Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

SCIENCE TECH: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Volume 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38


science.tech@ustjogja.ac.id
ISSN ISSN
2460-6286 (Print) 2579-3624 (Online)

Perancangan Alat Bantu Mandi dan Aktifitas Toilet Portabel Tunadaksa Bagian Bawah

Design of Portable Bathing Aids and Toilet Activities for Lower Disabled Persons

Patrisius Edi Prasetyo1, Agustinus Eko Susetyo2, Dyah Ari Susanti3

Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa1


patrisedi@ustjogja.ac.id 1
Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 2
ekosusetyo@ustjogja.ac.id 2
Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa 3
dyah.as@ustjogja.ac.id 3

Info Artikel Abstract


Physical disability supporting facilities to help the
Naskah diterima: independence of their activities. This study designed a tool for
29/05/2021 bathing and lower physical disability toilets to carry out these
activities without the help of other people. A similar design was
carried out in previous studies that had not accommodated public
Naskah direvisi: bathroom activities outside the home while traveling. Previously
10/06/2021 designed dimensions did not allow carrying to traveling and only
accommodated the type of toilet seat. Based on these shortcomings,
this study designed a portable bathing and toilet activity aid so that
the lower quadriplegic can be used while traveling practically and
Naskah disetujui:
accommodating the sitting and squat toilets. The product of the
17/07/2021
design result is expected to support the independence of the
quadriplegic to carry out activities outside the home to expand
their accessibility. The design process of this product is carried out
with the Front-end Process stage method as the main design
method and integrated with the TRIZ method to help resolve
contradictions in the design process while determining
specifications and targets and the process of selecting the concept
of a work product system. This research produces a 3D model
design and technical specifications of the product.
Keywords: Independence, Shower Toilet Aids, Physical
Korespondensi Penulis: Disability, Front-End Process, TRIZ.
patrisedi@ustjogja.ac.id Abstrak
Tunadaksa membutuhkan fasilitas pendukung untuk
membantu kemandirian aktivitasnya. Penelitian ini merancang alat
bantu aktivitas mandi dan toilet tunadaksa bagian bawah untuk

22
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

melakukan kegiatan tersebut tanpa bantuan orang lain.


Perancangan serupa dilakukan penelitian sebelumnya belum
mengakomodasi aktivitas kamar mandi umum di luar rumah saat
bepergian. Dimensi rancangan sebelumnya tidak memungkinkan
dibawa bepergian serta hanya mengakomodasi jenis kloset duduk.
Berdasarkan kekurangan tersebut penelitian ini merancang alat
bantu aktivitas mandi dan toilet portabel agar dapat digunakan
tunadaksa bagian bawah saat bepergian dengan praktis serta
mengakomodasi kloset duduk dan jongkok. Produk hasil
rancangan diharapkan dapat lebih menunjang kemandirian
tunadaksa untuk melakukan aktifitas di luar rumah sehinga
memperluas aksesibilitas. Perancangan dilakukan dengan tahapan
Front-end Process sebagai metode perancangan utama dan
diintegrasikan dengan metode TRIZ untuk membantu
menyelesaikan kontradiksi pada proses penentuan spesifikasi dan
target serta proses pemilihan konsep sistem kerja alat. Penelitian
ini menghasilkan rancangan model 3D dan spesifikasi teknis alat.
Kata Kunci: Kemandirian; Alat Bantu Mandi/Toilet; Tunadaksa;
Front-End Process; TRIZ.
Sitasi: Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo, & Dyah Ari Susanti. (2021).
Perancangan Alat Bantu Mandi Portabel Tunadaksa Bagian Bawah dengan Mengintegrasikan
Tahapan Front-end Process dan Metode TRIZ. Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38.

Pendahuluan
Tunadaksa adalah penyandang disabilitas fisik dengan gangguan fungsi gerak, seperti
amputasi, lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy, akibat stroke, kusta, dan orang
kecil (Indonesia, 2017). Tunadaksa di Indonesia menempati urutan ketiga (10,26%) setelah
disabilitas ganda (39,97%) dan kesulitan melihat (29,63%) (RI, 2013). Penyandang disabilitas
perlu meningkatkan kualitas diri, menghilangkan citra “ketergantungan” terhadap orang lain,
sehingga pengembangan kemandirian penyandang disabilitas adalah program urgent baik bagi
pemerintah maupun organisasi non-pemerintah untuk memberikan hak-hak difabel sebagai
warga negara dengan derajat sama dimata hukum tanpa melihat perbedaan fisik (Gutama &
Setyaningsih, 2016). Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan kemandirian penyandang
tunadaksa perlu dikembangkan dan diupayakan.
Kemandirian adalah kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk bertindak,
tidak tergantung dengan kemampuan orang lain, tidak terpengaruh lingkungan, dan bebas
mengatur kebutuhannya sendiri (Nurhayati, 2018). Tingkat kemandirian disabilitas diukur
dengan skala Activity of Dialy Living (ADL) berdasarkan kemampuan melakukan kegiatan
sehari-hari seperti mandi, aktivitas toilet, mengenakan pakaian, berpindah tempat dan makan
(McDowell, 2006). Aktifitas mandi dan toilet disabilitas usia dini dapat dibantu keluarga dan
orang terdekat, namun seiring bertambahnya usia menuju dewasa, aktifitas ini lebih baik
dilakukan mandiri karena menyangkut hal privat. Aksesibilitas diperlukan untuk mendukung
kemandirian tersebut. Bentuk aksesibilitas disabilitas dapat berupa fasilitas umum, peralatan
pendukung dan rambu (Umum, 1998). Peralatan pendukung aktivitas mandi dan toilet
disabilitas tunadaksa dapat diupayakan pada kamar mandi tempat tinggal tunadaksa, namun

