7001-22307-1-PB Vadli

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Ilmiah Membangun Desa dan Pertanian

2018:3(2):33-38
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMDP
doi: http://dx.doi.org/10.33772/jimdp.v3i2.7001
ISSN: 2527-2748 (Online)

ALOKASI PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN


Vadli1), Sukmawati Abdullah1), Muhammad Aswar Limi1)
1
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UHO

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the allocation of fishermen's household income in
South Konawe Regency. This research will be conducted in the area of Kolono Timur Subdistrict,
South Konawe Regency. The population in the study were fisherman households in Kolono Timur
Subdistrict, totaling 104 households, which had income sources originating from fishermen. To
guarantee the representation of the population in each household, 15% of the total source of income
was taken as a sample in the study (Rianse and Abdi, 2009). The sampling technique is simple
random sampling, with determination criteria that actually represent the sample. The criteria referred
to are households originating from livelihoods from fishermen. The samples obtained in this study
were 31 families. Research variables include the allocation of household income consisting of food
and non-food needs in one month's time frame. Analysis Data on the allocation of fishermen's
household income is done by recording the average monthly usage. Based on the results of the
analysis, it can be found that the average budget allocation of income is Rp.714,264- / month or
40.20% for food needs and Rp.1,062,742- / month or 59.80% for non-food needs. While the average
difference between total income and the average household income allocation for fishermen
respondents is Rp.2,851.714- / month. The allocation of household income will reflect the income
earned so that it is necessary to conduct similar studies to examine the problems that exist in
households based on household income allocation.

Keywords: Income Allocation; Household; Fisherman

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur. Upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, oleh pemerintah
telah melaksanakan berbagai program pembangunan secara bertahap dan berkesinambangunan.
Setiap tahun upaya yang dimaksud meliputi seluruh aspek baik dibidang ekonomi, sosial maupun
lingkungan. Masing-masing bidang pembangunan mempunyai sasaran yang berbeda-beda.
Meskipun demikian, mempunyai keterkaitan antara satu sama lainnya baik secara langsung maupun
tidak langsung. Keterkaitan tersebut adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
yang lebih tinggi secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Dua hal yang harus disepakati dalam masalah pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi terjadi jika terdapat lebih banyak output.
Sedangkan pembangunan ekonomi merupakan rangkaian usaha dan kebijaksanaan yang memiliki
beberapa tujuan. Tujuan dimaksud yaitu meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
mengusahakan perkembangan kegiatan ekonomi dari sektor pertanian kesektor sekunder dan tersier.
Jadi, pembangunan ekonomi bertujuan mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara
mantap dan tingkat pemeratannya semakin baik. Tujuan tersebut sesuai dengan yang digariskan
dalam UUD 1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur (BPS, 2010) bidang pembangunan
mempunyai sasaran.
Pemerintah dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dapat
melaksanakan pembangunan secara bertahap dan berkesinambungan dari tahun ketahun. Kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut meliputi berbagai aspek baik dibidang ekonomi, sosial
maupun budaya. Masing-masing bidang pembangunan mempunyai sasaran yang berbeda-beda.
Pada pembangunan ekonomi sasarannya adalah berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional yang lebih tinggi yang secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dewasa ini
belum semua warga negara menikmati pembagian pendapatan yang merata dengan mencapai
pendapatan yang tinggi sesuai program pemerintah. Hal ini dapat kita lihat bahwa sebagian besar
JIMDP 2018:3(1):33-38

