Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ATTHULAB:

Islamic Religion Teaching & Learning Journal


Volume ... Nomor ... Tahun ...
http://journal.uinsgd.ac.id./index.php/atthulab/

Pengaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam


Azhar Alhuzaipi1),Dede Nurul Aisyah2),Elsa Yopiana Rosa3),
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
1)Email: aalhuzaipi@gmail.com
2)Email: dedenurulaisyah4@gmail.com
3)Email: elsayopianarosa@gmail.com

Abstract:
This article discusses the use of the simulation method in learning the history of Islamic
civilization. The simulation method is a learning approach that involves students in direct
experience imitating certain situations or events. In the context of learning the history of Islamic
civilization, the simulation method has great potential to help students understand the historical
context, develop analytical skills, and gain a deeper understanding of Islamic civilization. This
article will discuss the important role of the teacher in implementing the simulation method.
Teachers need to act as facilitators, providing guidance and feedback to students, and
stimulating discussion that encourages critical thinking and reflection.
To apply the simulation method in learning the history of Islamic civilization, it is important for
educators to design authentic scenarios, provide appropriate resources, and engage students in
post-simulation reflection and discussion. In addition, proper evaluation is also needed to
measure students' understanding and achievement after using the simulation method. Overall,
the application of the simulation method in learning the history of Islamic civilization can
increase students' understanding, engagement, and interest in history. This method provides an
interactive and immersive learning experience, enabling students to understand the
complexities of Islamic civilization through direct experience
In order to apply the simulation method in learning the history of Islamic civilization, it is
important for educators to design authentic scenarios, provide appropriate resources, and
involve students in post-simulation reflection and discussion. In addition, proper evaluation is
also needed to measure students' understanding and achievement after using the simulation
method. Overall, the application of the simulation method in learning the history of Islamic
civilization can increase students' understanding, engagement, and their interest in history. This
method provides an interactive and immersive learning experience, enabling students to
understand the complexities of Islamic civilization through hands-on experience.
Keyword: Simulation Method, History of Islamic Civilization

Abstrak
Artikel ini membahas penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran sejarah peradaban
Islam. Metode simulasi adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pengalaman langsung yang meniru situasi atau kejadian tertentu. Dalam konteks pembelajaran
sejarah peradaban Islam, metode simulasi memiliki potensi besar untuk membantu siswa
memahami konteks sejarah, mengembangkan kemampuan analisis, dan memperoleh
pemahaman yang lebih dalam tentang peradaban Islam. Artikel ini akan membahas peran
penting guru dalam menerapkan metode simulasi. Guru perlu bertindak sebagai fasilitator,
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada siswa, dan merangsang diskusi yang
mendorong pemikiran kritis dan refleksi.
Untuk menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran sejarah peradaban Islam, penting bagi
pendidik untuk merancang skenario otentik, menyediakan sumber daya yang sesuai, dan
melibatkan siswa dalam refleksi dan diskusi pascasimulasi. Selain itu, evaluasi yang tepat juga
diperlukan untuk mengukur pemahaman dan pencapaian siswa setelah menggunakan metode
1
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam

simulasi. Secara keseluruhan, penerapan metode simulasi dalam pembelajaran sejarah


peradaban Islam dapat meningkatkan pemahaman, keterikatan, dan minat siswa terhadap
sejarah. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan mendalam, sehingga
memungkinkan siswa memahami kompleksitas peradaban Islam melalui pengalaman langsung.
Kata Kunci: Metode Simulasi, Sejarah Peradaban Islam

PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari pendidikan nasional, sistem pelatihan guru sangat penting dan memiliki
peran yang sangat strategis. Pada dasarnya, menjalankan proses pelatihan dan berhasil dalam semua
aspek tahapan. Setiap pengajaran juga ditentukan oleh guru dan kebutuhan bahan pendukung lainnya .
Kualitas guru berdampak pada kualitas pendidikan yang rendah, khususnya di bidang pembelajaran,
dan seseorang mengusahakan pekerjaan mereka dengan baik. Sekolah menggunakan satu metode yang
tidak efektif untuk waktu yang lama.
Menurut Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003, belajar adalah suatu proses dimana siswa
berinteraksi dengan guru dan sumber belajar di lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses yang
dirancang oleh guru dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir
mereka, dan memperoleh pengetahuan baru untuk meningkatkan kontrol topik mereka.
Dalam konteks pendidikan formal, hubungan antara berbagai aspek pembelajaran terjadi ketika
kita memperhatikan dengan seksama proses pengajaran. Ini melibatkan peran guru, materi atau topik
yang diajarkan, dan siswa. Interaksi antara ketiga komponen ini melibatkan penggunaan sarana dan
prasarana seperti metode pengajaran, media yang digunakan, dan pengaturan lingkungan belajar. Hal
ini bertujuan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya
Harapan setiap guru adalah agar semua informasi yang disampaikannya dapat dipahami,
diterima, dan dikuasai oleh siswa-siswanya. Sikap dan nilai-nilai, termasuk moralitas, tercermin dalam
upaya tersebut. Dengan menggunakan berbagai metode pengajaran yang didasarkan pada pemahaman
mendalam guru, minat guru dapat ditingkatkan dan motivasi belajar siswa dapat dipicu, sehingga
meningkatkan hasil belajar mereka. Guru dapat mengundang partisipasi siswa, merancang kegiatan,
dan memberikan kesempatan kepada mereka. Siswa-siswa diharapkan untuk aktif berpartisipasi,
mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan,
berbicara, serta terlibat dalam berbagai kegiatan lainnya.
Motivasi merupakan faktor yang memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan psikologis
seseorang dengan maksud mendorong mereka untuk melakukan suatu tindakan. Dalam konteks
kegiatan belajar, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal yang ada dalam diri siswa yang
membangkitkan semangat dan mengarahkan aktivitas belajar menuju pencapaian tujuan. Peran
motivasi dalam proses pembelajaran sangat signifikan bagi guru dan siswa. Bagi guru, memotivasi siswa
untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat belajar mereka sangatlah penting. Sementara bagi
siswa, mendapatkan motivasi baik dari sumber internal maupun eksternal juga memiliki peranan
penting dalam membantu mereka meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik.
Sejarah Peradaban Islam Ini adalah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam mengingat masa lalu. Sejarah Peradaban Islam mengajarkan
kepada siswa tentang sejarah peradaban Islam sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman yang
obyektif dan sistematis dari perspektif sejarah.
Materi Sejarah Peradaban Islam sangat kompleks dan membutuhkan pemahaman dan analisis
yang baik saat dipelajari. Hal ini jelas dipengaruhi oleh jenis pendekatan yang digunakan oleh guru.
Selain itu, pendekatan tersebut akan meningkatkan wawasan siswa dan daya pikir mereka, yang
memungkinkan peningkatan kecerdasan siswa. Tujuan belajar tentang Sejarah Peradaban Islam dapat
dicapai dengan baik jika metode pengajarannya dipilih dengan benar. Proses pembelajaran yang efektif
memungkinkan siswa menguasai materi tersebut.
Pilihan pembelajaran pendekatan menjadi salah satu komponen yang mendukung keberhasilan
belajar mengajar sesuai dengan fitur yang ada. Karakter dan tujuan setiap mata pelajaran sangat
penting, dan ada metode yang berbeda antara objek dan satu pelajaran (Subandriyo & Faishol,2019).
2
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.

