Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
Miftakhul Huda
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surel: miftakhul.huda@ums.ac.id
380
Huda - Peningkatan Keterampilan Berbicara sebagai Upaya Kaderisasi Khatib ...
Dengan demikian, khatib merupakan seorang menarik sehingga materi yang disampaikan
pendakwah. Sebagai seorang pendakwah, khatib dapat diterima jemaah dengan tepat. Apabila
harus menguasai materi keagamaan. Selain khatib selalu membaca teks khotbah yang
itu, khatib sangat perlu memiliki keterampilan dibawa, kemungkinan yang terjadi adalah jemaah
berbicara. Keterampilan berbicara yang merasa bosan dan intonasi monoton. Oleh
mumpuni diperlukan khatib agar materi ceramah karena itu, pelatihan keterampilan berbicara
atau seruan kepada umat menarik, sehingga sangat diperlukan dalam kaderisasi khatib.
didengarkan dan umat mengikuti seruannya. Dalam pembelajaran berbicara dilakukan
Berdasarkan observasi awal sebagai dasar beberapa tahapan. Pertama, menyiapkan materi
analisis situasi diperoleh informasi bahwa yang disampaikan. Kedua, melihat model atau
tidak banyak khatib muda di beberapa masjid contoh berbicara di depan umum. Ketiga,
di sekitar Surakarta. Khatib di masjid Surakarta berlatih berbicara dengan audiens terbatas.
dan sekitarnya didominasi oleh ustaz senior. Keempat, memulai berbicara di depan umum.
Hal ini dipandang sebagai satu kelemahan. Pelaksanaan pembelajaran berbicara dalam
Kaderisasi pendakwah, termasuk khatib, bentuk khotbah yang dilakukan secara tertib dan
perlu dilakukan secara berkesinambungan. sistematis diharapkan dapat menjadi salah satu
Kontinuitas diperlukan karena regenerasi umat bentuk kaderisasi khatib di beberapa masjid di
selalu berlangsung, sehingga pendakwah harus Surakarta dan sekitarnya.
selalu ada. Mitra dalam pengabdian masyarakat ini
Pada era milenial, jemaah memerlukan adalah Remaja Masjid Al Musafirin Surakarta,
dakwah yang bersifat komprehensif. Remaja Masjid Desa Clolo Kadipiro Surakarta,
Perkembangan media dan telekomunikasi tidak dan Remaja Masjid Dusun Paulan Colomadu
jarang menyajikan informasi yang bersifat hoax, Karanganyar. Ketiga masjid tersebut memiliki
termasuk informasi keagamaan (Turner, 2012). jemaah pemuda yang aktif, tetapi regenerasi
Oleh karena itu, pendakwah memiliki pengaruh khatib belum maksimal. Permasalahan yang
dalam meluruskan dan memberikan wawasan muncul dalam tersendatnya kaderisasi khatib
keagamaan yang benar sesuai dengan tuntunan adalah kurangnya percaya diri remaja masjid
Nabi Muhammad Saw. melalui penggunaan untuk tampil sebagai khatib. Di samping itu,
bahasa yang baik. ruang yang diberikan kepada remaja masjid
Peningkatan keterampilan berbicara untuk menjadi khatib juga belum maksimal.
tidak sekadar mampu memilih diksi yang Pengabdian masyarakat ini memberikan
tepat sehingga dapat dipahami oleh audiens. kesempatan remaja masjid untuk berlatih
Keterampilan berbicara juga meliputi menjadi khatib. Peserta praktik menjadi
penguasaan emosi (Ram, Asaei, & Bourlard, khatib satu persatu sehingga semua memiliki
2018). Penguasaan emosi akan berpengaruh pengalaman tampil. Selain itu, peserta
pada penguasaan materi (Steinerov, 2016). Bagi diberikan materi tentang rukun wajib dan
pembelajar pemula, bisa terjadi materi yang sahnya khotbah.
