1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421

Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

Analisa Rekayasa Uji Mekanik Material Komposit Berpenguat Fly Ash


Kelas C Batubara Subitumen Dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(1)*
Ari Dwi Setiawan, (2)Muhammad Taufiqurrahman, (2)*Muhammad Ivanto

(1,2,3)
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

*Email: arydwisetiawan@student.untan.ac.id

ABSTRACT

Composite materials have advanced rapidly in technological developments because of their unique
renewable qualities. The purpose of this study is to examine utilisation of fly ash waste as an
environmentally friendly composite material, with the aim of reducing the adverse effect industrial waste
and creating sustainable solutions. The analysis of the influence of the composition of fly ash reinforced
shall be the objective of this research Class C sub-bituminous coal composites on hardness and wear
resistance. The addition of reinforcing elements such as fly ash from coal combustion remnants can be
carried out. Combining fly ash, magnesium oxide, and epoxy resin as the composite matrix, various
composition variations were tested to create new materials with good hardness and wear resistance
properties. The ANOVA analysis method was employed to examine the influence of these materials,
revealing that the epoxy resin parameter has the highest influence, while MgO has the lowest. The
testing results indicate that the composition with 30% fly ash, 50% epoxy resin, and 20% magnesium
oxide exhibits the highest hardness value of 84 HRB, while the composition with 40% fly ash, 45% epoxy
resin, and 15% magnesium oxide demonstrates the lowest hardness of 62.5 HRB. Wear resistance
testing reveals the highest wear rate in the composition with 35% magnesium oxide, 65% epoxy resin,
and 0% fly ash, with a value of 6.74 x 10 -5 gr/mm2.minute, while the lowest wear rate occurs in the
composition with 0% magnesium oxide, 30% epoxy resin, and 70% fly ash, with a value of 1.49 x 10-5
gr/mm2.minute. The results of these studies provide insight into the effects of composition on mechanical
properties of fly ash-reinforced Class C sub-bituminous coal composites as renewable and
environmentally friendly materials in addressing waste-related issues.

Keywords: epoxy resin, fly ash, MgO, hardness and wear test

ABSTRAK

Material komposit telah mengalami kemajuan pesat dalam perkembangan teknologi karena kualitas
uniknya yang dapat diperbarui. Penelitian ini fokus pada pemanfaatan limbah fly ash sebagai bahan
komposit ramah lingkungan, dengan tujuan mengurangi dampak negatif limbah industri dan
menciptakan solusi berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh komposisi
komposit berpenguat fly ash kelas c batubara subbitumen terhadap kekerasan dan keausan. Penambahan
elemen penguat seperti fly ash dari sisa pembakaran batubara dapat dilakukan. Menggabungkan fly ash,
magnesium oksida, dan resin epoxy menjadi matriks komposit, berbagai variasi komposisi diuji untuk
menciptakan material baru dengan sifat kekerasan serta memperoleh sifat ketahanan aus terbaik. Metode
analisis ANOVA yaitu menganalisis pengaruh dari bahan-bahan ini, menunjukkan bahwa parameter
resin epoxy memiliki pengaruh tertinggi, sementara Mgo memiliki pengaruh terendah. Pengaruh
variabel MgO, Resin Epoxy, dan fly ash terhadap variabel kekerasan sebesar 72,1%. Sedangkan
pengaruh variabel Mgo, Resin, dan fly ash terhadap variabel keausan adalah sebesar 69,2%. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa komposisi dengan 30% fly ash, 50% resin epoxy, dan 20% magnesium
oksida memiliki kekerasan tertinggi dengan nilai 84 HRB, sementara komposisi dengan 40% fly ash,
45% resin epoxy, dan 15% magnesium oksida memiliki kekerasan rendah dengan nilai 62,5 HRB.
Pengujian keausan menunjukkan laju keausan tertinggi pada komposisi dengan 35% magnesium oksida,
65% resin epoxy, dan 0% fly ash bernilai 6.74 x 10-5 gr/mm2.menit, sementara laju keausan terendah

-81-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

terjadi pada komposisi dengan 0% Magnesium Oksida, 30% Resin Epoxy, dan 70% fly ash bernilai 1.49
x 10-5 gr/mm2.menit. Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai pengaruh variasi
komposisi resin epoxy, fly ash dan MgO terhadap sifat mekanik material komposit berpenguat fly ash
kelas c subitumen untuk material yang ramah lingkungan dalam mengatasi permasalahan limbah.