Model pembelajaran bisa membantu peserta didik memahami materi, yang paling utama memahami
konsep, hingga mereka dapat memahami dengan lebih baikUntuk memperoleh pengalaman belajar
yang efektif, Siswa diharapkan berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pendidikan sebaiknya tidak
hanya sebatas mendengar dan menghargai upaya siswa, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri
mereka dan memotivasi mereka. Siswa seharusnya dapat menyuarakan ide dan pendapat mereka, dan
guru hanya perlu menghargai pandangan mereka.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan sebagaimana instruksi dari dosen yang bersangkutan yaitu
dengan menggunakan metode Copy Paste Halal. Metode ini mengemukakan pendapat dari berbagai
sumber terpercaya, baik itu jurnal ataupun buku yang beredar di internet. Metode ini dinamanakan
sebagai metode halal yaitu dengan beberapa syarat yang harus diperhatikan, seperti copy paste yang
tidak boleh semuanya atau hanya boleh meng-copy Sebagian saja. Dari sini nantinya akan digabungkan
berbagai kutipan-kutipan dari sumber-sumber lain yang akan menghasilnya pembahasan yang akurat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE SIMULASI
1. Definisi Metode Simulasi
Metode simulasi adalah suatu cara untuk melarang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu
dengan menggunakan situasi yang disimulasikan atau meniru dalam proses pembelajaran. Tujuannya
adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Simulasi dalam praktiknya dapat berupa bermain peran, misalnya, seorang siswi
dapat berperan sebagai ibu atau seorang siswa laki-laki dapat berperan sebagai ayah. Selain itu ,
simulasi juga dapat berlangsung sebagai permainan sandiwara dengan sejumlah orang yang masing-
masing memainkan peran mereka sesuaiskenario tertentu. Setelah itu, simulasi tersebut dianalisis
bersama untuk mengetahui pesan ajaran yang terkandung di dalamnya serta keputusan yang telah Anda
buat.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode pengajaran. Definisi simulasi adalah “metode
pembelajaran yang menggunakan cara untuk menjelaskan sesuatu (materi pembelajaran) melalui
proses simulasi tindakan atau perilaku peniruan atau perilaku bermain peran yang dilakukan seolah-
olah dalam situasi yang sebenarnya.”
Simulasi adalah kegiatan yang menggambarkan situasi nyata dalam proses pembelajaran.
Simulasi digunakan sebagai metode pengajaran untuk merepresentasikan pengalaman belajar dengan
menciptakan situasi tiruan yang memungkinkan pemahaman konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu. Dalam pendekatan pengajaran ini, simulasi berfungsi untuk menjelaskan materi pelajaran
melalui tindakan pura-pura, proses berperan, atau bermain peran yang menirukan perilaku dalam
situasi tertentu. Simulasi pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk meniru kegiatan
atau pekerjaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari atau tanggung jawab yang akan mereka
hadapi di masa lalu atau masa depan. Menurut Hamalik, simulasi mirip dengan latihan, namun tidak
sepenuhnya realistis melainkan hanya mencakup aspek-aspek tertentu. Istilah "simulasi" berasal dari
kata "mensimulasikan" yang berarti berpura-pura atau menyerupai.
Menurut Abu Ahmad, simulasi adalah suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan sebenarnya
dengan menirukan atau melakukan perbuatan yang hanya pura-pura. Tujuannya adalah untuk
membantu siswa memahami dan menirukan peristiwa yang terjadi di dunia nyata saat berpartisipasi
dalam kegiatan simulasi dengan bantuan dari guru. Dengan demikian, simulasi adalah suatu metode
pengajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman yang meniru situasi nyata.
Dalam simulasi, peserta atau pemain membuat skenario yang menyerupai situasi di dunia nyata.
Meskipun sering dikaitkan dengan permainan, ada perbedaan antara keduanya. Dalam permainan,
pemain bermain untuk mengalahkan lawan dan mendapatkan hiburan atau kesenangan. Sementara itu,
simulasi dapat digunakan sebagai pendekatan kelompok pembelajaran yang berfokus pada objek,
bukan kegiatan atau objek nyata, untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Dalam metode
simulasi, siswa dapat diminta untuk berpartisipasi dalam berbagai perilaku yang dianggap sesuai

3
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam

dengan tujuan pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan semua panca indera siswa untuk
mengaktifkan pembelajaran yang efektif.
Menurut buku Dr. JJ Hasibuan dan Moedjiono, CBI adalah suatu strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dengan menggunakan model
simulasi yang mendalam. Mereka menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar, kita seharusnya
tidak hanya memandang simulasi sebagai tindakan yang sekadar mensimulasikan fakta. Model ini
mampu menggambarkan bagaimana sel-sel tubuh, sel-sel syaraf, dan sel-sel indra-indra manusia
berkomunikasi, menerima, mengolah, dan menciptakan pesan baru yang dikomunikasikan melalui
perilaku atau ucapan. Dengan demikian, simulasi program ini dirancang untuk menggambarkan dan
menampilkan proses komunikasi biologi melalui animasi khusus. Dengan demikian, metode ini dapat
digunakan untuk mewakili simbol atau peralatan yang memperlihatkan proses atau kejadian yang
sebenarnya atau benda secara terbalik.