telah disiapkan dan disusun dengan baik tidak Di samping permasalahan, mitra sebenarnya
mampu disampaikan secara sistematis dan memiliki potensi. Potensi yang dimiliki oleh
menarik karena nervous atau gugup berbicara remaja masjid adalah intelektualitas. Para
di depan umum (Ariel & Iris, 2019). Penguasaan remaja masjid adalah kaum terpelajar. Dengan
emosi memerlukan latihan. Pembicara perlu demikian, remaja masjid tidak kesulitan
beberapa kali berlatih untuk berbicara di depan dalam hal penyiapan materi khotbah sehingga
umum dalam rangka menyiapkan mental. pengabdian ini tidak fokus pada bagaimana
Permasalahan kemampuan berbicara masih menyiapkan dan memilih materi khotbah, tetapi
menjadi kendala bagi khatib pemula. Meskipun bagaimana menyampaikan materi khotbah.
khatib pemula biasa menggunakan teks dalam Peningkatan keterampilan berbicara para
berkhotbah, improvisasi tetap diperlukan. Hal calon khatib dilakukan dengan beberapa tahapan.
ini penting agar khotbah tidak terasa monoton. Tahap pertama adalah pendalaman materi.
Komunikasi satu arah dalam khotbah perlu Calon khatib diberikan materi tentang khotbah,
yaitu syarat dan rukun sahnya khotbah. Selain masyarakat dilaksanakan pada 10, 11, dan 12
itu, calon khatib diberikan materi tentang adab Desember 2019.
berkhotbah. Hal ini penting karena para calon Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan
khatib diharapkan tampil sebagai pendakwah. melalui beberapa tahapan. Pada tahap pertama
Tahap kedua adalah pemodelan. Pemodelan ini dilakukan observasi awal. Observasi awal
membeikan kesempatan dan referensi kepada dilakukan untuk mendapatkan informasi
calon khatib untuk mengamati ulama senior tentang kondisi awal calon sasaran kegiatan
dalam berkhotbah. Dengan pemodelan ini, para pengabdian masyarakat ini. Selain observasi
calon khatib dapat mengambil pelajaran dari awal, perencanaan program juga termasuk
para ulama tentang gaya berkhotbah. Para calon dalam tahap pertama. Perencanaan program
khatib dapat meniru gaya atau mengembangkan meliputi penyusunan proposal, persiapan
gaya para ulama dalam menyampaikan materi. administrasi, perizinan, dan penyusunan
Tahap ketiga adalah praktik berkhotbah. desain kegiatan. Tahap kedua merupakan tahap
Pada tahap ini para calon khatib diberikan pelaksanaan. Tahap pelaksanaan terdiri dari
kesempatan menyampaikan materi yang telah beberapa kegiatan, di antaranya pemberian
disusun. Peserta pengabdian masyarakat satu materi, pretest, pelatihan, postest, dan umpan-
persatu menampilkan performansinya. Hal ini balik. Tahap ketiga merupakan tahap evaluasi.
penting agar para calon khatib mendapatkan Tahap evaluasi meliputi penyusunan laporan,
pengalaman autentik. Dasar dari pelatihan penyusunan artikel publikasi, dan rencana
keterampilan adalah latihan. Semakin sering tindak lanjut. Tindak lanjut dari kegiatan
latihan, memperoleh hasil semakin baik. pengabdian masyarakat ini adalah peserta
Kemampuan sebelum memperoleh melakukan latihan mandiri dan minimal 50%
materi dan setelah memperoleh materi dilihat dari jumlah peserta tampil sebagai khatib salat
peningkatan atau penurunannya. Aspek yang Jumat. Jumlah peserta pengabdian di tiga lokasi
dinilai, yaitu kualitas materi, pemilihan diksi, ini adalah 16 orang. Dengan demikian, target
tempo, nada, dan penguasaan audiens. Di akhir pengabdian ini 8 orang berani tampil sebagai
sesi, peserta diberikan umpan balik sehingga khatib salat Jumat.
mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam
menyampaikan khotbah masing-masing. Dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
demikian, tujuan pengabdian masyarakat ini
adalah meningkatkan keterampilan berbicara Pengabdian masyarakat dalam bentuk
dalam bentuk khotbah. pelatihan keterampilan berbicara sebagai
salah satu wujud kaderisasi khatib dilakukan
dengan kegiatan awal berupa pemberian
2. METODE materi. Materi yang diberikan kepada peserta
Jenis pengabdian masyarakat ini adalah adalah pengetahuan umum terkait khotbah.
