19.kajian Pengembangan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12

KAJIAN PENGEMBANGAN HILIRISASI INDUSTRI PERIKANAN DI


SULAWESI TENGGARA

Muhammad Trial Fiar Erawan1, Muhammad Fajar Purnama2, A. Ginong Praktikino3


123
Universitas Halu Oleo
Email: fiarerawan90@gmail.com

Abstract

The acceleration of fisheries development from the upstream and downstream industrial sectors is
still unable to take advantage of the potential availability of industrial raw materials and consumer
demand. To realize this, it is very necessary to study the downstream development of the fishing
industry in Southeast Sulawesi. This research is expected to be a model for improving the local
resource-based community economy in strategic areas in Southeast Sulawesi. The research
locations are all areas of fishery production centers in Kendari City and Baubau City, Southeast
Sulawesi Province. This research was carried out for 6 months from March to August 2021.
Research implementation methods The study of downstream fisheries development in Southeast
Sulawesi consists of; (1) an observational technical approach, (2) a participatory approach, (3) a
collaborative approach and (4) a sustainable approach, (5) a value chain analysis approach and
making markets work for the poor (M4P). The availability of raw materials to support the
improvement of the fisheries industry is unstable or fluctuates every year. The distribution of the
regional development of the fisheries industry in Kendari City is generally in the Districts of Kadia,
Poasia, Kambu, Kendari, Wua-wua, Baruga and Abeli. As for Bau-Bau City, almost all sub-
districts exist, namely Wolio, Betoambari, Batupoaro, Kokalukuna, Murhum, and Bungi Districts,
and are spread over 10 villages. The downstream development of the fisheries industry can be
driven through a Home Industry-based community business with halal-certified processing
standards and processed based on an environmental sanitation system.

Keywords: Industry, downstream, product, fishery, Southeast Sulawesi

Abstrak

Percepatan pembangunan perikanan dari sector industry hulu dan industry hilir masih belum
mampu memanfaatkan potensi ketersediaan bahan baku industry dan permintaan konsumen. Untuk
mewujudkan hal tersebut, sangat dibutuhkan kajian pengembangan hilirisasi industri perikanan di
Sulawesi Tenggara. Penelitian ini diharapkan menjadi model peningkatan ekonomi masyarakat
berbasis sumberdaya local pada wilayah strategis di Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian adalah
seluruh wilayah sentra produksi perikanan di Kota Kendari dan Kota Baubau Provinsi Sulawesi
Tenggara Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan sejak Bulan Maret – Agustus 2021. Metode
pelaksanaan penelitian Kajian pengembangan hilirisasi industri perikanan di Sulawesi Tenggara
terdiri atas; (1) pendekatan teknis observatif, (2) partisipatif (participatory approach), (3)
pendekatan kolaborasi (colaborative approach) dan (4) pendekatan berkelanjutan (sustainable
approach), (5) pendekatan analisa rantai nilai dan making markets work for the poor (M4P).
Ketersediaan bahan baku untuk mendukung peningkatan industri perikanan tidak stabil atau
berfluktuasi setiap tahunnya. Sebaran pengembangan perwilayahan industri perikanan secara
umum di Kota Kendari yaitu Kecamatan Kadia, Poasia, Kambu, Kendari, Wua-wua, Baruga dan
Abeli. Sedangkan untuk Kota Bau-Bau hampir seluruh kecamatan yang ada yaitu Kecamatan
Wolio, Betoambari, Batupoaro, Kokalukuna, Murhum, dan Bungi, dan tersebar di 10 desa.
Pengembangan hilirisasi industri perikanan dapat digerakkan melalui usaha masyarakat berbasis
Home Industry dengan standar pengolahan terserifikasi halal dan diolah berdasarkan sistem sanitasi
lingkungan.

