Professional Documents
Culture Documents
Artikel SPI-Kelompok 9
Artikel SPI-Kelompok 9
Abstract:
This article discusses the use of the simulation method in learning the history of Islamic
civilization. The simulation method is a learning approach that involves students in direct
experience imitating certain situations or events. In the context of learning the history of Islamic
civilization, the simulation method has great potential to help students understand the historical
context, develop analytical skills, and gain a deeper understanding of Islamic civilization. This
article will discuss the important role of the teacher in implementing the simulation method.
Teachers need to act as facilitators, providing guidance and feedback to students, and
stimulating discussion that encourages critical thinking and reflection.
To apply the simulation method in learning the history of Islamic civilization, it is important for
educators to design authentic scenarios, provide appropriate resources, and engage students in
post-simulation reflection and discussion. In addition, proper evaluation is also needed to
measure students' understanding and achievement after using the simulation method. Overall,
the application of the simulation method in learning the history of Islamic civilization can
increase students' understanding, engagement, and interest in history. This method provides an
interactive and immersive learning experience, enabling students to understand the
complexities of Islamic civilization through direct experience
In order to apply the simulation method in learning the history of Islamic civilization, it is
important for educators to design authentic scenarios, provide appropriate resources, and
involve students in post-simulation reflection and discussion. In addition, proper evaluation is
also needed to measure students' understanding and achievement after using the simulation
method. Overall, the application of the simulation method in learning the history of Islamic
civilization can increase students' understanding, engagement, and their interest in history. This
method provides an interactive and immersive learning experience, enabling students to
understand the complexities of Islamic civilization through hands-on experience.
Keyword: Simulation Method, History of Islamic Civilization
Abstrak
Artikel ini membahas penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran sejarah peradaban
Islam. Metode simulasi adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pengalaman langsung yang meniru situasi atau kejadian tertentu. Dalam konteks pembelajaran
sejarah peradaban Islam, metode simulasi memiliki potensi besar untuk membantu siswa
memahami konteks sejarah, mengembangkan kemampuan analisis, dan memperoleh
pemahaman yang lebih dalam tentang peradaban Islam. Artikel ini akan membahas peran
penting guru dalam menerapkan metode simulasi. Guru perlu bertindak sebagai fasilitator,
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada siswa, dan merangsang diskusi yang
mendorong pemikiran kritis dan refleksi.
Untuk menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran sejarah peradaban Islam, penting bagi
pendidik untuk merancang skenario otentik, menyediakan sumber daya yang sesuai, dan
melibatkan siswa dalam refleksi dan diskusi pascasimulasi. Selain itu, evaluasi yang tepat juga
diperlukan untuk mengukur pemahaman dan pencapaian siswa setelah menggunakan metode
1
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam
PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari pendidikan nasional, sistem pelatihan guru sangat penting dan memiliki
peran yang sangat strategis. Pada dasarnya, menjalankan proses pelatihan dan berhasil dalam semua
aspek tahapan. Setiap pengajaran juga ditentukan oleh guru dan kebutuhan bahan pendukung lainnya .
Kualitas guru berdampak pada kualitas pendidikan yang rendah, khususnya di bidang pembelajaran,
dan seseorang mengusahakan pekerjaan mereka dengan baik. Sekolah menggunakan satu metode yang
tidak efektif untuk waktu yang lama.
Menurut Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003, belajar adalah suatu proses dimana siswa
berinteraksi dengan guru dan sumber belajar di lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses yang
dirancang oleh guru dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir
mereka, dan memperoleh pengetahuan baru untuk meningkatkan kontrol topik mereka.
