Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat..............

PENGGUNAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN


RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP LEMBAGA
NEGARA INDEPENDEN

Darul Huda Mustaqim

Pusat Kajian Anti Korupsi dan Pemerintahan Baik Universitas Lambung


Mangkurat E-mail: hudha27@gmail.com

Abstract :
The aim of this research is to analyze the use of the Anquette Right of People’s Representative
Council (DPR) conducted to independent state institutions. This is normative legal research or library
legal research by analyzing a legal problem throught legislation, literature, and other reference
materials related with issue of the research.
The results of the research shows that Firstly, for the doctrine’s point of view, governmental
system is a system which explains relation between the holder of executive power and the holder of
legislative power and in running its constitutional functions, the People’s Representative Council
(DPR) has interpelation right, anquette rights, and right to express opinion. Both in the Parliamentary
system and Presidential system, anquette right is a form of implementation of the legislative controlling
authority upon the executive power because it is executive who runs the daily government, both the
implementation of the government directly vested by or as mandate of the legislation and realization of
government as performance of policy made by the executive it self. Secondly, based on systematic and
authentic interpretation, it is not coherent if the object of the implementation of anquette right and and
other rights of the People’s Representative Council (DPR) regulated in Article 79 paragraph (3) of
MD3 Act is said to cover cover matters outside the scope of government (executive) power.
Independent institution does not belong to the legislative, executive and judicative power.

Keywords: DPR, Anquette Right, Independent State Institution

Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan Hak Angket DPR yang dilakukan
terhadap lembaga negara independen.
Jenis penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
kepustakaan yaitu suatu jenis penelitian hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan
menganalisis suatu permasalahan hukum melalui peraturan perundang-undangan, literatur-literatur
dan bahan-bahan referensi lainnya yang berhubungan dengan permasalahan.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa Pertama, Secara doktriner, sistem pemerintahan
merupakan sistem yang menjelaskan hubungan/relasi antara pemegang kekuasaan eksekutif dengan
pemegang kekuasaan legislatif dan dalam menjalankan fungsi konstitusionalnya, DPR mempunyai hak
interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Baik dalam sistem Parlementer maupun dalam
sistem Presidensial, hak angket adalah salah satu bentuk perwujudan kewenangan pengawasan
legislatif terhadap eksekutif selaku pemegang kekuasaan pemerintahan. Pengawasan itu ditujukan
kepada pemegang kekuasaan eksekutif sebab eksekutiflah yang melaksanakan pemerintahan sehari-
hari, baik pelaksanaan pemerintahan yang diturunkan langsung dari atau merupakan amanat undang-
undang maupun pelaksanaan pemerintahan yang merupakan pelaksanaan kebijakan yang dibuat oleh
eksekutif sendiri. Kedua, Berdasarkan penafsiran secara sistematis dan otentik, adalah tidak koheren
apabila objek dari pelaksanaan hak angket dan hak-hak DPR lainnya yang diatur dalam Pasal 79 ayat
(3) UU MD3 dikatakan mencakup hal-hal yang berada di luar ruang lingkup kekuasaan Pemerintah
(eksekutif). Dan lembaga independen tidak termasuk dalam cabang kekuasaan legislatif, eksekutif,
maupun yudikatif.