penduduk, terutama yang bermukim dipedesaan mata pencaharian mereka paling dominan adalah
sektor pertanin, sedangkan bagi desa-desa pentai pada umumnya memiliki mata pencaharian
sebagai nelayan.
Pembangunan perikanan pada hakekatnya adalah memanfaatkan yang ada bagi
kesejahteraan manusia tanpa merusak sumberdaya itu sendiri, maka implementasi pemanfaatan
secara rasional, pemerataan pendapatan serta pengembangan struktur usaha yang seimbang antara
usaha perikanan berskala besar maupun kecil.
Propinsi Sulawesi Tenggara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari kepulauan dan
dikelilingi oleh lautan menyimpan potensi yang cukup besar dibidang perikanan. Dimana wilayah
adalah merupakan lautan hidup potensial dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, hasil kekayaan
tersebut berupa ikan laut dimana hasil-hasil laut lainnya yang sudah mampu menghidupi masyarakat
khususnya yang berdiam di pesisir pantai.
Demikian halnya dengan rumah tangga nelayan Kecamatan Kolono Timur kebanyakan atau
bahkan hampir keseluruhan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Perairan di Teluk Kolono
sangat mendukung usaha nelayan dalam melakukan penangkapan ikan sebagai sumber mata
pencaharian. Hal ini disebabkan karena letaknya langsung berhadapan dengan perairan luas yaitu
Teluk Kolono dan memberikan harapan bagi nelayan untuk menangkap ikan meskipun musim timur
sekalipun.
Masalah yang dihadapi oleh nelayan di yaitu dimana dengan hasil, pendapatan yang
diperoleh tidak menentu. Nelayan belum mampu mengalokasikan pendapatan dengan baik. Maka
perlu pengelolaan pendapatan keluarga nelayan sehingga dalam penggunaan pendapatannya terjadi
keseimbangan yang nantinya mampu mencukupi segala kebutuhan rumah tangga.
Berdasarkan uraian maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Alokasi
Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Kabupaten Konawe Selatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe
Selatan. Populasi dalam penelitian adalah rumah tangga nelayan di Kecamatan Kolono Timur yang
berjumlah 104 KK, yang mempunyai sumber pendapatan yang berasal dari nelayan. Untuk menjamin
terwakilinya populasi pada masing-masing rumahtangga tersebut, maka diambil sebanyak 15 % dari
jumlah setiap sumber pendapatan sebagai sampel dalam penelitian (Rianse dan Abdi, 2009). Teknik
penarikan sampel yaitu secara acak sederhana (Simple Random Sampling), dengan kriteria
penenentuan yang benar-benar mewakili sampel. Kriteria dimaksud adalah rumahtangga yang
bersumber pada matapencaharian dari nelayan. Sampel yang didapatkan dalam penelitian ini adalah
31 KK. Variabel penelitian meliputi alokasi pendapatan rumah tangga yang terdiri dari kebutuhan
pangan dan non pangan dalam kurung waktu satu bulan. Analsiis Data pengalokasian pendapatan
rumah tangga nelayan dilakukan dengan melakukan pencatatan dari rata-rata penggunaan perbulan
yang diformulasikan sebagai berikut :
-
Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Nelayan = x 100 %
-

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan (Bagang Apung) Rumah Tangga Nelayan


Pendapatan rumah tangga nelayan bagang apung merupakan selisih antara penerimaan
dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses penangkapan ikan berlangsung.
Besarnya pendapatan nelayan ini merupakan ukuran keberhasilan usaha penangkapan ikan (bagang
apung) yang dikelolanya. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
diperoleh nelayan dari hasil usaha penangkapan ikan (bagang apung).
Berdasarkan hasil penelitian rumah tangga nelayan responden tidak hanya memperoleh
pendapatan dari mata pencaharian utama atau dari penghasilan kepala keluarga saja, akan tetapi
istri juga mempunyai kontribusi pendapatan. Ini disebabkan karena kebutuhan setiap orang yang
berbeda-beda, sehingga setiap anggota rumah tangga yang berusaha untuk mencari nafkah. Selain
dari pada itu beberapa alasan anggota rumah tangga responden memilih mencari pekerjaan
disebabkan pemanfaatan waktu luang. Pendapatan nelayan responden dalam penelitian ini maka
dapat dilihat pada Tabel 1

Vadli et al 34 eISSN: 2527-2748


JIMDP 2018:3(1):33-38

Tabel 1. Rata-rata Biaya, Penerimaan dan Pedapatan Nelayan


Jumlah
No Uraian
(Rp/Bulan)
1. Mata Pencaharian Suami (a)
a. Penerimaan
- Ikan Teri (Stolephorus sp) 6.099.193
- Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) 882.581
Sub Total (1) 6.981.774
b. Biaya
- Variabel 2.393.225
- Tetap 447.823
Sub Total (2) 2.841.048
c. Pendapatan (1 – 2) 4.140.726
2. Mata Pencaharian Istri Nelayan (b)
a. Penerimaan 1.829.032
b. Biaya 1.341.038
c. Pendapatan 487.994
Total Pendapatan ( a + b ) 4.628.720