Dalam konteks pendidikan formal, hubungan antara berbagai aspek pembelajaran terjadi ketika
kita memperhatikan dengan seksama proses pengajaran. Ini melibatkan peran guru, materi atau topik
yang diajarkan, dan siswa. Interaksi antara ketiga komponen ini melibatkan penggunaan sarana dan
prasarana seperti metode pengajaran, media yang digunakan, dan pengaturan lingkungan belajar. Hal
ini bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya
Harapan setiap guru adalah agar semua informasi yang disampaikannya dapat dipahami,
diterima, dan dikuasai oleh siswa-siswanya. Sikap dan nilai-nilai, termasuk moralitas, tercermin dalam
upaya tersebut. Dengan menggunakan berbagai metode pengajaran yang didasarkan pada pemahaman
mendalam guru, minat guru dapat ditingkatkan dan motivasi belajar siswa dapat dipicu, sehingga
meningkatkan hasil belajar mereka. Guru dapat mengundang partisipasi siswa, merancang kegiatan,
dan memberikan kesempatan kepada mereka. Siswa-siswa diharapkan untuk aktif berpartisipasi,
mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan,
berbicara, serta terlibat dalam berbagai kegiatan lainnya.
Motivasi merupakan faktor yang memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan psikologis
seseorang dengan maksud mendorong mereka untuk melakukan suatu tindakan. Dalam konteks
kegiatan belajar, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal yang ada dalam diri siswa yang
membangkitkan semangat dan mengarahkan aktivitas belajar menuju pencapaian tujuan. Peran
motivasi dalam proses pembelajaran sangat signifikan bagi guru dan siswa. Bagi guru, memotivasi siswa
untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat belajar mereka sangatlah penting. Sementara bagi
siswa, mendapatkan motivasi baik dari sumber internal maupun eksternal juga memiliki peranan
penting dalam membantu mereka meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik.
Sejarah Peradaban Islam Ini adalah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam mengingat masa lalu. Sejarah Peradaban Islam mengajarkan
kepada siswa tentang sejarah peradaban Islam sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman yang
obyektif dan sistematis dari perspektif sejarah.
Materi Sejarah Peradaban Islam sangat kompleks dan membutuhkan pemahaman dan analisis
yang baik saat dipelajari. Hal ini jelas dipengaruhi oleh jenis pendekatan yang digunakan oleh guru.
Selain itu, pendekatan tersebut akan meningkatkan wawasan siswa dan daya pikir mereka, yang
memungkinkan peningkatan kecerdasan siswa. Tujuan belajar tentang Sejarah Peradaban Islam dapat
dicapai dengan baik jika metode pengajarannya dipilih dengan benar. Proses pembelajaran yang efektif
memungkinkan siswa menguasai materi tersebut.
Pilihan pembelajaran pendekatan menjadi salah satu komponen yang mendukung keberhasilan
belajar mengajar sesuai dengan fitur yang ada. Karakter dan tujuan setiap mata pelajaran sangat
penting, dan ada metode yang berbeda antara objek dan satu pelajaran (Subandriyo & Faishol,2019).
2
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.
Model pembelajaran bisa membantu peserta didik memahami materi, yang paling utama memahami
konsep, hingga mereka dapat memahami dengan lebih baikUntuk memperoleh pengalaman belajar
yang efektif, Siswa diharapkan berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pendidikan sebaiknya tidak
hanya sebatas mendengar dan menghargai upaya siswa, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri
mereka dan memotivasi mereka. Siswa seharusnya dapat menyuarakan ide dan pendapat mereka, dan
guru hanya perlu menghargai pandangan mereka.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan sebagaimana instruksi dari dosen yang bersangkutan yaitu
dengan menggunakan metode Copy Paste Halal. Metode ini mengemukakan pendapat dari berbagai
sumber terpercaya, baik itu jurnal ataupun buku yang beredar di internet. Metode ini dinamanakan
sebagai metode halal yaitu dengan beberapa syarat yang harus diperhatikan, seperti copy paste yang
tidak boleh semuanya atau hanya boleh meng-copy Sebagian saja. Dari sini nantinya akan digabungkan
berbagai kutipan-kutipan dari sumber-sumber lain yang akan menghasilnya pembahasan yang akurat.
3
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam
dengan tujuan pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan semua panca indera siswa untuk
mengaktifkan pembelajaran yang efektif.