Kata kunci: DPR, Hak Angket, Lembaga Negara Independen


2 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

PENDAHULUAN pembagian kekuasaan negara secara


A. Latar Belakang konvensional yang mengasumsi hanya pada
Indonesia merupakan negara konstitu-
tiga cabang kekuasaan negara dalam suatu
sional atau constitutional state, yaitu negara
negara tak mampu lagi menjawab segala
1
yang dibatasai oleh konstitusi. Dalam
kompleksitas dan permasalahan yang kerap
empat ciri klasik negara hukum Eropa
muncul dalam perkembangan negara
Kontinental yang biasa disebut rechtsstaat,
modern.
terdapat elemen pembatasan kekuasaan
Salah satu bentuk perkembangan dalam
sebagai salah satu ciri pokok negara
negara modern yang banyak diperdebatkan
hukum.2 Oleh karena itu menurut
adalah hadirnyaorgan negara yang dikenal
Montesquieu dengan teori trias politica
dengan “komisi negara” atau “lembaga
yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif,
negara independen”. Hadirnya komisi
sehingga tidak ada lagi yang dominan dalam
negara ini menjadi semacam keniscayaan
menjalankan pemerintahan, seperti eksekutif
dalam menjawab kebutuhan praktik hukum
dalam menjalankan kebijakannya selalu
tata negara. Selain itu, kehadiran komisi
dipantau oleh legislatif atau di Indonesia
negara ini tentu juga do dorong oleh
disebut Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
bentangan fakta munculnya krisis
Namun seiring dengan berkembangnya
kepercayaan terhadal lembaga negara
zaman, teori trias politica sudah dianggap
konvensional.
tidak relevan lagi karena semakin
Dari aspek hukum tata negara menguti
banyaknya persoalan dalam bernegara,
pendapat Asimow dalam “Administrative
bahkan Soekarno secara tegas menyatakan
Law” (2002), penambahan kata independen
bahwa konsep trias politica dianggap
tidak hanya sebatas untuk menegaskan
3
sebagai konsep yang telah using.
bahwa organ negara yang berada di luar
Artinya, kebutuhan praktik dalam
cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
bernegara yang terus bergerak dan dinamis
yudikatif serta tidak juga sebatas dinyatakan
selalu mengikuti dinamika kompleksitas
secara tegas (eksplisit) dalam dasar hukum
persoalan yang menghendaki hadirnya
pembentukannya. Sebuah lembaga
institusi baru untuk menjawab segala
dikatakan independen apabila :4 (1)
tantangan dalam bernegara. Karenanya,
pengisian pimpinannya tak dilakukan oleh
1
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata satu lembaga saja, (2) pemberhentian
Negara, cet.II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 281.
2
Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia anggota lembaga yang hanya dapat
Dalam Kehidupan Politik Indonesia: 30 Tahun Kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945, cet. I, (Jakarta: Pustaka Sinar dilakukan berdasarkan sebab-sebab yang
Harapan, 1993), hlm. 281.
3
Zainal Arifin Mochtar, Lembaga Negara 4
Independen di Indonesia, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, Zainal Arifin Mochtar, Lembaga Negara
2016, hlm.ix Independen di Indonesia, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada,
2016, hlm.ix
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat..............3

