Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], Vol.

1 (1): 17-28
DOI: https://doi.org/10.29244/jskpm.1.1.17-28
Copyright (c) 2017 Departemen SKPM
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISBN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269

MODAL SOSIAL DAN KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN


DALAM PROGRAM CSR PT TIRTA INVESTAMA
DI KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

(Social Capital and Institutional Sustainability of


PT Tirta Investama CSR Program in District of Cianjur)

Chinthia1) dan Fredian Tonny Nasdian1)

1)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor 16680, Indonesia
E-mail: sinsganesha@gmail.com; frediantonny@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT
Corporate social responsibility is a responsibility that must be implemented by the company to the public
and the environment. Social capital, especially social networks have a role in the sustainability of
institutions in Cianjur District, West Java. The main objective is create a sustainable program, that keep
continued even though the company is no longer or not directly involed. This study aims to describe social
networks, social capital, institutional sustainability, and analyze the correllation between social networks
and institutional sustainability. This study uses quantitative approach with census method supported by
qualitative data. The results showed that the level of social networking contained in HIPOCI were on a
broad level and the level of institutional sustainability in high level. Based on the research that has been
tested statistically show that there is a correlattion between the level of social networking with the level of
institutional sustainability.
Key words: social networks, typology, correlation

ABSTRAK
CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bentuk tanggung jawab yang wajib dilaksanakan
oleh perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Modal sosial, khususnya jejaring sosial
memiliki peranan dalam keberlanjutan kelembagaan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hal ini diharapkan
mampu menjadikan suatu program dapat berkelanjutan meskipun perusahan tidak lagi ikut terlibat.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan jejaring sosial, modal sosial, keberlanjutan kelembagaan,
menganalisis hubungan jejaring sosial dan keberlanjutan kelembagaan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif didukung data kualitatif dengan metode sensus. Hasil penelitian menunjukkan
tingkat jejaring sosial yang terdapat pada HIPOCI berada di tingkat luas dan tingkat keberlanjutan
kelembagaan di tingkat tinggi. Berdasarkan hasil uji secara statistik menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat jejaring sosial dengan tingkat keberlanjutan kelembagaan.
Kata kunci: jejaring sosial, tipologi, korelasi

PENDAHALUAN pembangunan lainnya seperti sosial dan ekologi


bernilai negatif. Konsep pembangunan
Pembangunan berkelanjutan merupakan tujuan berkelanjutan menjadi topik yang menarik untuk
perusahaan dalam membuat program CSR. diteliti, konsep ini kembali diperbincangkan
Pembangunan yang memprioritaskan ekonomi pada Tahun 1987 ketika World Commission on
dinilai sudah tidak lagi efektif. Hal ini diperkuat Environment and Development (WCED)
dari berbagai penelitian yang menunjukan menerbitkan buku Our Common Future yang
pembangunan ekonomi tidak diimbangi dengan

Juli 2017 17
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

membahas tentang konsep pembangunan dari program Integrative Farming System (IFS)
ekonomi dan keterkaitannya dengan lingkungan oleh PT Tirta Investama. Perusahaan bersama
dalam konteks pembangunan berkelanjutan. dengan masyarakat mendiskusikan program
Pembangunan yang terlihat signifikan sesuai dengan kebutuhan. Masyarakat di
merupakan pembangunan ekonomi yang relatif Kecamatan Gekbrong mengusulkan untuk
lebih tinggi dibandingkan dua bidang lainnya, membentuk lembaga yang berbeda. HIPOCI
sosial dan lingkungan (Fauzi dan Oxtavianus terbentuk sebagai lembaga resmi yang disahkan
2014). Pembangunan yang terus meningkat, di di Pengadilan Negeri Cianjur dengan nomor:
lain hal memiliki dampak yang signifikan di W11. U11. PR7610.01/III/2012. Kecamatan
lingkungan sekitarnya. Pembangunan industri di Gekbrong memiliki total luas sawah 1.254,400
bidang eksploitasi sumberdaya alam seringkali ha. Kecamatan Gekbrong merupakan kecamatan
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan. yang berdekatan dengan PT Tirta Investama
Korporat pada saat ini memiliki tantangan yang menjadi alasan program diimplementasikan.
lebih berat karena penyelesaian masalah bukan Sistem pertanian organik diterapkan oleh petani
sekedar memberi materi, melainkan perlunya untuk berpartisipasi dalam program pemerintah,
pengembangan ekonomi dan keterkaitannya yaitu Go Green. Kehadiran HIPOCI mampu
dengan lingkungan dalam konteks pembangunan mempererat hubungan individu dengan
berkelanjutan (Fauzi dan Oxtavianus 2014). organisasi dan organisasi dengan organisasi
Program CSR yang telah diimplimentasi karena keterikatan yang telah dijalin.
diharapkan mampu menjadikan masyarakat
disekitar mandiri dan meneruskan program Menurut Lubis (2012) yang dikutip Nasdian
setelah program berakhir. (2014) Networking menjadi komponen penting
dalam pengembangan jaringan sosial. Penelitian
Indonesia merupakan negara satu-satunya yang ini menyebutkan tanggung jawab perusahaan
mengatur CSR di dalam Undang-undang. yang diterapkan oleh PT Tirta Investama berupa
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang pembentukan kelembagaan ekonomi pertanian
Perseroan Terbatas mewajibkan semua yaitu, HIPOCI. Program CSR akan berhasil
perseroan terbatas menjalankan kegiatan berkembang apabila kelembagaan berjalan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sustainable. Oleh karena itu, menarik bagi
sumberdaya alam untuk melaksanakan tanggung penulis untuk meneliti Bagaimana peran modal
jawab dan lingkungan. Menurut ISO 26000, sosial dalam keberlanjutan kelembagaan?
CSR adalah bentuk tanggung jawab organisasi
terhadap dampak dari keputusan dan aktivitas Program HIPOCI merupakan kebutuhan
organisasi terhadap masyarakat serta lingkungan, masyarakat akan lembaga yang bertujuan pada
melalui perilaku yang transparan dan etis yang pertanian sehat. HIPOCI menjalin kerjasama
memberikan kontribusi untuk pembangunan guna meningkatkan produksi dan pemasaran
keberlanjutan, kesehatan, kepentingan; sejalan produk pertanian. HIPOCI menjalin kerjasama
dengan hukum yang berlaku dan sesuai dengan dengan perusahaan sebagai awal mula jaringan
norma-norma universal; dan terintegrasi dengan lainnya terbentuk demi keberlangsungan
hukum yang berlaku dan sesuai dengan norma- kelembagaan. Jaringan sosial berfokus pada
norma universal; dan terintegrasi di seluruh aspek ikatan antara simpul berupa individu
organisasi dan dipraktikkan dalam hubungan- maupun kelompok (organisasi). Buku
hubungannya. Suatu program dapat dikatakan Membangun Jaringan Sosial dan kemitraan yang
berkelanjutan yaitu sudah dijalankan lebih dari dikeluarkan oleh Kementrian Desa,
satu tahun dan sudah terdapat manfaat/hasil Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
nyata, atau kegiatan serta manfaatnya tetap Transmigrasi jaringan sosial (Arsyad 2015)
berlanjut meskipun perusahaan tidak lagi diharapkan mampu mengoptimalkan proses
terlibat. pembangunan dan pola pemberdayaan desa yang
umumnya ketergantungan. Maka dari itu,
HIPOCI (Himpunan Petani Organik Cianjur muncul lah pertanyaan bagaimana jaringan
Indonesia) merupakan kelompok tani lokal yang sosial dari perspektif modal sosial Himpunan
berdiri karena tekad yang kuat untuk maju di Petani Organik Cianjur Indonesia
bidang pertanian. Pembentukan HIPOCI berawal (HIPOCI)?