Menurut buku Dr. JJ Hasibuan dan Moedjiono, CBI adalah suatu strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dengan menggunakan model
simulasi yang mendalam. Mereka menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, kita seharusnya
tidak hanya memandang simulasi sebagai tindakan yang sekadar mensimulasikan fakta. Model ini
mampu menggambarkan bagaimana sel-sel tubuh, sel-sel syaraf, dan sel-sel indra-indra manusia
berkomunikasi, menerima, mengolah, dan menciptakan pesan baru yang dikomunikasikan melalui
perilaku atau ucapan. Dengan demikian, simulasi program ini dirancang untuk menggambarkan dan
menampilkan proses komunikasi biologi melalui animasi khusus. Dengan demikian, metode ini dapat
digunakan untuk mewakili simbol atau peralatan yang memperlihatkan proses atau kejadian yang
sebenarnya atau benda secara terbalik.
3. Langkah-Langkah Simulasi
Metode simulasi adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan penggunaan simulasi
komputer atau simulasi berbasis peran untuk menghadirkan pengalaman nyata atau simulasi situasi
tertentu. Berikut adalah beberapa langkah-langkah umum dalam metode simulasi dalam pembelajaran:
1) Tentukan Tujuan Pembelajaran: Identifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui
simulasi. Apakah itu untuk mengembangkan keterampilan praktis, memahami konsep tertentu,
atau menguji pemahaman siswa terhadap suatu topik.
2) Pilih Jenis Simulasi: Pilih jenis simulasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan konteks
pembelajaran. Misalnya, apakah itu simulasi komputer, simulasi peran dengan menggunakan
aktor, atau simulasi fisik dengan menggunakan model atau alat-alat tertentu.
3) Rancang Skenario: Buat skenario simulasi yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Skenario
ini harus menempatkan siswa dalam situasi yang mengharuskan mereka menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari.
4) Persiapkan Materi Pendukung: Persiapkan materi pendukung yang diperlukan untuk simulasi,
seperti petunjuk, panduan, atau bahan bacaan. Pastikan bahwa semua sumber daya yang
diperlukan tersedia untuk siswa sebelum simulasi dimulai.
4
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.
5) Berikan Pengantar: Berikan pengantar kepada siswa tentang simulasi yang akan mereka
lakukan. Jelaskan tujuan, aturan, dan harapan dari simulasi tersebut. Berikan juga informasi
kontekstual yang relevan untuk membantu siswa memahami situasi simulasi.
6) Jalankan Simulasi: Lakukan simulasi sesuai dengan skenario yang telah dirancang. Biarkan
siswa terlibat secara aktif dalam simulasi, berinteraksi dengan sistem simulasi atau sesama
siswa, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari.
7) Amati dan Evaluasi: Amati dan evaluasi partisipasi dan kinerja siswa selama simulasi
berlangsung. Perhatikan bagaimana mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan, dan
catat prestasi atau tantangan yang mereka hadapi.
8) Berikan Umpan Balik: Setelah simulasi selesai, berikan umpan balik kepada siswa tentang
kinerja mereka. Diskusikan pengalaman mereka, temuan yang mereka buat, dan bagaimana
simulasi tersebut relevan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
9) Refleksi dan Diskusi: Ajak siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka dalam simulasi. Buka
diskusi tentang pelajaran yang dipetik, kesulitan yang dihadapi, dan pemahaman yang
diperoleh.
10) Kaitkan dengan Pembelajaran Lanjutan: Terakhir, kaitkan pengalaman simulasi dengan
pembelajaran lanjutan. Bantu siswa menghubungkan konsep dan keterampilan yang dipelajari
melalui simulasi dengan situasi kehidupan nyata atau konteks pembelajaran lainnya.
Langkah-langkah di atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pembelajaran yang
spesifik. Metode simulasi memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif, mendalam,
dan terlibat dalam pembelajaran, sehingga memperkaya pengalaman belajar mereka.
perencanaan yang baik, paling tidak dapat mengantisipasi atau meminimalisir permasalahan-
permasalahan yang nantinya akan muncul, sehingga pembelajaran berjalan normal dan keberhasilan
pembelajaran tercapai.