pelatihan. Peserta diberikan materi dan Pengetahuan umum tersebut di antaranya
pelatihan berkhotbah. Khotbah merupakan adalah pengertian khotbah, syarat sah khotbah,
salah satu keterampilan berbicara. Melatih rukun, dan wajib khotbah. Pengetahuan umum
berkhotbah merupakan salah satu aspek dalam ini berfungsi agar peserta memahami ilmu
melatih keterampilan berbicara. Meskipun khotbah sebelum praktik (Huda, 2018b).
demikian, pelatihan tidak sekadar memberikan Dengan demikian, ketika peserta praktik
kesempatan peserta untuk praktik khotbah. khotbah telah mengetahui tata cara dan adab
Namun, peserta terlebih dahulu diberikan materi berkhotbah. Tahap pemberian materi dilakukan
tentang khotbah sehingga peserta memiliki dengan metode ceramah dan diskusi. Ceramah
pengetahuan dasar. Pengabdian masyarakat dilakukan untuk menyampaikan materi utama
berupa kaderisasi khatib melalui peningkatan dan pokok pembahasan. Setelah itu, pendalaman
keterampilan berbicara dilaksanakan di tiga materi dilakukan dengan cara diskusi dan tanya-
tempat, yaitu Masjid Desa Clolo, Rumah Kepala jawab. Peserta menanyakan hal-hal yang belum
Dusun Paulan Timur, Kecamatan Colomadu, dan dipahami atau membahas permasalahan yang
Masjid Al Musyafirin Surakarta. Pengabdian bersifat kasuistik.
Tabel 1. Nilai Pretest Peserta di Masjid Desa Masjid Almusyafirin menunjukkan variasi nilai
Clolo yang beragam.
No Inisial Nama Peserta Nilai Pretest Hasil pretest dari keenam peserta pada
1 IAP 65 tabel 1 menunjukkan nilai yang kurang. Untuk
mencapai kemampuan minimal, setidaknya
2 SIS 60
peserta mencapai nilai 70. Dua peserta mencapai
3 SOM 45 nilai 65, artinya mendekati standar minimal.
4 JMM 65 Namun, peserta lain masih memiliki nilai yang
5 AAP 50 kurang. Kelemahan dari peserta pada aspek
6 AJ 40 pengetahuan tata cara khotbah dan praktik
khotbah. Kondisi demikian dapat terjadi karena
peserta belum pernah berkhotbah, sehingga
Tabel 2. Nilai Pretest Peserta Masjid Dukuh ketika praktik ada rasa cemas dan kurang percaya
Paulan diri akhirnya berpengaruh pada performa.
No. Inisial Nama Peserta Nilai Pretest Latihan merupakan kunci untuk meningkatkan
1. Yg 59 keterampilan (Huda, Kustanti, & Rufiah, 2019).
2. Al 72 Tabel 2 menunjukkan ada lima orang yang
3. Fb 54 menjadi peserta pengabdian masyarakat. Dari
lima peserta, hanya ada satu orang yang nilai
4. Ag 56 pretest mencapai 70. Nilai rata-rata pretest pada
5. Pr 60 lokasi kedua ini adalah 60, 2. Dengan demikian,
empat peserta memiliki nilai di bawah rata-
Tabel 3. Nilai Pretest Peserta Masjid Al rata. Kondisi demikian menunjukkan bahwa
Musyafirin pengabdian masyarakat layak dilaksanakan
No. Inisial Nama Peserta Nilai Pretest dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi
