Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

‫‪Tugas Terbesar Alumni Ramadhan‬‬

‫)‪Oleh Syamil Robbani (Staff Pengajar Ma'had Aly An-Nuur‬‬

‫هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ,‬هللاُ َأ ْكبَ ُر‬

‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا‪َ ،‬و ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َكثِ ْيرًا‪َ ،‬و ُس ْب َحانَ هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ ِ‬
‫ص ْيالً‬

‫ك ُكلُّهُ‪َ ،‬وبِيَ ِد ِه ْال َخ ْي ُر ُكلُّهُ‪َ ،‬وِإلَ ْي ِه يُرْ َج ُع‬


‫َّح ِيم ْال َك ِر ِيم‪ ،‬لَهُ ْال َح ْم ُد ُكلُّهُ‪َ ،‬ولَهُ ْال ُم ْل ُ‬
‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الرَّبِّ ْال َع ِظ ِيم‪ ،‬اِإْل لَ ِه الر ِ‬
‫ق ْال ُمبِ ُ‬
‫ين‬ ‫اَأْل ْم ُر ُكلُّهُ‪َ ،‬عاَل نِيَتُهُ َو ِسرُّ هُ‪ ،‬اَل ِإلَهَ ِإاَّل هُ َو ْال َملِ ُ‬
‫ك ْال َح ُّ‬

‫ب َعلَ ْي ِه اَأْلجْ َر‬ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ ؛ الذي فرض الصِّ يَا َم َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ ‪َ ،‬و َج َعلَهُ ِم ْن َش َراِئ ِع الد ِ‬
‫ِّين‪َ ،‬و َرتَّ َ‬
‫ْال َع ِظي َم نَحْ َم ُدهُ َح ْمدًا َكثِيرًا‪َ ،‬ونَ ْش ُك ُرهُ ُش ْكرًا َم ِزيدًا‬

‫ك لَهُ؛ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ؛ صلَّى هللاُ عليه وعلى آل ِه‬
‫َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري َ‬
‫وم القِيام ِة‪ ،‬و َسلَّ َم تَسلي ًما كثيرًا‬ ‫بإحسان إلى يَ ِ‬
‫ٍ‬ ‫الكرام والتابعينَ لهُم‬ ‫ِ‬ ‫وصحبِ ِه‬

‫ْالم ِد ْينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد نَبِيًّا َو َرسُوْ اًل ‪ُ ،‬أوْ ِ‬


‫ص ْي ُك ْم َوِإيَّايَا نَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى‬ ‫فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ اَّل ِذ ْينَ َرضُوْ ا بِاهللِ َربًّا َوبِاْإِل س ِ‬
‫هللاِ فَقَ ْد فَا َز ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ ْال ُمتَّقُوْ نَ ‪َ ،‬حي ُ‬
‫ْث قَا َل َع َّز َم ْن قَاِئل‬

‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح َّ‬


‫ق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن ِإال َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمونَ‬
‫ق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوبَ َّ‬
‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجاال َكثِيرًا َونِ َسا ًء‬ ‫اح َد ٍة َو َخلَ َ‬ ‫س َو ِ‬‫يَاَأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍ‬
‫َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواألرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬

‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ ال َس ِديدًا`يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ‬
‫فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا ع ِ‬
‫َظي ًم‬

‫َظ ْي ٌم‪َ ،‬و ِع ْي ٌد َك ِر ْي ٌم‪َ ،‬أ َح َّل هللاُ لَ ُك ْم فِ ْي ِه الطَّ َعا َم‪َ ،‬و َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي ِه الصِّ يَا َم‪ ،‬فَهُ َو يَوْ ُم‬
‫يَوْ ٌم ع ِ‬ ‫َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن يَوْ َم ُك ْم ٰه َذا‬
‫ظ ُموْ هُ َوتُوْ بُوْ ا ِإلَى هللاِ َوا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هو ْال َغفُوْ ُر‬ ‫ْظي ٍْم ‪ ،‬فَ َسبِّحُوْ ا َربَّ ُك ْم فِ ْي ِه َو َع ِّ‬ ‫َوتَع ِ‬ ‫ْح َوتَحْ ِم ْي ٍد َوتَ ْهلِي ٍْل‬ ‫تَ ْسبِي ٍ‬
‫َّحي ُم‬
‫الر ِ‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫‪Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd‬‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah‬‬

‫‪Tidak ada kalimat yang paling pantas untuk diucapkan seorang hamba pada momentum‬‬
‫‪mulia di pagi ini melainkan kalimat hamdalah. Kita ucapkan sebagai bentuk syukur atas‬‬
‫‪beribu kali nikmat Allah yang kita rasakan, sehingga kita bisa hadir dan menikmati‬‬
‫‪kebahagiaan Idul Fitri bersama orang-orang yang dicintai.‬‬

‫‪Pada hari yang mulia ini, kami haturkan doa‬‬


‫تَقَبَ َل هللا ِمنَّا َو ِم ْن ُكم‬
“Semoga Allah menerima amal shalih kami dan anda sekalian.”