Metode Simulasi dapat membantu siswa terlibat secara aktif dan memahami konteks sejarah
dengan lebih mendalam, terutama dalam pembelajaran sejarah peradaban Islam. Beberapa metode
simulasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah peradaban Islam telah dijelaskan bersama
dengan beberapa referensi yang dapat membantu, sebagai berikut:
1. Permainan Peran, Siswa dapat berperan sebagai tokoh sejarah penting dalam peradaban Islam,
seperti Khalifah Umar bin Khattab, Siti Aisyah, atau Ibnu Sina. Mereka dapat memainkan
skenario dan mengambil keputusan berdasarkan pemahaman mereka tentang tokoh tersebut.
2. Simulasi Perdagangan, Siswa dapat berpartisipasi dalam simulasi perdagangan yang melibatkan
negara-negara Muslim pada masa lalu, seperti Kekhalifahan Abbasiyah atau Kekaisaran
Utsmaniyah. Mereka dapat memperdagangkan barang-barang seperti rempah-rempah, sutra,
atau keramik, dan mengalami peran penting perdagangan dalam perkembangan peradaban
Islam.
3. Simulasi Pertempuran, Siswa dapat mempelajari tentang pertempuran penting dalam sejarah
Islam, seperti Pertempuran Badar atau Pertempuran Tours. Dengan memainkan peran pasukan
yang terlibat, siswa dapat memahami strategi militer, taktik, dan konsekuensi sejarah dari
pertempuran tersebut.
4. Pameran Sejarah, Siswa dapat bekerja sama untuk membuat pameran tentang peradaban Islam,
memamerkan artefak, karya seni, dan penemuan ilmiah yang penting dalam sejarah Islam.
Mereka dapat belajar tentang keterampilan penyelidikan dan presentasi, serta menghargai
warisan budaya dan ilmiah peradaban Islam.
historiografi, manfaat sejarah, dan tujuan pengajaran sejarah dalam pendidikan. Menurut Kuntowijoyo,
sejarah mencakup semua pengalaman manusia, termasuk peristiwa fisik dan nonfisik yang terjadi
secara berkelanjutan. Peristiwa sejarah itu sendiri melibatkan pemikiran, kata-kata, perasaan, dan
pengalaman manusia. Dalam konteks metodologis, lukisan sejarah berfungsi sebagai penemuan fakta
tentang apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan dan di mana itu terjadi, serta bagaimana hal tersebut
terjadi. Melalui pemahaman sejarah, individu dapat menemukan, mengungkap, dan memahami nilai-
nilai peradaban yang tercermin dalam peristiwa masa lalu, termasuk kelahiran, perkembangan,
kemajuan, kemunduran, dan kehancuran peradaban. Sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai
bukti dalam sejarah masa lampau mencakup relief, monumen, manuskrip, dan berbagai bukti otentik
lainnya. Sumber-sumber sejarah diklasifikasikan berdasarkan bahan, silsilah atau struktur distribusi,
dan tujuan penggunaannya.
Menurut pendidikan Islam, tujuan pengajaran sejarah adalah sebagai berikut.
a. Dalam dunia pendidikan, pendidik dan buku acuannya sebaiknya ditujukan untuk tujuan
mempelajari dan mengambil hikmah dari semua peristiwa sejarah.
b. Merenungkan manifestasi Sunnatullah di berbagai bangsa dan generasi dan bagaimana Tuhan
(peristiwa) beredar di antara manusia. Sunnah ditemui oleh orang-orang dari segala usia karena
Sunnah Allah berbeda-beda sesuai dengan sifatnya. Karena itu kita harus selalu dan di mana pun
berusaha faham dan tanggap terhadap manifestasi sunnah. Contohnya, saat berbicara tentang
kejatuhan, kemenangan, perkembangan atau puncak suatu negara, kita harus mengenali belas
kasih di baliknya.
c. Kajian pengaruh berbagai peristiwa sejarah bagi kemaslahatan umat manusia.
d. Kajian tentang kebijaksanaan dan Kepedulian Tuhan ketika membinasakan kaum penindas
untuk menghibur kaum muslimin yang ditindasnya.
e. Tahu bahwa tujuan kekuasaan, kemenangan dan stabilitas di bumi ini berarti menjunjung tinggi
hukum Tuhan, menciptakan perdamaian dan membasmi korupsi. Negara Islam harus didirikan
atas dasar itu.