2. Jenis-Jenis Metode Simulasi


Jenis-Jenis Metode Simulasi yang beragam:
 Sosiodrama: Sebuah metode pembelajaran yang menggunakan permainan peran untuk
mengatasi masalah sosial atau isu-isu yang terkait dengan fenomena sosial.
 Psikodrama: Sebuah metode pembelajaran yang menggunakan permainan peran untuk
mengatasi masalah psikologis. Metode ini sering digunakan dalam terapi untuk membantu
individu memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai diri mereka sendiri,
menemukan konsep diri, dan mengungkapkan reaksi terhadap tekanan yang dihadapi.
 Role Playing (Peran Bermain): Sebuah metode pembelajaran yang melibatkan penciptaan
peristiwa atau situasi sejarah atau aktual yang mungkin terjadi di masa depan. Metode ini
merupakan bagian dari simulasi yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kolaborasi, dan komunikasi.
 Peer teaching (Pembelajaran Bersama): Suatu metode pembelajaran di mana siswa saling
mengajar. Ini merupakan latihan pengajaran yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lain
yang bercita-cita menjadi guru. Tujuannya adalah memberikan pengalaman mengajar
kepada siswa.
 Simulasi game (Game Simulasi): Sebuah metode pembelajaran yang menciptakan situasi
kehidupan nyata melalui permainan peran, sosiodrama, pembelajaran bersama, dan
psikodrama untuk mengembangkan dan memperkuat pengetahuan serta keterampilan yang
dipelajari di kelas dan lingkungan kerja terkait dengan pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, kolaborasi, dan komunikasi.

3. Langkah-Langkah Simulasi
Metode simulasi adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan penggunaan simulasi
komputer atau simulasi berbasis peran untuk menghadirkan pengalaman nyata atau simulasi situasi
tertentu. Berikut adalah beberapa langkah-langkah umum dalam metode simulasi dalam pembelajaran:
1) Tentukan Tujuan Pembelajaran: Identifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui
simulasi. Apakah itu untuk mengembangkan keterampilan praktis, memahami konsep tertentu,
atau menguji pemahaman siswa terhadap suatu topik.
2) Pilih Jenis Simulasi: Pilih jenis simulasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan konteks
pembelajaran. Misalnya, apakah itu simulasi komputer, simulasi peran dengan menggunakan
aktor, atau simulasi fisik dengan menggunakan model atau alat-alat tertentu.
3) Rancang Skenario: Buat skenario simulasi yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Skenario
ini harus menempatkan siswa dalam situasi yang mengharuskan mereka menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari.
4) Persiapkan Materi Pendukung: Persiapkan materi pendukung yang diperlukan untuk simulasi,
seperti petunjuk, panduan, atau bahan bacaan. Pastikan bahwa semua sumber daya yang
diperlukan tersedia untuk siswa sebelum simulasi dimulai.

4
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.

5) Berikan Pengantar: Berikan pengantar kepada siswa tentang simulasi yang akan mereka
lakukan. Jelaskan tujuan, aturan, dan harapan dari simulasi tersebut. Berikan juga informasi
kontekstual yang relevan untuk membantu siswa memahami situasi simulasi.
6) Jalankan Simulasi: Lakukan simulasi sesuai dengan skenario yang telah dirancang. Biarkan
siswa terlibat secara aktif dalam simulasi, berinteraksi dengan sistem simulasi atau sesama
siswa, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari.
7) Amati dan Evaluasi: Amati dan evaluasi partisipasi dan kinerja siswa selama simulasi
berlangsung. Perhatikan bagaimana mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan, dan
catat prestasi atau tantangan yang mereka hadapi.
8) Berikan Umpan Balik: Setelah simulasi selesai, berikan umpan balik kepada siswa tentang
kinerja mereka. Diskusikan pengalaman mereka, temuan yang mereka buat, dan bagaimana
simulasi tersebut relevan dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
9) Refleksi dan Diskusi: Ajak siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka dalam simulasi. Buka
diskusi tentang pelajaran yang dipetik, kesulitan yang dihadapi, dan pemahaman yang
diperoleh.
10) Kaitkan dengan Pembelajaran Lanjutan: Terakhir, kaitkan pengalaman simulasi dengan
pembelajaran lanjutan. Bantu siswa menghubungkan konsep dan keterampilan yang dipelajari
melalui simulasi dengan situasi kehidupan nyata atau konteks pembelajaran lainnya.
Langkah-langkah di atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pembelajaran yang
spesifik. Metode simulasi memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif, mendalam,
dan terlibat dalam pembelajaran, sehingga memperkaya pengalaman belajar mereka.