18 Juli 2017
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

Sustainable development memerlukan adanya kekuatan seperti hubungan dengan kegiatan


sinkronisasi ketiga dimensi dalam pembangunan bersama, kelompok, dan bergotong royong.
berkelanjutan, yaitu dimensi ekonomi, dimensi Program-program CSR yang baik merupakan
sosial, dan dimensi lingkungan. CSR memiliki yang mampu menjadikan masyarakat mandiri
tantangan untuk menjawab permasalahan bahkan saat program sudah tidak lagi terlibat.
masyarakat dengan tidak melihat dari sisi profit. Masyarakat memiliki kemampuan untuk
Untuk mencapai sustainable development perlu bekerjasama yang terlihat jelas di Indonesia
adanya sinkronisasi ketiga dimensi dalam dengan istilah gotong royong. Modal sosial
pembangunan berkelanjutan, yaitu dimensi menurut Coleman (1999) adalah kemampuan
ekonomi, dimensi sosial, dan dimensi masyarakat untuk bekerja sama, demi mencapai
lingkungan. CSR menurut ISO 26000 memiliki tujuan-tujuan bersama, di dalam berbagai
bentuk tanggung jawab melihat pada kelompok dan organisasi. Menurut Cox (1995)
terintegrasinya organisasi dan hubungan- dalam masyarakat yang memiliki tingkat
hubungannya untuk pembangunan kepercayaan yang tinggi, aturan-aturan sosial
berkelanjutan. Korten dan Klauss (1984) cenderung bersifat positif dan saling
mengatakan bahwa keberlanjutan tidak berfokus bekerjasama.
pada produksinya, melainkan memberi peran
masyarakat itu sendiri. Pertanyaan kedua peneliti Jejaring Sosial
adalah bagaimana keberlanjutan Putnam (1993) mengatakan bahwa jaringan-
kelembagaan Himpunan Petani Organik jaringan sosial yang erat akan memperkuat
Cianjur Indonesia (HIPOCI)? perasaan kerjasama para anggotanya serta
manfaat-manfaat partisipasinya. Jaringan sosial
Jejaring sosial petani terjalin dengan level yang
yang luas mampu memberikan kontribusi dalam
berbeda. Jejaring sosial yang terjalin memiliki
aktivitas ekonomi masyarakat. Bourdieu (1986)
tujuan dalam mendapatkan informasi dan
menjelaskan modal sosial fokus pada individu
pengetahuan baru. Hal ini menjadikan petani
dan menyatakan bahwa modal sosial terdiri dari
mampu menyelesaikan permasalan yang
jaringan sosial yang membantu individu-
dihadapi dalam pertanian. Petani yang
individu untuk mendapatkan akses pada
bergabung dalam kelembagaan memiliki akses
sumberdaya yang dimiliki oleh aktor-aktor lain
kepada jaringan lebih luas. HIPOCI menjalin
dalam jaringan tersebut.
jejaring sosial guna membantu kelembagaan
Jejaring sosial memiliki peran dalam mengakses
tetap berdiri. HIPOCI menjalin kerjasama dalam
kebutuhan. Jaringan dapat diakses dengan
produksi pertanian dan pemasaran. Kelembagaan
hubungan antar keluarga, kerabat, dan di luar
yang dikembangkan oleh kelompok diharapkan
kekerabatan. Jejaring yang dijalin dapat
akan mendorong kemandirian dan berkembang
mengikat, menyambung, maupun
secara berkelanjutan. Pertanyaan ketiga peneliti
mengubungkan. Adapun tipologi modal sosial
adalah bagaimana hubungan jejaring sosial
menurut Woolcock (2001), yaitu:
dengan keberlanjutan kelembagaan?

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah 1. Mengikat (bonding)


disampaikan sebelumnya, maka tujuan penelitian Modal sosial ini memiliki ciri khas
dirumuskan sebagai berikut: 1) Menganalisis kelompok ataupun anggota kelompok yang
jejaring sosial HIPOCI. 2) Menganalisis umumnya homogen. kelompok homogen ini
keberlanjutan kelembagaan HIPOCI. 3) umumnya berasal dari suku yang sama yang
Menganalisis hubungan jejaring sosial dalam fokusnya pada upaya menjaga nilai-nilai
keberlanjutan kelembagaan HIPOCI. yang turun menurun telah diakui dan dijalani
sebagai bagian dari tata perilaku (code of
PENDEKATAN TEORITIS conducts) dan perilaku moral (code of
ethics) dari suku atau entitas sosial tersebut.
Modal Sosial Mereka cenderung mengutamakan solidarity
Konsep modal sosial masih dipandang sebelah making daripada hal-hal yang lebih nyata
mata dalam penentuan program. Modal sosial untuk membangun diri dan kelompok sesuai
yang dimiliki oleh masyarakat dapat dijadikan dengan tuntutan nilai-nilai dan norma

