Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Ekonomi Manajemen

Volume 5 Nomor 2 (November 2019) 134-139


http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jem
ISSN 2477-2275 (Print)
ISSN 2685-7057 (Online)

METODE SERVQUAL DAN IMPORTANCE PERFORMANCE


ANALYSIS PADA JASA TRANSPORTASI COMMUTER LINE
Solehatin Ika Putria,*, Arum Wahyuni Purbohastutib
a,b
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya JKT Km 4, Panancangan, Kota Serang, Banten 42124, Indonesia
*putri.solehatin@untirta.ac.id

Diterima: November 2019. Disetujui: November 2019. Dipublikasikan: Desember 2019.

ABSTRACT
Transportation development for supporting the economic activity of the society must be
appropriate with quality. After commuter line Rangkasbitung operating in 2 years, this study aims to
find out the level of service quality commuter line Rangkasbitung, and find out the indicators that
proposed the improvement for service quality. SERVQUAL and Importance Performance Analysis
(IPA) used to calculate gap and find the priority indicator depend on the questionnaire that was
distributed to 100 passengers. The results of this study indicate that service quality is did notsatisfy
yet the customers. All indicators have negative score. Based on the results of the study, indicators that
must be proposed the improvement are the accuracy of the scheduled departure and arrival of the
train, the responsibility of employee to show priority seats for people with disabilities, pregnant
women, the elderly and mothers with young children, as well as safety and comfort in the station and
in the train, safety and comfort when going up and down the train, safety and comfort when move the
other railroad platform, the availability of seats in waiting room, and the availability of priority seats
for people with disabilities, pregnant women, the elderly and mothers with young children.
Keywords: Service Quality (SERVQUAL); Importance Performance Analysis (IPA); Transportation
Service.
ABSTRAK
Perkembangan transportasi untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat harus sejalan
dengan kualitas layanan yang diberikan. Setelah 2 tahun opersional commuter line Rangkasbitung
berjalan, peneliti ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan yang dirasakan
penumpang dan indikator apa saja yang menjadi penting dan prioritas untuk diperhatikan. Metode
SERVQUAL dan Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menjawab masalah
penelitian dengan menghitung nilai gap dan indikator prioritas dari kuesioner yang diberikan kepada
100 responden. Hasil penelitian menunjukan kualitas layanan jasa commuter line Rangkasbitung
menurut persepsi penumpang belum memenuhi harapan yang diinginkan dan belum mampu
memuaskan pelanggan. Hal tersebut dilihat dari seluruh indikator yang memiliki nilai gap negatif.
Indikator – indikator yang menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan yaitu ketepatan jadwal
keberangkatan dan tiba commuter line, kesiapan petugas mengarahkan penggunaan kursi prioritas
(penyandang cacat, ibu hamil, lansia dan ibu degan anak kecil), keamanan dan kenyamanan pada saat
berada di stasiun dan di kereta, keamanan dan kenyamanan pada saat naik dan turun Kereta,
keamanandan kenyamanan pada saat berpindah peron, penyediaan kursi di ruang tunggu stasiun, serta
ketersediaan kursi prioritas bagi penyandang cacat, ibu hamil, lansia dan ibu dengan anak kecil.
Kata Kunci: Kualitas Layanan; Importance Performance Analysis; Jasa Transportasi.
135
Solehatin Ika Putri, Arum Wahyuni Purbohastuti/ Jurnal Ekonomi Manajemen 5(2) (November 2019) 134-139