1. Hasil dan Pembahasan


Guru SPI merencanakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah yaitu: Membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencakup pemilihan materi pelajaran, penggunaan
metode simulasi sebagai cara mengajar, menyediakan sumber belajar dan peralatan untuk mendukung
proses pembelajaran, serta menyiapkan alat evaluasi dengan membuat panduan soal dan melaksanakan
ulangan setiap hari.
RPP adalah rencana pembelajaran yang mempengaruhi kualitas hasil. Guru mulai
merencanakan setiap pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan konteks
pembelajaran. Informasi pelajaran tidak hanya mencakup isi tetapi juga kebutuhan belajar dan
perkembangan siswa. Hasil pembelajaran yang dimaksud diikat secara khusus pada standar atau tolok
ukur yang dibahas dalam pelajaran dan memperjelas hasil pembelajaran yang dimaksud baik untuk
guru maupun siswa.
Semua guru perlu menyusun suatu rencana pembelajaran terperinci dan terstruktur yang
dikenal sebagai RPP. Tujuannya adalah agar proses pembelajaran menjadi interaktif, menginspirasi,
menyenangkan, menantang, mendorong partisipasi aktif, dan memberikan kesempatan yang cukup bagi
inisiatif, kreativitas, dan kemandirian siswa, sesuai dengan kemampuan mereka. Ini merupakan langkah
yang penting bagi para guru untuk mempermudah analisis keberhasilan belajar siswa, menghemat
waktu dan energi mereka sendiri, serta memfasilitasi kebutuhan materi yang diajarkan. RPP juga harus
disusun oleh setiap pendidik di sekolah agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mencapai
kompetensi dasar yang ditetapkan.
RPP adalah strategi jangka pendek yang digunakan untuk mengevaluasi dan merencanakan
kegiatan pengajaran dan pembinaan kompetensi siswa oleh guru. Ini merupakan alat untuk
meramalkan langkah-langkah yang akan diambil dalam proses pembelajaran yang melibatkan
komponen-komponen seperti kompetensi inti, standar materi, indikator hasil belajar, dan Penilaian
Kelas Khusus (PSA).
Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan sebelum
pelaksanaan pembelajaran. Guru perlu membuat RPP dalam setiap situasi dan kondisi, karena
perencanaan ini menjadi pedoman pembelajaran yang dilaksanakan agar pembelajaran terarah dan
memudahkan guru mencapai tujuan yang diberikan. Selain itu, dengan membuat RPP, guru dapat
mengetahui kendala-kendala yang muncul selama proses pembelajaran sehingga memungkinkan guru
mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran. Dengan melakukan
5
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam

perencanaan yang baik, paling tidak dapat mengantisipasi atau meminimalisir permasalahan-
permasalahan yang nantinya akan muncul, sehingga pembelajaran berjalan normal dan keberhasilan
pembelajaran tercapai.
Metode Simulasi dapat membantu siswa terlibat secara aktif dan memahami konteks sejarah
dengan lebih mendalam, terutama dalam pembelajaran sejarah peradaban Islam. Beberapa metode
simulasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah peradaban Islam telah dijelaskan bersama
dengan beberapa referensi yang dapat membantu, sebagai berikut:
1. Permainan Peran, Siswa dapat berperan sebagai tokoh sejarah penting dalam peradaban Islam,
seperti Khalifah Umar bin Khattab, Siti Aisyah, atau Ibnu Sina. Mereka dapat memainkan
skenario dan mengambil keputusan berdasarkan pemahaman mereka tentang tokoh tersebut.
2. Simulasi Perdagangan, Siswa dapat berpartisipasi dalam simulasi perdagangan yang melibatkan
negara-negara Muslim pada masa lalu, seperti Kekhalifahan Abbasiyah atau Kekaisaran
Utsmaniyah. Mereka dapat memperdagangkan barang-barang seperti rempah-rempah, sutra,
atau keramik, dan mengalami peran penting perdagangan dalam perkembangan peradaban
Islam.
3. Simulasi Pertempuran, Siswa dapat mempelajari tentang pertempuran penting dalam sejarah
Islam, seperti Pertempuran Badar atau Pertempuran Tours. Dengan memainkan peran pasukan
yang terlibat, siswa dapat memahami strategi militer, taktik, dan konsekuensi sejarah dari
pertempuran tersebut.
4. Pameran Sejarah, Siswa dapat bekerja sama untuk membuat pameran tentang peradaban Islam,
memamerkan artefak, karya seni, dan penemuan ilmiah yang penting dalam sejarah Islam.
Mereka dapat belajar tentang keterampilan penyelidikan dan presentasi, serta menghargai
warisan budaya dan ilmiah peradaban Islam.

SEJARAH PERADABAN ISLAM


1. Definisi Sejarah
Kalimat "sejarah" berasal dari kata "syajarah" atau "syajaratun" dalam bahasa Arab yang artinya
adalah "pohon" Kata ini menjadi bagian dari bahasa Melayu semenjak abad ke-13, ketika terjadi
perpaduan budaya Indonesia dan Islam. Selain arti "pohon", kata "syajarah" juga memiliki kemungkinan
arti lain seperti keturunan, silsilah, sejarah, kronik, tambo, dan tanggal. Pada bahasa Inggris, kata
"sejarah" diterjemahkan menjadi "history", adapun dalam bahasa Latin dan Yunani disebut "histor" atau
"istore" yang berarti "orang pandai". Kata "sejarah" dalam bahasa Jerman disebut "geschichte" yang
berasal dari kata "geschehen" yang mempunyai arti "terjadi". Oleh karena itu, secara umum, kata
"sejarah" berarti "sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau". Dalam kamus bahasa Indonesia
standar bahasa kamus,disebutkan bahwa setiap kalimat memiliki tiga gagasan pokok : dinyatakan
bahwa setiap kalimat memiliki tiga gagasan utama:
1) kesusastraan lama : silsiah, asal usul
2) Pengetahuan, ilmu, belajar cerita tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu
beserta riwayat
3) Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Ada dua konsep yang terkait dengan makna sejarah. Yang pertama adalah sejarah sebagai
rangkaian peristiwa masa lalu dan pengalaman manusia secara keseluruhan. Yang kedua adalah sejarah
sebagai cara untuk menyusun, menganalisis, dan mengubah fakta-fakta. Konsep pertama memberikan
pemahaman yang objektif mengenai masa lalu, sedangkan konsep kedua mengungkapkan makna yang
subjektif dari masa lalu yang telah bertransformasi menjadi sebuah narasi atau cerita. Dalam proses
pengisahan, sejarawan menciptakan kesan berdasarkan pengalaman pribadi dan konteks sosial yang
terhubung dengan gagasan tentang masa lalu. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
sejarah merupakan deskripsi peristiwa-peristiwa masa lalu yang dialami oleh manusia, disusun secara
ilmiah dengan memperhatikan kronologi, memberikan penafsiran, dan dianalisis secara kritis untuk
memudahkan pemahaman.
Dalam rangka memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejarah, diperlukan penjelasan
singkat mengenai aspek-aspek penting lainnya, seperti artefak sejarah, sumber-sumber sejarah,
6
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.