Kata Kunci: resin epoxy, abu terbang, MgO, uji kekerasan dan keausan

I. Pendahuluan lingkungan telah menjadi fokus penelitian


dalam upaya mengurangi dampak negatif
Material komposit telah mengalami limbah industri dan menciptakan solusi
kemajuan pesat dalam perkembangan teknologi berkelanjutan untuk kebutuhan material. Fly
karena kualitas uniknya yang dapat diperbarui. ash adalah hasil sampingan dari proses
Penelitian ini fokus pada pemanfaatan limbah pembakaran batubara di pembangkit listrik
fly ash sebagai bahan komposit ramah tenaga uap, sebagian besar terdiri dari partikel-
lingkungan. Komposit adalah hasil dari partikel kecil yang terbawa oleh gas
pengembangan material pada era saat ini, pembakaran. Sebagai limbah industri, fly ash
digunakan untuk beragam keperluan. Komposit dapat menjadi sumber masalah lingkungan jika
merupakan hasil dari penyatuan dua atau lebih tidak dikelola dengan baik. Namun, fly ash juga
material yang tidak larut satu sama lain ketika memiliki potensi sebagai bahan tambahan
dicampur. Dalam proses pembuatannya, resin dalam industri konstruksi dan material teknik
sering digunakan sebagai matriks komposit, lainnya karena memiliki sifat pozzolan, yaitu
dengan komponen utama berupa resin (matriks) kemampuan untuk mereaksikan dengan
dan material penguat lainnya (reinforcement). kalsium hidroksida dalam beton dan
Material komposit dirancang dengan menciptakan ikatan tambahan yang
menggabungkan berbagai jenis material, meningkatkan kekuatan dan ketahanannya
bertujuan untuk menghasilkan kombinasi sifat terhadap degradasi. Fly ash kelas C adalah Ada
yang optimal dari setiap komponen yang jenis fly ash dengan sifat unik, yakni fly ash
membentuknya, sehingga mengurangi kelas C yang memiliki kandungan silika,
konsumsi bahan kimia maupun gangguan alumina, dan besi yang lebih tinggi daripada fly
lingkungan hidup (Purkuncoro, A. E. 2018). ash kelas F. Karena perbedaan ini, fly ash kelas
Dalam beberapa kasus, jika material C memiliki potensi pozzolanic yang lebih besar.
komposit memiliki sifat mekanik yang kurang Penggunaan fly ash kelas C biasanya lebih
memadai, tindakan diambil untuk mengatasi kompleks daripada fly ash kelas F, namun
kelemahan tersebut dengan menambahkan memiliki potensi kekuatan yang lebih tinggi
elemen penguat. Salah satu contohnya adalah ketika diterapkan dalam material.
penggunaan fly ash dari batubara, yang sering Kombinasi dengan Resin Epoxy dan
ditemui di berbagai pabrik. Fly ash atau abu Magnesium Oksida: Dalam upaya untuk
terbang adalah hasil sisa pembakaran batubara memanfaatkan fly ash kelas C sebagai penguat
dari berbagai industri besar, seperti pembangkit material, telah dikembangkan sebuah material
listrik tenaga uap (PLTU), industri inovatif dengan menggabungkannya dengan
perminyakan, industri semen, industri kereta dua parameter lainnya, yaitu resin epoxy dan
api, dan sebagainya. Di Indonesia, volume magnesium oksida. Resin epoxy adalah matriks
limbah fly ash terus meningkat, seperti pada dan polimer yang tahan terhadap korosi serta
tahun 2018, diperkirakan mencapai 9,7 juta ton memiliki daya rekat yang baik, sementara
dari PLTU di Indonesia, dan dengan program magnesium oksida memiliki sifat mekanik yang
35 MW tahun 2022 diharapkan akan dihasilkan kuat dan tahan terhadap suhu tinggi. Material
sekitar 13,7 juta ton per tahun (ESDM 2022). yang dihasilkan dari kombinasi fly ash kelas C,
Berdasarkan data KLHK, jumlah limbah fly ash resin epoxy, dan magnesium oksida diharapkan
yang dihasilkan sekitar 1.505.008 ton per hari. memiliki kekuatan dan ketahanan yang unggul.
KLHK mendorong penggunaan kembali limbah Sebelum material ini dapat diterapkan dalam
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dalam berbagai aplikasi, uji sifat mekanik perlu
aspek infrastruktur. (ESDM 2022). dilakukan. Beberapa uji mekanik yang relevan
Usaha untuk memanfaatkan limbah fly ash termasuk uji kekerasan dan keausan.
sebagai material komposit yang lebih ramah