diatur dalam undang-undang pembentukan masing dilaksanakan dengan cara yang


lembaga yang bersangkutan, (3) presiden berbeda. Sebagai legislator, selain penentuan
dibatasi untuk tidak secara bebas aturan yang ditetapkan untuk lembaga
memutuskan pemberhentian pimpinan negara independen, hal ini juga
lembaga, (4) pimpinan bersifat kolektif, mencerminkan salah satu tugas DPR sebagai
tidak dikuasai/ mayotitas berasal dari partai pengawasan dan anggaran terhadap sebuah
politik tertentu dan masa jabatan pimpinan lembaga negara independen. Berkaca dari
tidak habis secara bersamaan, tetapi pengalaman proses internal di DPR dalam
bergantian. melakukan rekrutment terhadap lembaga
Dalam kekuasaan legislative terdapat negara independen, rangkaian pengalaman
tiga fungsi utama DPR yakni Fungsi selama proses pelibatan DPR, demi alasan
Legislasi, Fungsi Anggaran, dan Fungsi mengedepankan objektifitas, menjadi jauh
Pengawasan. Dengan demikian, aktivitas lebih baik bila proses fit and proper test
unsur-unsur DPR yang bertujuan melibatkan ahli. Secara hukum, pelibatan
melaksanakan fungsi perwakilan, panel ahli dimungkinkan karena Peraturan
perundang-undangan dan pengawasan, Tata Tertib DPR menyerahkan pelaksanaan
merupakan kewenangan lembaga ini. seleksi dan pembahasan kepada masing-
Pengawasan (controlling) yaitu suatu masing komisi sepanjang tidak menafikkan
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penelitian administrasi, penyampaian visi-
agar penyelenggaraan negara sesuai dengan misi, uji kelayakan (fit and proper test), dan
rencana. Jika dikaitkan hukum pemerintah- tetap membuka partisipasi publik. Dalam
an, pengawasan dapat diartikan sebagai batas penalaran yang wajar, panel ahli
suatu kegiatan yang ditujukan untuk berguna untuk membantu komisi di DPR
menjamin sikap pemerintah agar berjalan dalam menelusuri dan mendalami jejak
sesuai hukum yang berlaku. Dikaitkan rekam dan pemahaman calon yang telah
dengan hukum tata negara, pengawasan dihasilkan panitia seleksi sesuai dengan
berarti suatu kegiatan yang ditujukan untuk tugas dan wewenang lembaga negara
menjamin terlaksananya penyelenggaraan independen.
negara oleh lembaga-lembaga kenegaraan Mengenai fungsi pengawasan dan
5
sesuai dengan hukum yang berlaku. anggaran, bahwa pelaksanaan fungsi
Terhadap lembaga negara independen, anggaran oleh DPR tentunya secara
DPR juga terlibat andil dalam penentuan bersama-sama menjalankan pula fungsi
rekrutmen komisi negara yang masing- pengawasan dimana di dalamnya harus
5
Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan Indonesia terdapat sistem checks and balances. Selain
Dalam Kehidupan Politik Indonesia: 30 Tahun Kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945, hlm. 285 ketiga fungsi di atas, secara konstitusional
4 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

DPR memiliki hak yang melekat kepadanya. Indonesia (KBBI) angket adalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Dasar Penyelidikan oleh lembaga perwakilan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 rakyat terhadap kegiatan pemerintah.8
(UUD NRI Tahun 1945) dimana yang Pengertian Hak Angket juga dapat dilihat
menjadi hak Dewan Perwakilan Rakyat pada Bagian Penjelasan Pasal 27 huruf b
adalah Hak Interpelasi, Hak Angket, dan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009
6
Hak Menyatakan Pendapat. tentang susunan dan kedudukan Majelis
Di dalam Undang-Undang Dasar Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
dijelaskan tentang tugas-tugas DPR, yaitu Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
mengawasi jalannya kinerja pemerintahan Daerah, yang menyatakan sebagai berikut:
dengan menggunakan hak maupun “Hak Angket adalah Hak DPR untuk
7
kewajibannya. Salah satu hak yang dimiliki melakukan penyelidikan terhadap kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta
oleh DPR dalam menjalankan fungsinya berdampak luas pada kehidupan
untuk mengawasi pemerintahan yaitu Hak bermasyarakat dan bernegara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-
Angket, atau hak anggota badan legislatif 15
undangan”.
untuk mengadakan penyelidikan terhadap Di dalam undang-undang tersebut
kebijakan pemerintah yang penting dan tentang penetapan hak angket tidak
strategis serta berdampak luas pada menjelaskan mengenai apa saja yang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara menjadi alasan untuk memunculkan hak
yang diduga bertentangan dengan peraturan angket serta dalam pasalnya hak angket
perundang-undangan. diperlukan hanya terhadap kebijakan
Berkaitan dengan urgensi bagaimana “Pemerintah” dalam hal ini eksekutif yang
penggunaan hak angket DPR pasca ketika penting dan strategis serta berdampak
amandemen UUD Negara Republik luas pada kehidupan masyarakat sehingga
Indonesia Tahun 1945. Dalam amandemen penggunaan hak angket di luar pada itu
UUD 1945 yang pertama istilah hak angket masih menimbulkan stigma negatif bahwa
belum dikenal, istilah hak angket baru mulai DPR dengan powernya menggunakan hak
muncul setelah amandemen UUD 1945 yang nya sesuai rasa keinginan yang tercermin
ke-2 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus dalam suatu bentuk hak angket terhadap
2002. Dalam Kamus Besar Bahasa salah satu lembaga negara independen yaitu
komisi pemberantasan korupsi (KPK) pada
6
Indonesia, Pasal 20A ayat 2, Undang-
Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945. 8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
7
Max Boboy, DPR RI dalam Prespektif dan Besar Bahasa Indonesia, ed.4 (Jakarta: Gramedia
Sejarah dan Tata Negara, cet.I. (Jakata: Pustaka Sinar Pustaka Utama, 2005), hlm. 69.
Harapan, 1994), hlm.71
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat..............5