Juli 2017 19
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

masyrakat yang lebih terbuka (Hasbullah di seluruh organisasi dan dipraktikkan dalam
2006). hubungan-hubungannya.
2. Menyambung (bridging)
Berbeda dengan bonding, bridging memiliki CSR berkembang pada Tahun 1990-an dengan
sifat yang inklusif dan berorientasi ke luar ditandai munculnya definisi CSR oleh WBSD
(outward looking). Coleman (1999) (World Business Council for Sustainable
menganggap bahwa masyarakat ini Development). Sebuah lembaga yang yang
cenderung menciptakan jaringan ke luar bentuk oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
sehingga mampu bekerjasama dengan untuk kalangan bisnis agar dapat berkontribusi
kelompok di luar mereka. Pada masyarakat dalam pembangunan. Suatu konsep yang
ini walaupun hubungan sosial yang tercipta menjadi impian masa depan adalah
memiliki tingkat kohesivitas yang kuat, pembangunan tanpa merusak sumberdaya alam
tetapi tidak merefleksikan kemampuan dan mencoba menyatukan elemen lainnya yaitu
masyarakat tersebut untuk menciptakan dan sosial dan ekonomi. Perusahaan dalam
memiliki modal sosial yang kuat. Kemajuan menentukan program tentu harus memahami
pada kelompok ini akan lebih mudah dicapai bagaimana pola masyarakat sekitarnya. Sehingga
karena pertukaran ide akan terus mampu mengembangkan kesejahteraan
berkembang dan menstimulasi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari
perkembangan kelompok dan individu pembangunan masyarakat yang mengarah pada
kelompok tersebut. partisipatif. Konsep Keberlanjutan Kelembagaan
3. Menghubungkan (Linking)
Social Linking (hubungan/jaringan sosial) Korten dan Klauss (1984) berpendapat tentang
merupakan hubungan sosial yang “production centered development” bahwa
dikarakteristikkan dengan adanya hubungan pendekatan pembangunan yang berpusat pada
di antara beberapa level dari kekuatan sosial produksi. Masyarakat di kontrol secara terpusat
maupun status sosial yang ada dalam dan bersifat sentralisasi. Sehingga kebijakan
masyarakat. Misalnya: Hubungan antara elit pembangunan hanya berpihak kepada konsumen,
politik dengan masyarakat umum. Dalam hal penduduk kelas menengah perkotaan, dan
ini elit politik yang dipandang khalayak meminggirkan produsen. Maka dari itu,
sebagai /tokoh, dan mempunyai status sosial pembangunan berorientasi pada ekonomi harus
daripada masyarakat kebanyakan. Namun ditinggalkan menuju pembangunan yang baru.
mereka sama-sama mempunyai kepentingan Pembangunan dikembangkan yaitu ekologi
untuk mengadakan hubungan. Elite politik manusia yang seimbang dengan sumberdaya
membutuhkan massa untuk mendapatkan utama berupa daya informasi dan prakarsa
suara dan mendukungnya. Sementara kreatif dengan memberi peran kepada
masyarakat berusaha mendapatkan orang masyarakat. Paradigma ini dikenal sebagai
yang dipercaya bisa menjadikan penyalur “people centered development”.
aspirasi dan yang mereka percayai sebagai
wakilnya. Dalam buku Nasdian (2014) membahas
keberlanjutan program CSR dan keberlanjutan
Corporate Social Responsibility (CSR) kelembagaan. Hasil analisis studi 12 desa binaan
ini menunjukan bahwa sangat potensial apabila
CSR menurut ISO 26000 adalah bentuk strategi penguatan kelembagaan
tanggung jawab organisasi terhadap dampak dari “menghubungkan” kebutuhan warga komunitas
keputusan dan aktivitas organisasi terhadap dengan kebijakan perusahaan dan stakeholder
masyarakat serta lingkungan, melalui perilaku
lainnya mendayagunakan kekuatan tokoh
yang transparan dan etis yang memberikan masyarakat lokal baik di aras komunitas desa
kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan, maupun aras “atas” komunitas desa yang
kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat; turut memiliki kekuatan modal sosial dan modal
mempertimbangkan pemangku kepentingan; budaya.
sejalan dengan hukum yang berlaku dan sesuai
dengan norma-norma universal; dan terintegrasi Berdasarkan konsep yang telah dipaparkan dapat
disimpulkan bahwa pembangunan yang berfokus

