019). Biology and Technology, 53(6), 1461-
Karakteristik fisik kimia kitosan dari 1468.
cangkang rajungan (Portunus pelagicus) Purwatiningsih, S., Wukirsari, T., Sjahriza, A.,
melalui proses deasetilasi dengan & Wahyono, D. (2009). Sumber
konsentrasi NaOH dan waktu ekstraksi Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB
serta di aplikasikan sebagai bahan Press.
pengawet alami pada fillet ikan nila.
Qin, C., Du, Y.M., & Xiao, L. (2002). Effect of
Prosiding Jurnal Universitas
hydrogen peroxide treatment on the
Muhamadiyah Malang, 5(2), 30-43.
molecular weight and structure of
Li, J., Du, Y., Yang, J., Feng, T., Li, A., & chitosan. polym degradation and
Chen, P. (2005) Preparation and stability. Journal Chemistry and
characterisation of low molecular weight Biology, 7(6), 211-218.
chitosan and chitooligomers by a
Rahman, M.H., Hjeljord, L.G., Aam, B.B.,
commercial enzyme, polymer
Sorlie, M., & Tronsmo, A. (2015).
degradation and stability. Journal
Antifungal effect of
Chemistry, 87(3), 441-448.
chitooligosaccharides with different
Lodhi, G., Kim, Y.S.J., Hwang, W., Moon, degrees of polymerization. European
S.K.S.H., Jeoni, B.T., & Park, P.J. Journal of Plant Pathology, 141(1),
(2014). Chitooligosaccharides and its 147-158.
derivates: Preparation and biological
Ramadhani, Z.A. (2020). Komposisi kimia
applications. Journal BioMed Research
(proksimat) tepung cangkang kepiting
International, 1(2),45-51.
bakau (Scylla Serrata). Jurnal
Mourya, V.K., Inamdar, N.N., & Choudhar, Perikanan, 13(1), 25-31.
Y.M. (2011). Chitooligosaccharides:
Ridho, F.A., Bambang, R., & Uju. (2017).
Synthesis, characterization and
Kitooligosakarida melalui
applications. Journal Polymer Science,
depolimerisasi kitosan dengan hidrogen
53(7), 583–612.
peroksida untuk aplikasi biopreservatif
Natalia, D.A, Dharmayanti, N., & Dewi, F.R. pindang tradisional. Jurnal Pengolahan
(2021). Produksi kitosan dari cangkang Hasil Perikanan Indonesia, 20(3), 19-24.
rajungan (Portunus sp.) pada suhu ruang.

97
Optimasi Kitooligosakarida Cangkang Rajungan ...
Jurnal Agroteknologi Vol. 16 No. 01 (2022)

Rochima, E., Suhartono, M.T., Dahrul, S., & (Sepia officinalis). Jurnal Teknologi
Sugiyono. (2018). Karakteristik kitosan Kimia Unimal, 5(2), 37-44.
hasil deasetilasi enzimatis oleh kitin
Wang, S., Huang, Q., & Wang, Q. (2005).
deasetilase isolat Bacillus papandayan
Study on the synergetic degradation of
K29-14. Buletin Teknologi Hasil
chitosan with ultraviolet light and
Perikanan. Universitas Padjajaran,
hydrogen peroxide. Journal
Bandung.
Carbohydrate Research, 340(4), 1143–
Rokhati, N., Bambang, P., Titik, I., 1147.
Mohammad, S., & Luthfi, K. (2015).
Wang, Y., Zhou, P., Yu, J., Pan, X., Wang, P.,
Hidrolisis enzimatik kitosan dengan
Lan, W., & Tao, S. (2007). Antimicrobial
kombinasi enzim endo glucanase dan
effect of chitooligosaccharides produced
cellobiohydrolase. Jurnal Reaktor,
by kitosanase from Pseudomonas CUY8
15(4), 261-267.
Asia Pacific. Journal of Clinical
Roncal, T., Oviedo, A., Armentia, I.L., Nutrition, 16(3), 132-139.
Fernande, L., & Villaran, M.C. (2017).
Wangtueai, S., Worawattanamateekul, W.,
High yield production of monomer free
Sangjindavong, M., Naranong, N., &
chitosan oligosaccharides by pepsin
Sirisansaneeyakul, S. (2007).
catalyzed hydrolysis of a high
Production and partial characterization
deacetylation degree chitosan. Journal
of kitosanases from newly isolated
Carbohydrate Research, 342(2), 2750-
Bacillus cereus. Journal Kasetsart,
2756.
41(2), 346-355.
Sanchez, A., Mengibar, M., Rivera-Rodrgueze,
Yanti, R., Drastinawati, & Yusnimar. (2018).
Moerchbacher, G., Acosta, N., & Heras,
Sintesis kitosan dari limbah cangkang
A. (2017). The effect of preparation
kepiting dengan variasi suhu dan waktu
processeson the physicochemical
pada proses deasetilasi. Jurnal Teknik,
characteristics and antibacterial activity
5(2), 12-23.
of chitooligosaccharides. Journal
Carbohydrate Polymers, 157(2), 251- Zilda, D.S., Fawzya, Y.N., & Chasanah, E.
257. (2016). Characteristic enzym kitosanase
from Matcusuerbacter c. Jurnal
Sarni, S., Natsir, H., & Dali, S. (2016). Chitosan
Pascapanen dan Perikanan, 1(1), 43-49.
oligomer production from waste tiger
shrimp (Penaeus monodon) using
enzymes kitosanase of bacterial isolates
Klebsiella sp. Journal Chemistry, 3(2),
283-289.
Setha, B., Fitriani, R., Bernita, B., & Silaban.
(2019). Karakteristik kitosan dari kulit
udang vaname dengan menggunakan
suhu dan waktu yang berbeda dalam
proses deasetilasi. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia, 22(3), 31-40.
Siregar, E.C., Suryati, & Hakim, L. (2016).
Pengaruh suhu dan waktu reaksi pada
pembuatan kitosan dari tulang sotong

98

You might also like