23
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

seiring berkembangan aktivitas untuk berkarya seperti orang normal diluar rumah, tunadaksa
dihadapkan pada fasilitas kamar mandi umum yang mayoritas belum mempunyai fasilitas
pendukung tunadaksa.
Perancangan dan pengembangan alat bantu tunadaksa telah dilakukan untuk tujuan dan
jenis tunadaksa yang berbeda. Nurhayati (2017) mengembangkan alat bantu makan tunadaksa
dengan keterbatasan fungsi tangan menggunakan metode Quality Function Development (QFD)
dan menghasilkan prototipe Adjusted Spoon V2 yang diujikan pada tunadaksa serta terbukti
dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam fleksibilitas pergerakan sendok, pergerakan stick
dan kelenturan tekanan treadle. Rahman (2017) merancang protesus lengan tunadaksa bawah
siku (amputasi transradial) dengan metode shadowing dan reverse engineering hingga diperoleh
model prototipe protesis penunjang penampilan fisik dan aktivitas power grip dengan harga
terjangkau dan nyaman digunakan dalam waktu lama. Putra & Noya (2018) merancang dan
mengembangkan konsep kursi roda terintegrasi dengan sepeda motor bernama Connectoer
Wheelchair (CW) dengan metode QFD dan menghasilkan rancangan 3D produk dengan
material kuat (chromoly), menggunakan sabuk pengaman dua titik, memiliki shock
absorber/breaker ganda sebagai peredam goncangan, mampu menahan beban dengan baik dan
awet. Junianto & Kuswanto (2018) merancang kaki palsu pembantu jalan tunadaksa transtibal
dengan metode Reverse Enginnering dan menghasilkan produk kaki palsu Prosthetic leg dengan
desain mirip kaki asli, berbahan lembut, mekanisme mengcover gerakan plantar dan dorsi
flexion, peredam benturan serta ringan agar pengguna mampu berjalan dengan cepat dan tidak
mudah lelah. Arsyad & Anzarih (2018) merancang dan membuat kursi penderita Cerebral Pasi
dan dihasilkan kursi dengan fungsi seperti produk Easy Stand namun harga produksi lebih
murah hingga 60%. Berkaitan dengan aktivitas mandi dan toilet, Damayanti et al (2016)
merancang alat bantu aktivitas mandi dan toilet bagi tunadaksa bagian bawah dengan metode
deskriptif dan komparasi hingga diperoleh spesifikasi dan desain alat namun masih memiliki
kekurangan yaitu bentuk tidak portabel dan dimensi tidak memungkinkan dibawa beraktivitas
diluar rumah seperti bepergian menginap atau aktivitas di luar rumah yang mengharuskan
tunadaksa menggunakan kamar mandi/toilet umum tanpa fasilitas pendukung serta tidak dapat
digunakan di kloset jongkok.
Perancangan dan pengembangan terdahulu alat bantu mandi dan aktifitas toilet tunadaksa
terutama tunadaksa bagian bawah belum terdapat alat bantu yang mudah dibawa bepergian
(portabel) dan dapat digunakan untuk kloset jangkok atau duduk, sehingga tujuan dari penelitian
ini adalah merancang alat bantu tersebut agar semakin memperluas kemandirian tunadaksa
bagian bawah. Perancangan alat bantu mandi dan aktivitas toilet didasarkan kebutuhan
pengguna dan diperuntukan bagi tunadaksa yang tidak dapat berjalan tanpa alat bantu namun
masih memiliki fungsi tangan normal. Perancangan dilakukan dengan tahapan front-end process
(Ulrich & Eppinger, 2012) sebagai metode perancangan utama dan metode TRIZ (Alʹtshuller,
1999) yang berperan menyelesaikan kontradiksi yang timbul selama proses perancangan.

Metode
Objek penelitian ini adalah alat bantu mandi dan aktivitas toilet bagi tunadaksa bagian
bawah yang portabel dan dapat digunakan pada kloset duduk dan jongkok. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi voice recorder (merekam data customer voice), kuesioner tingkat
kepentingan atribut, laptop (pengolahan data, proses perancangan, pembuatan laporan dan
publikasi), SPSS (pengujuan statistik) dan Autodesk Inventor (desain 3D). Produk pada
penelitian ini dirancang dengan tahapan Front-end process (memperoleh spesifikasi dan desain

24
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

produk) dan metode TRIZ (mengatasi kontradiksi antar spesifikasi dan target serta kontradiksi
saat pemilihan konsep produk). Alur proses perancangan ditunjukan pada Gambar 3.1.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Perancangan

Proses perancangan diawali survei pendahuluan melalui kuesioner terbuka pada 12


responden expert bidang disabilitas tunadaksa (penyandang (>3 tahun), Pembina, orang tua (>
3 tahun dalam merawat tunadaksa) dan dokter), pakar bidang ergonomi dan desain produk untuk
memperoleh kebutuhan produk. Kuesioner terbuka berisi pertanyaan terbuka tentang kebutuhan
aktivitas mandi dan toilet tunadaksa dan bagaimana desain produk dapat memenuhi kebutuhan
pengguna. Jumlah responden didasari penelitian Griffin & Hauser (1993) yang menyatakan
jumlah 9 responden survei pendahuluan dapat mengidentifikasi lebih dari 90% kebutuhan.
Atribut produk yang diperoleh kemudian dijadikan input kuesioner tertutup tingkat kepentingan
atribut dan disebarkan kepada 30 responden novice (termasuk didalamnya responden expert,
tunadaksa bagian bawah (>1tahun), pengasuh/orang dekat dan keluarga). Jumlah responden
novice ditentukan atas dasar teori Guilford (1950)bahwa jumlah minimal 30 responden sudah
memenuhi syarat perhitungan statistik yang baik dan penyebaran skor mendekati kurva normal
serta teori Kerlinger (1966) yang menyebutkan untuk mengurangi kemungkinan bias disarankan
mengambil responden sebanyak minimal 30 orang. Penelitian ini mengambil data dari
responden di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil kuesioner tertutup lalu diuji validitas
dan reliabilitas hingga seluruh elemen atribut valid dan reliabel sebelum diterjemahkan menjadi
spesifikasi dan target. Hasil spesifikasi dan target kemudian dievaluasi apakah terdapat
spesifikasi dan target yang saling berkontradiksi. Jika ada spesifikasi dan target yang
berkontradiksi, maka metode TRIZ digunakan untuk menyelesaikan kontradiksi hingga
diperoleh solusi optimal spesifikasi dan target yang lebih baik.
Tahap perancangan selanjutnya adalah mendesain konsep-konsep alat dengan
memodelkan prinsip kerja alat dengan model kotak hitam dan kotak transparan hingga diperoleh
sub-sub sistem kerja. Masing-masing sub sistem dibuat beberapa alternatif solusi dan
dikombinasikan menjadi beberapa solusi konsep, kemudian disaring, dinilai dan dipilih solusi
konsep terbaik. Ragam solusi konsep yang dinilai dan diseleksi berpotensi untuk saling
berkontradiksi, jika terdapat kontradiksi pada tahap ini maka akan dievaluasi dengan metode
TRIZ seperti halnya dalam proses penentuan spesifikasi dan target alat untuk memperoleh
ragam solusi konsep lain dengan hasil penilaian yang lebih baik.