peserta (Huda, 2018a). Seperti halnya pada
1. Md 83
lokasi pertama, kendala yang dialami peserta
2. Am 83 di lokasi kedua adalah pengetahuan tata cara
3. Rq 83 khotbah dan praktik berkhotbah.
4. Mu 84 Lokasi ketiga dalam pengabdian masyarakat
5. Ft 80 ini adalah Masjid Al Musyafirin. Tabel 3
menunjukkan bahwa peserta yang berjumlah
lima orang telah mencapai nilai standar minimal,
Sebelum peserta diberikan materi perihal yaitu 70. Semua peserta di lokasi ketiga telah
khotbah, terlebih dahulu dilakukan pretest. mencapai nilai di atas 80, dengan rata-rata 82,
Pretest berfungsi untuk mengetahui pengetahuan 6. Dengan demikian, semua peserta juga telah
awal peserta tentang khotbah. Semua peserta mencapai nilai di atas rata-rata. Kondisi demikian
pernah mendengarkan khotbah, tetapi belum tidak terlepas dari latar belakang peserta dan
pernah menjadi khatib. Oleh karena itu, pretest lokasi. Peserta yang aktif sebagai remaja masjid
ini sekaligus berfungsi menggali ingatan peserta dan aktif dalam kajian keagamaan memiliki
dan merumuskan pengalaman yang pernah potensi lebih besar dalam memperoleh nilai
dialami ketika mendengarkan khotbah. pretest. Selain itu, lokasi peserta yang berada
Aspek yang dinilai dalam pretest di di lingkungan yang sering mengadakan kajian
antaranya adalah materi khotbah, tata cara keagamaan juga berpengaruh dalam perolehan
khotbah, syarat sah khotbah, rukun khotbah, dan nilai pretest peserta. Kemampuan berbicara
praktik khotbah. Masing-masing peserta dinilai tidak sekadar menunjukkan kompetensi
lima aspek tersebut. Skor setiap aspek berkisar individu. Keterampilan berbicara sangat
antara 1-20. Dengan demikian, skor maksimal didukung oleh lingkungan dan kesempatan
adalah 100. Hasil pretest di tiga lokasi, yaitu untuk berlatih. Lingkungan yang positif sangat
Masjid Desa Clolo, Masjid Dukuh Paulan, dan berkorelasi terhadap peningkatan keterampilan
berbicara. Lingkungan yang positif tersebut di yang diberikan di antaranya adalah syarat sah
antaranya adalah lingkungan yang memberikan dan rukun khotbah. Materi ini sebagai bekal
wawasan dan referensi untuk mengembangkan pengetahuan ketika peserta menjadi khatib.
keterampilan berbicara. Oleh karena itu, dalam Berkhotbah tidak asal berbicara karena ada
peningkatan keterampilan berbicara dilakukan syarat syah dan rukun yang harus diperhatikan.
pula dengan cara menciptakan lingkungan Tanya-jawab dan diskusi memperdalam
yang mendukung. Calon khatib yang berada pengetahuan tentang materi yang disampaikan.
di lingkungan yang sering mengadakan kajian Setelah peserta menerima materi tentang
dan aktif mengikutinya, wawasan atau materi khotbah, pengabdian masyarakat dilanjutkan
pengetahuan agama akan meningkat sehingga dengan praktik berkhotbah. Peserta satu
akan berpengaruh dalam menyiapkan bahan persatu praktik berkhotbah, setelah sebelumnya
khotbah. membuat desain materi khotbah. Peserta
Gambar 1 menunjukkan adanya perbedaan bebas menentukan materi khotbah yang akan
nilai prestes yang signifikan dari ketiga lokasi. disampaikan dengan durasi kurang lebih 10
Lokasi ketiga merupakan lokasi masjid di menit. Materi yang dipilih oleh peserta sebagai
daerah kota, sedangkan lokasi 1 dan 2 berada bahan untuk latihan berkhotbah di antaranya
di kabupaten. Hal ini bisa saja menjadi salah sabar, ikhlas, berbakti kepada orang tua, anjuran
satu penyebab perbedaan pengetahuan awal menahan marah, kisah sahabat rasul, dan
peserta terkait dengan khotbah. Selain itu, lokasi keutamaan beribadah. Peserta mendapatkan
ketiga lebih intens dalam mengadakan kajian dan menyusun materi dari hasil penelusuran
keagamaan sehingga secara tidak langsung internet yang dilakukan melalui ponsel masing-
memberikan pengalaman dan pengetahuan masing. Dalam menyampaikan materi, peserta
kepada remaja masjid tersebut. Keaktifan masjid masih relatif berpedoman pada teks. Peserta
dalam mengadakan kajian keagamaan juga dapat belum banyak bereksplorasi mambawa materi
menjadi faktor pengetahuan awal yang baik dari pada konteks kekinian. Peserta masih terlalu
peserta pengabdian masyarakat (Raia, 2018). terpaku pada teks, sehingga interaksi dengan
Meskipun demikian, hal ini perlu dilakukan audiens masih minim (Anh, James, & Pittock,
penelitian lebih dalam. Kegiatan ini merupakan 2018). Hal ini dapat di atasi dengan banyak
pengabdian kepada masyarakat, sehingga tidak berlatih. Dengan demikian, kendala yang
melakukan penelitian terhadap perbedaan nilai dihadapi peserta dalam praktik khotbah adalah
pretest yang signifikan. eksplorasi materi. Selain itu, peserta terkesan
kurang percaya diri sehingga banyak konsep
Tahap selanjutnya dalam pengabdian
yang telah disusun menjadi lupa (Ma, Li, Liu, &
masyarakat ini adalah pemberian materi. Materi
Zhang, 2018).