20 Juli 2017
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

pada profit akan merusak sumberdaya alam 3. Perencanaan Bersama


karena eksploitasi yang meningkat.
Perencanan partisipatif merupakan salah satu
Pembangunan yang baik fokus pada tiga elemen
proses pembelajaran bagi masyarakat.
pembangunan, yaitu ekonomi, manusia, dan
Pembelajaran ini mendukung masyarkat untuk
lingkungan. Elemen manusia perlu dibangun
sadar akan situasi yang mereka hadapi dan
untuk kesadaran dalam menjaga lingkungan agar
mencari jalan keluar dari permasalahan secara
tetap lestari tanpa menghilangkaan elemen
kritis (Nasdian 2014). Perencanaan partisipatif
ekonomi.
memiliki arti menekankan partisipatif luas dari
Tingkat keberlanjutan CSR diukur dengan stakeholder dalam proses perencanan dan
sejauh mana keberlanjutan program-program pengambilan keputusan dalam pembangunan
CSR dan keberlanjutan kelembagaan CSR, (Suratman 2008).
faktor-faktor yang menentukan keberlanjutan
Kerangka Pemikiran
program dan kelembagaan CSR (Nasdian 2014)
adalah: Menurut Lubis (2012) yang dikutip Nasdian
(2014) Networking menjadi komponen penting
1. Kapasitas Kelembagaan
dalam pengembangan jaringan sosial.
Kapasitas kelembagaan menurut penelitian
Anantayu (2009), dapat tercapai dengan melihat Tingkat Jaringan Sosial Tingkat Keberlanjutan
indikator, yaitu: 1) Tujuan kelembagaan 1. Jaringan luas kelembagaan
kelompok, adanya kesesuaian tujuan dengan 2. Jaringan sedang 1. Keberlanjutan tinggi
kebutuhan anggota, dan tingkat pemenuhan 3. Jaringan rendah 2. Keberlanjutan sedang
3. Keberlanjutan lemah
kebutuhan anggota. 2) Fungsi dan peran
kelembagaan berjalan, meliputi: adanya Kepercayaan
kemampuan memperoleh, mangatur,
memelihara, dan mengarahkan informasi, tenaga Norma
kerja, modal dan material, serta kemampuan
mengelola konflik. 3) Adanya keinovatifan Keterangan:
kelembagaan, meliputi: adanya peran : menunjukkan adanya hubungan
kepemimpinan dalam kelembagaan, fungsi : diteliti secara deskriptif
kepemimpinan dalam kelembagaan, adanya
nilai-nilai yang mendasari kerjasama, adanya
Gambar 1 Kerangka Analisis Penelitian
pembagian peran anggota.
Penelitian ini menyebutkan tanggung jawab
2. Insentif Kelembagaan
perusahaan yang diterapkan oleh PT Tirta
Mangkunegara (2001) mengatakan bahwa Investama berupa pembentukan kelembagaan
insentif adalah suatu penghargaan dalam bentuk ekonomi pertanian yaitu, HIPOCI. Program CSR
uang yang diberikan oleh pihak pemimpin akan berhasil berkembang apabila kelembagaan
organiasai kepada karyawan agar mereka bekerja berjalan berkelanjutan (sustainable). Untuk
dengan motivasi yang tinggi dan berprestasi melihat keberlanjutan program CSR dan
dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. kelembagaan, Nasdian (2014) di dalam bukunya
Hasibuan (1990) ada dua bentuk insentif yaitu menyebutkan faktor-faktor yang menentukannya
insentif material dan insentif non material. (a) adalah (a) kapasitas keberlanjutan; (b) instentif
Insentif material adalah sebuah imbalan prestasi kelembagaan; dan yang terakhir (c) partisipasi
yang diberikan, yang termasuk dalam upah, bersama. Gambar 1 merupakan kerangka analisis
barang, dan sejenisnya. segala daya perangsang penggabungan dari pustaka yang digabungkan,
yang dapat dinilai dengan uang. (b) Insentif non kerangka ini menunjukan keterkaitan antar
material adalah penempatan yang tepat, latihan variabel yang dijelaskan penulis dalam
yang sistematis, program penghargaan, dan pustakanya.
bintang jasa.

Juli 2017 21
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

Hipotesis Selain itu juga diperoleh dari buku, Undang-


Undang, dan jurnal-jurnal hasil penelitian terkait
Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin
modal sosial, pembangunan keberlanjutan, CSR,
luas tingkat jaringan sosial maka semakin tinggi
dan data monografi serta profil desa.
keberlanjutan kelembagaan.
Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui
METODE PENELITIAN wawancara terstruktur kepada responden dengan
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).
pendekatan kuantitatif didukung dengan data Data primer kualitatif dikumpulkan melalui
kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan (indepth interview) wawancara mendalam,
dengan cara sensus, yaitu penelitian yang melalui metode partisipatif dengan
mengambil semua populasi dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul (FGD), dan catatan harian lapang.
data primer. Data kualitatif diperoleh peneliti
dengan melakukan FGD kepada responden dan Pengolahan data dalam penelitian ini
wawancara mendalam kepada informan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang,
menggunakan panduan pertanyaan untuk dan model korelasi rank spearman untuk
memahami secara mendalam dan rinci mengenai mengukur korelasi antara tingkat jejaring sosial
suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai dengan tingkat keberlanjutan kelembagaan.
realitas, proses sosial, dan makna yang Teknik korelasi ini dilakukan untuk mencari
berkembang dari orang-orang yang menjadi hubungan dua variabel bila data kedua variabel
subjek penelitian. tersebut berbentuk ordinal atau berjenjang dan
dapat berasal dari sumber yang tidak sama.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive
(sengaja) yaitu di Kecamatan Gekbrong dan Dasar pengambilan keputusan dalam uji korelasi
Kecamatan Warungkondang. Waktu spearman yaitu jika nilai signifikansi < 0.05
pelaksanaan penelitian berlangsung mulai maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi
September 2016 hingga Januari 2017. yang signifikan antara variabel yang
dihubungkan. Sebaliknya, jika nilai signifikansi
Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yaitu > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
informan dan responden. Responden adalah terdapat korelasi yang signifikan antara variabel
individu yang dapat memberikan keterangan yang dihubungkan.
atau informasi mengenai dirinya sendiri.
Populasi penelitian ini adalah anggota HIPOCI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Gambaran HIPOCI PT Tirta Investama
individu, yaitu anggota petani organik HIPOCI.
Metode penelitian yang digunakan adalah sensus Grup Aqua telah berdiri sejak tahun 1973
dengan jumlah populasi sebanyak 25 orang. dengan nama PT Golden Mississippi. Pada tahun
1989 berubah nama menjadi PT Aqua Golden
Pemilihan terhadap informan dilakukan secara Missisippi. Grup Aqua hingga saat ini terdiri
sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak dari PT Aqua Golden Missisippi, PT Tirta
ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan Investama, dan PT Tirta Sibayakindo yang
dengan menggunakan teknik bola salju semuanya berlokasi di Indonesia, serta Ibic Bhd.
(snowball) kepada Ketua HIPOCI dan pihak Ltd. yang berlokasi di Brunei Darussalam. Pada
CSR PT Tirta Investama. tanggal 4 September 1998, terjadi aliansi
strategis PT Tirta Investama dengan DANONE,
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dimana DANONE, kelompok usaha
dari data primer dan data sekunder. Data primer multinasional yang berpusat di Paris, Perancis
diperoleh langsung dari lapang melalui survei melalui DANONE Asia Holding Pte.Ltd
dengan menggunakan kuesioner, wawancara bergabung ke PT Tirta Investama sebagai
mendalam dengan informan dan pengamatan. minority shareholder. Selanjutnya PT Tirta
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen Investama, PT Aqua Golden Mississippi dan PT
tertulis di kecamatan, dan PT Tirta Investama.