f. Setiap peserta didik harus mampu menerapkan sunnah Allah terhadap berbagai peristiwa dan
kejadian sejarah yang dipelajarinya sehingga sangat mempengaruhi pandangannya terhadap
negara dan sejarahnya. Dengan cara ini para murid nantinya relatif bisa menerapkan pandangan
Rabbaniyah mereka. Selain itu, mereka dapat mengekspresikan ide-ide mereka tentang negara
tanpa mengambil jalan pintas atau dilebih-lebihkan.
g. Pengajaran sejarah perlu berperan sebagai upaya untuk memperkuat dan menginspirasi iman,
sehingga para peserta didik merasa bahwa Sang Pencipta adalah Yang Maha Kuasa, Maha Tahu,
Maha Penyayang, dan paling sabar. Dalam konteks ini, pengajaran sejarah menjadi penjelasan
yang logis dan masuk akal mengenai keindahan alam semesta yang dihuni oleh manusia dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berkesinambungan.
Ibnu Khaldun, dalam bukunya Mukhadi Maa, menjelaskan bahwa sejarah berkaitan dengan
masyarakat manusia dan identik dengan peradaban dunia. Sejarah mencakup perubahan yang terjadi
pada hakikat peradaban itu sendiri, seperti kebiadaban, persahabatan, dan solidaritas ("Ashabiyyat").
Revolusi dan pemberontakan oleh satu kelompok orang-orang satu sama lain menyebabkan munculnya
berbagai tingkat kerajaan dan bangsa. Sejarah juga mencakup aktivitas dan posisi orang, baik dalam
sains maupun pertukangan, untuk mencari nafkah. Secara umum, sejarah mencakup segala perubahan
yang terjadi dalam peradaban karena sifat peradaban itu sendiri. Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa
hakikat sejarah meliputi konsep observasi (nazr) dan pencarian kebenaran (turqiq), informasi detail
tentang sebab dan asal usul materi, serta pemahaman tentang alam, hakikat, sebab
2. Definisi Peradaban
Dilihat dari penggunaannya dalam berbagai bahasa, dua kata peradaban dan budaya dapat
mengandung makna yang sama dan makna yang berbeda. Kuntowijoyo tidak memisahkan antara
budaya dan peradaban, tetapi penting untuk memahami gejala budaya dan peradaban. Namun, pada
bahasa inggris dua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda: peradaban ke peradaban dan
budaya ke budaya. Ada juga perbedaan dalam bahasa Arab, kata tsaqofah (budaya), Kata Arab hadlarah
dan tamadun masing-masing mengacu pada kemajuan dan peradaban. Badro Yatim menjelaskan bahwa
7
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam
“peradaban Islam” merupakan terjemahan dari Al-hadharah Al-Islamiyyah, yang lazim diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia sebagai “Budaya Islam” atau kebudayaan Islam. Kata “Budaya” dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta, dimana “budh” berarti akal, dan “Budhi” adalah bentuk jamak
dari “budhaya”. Awalan "ke-" dan akhiran "-an" ditambahkan untuk membentuk kata "kebudayaan".
Berdasarkan teori lainnya, asal usul kata "Budaya" dapat dijelaskan dengan menggabungkan
kata "Budhi" dan "daya". "Budhi" merujuk pada kekuatan spiritual, sementara "daya" merujuk pada
kekuatan fisik. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana seperti yang dikutip oleh Jaih Mubarok, beberapa
pengertian kebudayaan meliputi hal-hal berikut ini:
a) Warisan sosial atau tradisi.
b) Cara hidup, aturan, dan kebiasaan masyarakat.
c) Gaya hidup, norma, dan kebiasaan manusia.
d) Penyesuaian terhadap lingkungan alam.
e) Tindakan individu atau hasil pemikiran rasional.
f) Hasil dari interaksi atau pertemuan antara individu-individu.