dengan anak kecil, serta Frekuensi


PENDAHULUAN pemberangkatan kereta api (per hari).
Transportasi menjadi salah satu aspek (Furqon, Sultan, & Putri, 2019).
yang mendukung kegiatan ekonomi Kondisi kualitas pelayanan kereta
masyarakat. Berdasarkan Annual Report commuter line Rangkasbitung yang
PT. KAI Persero (2015) Kereta Api dirasakan penumpang dapat diukur dengan
merupakan angkutan darat yang paling berbagai metode seperti yang dikemukakan
banyak dipilih masyarakat untuk kegiatan I Gede dkk (2015) bahwa kualitas
sehari – hari karena dapat mengangkut pelayanan jasa transportasi umum penting
penumpang secara masal, nyaman, biaya dilakukan dengan menggunakan beberapa
yang terjangkau dan terhindar dari metode. Salah satu metodenya yaitu
kemacetan. SERVQUAL. Khorshidi, H., Nikfalazar,
Operasional kereta api khususnya S. dan Gunawan, I. (2016) berpendapat
commuter line atau KRL terus mengalami bahwa pendekatan SERVQUAL dilakukan
pertumbuhan terutama di daerah berdasarkan atas gap antara ekspektasi
operasional 1 yang beroperasi untuk daerah pelayanan sebelum penjualan dengan
Jabodetabek. Jumlah penumpang setiap persepsi konsumen terhadap pelayanan
tahunnya terus meningkat. Bahkan merujuk setelah penjualan. Selanjutnya metode
padaAnnual Report PT. KCI (2017), pada 1 Importance Performance Analysis (IPA)
April 2017 pengoperasian KRL sampai dapat digunakan untuk menentukan
dengan Rangkasbitung mulai dilaksanakan. prioritas perbaikan berdasarkan dimensi
Lebih jauh rencana pada tahun 2020, SERVQUAL yang sejalan dengan pendapat
operasional commuter line akan semakin Arresty Theresia (2012) yang
meluas sampai stasiun Serang. menggunakan metode Importance
(news.detik.com, 2019). Performance Analysis (IPA) untuk
Sebelum operasional KRL sampai menentukan prioritas dari berbagai atribut
stasiun Rangkasbitung, kereta ekonomi untuk mengukur kualitas pelayanan jasa
lokal dioperasikan untuk memenuhi travel Citi Trans dan menurut Wen-Kai K.
kebutuhan transportasi masyarakat di Hsu (2013) Importance Performance
daerah penyangga ibukota. Adapun Analysis (IPA) digunakan untuk
berdasar hasil penelitian Putri, Sumartini, & menentukan dimensi yang menjadi prioritas
Sofia (2017) pelayanan Kereta Api perbaikan.
Ekonomi Lokal menurut penumpang belum Setelah 2 tahun opersional commuter
memenuhi harapan dan belum mampu line Rangkasbitung berjalan, peneliti
memuaskan pelanggan. Kesiapan petugas bertujuan untuk mengetahui bagaimana
dan daya tanggap pelayanan kepada kualitas pelayanan yang dirasakan
penumpang merupakan hal dengan tingkat penumpang dan indikator apa saja yang
ketidakpuasan tertinggi. menjadi penting dan prioritas untuk
Sebelum operasional KRL menuju diperhatikan demi memenuhi kebutuhan
stasiun Rangkasbitung, operasional KRL masyarakat. Hal ini dilakukan agar rencana
mencakup daerah Jabodetabek dan kualitas 2020 nanti opersional commuter line
jasa transportasi KRL Jabodetabek menuju Serang dapat berjalan dengan baik.
membutuhkan perhatian pada beberapa
aspek penting berdasarkan hasil penelitian METODE PENELITIAN
yaitu ketepatan jadwal keberangkatan dan Objek dalam penelitian ini adalah
tiba commuter line, keamanan dan kualitas pelayanan kereta commuter line
kenyamanan pada saat naik dan turun Rangkasbitung dengan 5 dimensi kualitas
kereta, ketersediaan kursi prioritas bagi pelayanan melalui 25 indikator merujuk
penyandang cacat, ibu hamil, lansia dan ibu pada penelitian Furqon, Sultan, & Putri,
136
Solehatin Ika Putri, Arum Wahyuni Purbohastuti/ Jurnal Ekonomi Manajemen 5(2) (November 2019) 134-139