Semoga shiyam kita, sujud kita, tilawah kita, sedekah kita, dan amal shalih lainnya diterima
serta menjadi catatan amal kebaikan yang memberatkan timbangan kebaikan kita di akhirat
kelak. Amin ya rabbal ‘alamin.

Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Pagi hari ini kaum muslimin berkumpul, bertakbir, bertahmid, bertahlil serta bergembira
untuk memenuhi panggilan Allah yang mulia ini. Tentu dengan menyambut kabar gembira
berupa kemenangan pada hari Idul Fitri, yaitu kemenangan setelah satu bulan penuh kaum
muslimin berjuang menahan hawa nafsunya demi mengharap pahala, ampunan serta
ridha-Nya.

Takbir, tahmid, serta tahlil yang diserukan kaum muslimin adalah sebagai bentuk syukur atas
anugerah kemudahan untuk melaksanakan kewajiban yang agung berupa berpuasa di bulan
Ramadhan.

Sebagaimana Allah berfirman

ْ ‫وا ۡٱل ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّر‬


َ‫ُوا ٱهَّلل َ َعلَ ٰى َما هَ َد ٰى ُكمۡ َولَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُون‬ ْ ُ‫َولِتُ ۡك ِمل‬

“Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya


yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Di sisi lain kaum muslimin semua juga berharap, berdoa, dan menginginkan untuk
menggapai kemenangan puncak nanti. Yaitu ketika kita semua berdiri menghadap-Nya
dengan membawa tabungan pahala puasa serta amal ibadah lainnya yang kita usahakan
pada bulan Ramadhan ini.

Sebagaimana sabda dari baginda Rasul yang diriwayatkan Muslim

ْ ِ‫َان؛ فَرْ َحةٌ ِع ْن َد ف‬


‫ط ِر ِه َوفَرْ َحةٌ ِع ْن َد لِقَا ِء َربِّ ِه‬ ِ ‫‌لِلصَّاِئ ِم‌فَرْ َحت‬
“Bagi orang yang berpuasa itu mendapatkan dua kebahagiaan; Bahagia ketika berbuka
puasa dan Bahagia ketika berjumpa dengan Rabb-Nya.” (HR. Muslim)

Ibnu Rajab Al-Hambali berkata bahwa seorang hamba akan Bahagia ketika mendapati
tabungan pahala puasa di sisi-Nya. (Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab, 157)

Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

“Setiap pertemuan pasti ada perpisahan” merupakan kalimat yang tepat untuk
menggambarkan kondisi kaum muslimin saat ini. Kita semua baru saja berpisah dengan
tamu yang agung ini, bulan yang dipenuhi dengan kebaikan, rahmat, dan ampunan-Nya.
Maka beruntunglah orang yang beruntung dan merugilah orang yang merugi.

Sungguh momentum Ramadhan telah mengajarkan kita untuk mengenal Allah, mendekat
dengan sedekat-dekatnya, serta berharap hanya kepada-Nya. Ramadhan juga hadir
sebagai sarana untuk membentuk pribadi takwa yang ihsan pada diri seorang muslim.

Ingatlah! Hari ini kaum muslimin resmi telah menjadi alumni madrasah Ramadhan yang
ditempa selama kurang lebih sebulan lamanya, Kita semua benar-benar diharapkan menjadi
sosok pribadi yang bertakwa sepanjang masa, bukan hanya pada Ramadhan saja, tapi
bertakwa di mana pun dan kapan pun.

Maka tugas terbesar para alumni selanjutnya adalah istiqamah. Konsisten dalam
menjalankan setiap amal ibadah di luar bulan Ramadhan. Jangan sampai kita hanya
mengenal Allah hanya saat Ramadhan saja.

Sebab, celakalah orang-orang yang mengenal Allah hanya saat Ramadhan saja untuk
kemudian setelah itu dia berpaling seolah olah tidak pernah mengenal-Nya.