-82-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

Uji kekerasan bertujuan untuk mengetahui 1. Abu Terbang Kelas C (Fly Ash C)
seberapa tahan material terhadap penetrasi atau Abu terbang atau fly ash adalah partikel-
goresan permukaan oleh benda keras. Metode partikel halus yang terbentuk akibat
yang umum digunakan adalah uji kekerasan pembakaran batubara. Salah satu varian fly ash,
rockwell dengan penekanan bola baja 1/16. yakni fly ash kelas C, diperoleh melalui
Hasil dari uji ini akan memberikan gambaran pembakaran batubara jenis sub-bitumen.
tentang ketahanan material terhadap deformasi Batubara sub-bitumen adalah salah satu jenis
permanen akibat tekanan atau benturan. batubara dengan kandungan karbon yang lebih
Sedangkan, uji keausan berguna untuk rendah dibandingkan dengan jenis batubara
mengevaluasi sejauh mana material dapat lainnya. Fly ash kelas C memiliki karakteristik
bertahan terhadap gesekan atau abrasi. Uji ini yang mempengaruhi penggunaannya dalam
dengan standar ASTM G-99 pengujian tersebut aplikasi material komposit. Sangat penting
dapat dilakukan dengan metode uji pin-on-disk. untuk dikelola karena dapat menyebabkan
Hasil uji keausan akan memberikan informasi masalah lingkungan. Fly ash kelas C memiliki
tentang daya tahan material dalam aplikasi yang kandungan kimia seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3,
melibatkan gesekan dan beban mekanik. CaO, dan MgO. Abu terbang ini juga digunakan
Implikasi penggunaan material ini jika dalam pembangkit listrik tenaga uap dan
hasil uji sifat mekanik menunjukkan bahwa industri lainnya.
material yang dikombinasikan dari fly ash kelas
C, resin epoxy, dan magnesium oksida memiliki 2. Resin Epoxy
performa yang unggul, maka material ini Penggunaan umum resin epoxy sebagai
memiliki potensi besar untuk diaplikasikan matriks atau agen pengikat dalam material
dalam berbagai industri. Penggunaannya dapat komposit.Sebagai matriks, resin epoxy
membantu mengatasi permasalahan limbah fly memiliki peran penting dalam memberikan
ash, sekaligus menciptakan material inovatif kekuatan, kekakuan, dan sifat mekanik
yang dapat digunakan untuk keperluan keseluruhan pada material komposit. Dalam
konstruksi, manufaktur, atau bahkan aplikasi penelitian dan pengembangan material
khusus dalam suhu tinggi dan lingkungan komposit, variasi dalam komposisi dan
korosif. Fly ash kelas C merupakan penguat pengolahan resin epoxy dapat dieksplorasi
yang menjanjikan ketika dikombinasikan untuk mencapai tingkat kekerasan dan keausan
dengan resin epoxy dan magnesium oksida. Uji yang optimal, serta memenuhi persyaratan
sifat mekanik yang mencakup uji kekerasan dan aplikasi yang diinginkan.
keausan akan membantu mengidentifikasi
potensi material ini dalam mengatasi 3. Magnesium Oksida (MgO)
permasalahan limbah dan menciptakan material Magnesium oksida digunakan sebagai
terbaru dengan sifat mekanik yang unggul. Jika pengisi, abrasif, dan penguat dalam berbagai
berhasil, material ini dapat memiliki dampak material. Dengan berat ringan, titik lebur tinggi,
positif dalam berbagai sektor industri dan dan kekuatan mekanik yang baik, MgO
membantu mengurangi dampak lingkungan dari merupakan bahan yang menguntungkan. MgO
limbah fly ash. Pentingnya penelitian ini adalah juga digunakan untuk meningkatkan basah
untuk menggali potensi pemanfaatan limbah fly permukaan dan ketahanan aus material.
ash sebagai bahan komposit yang berkelanjutan Penggunaan MgO dalam komposit membantu
dan menciptakan alternatif yang lebih ramah mengoptimalkan sifat mekaniknya. Selain itu,
lingkungan dalam penggunaan material. Penggunaan magnesium oksida sebagai pengisi
Dengan mengurangi limbah yang dibuang dalam material komposit dapat meningkatkan
terutama di PLTU Bengkayang dan sifat termal dan ketahanan abrasi material
penggunaan bahan baku yang langka, penelitian komposit.
ini berkontribusi pada upaya perlindungan
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. 4. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilaksanakan dengan
II. Bahan dan Metode mematuhi standar ASTM E-18, menggunakan
mesin pengujian kekerasan mikro model Louis
Berikut bahan yang digunakan dalam Small. Mesin ini memiliki kapasitas beban
penelitian ini untuk membuat material komposit maksimum sebesar 160 Kg. Prosedur
dari fly ash kelas c