(2019) yaitu reliability 4 indikator, Dimensi


Item
Indikator
Pertanyaan
responsiveness 4 indikator, assurance 6 A12 Ketersediaan
indikator, emphaty 3 indikator,dan tangible asuransi atau
8 indikator seperti yang disajikan pada tabel jaminan
keselamatan,
1 berikut. A13 Kesesuaian layanan
Tabel 1. Indikator Penelitian dengan harga tiket
A14 Jaminan pelayanan
Item yang lebih baik
Dimensi Indikator dibandingkan moda
Pertanyaan
RL1 Ketersediaan transportasi lain
informasi berkaitan EM15 Petugas mampu
dengan rute, jadwal bersikap ramah dan
dan tarif commuter sopan dalam
line melayani
RL2 Kemudahan penumpang
memperoleh EM16 Petugas
Emphaty
informasi ter-update memberikan
(Empati)
(jika terjadi informasi dengan
gangguan dan bahasa yang mudah
Reliability dimengerti
pembatalan
(Keandalan) EM17 Ketersediaan
keberangkatan
kereta) layanan keluhan
RL3 Ketepatan jadwal pelanggan,
keberangkatan dan T18 Kebersihan stasiun
tiba commuter line T19 Kebersihan toilet di
RL4 Kemampuan statiun
petugas dalam T20 Kebersihan di dalam
memberikan kereta
pelayanan terbaik T21 Fasilitas AC di
pada penumpang dalam Kereta
RS5 Kecepatan petugas T22 Penyediaan kursi di
merespon kondisi ruang tunggu stasiun
darurat di dalam T23 Ketersediaan kursi
kereta dan di stasiun Tangibel prioritas bagi
RS6 Kecepatan petugas (Bukti Fisik) penyandang cacat,
merespon keluhan ibu hamil, lansia dan
penumpang ibu dengan anak
RS7 Rasa percaya diri kecil
seluruh petugas T24 Frekuensi
Responsiveness pemberangkatan
dalam melayani
(Daya Tanggap) kereta api (per hari)
penumpang
RS8 Kesiapan petugas T25 Kerapihan
mengarahkan penampilan petugas
penggunaan kursi di stasiun dan di
prioritas kereta
(penyandang cacat, Sumber: Furqon, Sultan, & Putri (2019)
ibu hamil, lansia
dan ibu degan anak
kecil)
Metode SERVQUAL digunakan untuk
A9 Keamanan dan mengetahui gap yakni selisih harapan yang
kenyamanan pada diinginkan dengan kenyataan pelayanan
saat berada di
stasiun dan di kereta
yang dirasakan. Adapun metode
A10 Keamanan dan Importance Performance Analysis (IPA)
Assurance kenyamanan pada digunakan untuk mengetahui faktor - faktor
(Jaminan saat naik dan turun
Kepastian) Kereta
utama dari ke lima dimensi atau indikator –
A11 Keamanandan indikator kualitas pelayanan yang menjadi
kenyamanan pada penting untuk diperhatikan.
saat berpindah
peron/jurusan
Populasi pada penelitian ini adalah
kereta seluruh penumpang atau pengguna jasa
kereta commuter line Rangkasbitung.
137
Solehatin Ika Putri, Arum Wahyuni Purbohastuti/ Jurnal Ekonomi Manajemen 5(2) (November 2019) 134-139