historiografi, manfaat sejarah, dan tujuan pengajaran sejarah dalam pendidikan. Menurut Kuntowijoyo,
sejarah mencakup semua pengalaman manusia, termasuk peristiwa fisik dan nonfisik yang terjadi
secara berkelanjutan. Peristiwa sejarah itu sendiri melibatkan pemikiran, kata-kata, perasaan, dan
pengalaman manusia. Dalam konteks metodologis, lukisan sejarah berfungsi sebagai penemuan fakta
tentang apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan dan di mana itu terjadi, serta bagaimana hal tersebut
terjadi. Melalui pemahaman sejarah, individu dapat menemukan, mengungkap, dan memahami nilai-
nilai peradaban yang tercermin dalam peristiwa masa lalu, termasuk kelahiran, perkembangan,
kemajuan, kemunduran, dan kehancuran peradaban. Sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai
bukti dalam sejarah masa lampau mencakup relief, monumen, manuskrip, dan berbagai bukti otentik
lainnya. Sumber-sumber sejarah diklasifikasikan berdasarkan bahan, silsilah atau struktur distribusi,
dan tujuan penggunaannya.
Menurut pendidikan Islam, tujuan pengajaran sejarah adalah sebagai berikut.
a. Dalam dunia pendidikan, pendidik dan buku acuannya sebaiknya ditujukan untuk tujuan
mempelajari dan mengambil hikmah dari semua peristiwa sejarah.
b. Merenungkan manifestasi Sunnatullah di berbagai bangsa dan generasi dan bagaimana Tuhan
(peristiwa) beredar di antara manusia. Sunnah ditemui oleh orang-orang dari segala usia karena
Sunnah Allah berbeda-beda sesuai dengan sifatnya. Karena itu kita harus selalu dan di mana pun
berusaha faham dan tanggap terhadap manifestasi sunnah. Contohnya, saat berbicara tentang
kejatuhan, kemenangan, perkembangan atau puncak suatu negara, kita harus mengenali belas
kasih di baliknya.
c. Kajian pengaruh berbagai peristiwa sejarah bagi kemaslahatan umat manusia.
d. Kajian tentang kebijaksanaan dan Kepedulian Tuhan ketika membinasakan kaum penindas
untuk menghibur kaum muslimin yang ditindasnya.
e. Tahu bahwa tujuan kekuasaan, kemenangan dan stabilitas di bumi ini berarti menjunjung tinggi
hukum Tuhan, menciptakan perdamaian dan membasmi korupsi. Negara Islam harus didirikan
atas dasar itu.
f. Setiap peserta didik harus mampu menerapkan sunnah Allah terhadap berbagai peristiwa dan
kejadian sejarah yang dipelajarinya sehingga sangat mempengaruhi pandangannya terhadap
negara dan sejarahnya. Dengan cara ini para murid nantinya relatif bisa menerapkan pandangan
Rabbaniyah mereka. Selain itu, mereka dapat mengekspresikan ide-ide mereka tentang negara
tanpa mengambil jalan pintas atau dilebih-lebihkan.
g. Pengajaran sejarah perlu berperan sebagai upaya untuk memperkuat dan menginspirasi iman,
sehingga para peserta didik merasa bahwa Sang Pencipta adalah Yang Maha Kuasa, Maha Tahu,
Maha Penyayang, dan paling sabar. Dalam konteks ini, pengajaran sejarah menjadi penjelasan
yang logis dan masuk akal mengenai keindahan alam semesta yang dihuni oleh manusia dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berkesinambungan.
Ibnu Khaldun, dalam bukunya Mukhadi Maa, menjelaskan bahwa sejarah berkaitan dengan
masyarakat manusia dan identik dengan peradaban dunia. Sejarah mencakup perubahan yang terjadi
pada hakikat peradaban itu sendiri, seperti kebiadaban, persahabatan, dan solidaritas ("Ashabiyyat").
Revolusi dan pemberontakan oleh satu kelompok orang-orang satu sama lain menyebabkan munculnya
berbagai tingkat kerajaan dan bangsa. Sejarah juga mencakup aktivitas dan posisi orang, baik dalam
sains maupun pertukangan, untuk mencari nafkah. Secara umum, sejarah mencakup segala perubahan
yang terjadi dalam peradaban karena sifat peradaban itu sendiri. Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa
hakikat sejarah meliputi konsep observasi (nazr) dan pencarian kebenaran (turqiq), informasi detail
tentang sebab dan asal usul materi, serta pemahaman tentang alam, hakikat, sebab

2. Definisi Peradaban
Dilihat dari penggunaannya dalam berbagai bahasa, dua kata peradaban dan budaya dapat
mengandung makna yang sama dan makna yang berbeda. Kuntowijoyo tidak memisahkan antara
budaya dan peradaban, tetapi penting untuk memahami gejala budaya dan peradaban. Namun, pada
bahasa inggris dua kata tersebut mempunyai makna yang berbeda: peradaban ke peradaban dan
budaya ke budaya. Ada juga perbedaan dalam bahasa Arab, kata tsaqofah (budaya), Kata Arab hadlarah
dan tamadun masing-masing mengacu pada kemajuan dan peradaban. Badro Yatim menjelaskan bahwa
7
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam

“peradaban Islam” merupakan terjemahan dari Al-hadharah Al-Islamiyyah, yang lazim diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia sebagai “Budaya Islam” atau kebudayaan Islam. Kata “Budaya” dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta, dimana “budh” berarti akal, dan “Budhi” adalah bentuk jamak
dari “budhaya”. Awalan "ke-" dan akhiran "-an" ditambahkan untuk membentuk kata "kebudayaan".
Berdasarkan teori lainnya, asal usul kata "Budaya" dapat dijelaskan dengan menggabungkan
kata "Budhi" dan "daya". "Budhi" merujuk pada kekuatan spiritual, sementara "daya" merujuk pada
kekuatan fisik. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana seperti yang dikutip oleh Jaih Mubarok, beberapa
pengertian kebudayaan meliputi hal-hal berikut ini:
a) Warisan sosial atau tradisi.
b) Cara hidup, aturan, dan kebiasaan masyarakat.
c) Gaya hidup, norma, dan kebiasaan manusia.
d) Penyesuaian terhadap lingkungan alam.
e) Tindakan individu atau hasil pemikiran rasional.
f) Hasil dari interaksi atau pertemuan antara individu-individu.