-83-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

pengukuran kekerasan menggunakan metode 5. Pengujian keausan


Rockwell B dilakukan seperti berikut: Berbagai metode dan teknik digunakan
dalam pengujian keausan, dengan tujuan
1. Pertama-tama, permukaan spesimen uji mensimulasikan kondisi keausan sebenarnya.
(benda uji) dibersihkan hingga Salah satu dari metode tersebut adalah metode
permukaannya datar dan sejajar. Bentuk "pin on disk," di mana benda uji yang berputar
spesimen uji memiliki dimensi p x l x t = bersentuhan dengan pin diam yang menekan
40mm x 40mm x 10mm, sesuai dengan benda uji pada cakram (disk). Gesekan ini
desain yang dibuat menggunakan perangkat berulang-ulang memicu kontak antara
lunak fusion, seperti yang terlihat pada permukaan yang akhirnya akan mengikis
gambar 1. sebagian material pada permukaan benda uji.

Gambar 1. Spesimen uji kekerasan ASTM E18


Gambar 3. Spesimen Uji Keausan Pin On Disk
2. Metode pengujian kekerasan dipilih sesuai
Dibawah ini adalah Langkah pengujian keausan
dengan kebutuhan, dan pengukuran
yaitu:
kekerasan dilakukan pada beberapa titik di
1. Melakukan persiapan pembuatan
permukaan benda uji. Dalam penelitian ini,
spesimen dengan dimensi maksimal
digunakan metode pengujian Rockwell.
yang telah ditetapkan yaitu dengan:
3. Beban penekan disiapkan sesuai dengan Diameter = 60 mm Diameter tengah = 5
jenis sampel yang diuji. Namun, dalam
mm dan Tebal = 10 mm. kemudian
penelitian ini, digunakan bola baja dengan
bagian permukaan spesimen yang akan
diameter 1/16" dan berat 160 kg.
dilakukan pengujian dihaluskan agar
4. Setelah itu, sampel yang telah disiapkan sejajar dan mertas supaya bekas jejak
ditempatkan dengan erat pada penjepitnya. pembebanan dibaca mikroskop.
5. Durasi penekanan yang dipilih adalah 15 2. Melakukan penimbangan untuk
detik pada 5 titik penekanan (bagian atas, mengetahui berat spesimen awal
tengah, dan bawah) seperti yang ditunjukkan sebelum diuji.
pada gambar 2. 3. Mengatur rasio gigi untuk menentukan
tabel beban akhir yang akan digunakan
dalam proses putar cakram..
4. Kemudian, spesimen ditempatkan pada
mesin pengujian dengan benar sesuai
dengan arah yang ditunjukkan oleh
penunjuk pada rumah cekam spesimen,
dan setelah posisi benar, dikencangkan.
5. Mengatur pembebanan dengan beban 5
kg dan menyetel jumlah putaran dengan
kecepatan 250 RPM serta waktu
pengujian yang digunakan 30 Menit.
Gambar 2. Penekanan Spesimen Uji Sesuai dengan tabel Final Load Table
Kekerasan
6. Pengujian keausan dapat dimulai dengan
mengaktifkan tombol ON, yang
6. Setelah selesai proses penekanan, sampel mengakibatkan disk berputar dan
dilepas kemudian diukur. dengan penekanan menyebabkan spesimen bergesekan
5 titik dalam 8 kali percobaan. dengan beban yang ditentukan.

-84-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

7. Setelah itu, hasil pengujian diamati Berikut adalah cetakan untuk pembuatan
dengan cara menimbang berat spesimen material komposit pengujian keausan yang
setelah proses pengujian dilakukan. terbuat dari bahan alumunium dapat dilihat
8. Proses selesai (dilakukan hal yang sama pada gambar 5.
dan melakuannya berulang pada
spesimen selanjutnya)