Sedangkan teknik pengambilan sampel (bukti fisik). Adapun rata – rata harapan
dilakukan dengan menggunakan secara keseluruhan memiliki skor 4,75
convinience sampling yaitu teknik sedangkan rata –rata tingkat kenyataan 3,75
penetapan responden berdasarkan suatu yang artinya masih ada gapsebesar -1,02
kebetulan bahwa anggota dari populasi dari kualitas pelayanan jasa yang dirasakan
dapat ditemui oleh peneliti dan bersedia oleh penumpang Commuter line
untuk menjadi responden. Pengambilan Rangkasbitung.
sampel ditentukan dengan kriteria bahwa Tabel 2. Nilai Gap antara Kenyataan dan
responden pernah menggunakan kereta Harapan Pengguna Jasa
commuter line Rangkasbitung. Adapun
penentuan jumlah sampel merujuk Item Rata-rata Rata-rata
Gap
Pertanyaan Harapan Kenyataan
pendapat Haryono, Siswoyo (2017) yaitu
RL1 4,7 3,75 -0,95
100 orang. RL2 4,64 3,45 -1,19
RL3 4,78 3,64 -1,14
HASIL DAN PEMBAHASAN RL4 4,77 3,84 -0,93
RS5 4,73 3,85 -0,88
Sebagian besar pekerjaan responden RS6 4,66 3,43 -1,23
yang ditemukan yaitu 42% merupakan RS7 4,69 3,92 -0,77
karyawan swasta dan 41% lainnya RS8 4,85 3,72 -1,13
merupakan pelajar/mahasiswa dengan rata A9 4,75 3,58 -1,17
A10 4,77 3,32 -1,45
– rata usia <25 tahun yaitu sebanyak 55% A11 4,75 3,34 -1,41
responden dengan frekuensi penggunaan A12 4,71 3,52 -1,19
commuter line Rangkasbitung sebesar 25% A13 4,77 4,28 -0,49
pada hari kerja (Senin – Jumat). Adapun A14 4,83 3,93 -0,9
tujuan menggunakan kereta commuter line EM15 4,8 3,75 -1,05
EM16 4,77 4,23 -0,54
Rangkasbitung yaitu 35% untuk bekerja, EM17 4,72 3,58 -1,14
27% untuk kuliah/sekolah dan 25 % untuk T18 4,74 4,06 -0,68
rekreasi serta 13% untuk tujuan lainnya. T19 4,73 3,57 -1,16
Nilai gap ketidakpuasan diperoleh T20 4,83 4,25 -0,58
dariselisih antara nilai rata-rata kenyataan T21 4,81 3,77 -1,04
T22 4,75 3,07 -1,68
atas jasa yang dirasakan dengan harapan T23 4,83 3,67 -1,16
atas pelayanan seperti yang disajikan dalam T24 4,74 3,55 -1,19
tabel 2. Seluruh indikator memiliki nilai T25 4,75 4,28 -0,47
negatif yang berarti terjadi ketidak sesuaian Total
4,75 3,73 -1,02
antara harapan dengan kenyataan layanan. Rata -rata
Gap tertinggi menunjukkan rasa Sumber: Data Penelitian (diolah)
ketidakpuasan jasa tertinggi yang dirasakan
oleh penumpang Commuter line Analisis dengan menggunakan
Rangkasbitung yaitu mengenai penyediaan Importance Performance Analysis (IPA)
kursi di ruang tunggu stasiun dan keamanan selanjutnya dilakukan untuk mengetahui
serta kenyamanan pada saat naik dan turun harapan yang tinggi bagi konsumen namun
Kereta, yang termasuk kedalam dimensi tingkat kinerja atau kenyataan yang
Tangibel (Bukti Fisik) dan Assurance dirasakan masih rendah sehingga PT. KCI
(Jaminan Kepastian). Sedangkan gap dapat fokus pada perbaikan indikator –
terendah menggambarkan rasa indikator tersebut. Hal tersebut ditunjukan
ketidakpuasan jasa terendah yang dirasakan pada kuadran I IPA. Adapupun indikator –
penumpang atas jasa layanan Commuter indikator yang terdapat pada kuadran I yaitu
line Rangkasbitung yaitu terkait kerapihan RL3 mengenai ketepatan jadwal
penampilan petugas di stasiun dan di kereta keberangkatan dan tiba commuter line, RS8
yang termasuk kedalam dimensi tangibel terkait kesiapan petugas mengarahkan
138
Solehatin Ika Putri, Arum Wahyuni Purbohastuti/ Jurnal Ekonomi Manajemen 5(2) (November 2019) 134-139