25
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

Setelah diperoleh solusi konsep kerja alat terbaik, solusi konsep lalu bersama dengan
spesifikasi dan target yang telah diperoleh sebelumnya diwujudkan kedalam model 3D alat
bantu aktivitas mandi dan toilet tunadaksa yang portabel. Proses pemodelan 3D menggunakan
software Autodesk Inventor dengan prinsip kerja sesuai dengan solusi konsep terbaik dan
memenuhi spesifikasi dan target yang ditentukan.

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Hasil kebutuhan produk alat bantu mandi dan aktivitas toilet melalui kuesioner terbuka
dan proses wawancara diperoleh 18 kebutuhan untuk dijadikan input membuat kuesioner
tertutup guna memperoleh tingkat kepentingan masing-masing kebutuhan produk. Data
kebutuhan produk dengan masing-masing tingkat kepentingannya ditunjukan pada Tabel 1
sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Kebutuhan Produk dengan Nilai Kepentingan Setiap Atribut


Nilai
tingkat Percent
Sd
No Atribut Produk / Kebutuhan Produk TP P SP PP kepenting- Importan-
P
an (skala ce (%)
5)
1 Alat kuat dan kokoh saat digunakan 0 0 3 13 22 4,50 6,39
2 Tidak licin digunakan di kamar mandi 0 0 3 16 19 4,42 6,28
3 Alat nyaman digunakan 0 0 5 13 20 4,39 6,24
4 Harga alat terjangkau 0 0 13 5 20 4,18 5,94
5 Awet 0 0 9 13 16 4,18 5,94
6 Mudah masuk di kamar mandi dengan pintu 0 0 9 14 15 4,16 5,90
sempit
7 Dapat membantu aktifitas mandi dan BAB 1 0 7 14 16 4,16 5,90
8 Proses transfer dari kursi roda mudah 0 0 10 15 13 4,08 5,79
9 Tahan karat dan mudah dikeringkan 0 0 8 20 10 4,05 5,75
10 Terdapat mekanisme pengunci 1 0 12 13 12 3,92 5,57
11 Dapat digunakan pada kloset jongkok dan 0 2 10 15 11 3,92 5,57
duduk
12 Bobot alat ringan 0 1 17 13 7 3,68 5,23
13 Alat portabel, dapat dimasukan ke koper 1 1 15 13 8 3,68 5,23
14 Desain ramping 0 1 18 12 7 3,66 5,19
15 Terdapat sandaran saat digunakan duduk 2 1 20 7 8 3,47 4,93
16 Dapat digunakan untuk membawa peralatan 2 3 17 8 8 3,4 4,9
mandi
17 Dapat digunakan untuk tumpuan berdiri & 1 6 11 18 2 3,37 4,78
berjalan
18 Dapat digunakan sebagai tempat duduk 0 6 23 6 3 3,2 4,5

Tabel 1 menunjukan kebutuhan “alat kuat dan kokoh saat digunakan” menempati urutan
kepentingan pertama dengan percent importance (6,39 %), “tidak licin digunakan di kamar
mandi” urutan kedua (6,28%), dan “alat nyaman digunakan” urutan ketiga (6,24 %). Hal ini
menunjukan 3 kebutuhan utama alat bantu mandi portabel tuna daksa bagian bawah adalah pada

26
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

keamanan dan kenyamanan saat digunakan. Sementara urutan kepentingan terendah adalah
kebutuhan “dapat digunakan sebagai tempat duduk” (4,5 %).
Data tingkat kebutuhan produk kemudian diuji validitas dan reliabilitas dengan software
SPSS untuk memastikan setiap kebutuhan valid dan reliabel. Setiap kebutuhan dinyatakan valid
bila nilai r hitung > r tabel, r tabel untuk 18 tingkat kebutuhan dengan jumlah 38 responden
adalah 0,312 dan hasil pengujian validitas menunjukan semua kebutuhan valid dengan nilai
diatas 0,312. Hasil pengujian reliabilitas dinyatakan reliabel bila nilai Cronbach’s alpha diatas
0,6 (Ghozali, 2012). Hasil pengujian reliabilitas (SPSS) menunjukan hasil reliabel dengan nilai
Cronbach’s alpha 0,731.
Kebutuhan produk yang telah valid dan reliabel selanjutnya diterjemahkan menjadi
spesifikasi dan target yang akan dipenuhi oleh produk alat bantu mandi bantu tuna daksa bagian
bawah. Proses penerjemahan setiap kebutuhan dilakukan dengan membuat spesifikasi dan target
yang spesifik dan terukur. Proses ini melibatkan pakar di bidang desain mekanik, desain produk,
peralatan disabilitas dan pakar disabilitas dalam menerjemahkan masing-masing kebutuhan
produk kedalam voice of engineer (metrik spesifikasi dan target). Hasil spesifikasi dan target
dalam daftar metrik dengan hubungan antar masing-masing kebutuhan pengguna dan masing-
masing metrik ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Metrik Spesifikasi dan Target
No
No Kepen- Satu-
Atribut/Kebutuhan Metrik
Metrik tingan an
Produk
1 1 Material kerangka dan body alat 11,22 subj.
2 2 Alas kaki alat 5,86 subj.
3 3 Tinggi handle dan tempat duduk alat 14,11 mm
4 4 Harga alat 5,54 Rupiah
5 6, 13, 14 Dimensi maksimal alat 10,90 mm
6 7, 11, 15, 18 Mode fungsional 16,42 subj.
7 10 Pengunci alat 5,19 subj.
8 16 Posisi pengait / keranjang pembawa alat mandi 1,52 mm
9 14 Dimensi alat terlipat 6,50 mm
10 1, 3, 12, 14 Berat alat 14,40 gram
11 1, 4, 12 Beban maksimal alat 8,35 gram

Tahap selanjutnya dikumpulkan informasi tentang produk sejenis dari alat bantu mandi
tuna daksa bagian bawah yang selama ini digunakan seperti berbagai jenis kursi roda dan walker
sebagai referensi pendukung pengambilan keputusan dalam menetapkan nilai spesifikasi dan
target alat yaitu nilai ideal dan marginal. Nilai ideal adalah nilai terbaik bagi spesifikasi dan
target produk yang hendak dirancang, sementara nilai marginal adalah nilai yang masih
ditoleransi agar spesifikasi produk masih masuk dalam target perancangan untuk dapat
memenuhi fungsinya dengan baik. Informasi yang digali dari produk sejenis merupakan
informasi yang spesifik dan berkaitan dengan metrik spesifikasi dan target produk yang hendak
dirancang, diperoleh dari penelitian ini (mengacu pada metrik Tabel 2). Selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan masing-masing nilai marginal dan nilai ideal. Hasil
pengumpulan data spesifikasi produk sejenis ditunjukan pada Tabel 3.
Berdasarkan informasi spesifikasi produk sejenis Tabel 3, ditentukan nilai ideal dan
marginal produk untuk setiap metrik secara spesifik, namun pada metrik dimensi alat terlipat
referensi yang digunakan bukan dari spesifikasi produk sejenis karena referensi produk sejenis