laporan Panitia Angket pada Rapat an authorized judge for the purpose of
Paripurna ke-18 masa persidangan III Tahun gathering testimony to be used in trial.”9
2017-2018 di Kompleks Parlemen, Senayan, Sehingga pengertian angket dalam
Jakarta, Rabu (14/2/2018). kamus Black Law dapat diartikan sebagai
Berdasarkan latar belakang dari sebuah penyelidikan kepada para saksi
permasalahan yang telah diuraikan diatas, (secara tertulis) baik sesudah atau sebelum
penulis tertarik untuk melakukan penelitian disahkan oleh hakim dengan tujuan
dalam tesis dengan judul: “Penggunaan Hak dikumpulkannya kesaksian untuk digunakan
Angket DPR terhadap Lembaga Negara di pengadilan. Sedangkan di dalam Kamus
Independen. Besar Bahasa Indonesia (KBBI) angket
Oleh karena itu dalam penulisan tesis adalah Penyelidikan oleh lembaga
ini, penulis ingin meneliti lebih jauh perwakilan rakyat terhadap kegiatan
terhadap penggunaan hak angket DPR pemerintah.10
terhadap penyelenggaraan lembaga negara Hak angket sendiri pertama kali dikenal
independen, sehingga judul tesis yang di Inggris pada pertengahan abad ke XIV
penulis ajukan adalah “PENGGUNAAN untuk menyelidiki dan menghukum
HAK ANGKET DPR TERHADAP penyelewengan-penyelewengan dalam
LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN”.. administrasi pemerintahan yang kemudian
disebut right of impeachment (hak untuk
B. RUMUSAN MASALAH menuntut seorang pejabat karena melakukan
Berdasarkan latar belakang di atas, pelanggaran jabatan). Hak ini pertama kali
permasalahan yang diangkat dalam tesis ini digunakan oleh parlemen Inggris pada
adalah : Apakah Penggunaan Hak Angket tahun 1376 yang mengakibatkan pemecat-
DPR sudah sejalan dengan Undang-Undang an beberapa pejabat istana karena
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun melakukan penyelewengan keuangan.
1945 dan Peraturan di Bawahnya? Sekarang hak angket di Inggris dilakukan
Apakah Penggunaan Hak Angket DPR oleh sebuah komisi khusus yang bertugas
dapat dilakukan terhadap lembaga negara menyelidiki kegiatan pemerintah dan
independen? administrasi.11
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HAK ANGKET
9
Pengertian angket di dalam Black Law Brian A Garner, Black Law Dictionary, Ninth
Edition, ( West Group, 2009), hlm. 610.
10
Dictionary yaitu enquete yang artinya Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ed.4 (Jakarta: Gramedia
sebagai berikut: “An examination of Pustaka Utama, 2005), hlm. 69.
11
witnesses (take down a writing) by or before Arifin Sari Surunganlan Tambunan, Fungsi
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Menurut
UUD 1945, Suatu Studi Analisis Mengenai Pengaturannya
6 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