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata total pendapatan responden rumah tangga nelayan
bagang Kecamatan Kolono Timur yang diperoleh dari akumulasi sumber mata pencaharian utama
(suami) dan mata pencaharian istri nelayan sebesar Rp. 4.628.720 -/bulan. Sedangkan penerimaan
yang diperoleh dari mata pencaharian utama (suami) sebesar Rp. 6.981.774 -/bulan total dari
penjumlahan penerimaan ikan teri dan ikan tembang yaitu sebesar Rp. 6.099.193 -/bulan dan Rp.
882.581-/bulan. Sedangkan biaya variabel dan biaya tetap dari mata pencaharian utama (suami) rata-
rata sebesar Rp. 2.393.225-/bulan dan Rp. 447.823-/bulan dengan total biaya sebesar Rp. 2841.000-
/bulan. sehingga rata-rata pendapatan dari mata pencaharian utama (suami) adalah sebesar Rp.
4.140.726-/bulan. Sedangkan penerimaan dan biaya dari mata pencaharian istri nelayan sebesar Rp.
1.829.032-/bulan dan Rp. 1.341.038-/bulan sehingga rata-rata total pendapatan alternatif sebesar Rp.
487.994-/bulan.
Dari hasil analisis diperoleh, rata-rata pendapatan bersih yang diterima rumah tangga
nelayan bagang apung di Kecamatan Kolono Timur yaitu, sebesar Rp 4.628.720-/bulan. Pendapatan
yang diterima rumahtangga nelayan bagang apung merupakan hasil dari usaha yang telah
digelutinya dengan menggunakan beberapa faktor produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Kartasapoetra (1988) bahwa pendapatan bersih menunjukkan imbalan yang
diperoleh dari pengeluaran faktor-faktor produksi misalnya berupa tenaga kerja, pengelolaan dan
modal sendiri atau modal pinjaman yang di investasikan. Pendapatan yang didapatkan oleh
responden tentunya akan dialokasikan untuk kebutuhan pangan dan non pangan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya.

Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Responden


Alokasi pendapatan rumah tangga secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua) jenis
alokasi pendapatan yaitu alokasi pendapatan untuk kebutuhan pangan dan alokasi pendapatan untuk
kebutuhan non pangan. Menurut Wibawa (2003) faktor terpenting dalam mengalokasikan pendapatan
adalah perencanaan keuangan keluarga berkaitan dengan berapa banyak uang yang masuk dari
pendapatan dan berapa banyak uang yang dialokasikan sebagai konsumsi di kebutuhan pangan dan
berapa banyak uang yang dialokasikan untuk kebutuhan non pangan. Karena secara sederhana
perencanaan keuangan Kebutuhan pangan dirinci menurut jenis dan kelompok pangan, sedangkan
untuk kebutuhan non pangan dirinci sesuai denngan kebutuhan dari rumah tangga responden.

Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Kebutuhan Pangan


Pengelompokkan jenis pagan didasarkan pada dominasi sumber zat gizi yang terkandung
dari jenis pangan yang dibutuhkan. Dalam hal ini, kelompok pangan yang dimaksud adalah sumber
karbohidrat, sumber protein, sumber vitamin dan mineral, serta pangan lainnya (Rachman, 2001).
Konsumsi sumber pangan terdiri dari beras, sagu, ubi, ikan daging, sayuran, susu, telur, gula pasir,
kopi, teh, bumbu dapur, jagung, buah-buahan, minyak gaoren dan lainnya. Sementara itu alokasi
pendapatan untuk kebutuhan non pangan dibedakan menurut kebutuhan pendidikan, kesehatan,
pakaian, perlengkapan MCK, gas, Pajak, Pembayaran Listrik, fasilitas rumah tangga, transportasi,
bahan bakar minyak (BBM), dan tabungan. Pendapatan nelayan responden dalam penelitian ini maka
dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini :

Vadli et al 35 eISSN: 2527-2748


JIMDP 2018:3(1):33-38

Tabel 2. Persentase Kelompok Pangan Rumah Tangga Nelayan


Rata-rata Persentase
No Jenis Sumber Gizi
(Rp-/Bulan) (%)
1 Beras 355.968 49,84
2 Sagu 1.774 0,25
3 Ubi 16.112 2,26
4. Ikan 69.194 9,69
5. Daging 323 0,05
6. Sayuran 69.612 9,75
7. Susu 17.322 2,43
8. Telur 11.241 1,57
9. Gula Pasir 38.919 5,45
10. Kopi 28.000 3,92
11. The 15.887 2,22
12. Bumbu Dapur 37.451 5,24
13. Jagung 581 0,08
14. Buah-Buahan 2.000 0,28
15. Minyak Goreng 49.193 6,63
16. Lainnya 677 0,10
Total 714.264 100,00