27
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

hanya digunakan ditempat saja dan tidak diperuntukan untuk mudah dibawa saat bepergian.
Nilai marginal dan ideal dari metrik dimensi alat terlipat ditentukan berdasarkan ukuran
maksimal benda dapat masuk kedalam ukuran koper kabin terbesar yang masih diijinkan untuk
dibawa di kabin pesawat yaitu koper berdimensi maksimal 360x230x530 mm (PxLxT),
sehingga dimensi alat terlipat ditargetkan lebih kecil daripada dimensi tersebut agar barang lain
yang dapat dibawa pada koper tersebut dapat semaksimal mungkin. Secara spesifik nilai
marginal dan ideal dari setiap metrik produk yang dirancang ditunjukan pada Tabel 4.
Metrik dari penerjemahan kebutuhan pelanggan (Tabel 2) memiliki beberapa metrik yang
saling berkontradiksi untuk dapat dipenuhi, diantaranya adalah; dimensi maksimal alat (5),
mode fungsional (6), dimensi alat terlipat (9), berat alat (10) dan beban maksimal alat (11).

Tabel 3. Informasi Spesifikasi dari Produk Sejenis


Leisure Bath chair M-F moving Pano Lightweight
Ke- (FS721L-36) walking wheelchair Wheeled Walker
No pen Sa- aids (497839862) (WA01071)
No (ZHDC)
Me- Atribut Metrik - tu-
trik ting an
- an

Material
kerangk 11, sub Alumunium Alumuniu Alumunium Alumunium dan
1 1 a dan m dan
body 22 j. dan parasut plastik dan ABS plastik
alat
Roda karet Roda karet
Roda karet
Alas 5,8 sub (tidak (tidak Roda karet (tidak
2 2 kaki alat 6 j. (digerakan digerakan digerakan digerakan tangan)
tangan)
tangan) tangan)
Tinggi
handle 940/n/a
& 14, 780-880
3 3 mm 710 / n/a 900 / 500 (adjust <=
tempat 11 (adjustable) / n/a
200)
duduk
alat
Harga 5,5
4 4 alat 4 Rp 3.700.000 6.814.603 12.044.500 895,311
Dimensi 840x600x71 530x530x9 700 x 470 x 610x610x780-880
5 6, 13, 14 maksim 10, mm 0 00 940 (adjustable)(PxLx
90
al alat (PxLxT) (PxLxT) (P x L x T) T)
Berdiri & Berdiri &
Mode Berdiri &
7, 11, 16, sub Duduk berjalan, berjalan,
6 fungsion berjalan, duduk
15, 18 42 j. bersandar duduk duduk
al bersandar
bersandar bersandar
Pengunc 5,1 sub stoper, snap,
7 10 stoper n/a stoper
i alat 9 j. screw
Posisi
pengait /
1,5
8 16 keranjan mm n/a n/a n/a n/a
g alat 2
mandi
Dimensi
6,5 840 x 340 x
9 14 alat 0 mm 710 (PxLxT) n/a n/a n/a
terlipat

28
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

1, 3, 12, Berat 14,


10 kg 43 n/a 18 6
14 alat 40
Beban
8,3
11 1, 4, 12 maksim kg 100 136.078 120 136
5
al alat

Tabel 4. Nilai Marginal dan Nilai Ideal Metrik Produk


No No
Kepen- Satu-
Me- Kebu- Metrik Nilai Marginal Nilai Ideal
tingan an
trik tuhan
Material Alumunium dan
1 1 kerangka dan 11,22 subj. Alumunium dan plastik
parasut
body alat
Alas Roda karet (dapat
2 2 Alas kaki alat 5,86 subj. menggunakan digerakan tangan,
material karet mekanisme rem)
Tinggi handle
710-940 700-1.300 (adjustable) /
3 3 dan tempat 14,11 mm
(adjustable) / 500 460-550 (adjustable)
duduk alat
2.000.000 -
4 4 Harga alat 5,54 Rp 5.000.000 <=2.000.000
400-600 x 530-600
5 6, 13, Dimensi 10,90 mm x 700-1.300 (P x L 400-470 x 530-550 x 700-
14 maksimal alat 1.300 (P x L x T)
x T)
Berdiri dan
7, 11, Mode Berdiri dan berjalan,
6 16,42 subj. berjalan, duduk
15, 18 fungsional duduk bersandar, jongkok
bersandar, jongkok
7 10 Pengunci alat 5,19 subj. Snap Stoper dan snap
Posisi pengait
8 16 / keranjang 1,52 mm Samping kanan Samping kanan dan kiri
pembawa alat atau kiri handle handle
mandi
Dimensi alat <300x<150x<460
9 14 6,50 mm <300x<100x<400(PxLxT)
terlipat (PxLxT)
1, 3, 12,
10 14 Berat alat 14,40 kg <=5 <=4
Beban
11 1, 4, 12 maksimal alat 8,35 kg 100 150

Metrik 6 dan metrik 11 merupakan matrik yang harus dipenuhi, terutama metrik mode
fungsional alat (6) yang memiliki nilai kepentingan metrik tertinggi yang berkontradiksi yaitu
16,42% dimana metrik ini harus dapat membuat produk dalam mode berdiri dan berjalan (untuk
sandaran saat berdiri dan berjalan ke kamar mandi), mode duduk (untuk aktivitas mandi dan
BAB pada WC duduk) dan mode jongkok karena produk ini juga ditargetkan dapat digunakan
untuk WC jongkok. Sementara itu metrik beban maksimal alat (11) menuntut alat aman saat
digunakan untuk menopang beban dari tubuh pengguna. Berdasarkan perbandingan produk
sejenis, produk dituntut dapat menopang beban dari 100 hingga 136 kg. Usaha yang dilakukan
dalam proses perancangan produk untuk dapat memenuhi kedua metrik tersebut akan
berkontradiksi dengan meningkatnya metrik 5, 9 dan 10 produk yang seharusnya dimensi
maksimal alat, dimensi alat terlipat dan berat alat dibuat seringkas dan seringan mungkin karena
konsep produk yang dirancang adalah portabel dan mudah dibawa bepergian.