Sebagaimana nasihat yang disampaikan oleh seorang ulama saleh terdahulu yaitu Bisyr
Al-Hafi,

َ ‫ْرفُوْ نَ هللاَ َحقًّا ِإالَّ فِي َشه ِْر َر َم‬


‫ضانَ ِإ َّن الصَّالِ َح الَّ ِذي يَتَ َعبَّ ُد َو يَجْ تَ ِه ُد ال َّسنَةَ ُكلَّهَا‬ َ ‫بِْئ‬‎
ِ ‫س القَوْ ُم الَ يَع‬
“Seburuk-buruk kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang
yang saleh yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun”
(Lathaif Al-Ma’arif, Ibnu Rajab, 222)

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Sungguh, pemandangan yang menyedihkan ketika kita jumpai masjid-masjid kaum muslimin
yang pada Ramadhan kemarin penuh dengan jamaah kemudian kembali menjadi sepi
setelah berlalunya Ramadhan.

Masjid yang sebelumnya bergemuruh dengan lantunan merdu dari ayat-ayat Al-Quran,
makmur dengan berbagai program masjid, serta dihiasi dengan kegembiraan anak-anak
TPA kemudian menjadi sepi kembali, kosong, dan hening, kecuali hanya beberapa jamaah
saja.

Lantas mengapa manusia kembali sibuk dan lalai dengan dunia mereka, padahal telah
merasakan manisnya ibadah pada bulan suci Ramadhan?

Ini semua karena mereka lalai dari tugas terbesar selanjutnya sebagai para alumni
Ramadhan. Tidak lain dan tidak bukan adalah istiqamah.

Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah


Syeikh Muhammad Husain Al-Mishri memberikan nasihat berkaitan dengan amaliah
seorang muslim selepas Ramadhan yang dituliskan pada bab terakhir di penghujung
kitabnya “Asrâr Al-Muhibîn fî Ramadhân”.

Beliau memulai nasihatnya dengan kisah singkat, yaitu ketika para sahabat berpisah dengan
baginda Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika itu semua sahabat menangis sedih, berduka, bahkan
sebagian berputus asa seolah tak percaya bahwa mereka akan ditinggal oleh sang kekasih
yaitu Rasulullah ‫ﷺ‬.

Saat keadaan semakin larut dalam kesedihan, sahabat mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq berdiri
tegak seraya berkata

ُ ‫ َو َم ْن َكانَ يَ ْعبُ ُد هَّللا َ فَِإ َّن هَّللا َ َح ٌّي اَل يَ ُم‬، َ‫‌ َم ْن‌ َكانَ ‌يَ ْعبُ ُد‌ ُم َح َّمدًا فَِإ َّن ُم َح َّمدًا قَ ْد َمات‬، ُ‫َأيُّهَا النَّاس‬
‫وت‬
“Wahai manusia! Barangsiapa diantara kalian yang menyembah Muhammad ‫ ﷺ‬, maka
ketahuilah Muhammad telah meninggal dunia dan barangsiapa yang menyembah Allah,
ketahuilah sesungguhnya Allah itu hidup selamanya tidak akan mati.” (Sirah Nabawiyah,
Ibnu Katsir,3/61)

Maka wahai jamaah sekalian! Ketahuilah bahwa siapa saja yang menyembah Ramadhan
maka Ramadhan kini telah berlalu dan siapa pun yang menyembah Allah maka
sesungguhnya Allah hidup selamanya dan tidak akan mati.

Bukankah Allah yang kita sembah pada Ramadhan adalah Allah juga yang yang kita
sembah pada bulan-bulan lainnya?

Bukankah seharusnya puasa kita selama satu bulan penuh itu memberikan pengaruh
kebaikan setelah bulan ini berlalu?

Lalu setelah itu semua, apakah kita hanya diperintah untuk bertakwa hanya sebatas pada
bulan Ramadhan saja? Tentunya tidak!

Ketahuilah bahwa Allah berfirman

‫ين‬ َ َ‫ك َحتَّى يَْأتِي‬


ُ ِ‫ك ْاليَق‬ َ َّ‫َوا ْعبُ ْد َرب‬
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” (QS. Al-Hijr: 99)

Abdurrahman As-Sa'di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sesuatu
yakin tersebut adalah kematian. (Taisîr Karî Ar-Rahmân, As-Sa'di,435)

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Amal shalih yang kita lakukan di bulan Ramadhan tidak boleh terputus dengan berlalunya
tamu mulia ini. Karena pernah dikatakan kepada salah satu orang shalih. “Mana yang lebih
utama antara bulan Rajab atau bulan Sya’ban?”

Maka dia menjawab, “Jadilah kamu pribadi rabbani yang beribadah sepanjang masa.” (Asrâr
Muhibîn fî Ramadhân, Muhammad Husain, 369) Demikian sebab keistiqamahan seseorang
dalam beramal shalih setelah Ramadhan merupakan salah satu indikasi diterimanya amal
ibadah seseorang ketika Ramadhan.