Kata Kunci: Industri, hilir, produk, perikanan, Sulawesi Tenggara


Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 2
2
PENDAHULUAN diproyeksikan sebesar 196 juta ton, yang terdiri
dari 52% berasal dari perikanan budidaya dan
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar 48% dari perikanan tangkap. Proyeksi ini
di dunia dengan luas perairan mencapai meningkat signifikan dari data produksi ikan
5.877.879 km2. Dengan wilayah perairan yang pada 2018 yang sebesar 167,2 juta ton, dengan
luas, Indonesia memiliki potensi sumber daya rincian 44% perikanan budidaya dan 56%
perikanan dan kelautan yang cukup besar. Potensi perikanan tangkap.
lestari sumber daya ikan atau Maximum Sebagai negara kaya sumberdaya ikan,
Sustainable Yield (MSY) di perairan laut Indonesia telah mampu menyumbang kebutuhan
Indonesia sebesar 6,5 juta ton/tahun dengan ikan dunia. Ini akan menjadi hal penting dalam
jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5,2 pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi bagi
juta ton/tahun (80% dari MSY). Kondisi ini populasi dunia yang akan berjumlah 9,7 miliar
diharapkan mampu menempatkan perikanan penduduk pada tahun 2050. Sementara itu, daerah
sebagai salah satu sektor ekonomi yang penyuplai produksi ikan nasional tersebar dari
mempunyai potensi besar bagi pertumbuhan sabang sampai papua. Kondisi demikian
perekonomian Indonesia. memberikan gambaran bahwa sektor perikanan
Potensi perikanan Indonesia sangat dan kelautan menjadi sektor unggulan nasional
dipengaruhi oleh kondisi geografis yang berada di dan daerah sehingga harus dikembangkan
daerah khatulistiwa. Hal ini memberikan peluang berdasarkan pendekatan bisnis dari hulu hingga
besar terhadap produksi ikan tangkap Cakalang, hilir.
Tuna, Tongkol dan Layang (CTTL) dan jenis Sektor perikanan sangat berperan dalam
lainnya seperti lemuru. Faktor penyebabnya pembangunan nasional sebagai penyerap tenaga
adalah massa air Barat dan Timur yang melintasi kerja mulai dari kegiatan penangkapan, budidaya,
Samudera Hindia membawa partikel yang kaya proses pengolahan, distribusi hingga
biota laut. Selain itu, arus Kuroshio (North perdagangan. Oleh karena itu, pembangunan
equatorial dan South equatorial current) sektor perikanan dibutuhkan perhatian khusus
merupakan wilayah yang kaya dengan bahan pemerintah pada berbagai aspek mulai dari sektor
makanan serta mempunyai suhu, salinitas dan hulu, aspek pengolahan, dan pemasaran hasil
faktor oseanografi lain yang disukai oleh ikan. perikanan. Perspektif tersebut diperlukan
Wilayah perairan Nusantara juga merupakan kebijakan percepatan industrialisasi hasil
tempat kawin dan hidup untuk sementara waktu perikanan yang terintegrasi mulai dari hulu
bagi berbagai jenis ikan terutama di perairan hingga hilir.
Selat Makassar dan Laut Banda. Sehingga, Industrialisasi kelautan dan perikanan
potensi sumberdaya ikan untuk kebutuhan menurut Permen KP No. PER.27/MEN/2012
konsumsi dan perdagangan dapat terpenuhi. adalah integrasi sistem produksi hulu dan hilir
Dari total produksi ikan dunia, 50% nilai untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi,
ekspor ikan berasal dari negara-negara produktivitas, daya saing, dan nilai tambah
berkembang. Indonesia menjadi negara terbesar sumber daya kelautan dan perikanan secara
kedua produksi perikanan tangkap sebesar 6 juta berkelanjutan, yang dilandasi oleh prinsip-
ton pada 2014 (FAO, 2015). Peringkat pertama prinsip: (1) peningkatan nilai tambah; (2)
ditempati oleh Cina dengan kemampuan produksi peningkatan daya saing; (3) penguatan pelaku
mencapai 14 juta ton pada 2017. Selanjutnya, industri kelautan dan perikanan; (4) berbasis
produksi ikan secara keseluruhan telah meningkat komoditas, wilayah, dan sistem manajemen
lebih dari 400% dari 16,7 juta MT pada tahun kawasan dengan konsentrasi pada komoditas
1950 ke puncak produksi 87,7 juta MT pada unggulan; (5) modernisasi sistem produksi hulu
tahun 1996. Dalam beberapa tahun terakhir dan hilir; (6) kesimbangan antara pemanfaatan
karena penangkapan ikan dilakukan secara sumber daya alam dan perlindungan lingkungan
berlebihan (over fishing), produksi ikan laut yang berkelanjutan; dan (7) perubahan pola pikir
secara bertahap menurun menjadi 79,5 juta MT dan perilaku masyarakat modern (transformasi
(2016) turun sekitar 9,4 % (FAO, 2017). sosial). Dalam mendukung industrialisasi
Perikanan laut masih menjadi perikanan, daerah potensial di Indonesia didorong