29
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

Strategi mengatasi kontradiksi tersebut, metode TRIZ digunakan untuk memberikan


solusi memenuhi metrik 6 dan 11 dengan tetap mempertahankan dimensi maksimal dan terlipat
produk agar tetap ringkas serta berat produk agar seringan mungkin dengan optimal.
Permasalahan kontradiksi digeneralisasi dalam 39 parameter teknis sehingga diperoleh 5
parameter teknis yang ditunjukan pada Tabel 5. Selanjutnya 5 parameter teknis (engineer
parameter) yang diperoleh dimasukan dalam Matriks Kontradiksi TRIZ untuk memperoleh
solusi general yang ditunjukan pada Tabel 6.
Tabel 5. Generalisasi Masalah Kontradiksi Kedalam 39 Parameter Teknis TRIZ
No No Engineer
Metrik Target Engineer Parameter
Metrik Parameter
6 Mode fungsional maksimalkan 12 Shape
Dimensi maksimal
5 minimalkan
alat Length of a mobile
3
Dimensi alat object
9 minimalkan
terlipat
Weight of a mobile
10 Berat alat minimalkan 1
object
Beban maksimal 11 Tension/Pressure
11 maksialkan
alat 14 Strength

Matriks kontradiksi Tabel 6 dari 5 parameter teknis menghasilkan 18 invention principles


(IP) yaitu nomor 1, 3, 4, 8, 9, 10, 14, 15, 18, 27, 28, 29, 30, 34, 35, 36, 37 dan 40. Hasil evaluasi
18 invention principles tersebut diperoleh 7 invention principles yang relevan terhadap
permasalahan kontradiksi pada proses perancangan ini yaitu invention principles nomor 1, 4,
14, 15, 3, 8 dan 40 dengan 11 solusi spesifik yang ditunjukan pada Tabel 7.
Proses mendesain konsep-konsep produk diawali memodelkan prinsip kerja alat bantu
mandi tuna daksa bagian bawah dalam model kotak hitam dengan input, proses dan output.
Sistem kerja alat ialah merubah dari mode normal (digunakan) menjadi mode terlipat (portabel)
untuk dibawa bepergian dengan input tenaga dari otot pengguna, proses pelipatan dan output
alat terlipat. Proses model kotak hitam merupakan permasalahan yang hendak dicari solusinya
pada proses perancangan ini. Model kotak hitam ditunjukan pada Gambar 2.
Tahap perancangan selanjutnya menjabarkan proses model kotak hitam menjadi kotak
transparan yang berisi sub-sub masalah pada Gambar 3. Kotak transparan menjelaskan secara
detail proses alat menerima input dan menghasilkan output. Proses kerja alat untuk merubah
alat dari kondisi digunakan menjadi terlipat ialah menerima input tenaga otot pengguna untuk
mebuka pengunci dan melipat masing-masing sumbu X, Y dan Z dengan mekanisme tertentu,
lalu mengunci kembali masing-masing sistem pelipat. Masing-masing sistem pelipat dan
pengunci pada setiap sumbu ialah sub-sub masalah yang solusinya akan digali untuk dijadikan
solusi konsep melalui sumber pencarian eksternal (wawancara pengguna utama, konsultasi
pakar, paten, hasil publikasi dan analisis produk sejenis) dan internal (pengetahuan dan
kreativitas dari tim perancangan). Hasil penggalian solusi konsep diperoleh berbagai solusi
konsep yang ditunjukan pada Tabel 8.

30
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

Tabel 6. Analisis Parameter Teknis pada Matriks Kontradiksi TRIZ

Tabel 7. Hasil Evaluasi Invention Principles dan Solusi TRIZ


Invention Tujuan
No
Principles Solusi TRIZ Menurunk Meningkatk
IP (IP) an an
Membagi objek/sistem menjadi bagian-bagian
1 Segmen- tersendiri.
tation
Membuat objek/sistem mudah untuk membongkar.
Menggunakan bagian bujur sangkar/permukaan
Spheroidali Dimensi Mode
14 ty melengkung untuk menggerakan objek berbentuk alat terlipat fungsional
kubus/simetris ke bentuk melengkung.
Membagi objek/sistem menjadi bagian-bagian
15 Dynamics mampu melakukan kerjasama terhadap satu sama
lain.
Beban maks
Berat alat alat
Local Buatlah setiap bagian dari objek/fungsi sistem
3 Dimensi
Quality dalam kondisi paling cocok untuk operasi. Mode
maksimal
fungsional
alat
Untuk menyeimbangkan berat/beban suatu
8 Anti Weight Beban
objek/sistem dengan objek/sistem yang lain.
Berat alat maksimal
Composite Perubahan terhadap beberapa bahan baku yang alat
40
Material digunakan.

Gambar 2. Model Kotak Hitam Produk Gambar 3. Model Kotak Transparan Produk

31
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

Tabel 8. Hasil Pencarian Solusi Konsep Secara Eksternal dan Internal


Mekanis Mekanisme Mekanis- Mekanisme Mekanis- Mekanisme
No - me pengunci sumbu me pengunci sumbu me pengunci
pelipat X pelipat Y pelipat sumbu Z
sumbu X sumbu Y sumbu Z
1 Sliding Snap lock Sliding Snap lock Sliding Snap lock
2 Link Ball lock Link Ball lock Link Ball lock
3 Pin lock Pin lock Pin lock
4 Thread lock Thread lock Thread lock
5 Spring lock Spring lock Spring lock
6 Flexible plate Flexible plate Flexible plate
lock lock lock