6. Waktu dan Tempat Penelitian


Adapun waktu pelaksanaan kegiatan
penelitian ini dilaksanakan bulan Februari 2023
sampai dengan bulan Juli 2023. Pengolahan
data dilakukan di LAB Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Tanjungpura, LAB
Gambar 5. Cetakan Spesimen Pengujian Keausan
Universitas Muhammadiyah Pontianak dan
LAB Institut Teknologi Malang.
2. Pembuatan Spesimen Uji Kekerasan
Dengan Metode Hand Lay Up
III. Hasil dan Pembahasan
1. Variasi Komposisi Sampel Percobaan
1. Pertama, Resin Epoxy, MgO dan Fly Ash
Ada beberapa Variasi komposisi sampel
dicampurkan ke dalam suatu wadah dengan
pada penelitian ini. Hal ini dapat terihat dari
takaran yang sudah ditentukan dilihat pada
tabel di bawah ini:
gambar 6.
Tabel 1. Variasi Komposisi Percobaan
No Variasi Komposisi
Percobaan
I MgO 0%; Resin Epoxy 30% ; Fly Ash 70%
II MgO 5%; Resin Epoxy 35%; Fly Ash 60%
III MgO 10%; Resin Epoxy 40%; Fly Ash 50%
IV MgO 15%; Resin Epoxy 45&; Fly Ash 40%
V MO 20%; Resin Epoxy 50%; Fly Ash 30%
VI MgO 25%; Resin Epoxy 55%; Fly Ash 20%
VII MgO 30%; Resin Epoxy 60%; Fly Ash 10%
VIII MgO 35%; Resin Epoxy 65%; Fly Ash 0%
Gambar 6. Kompoisi Fly Ash, MgO dan Resin
Epoxy
Volume cetakan akan menentukan volume dari
filler/penguat dan matrik yang akan digunakan 2. Setelah ditimbang adonan digabungkan
dalam pembuatan komposit. menjadi satu kemudian aduk hingga merata.
Berikut ini adalah alat untuk pembuatan Kemudian susun ke dalam cetakan, lalu
material komposit pengujian kekerasan Objek tuangkan secara perlahan kedalam cetakan.
yang terbuat dari material aluminium dapat 3. Cetakan ditutup rapat dengan menggunakan
ditemukan dalam gambar 4 di bawah ini. klem penjepit pada cetakan supaya rapat dan
mengurangi adanya void atau gelembung pada
komposit tersebut.
4. Selanjutnya, diamkan cetakan selama selang
waktu tertentu sampai cetakan siap untuk
dipotong sesuai standar.

3. Pembuatan Spesimen Uji Keausan


Dengan Metode Hand Lay Up

1. Langkah pertama persiapkan alat dan bahan


Gambar 4. Cetakan Spesimen Pengujian Kekerasan yang digunakan, terlebih dahulu Resin Epoxy,
MgO dan Fly Ash terlihat pada gambar 4.10
2. Kemudian, Resin Epoxy, MgO dan Fly Ash
dicampurkan ke dalam suatu wadah dengan
takaran yang sudah ditentukan pada gambar 7