22 Juli 2017
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

Tirta Sibayakindo sepakat untuk bersinergi domba. Anggota KWT merupakan istri dari
sebagai Grup AQUA. petani yang diberdayakan untuk mengumpulkan
sisa sampah dapur dan daun-daun untuk
Grup Aqua mempraktikkan tanggung jawab dijadikan POC (Pupuk Organik Cair). Pemuda
sosial sejak 1972 yang memiliki pemikiran Tani dilibatkan dalam memilah beras dan
menjalankan bisnis yang mengedepankan mengemas beras dalam kemasan 5 kg untuk siap
keseimbangan antara keberhasilan ekonomi dan dijual. Produk pertanian HIPOCI selain beras,
kemajuan sosial. Pada tahun 2006, Grup Aqua KWT diberdayakan untuk membuat cemilan
menciptakan Aqua Lestari sebagai payung berbahan dasar beras. Skema sistem pertanian
inisiatif keberlanjutan dengan menggunakan terpadu HIPOCI seperti pada Gambar 2.
prinsip-prinsip dasar dari Danone Way, ISO
26000, dan Global Reporting Initiative sebagai
rujukan. Aqua Lestari memiliki 4 pilar, yaitu: 1)
Pelestarian Air dan Lingkungan; 2) Praktik
Perusahaan Ramah Lingkungan; 3) Pengelolaan
Distribusi Produk; 4) Pelibatan dan
Pemberdayaan Masyarakat.

Dilatarbelakangi semakin tidak terkendalinya


penggunaan bahan kimia untuk pupuk dan
pestisida, AQUA Grup menyelenggarakan
program pertanian berkelanjutan, dengan
mengedepankan praktik partisipatoris. Fokus
pelaksanaan program disesuaikan dengan
konteks wilayah, dan metode yang dipilih adalah
sistem pertanian terpadu atau Integrated
Farming System (IFS). Dampak yang diharapkan
Gambar 2 Skema sistem pertanian terpadu
adalah perubahan perilaku petani dalam
HIPOCI
mengolah lahan secara berkelanjutan,
memproduksi pupuk organik, serta pestisida dan
Tingkat Jejaring Sosial
agensi hayati secara mandiri, sehingga
melepaskan ketergantungan petani terhadap Analisis tingkat jejaring sosial HIPOCI melihat
pupuk kimia dan pestisida. seberapa luas jejaring yang terjalin dengan
pemangku kepentingan. HIPOCI memiliki
HIPOCI kategori jejaring sosial yang luas. Tingkat
jejaring sosial dilihat berdasarkan tripologi
HIPOCI atau Himpunan Petani Organik Cianjur
modal sosial, yaitu: 1) social bonding, 2) social
Indonesia berdiri sejak 5 Oktober 2011. HIPOCI
bridging, dan 3) social linking. Modal sosial
merupakan lembaga resmi yang disahkan di
yang ada pada HIPOCI di Kecamatan Gekbrong
Pengadilan Negeri Cianjur dengan nomor: W11.
U11. PR7610.01/III/2012. HIPOCI merupakan merupakan interaksi yang dibangun pada
kehidupan sehari-hari dengan sesama petani
kelompok tani lokal yang peduli dengan
organik dan anggota HIPOCI.
pertanian yang sehat. HIPOCI merupakan
kumpulan kelompok petani organik. HIPOCI
Social Bonding HIPOCI berada pada tingkat
juga memiliki unit usaha dibidang Peternakan
tinggi. Kecenderungan responden menyatakan
Domba, Kompos, KWT (Kelompok Wanita
anggota HIPOCI menjaga hubungan antar
Tani), Pemuda Tani, UMKM, dan Ayam Pelung.
anggota dengan baik dan saling bergotong
royong. Hubungan ini terjalin untuk saling
Sesuai dengan IFS, HIPOCI memiliki sistem
berbagi pengalaman ketika ada masalah dalam
pertanian yang terintegrasi. Petani organik
produksi. Anggota akan bertanya pada anggota
mendapatkan pupuk organik dari unit usaha
lain dan berdiskusi tentang permasalahan seperti
kompos dan KWT. Unit usaha kompos
produksi tani, permodalan, dan masalah hama.
mendapatkan kotoran kambing dari peternakan