Tabel 8 menunjukan berbagai solusi konsep setiap sub masalah yang selanjutnya
dievaluasi feasibilitasnya untuk saling dikombinasikan. Mekanisme pelipat model link (engsel)
mempunyai karakteristik mengurangi dimensi pada 1 sumbu namun menambah dimensi sumbu
lainnya, sehingga tidak dapat digunakan pada 2 atau 3 sumbu sekaligus. Mekanisme pelipat
model sliding tidak menambah dimensi sumbu lain saat digunakan, namun pengurangan
dimensi mekanisme ini tidak terlalu signifikan. Berkaitan dengan hal tersebut untuk
memperoleh pengurangan dimensi yang optimal maka mekanisme model link digunakan pada
sumbu Z karena mekanisme ini lebih kuat untuk menyangga beban pengguna saat digunakan
sehingga mekanisme sliding pada sumbu Z dieliminasi. Pada sumbu X dan Y karena mekanisme
link sudah digunakan di sumbu Z, maka yang memungkinkan masing-masing menggunakan
mekanisme sliding karena sumbu X dan Y tidak menyangga beban pengguna saat digunakan
dan pengurangan dimensi pada kedua sumbu ini tidak dituntut terlalu signifikan sehingga
mekanisme pelipat model link pada kedua sumbu ini dapat dieliminasi.
Solusi konsep mekanisme pengunci, snap lock lebih diperuntukan untuk mengunci
mekanisme model pintu dan tidak feasibel diaplikasikan pada mekanisme pelipat sehingga dapat
dieliminasi. Pengunci model thread lock tidak praktis digunakan untuk mengunci mekanisme
sliding terutama mekanisme sliding yang terdiri dari beberapa ruas karena memerlukan waktu
yang relatif lama untuk memutar ulir, sehingga mekanisme ini hanya cocok digunakan pada
mekanisme pelipat model link. Mekanisme pengunci model spring lock memerlukan ruang lebih
dalam penempatannya untuk mengunci mekanisme pelipat, sehingga pada pelipat model sliding
terutama yang terdiri dari beberapa ruas akan tidak compact jika diaplikasikan.
Mekanisme pelipat model link tidak dapat dikunci dengan pengunci model flexible plate
lock karena mekanisme pengunci ini khusus untuk mekanisme sliding. Pengunci model ball lock
tidak feasibel diaplikasikan pada pelipat model link karena tidak mampu menahan beban geser
besar pada mekanisme sliding. Mekanisme pengunci pin lock diaplikasikan pada mekanisme
pelipat model link, namun pengunci pin lock berpotensi terlepas saat digunakan di sumbu Z
karena beban yang diterima oleh sumbu ini. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, maka
calon solusi dari setiap sub masalah yang feasibel untuk diaplikasikan ditunjukan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Evaluasi Calon Solusi Sub Masalah


No Mekanisme Mekanisme Mekanisme Mekanisme Mekanisme Mekanisme
pelipat pengunci pelipat pengunci pelipat pengunci
sumbu X sumbu X sumbu Y sumbu Y sumbu Z sumbu Z
1 Sliding Ball lock Sliding Ball lock Link Thread lock
2 Pin lock Pin lock Spring lock
3 Flexible plate Flexible plate
lock lock

32
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

Berdasarkan hasil evaluasi pada Tabel 9, selanjutnya calon solusi dari masing-masing sub
masalah dikombinasikan menjadi 12 solusi konsep yang ditunjukan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Kombinasi Konsep


Mekanisme Mekanisme Mekanisme Mekanisme
Mekanisme Mekanisme
No pelipat sb pelipat sb pelipat sb pengunci
pengunci sb X pengunci sb Y
X Y Z sb Z
1 Sliding Ball lock Sliding Ball lock Link Thread lock
2 Sliding Ball lock Sliding Ball lock Link Spring lock
3 Sliding Ball lock Sliding Pin lock Link Spring lock
4 Sliding Ball lock Sliding Pin lock Link Thread lock
5 Sliding Pin lock Sliding Flexible plate Link Thread lock
lock
6 Sliding Pin lock Sliding Flexible plate Link Spring lock
lock
7 Sliding Pin lock Sliding Ball lock Link Spring lock
8 Sliding Pin lock Sliding Ball lock Link Thread lock
9 Sliding Flexible plate Sliding Pin lock Link Thread lock
lock
10 Sliding Flexible plate Sliding Pin lock Link Spring lock
lock
11 Sliding Flexible plate Sliding Flexible plate Link Spring lock
lock lock
12 Sliding Flexible plate Sliding Flexible plate Link Thread lock
lock lock

Proses selanjutnya, 12 kombinasi solusi masalah dimasukan sebagai input matriks seleksi
proses penyaringan konsep. Proses penyaringan konsep bertujuan menyeleksi beberapa konsep
yang lebih baik dengan menggunakan beberapa kriteria penyaringan meliputi; kemudahan
penggunaan, durabilitas, ke-compact-an alat, biaya manufaktur dan kemudahan manufaktur.
Proses penyaringan konsep membandingkan masing-masing kriteria penilaian dengan produk
referensi yaitu produk “Pano Lightweight Wheeled Walker (WA01071)”, kemudian diberikan
nilai “+” jika lebih baik, “0” jika setara dan “-“ jika lebih buruk. Hasil peyaringan konsep
ditunjukan pada Tabel 11 yang mana diperoleh konsep 6, 10 dan 11 memperoleh nilai tertingi
dan akan dijadikan input untuk proses penilaian konsep.

Tabel 11. Hasil Penyaringan Konsep


Refe Konsep
Kriteria -
penyaringan 1 1
rensi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12
0 1
Kemudahan
0 0 + + 0 0 + 0 0 0 + + 0
penggunaan
Durabilitas 0 - 0 0 0 + + 0 0 + + + +
Ke-compact-an alat 0 + + + + + + + + + + + +
Biaya manufaktur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kemudahan 0 - - - - - - - - - - - -
manufaktur

Jumlah (+) 0 1 2 2 1 2 3 1 1 2 3 3 2
Jumlah (0) 5 2 2 2 3 2 1 3 3 2 1 1 2

33
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

Jumlah (-) 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Nilai akhir 0 -1 1 1 0 1 2 0 0 1 2 2 1
Peringkat 3 4 2 2 3 2 1 3 3 2 1 1 2
tid tid tid tid tid tid tid tid tid
Lanjutkan ? tidak ya ya ya
ak ak ak ak ak ak ak ak ak

Proses penilaian konsep dilakukan dengan kriteria penilaian lebih spesifik dan terdapat
bobot pada setiap sub kriteria. Sub kriteria penilaian ditentukan dengan mendetailkan setiap
kriteria penilaian dari matriks penyaringan konsep dan memberikan bobot untuk masing-masing
sub kriteria penilaian. Penilaian konsep dilakukan dengan membandingkan setiap kombinasi
konsep dengan konsep referensi dan meberikan nilai 1 bila konsep yang dinilai sangat buruk
dibandingkan referensi, 2 jika lebih buruk, 3 jika sama, 4 jika lebih baik dan 5 jika sangat lebih
baik. Setelah semua kombinasi konsep ternilai, selanjutnya setiap nilai dikalikan dengan bobot
per sub kriteria hingga diperoleh nilai bobot setiap sub kriteria pada ketiga kombinasi konsep.
Nilai bobot setiap kombinasi konsep selanjutnya dijumlahkan hingga diperoleh nilai total dari
setiap kombinasi konsep yang kemudian diberikan peringkat mulai dari nilai tertinggi hingga
terendah. Kombinasi konsep dengan nilai tertinggi yaitu konsep 11 merupakan konsep terpilih
yang dijadikan sebagai solusi konsep (Tabel 13).