Pengertian dan ketentuan mengenai hak Undang-Undang Dasar ini, Dewan


angket secara eksplisit diatur dalam Perwakilan Rakyat mempunyai hak
ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
1950 Pasal 70 Tentang Perubahan Konstitusi pendapat.
Republik Indonesia Serikat Menjadi Untuk selengkapnya pengertian Hak
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Angket dapat dilihat pada Bagian Penjelasan
Indonesia, sebagai berikut: “Dewan Pasal 27 huruf b Undang-Undang Nomor 27
Perwakilan Rakyat mempunyai hak tahun 2009 tentang susunan dan kedudukan
menyelidiki (enquete), menurut aturan- Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
aturan yang ditetapkan dengan Undang- Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
12
undang,” Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Sehingga pengertian Hak Angket sesuai Daerah, yang menyatakan sebagai berikut:
ketentuan peraturan perundang-undangan “Hak Angket adalah Hak DPR untuk
adalah hak menyelidiki yang dimiliki oleh melakukan penyelidikan terhadap kebijakan
DPR, yang untuk selanjutnya pengertian pemerintah yang penting dan strategis serta
Hak Angket dapat dilihat pada bagian berdampak luas pada kehidupan
konsiderans (Menimbang) pada Undang- bermasyarakat dan bernegara yang diduga
Undang Nomor 6 Tahun 1954, sebagai bertentangan dengan peraturan perundang-
berikut: “Bahwa hak Dewan Perwakilan undangan”.13
Rakyat untuk mengadakan penyelidikan
B. Negara Kesejahteraan dan
(angket) perlu diatur dengan undang- Pertumbuhan Lembaga Independen
undang” Doktrin checks and balances klasik
Selanjutnya pengertian dan ketentuan yang merupakan pertumbuhan awal ketata-
tentang Hak Angket, ditentukan kembali negaraan modern, dalam perkembangannya
pada pasal 20 A ayat (1) dan ayat (2) kemudian mengalami tahap yang lebih kom-
Undang-Undang Dasar 1945 hasil pleks. Model pemisahan kekuasaan negara
Amandemen, sebagai berikut: yang klasik atau konvensional dengan tiga
1. Dewan Perwakilan Rakyat memiliki cabang kekuasaan negara yakni eksekutif,
fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi legislatif dan federatif/judikatif seperti yang
pengawasan dianut oleh John Locke dan Montesqieue
2. Dalam melaksanakan fungsinya, selain tidak lagi memadai, berkenaan dengan
hak yang diatur dalam pasal-pasal lain pertumbuhan tugas negara dalam konsepsi

Tahun 1966-1997, (Jakarta: Sekolah Tinggi Hukum Militer,


1998), hlm.158. 13
Republik Indonesia, Pasal 27 huruf b.
12
Republik Indonesia, Pasal 70, Undang- Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1950. Undang tentang Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat.
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat..............7