Adapun indikasi-indikasi diterimanya amal ibadah di bulan Ramadhan yang dijelaskan oleh
Syaikh Muhammad Husain Al-Mishri adalah sebagai berikut:

Pertama, hati seorang hamba menjadi lebih dekat dengan Allah, sebab ini adalah buah dari
ketaatan dan alamat diterimanya amal ibadah.

Hal inilah yang mengantarkannya menjadi pribadi yang mencintai dan bersegera dalam
ketaatan. Dia merasakan bahwa pintu kebaikan terbuka dan dimudahkan untuk
mengerjakan. Begitu pula ia benci terhadap kemaksiatan dan menutup dirinya dari pintu
keburukan tersebut.

Sebab, ketika Allah menerima amal ibadah seseorang hamba maka Dia akan memberikan
taufik kepadanya untuk dimudahkan berbuat baik sehingga hamba tersebut selalu berada
dalam kebaikan.

Hal ini ditegaskan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam keterangannya dalam kitab Miftâh
Dâr As-Sa'âdah, “Sesungguhnya diantara balasan kebaikan adalah (dapat melakukan)
kebaikan lain setelahnya. Dan hukuman keburukan adalah (melakukan) keburukan lain
setelahnya.” (Miftah Dar As-Sa'adah, Ibnul Qayyim, 1/299)

Penjelasan yang sama juga dibawakan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali bahwa balasan
kebaikan adalah seorang hamba dimudahkan untuk melakukan kebaikan setelahnya. Maka
barangsiapa yang berbuat kebaikan lalu diikuti dengan kebaikan setelahnya itu adalah
alamat dari diterimanya kebaikan yang pertama.

Namun apabila seseorang berbuat kebaikan lalu diikuti dengan keburukan setelahnya, maka
itu adalah indikasi kuat bahwa kebaikan yang dikerjakannya pertama itu tertolak. (Lathaif
Al-Ma'arif, Ibnu Rajab, 221)

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Kedua, seseorang tidak kembali berbuat dosa. Yaitu seseorang yang telah bertaubat dari
dosa-dosanya yang telah lalu pada Ramadhan.

Sungguh bulan Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi dengan maghfirah-Nya dan diantara
tanda diterima amal dan taubatnya pada bulan Ramadhan adalah tidak kembali kepada
maksiat yang telah lalu.

Sebab, apabila dia kembali melakukan dosa yang sama tersebut adalah alamat dari
tertolaknya taubat seseorang. Sebagaimana hukuman keburukan adalah (melakukan)
keburukan lain setelahnya

Hal ini juga tersirat dalam firman Allah Ta’ala

‫ت َو َكانَ هللا َغفُورًا َر ِحي ًما‬ َ ‫صالِحًا فَُأولَِئ‬


ٍ ‫ك يُبَ ِّد ُل هللا َسيَِّئاتِ ِه ْم َح َسنَا‬ َ ‫ِإاَّل َم ْن ت‬
َ ‫َاب َوآ َمنَ َو َع ِم َل َع َماًل‬
“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebaikan, maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Furqan:70)

Abdurrahman As-Sa'di menjelaskan ayat diatas bahwa keimanan seseorang yang benar itu
mengharuskan untuk meninggalkan kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan dengan
mengharap ridha-Nya. (Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân, As-Sa'di, 587)

Dalam sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬juga dijelaskan, “Dan iringilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya.” (HR. Tirmidzi)

Ketiga, seseorang tidak meninggalkan ketaatan yang dikerjakannya pada Ramadhan, dia
rajin dan tetap melaziminya, bahkan semakin meningkatkan ketaatannya.

Sebagaimana uraian yang dikemukakan oleh Ibnu Rajab Al-Hambal, “Membiasakan puasa
sunah setelah Ramadhan adalah salah satu tanda diterimanya pahala puasa Ramadhan,
karena ketika Allah menerima amal seseorang itu akan memberikan taufik kepadanya untuk
(dimudahkan) berbuat baik setelahnya. (Lathâif Al-Ma’ârif, Ibnu Rajab, 221)

Dari ulasan singkat beliau bisa kita tarik pada amal shalih lainnya yang kita kerjakan di bulan
Ramadhan yang lalu. Masuk didalamnya ibadah shalat, dzikir, tilawah, sedekah, dan
seterusnya.

Jika seseorang berpisah dengan bulan Ramadhan dan dia tetap istiqamah dengan amal
shalih yang dikerjakan sebelumnya maka ini indikasi kuat bahwa amalnya diterima oleh
Allah. dan inilah yang diharapkan dari tarbiyah selama bulan Ramadhan.