penyumbang terbesar untuk produksi ikan dunia. untuk mensinergikan potensi sumberdaya dan
Meskipun demikian, kontribusi tersebut pengelolaan perikanan berkelanjutan.
menyusut dari 86% menjadi 49% selama 60 Berdasarkan hasil perhitungan LQ
tahun pada periode yang sama. Aquakultur laut (Location Question) Tahun 2019 diketahui
dan darat diperkirakan akan mengambil alih bahwa provinsi yang menduduki rangking 10
produksi perikanan laut dalam beberapa tahun besar sebagai penghasil produksi perikanan
mendatang (FAO, 2017). Berdasarkan data di The terbesar di Indonesia adalah Maluku, Sulawesi
State of World Fisheries and Aquaculture Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku
(SOFIA), produksi ikan dunia pada tahun 2025 Utara, Bengkulu, Sulawesi Utara, Lampung,
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 3
3
Sulawesi Selatan dan Kalimantan Utara. Dari ke- agenda Balitbang Provinsi Sulawesi Tenggara
10 daerah produsen di Indonesia, Sulawesi yang lebih fokus pada upaya hilirisasi. Salah
Tenggara menjadi salah satu penyumbang satunya melalui Inovasi Kelembagaan Balitbang
produksi perikanan nasional. KEKASI ABG-KU" (Kelompok Klaster Inovasi
Produksi perikanan tangkap di Sulawesi Akademisi – Bisnis - Government (Pemerintah) -
Tenggara dari Tahun 2014 – 2018 terus Komunitas (Masyarakat).
meningkat. Peningkatan tersebut sangat Dalam mewujudkan upaya hilirisasi dalam
signifikan, terutama jumlah produksi Tahun agenda Kekasi-ABGKU, maka upaya
2018. Pemasok utama produksi perikanan optimalisasi peran dan kebijakan industry
tangkap di Sulawesi Tenggara adalah Kota perikanan yang masih bertumpu pada perikanan
Kendari, Bombana, Kabupaten Buton, Kolaka tradisional dan UMKM sangat perlu dikaji dan
Utara dan Wakatobi. 5 kabupaten/ kota pemasok didesain menjadi model industry perikanan
utama ini melebihi 75 % produksi ikan tangkap di terpadu. Hal tersebut disebabkan peta sebaran
Sulawesi Tenggara. Jenis komoditas perikanan hilirisasi industry perikanan masih belum
yang berkontribusi pada data produksi perikanan terdeteksi secara parsial dan komprehensif.
tangkap tersebut adalah ikan tuna, cakalang, ikan Begitupula upaya percepatan pembangunan
layang dan jenis lainnya seperti ikan lemuru, perikanan dari sector industry hulu dan industry
kakap merah dan kerapu. hilir masih belum mampu memanfaatkan potensi
Secara ideal, penyediaan konsumsi ikan ketersediaan bahan baku industry dan permintaan
harus selalu lebih besar dibandingkan dengan konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut,
capaian angka konsumsi ikan dengan selisih yang sangat dibutuhkan kajian pengembangan hilirisasi
tidak terlalu lebar. Selanjutnya, trend produksi industri perikanan di Sulawesi Tenggara.
ikan selalu naik dari tahun ke tahun. Hal Penelitian ini diharapkan menjadi model
demikian sejalan dengan trend konsumsi ikan peningkatan ekonomi masyarakat berbasis
nasional sejak tahun 2012 – 2017 yaitu sumberdaya local pada wilayah strategis di
menunjukan trend positif. Peningkatan konsumsi Sulawesi Tenggara.
ikan juga terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan data KKP, 2019 bahwa konsumsi METODE PENELITIAN
ikan di Sulawesi Tenggara mencapai 52,51
kilogram per kapita per tahun dan levelnya Lokasi penelitian adalah seluruh
berada di atas level nasional. wilayah sentra produksi perikanan di Kota
Berdasarkan potensi sumberdaya perikanan Kendari dan Kota Baubau Provinsi Sulawesi
dan tingkat konsumsi ikan masyarakat, maka Tenggara (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan
hilirisasi industry perikanan perlu didorong selama 6 bulan sejak Bulan Maret – Desember
menjadi model pengelolaan terpadu dan 2021. Jadwal kegiatan disajikan pada Tabel 1
terintegrasi. Hal tersebut bersinergi dengan
Gambar 1. Lokasi Penelitian Kajian Pengembangan Hilirisasi Industri Perikanan di Sulawesi
Tenggara
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 4
4
Metode pelaksanaan penelitian Kajian (colaborative approach) dan (iv) pendekatan
pengembangan hilirisasi industri perikanan di berkelanjutan (sustainable approach), (v)
Sulawesi Tenggara terdiri atas; (i) pendekatan pendekatan analisa rantai nilai dan making
teknis observatif, (ii) partisipatif (participatory markets work for the poor (M4P). Tahapan
approach), (iii) pendekatan kolaborasi pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tahapan Pengumpulan Data