Juli 2017 23
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

Social Bridging HIPOCI berada pada tingkat Pihak yang dibantu oleh perusahaan seperti
sedang. Hubungan HIPOCI adalah dengan mendatangkan ibu-ibu AHS dan mengajak
kelompok dan petani lain untuk meningkatkan HIPOCI untuk study banding di luar kota.
produksi beras. HIPOCI mampu memproduksi Perusahaan mendatangkan ibu-ibu binaan
beras organik sebanyak 10 ton per musim, program CSR Aqua untuk datang ke desa dalam
sedangkan pasar memerlukan 20 ton per bulan. rangka mengenal lebih dekat dengan produk
Hal ini menjadikan HIPOCI bekerjasama dengan beras organik yang selama ini mereka jual. Ibu-
petani lain seperti dengan petani Cibeber, Al- ibu AHS diajak untuk mengenal warga dan
Ikhwan, dan Gapoktan Mekar Tani Sukabumi, petani organik. Selain itu, ibu-ibu AHS diajak
untuk memenuhi permintaan pasar. Kerjasama untuk terjun langsung belajar di sawah dengan
yang dijalani oleh HIPOCI selain beras organik tujuan melihat sulitnya proses yang dilalui oleh
adalah beras sehat. Beras sehat merupakan beras para petani agar menjadi beras organik yang
yang diproses dengan dua tahap, yaitu tahap selama ini dijual. Perusahaan pernah
secara organik dan non organik. Cara ini mendatangkan blogger dari Bandung dan
dilakukan untuk petani yang ingin memproduksi blogger lainnya untuk mengenal lebih dekat
beras organik namun belum mampu mengikuti dengan petani. Kegiatan blogger hampir sama
cara-cara organik. dengan kedatangan ibu-ibu AHS. Hasil dari
kunjungan blogger akan di bagikan pada masing-
Social Linking dilihat dari melalui hubungan masing blog mereka.
yang terjalin antara petani dengan instansi luar
yang memiliki derajat lebih tinggi seperti CSR, Pihak lain yang datang ke HIPOCI berasal dari
Pemerintah, dan pihak lain. Social Linking berbagai latar belakang. Selain blogger, HIPOCI
berada pada tingkat sedang. Social Linking pernah diliput oleh stasiun televisi, yaotu DAAI
Perusahaan dengan jumlah responden pada TV dan Kompas Media yang meliput tentang
kategori sedang. Perusahaan membantu petani sistem pertanian HIPOCI yang dinilai baik
dalam hal pelatihan, produksi hingga pemasaran sebagai inspirasi masyarakat terkait pertanian
produk HIPOCI. Perusahaan PT Tirta Investama organik. HIPOCI sering kedatangan sekolah
datang pada tahun 2011 untuk menerapkan sebagai tempat pembelajaran dan HIPOCI pernah
program di Kecamatan Gekbrong karena kedatangan tamu sebanyak 24 Negara yang
kedekatan lokasi dengan perusahaan. Keinginan diadakan oleh Cifor C4 yang bertujuan untuk
untuk menerapkan kelompok yang berbeda dan study banding. Komunitas ini merupakan
berkelanjutan, mendorong masyarakat dengan komunitas internasional yang peduli dengan
perusahaan bersama-sama membuat program lingkungan. Mereka mengunjungi pertanian
pertanian organik dan membuat organisasi yang organik, melihat saluran air, bermain di kebun
bernama Himpunan Pertanian Organik Cianjur teh, dan kegiatan lainnya. Selain itu, HIPOCI
Indonesia yang disingkat menjadi HIPOCI. juga sering dikunjungi oleh berbagai perusahaan
Social Linking pemerintah berada pada tingkat seperti migas sebagai tempat pembelajaran
sedang. Pemerintah memberikan bantuan berupa program CSR yang dapat dikategorikan berhasil.
pelatihan. Kerjasama yang terjalin dengan Pada tanggal 10-14 Agustus 2016 yang berlokasi
pemerintah adalah dengan Koperasi, pelatihan di Bandung, HIPOCI diundang untuk mengisi
perdagangan (UMKM), pelatihan Tax Amnesti, stand acara Koperatif Fair. Acara tersebut rutin
dan Kehutanan. Dinas Koperasi pernah dilakukan setiap tahun sebagai bentuk pemasaran
memberikan sertifikasi halal sebagai label bahwa produk-produk lokal.
beras dari HIPOCI halal untuk dikonsumsi.
Pemerintah dinilai hanya memberikan pelatihan Pihak luar dari sekolah, universitas, dan instansi
saja, jarang memberikan bantuan lain. Hal ini lain sering datang ke HIPOCI dengan tujuan
terkait dengan kerjasama antar pemerintah untuk memberikan pelatihan kepada anggota
dengan perusahaan yang menjadi bentuk HIPOCI. Pelatihan yang diajarkan seperti
tanggung jawab CSR perusahaan. Social Linking memilih benih yang baik, pelatihan pembasmian
pihak lain berada pada tingkat sedang hama secar organik, pelaltihan menejem tani, dan
merupakan hubungan pihak luar yang datang ke pelatihan lainnya.
HIPOCI baik yang didatangkan oleh perusahaan
maupun yang datang berdasarkan informasi lain. Keberlanjutan Kelembagaan

24 Juli 2017
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

Analisis tingkat keberlanjutan kelembagaan kepada HIPOCI sebagai bentuk bantuan untuk
petani organik HIPOCI melihat seberapa sejauh mendorong petani meningkatkan produksinya.
mana program HIPOCI berjalan meskipun Pemberian insentif dapat berupa material
pemangku kepentingan tidak lagi terlibat. Pada (berupa modal, barang, upah, dan sejenisnya)
bagian pembahasan ini akan dibahas kapasitas maupun non material (berupa pelatihan,
kelembagaan, insentif kelembagaan, dan penghargaan, dan lainnya). HIPOCI tidak pernah
perencanaan bersama. Tingkat keberlanjutan mendapatkan insentif berupa modal dari
kelembagaan berada pada tingkat tinggi. Peran perusahaan maupun pemerintah. Suatu
ketua membesarkan nama HIPOCI didukung perusahaan pernah datang untuk menawarkan
oleh anggota yang menjalankan tugas secara modal, namun hingga penelitian ini selesai,
baik. Ketua memiliki peran yang cukup tegas. perusahaan tersebut tidak kunjung datang.
Ketua mampu mengumpulkan anggota untuk Perusahaan mengaku tidak memberikan insentif
hadir acara rapat dan pelatihan. Anggota yang dalam bentuk modal agar mencegah pengaliran
belum hadir pada acara akan saling dana yang tidak tepat. Perusahaan lebih memilih
mengingatkan untuk datang dengan cara membangun beberapa fasilitas seperti rumah
menelpon anggota tersebut. Ketua HIPOCI produksi, memberikan alat produksi seperi alat
memiliki peran dalam menjalin hubungan penggiling, pemisah gabah, sealer dan vacum,
jejaring yang luas. Ketua mencari jalan kantor sekretariat, dan motor Viar sebanyak 3
mendapatkan bantuan di luar perusahaan dan unit. Pemerintah dinilai hanya memberikan
pemerintah. HIPOCI memiliki nama yang cukup pelatihan saja kepada HIPOCI. HIPOCI pernah
terkenal. Keberadaannya telah dikenal berbagai mengajukan pinjaman modal. Kendala HIPOCI
pihak dari mulai pelajar, media massa, dan untuk menerima program pemerintah adalah
perusahan. HIPOCI mendapatkan bantuan lembaga ini bukan merupakan GAPOKTAN.
berupa pelatihan. Hal ini di manfaatkan oleh Pemerintah hanya membantu binaannya, yaitu
petani untuk mendapatkan ilmu dan GAPOKTAN.
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Perencanaan bersama berada pada tingkat tinggi.
Keberlanjutan kelembagaan HIPOCI berada pada Anggota HIPOCI dilibatkan dalam perencanaan
tingkat tinggi. Kapasitas kelembagaan ketua bersama untuk menentukan kebutuhan anggota
mampu menjadi sosok pemimpin yang petani. Anggota mampu memberikan pendapat,
mengayomi anggota sehingga anggota kritik dan memutuskan program. Perencanaan
mempunyai keterbukaan ketika ditemukan bersama dilaksanakan untuk menentukan
masalah. Anggota juga dapat bekerja sesuai kebutuhan petani yang masih belum terpenuhi.
dengan tugas yang diberikan oleh ketua. Anggota Anggota memberikan pendapat sesuai dengan
mampu bekerjasama dengan sesama anggota lain permasalahan yang dihadapinya. Lalu anggota
dan menyelesaikan masalah secara mandiri. akan memutuskan bersama program selanjutnya.
Petani mengaku lebih senang berkumpul pada Pada saat pengambilan data, peneliti melihat
acara non formal seperti ketika ngopi dan ketua memberikan peran secara langsung kepada
ngerokok bareng karena lebih santai dan terbuka. anggota. Ketua berdiskusi terkait program-
Petani sering menemukan beberapa program baru yang ditawarkan. Program
permasalahan. Petani biasanya akan berkumpul dimusyawarahkan agar sesuai dengan
untuk berdiskusi bertukar pikiran. Permasalahan permasalahan dan kebutuhan.
yang tidak dapat dipecahkan akan di tampung
dan didiskusikan dengan ketua, lalu akan dibuat Analisis Hubungan Tingkat Jejaring Sosial
forum di sekretariat agar permasalahan dapat Dengan Tingkat Keberlanjutan Kelembagaan
ditukarkan dengan petani lainnya. HIPOCI juga Terdapat hubungan antara tingkat jejaring sosial
sering kedatangan tamu dari berbagai pihak dengan tingkat keberlanjutan kelembagaan.
untuk memberikan pelatihan. Pelatihan ini di Tingkat jejaring sosial dan tingkat keberlanjuan
manfaatkan para petani untuk berdiskusi tentang kelembagaan berada pada tingkat rendah.
permasalah yang belum terpecahkan baik pada Tingkat jejaring sosial berada pada tingkat
diskusi santai maupun di forum. sedang, persentase tingkat keberlanjuan
kelembagaan berada pada tingkat sedang.
Insentif Kelembagaan berada pada tingkat
Tingkat jejaring sosial berada pada tingkat
tinggi. Insentif merupakan pemberian hadiah