3. Definisi Islam
Kalimat "islam" berupa bentuk mashdar dari kalimat aslama-yuslimu-islaman, yang berarti
adalah:
1. Menghapus semua penyakit fisik dan mental
2. Perdamaian dan Keamanan
3. Kepatuhan dan ketaatan.
Islam berarti penyerahan diri atau penyerahan total kepada Allah SWT. Artinya tunduk dan taat
pada ajaran Islam, yang juga mengandung arti tunduk, patuh, dan aman. Menjadi seorang muslim berarti
mampu menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Ini bukan hanya tentang keamanan tetapi juga
tentang menjadi ekonomis. Islam didirikan oleh Nabi Muhammad SAW untuk memastikan bahwa umat
manusia menjalani kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.
8
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.
Inti dari ajaran Islam yang dikenal dengan Rukun Islam yang Lima adalah bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berdoa, bersedekah, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan berikhtiar. menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Istilah "Islam" disebutkan
sebanyak delapan kali dalam Al-Qur'an, dalam Surat Ali-Imran:19 dan 85, Surat Al-Maidah: 3, Surat Al-
An'am: 125, Surat Az-Zumar: 22, As-Saff: 7, Al-Hujurat: 17, dan At-Taubah: 74
Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah kepada seluruh umat manusia melalui Nabi-
Nya Muhammad. Ajaran Islam terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, keduanya
merupakan sumber pedoman terpenting bagi umat Islam dalam menjalani kehidupannya.
Menurut Surah As-Syura dalam Al Quran, terdapat tiga jenis pengumuman yang dapat
diidentifikasi. Pertama, terjadi saat seseorang tiba-tiba memperoleh pemahaman atau pengetahuan
baru yang timbul seperti cahaya yang menyinari batinnya. Kedua, terjadi saat seseorang mengalami
penglihatan atau mimpi yang juga disebut ru'ya atau kasy. Ketiga, terjadi melalui wahyu yang
disampaikan oleh utusan atau malaikat Jibril dan disampaikan dalam bentuk kata-kata. Jenis wahyu
ketiga ini khususnya merujuk kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Hadits Aisyah menjelaskan bahwa Jibril memeluk Nabi Muhammad dengan erat setelah
menyampaikan wahyu kepadanya, dan dia diperintahkan untuk mengulangi apa yang dikatakan Jibril
saat wahyu pertama. Dalam Hadits lain, Nabi menggambarkan berbagai jenis wahyu yang diterimanya,
termasuk ketika Jibril muncul dalam bentuk manusia dan berbicara dengannya, dan ketika petunjuk
datang seperti bunyi genta. Kadang-kadang, Nabi sulit menerima wahyu, tetapi beliau selalu mengingat
apa yang disampaikan.
Islam, sebagai agama terakhir yang diperkenalkan oleh Nabi Ibrahim, memberikan panduan
kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan salah, dengan tujuan
mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Agama ini melengkapi agama-agama
sebelumnya yang dipraktikkan oleh nabi-nabi dan rasul-rasul dari Adam hingga Yesus, yang tersebar di
wilayah Arab. Kemunculan Islam terjadi karena kebutuhan umat manusia akan agama baru yang tidak
mengikuti ajaran-ajaran yang dipersembahkan oleh rasul-rasul sebelumnya. Selama periode 23 tahun,
Nabi Muhammad menerima wahyu dan berdakwah untuk menguatkan prinsip-prinsip Islam. Para
sahabat Nabi dan generasi penerus mereka terus menyebarkan pesan Islam ke seluruh penjuru dunia.
Islam adalah agama yang melengkapkan wahyu ilahi dan memiliki tujuh ciri doktrinal, antara lain:
a. Ajarannya disampaikan dengan jelas, logis, dan efisien,
b. Mengutamakan kesatuan antara materi dan spiritual,
c. Islam memberikan panduan untuk segala aspek kehidupan manusia, meskipun beberapa
panduan bersifat umum,
d. Menyeimbangkan hubungan antara individu dan masyarakat,
e. Mempunyai sifat universal dan kemanusiaan,
f. Menekankan pentingnya ajaran dan perubahan,
g. Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang telah ada selama lima belas abad, dijamin suci dan
aslinya.
9
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam
PENGAPLIKASIAN
Tindakan penerapan metode simulasi disebut juga penerapan metode dilakukan oleh guru
dalam proses pembelajaran di dunia nyata. Untuk menerapkan metode ini, peneliti dibantu oleh seorang
guru sejarah peradaban Islam. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan diri
sebelum menyampaikan materi di kelas untuk memfasilitasi penetapan tujuan, pembelajaran, dan
penilaian.