Untuk memperkaya pemahaman tentang makna budaya, Widyosiswoyo mengutip pengertian


budaya dari beberapa ahli, sebagai berikut.
a. Dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, kebudayaan adalah hasil dari perjuangan manusia
dalam menghadapi dua kekuatan yang kuat, yakni alam dan masyarakat. Kebudayaan juga
merupakan bukti bahwa manusia berhasil mengatasi hambatan dan kesulitan kehidupan serta
mencapai keamanan dan kemakmuran dengan tatanan yang tertib dan damai. Dengan kata lain,
Ki Hadjar Dewantara menyimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil dari usaha manusia dalam
menghadapi pengaruh alam dan waktu, serta sebagai bukti bahwa manusia dapat mengatasi
rintangan dan kesulitan kehidupan dan mencapai keamanan serta kemakmuran dengan
ketertiban dan kedamaian.
b. AL. Kroeber dan C. Kluckhohn. Secara umum, kebudayaan merujuk pada ekspresi atau
manifestasi dari karya-karya batin manusia.
c. Malinowski. Budaya terutama didasarkan pada berbagai sistem kebutuhan manusia yang
menghasilkan model budaya yang unik untuk memenuhi kebutuhan keamanan masyarakat.
d. C.A. Van Perseun. Budaya adalah perwujudan kehidupan setiap individu dan kelompok,
mengubah segala sesuatu di alam menjadi prinsip untuk kebaikan kehidupan.
e. Sidi Gazaba. Kebudayaan adalah cara berpikir dan perasaan seumur hidup sekelompok orang
yang membentuk suatu kesatuan sosial (masyarakat) dalam ruang dan waktu
f. Koentjaraningrat. Budaya adalah jumlah dari pemikiran dan karya yang harus diketahui
seseorang dan hasil total dari pemikiran dan tindakannya.
Perwujudan budaya dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Dr.H.Th.Fischer, mengutip
Widyosiswoyo, banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan budaya, yaitu faktor geografis
(lingkungan), faktor negara asal, dan faktor saling kontak antar bangsa. Namun penulis berkeyakinan
bahwa faktor utama dalam pembentukan kebudayaan adalah faktor manusia itu sendiri, dan faktor
manusia tersebut dapat bersifat dinamis atau statis, tergantung dari faktor lain yang mempengaruhinya.

3. Definisi Islam
Kalimat "islam" berupa bentuk mashdar dari kalimat aslama-yuslimu-islaman, yang berarti
adalah:
1. Menghapus semua penyakit fisik dan mental
2. Perdamaian dan Keamanan
3. Kepatuhan dan ketaatan.
Islam berarti penyerahan diri atau penyerahan total kepada Allah SWT. Artinya tunduk dan taat
pada ajaran Islam, yang juga mengandung arti tunduk, patuh, dan aman. Menjadi seorang muslim berarti
mampu menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Ini bukan hanya tentang keamanan tetapi juga
tentang menjadi ekonomis. Islam didirikan oleh Nabi Muhammad SAW untuk memastikan bahwa umat
manusia menjalani kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.
8
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.

Inti dari ajaran Islam yang dikenal dengan Rukun Islam yang Lima adalah bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berdoa, bersedekah, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan berikhtiar. menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Istilah "Islam" disebutkan
sebanyak delapan kali dalam Al-Qur'an, dalam Surat Ali-Imran:19 dan 85, Surat Al-Maidah: 3, Surat Al-
An'am: 125, Surat Az-Zumar: 22, As-Saff: 7, Al-Hujurat: 17, dan At-Taubah: 74
Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah kepada seluruh umat manusia melalui Nabi-
Nya Muhammad. Ajaran Islam terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, keduanya
merupakan sumber pedoman terpenting bagi umat Islam dalam menjalani kehidupannya.
Menurut Surah As-Syura dalam Al Quran, terdapat tiga jenis pengumuman yang dapat
diidentifikasi. Pertama, terjadi saat seseorang tiba-tiba memperoleh pemahaman atau pengetahuan
baru yang timbul seperti cahaya yang menyinari batinnya. Kedua, terjadi saat seseorang mengalami
penglihatan atau mimpi yang juga disebut ru'ya atau kasy. Ketiga, terjadi melalui wahyu yang
disampaikan oleh utusan atau malaikat Jibril dan disampaikan dalam bentuk kata-kata. Jenis wahyu
ketiga ini khususnya merujuk kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Hadits Aisyah menjelaskan bahwa Jibril memeluk Nabi Muhammad dengan erat setelah
menyampaikan wahyu kepadanya, dan dia diperintahkan untuk mengulangi apa yang dikatakan Jibril
saat wahyu pertama. Dalam Hadits lain, Nabi menggambarkan berbagai jenis wahyu yang diterimanya,
termasuk ketika Jibril muncul dalam bentuk manusia dan berbicara dengannya, dan ketika petunjuk
datang seperti bunyi genta. Kadang-kadang, Nabi sulit menerima wahyu, tetapi beliau selalu mengingat
apa yang disampaikan.
Islam, sebagai agama terakhir yang diperkenalkan oleh Nabi Ibrahim, memberikan panduan
kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan salah, dengan tujuan
mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Agama ini melengkapi agama-agama
sebelumnya yang dipraktikkan oleh nabi-nabi dan rasul-rasul dari Adam hingga Yesus, yang tersebar di
wilayah Arab. Kemunculan Islam terjadi karena kebutuhan umat manusia akan agama baru yang tidak
mengikuti ajaran-ajaran yang dipersembahkan oleh rasul-rasul sebelumnya. Selama periode 23 tahun,
Nabi Muhammad menerima wahyu dan berdakwah untuk menguatkan prinsip-prinsip Islam. Para
sahabat Nabi dan generasi penerus mereka terus menyebarkan pesan Islam ke seluruh penjuru dunia.
Islam adalah agama yang melengkapkan wahyu ilahi dan memiliki tujuh ciri doktrinal, antara lain:
a. Ajarannya disampaikan dengan jelas, logis, dan efisien,
b. Mengutamakan kesatuan antara materi dan spiritual,
c. Islam memberikan panduan untuk segala aspek kehidupan manusia, meskipun beberapa
panduan bersifat umum,
d. Menyeimbangkan hubungan antara individu dan masyarakat,
e. Mempunyai sifat universal dan kemanusiaan,
f. Menekankan pentingnya ajaran dan perubahan,
g. Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang telah ada selama lima belas abad, dijamin suci dan
aslinya.