-85-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

3. Setelah ditimbang adonan digabungkan terdapat perbedaan selisih ini dikarenakan


menjadi satu kemudian aduk hingga merata. percampuran antara tiap komposisi yang tidak
Kemudian susun ke dalam cetakan, lalu merata sehingga menyebabkan perbedaan
tuangkan secara perlahan kedalam cetakan. selisih dan diperoleh nilai tertinggi pada
penekanan titik ke-1 dengan 82,5 HRB dan nilai
terendah terletak pada penekanan titik ke-2
dengan nilai 72 HRB. Kemudian untuk
percobaan ke-2 ditemukan bahwa parameter
Mgo mempunyai komposisi 5% Resin Epoxy
35%, dan Fly Ash 60% sama halnya terdapat
perbedaan selisih pada tiap berbeda sehingga
diperoleh nilai tertinggi pada penekanan titik
ke-3 dengan 80 HRB nilai terendah terletak
pada penekanan titik ke-1 dan ke-5 dengan nilai
Gambar 7. Komposisi Fly Ash, MgO dan Resin 71 HRB Selanjutnya untuk percobaan ke-3
Epoxy dimana parameter pada komposisi 10% Resin
Epoxy 40%, dan Fly Ash 50% diperoleh nilai
4. Setelah ditimbang adonan digabungkan tertinggi pada penekanan titik ke-5 dengan 76,5
menjadi satu kemudian aduk hingga merata. HRB dan nilai terendah terletak pada
Kemudian susun ke dalam cetakan, lalu penekanan titik ke-3 dan ke-4 dengan nilai 66
tuangkan secara perlahan kedalam cetakan. HRB. percobaan ke-4 dimana parameter pada
5. Cetakan ditutup rapat dengan menggunakan komposisi 15% Resin Epoxy 45%, dan Fly Ash
klem penjepit pada cetakan supaya rapat dan 40% diperoleh nilai tertinggi pada penekanan
mengurangi adanya void atau gelembung pada titik ke-1 dengan 70,5 HRB dan nilai terendah
komposit tersebut. terletak pada penekanan titik ke-3 dengan nilai
6. Selanjutnya, diamkan cetakan selama selang 62,5 HRB. Percobaan ke-5 dimana parameter
waktu tertentu sampai cetakan benar-benar pada komposisi yang berkisar 20% MgO, Resin
kering. Epoxy 50%, dan Fly Ash 50% diperoleh nilai
yang tertinggi pada penekanan titik ke-1 dengan
4. Analisis Deskriptif Uji Kekerasan 84 HRB dan nilai terendah terletak pada
penekanan titik ke-3 dengan nilai 66,5 HRB.
Hasil dari spesimen yang menggunakan Percobaan ke-6 dimana parameter pada
komposisi berbeda dari resin epoxy dengan komposisi 25% MgO, Resin Epoxy 55%, dan
variasi MgO dan fly ash dapat ditemukan dalam Fly Ash 20% diperoleh nilai tertinggi pada
tabel 2 di bawah ini. penekanan titik ke-1 dengan 75,5 HRB dan nilai
terendah terletak pada penekanan titik ke-2 dan
Tabel 2. Hasil Uji Kekerasan ke-4 dengan nilai 67,5 HRB. Percobaan ke-7
TITIK TITIK TITIK TITIK TITIK dimana parameter pada komposisi 30% MgO,
NO
1 2 3 4 5 Resin Epoxy 60%, dan Fly Ash 50% diperoleh
I 82,5 73 75 74 76 nilai tertinggi pada penekanan titik ke-1 dengan
II 71 71,5 80 79 71
82,5 HRB dan nilai terendah terletak pada
III 70 68 66 66 76,5
IV 70,5 70 62,5 67 66 penekanan titik ke-2, 4 dan 5 dengan nilai 65
V 84 81,5 66,5 68 68 HRB. Percobaan ke-8 dimana parameter pada
VI 75,5 67,5 68 67,5 78 komposisi 35% MgO, Resin Epoxy 65%, dan
VII 72 65 65,5 65 65 Fly Ash 0% diperoleh nilai tertinggi pada
VIII 66 65,5 67 67 65 penekanan titik ke-3 dan 4 dengan 67 HRB dan
nilai terendah terletak pada penekanan titik ke-
Terlihat dari tabel 2 dan gambar 8 diatas data 5 dengan nilai 65 HRB.
hasil percobaan pengujian kekerasan Untuk tiap titik percobaan untuk
menggunakan metode deskriptif yang penekanan pada titik ke-1 diperoleh dengan
menjelaskan bahwa pengujian kekerasan pada nilai terendah yaitu 62,5 HRB pada percobaan
percobaan 1 dimana parameter pada komposisi ke-4 penekanan ditik ke-4, kemudian untuk
Mgo 0% , Resin Epoxy 30%, dan Fly Ash 70% nilai tertinggi diperoleh pada percobaan ke-5
yang dilakukan dengan penekanan 5 titik yang dengan nilai 84 HRB pada penekanan titik ke-
dimana masing- masing penekanan tiap titik 1. Pada tabel kekerasan ditemukan bahwa

-86-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

penambahan resin yang dimulai pada angka hasil pengujian kekerasan tersebut dapat
30% - 65% memberikan peningkatan terhadap disimpulkan sifat resin epoxy mempunyai
nilai kekerasannya. Pada pengujian kekerasan pengaruh yang signifikan karena resin epoxy
ini penambahan terlalu banyak Penggunaan yang berfungsi sebagai pengikat pada setiap
magnesium oksida (MgO) menyebabkan percobaan membuat sifat yang keras dan getas
penurunan nilai kekerasan pada spesimen. Ini memiliki nilai kekerasan yang baik, Ketika fly
disebabkan oleh berkurangnya ikatan antar ash digabungkan dengan resin epoxy dalam
partikel, distribusi partikel yang tidak merata, proporsi yang signifikan, ini meningkatkan nilai
dan terbentuknya void pada spesimen yang kekerasan dan permeabilitas spesimen. Fly ash
berpengaruh pada kekerasannya. Oleh karena memiliki kemampuan mengisi celah-celah
itu, untuk menciptakan material yang optimal, sehingga spesimen menjadi padat,
penggunaan resin sebagai pengikat memerlukan menghasilkan sifat mekanik yang unggul untuk
bahan penguat seperti fly ash yang dapat diatur jenis material kekerasan terkini.
sifat mekaniknya sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Dari hasil yang tercantum pada 5. Analisa Deskriptif Pengujian keausan
tabel 2, terlihat bahwa variasi persentase MgO
mulai dari 0% hingga 35% dan penambahan fly Pengujian keausan memiliki beragam metode
ash dari 0% hingga 70%. Dengan persentase dan teknik yang kesemuanya bertujuan untuk
resin yang berkisar antara 30% sampai 65% mensimulasikan kondisi keausan sebenarnya.
nilai kekerasan yang bersifat fluktuatif. Ketika Salah satu metode tersebut melibatkan proses
MgO berada di 5% dan 10 % serta penambahan pengujian. Laju keausan diekspresikan dengan
fly ash 65% dan 70% menunjukkan menghitung penurunan jumlah spesimen per
kekerasannya justru naik. Kemudian jika MgO unit luas permukaan dan waktu aus. Untuk
dan Fly Ash setara hal ini mengalami penurunan spesimen yang memiliki variasi komposisi resin
maupun kenaikan nilai dari kekerasan ini yang epoxy dengan MgO dan fly ash, hasil pengujian
dinamakan bersifat fluktuatif. Penurunan nilai laju keausan dapat ditemukan pada tabel 2 di
kekerasan kembali ketika MgO ditambahkan bawah ini.
pada persentase komposisi 30% dan 35%. Dari