Tabel 12. Hasil Penilaian Konsep


Bobot Bobot Konsep
per per 6 10 11
No Kriteria penilaian sub
kriteri kriteri Ni- Nilai Ni- Nilai Ni- Nilai
a (%) a lai bobo t lai bobot lai bobo
t
1 Kemu- Waktu melipat 8 3 24 4 32 5 40
dahan Kemudahan membuka 6 3 18 4 24 5 30
pengg kunci / mengunci 20
u- Kemudahan berganti 6 3 18 4 24 5 30
naan mode
2 Dura- Ketahanan terhadap aus 6 4 24 4 24 3 18
bilitas Ketahamam pengunci 15 9 4 36 4 36 3 27
3 ke- Besar dimensi terlipat 20 3 60 3 60 4 80
com- Besar dimensi saat 30 10 3 30 3 30 4 40
pact- digunakan
an alat
4 Biaya Biaya material 10 3 30 3 30 3 30
manu- Biaya permesinan 5 4 20 4 20 3 15
faktur Biaya komponen standar 25 5 3 15 3 15 4 20
Biaya perakitan 5 3 15 3 15 4 20
5 Kemu- Kemudahan perakitan 5 3 15 3 15 4 20
dahan Kemudahan permesinan 10 5 4 20 4 20 3 15
manu-
faktur
Nilai total 325 345 385
Peringkat 3 2 1
Lanjutkan ? tidak tidak ya

Konsep 11 yang merupakan solusi konsep mempunyai spesifikasi yang ditunjukan pada
Tabel 13. Proses perancangan dalam memilih konsep alat tidak ditemukan kontradiksi desain,
sehingga metode TRIZ tidak perlu digunakan pada tahapan tersebut untuk mengatasi
kontradiksi. Secara keseluruhan dari hasil perancangan dalam penelitian ini, diperoleh beberapa
informasi sebagai input dalam proses pemodelan secara 3 dimesi pada tahap perancangan
selanjutnya meliputi informasi tentang; daftar metrik yang berisi spesifikasi alat dengan nilai

34
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

kepentingan setiap atribut dan spesifikasi serta target dalam nilai ideal dan marginal (Tabel 4),
Solusi TRIZ untuk mengatasi kontradiksi yang terbentuk diantara spesifikasi produk agar dapat
mencapai target yang diinginkan (Tabel 7) dan hasil solusi konsep produk yang berisi konsep
prinsip kerja produk dalam melakukan fungsinya saat digunakan (Tabel 13).
Tabel 13. Hasil Solusi Konsep Produk
Nama konsep solusi masalah: Konsep 11
Mekanisme pelipat sumbu X Sliding
Mekanisme pengunci sumbu X Flexible plate lock
Mekanisme pelipat sumbu Y Sliding
Mekanisme pengunci sumbu Y Flexible plate lock
Mekanisme pelipat sumbu Z Link
Mekanisme pengunci sumbu Z Spring lock

Tahapan perancangan selanjutnya adalah memodelkan hasil perancangan produk alat


bantu mandi tuna daksa bagian bawah dalam model 3 dimensi. Pemodelan dilakukan dengan
software Autodesk Inventor untuk mengevaluasi kembali hasil perancangan dari sisi teknis,
desaik, fungsional dan feasibilitas realisasinya. Hasil pemodelan 3 dimensi produk ditunjukan
pada Gambar 4.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4. Hasil Pemodelan 3 Dimensi Produk (A) Mode Kloset Duduk, (B) Mode Kloset Jongkok 1,
(C) Mode Kloset Jongkok 2, (D) Mode Terlipat
Pembahasan
Perancangan alat bantu mandi dan aktifitas toilet tunadaksa bagian bawah menghasilkan
desain yang didasari kebutuhan pengguna dengan pertimbangan prioritas tingkat kepentingan
setiap kebutuhan (Tabel 1). Setiap kebutuhan pengguna diterjemahkan menjadi spesifikasi dan
target alat (Tabel 4) sehingga dapat digunakan sebagai acuan pembuatan desain produk bersama
dengan hasil penilaian konsep terbaik (Tabel 13) dan setelah dimodelkan dalam model 3 dimensi
diperoleh desain produk yang ditunjukan pada Gambar 4. Pemodelan 3 dimensi menghasilkan
desain produk alat bantu yang portabel karena dapat dilipat untuk meminimalkan dimensi alat
ketika tidak digunakan atau dibawa bepergian oleh tunadaksa bagian bawah untuk mendukung
aktifitasnya. Hasil pemodelan 3 dimensi alat mempunyai dimensi maksimal 507x588x963 mm
(PxLxT) dan dimensi terlipat 215x146x265 mm (PxLxT) yang mana berdasarkan pemodelan 3
dimensi dengan mempertimbangkan berbagai hal teknis dalam proses perancangan, masih dapat

35
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

memenuhi nilai spesifikasi dan target alat pada nilai marginal (nilai toleransi yang masih
diijinkan). Dimensi maksimal alat menunjukan bahwa alat bantu masih dapat masuk dengan
mudah pada pintu kamar mandi secara umum. Hasil mekanisme pelipat ini mampu mereduksi
dimensi maksimal alat sebesar 58% untuk panjang, 75% untuk lebar dan 62% untuk tinggi alat
dalam kondisi terlipat. Hal ini menunjukan bahwa dalam keadaan terlipat, alat bantu dapat
dimasukan kedalam koper kabin dengan ukuran terbesar yang masih diijinkan untuk bepergian
dengan pesawat dengan dimensi koper 360x230x530 mm (PxLxT). Pemodelan 3 dimensi
berdasarkan hasil perancangan memuat fungsi alat untuk dapat digunakan pada model kloset
duduk dan jongkok saat digunakan membantu aktifitas buang air besar tunadaksa bagian bawah.
Fungsi alat bantu saat digunakan pada kloset jongkok terdapat dua pengaturan ketinggian alat
bantu mengingat kondisi ketinggian kloset jongkok di berbagai tempat yang berbeda-beda
(Gambar 4 (a) dan (b)), sehingga dapat mengakomodasi kondisi tersebut.
Hasil desain pada perancangan ini menunjukan bahwa penerapan fitur alat dapat dilipat
dan digunakan pada kloset jongkok memperbaiki kekurangan perancangan alat bantu yang telah
dilakukan sebelumnya (Damayanti et al., 2016) yang belum mempunyai kedua fitur terebut.
Desain alat model 3 dimensi menggunakan material alumunium pada rangka alat dan material
plastik PVC pada bagian tempat duduk pengguna dengan kontur kasar agar tidak licin saat
digunakan dan mudah dikeringkan setelah digunakan. Aplikasi material pada model 3 dimensi
terebut membuat alat tetap ringan untuk digunakan dan dibawa bepergian dengan berat 4,7 kg
(masuk dalam toleransi nilai marginal Tabel 4). Alas bagian alat bantu dilengkapi dengan
material karet sesuai yang memenuhi spesifikasi hasil perancangan agar tidak mudah terpelesat
saat digunakan di kamar mandi.
Proses perancangan ini menggunakan bantuan metode TRIZ untuk mengatasi kontradiksi
yang timbul antar spesifikasi dan target dan menimbulkan trade-off. Penggunaan metode TRIZ
terbukti dapat memberikan solusi (7 solusi, Tabel 7) yang berguna dan relevan untuk
diaplikasikan dalam memaksimalkan desain alat agar dapat memenuhi spesifikasi dan target
yang terbentuk pada perancangan ini dengan optimal. Sebagai contoh dalam menurunkan
dimensi alat terlipat namun tetap memenuhi mode fungsional alat (membantu berdiri dan
berjalan, duduk dan jongkok) dengan baik, metode TRIZ memberikan solusi pada desain alat
untuk membagi komponen menjadi bagian-bagian tersendiri dan mudah dibongkar/digerakan,
sehingga solusi ini dapat secara optimal meminimalkan dimensi alat saat dilipat. Contoh lain,
untuk meminimalkan berat alat namun tetap kuat metode TRIZ memberikan solusi untuk
menyesuaikan material yang ringan namun tetap kuat dalam menahan beban saat digunakan,
sehingga digunakan material alumunium untuk memenuhi tuntutan tersebut serta menambah
keuntungan lain yaitu material ini tidak berkarat walaupun sering terkena air saat digunakan
dalam jangka panjang.