No Tahapan Pengumpulan Data Hasil yang akan dicapai


1. Tahap Pertemuan Tim Riset/kajian  Peserta/ Tim kajian paham instrumen kajian
 Tim kajian menyepakati pembagian tugas
dan waktu penyelesaian kajian
Tahap persiapan meliputi studi literatur dan  Terpenuhinya referensi pendukung
beberapa informasi terkait dengan hilirisasi
industri perikanan di SULTRA.
Tahap identifikasi masalah, perumusan  Adanya hipotesis penelitian
masalah, dan menentukan tujuan, serta
sasaran kajian.
2. Tahap pengumpulan data baik primer berupa  Tersedianya data primer berdasarkan hasi
kuisioner dan wawancara terstruktur, selain survey dengan menggunakan kuesioner
itu juga dilakukan pengumpulan data  Adanya hasil temuan berdasarkan
sekunder yang mendukung kajian ini. pemenuhan tujuan penelitian
Secara umum pengumpulan data meliputi;  Tersedianya data sekunder
observasi, kuisioner, wawancara terstruktur,
dan telaah dokumen.
3. Pengolahan dan Analisa data  Penginputan data dan rekapitulasi data
 Pengelompokan data dan informasi yang
telah direkapitulasi
 Tersusunya deskripsi hasil analisis data
yang telah diolah
4. Pertemuan Tim Kajian hasil temuan Tersusunya desain program berdasarkan
hasil kajian dan analisis data
5. FGD konfirmasi temuan dan hasil analisis Adanya klarifikasi dan masukkan dari para
pihak terkait pengembangan hilirisasi
industry perikanan
6. Assesment potensial produk, pasar dan Adanya pemetaan pelaku usaha, dan
potensial patner pasar/parner potensial bisnis perikanan
7. Pertemuan Tim untuk kompilasi data Tersusunnya draf hasil analisis
assessment dan analisis hasil temuan pengembangan industry perikanan, bisnis
model dan analisis profit
8. Desiminasi hasil kajian  Tersampaikannnya Laporan hasil
penelitian;
 Adanya masukan dan saran yang diperoleh
dari pihak-pihak yang berkompeten guna
melengkapi Laporan Hasil Kajian.

Metode pengolahan dan analisis data pengembangan perwilayahan industri perikanan


yang digunakan dalam kajian ini yaitu analisis berdasarkan klaster komoditi perikanan,
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang menggunakan ArcGIS 10.3. Tahapan analisis
digunakan adalah metode analisis deskriptif data sebagai berikut:
utamanya untuk mengetahui potensi bahan baku Pengolahan Citra Satelit dan Analisis Spasial
pengembangan industri perikanan, klasterisasi Tujuan dari proses ini adalah untuk
komoditi perikanan, potensi pengembangan mencari obyek yang sesuai dengan keadaan
produk perikanan berbasis industri, pemetaan sebenarnya di alam, yakni kondisi eksisting di
pelaku usaha yang terlibat dalam pengembangan lokasi studi seperti jalan, lahan eksisting, sebaran
industri perikanan setiap daerah kajian. Hasil industri perikanan, pemukiman, hutan dan
analisis ini disajikan dalam bentuk tulisan, tutupan lahan lainnya. Setelah diketahui obyek-
tabulasi data, matriks, gambar, sesuai dengan obyek tersebut selanjutnya dilakukan berbagai
konteks permasalahan yang diangkat dalam analisis sesuai dengan tujuan penelitian.
kajian ini. Pemetaan sebaran spasial
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 5
5
Proses pengolahan data citra terdiri atas: pengklasifikasian terawasi dapat ditentukan.
1) Mosaik Citra Klasifikasi terawasi dilakukan dengan
Mosaik citra adalah proses terlebih dahulu menentukan sampel untuk
menggabungkan/menempelkan atau lebih setiap kelas atau membuat training site
citra tumpang tindih (overlaping) sehingga berupa poligon tertutup dalam bentuk vektor
menghasilkan data citra yang representatif yang di-overlay-kan ke dalam citra yang ada.
dan kontinyu. Setelah training sample (AOI) dibuat, maka
2) Penajaman Citra (Enhancement) proses klasifikasi terbimbing dapat
Penajaman kontras dilakukan untuk dilakukan.
mendapatkan citra yang tajam dan jelas 6) Editing
sehingga memudahkan proses penafsiran. Setelah hasil klasifikasi terbimbing diubah
Penajaman kontras ini dilakukan dengan ke dalam format vektor, maka proses
mengubah histogram kedalam bentuk selanjutnya adalah editing. Tujuan editing
maksimum yang diperoleh citra SPOT 5 adalah untuk menghaluskan garis hasil
pada saat pencitraan. vektorisasi serta menghilangkan poligon-
3) Overlay/Komposit poligon yang sangat kecil, yang dalam skala
Untuk keperluan penafsiran citra ini pengeplotan dapat diabaikan.
diperlukan beberapa band yang 7) Pengkelasan
dikombinasikan (komposit) sehingga Dari hasil klasifikasi tak terbimbing citra
memudahkan dalam proses penafsiran. SPOT 5 dan dengan tiga kombinasi band
Proses overlay dilakukan untuk melihat yang digunakan, akan diperoleh kelas-kelas
kenampakan kombinasi band yang penutupan lahan. Walaupun demikian tidak
diinginkan dari cakupan gelombang yang setiap wilayah atau pulau memiliki atau
dominan ingin ditampakkan. Kombinasi menampakkan kelas-kelas tersebut.
band-band ini akan sangat ditentukan oleh Setelah tahapan analisis dengan citra SPOT
histogram dalam penajaman kontras yang 7 dilakukan, maka kegiatan ground check ke
dilakukan dengan kemampuan spektral yang lokasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
mampu diserap oleh gelombang masing- kegiatan analisis. Hal ini penting dilakukan
masing band. untuk mendapatkan gambaran hasil analisis yang
Pemilihan kombinasi band ini ditentukan dilakukan menunjukkan kondisi aktual di
dengan jalan melihat karakteristik tiap band. lapangan. Di lokasi dilakukan dua proses yaitu
Band hijau menonjolkan vegetasi, band infra dengan analisis secara visual kenampakan kondisi
red dipilih karena dapat membedakan batas eksisting lokasi dan yang kedua melakukan
antara darat dan laut, sedangkan band blue Ground Control Point terhadap titik-titik contoh
dipilih karena merupakan sinar tampak yang yang ada di lapangan. Proses selanjutnya adalah
mempunyai daya penetrasi ke dalam kolom re-analisis citra SPOT 7 dengan menggunakan
air dengan cukup baik. bantuan data lapangan. Gambar tersebut
4) Pemotongan Citra (Cropping) menunjukkan tahapan analisis dan interpretasi
Pemotongan citra bertujuan untuk citra dalam pemetaan spasial kawasan rencana.
menyesuaikan ukuran citra dan membatasi Selanjutnya dilakukan analisis spasial dari
wilayah pengamatan dengan obyek hasil pengolahan citra satelit. Analisis spasial
penelitian, dalam hal ini misalnya tambak. mempertimbangkan rencana pengelolaan yang
Pemotongan citra dilakukan berdasarkan akan direkomendasikan. Rekomendasi penataan
lokasi penelitian yang mengacu pada peta kawasan misalnya untuk penentuan rencana blok
rupa bumi dan survei lapangan. Setelah kegiatan dilakukan melalui analisis overlay dan
dilakukan pemotongan citra, proses gambaran 3D arsitektur landscape.
selanjutnya adalah digitasi wilayah yang Kajian rantai pasar dan model bisnis
dimaksud. Pada penelitian ini obyek pengembangan industri perikanan diketahui
pengamatan yang diteliti adalah indsutri dengan pendekatan making markets work for the
perikanan dan lahan eksisting yang dapat poor (M4P), sebagaimana disajikan pada Gambar
dimanfaatkan untuk pengembangan 4. buku pedoman yang diterbitkan oleh Swiss
perwilayahan indsutri perikanan berdasarkan Agency for Development Coorperation (SDC) ini
klaster komoditi perikanan. menjadi panduan bagi organisasi internasional
5) Klasifikasi Terbimbing (Supervised maupun lembaga lokal yang melakukan
Classification) pendekatan pengembangan sistem pasar.
Setelah hasil klasifikasi tak terbimbing
didapatkan, maka jumlah kelas untuk
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 6
6
Gambar 2. Model Analisa M4P