diberikan dengan ceramah dan diskusi. Materi
Gambar 2. Perbandingan Nilai Pretest dan Postest Peserta di Masjid Desa Clolo
Pada tahap selanjutnya adalah postest dan hasil akhir yang signifikan kenaikannya,
evaluasi. Postest dilakukan untuk melihat hasil sedangkan peserta yang mengikuti kegiatan
dari pengabdian masyarakat yang telah berjalan. sebagai bentuk kewajiban dan formalitas,
Evaluasi dilakukan untuk melakukan penilaian hasilnya kurang maksimal bahkan cenderung
terhadap keberhasilan program. Dalam evaluasi, stgnan.
peserta dipersilakan memberikan masukan Gambar 2 merupakan perbandingan
terhadap peningkatan program. Selain itu, nilai pretest dan postest di Masjid Desa Clolo.
peserta diminta untuk memberikan kesan selama Gambar 2 memberikan gambaran bahwa semua
mengikuti program pengabdian masyarakat. peserta mengalami peningkatan nilai. Meskipun
Kesan peserta yang mengikuti pengabdian demikian, terdapat satu peserta yang nilainya
masyarakat adalah positif. Peserta berharap masih berada di bawah standar minimal. Nilai
kegiatan serupa dilakukan secara kontinu agar standar minimal adalah 70, sedangkan peserta
regenerasi khatib dapat berjalan. tersebut nilainya adalah 60. Kelima peserta
Hasil dari postest yang dilakukan lainnya telah berhasil mencapai nilai standar
menunjukkan gambaran secara umum bahwa minimal. Kondisi demikian menunjukkan bahwa
ada peningkatan pengetahuan dan kemampuan peserta perlu diberikan wawasan tentang
peserta. Peningkatan tersebut bervariasi khotbah. Materi tersebut di antaranya syarat,
antarpeserta. Selain itu, persentase kenaikannya rukun, dan sunah khotbah. Khotbah tidak sama
juga beragam. Keragaman tersebut disebabkan dengan berpidato biasa. Khotbah memiliki
karena keragaman kemampuan peserta. Selain rukun, yaitu urutan yang harus dilalui secara
kemampuan, minat dan keseriusan peserta urut oleh khatib. Apabila salah satu rukun itu
mengikuti kegiatan berdampak pada hasil akhir tidak dilakukan menyebabkan khotbah menjadi
penilaian. Peserta yang menerima masukkan dan tidak sah, sedangkan khotbah merupakan
serius melakukan perbaikan akan menunjukkan rangkaian dari salat.
Gambar 3. Perbandingan Nilai Pretest dan Postest Peserta di Masjid Dukuh Paulan
Colomadu, dan Masjid Al Musyafirin Surakarta keaktifan takmir masjid. Bagi pengabdian
termasuk ke dalam kategori berhasil. Sebanyak masyarakat selanjutnya, perlu menggarap ranah
93, 75% peserta yang mengikuti pengabdian penyiapan materi. Konten untuk disampaikan
masyarakat mengalami peningkatan nilai dari sebagai materi khotbah tidak kalah penting
pretest ke postest. Pengetahuan awal peserta apabila dibandingkan dengan performansi
terkait dengan khotbah, masjid intens dalam khatib ketika berkhotbah.
mengadakan kajian keagamaan, intensitas
latihan berkhotbah, dan keaktifan peserta
5. PERSANTUNAN
untuk mengikuti kajian merupakan penyebab
keberhasilan peserta menjadi khatib. Tim pengabdian masyarakat mengucapkan
terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah
Saran pengabdian ini adalah kaderisasi
Surakarta yang telah memberikan izin
khatib dapat berjalan dengan baik apabila
pelaksanaan pengabdian. Selain itu, UMS telah
peserta pengabdian diberikan kepercayaan
memberikan dukungan pendanaan kegiatan
untuk menjadi khatib. Oleh karena itu, peserta
ini secara penuh. Tim pengebdian juga
atau remaja masjid perlu disiapkan, baik
mengucapkan terima kasih kepada para peserta
materi, psikologi, maupun performansi. Upaya
kegiatan ini.
menyiapkan kader sangat tergantung pada
REFERENSI
Anh, T., James, H., & Pittock, J. (2018). Interaction Social Learning Through Rural Communities of
Practice : Empirical Evidence from Farming Households in the Vietnamese Mekong Delta.