Maka jangan sampai dengan berlalunya Ramadhan, berlalu pula amal-amal shalih yang
pernah kita kerjakan sebelumnya. Mari menjadi pribadi yang tetap istiqamah dalam kebaikan
meski di luar bulan Ramadhan.

Allahu Akbar (3x) La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Hendaknya seorang muslim berusaha untuk istiqamah menjalankan ketaatan di luar bulan
Ramadhan karena itu merupakan tugas serta tanggung jawabnya sebagai alumni
Ramadhan.

Termasuk barometer keberhasilan para alumninya adalah seberapa istiqamah seseorang


dalam beribadah di luar Ramadhan. Maka implementasi istiqamah pertama adalah dengan
melaksanakan ibadah puasa enam hari pada bulan Syawal, terlebih dengan besarnya
fadhilah pahala bagi yang melaksanakan sunah puasa tersebut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa


enam hari dibulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR.Muslim)

Mari kita semua melazimi ibadah yang telah dikerjakan di bulan Ramadhan sebagai bukti
bahwa kita telah menjadi alumni Ramadhan yang berhasil dan kita berusaha untuk
istiqamah di atas jalan kebaikan ini.
‫‪Semoga dengan usaha itu semua, Allah berkenan untuk menerima semua amal ibadah‬‬
‫‪Ramadhan kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.‬‬

‫َج َعلَنَا هللاُ َواِيَّا ُك ْم ِمنَ ْال َعاِئ ِد ْينَ َو ْالفَاِئ ِز ْينَ َو ْال َم ْقبُوْ لِ ْينَ ‪َ ،‬واَ ْد َخلَنَا َواِيَّا ُك ْم فِى ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه الصَّالِ ِح ْينَ ‪ ،‬اَقُوْ ُل قَوْ لِى‬
‫ت‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِرهُ اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬ ‫هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر هللا لِى َولَ ُك ْم‪َ ،‬ولِ َوالِ َد ْينَا َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫هللاُ اَ ْكبَ ُر (‪ )×٣‬هللاُ اَ ْكبَ ُر (‪ )×٤‬هللاُ اَ ْكبَ ُر كبيرًا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو َأصْ ْيالً‬

‫الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكبَرْ َوهللِ ْال َح ْم ُد‬
‫ُأ‬ ‫هّٰلِل‬
‫اَ ْل َح ْم ُد ِ الَّذي َو َكفَى‪َ ،‬وُأ َ‬
‫صلِّ ْي َو َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل الصِّ ْد ِ‬
‫ق ْال َوفَا‬

‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ٰإلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ‬


‫ك لَهُ‪َ ،‬وَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َأ َّما بَ ْع ُد‪ ،‬فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ‬
‫ٰ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اَللّهُ َّم َ‬ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬ ‫ِإ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ْال َعالَ ِم ْينَ ِإنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫َم ِج ْي ٌد‬
‫ٰ‬
‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬
‫ت‬ ‫وال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫للّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬

‫اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَاِئ َد َو ْال ِم َحنَ ‪َ ،‬ما‬
‫ك َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر ِعبَا َد هللاِ‪،‬‬ ‫َان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عَا َّمةً‪ِ ،‬إنَّ َ‬‫صةً َو ِم ْن ب ُْلد ِ‬‫ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا خَا َّ‬

‫صيَا َمنَا َوقِيَا َمنَا َوقِ َرا َءتَنَا َو ُر ُكوْ َعنَا َو ُسجُوْ َدنَا َوقُعُوْ َدنَا َوتَ ْسبِ ْي َحنَا َوتَ ْهلِ ْيلَنَا‬ ‫صالَتَنَا َو ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َربَّنَا تَقَبَّلْ ِمنَّا َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى‬ ‫َّاح ِم ْينَ ‪َ .‬و َ‬‫ك يَااَرْ َح َم الر ِ‬ ‫َوتَ ْم ِج ْي َدنَا َوتَحْ ِم ْي َدنَا َو ُخ ُشوْ َعنَا يَا ِإلَهَ ْال َعالَ ِم ْينَ َويَا َخ ْي َر النَّ ِ‬
‫اص ِر ْينَ بِ َرحْ َمتِ َ‬
‫َخي ِْر خ َْلقِ ِه َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ال َعالَ ِميْن‪.‬‬

‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى ع َِن الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ‫ْأ‬
‫إن هللاَ يَ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬ ‫َّ‬
‫تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

You might also like