Pengolahan data dilakukan secara 3. Input data; Langkah ketiga yang dilakukan
deskriptif tabulatif dan modeling. Modeling dalam proses pemodelan adalah memasukkan
berguna untuk merekontruksi hubungan antar data pada variabelvariabel yang sudah
skenario intervensi strategi tertentu dalam dibentuk dalam SFD.
pengembangan usaha perikanan dengan output 4. Simulasi; Langkah keempat adalah membuat
dari skenario intervensi yang terpilih dalam simulasi model SFD yang sudah dibangun.
kaitannya untuk pemenuhan konsumsi ikan ideal 5. Validasi; Langkah kelima adalah memvalidasi
oleh masyarakat di wilayah kajian. Pemodelan model, karena validitas atau keabsahan adalah
menggunakan piranti lunak powersim, yang salah satu kriteria penilaian keobyektifan dari
dikembangkan atas dasar model sistem dinamik, suatu pekerjaan ilmiah. Validasi model adalah
digunakan untuk membantu rekonstruksi tersebut. penilaian keabsahan suatu model.
Tabulasi data dan rekonstruksi skenario
diuji validitasnya melalui diskusi kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN
fokus, untuk melihat kesesuaiannya dengan
kondisi riil di lapangan. Acuan utama tersebut Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat
digunakan kerangka agribisnis yang dikemukakan beberapa kendala yang dihadapi dalam usaha
oleh Saragih (2001), dimana sistem usaha pengolahan atau industri perikanan yang,
perikanan diusahakan dengan memperhatikan misalnya ketersediaan bahan baku. Selanjutnya
keterkaitan antara subsistem. Subsistem yang pengembangan industri perikanan saat ini
dimaksud meliputi subsistem produksi (usaha bervariasi yaitu kelompok-kelompok usaha
budidaya), subsistem input produksi, subsistem bersama, koperasi, maupun perusahaan yang
pengolahan, subsistem pemasaran. berdiri sendiri, dan atau bermitra dengan usaha-
Proses membangun model dinamik dengan usaha kecil di sekitarnya. Olehnya itu kondisi rill
powersim tersebut digunakan enam (6) langkah dan empiris di lapangan perlu diketahui dan di
pemodelan, yaitu: evaluasi baik itu yang menyangkut dengan
1. Pemetaan sistem nyata; Langkah pertama bentuk-bentuk kelembagaan tradisional yang
dalam pemodelan ini adalah membuat diagram dikembangkan oleh pemerintah, maupun oleh
simpal kausal atau causal loop diagram pengusaha. Kondisi eksisting industri perikanan
(CLD). di Kota Kendari dan Bau-bau disajikan pada
2. Pembuatan model; Langkah kedua adalah Gambar 3.
membangun diagram alir atau stock flow
diagram (SFD).
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 7
7
Gambar 3. Pengolahan Sambal Kaholeo