Kesimpulan
Kesimpulan pada perancangan ini ialah diperoleh desain alat bantu mandi dan aktifitas
toilet bagi tunadaksa bagian bawah dalam model 3 dimensi (Gambar 4) yang dirancang
berdasarkan kebutuhan pengguna (Tabel 1) yang diterjemahkan menjadi spesifikasi dan target
produk (Tabel 4) sebagai input perancangan bersama dengan hasil penilaian konsep (Tabel 13).
Pemodelan 3 dimensi dibuat dengan pertimbangan hasil analisis metode TRIZ (Tabel 7)
terhadap beberapa spesifikasi dan target yang saling berkontradiksi sehingga diperoleh hasil
desain yang optimal untuk mewujudkan spesifikasi dan target yang diperoleh dari proses
perancangan ini. Model 3 dimensi yang diperoleh dapat dilipat menjadi dimensi yang lebih
ringkas untuk dibawa bepergian dan dapat dimasukan pada koper dengan ukuran yang masih

36
Science Tech: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Volume: 7, No. 2, Bulan Agustus, hal. 22-38

diijinkan untuk masuk pada bagasi pesawat. Selain itu hasil model 3 dimensi alat bantu selain
dapat digunakan pada kloset duduk juga memungkinkan digunakan pada kloset jongkok dengan
2 pilihan pengaturan ketinggian alat sesuai dengan kondisi kloset jongkok yang digunakan.
Hasil rancangan alat bantu mandi dan aktifitas toilet bagi tuna daksa bagian bawah pada
perancangan ini masih berupa informasi desain dan model 3 dimensi. Pada tahap penelitian
selanjutnya informasi hasil perancangan dan model 3 dimensi dapat dilanjutkan ke tahap
prototyping dan dilakukan pengujian kepada pengguna secara riil untuk memperoleh masukan
yang bermanfaat untuk pengembangan alat selanjutnya.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
melalui Lembaga LP3M yang telah membiayai penelitian ini, penyandang tunadaksa dan
keluarga serta pihak BRTPD (Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas) yang telah
membantu dan bersedia sebagai responden serta berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu yang telah berperan dan membantu dalam penelitian dan publikasi ini.

Daftar Pustaka
Alʹtshuller, G. S. (1999). The Innovation Algorithm: TRIZ, Systematic Innovation and Technical
Creativity. Technical Innovation Center, Inc.
Arsyad, M., & Anzarih, A. M. (2018). Perancangan dan Pembuatan Kursi Penderita Cereblal
Palsi. Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M).
Damayanti, A., Yunidar, D., & Sadika, F. (2016). Perancangan Sarana Kegiatan Eliminasi
Untuk Penyandang Difabel Kaki Dengan Studi Kasus Pada Kamar Mandi Rumah Tinggal.
EProceedings of Art & Design, 3(1).
Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Terhadap Penghindaran Pajak Di
Perusahaan Manufaktur, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Griffin, A., & Hauser, J. R. (1993). The Voice of The Customer. Marketing Science, 12(1), 1–
27.
Guilford, J. P. (1950). Fundamental Statistics in Psychology and Education.
Gutama, T. A., & Setyaningsih, R. (2016). Pengembangan Kemandirian bagi Kaum Difabel.
Jurnal Sosiologi DILEMA, 31(1), 42–52.
Indonesia. (2017). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas. Manuscript.
Junianto, A. D., & Kuswanto, D. (2018). Desain Kaki Palsu untuk Membantu Aktivitas Berjalan
Pada Tuna Daksa Transtibial dengan Menggunakan Rapid Prototyping dan Reverse
Engineering. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 7(1), 15–18.
Kerlinger, F. N. (1966). Foundations of Behavioral Research.
McDowell, I. (2006). Measuring Health: A Guide to Rating Scales and Questionnaires. Oxford
University Press, USA.
Nurhayati, Emmy. (2017). Aplikasi Metode Quality Function Deployment dalam
Pengembangan Desain Alat Bantu Makan Bagi Penderita Tuna Daksa. Science Tech, 3(1),
37–45.
Nurhayati, Eti. (2018). Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi Inovatif (Vol. 2). Pustaka
Pelajar.
Putra, H. E., & Noya, S. (2018). Perancangan dan Pengembangan Connector Wheelchair
Sebagai Alat Bantu Tuna Daksa. Productum: Jurnal Desain Produk (Pengetahuan Dan
37
Patrisius Edi Prasetyo, Agustinus Eko Susetyo dan Dyah Ari Susanti, Perancangan Alat Bantu …

Perancangan Produk), 3(4), 119–124.


Rahman, M. (2017). Rancang Bangun Prostesis Lengan untuk Tunadaksa pada Bawah Siku
(Amputasi Transradial). Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ri, K. K. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Bakti Husada Jakarta.
Ulrich, K. T. & E. (2012). The Product Design and Development Process. In Reliable Design of
Medical Devices, Third Edition. https://doi.org/10.1201/b12511-5
Umum, K. P. (1998). Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 468/KPTS/1998 tentang
Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum.

38

You might also like