Learning, Culture and Social Interaction, 16(October 2017), 31–44. https://doi.org/10.1016/j.
lcsi.2017.11.002
Ariel, C., & Iris, O. (2019). No Communication Without Manipulation : A causal-de fl Ationary View of
Information. Studies in History and Philosophy of Science, 73, 34–43. https://doi.org/10.1016/j.
shpsa.2018.06.003
Bang, J. Y., & Nadig, A. (2020). An Investigation of Word Learning in the Presence of Gaze : Evidence
from School-Age Children with Typical Development or Autism Spectrum Disorder. Cognitive
Development, 54(December 2019), 100847. https://doi.org/10.1016/j.cogdev.2020.100847
Clark, A. S. (2016). Discourse is cultural : New Approaches to Discourse Analysis in the “Non-West ” q.
Language & Communication, 50, 42–44. https://doi.org/10.1016/j.langcom.2016.09.001
Huda, M. (2018a). Blended Learning : Improvisasi dalam Pembelajaran Menulis Pengalaman. Lensa:
Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, Dan Budaya, 8(2), 117–130. https://doi.org/https://doi.
org/10.26714/lensa.8.2.2018.117-130
Huda, M. (2018b). Strategi Berpikir Integratif dalam Pembelajaran Membaca Lintas Kurikulum di
Sekolah Dasar. Jurnal Kredo, 1(2), 26–35. https://doi.org/ttps://doi.org/10.24176/kredo.
v1i2.1995
Huda, M., Kustanti, E. W., & Rufiah, A. (2019). Peningkatan Pemilihan Materi Ajar melalui Telaah Buku
Teks bagi Guru Bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Surakarta. Warta LPM, 22(2), 110–119.
https://doi.org/https://doi.org/10.23917/warta.v22i2.8671
Kruel, D., Horne, K. Van, Steenis, E. Van, & Penuel, W. R. (2018). Interaction The Material and Social
Constitution of Interest. Learning, Culture and Social Interaction, (April), 0–1. https://doi.
org/10.1016/j.lcsi.2018.04.010
Ma, Z., Li, C., Liu, Y., & Zhang, J. (2018). The Transformation of Traditional Commercial Blocks in China :
Characteristics and Mechanisms of Youthi Fi Cation. City , Culture and Society, (December 2017).
https://doi.org/10.1016/j.ccs.2018.02.001
Raia, F. (2018). Learning , Culture and Social Interaction Identity, Tools, and Existential spaces. Learning,
Culture and Social Interaction, (April), 0–1. https://doi.org/10.1016/j.lcsi.2018.04.014
Ram, D., Asaei, A., & Bourlard, H. (2018). Phonetic Subspace Features for Improved Query by Example
Spoken Term Detection. Speech Communication, 103, 27–36. https://doi.org/10.1016/j.
specom.2018.07.001
Shao, X., & Purpur, G. (2016). Effects of Information Literacy Skills on Student Writing and
Course Performance. The Journal of Academic Librarianship. https://doi.org/10.1016/j.
acalib.2016.08.006
Shishavan, H. B., & Shari, F. (2016). The Refusal Speech Act in A Cross-Cultural Perspective : A study of
Iranian English-Language Learners and Anglo-Australian Speakers. Language & Communication,
47, 75–88. https://doi.org/10.1016/j.langcom.2016.01.001
Steinerov, J. (2016). Information Literacy Studies and Human Information Behaviour. Information
Literacy Studies and HIB, 2, 53–69.
Turner, J. (2012). Academic Literacies: Providing a Space for the Socio-Political Dynamics of
EAP. Journal of English for Academic Purposes, 11(1), 17–25. https://doi.org/10.1016/j.
jeap.2011.11.007