seperti rumah produksi (Gambar 4) dan teknologi


Dalam hal peningkatan kuantitas dan
yang digunakan pada olahan hasil perikanan
kualitas produk olahan hasil perikanan, perlu
(Gambar 5 dan Gambar 6).
memperhatikan sarana dan prasarana pendukung
Gambar 4. Desain Rumah Produksi Olahan Perikanan a) Tampak Depan; b) Tampak Samping
Kanan; c) Samping Kiri; d) Denah Ruang

B
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 8
8

Gambar 4. Desain I Teknologi pengasapan ikan tipe kabinet


Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 9
9
Gambar 6. Desain II Teknologi pengasapan ikan dengan bahan dasar drum besi

Keberlanjutan kegiatan hilirisasi produk mendukung kegiatan produksi bagi pelaku utama
bahan baku ikan di Sulawesi Tenggara (Kota khususnya pemili kapal, juragan, pedagang
Baubau & Kota Kendari) sangat ditentukan oleh pengumpul, pedagang antar pulau, papalele dan
rantai nilai usaha tersebut. Rantai nilai penjual eceran.
komoditas perikanan terdiri atas pelaku utama, Selanjutnya, lingkungan kebijakan
pelaku pendukung, dan lingkungan kebijakan berkaitan dengan kebijakan program BBM
pemerintah. Rantai nilai komoditas tersebut bersubsidi untuk nelayan, kebijakan KKP terkait
menggambarkan alur utama supply-demand. penangkapan ikan, kebijakan pemerintah terkait
Rantai nilai pelaku utama komoditas ikan perijinan kapal. Peran kebijakan untuk
tuna, tongkol dan ikan layang dan jenis lainnya meningkatkan produksi dan pendapatan serta
seperti lemuru, kakap merah dan kerapu yaitu keselamatan kerja para pelaku utama.
pemilik kapal (kapal kelompok, kapal Jaringan rantai nilai komoditas perikanan
perorangan dan kapal perusahaan), juragan, dibutuhkan dalam kegiatan usaha, yang mana
pedagang pengumpul, pedagang antar pulau, perhatian tidak hanya sekedar menciptakan
papalele, pedagang eceran, pengolah ikan, produk, akan tetapi sampai kepada produk
konsumen akhir dan eksportir. Peran para pelaku tersebut dihantarkan hingga kepada pengguna
usaha tersebut adalah penyedia stok ikan, terakhir. Menurut Sihombing (2015) bahwa
mengumpul, proses jual beli, pengolahan dan semakin kompleks komponen dalam jaringan
konsumsi. Rantai nilai pelaku pendukung adalah rantai nilai semakin baik dalam kegiatan usaha
KSOP/syahbandar, bengkel kapal, jasa pengurus tersebut. Rantai nilai komoditas perikanan di
perijinan, pabrik es, cold storage, SPBN dan Sulawesi Tenggara mengambil contoh kasus
perbankan. Peran para pelaku tersebut adalah Kota Kendari dan Kota Baubau, sebagaimana
sebagai penyedia jasa dan barang dalam disajikan pada Gambar 7.
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 10
10
Gambar 7. Rantai Pasar Industri Perikanan Sulawesi Tenggara

Beberapa faktor yang diperkirakan Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka


mempengaruhi industri perikanan di Sulawesi arahan pengembangan industri pengolahan
Tenggara (Kota Baubau & Kota Kendari) adalah perikanan difokuskan kepada faktor bahan baku,
bahan baku, sumber daya manusia, kelembagaan, kelembagaan, infrastuktur industri dan lokasi
modal dan keuangan, infrastruktur industri, industri. Analisis alternatif pengembangan
pemasaran, identitas masyarakat, lokasi industri. dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui
Hasil analisis menunjukkan bahan baku, wawancara secara mendalam terhadap beberapa
kelembagaan, infrastuktur industri dan lokasi informan dari pemangku kepentingan yang
industri secara signifikan mempengaruhi industri terlibat di dalam industri pengolahan perikanan.
pengolahan perikanan di Sultra. Alternatif arahan pengembangan industri
perikanan di Sultra disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan

No Faktor Strategi Pengembangan Aktor Terlibat


1 Bahan baku  Peningkatan sistim rantai dingin Penyuluh perikanan,
melalui peningkatan sarana prasarana Swasta, Nelayan dan
mulai dari pembudidaya,pengolah
hulu sampai hilirnya. perikanan, pedagang dan
 Pengembangan pembangunan cold tengkulak.
storage terutama perikanan budidaya
 Peningkatan kerja sama/kemitraan
penyedia bahan baku dengan industri
pengolahan perikanan
2 Lokasi industri  Pengembangan industri pengolahan Kecamatan, Desa, Pengolah
perikanan yang terintegrasi dengan perikanan
bahan baku
3 Infrastruktur  Peningkatan aksesibilitas, Kecamatan, Desa, swasta,
pemeliharaan infrastruktur dan Disdagperin, Dinkop
peningkatan kualitas angkutan umum UMKM, Penyuluh
 Bantuan peralatan perikanan, DLH, pengolah
 Peningkatan sarana prasarana TPI ikan,
 Perluasan jaringan listrik dan subsidi Perguruan tinggi, LSM,
biaya listrik PDAM
 Pendirian dan pengembangan cold
storage
 Pembinaan dan pendampingan
sanitasi
pengolahan produk perikanan
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 11
11
4 Kelembagaan  Penguatan kelembagaan kelompok swasta, pelaku usaha dan
pengolah perikanan pelaku utama perikanan dan
 Pembinaan dan pendampingan kelautan, Disdagperin,
kelembagaan Dinkop UMKM, penyuluh
 Peningkatan kemitraan pemerintah, perikanan, Perguruan
pelaku usaha dan pelaku utama Tinggi
perikanan
dan kelautan, serta swasta
 Peningkatan kompetensi sumber daya
manusia

KESIMPULAN Kecamatan Kadia, Poasia, dan Abeli.