Juli 2017 25
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

sedang, persentase tingkat keberlanjuan dimiliki HIPOCI. HIPOCI percaya kepada


kelembagaan berada pada tingkat tinggi. Tingkat perusahaan untuk menerapkan program di
jejaring sosial berada pada tingkat luas dan kecamatan Gekbrong. HIPOCI percaya
keberlanjutan kelembagaan pada tingkat sedang. perusahaan akan memberikan perubahan
Tingkat jejaring sosial berada pada tingkat luas baik pada petani dan melepas dari
dan persentase tingkat keberlanjuan ketergantungan tengkulak yang merugikan.
kelembagaan pada tingkat tinggi. Jadi dapat 3. Modal sosial berupa norma atau aturan
disimpulkan, jika jejaring sosial luas maka mempunyai peran penting dalam mengontrol
tingkat keberlanjutan kelembagaan tinggi. Hal sistem bertani organik. Sistem tani organik
tersebut menyatakan hubungan antara tingkat memiliki aturan yang harus ditaati, yaitu
jejaring sosial dengan tingkat keberlanjutan petani menanam varietas Ciherang,
kelembagaan mempunyai hubungan yang kuat. menggunakan pupuk organik berupa pupuk
kandang dan pupuk cair, menuliskan
Hasil uji korelasi rank spearman menunjukan kegiatan bertani pada Dokitsu, dan memiliki
bahwa nilai koefesien korelasi sebesar +0.520 kesepakatan harga jual ke RMU sesuai
berarti berada pada selang koefisien korelasi MOU. HIPOCI juga menjunjung tinggi
0.61 sampai 0.80 artinya: korelasi tinggi. Maka kebudayaan yang melekat di masyarakat.
hubungan antara tingkat jejaring sosial dalam Petani mengadakan kegiatan tanam raya dan
tingkat keberlanjutan kelembagaan mempunyai panen raya. Hasil dari penjualan beras
hubungan positif yang tinggi. Selain itu nilai sebagian digunakan untuk kegiatan amal
probabilitas 0.008 lebih kecil dari 0.05 maka seperti memberi santunan pada anak yatim.
dapat disimpulkan terdapat korelasi yang
signifikan antara tingkat jejaring sosial dalam SIMPULAN DAN SARAN
tingkat keberlanjutan kelembagaan. Hal ini
Simpulan
menunjukan bahwa tingkat jejaring sosial
HIPOCI menjadi penentu tingkat keberlanjutan Modal Sosial dalam Keberlanjutan Kelembagaan
kelembagaan. petani organik HIPOCI Kecamatan Gekbrong,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dapat
Analisis Modal Sosial Dalam Keberlanjutan disimpulkan berperan sebagai penjaga
Kelembagaan keberlanjutan HIPOCI dalam mengakses
Modal sosial seperti yang telah diketahui terdiri informasi, menyelesaikan masalah,
meningkatkan produksi, meningkat eksistensi,
dari tiga komponen yaitu norma, kepercayaan,
dan jejaring sosial. Penelitian ini memfokuskan dan memperluas promosi.
1. Tingkat jejaringan sosial yang terdapat pada
modal sosial pada jejaring sosial. Hal ini karena
HIPOCI adalah luas. Jejaring sosial HIPOCI
jejaring sosial telah mencakup dua komponen
modal sosial lainnya. Jejaring sosial terjadi antara lain, 1) Social Bonding, hubungan
yang terjalin pada social bonding adalah
karena adanya kepercayaan dan norma yang ada
pada masyarakat. Pada hasil uji korelasi rank dengan petani organik dan anggota HIPOCI;
spearman sebelumnya, didapat hasil bahwa 2) Social Bridging, hubungan yang dijalin
terdapat hubungan yang signifikan antara merupakan hubungan secara horizontal,
jejaring sosial dalam keberlanjutan petani organik HIPOCI menjalin hubungan
kelembagaan. Modal sosial yan terdapat pada dengan petani Cibeber, Al-Ikhwan, dan
HIPOCI antara lain : Gapoktan Mekar Tani Sukabumi; dan yang
terakhir 3) Social Linking, hubungan yang
1. Modal sosial melekat pada anggota HIPOCI
sebelum terbentuk. Masyarakat sering dijalin HIPOCI secara vertikal, yaitu
bergotong royong setiap kegiatan. perusahaan, pemerintah, dan pihak lain.
Masyarakat memiliki rasa tanggung jawab 2. Tingkat keberlanjutan kelembagaan yang
untuk mengingatkan satu sama lain akan terdapat pada HIPOCI adalah tinggi. Tingkat
tugas dan ikut serta dalam kegiatan yang keberlanjutan kelembagaan terdiri atas 3
akan dilaksanakan. faktor, yaitu 1) Kapasitas Kelembagaan
2. Modal sosial berupa kepercayaan menjadi berada dikategori tinggi 2) Insentif
modal awal terbentuknya jaringan yang Kelembagaan berada dikategori tinggi.
HIPOCI mendapat bantuan dari perusahaan