negara kesejahteraan yang menyebabkan Dewan Perwakilan Daerah, melengkapi


kelembagaan negara yang timbul semakin organ konstitusi dalam kerangka checks
beragam dan kompleks. Teori klasik and balances yang diharapkan.
pemerintahan menganut pendirian bahwa Gejala yang terjadi dalam pemerintahan
pemerintahan itu harus terbatas dan modern berupa bertumbuhnya komisi-
ramping, karena tujuannya adalah untuk komisi negara dan komisi independen, juga
melindungi hak-hak individu. Perkembang- dialami di Indonesia. Komisi- komisi
an pemikiran kenegaraan pada awal abad tersebut umumnya lahir dari hilangnya
dua puluh berubah, dengan munculnya kepercayaan terhadap aparat pemerintahan
konsepsi negara kesejahteraan yang yang sudah ada (public distrust). Dalam
menuntut peran negara yang lebih besar dari pelaksanaan tugas-tugas dan kewenangan-
hanya sekedar menjamin hak-hak dan nya, tampaknya komisi-komisi tersebut
kebebasan individu, sehigga menyebabkan bersaing dengan birokrasi yang ada. Kita
tumbuhnya lembaga-lembaga negara baru dapat melihat semacam persaingan antara
yang juga memiliki kewenangan mengatur. Kepolisian dan Kejaksaan Agung dengan
Perkembangan demikian juga Komisi Pemberantasan Korupsi dalam
kemudian menolak konsepsi pemisahan pemberantasan tindak pidana korupsi.
kekuasaan secara kaku, dan menghimpun Konsideran Undang-Undang Nomor 30
kewenangan yang bersifat legislatif, Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
eksekutif dan judikatif dalam badan-badan Korupsi, memang secara jelas menyatakan
administratif yang sekarang dikenal komisi- bahwa aparat penegak hukum yang ada tidak
komisi independen. efektif melaksanakan tugasnya, sehingga
Disamping perkembangan konsepsi diperlukan suatu komisi khusus yang
pembagian kekuasaan dan/atau pemisahan independen yang menjadi trigger
kekuasaan klasik yang dianut dalam UUD pemberantasan tindak pidana korupsi.
1945 sebelum dan sesudah perubahan, maka Sifat khusus lembaga negara yang
pertumbuhan komisi independen dengan independen, kadang-kadang dengan memi-
kewenangan regulasi juga terjadi di liki karakter selfregulatory yang menyatu-
Indonesia secara pesat. Perubahan UUD kan fungsi membuat aturan, melaksanakan
1945 dalam 4 (empat) tahap, menciptakan dan adjudikasi. Pertanyaan yang harus
pergeseran-pergeseran dan perubahan dijawab adalah apakah badan baru tersebut
organisasi kekuasaan yang memungkinkan merupakan bagian dari salah satu kekuasaan
terjadinya checks and balances diantara yang diatur dalam konstitusi legislatif,
lembaga kekuasaan secara horizontal. eksekutif atau judikatif atau tidak. Apakah
Terbentuknya Mahkamah Konstitusi dan sifat independen lembaga yang disebut
8 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

bukan merupakan bagian dari cabang menyusun aturan bersifat primer. Karena
kekuasaan yang diatur dalam konstitusi, tidak ada manusia yang memiliki kuasa
harus dilihat sebagai suatu cabang untuk memasrahkan pelestarian diri, kepada
kekuasaan terpisah dari konsep pembagian kehendak absolut dan dominasi pihak lain
dan pemisahan kekuasaan klasik, yang yang sewenang-wenang, maka bila orang
disebut Crince Le Roy dan Peter L Strauss yang hendak membawa pada kondisi
sebagai kekuasaan keempat (the fourth perbudakan maka berhak menolak. Dengan
branch) dan kalau demikian bagaimana demikian masyarakat bisa dikatakan
melihat pengawasannya, karena tidak boleh sebagai penguasa tertinggi yang tidak
ada kekuasaan dalam negara hukum yang berada di bawah bentuk pemerintahan
tanpa kontrol atau pengawasan. Kekuasaan apapun.15
yang berasal rakyat melalui negara harus
2. Landasan Sosiologis
berjalan seiring dengan akuntabilitas, karena
Pengawasan merupakan kegiatan
kekuasaan ditandai tidak hanya oleh
yang ditujukan untuk menjamin agar penye-
kewenangan hukum ketika menjalankan
lenggara negara sesuai dengan rencana. Jika
fungsi pemerintahan, melainkan juga
dikaitkan dengan hukum tata negara,
kewajiban hukum publik.
pengawasan berarti suatu kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin terlaksananya
C. Landasan Hak Angket penyelenggaraan negara oleh lembaga
1. Landasan Filosofis lembaga kenegaraan sesuai dengan hukum
Zaman Yunani Kuno, Plato dan yang berlaku.16
Aristoteles yakin, dan keyakinan mereka Landasan Hukum
sejalan dengan tradisi Yunani, bahwa Mengenai pengaturan dan dasar hukum hak
hukum dan perundangan (nomos dan nomoi) angket terbagi dalam beberapa peraturan
sangatlah penting untuk menata polis. Perundang-Undangan yakni:
Sejalan dengan keyakinan tersebut, didapati a. Konstitusi Indonesia
bahwa tatanan atau bangunan politik yang Dasar hukum mengenai pengaturan hak
baik selalu berupa aturan hukum, yakni angket dalam Konstitusi dapat ditemui
peraturan yang sesuai dengan hukum, yang dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat
akhirnya dapat membawa keadilan di dalam pasal 121 yang berbunyi “Dewan
14
masyarakat.
Menurut John Locke hukum 15
Carl Joachim Friedrich, Constitutional
Government and Democracy, 1950 (especcially chap.I
membuktikan bahwa hak rakyat untuk and the literature given there, hlm. 129.
16
Sri Soemantri, dkk, Ketatanegaraan
14 Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia: 30
Carl Joachim Friedridh, Filsafat Hukum, (The
Tahun Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, hlm.
University of Chicago Press, 1969), hlm. 17.
285.
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat..............9