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden rumah tangga nelayan di Kecamatan Kolono Timur
melakukan alokasi pendapatan rumah tangga untuk kelompok sumber pangan beras yang
merupakan kelompok alokasi pangan terbesar dengan persentase 49,84% atau rata-rata Rp.
355.968-/bulan ini disebabkan karena konsumsi besar menjadi kebutuhan utama yang diperhatikan
dalam rumah tangga mengingat makanan pokok adalah beras. Kemudian alokasi pendapatan untuk
kelompok pangan konsumsi sayuran dan ikan dengan persentase 9,75 % atau sekitar Rp. 69.612-
/bulan dan 9,69% atau Rp.69.194-/bulan, sebagai mana kita ketahui kebutuhan utama konsumsi
keluarga yang nomor dua tentunya adalah pangan sayuran dan ikan. Kebutuhan akan sayuran dan
ikan menjadi alokasi pendapatan yang lebih besar kedua dan ketiga dari kebutuhan pelengakap
lainnya seperti minyak goreng dengan persentase 6,63% atau Rp. 49.193-/bulan, gula pasir dengan
persentase 5,45% atau Rp.38.919, bumbu dapur dengan persentase 5,45% atau Rp. 37.451-/bulan,
kopi dengan persentase 3,92% atau Rp. 28.000-/bulan, susu dengan persentase 2,43% atau Rp.
17.322-/bulan, ubi dengan persentase 2,26% atau Rp.16.112-/bulan, buah-buahan dengan
persentase 0,28% atau 2.000-/bulan, sagu dengan persentase 0,25% atau Rp. 1.774-/bulan, lainnya
dengan persentase 0,10% atau Rp. 677-/bulan, jagung dengan persentase 0,08% atau Rp. 581-
/bulan dan kabutuhan daging dengan persentase 0,05% atau Rp. 323-/bulan. Kebutuhan akan daging
merupakan alokasi pangan yang sangat rendah ini disebabkan Karena masyarakat lebih banyak
mengkonsumsi ikan dibandingkan dengan daging.

Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Kebutuhan Non Pangan


Konsumsi non pangan yang merupakan salah satu kebutuhan yang berfungsi sebagai
pelengkap akan kebutuhan pangan bagi rumah tangga. Kebutuhan akan non pangan juga menjadi
kebutuhan yang paling penting bagi kebutuhan rumah tangga masa kini. Kebutuhan non pangan
sering kali tidak bisa diperidiksi setiap bulannya. Karena dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
setiap rumah tangga. Rumah tangga yang berpenghasilan tinggi akan senantiasa semakin tinggi pula
alokasi pendapatan dalam kebutuhan non pangan. Seperti pada bidang pendidikan, rumah tangga
yang berpenghasilan tinggi biasanya memiliki kendaraan yang bermotor dan ini akan menambah
biaya pendidikan. Bukan hanya bidang pendidikan akan tetapi pada kebutuhan non pangan lainnya
pun akan bertambah. Untuk masyarakat yang sedang berkembang berdasakan wawancara alokasi
kebutuhan non pangan lebih ke perbaikan rumah dan perlengkapan fasilitas rumah. Untuk alokasi
pendapatan untuk kebutuhan non pangan terdiri dari kebutuhan pendidikan, kesehatan, pakaian,
perlengkapan MCK (mandi cuci dan kakus), gas, pajak, pembayaran listrik, fasilitas rumah tangga,
transportasi, bahan bakar minyak, dan tabungan. Untuk lebih jelasnya akan beberapa jenis
kebutuhan non pangan telah disajikan pada Tabel 3. berikut ini :

Vadli et al 36 eISSN: 2527-2748


JIMDP 2018:3(1):33-38

Tabel 3. Persentase Kelompok Non Pangan Rumah Tangga Nelayan


Rata-rata Persentase
No Kebutuhan
(bulan) (%)
1. Pendidikan 354.183 34,29
2. Kesehatan 28.694 2,78
3. Pakaian 63.374 6,14
4. Perlengkapan Mandi, Cuci dan Kakus 26.581 2,57
5. Gas 16.226 1,57
6. Pajak 1.491 0,14
7. Pembayaran Listrik 47.774 4,63
8. Fasilitas Rumah Tangga 74.097 7,18
9. Transportasi 277.097 26,83
10. Bahan Bakar Minyak 132.741 12,85
11. Tabungan 10.484 1,02
Total 1.062.742 100,00