Salah satu cara untuk mengubah kalimat tersebut adalah: Guru menggunakan metode simulasi,
disebut juga penerapan metode, dalam proses pembelajaran di dunia nyata. Untuk menerapkan metode
ini, peneliti dibantu oleh seorang guru sejarah peradaban Islam. Berdasarkan hasil wawancara, guru
perlu mempersiapkan diri sebelum menyajikan materi di kelas agar lebih mudah menetapkan tujuan,
belajar, dan mengevaluasi.
Tahapan pembelajaran diselesaikan dalam pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan doa, kemudian mengecek kehadiran dan
menjelaskan tujuan dan metode pembelajaran, termasuk simulasi dan pengkondisian.
b. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan metode simulasi, mengubah alur simulasi, memperjelas petunjuk aplikasi,
menghentikan simulasi, dan terlibat dalam diskusi yang menarik untuk menarik kesimpulan.
c. Penutup
Di akhir pembelajaran, guru mendorong siswa untuk berusaha menghilangkan kelemahan dan
mencegah mereka berhenti membaca, terutama dalam hal sejarah peradaban Islam. Seluruh siswa
terlibat dalam proses pembelajaran ini dengan cara yang sangat menyerupai kehidupan nyata.
Proses penelitian terdiri dari tiga tahap:
1) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mempersiapkan diri dengan menyapa siswa, berdoa, dan
mengambil absen.
2) Pada tahap awal, guru menjelaskan teknik simulasi, memfasilitasi simulasi, memberikan
petunjuk pelaksanaan, menyelesaikan simulasi, dan mengadakan diskusi untuk membuat
kesimpulan.
3) Pada akhirnya, guru mendorong untuk meningkatkan pemahaman mereka dan siswa terus
membaca, terutama topik yang terkait, sehingga mereka tidak lagi mengalami kerugian.
Guru pertama-tama menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dan
pada akhirnya siswa merefleksi apa yang telah mereka pelajari. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menilai pemahaman siswa terhadap materi. Pada saat ujian harian, guru mewajibkan siswa
mengumpulkan semua buku yang berkaitan dengan sejarah peradaban Islam. Ujian terdiri dari dua
puluh soal pilihan ganda dan sepuluh soal esai.
Guru menjelaskan tujuan dan hasil yang dicapai siswa pada tahap utama pengulangan kalimat
yang diberikan. Terakhir, siswa melakukan refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari. Pada tahap
ini, tingkat pemahaman siswa terhadap materi dievaluasi. Selama ulangan harian guru, para siswa harus
mengumpulkan semua buku yang berkaitan dengan sejarah peradaban Islam. Ujian terdiri dari dua
puluh soal pilihan ganda dan sepuluh soal esai. Para siswa memiliki waktu 30 menit untuk
menyelesaikan tes dan setelah kertas dikumpulkan, mereka dinilai oleh guru. Nilai di bawah KKM
meningkat, namun setelah dilakukan penilaian tidak ada satupun siswa yang berada di bawah KKM, hal
ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran tatap muka yang digunakan pada ketiga simulasi
tersebut terlaksana dengan baik dan siswa sangat menyukainya.
Namun, belum ada informasi spesifik mengenai hasil belajar siswa yang dibelajarkan Sejarah
Peradaban Islam dengan menggunakan metode simulasi. Mungkin saja ada penelitian yang menyelidiki
hal ini, tetapi tidak ditemukan dalam hasil pencarian.
SIMPULAN
Simulasi dapat digunakan untuk mengajar. Pembelajaran simulasi memungkinkan siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran dan memahami konteks sejarah dengan cara
yang lebih mendalam, seperti bermain peran mengajar. Definisi metode pembelajaran simulasi adalah
“metode pembelajaran yang menggunakan cara untukmenjelaskan sesuatu (materi pembelajaran)
melalui proses simulasi tindakan atau perilaku peniruan atau perilaku bermain peran yang dilakukan
seolah-olah dalam situasi yang sebenarnya”.