Tabel 3. Hasil Uji Keasuan

Terjadi korelasi antara kekerasan dengan keausan terendah terletak pada percobaan ke-1
pengujian keausan karena untuk tingkat nilai dimana komposisi MgO 0%, Resin Epoxy 30%
pengujian tidak berbeda jauh hasil yang dan 70% fly ash bernilai 1.49 x 10-5
diperoleh dari kedua pengujian ini. Terlihat gr/mm2.menit. Kualitas material tersebut dapat
pada gambar 4.20 dari hasil pengujian keausan diukur berdasarkan tingkat keausan: semakin
8 kali percobaan spesimen yang telah dipilih rendah tingkat keausan, semakin baik kualitas
sehingga diperoleh laju keausan tertinggi pada materialnya, dan sebaliknya, semakin tinggi
percobaan ke-8 dengan komposisi MgO 35%, tingkat keausan, semakin cepat terjadi erosi,
Resin Epoxy 65% dan fly ash 0% dengan nilai yang menunjukkan kualitas material yang
6.74 x 10-5 gr/mm2.menit. Sedangkan laju kurang baik. Dari tabel dan grafik diatas

-87-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

menunjukan bahwa fly ash sangat berpengaruh optimal, hal ini dapat menghasilkan
terhadap nilai keausan, semakin banyak fly ash ketidakstabilan struktural atau daerah-daerah
maka semakin bagus pula nilai keausan yang rentan terhadap keausan. Penting untuk
tersebut. Peningkatan ketahanan terhadap mencatat bahwa hasil yang akurat tentang
keausan pengaruh kombinasi magnesium oksida, abu
Fly ash memiliki sifat yang keras dan terbang, dan resin epoxy terhadap ketahanan
abrasif, sehingga dapat meningkatkan terhadap keausan dapat sangat tergantung pada
ketahanan material terhadap keausan. Ketika formulasi material, kondisi pengolahan, dan
digunakan dalam komposisi material, fly ash faktor-faktor lainnya
dapat berperan sebagai pengisi yang membantu
memperkuat material dan mengurangi keausan IV. Kesimpulan
yang terjadi akibat gesekan atau tekanan. Fly
ash juga dapat berfungsi sebagai agen Berdasarkan seluruh rangkaian proses,
pelumasan dalam material, yang membantu perhitungan, dan analisis data yang telah
mengurangi gesekan antara permukaan kontak. dilakukan, penulis dapat mengambil
Dengan mengurangi gesekan, fly ash dapat kesimpulan sebagai berikut::
mengurangi tingkat keausan yang terjadi. Fly Untuk hasil pengujian kekerasan pada
ash dapat mengisi pori-pori dalam material, penelitian ini yang paling tertinggi yaitu 84
yang dapat mengurangi penetrasi bahan asing HRB pada percobaan ke-5 pada penekanan titik
atau partikel kecil yang dapat menyebabkan ke-1 dimana komposisi 30% fly ash, 50% resin
keausan lebih lanjut. Dengan mengurangi epoxy dan nilai Magenesium Oksida 20%.
penetrasi dan gesekan pada permukaan Untuk nilai kekerasan terendah yaitu 62,5 HRB
material, fly ash dapat meningkatkan ketahanan pada percobaan ke-4 penekanan titik ke-3
terhadap keausan. Dukungan struktur material dengan komposisi nilai fly ash 40%, 45% resin
fly ash juga meningkatkan kekuatan dan epoxy dan 15% Magnesium Oksida. Dari hasil
kekakuan material, yang pada gilirannya dapat pengujian keausan 8 kali percobaan spesimen
meningkatkan ketahanan terhadap keausan. yang telah dipilih sehingga diperoleh laju
Dengan memberikan dukungan struktural, fly keausan tertinggi pada percobaan ke-8 dengan
ash membantu mencegah deformasi dan komposisi MgO 35%, Resin Epoxy 65% dan fly