Tabel 3 menunjukkan bahwa alokasi pendapatan responden rumah tangga nelayan di


Kecamatan Kolono Timur lebih besar pada kebutuhan pendidikan anggota keluarganya dengan
persentase sebesar 34,29 % atau rata-rata Rp.354.183-/bulan. Kemudian kebutuhan rumah tangga
akan transportasi menjadi yang cukup besar dengan persentase sebesar 26,83% atau rata-rata
Rp.277.097-/bulan; dari pada alokasi untuk kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) sebesar 12,85%
atau rata-rata Rp.132.741-/bulan; Alokasi pendapatan untuk kebutuhan fasilitas rumah tangga
sebesar 7,18% atau Rp.74.097-/bulan; alokasi pendapatan untuk kebutuhan pakaian sebesar 6,14%
dengan rata-rata Rp.63.374-/bulan;alokasi pendapatan untuk kebutuhan pembayaran listrik sebesar
4,63% dengan rata-rata Rp.47.774-/bulan; alokasi pendapatan untuk kebutuhan kesehatan sebesar
2,78% dengan rata-rata alokasi Rp. 28.694-/bulan; alokasi pendapatan rumah tangga untuk
kebutuhan perlengkapan mandi, cuci, dan kakus sebesar 2,57% dengan rata-rata alokasi Rp. 26.581-
/bulan; alokasi pendapatan rumah tangga untuk kebutuhan gas sebesar 1,57% dengan alokasi rata-
rata Rp. 16.226-/bulan; alokasi pendapatan rumah tangga untuk kebutuhan tabungan sebesar 1,02%
dengan alokasi rata-rata Rp. 10.484-/bulan; dan alokasi pendapatan rumahtangga untuk kebutuhan
pajak sebesar 0,14% dengan rata-rata alokasi Rp.1.491-/bulan.

Anggaran Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Responden


Total pendapatan yang diperoleh dari akumulasi mata pencaharian utama dan mata
pencaharian alternatif tentunya akan dialokasikan untuk kebutuhan rumahtangga. Alokasi
pendapatan rumah tangga merupakan besaran anggaran yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan rumah tangga terdiri dari kebutuhan pangan yaitu konsumsi dan
kebutuhan non pangan yaitu pendidikan, kesehatan, pakaian, perlengkapan MCK, gas, Pajak,
Pembayaran Listrik, fasilitas rumah tangga, transportasi, bahan bakar minyak (BBM), dan tabungan.
Rata-rata persentase anggaran aloksi pendapatan rumahtangga untuk kebutuhan pangan dan non
pangan disajikan pada Tabel 4

Tabel 4. Rata-Rata Persentase Anggaran Alokasi Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Untuk
Kebutuhan pangan dan Non Pangan
Jumlah Persentase
No Kebutuhan
(Rp/bulan) (%)
1. Pangan 714.264 40,20
2. Non Pangan 1.062.742 59,80
Total 1.777.006 100,00

Tabel 4 menunjukkan bahwa rumah tangga responden mengalokasikan pendapatannya


dengan rata-rata anggaran alokasi pendapatan sebesar Rp.714.264-/bulan atau 40,20% untuk
kebutuhan pangan dan Rp.1.062.742-/bulan atau 59,80% untuk kebutuhan non pangan. Dari hasil
tersebut dapat dijelaskan bahwa rumah tangga nelayan responden di Kecamatan Kolono Timur
mengaloksikan pendapatannya lebih besar untuk kebutuhan konsumsi non pangan dari pada
konsumsi pangan. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan pendidikan yang lebih besar. Dengan
banyaknya anak-anak dari rumah tangga nelayan dan kesadaran masyarakat untuk menyekolakan
ananknya sehingga masyarakat rela mengalokasikan banyak uang untuk kebutuhan pendidikan
anak-anaknya. Sehingga kebutuhan non pangan dibidang pendidikan lebih diutamakan mengingat
pentingnya pendidikan sebagai penunjang pengetahuan serta membantu dalam bidang