penggunaan kursi prioritas (penyandang Item


Indikator
cacat, ibu hamil, lansia dan ibu degan anak Pertanyaan
A11 Keamanandan kenyamanan pada
kecil), A9 keamanan dan kenyamanan pada saat berpindah peron
saat berada di stasiun dan di kereta, A10 T22 Penyediaan kursi di ruang tunggu
keamanan dan kenyamanan pada saat naik stasiun
dan turun Kereta, A11 keamanan dan T23 Ketersediaan kursi prioritas bagi
kenyamanan pada saat berpindah peron, penyandang cacat, ibu hamil,
lansia dan ibu dengan anak kecil
T22 penyediaan kursi di ruang tunggu
Sumber: Data Penelitian (diolah)
stasiun, serta T23 ketersediaan kursi
prioritas bagi penyandang cacat, ibu hamil,
SIMPULAN
lansia dan ibu dengan anak kecil. Tujuh
indikator tersebut dianggap sangat penting Kualitas pelayanan jasa commuter
bagi konsumen akan tetapi kondisi saat ini line Rangkasbitung menurut persepsi
belum memuaskan dan menjadi prioritas penumpang belum memenuhi harapan yang
untuk ditingkatkan atau dilakukan diinginkan dan belum mampu memuaskan
perbaikan. pelanggan. Penyediaan kursi di ruang
tunggu stasiundan aspek keamanan dan
kenyamanan pada saat naik dan turun kereta
merupakan indikator dengan tingkat
ketidakpuasan tertinggi.
Indikator – indikator berdasarkan
Importance Performance Analysis
(IPA)yang berada di kuadran I
menunjukkan tingkat harapan (importance)
yang tinggi dari penumpang namun tingkat
kenyataan (performance) yang rendah,
sehingga menjadi prioritas utama untuk
dilakukan perbaikan. Indikator – indikator
tersebut mengenai ketepatan jadwal
keberangkatan dan tiba commuter line,
kesiapan petugas mengarahkan penggunaan
Sumber: Data Penelitian (diolah) kursi prioritas (penyandang cacat, ibu
Gambar 3. Hasil Pemetaan Harapan dan hamil, lansia dan ibu dengan anak kecil),
Kenyataan keamanan dan kenyamanan pada saat
berada di stasiun dan di kereta, keamanan
Adapun indikator prioritas perbaikan dapat dan kenyamanan pada saat naik dan turun
dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Kereta, keamanan dan kenyamanan pada
saat berpindah peron, penyediaan kursi di
Tabel 3. Indikator Prioritas Perbaikan ruang tunggu stasiun, serta ketersediaan
Item kursi prioritas bagi penyandang cacat, ibu
Indikator
Pertanyaan hamil, lansia dan ibu dengan anak kecil.
RL3 Ketepatan jadwal keberangkatan Rekomendasi peneliti untuk
dan tiba commuter line penelitian selanjutnya yaitu menganalisis
RS8 Kesiapan petugas mengarahkan
penggunaan kursi prioritas dan mendiskusikan lebih lanjut respon PT.
(penyandang cacat, ibu hamil, KCJ dan PT. KAI sebagai induk perusahaan
lansia dan ibu degan anak kecil) untuk memperbaiki kondisi tersebut
A9 Keamanan dan kenyamanan pada berdasar hasil penelitian, sehingga dapat
saat berada di stasiun dan di kereta dilakukan perbaikan yang terus menerus.
A10 Keamanan dan kenyamanan pada
saat naik dan turun Kereta
139
Solehatin Ika Putri, Arum Wahyuni Purbohastuti/ Jurnal Ekonomi Manajemen 5(2) (November 2019) 134-139

REFERENSI Logistics Management, Vol. 24 Iss 1


pp. 101 - 116
Angelina, Arresty Theresia. (2012). Service
Quality Improvement at CV. Citra I Gede Mahatma Yuda Bakti Sik Sumaedi.
Tiara (Citi Trans) Bandung. Tesis. (2015). P-TRANSQUAL: a Service
Program Pasca Sarjana, Institut Quality Model of Publicland Transport
Teknologi Bandung. Services. International Journal of
Quality & Reliability Management.
Annual Report PT. KCI (2017). diakses 27 Vol. 32 Iss 6 pp.534 – 558.
September 2019
http://www.krl.co.id/wp- Khorshidi,H., Nikfalazar, S. and Gunawan,
content/uploads/2018/07/Annual_Rep I. (2016), "Statistical process control
ort_KCI_2017.pdf application on service quality using
SERVQUAL and QFD with a case
Annual Report PT. KAI Persero (2015). study in trains’ services", The TQM
diakses 27 September 2019 Journal, Vol. 28 No. 2, pp. 195-
http://annualreport.id/annualreport/pt- 215. https://doi.org/10.1108/TQM-02-
kereta-api-indonesia-laporan-tahunan- 2014-0026
2015
Putri, S. I., Sumartini, S., & Sofia, A.
Furqon, C., Sultan, M. A., & Putri, S. I. (2017). Metode Service Quality
(2019). Quality Function Deployment (Servqual) dan Quality Function
Analysis on Transportation Services. Deployment (QFD) sebagai Usulan
Presented at the 1st International Perbaikan Kualitas Pelayanan di PT.
Conference on Economics, Business, Kereta Api Indonesia (Persero).
Entrepreneurship, and Finance JURNAL ILMU MANAJEMEN DAN
(ICEBEF 2018). BISNIS,8(1), 11–16.
https://doi.org/10.2991/icebef- https://doi.org/10.17509/jimb.v8i1.12
18.2019.23 656
Haryono, Siswoyo. (2017). Metode SEM Rifa’i, Bahtiar.(2019). KRL mulai operasi di
untuk Penelitian Manajemen dengan Serang Banten tahun 2020,diakses 27
AMOS LISREL PLS. Luxima: Jakarta. November 2019, dari
Hsu, Wen-Kai K. (2013). Improving the https://news.detik.com/berita/d-
Service Operations of Container 4792875/krl-mulai-operasi-di-serang-
Terminals. The International Journal of banten-tahun-2020.

You might also like