4. Definisi Sejarah Peradaban Islam


Setelah memperoleh pemahaman mengenai sejarah, peradaban, dan Islam, dapat disimpulkan
bahwa konsep sejarah peradaban Islam mencakup semua kejadian yang telah dialami manusia di masa
lalu sebagai hasil atau pengejawantahan dari aktivitas yang dilandasi oleh ajaran Islam. Karenanya,
segala peristiwa yang telah dialami umat Islam sejak berdirinya Islam hingga masa kini dapat dikaji
sebagai bagian dari sejarah peradaban Islam.
Kalimat diberikan untuk berbicara tentang peristiwa positif dan negatif yang dialami oleh
komunitas Muslim di masa lalu. Mengutip kalimat tersebut, dapat dikatakan bahwa komunitas Muslim
telah mengalami peristiwa positif dan negatif di masa lalu. Peristiwa positif tersebut antara lain
penciptaan Al Quran, pembangunan tempat ibadah, dan perkembangan berbagai mata pelajaran pada
masa Dinasti Abbasiyah. Di sisi lain, peristiwa negatif seperti perang dengan komunitas Muslim lainnya
dan upaya pembunuhan demi kekuasaan juga terjadi. Peristiwa ini, bersama dengan dinasti dan topik
lainnya, dibahas untuk membantu umat Islam masa depan memahami ajaran.

9
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam

PENGAPLIKASIAN
Tindakan penerapan metode simulasi disebut juga penerapan metode dilakukan oleh guru
dalam proses pembelajaran di dunia nyata. Untuk menerapkan metode ini, peneliti dibantu oleh seorang
guru sejarah peradaban Islam. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan diri
sebelum menyampaikan materi di kelas untuk memfasilitasi penetapan tujuan, pembelajaran, dan
penilaian.
Salah satu cara untuk mengubah kalimat tersebut adalah: Guru menggunakan metode simulasi,
disebut juga penerapan metode, dalam proses pembelajaran di dunia nyata. Untuk menerapkan metode
ini, peneliti dibantu oleh seorang guru sejarah peradaban Islam. Berdasarkan hasil wawancara, guru
perlu mempersiapkan diri sebelum menyajikan materi di kelas agar lebih mudah menetapkan tujuan,
belajar, dan mengevaluasi.
Tahapan pembelajaran diselesaikan dalam pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan
Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan doa, kemudian mengecek kehadiran dan
menjelaskan tujuan dan metode pembelajaran, termasuk simulasi dan pengkondisian.
b. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan metode simulasi, mengubah alur simulasi, memperjelas petunjuk aplikasi,
menghentikan simulasi, dan terlibat dalam diskusi yang menarik untuk menarik kesimpulan.
c. Penutup
Di akhir pembelajaran, guru mendorong siswa untuk berusaha menghilangkan kelemahan dan
mencegah mereka berhenti membaca, terutama dalam hal sejarah peradaban Islam. Seluruh siswa
terlibat dalam proses pembelajaran ini dengan cara yang sangat menyerupai kehidupan nyata.
Proses penelitian terdiri dari tiga tahap:
1) Sebelum pembelajaran dimulai, guru mempersiapkan diri dengan menyapa siswa, berdoa, dan
mengambil absen.
2) Pada tahap awal, guru menjelaskan teknik simulasi, memfasilitasi simulasi, memberikan
petunjuk pelaksanaan, menyelesaikan simulasi, dan mengadakan diskusi untuk membuat
kesimpulan.
3) Pada akhirnya, guru mendorong untuk meningkatkan pemahaman mereka dan siswa terus
membaca, terutama topik yang terkait, sehingga mereka tidak lagi mengalami kerugian.
Guru pertama-tama menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dan
pada akhirnya siswa merefleksi apa yang telah mereka pelajari. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menilai pemahaman siswa terhadap materi. Pada saat ujian harian, guru mewajibkan siswa
mengumpulkan semua buku yang berkaitan dengan sejarah peradaban Islam. Ujian terdiri dari dua
puluh soal pilihan ganda dan sepuluh soal esai.
Guru menjelaskan tujuan dan hasil yang dicapai siswa pada tahap utama pengulangan kalimat
yang diberikan. Terakhir, siswa melakukan refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari. Pada tahap
ini, tingkat pemahaman siswa terhadap materi dievaluasi. Selama ulangan harian guru, para siswa harus
mengumpulkan semua buku yang berkaitan dengan sejarah peradaban Islam. Ujian terdiri dari dua
puluh soal pilihan ganda dan sepuluh soal esai. Para siswa memiliki waktu 30 menit untuk
menyelesaikan tes dan setelah kertas dikumpulkan, mereka dinilai oleh guru. Nilai di bawah KKM
meningkat, namun setelah dilakukan penilaian tidak ada satupun siswa yang berada di bawah KKM, hal
ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran tatap muka yang digunakan pada ketiga simulasi
tersebut terlaksana dengan baik dan siswa sangat menyukainya.

Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Simulasi


Berdasarkan hasil penelusuran, terlihat beberapa penelitian yang menerapkan metode simulasi
dalam pembelajaran sejarah dan kebudayaan Islam dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagai
contoh, sebuah penelitian menerapkan metode simulasi dalam pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
kepada siswa kelas delapan dan menemukan bahwa hal itu meningkatkan hasil belajar mereka. Studi
lain menggunakan metode simulasi untuk mengajar Fiqh kepada siswa kelas sepuluh dan juga
menemukan bahwa hal itu meningkatkan hasil belajar mereka.
10
Azhar Alhuzaipi, Dede Nurul Aisyah, Elsa Yopiana Rosa.

Namun, belum ada informasi spesifik mengenai hasil belajar siswa yang dibelajarkan Sejarah
Peradaban Islam dengan menggunakan metode simulasi. Mungkin saja ada penelitian yang menyelidiki
hal ini, tetapi tidak ditemukan dalam hasil pencarian.

SIMPULAN
Simulasi dapat digunakan untuk mengajar. Pembelajaran simulasi memungkinkan siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran dan memahami konteks sejarah dengan cara
yang lebih mendalam, seperti bermain peran mengajar. Definisi metode pembelajaran simulasi adalah
“metode pembelajaran yang menggunakan cara untukmenjelaskan sesuatu (materi pembelajaran)
melalui proses simulasi tindakan atau perilaku peniruan atau perilaku bermain peran yang dilakukan
seolah-olah dalam situasi yang sebenarnya”.
Secara etimologis, istilah "syajarah" berasal dari bahasa Melayu dan dapat menggantikan kata
"syajarah" dalam bahasa Arab. Istilah ini memiliki peran penting dalam bahasa Indonesia sejak abad ke-
13 setelah terjadinya akulturasi budaya Indonesia dengan budaya Islam. Istilah tersebut mengacu pada
arti seperti pohon, silsilah, asal usul, babad, tambo, dan tarikh. Dalam bahasa Inggris, istilah "history"
memiliki arti yang sama dengan sejarah. Dalam bahasa Latin dan Yunani, istilah "histori" atau "istore"
digunakan untuk merujuk pada orang bijak. Bahasa Jerman menggunakan istilah "geschichte" yang
berarti "sesuatu yang telah terjadi" dan berasal dari kata "geschehen" yang berarti "terjadi". Sebagai
hasilnya, istilah "sejarah" merujuk pada peristiwa-peristiwa masa lalu.
Ada kemungkinan bahwa istilah "budaya" dan "peradaban" memiliki arti yang sama atau berbeda
tergantung pada penggunaannya dalam berbagai bahasa untuk menggambarkan peradaban dan
kebudayaan. Meskipun Kuntowijoyo tidak membedakan antara budaya dan peradaban, memahami
gejala budaya dan peradaban sangat penting. Namun, dalam bahasa Inggris, istilah "culture" digunakan
untuk merujuk pada budaya, sementara istilah "civilization" digunakan untuk merujuk pada peradaban.
Di dalam bahasa Arab, "tsaqofah" berarti budaya, "Hadlarah" berarti kemajuan, dan "tamadun" berarti
peradaban. Badro Yatim menjelaskan bahwa meskipun istilah bahasa Arab "Al-hadharah Al-Islamiyyah"
memiliki arti "peradaban Islam", istilah tersebut umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sebagai "budaya Islam".
Kata "Islam" berasal dari kata kerja "aslama-yuslimu-islaman" yang memiliki dua makna, yaitu:
 Memberantas semua penyakit fisik dan mental.
 Perdamaian dan Keamanan.
Pembahasan mengenai pemerintahan Khalifah al-Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah disertakan
untuk membantu pemahaman Ibrah (pelajaran) bagi umat Islam di masa depan.
Metode simulasi digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di dunia nyata. Untuk
menggunakan metode ini, peneliti didampingi oleh seorang guru yang mempelajari sejarah peradaban
Islam. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan diri sebelum menyampaikan
materi di kelas agar pembelajaran, penetapan tujuan, dan penilaian menjadi lebih mudah.
Berikut adalah beberapa penjelasan tentang istilah yang digunakan dalam metode pembelajaran:
a. Kegiatan Pendahuluan dapat diartikan sebagai "Kegiatan Pengenalan" yang merujuk pada
kegiatan awal yang dilakukan pada awal sesi pembelajaran atau pelajaran.
b. Kegiatan Inti dapat diartikan sebagai "Kegiatan Utama".

11
Pengeaplikasian Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam

Daftar Pustaka
Hasibuan, & Moedjiono. (2018). Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.
Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Raja Grafindo
Persada.
Sagala, S. (2017). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Alfabeta.
Mualifah, “Pelaksanaan Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Fiqh Pada Siswa Kelas VII MTs Raudhotus
Shibyan Peganjaran Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011”, Skripsi Jurusan Tarbiyah PAI STAIN
Kudus, 2010.
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan Nugroho Notosusanto, (Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, 1975), hlm. 27.
Kuntowidjoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 113
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. 2003. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Siti Maryam, dkk., (Ed). 2003. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. (Yogyakarta:
Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI
Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar, cet. ke-5, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm.31.
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992),
hlm.9.
Sidi Gazalba. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Ensiklopedi Islam. Jilid 1, 2, 3, 4, 5. Cet. 2. 1997. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Hasibuan, & Moedjiono. (2018). Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2010). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah). Bumi Aksara.
Rusman. (2016). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Raja Grafindo
Persada.
Sagala, S. (2017). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Alfabeta.
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan masyarakat, Jakarta: Gema Insani
Press, 1995, h. 287-288.
Kuntowijoyo. 1998. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Cet. VIII. Bandung: Mizan.
Jaih Mubarok. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara

12

You might also like