26 Juli 2017
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

berupa alat produksi tani, penggilingan, [UU]. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
motor Viar sebanyak 3 unit, gedung Temtang Perserian Terbatas. [Internet].
sekretariat, gudang produksi, dan pelatihan. [diunduh pada 3 Mei 2016]. Dapat diunduh
HIPOCI mendapat bantuan dari pemerintah dari
berupa pelatihan, label nilai gizi di kemasan http://www.hukumonline.com/pusatdata/detai
beras, dan penghargaan sebagai pusat beras l/26940/node/70/uu-no-40-tahun-2007-
sehat. HIPOCI mendapat bantuan dari pihak perseroan-terbatas
lain berupa pelatihan untuk mendapat Anantanyu S. 2009. Partisipasi Petani dalam
pengetahuan pertanian dan eksistensi Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan
HIPOCI; dan yang terakhir 3) Perencanaan Kelompok Petani (Kasus di Provinsi Jawa
Bersama berada dikategori tinggi. Petani Tengah). [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
memberikan ide, saran, dan kritik saat Pertanian Bogor. Anantanyu S. 2011.
perencaaan bersama. Kelembagaan Petani: Peran dan Strategi
3. Terdapat hubungan positif yang tinggi antara Pengembangan Kapasitasnya. SEPA: Vol
tingkat jejaring sosial dengan tingkat NO.2 Februari 2011: 102-109.
keberlanjutan kelembagaan. HIPOCI Aqua. 2012. Laporan Keberlanjutan 2011-
memiliki hubungan jejaring sosial dengan 2012.[Internet]. [diunduh pada 4 Februari
berbagai pemangku kepentingan. 2017]. Dapat diunduh dari
aqua.com/uploads/files/Sustainability%20R
Saran ep
ort/SR%20Aqua.pdf
Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat
Arsyad I. 2015. Membangun Jaringan Sosial dan
beberapa saran yang penulis ajukan dan
Kemitraan. Jakarta Pusat: (ID). Kementrian
sekiranya menjadi bahan masukan untuk
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
pengembangan jejaring sosial dalam
Transmigrasi Republik Indonesia:
meningkatkan keberlanjutan kelembagaan.
Coleman J. 1999. Social Capital in the Creation
Modal sosial telah melekat kuat di HIPOCI.
of Human Capital. American Journal of
HIPOCI memiliki hubungan yang kuat pada
Sociology. [Internet]. [Diunduh pada 05
social bonding, namun hal ini tidak demikian
Oktober 2016]. Vol 94 : S95-S120. Dapat
pada social linking. Keberlanjutan kelembagaan
diunduh dari
HIPOCI pada kapasitas kelembagaan, ketua
http://www.jstor.org/stable/2780243
berperan aktif dalam memberikan peran anggota
Cox, E. 1995. A Truly Civil Society. [Internet].
sesuai tanggung jawab. Ketua juga mampu
[Diunduh pada 12 Oktober 2016]
mencari jaringan baru untuk memperluas
http://www.australianhumanitiesreview.org/
jaringan. Berdasarkan hasil penelitian,
archive/issue1-feb-mar-96/cox/cox.1.html
perusahaan belum maksimal dalam
Esman MJ. “Unsur-unsur dari Pembangunan
memfasilitasi HIPOCI untuk menjalin jejaring
Lembaga” dalam Pembangunan Lembaga
sosial secara vertikal. Modal sosial dan
dan Pembangunan Nasional: dari Konsep ke
lingkungan di HIPOCI belum didukung dengan
Aplikasi. Editor J.W. Eaton. Jakarta (ID):
modal ekonomi. HIPOCI tidak memiliki
UI Press.
kekuatan dalam bersaing di pasar. Upaya yang
Fauzi A dan Oxtavianus A. 2014. Pengukuran
dapat dilaksanakan oleh perusahaan adalah
Pembangunan Keberlanjutan di Indonesia.
memfasilitasi HIPOCI untuk mendapatkan
[internet]. 19.20 [diunduh pada 2 Maret
modal ekonomi dengan menjadi penjamin.
2016]. Volume 30, No.1. Dapat diunduh
dari
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimb
DAFTAR PUSTAKA ar/article/view/445/759#.Vugy5-J97Dc
ISO 26000. 2010. Guidance on Social Hasbullah J. 2006. Social Capital (Menuju
Responsibility. [Internet]. [diunduh pada 5 Keunggulan Budaya Manusia Indonesia).
Mei 2016]. Dapat diunduh dari Jakarta (ID): MR-United Press Jakarta.
http://webstore.ansi.org/RecordDetail.aspx?s Lubis H dan Huseini M. 2009. Pengantar Teori
ku=ISO+26000%3a2010 Organisasi Suatu Pendekatan Makro. Jakarta
(ID): UI

Juli 2017 27
Chintia & Nasdian / JSKPM 1(1): 17-28

Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat.


Jakarata (ID): Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Rudito B dan Melia F 2013. CSR (Corporate
Social Resposibility). Rekayasa Sains:
Bandung.
Woolcock MM. 2001. The place of social
capital in understanding social and economic
outcomes. Isuma: Canadian Journal of Policy
Research.[Internet]. [diunduh pada 20 Mei
2016]. Vol 2 (1) : 11 – 17. Dapat diunduh
dari http://www.social-
capital.net/docs/The%20Place%20of%20Soci
al%20Capital.pdf.

28 Juli 2017

You might also like