keausan yang terjadi akibat beban atau tekanan. ash 0% dengan nilai 6.74 x 10-5 gr/mm2.menit.
Ini juga disebabkan oleh jumlah komposisi Sedangkan laju keausan terendah terletak pada
resin yang berfungsi sebagai matriks, percobaan ke-1 dimana komposisi MgO 0%,
Komposisi lain, di mana resin memiliki sifat Resin Epoxy 30% dan 70% fly ash bernilai 1.49
kekerasan yang berdampak pada laju keausan, x 10-5 gr/mm2
dapat diartikan sebagai daya tahan terhadap
keausan. Sebaliknya, semakin banyak Daftar Pustaka
penggunaan MgO, maka material tersebut akan
lebih cepat aus dan lebih mudah mengalami Purkuncoro, A. E. (2018). Analisis
erosi saat terkena gesekan. Perbandingan Umur Dan Laju Keausan
Dalam percobaan ini ada beberapa hal yang Kampas Rem Cakram Sepeda
mungkin terjadi, jika material yang Motor. CENDEKIA EKSAKTA, 3(1).
mengandung kombinasi ini mengalami masalah
Sumiyanto, S., Abdunnaser, A., & Fajri, A. N.
ketahanan terhadap keausan, beberapa faktor
(2019). Analisa Pengujian Gesek, Aus Dan
mungkin berperan seperti ketidakcocokan
Lentur Pada Kampas Rem Tromol Sepeda
antara resin epoxy dan magnesium oksida, jika
Motor. Bina Teknika, 15(1), 49-59.
resin epoxy dan magnesium oksida tidak
berikatan dengan baik dalam matriks material, Yudhanto, F., Dhewanto, S. A., & Yakti, S. W.
atau terdapat ketidakcocokan antara sifat-sifat (2019). Karakterisasi Bahan Kampas Rem
mereka, dapat terjadi daerah lemah atau retakan Sepeda Motor Dari Komposit Serbuk
di dalam material yang mempengaruhi Kayu Jati. Teknik Mesin, Universitas
ketahanan terhadap keausan. Selain itu, Islam Indonesia.
ketidakseragaman distribusi partikel dan
pemrosesan material, jika distribusi partikel Maryanti, B., & Anggono, M. A. T. (2020).
magnesium oksida dan abu terbang tidak Studi Ekperimental Keausan Kampas Rem
seragam atau pemrosesan material tidak Komposit Serat Kulit Durian dan Serbuk

-88-
Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN) e-ISSN: 2798-0421
Setiawan, Taufiqurrahman & Ivanto, Vol. 4, No. 2, 2023: 81-89

Aluminium dengan Resin Densitas. Applicable Innovation of


Vinylester. Jurnal Penelitian Engineering and Science Research
Enjiniring, 24(2), 142-147. (AVoER), 123-126.

Simanjorang, B. P., Abda, S., Isranuri, I., Syam, Bale, J. S., Selan, R. N., Adoe, D. G., &
B., & Sabri, M. (2017). Pembuatan dan Situmorang, D. (2018). The Application of
analisa sifat mekanik komposit dengan VDI 2221 Method on Embodiment Design
penguat abu (fly ash) cangkang sawit of Pin on Disk Wear Test.
untuk bahan kampas rem sepeda
motor. Jurnal Dinamis, 5(1). Paripurna, M. T., Solikin, M., Riyanto, A., &
Sunarjono, S. (2017). Karakteristik Beton
Hadi, Q., & Zamheri, A. (2017). Pengaruh pada Perkerasan Kaku dengan
Fraksi Volume Penguat Abu Terbang, Pemanfaatan Air Es dan Fly Ash terhadap
Serbuk Besi dan Matrik Resin terhadap Kuat Lentur dan Kuat Tekan.
Keausan dan Kekerasan untuk Bahan
Kampas Rem. AUSTENIT, 9(1). Husnah, R. T., & Setiyoko, A. (2018). Analisis
Kuat Lentur Beton Sebagai Bahan
Hadi, Q., Alian, H., Ramadhan, R., & Pengganti Semen Dengan Fly Ash
Hardiyanto, D. (2021). Pemanfaatan Abu (Limbah Amp). Proceeding. Uir. Ac. Id,
Terbang Pada Pembuatan Kampas Rem 146-53.
Otomotive Terhadap Keasusan Dan

-89-

You might also like