Secara etimologis, istilah "syajarah" berasal dari bahasa Melayu dan dapat menggantikan kata
"syajarah" dalam bahasa Arab. Istilah ini memiliki peran penting dalam bahasa Indonesia sejak abad ke-
13 setelah terjadinya akulturasi budaya Indonesia dengan budaya Islam. Istilah tersebut mengacu pada
arti seperti pohon, silsilah, asal usul, babad, tambo, dan tarikh. Dalam bahasa Inggris, istilah "history"
memiliki arti yang sama dengan sejarah. Dalam bahasa Latin dan Yunani, istilah "histori" atau "istore"
digunakan untuk merujuk pada orang bijak. Bahasa Jerman menggunakan istilah "geschichte" yang
berarti "sesuatu yang telah terjadi" dan berasal dari kata "geschehen" yang berarti "terjadi". Sebagai
hasilnya, istilah "sejarah" merujuk pada peristiwa-peristiwa masa lalu.
Ada kemungkinan bahwa istilah "budaya" dan "peradaban" memiliki arti yang sama atau berbeda
tergantung pada penggunaannya dalam berbagai bahasa untuk menggambarkan peradaban dan
kebudayaan. Meskipun Kuntowijoyo tidak membedakan antara budaya dan peradaban, memahami
gejala budaya dan peradaban sangat penting. Namun, dalam bahasa Inggris, istilah "culture" digunakan
untuk merujuk pada budaya, sementara istilah "civilization" digunakan untuk merujuk pada peradaban.
Di dalam bahasa Arab, "tsaqofah" berarti budaya, "Hadlarah" berarti kemajuan, dan "tamadun" berarti
peradaban. Badro Yatim menjelaskan bahwa meskipun istilah bahasa Arab "Al-hadharah Al-Islamiyyah"
memiliki arti "peradaban Islam", istilah tersebut umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sebagai "budaya Islam".
Kata "Islam" berasal dari kata kerja "aslama-yuslimu-islaman" yang memiliki dua makna, yaitu:
Memberantas semua penyakit fisik dan mental.
Perdamaian dan Keamanan.
Pembahasan mengenai pemerintahan Khalifah al-Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah disertakan
untuk membantu pemahaman Ibrah (pelajaran) bagi umat Islam di masa depan.
Metode simulasi digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di dunia nyata. Untuk
menggunakan metode ini, peneliti didampingi oleh seorang guru yang mempelajari sejarah peradaban
Islam. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan diri sebelum menyampaikan
materi di kelas agar pembelajaran, penetapan tujuan, dan penilaian menjadi lebih mudah.
Berikut adalah beberapa penjelasan tentang istilah yang digunakan dalam metode pembelajaran:
a. Kegiatan Pendahuluan dapat diartikan sebagai "Kegiatan Pengenalan" yang merujuk pada
kegiatan awal yang dilakukan pada awal sesi pembelajaran atau pelajaran.
b. Kegiatan Inti dapat diartikan sebagai "Kegiatan Utama".
11
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam
Daftar Pustaka
Hasibuan, & Moedjiono. (2018). Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.
Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Raja Grafindo
Persada.
Sagala, S. (2017). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Alfabeta.
Mualifah, “Pelaksanaan Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Fiqh Pada Siswa Kelas VII MTs Raudhotus
Shibyan Peganjaran Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi Jurusan Tarbiyah PAI STAIN
Kudus, 2010.
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan Nugroho Notosusanto, (Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, 1975), hlm. 27.
Kuntowidjoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 113
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2003. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Siti Maryam, dkk., (Ed). 2003. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. (Yogyakarta:
Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI
Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, cet. ke-5, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm.31.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992),
hlm.9.
Sidi Gazalba. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Ensiklopedi Islam. Jilid 1, 2, 3, 4, 5. Cet. 2. 1997. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Hasibuan, & Moedjiono. (2018). Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2010). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah). Bumi Aksara.
Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Raja Grafindo
Persada.
Sagala, S. (2017). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Alfabeta.
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan masyarakat, Jakarta: Gema Insani
Press, 1995, h. 287-288.
Kuntowijoyo. 1998. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Cet. VIII. Bandung: Mizan.
Jaih Mubarok. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara
12