Sedangkan untuk Kota Bau-Bau hampir
Dalam memanfaatkan hasil dan jasa seluruh kecamatan yang ada yaitu
dari ekosistem terumbu karang yang ramah Kecamatan Wolio, Betoambari, Batupoaro,
lingkungan maka diperlukan suatu strategi Kokalukuna, Murhum, dan Bungi, dan
pengelolaan sebagai dasar pertimbangan terhadap tersebar di 10 desa.
kondisi ekologi terumbu karang yang terintegrasi 3. Pengembangan hilirisasi industri perikanan
dengan aspek biologi dan aspek sosial ekonomi dapat digerakkan melalui usaha masyarakat
masyarakat sehingga, terwujud pengembangan berbasis Home Industry dengan standar
kawasan yang terpadu diantaranya : pengolahan terserifikasi halal dan diolah
1) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap berdasarkan sistem sanitasi lingkungan.
kondisi tutupan terumbu karang pada kawasan
taman sains bawah laut (coral garden)dengan DAFTAR PUSTAKA
teknik sea farming dan sea ranching
menunjukan bahwa kondisi karang yang Alimina N. 2005. Analisis Suhu Permukaan
sangat baik yaitu 79.03 ha atau 31.78%. Laut dan Klorofil-a, Hubungannya
Menurut (Kepmen LH No. 4 Tahun 2001) dengan Hasil Tangkapan Madidihang
untuk tutupan terumbu karang yang dapat di (Thunnus albacares) di Perairan Selatan
tenggang memiliki luasan 50-100%. Sulawesi Tenggara (Thesis). Bogor:
2) Hasil analisis kelimpahan kelompok ikan IPB.
karang berjumlah 2.275 ekor/ha atau 3.64% Alimina N, Arami H, Tandipuang, P. 2017. Jenis
dengan kondisi sedikit (Odum, 1971). Hal ini Ikan Unggulan Prioritas Sebagai
disebabkan tingginya aktifitas penangkapan Komoditas Basis Bagi Usaha Perikanan
ikan karang yang menggunakan bahan Berkelanjutan Di Kota Kendari, Sulawesi
peledak dan berdekatan dengan lokasi wisata Tenggara. Buku Abstrak Seminar
serta penurunan ornamen coral garden dan Internasional Perikanan Berkelanjutan I.
penanaman fragmen karang dengan teknik sea Kendari
farming dan sea ranching belum lama
dilakukan. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu
3) Adapun parameter oseanografi di perairan Pendekatan Praktik, Ed. Revisi VI
dangkal Toronipa jika berdasarkan standar Cetakan Ketigabelas, Jakarta: PT. Rineka
baku mutu air laut (Kepmen LH No.51, 2004) Cipta, hlm. 12 (FAO, 2015
tersebut menunjukkan bahwa toleransi untuk Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
pertumbuhan hewan karang masih dapat Tenggara (BPS Sultra). 2018a. Provinsi
berlangsung. Dan secara demografi, Sulawesi Tenggara dalam Angka 2018.
pemukiman masyarakat yang terbanyak jauh Kendari: BPS Sulawesi Tenggara.
dari pesisir pantai sehingga, pengaruh kualitas
Badan Pusat Statistik Kota Kendari (BPS Kota
air laut dari limbah masyarakat masih sangat
Kendari. 2019. Statistik Daerah Kota
sedikit.
Kendari tahun 2018. Kendari: BPS.
KESIMPULAN Badan Pusat Statistik Kota Baubau (BPS Kota
Berdasarkan hasil penelitian yang Baubau). 2020. Statistik Daerah Kota
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Baubau Kendari 2020. Baubau: BPS.
1. Ketersediaan bahan baku untuk mendukung Bar, E. S. (2015). A case study of obstacles and
peningkatan industri perikanan tidak stabil enablers for green innovation within the
atau berfluktuasi setiap tahunnya. fish pro-cessing equipment industry.
2. Sebaran pengembangan perwilayahan Journal of Cleaner Production, 90, 234–
industri perikanan secara umum di Kota
Kendari berada di 3 kecamatan yaitu
Erawan, dkk/Jurnal Formasi, Volume 7, Nomor 2, Bulan Desember Tahun 2022 / 01-12 12
12
243.https://doi.org/10.1016/ j.jclepro. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2014.11.055 2017. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor
Checkland P, Jim S. 1990. Soft System
50/Kepmen-KP/2017 Tentang Estimasi
Methodology In Action. England (UK):
Potensi, Jumlah Tangkapan Yang
John Wiley and Sons, LTD.
Diperbolehkan, dan Tingkat
Dahuri, R., Rais, J. Ginting, S.P., Sitepu, M.J. Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di
2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Republik Indonesia. Jakarta: KKP.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan
Eriyanto. 2003. Ilmu Sistm. Meningkatkan Mutu Sumberdaya Perikanan.. PT. Pustaka
dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. Cidesindo. Jakarta.
Bogor.
[Perda Sultra] Peraturan Daerah Provinsi
Gigentika S. 2017. Model pemanfaatan ikan tuna Sulawesi Tenggara. 2018. Peraturan
di Nusa Tenggara secara berkelanjutan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana
Bogor. Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Golden, B., Raghavan, S., Wasil, E. 2008. The Kecil Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
vehicle routing problem.Latest 2018-2038. Kendari: Setda Provinsi
advances and new challenges. Sulawesi Tenggara.
Springer, Rahmah A, Nurani TW, Wisudo SH, Zulbainarni
Hikmayani Y., Hafsaridewi R., Purnomo A.H., N. 2013. Pengelolaan perikanan tonda
2010. Identifikasi strategi intervensi dengan rumpon melalui pendekatan Soft
sistem usaha perikanan untuk System Methodology (SSM) di PPP
meningkatkan pasokan ikan di lokasi Pondokdadap Sendang Biru, Malang.
rawan pangan. J. Bijak dan Riset Sosek Jurnal Teknologi Perikanan dan
KP., Vol 5(1). 47-63 p. Kelautan. 4(1):73-88.

Jumriani, Alimina N, Arami H. 2020. Musim Reed, M. S., Graves, A., Dandy, N., Posthumus,
Penangkapan Ikan Layang (Decapterus H., Hubacek, K., Morris, J., Stringer, L.
Spp.) yang Didaratkan di Kota Kendari. C. (2009). Who ’ s in and why ? A
Jurnal Manajemen Sumber Daya typology of stakeholder analysis methods
Perairan, 5(1): 17-23. for natural resource management. Journal
of Environmental Management, 90(5),
Kementerian Kelautan dan Pcrikanan 1933-1949. https://
Republik Indonesia, 2014, Peraturan doi.rg/10.1016/j.jenvman.2009.01.001.
Menteri Kelautan dan Pcrikanan No
5/PER,/1EN-KP/2014 tentang Sistem Saragih, B. 2001. Agribisnis-Paradigma Baru
l.ogistik lkan Nasional. Jakarta, 2014. Petanian. PT. Loji Grafika. Jakarta.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sarwanto C. 2015. Model konseptual


2016. Peraturan Menteri Kelautan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di
Perikanan Nomor 71 Tahun 2016 tentang Perairan Pantai Kabupaten Gunungkidul
Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Alat Penangkapan Ikan di Wilayah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Bogor.
Indonesia. Jakarta: KKP. Thrane, M., Nielsen, E. H., Christensen, P.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2009). Cleaner production in Danish
2014. Peraturan Menteri Kelautan dan fish processing-experiences, status and
Perikanan Nomor 18 Tahun 2014 tentang possible future strategies. Journal of
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Cleaner Production, 17(3), 380–390.
Republik Indonesia. Jakarta: KKP. https://doi.org/10. 1016/ j.jclepro.2008. 0

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan.


2012. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kepelabuhanan Perikanan. Jakarta:
KKP.

You might also like