Vadli et al 37 eISSN: 2527-2748


JIMDP 2018:3(1):33-38

perekonomian keluarga mereka di masa yang akan datang. Dengan pendidikan bagi generasi muda
yang tentunya akan membawa pembaharuan untuk masa depan dan mampu meningkatkan mutu
kehidupan keluarganya. Sedangkan untuk kebutuhan pangan lebih sedikit dari pada kebutuhan non
pangan ini disebabkan karena rumah tangga nelayan untuk kebutuhan selain beras seperti ikan, gula,
minyak goreng, ubi, jagung dan lain-lainnya akan mudah didapatkan dengan harga yang masih relatif
murah.
Tinggi rendahnya pendapatan rumah tangga berpengaruh terhadap alokasi pendapatan
rumah tangga. Semakin besar pendapatan yang diperoleh rumah tangga maka akan besar pula
alokasi yang dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan non pangan, karena seluruh kebutuhan
pangan sudah terpenuhi.. Sebaliknya, semakin rendah pendapatan yang diperoleh maka alokasi
pendapatan yang dilakukan oleh rumah tangga lebih memprioritaskan untuk kebuthan pangan yang
terlebih dahulu dibandingkan untuk pemenuhan kebuthan non pangan. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Suhardjo (1989) bahwa rumahtangga yang berpendapatan rendah akan
menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok.
Pendapatan dan alokasi pendapatan rumah tangga responden dapat mencerminkan mutu
rumah tangga masyarakat nelayan di Kecamatan Kolono Timur Kabupaten Konawe Selatan.
Persentase selisih antara rata-rata total pendapatan dengan besarnya anggaran alokasi pendapatan
rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-Rata Persentase Selisih Antara Rata-Rata Total Pendapatan Dengan Alokasi
Pendapatan Rumah Tangga Nelayan
Rata-Rata Total Rata-rata Alokasi Rata-Rata Selisih
No Responden
Pendapatan (Rp/Bulan) Pendapatan Rumah Tangga (Rp/Bulan)
1 Nelayan 4.628.720 1.777.006 2.851.714

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata selisi antara total pendapatan dan rata-rata alokasi
pendapatan rumahtangga pada responden nelayan Kecamatan Kolono Timur yaitu sebesar
Rp.2.851.714-/bulan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa selisih antara pendapatan dan besarnya
anggaran untuk alokasi pendapatan pada responden tersebut di gunakan untuk tabungan atau
celengan yang tidak mau disebutkan oleh responden. Responden merasa perlu menyisikan anggaran
yang tidak sedikit sebagai simpanan untuk digunakan jika terjadi sesuatu diluar dugaan dan
perencanaan seperti keperluan mendadak, gangguan kesehatan, kerusuhan, bencana alam, dan lain-
lain. Hal ini dikarenakan jarak wilayah antara dengan pusat Kabupaten/Kota cukup jauh dengan jarak
tempuh dengan menggunakan transportasi darat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik diketahui rata-rata anggaran alokasi pendapatan
Rp.714.264-/bulan atau 40,20% untuk kebutuhan pangan dan Rp.1.062.742-/bulan atau 59,80%
untuk kebutuhan non pangan. Sedangkan rata-rata selisih antara total pendapatan dan rata-rata
alokasi pendapatan rumahtangga pada responden Nelayan yaitu sebesar Rp.2.851.714-/bulan.
Pengalokasian pendapatan rumah tangga akan mencerminkan pendapatan yang diperolehnya
sehingga perlu dilakukan penelitian-penelitian yang sejenisnya untuk mengkaji permasalahan-
permasalahan yang ada pada rumah tangga dengan berdasarkan alokasi pendapatan rumah tangga.

REFERENSI

BPS. 2010. Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010. BPS. Jakarta


Kartasapoetra, A. G. 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.
Rachman, H.P.S., 2001. Kajian Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan di Kawasan Timur Indonesia.
Disertasi (tidak dipiblikasikan). Program Pascasarjana. IPB, Bogor.
Rianse dan Abdi. 2009.Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi) Alfabeta.
Bandung.
Soeharjo dan Patong. 1989. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa. Bandung.
Wibawa, HK.2003. Perencanaan Keuangan Keluarga, Salemba Empat. Jakarta.

Vadli et al 38 eISSN: 2527-2748

You might also like