Perwakilan Rakyat mempunyai hak Hak angket atau hak untuk menyelidiki
menyelidiki (enquete), menurut aturan- telah dikenal oleh lembaga legislasi saat
aturan yang ditetapkan dengan Undang- kekuasaan legislasi di bawah komite
Undang Federal”.17 Undang- Undang Dasar nasional pusat dan badan pekerja komite
Sementara 1950 pasal 79 dinyatakan secara nasional pusat. Hal ini dapat ditemukan
jelas bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat pada peraturan Tata Tertib Badan Pekerja
mempunyai hak menyelidiki (enquete), Komite Nasional Pusat.19 Dalam Peraturan
menurut aturan- aturan yang ditetapkan oleh DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata
Undang-Undang”. Dalam Undang-Undang Tertib DPR menyebutkan hak angket salah
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, satunya diatur dalam pasal 161 dimana
hak angket secara jelas tercantum pada dikatakan bahwa DPR memiliki hak
Pasal 20A ayat (2) dimana berbunyi” dalam interpelasi, Angket, dan Menyatakan
melaksanakan fungsinya, selain hak yang Pendapat. Dalam peraturan tata tertib ini
diatur dalam pasal-pasal lain Undang- juga dijelaskan bagaimana proses hak
Undang Dasar ini, Dewan Perwakian angket itu dilaksanakan.
Rakyat mempunyai hak angket”.18
3. Teori Lembaga Negara
b. Undang-Undang
Has Natabaya dalam Ernawati Munir
Undang-Undang yang mengatur secara
mengatakan bahwa istilah badan, organ,
khusus mengenai hak angket adalah
atau lembaga mempunyai makna yang
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954
esensinya kurang lebih sama. Ketiganya
Tentang Hak Angket, Undang- Undang
dapat digunakan untuk menyebutkan suatu
Nomor 5 Tahun 1955, Undang-Undang
organisasi yang tugas dan fungsinya
Nomor 5 Tahun 1975, Undang-Undang
menyelenggarakan pemerintahan negara.
Nomor 2 Tahun 1975, Undang-Undang
Namun demikian perlu ditekankan adanya
Nomor 2 Tahun 1985, Undang-Undang
konsistensi penggunaan istilah agar tidak
Nomor 4 Tahun 1999, Undang-Undang-
digunakan dua istilah untuk maksud yang
Undang Nomor 22 Tahun 2003, dan
sama.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009
Lembaga Negara itu dapat berada
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif,
c. Peraturan di bawah Undang-Undang ataupun yang bersifat campuran dan

19
17 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Pasal 121, Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1950, Republik Indonesia Gotong Royong, Himpunan peraturan tata tertib
Serikat. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 1945-
18
Republik Indonesia, Pasal 20 A ayat (2), 1971, (BP.KNIP-DPR Pemilu II), hlm. 19.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
10 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

independen.20 Di Indonesia, riwayat Komisi Yudisial. Di samping kedelapan


kelahiran lembaga-lembaga negara lembaga tersebut, terdapat pula beberapa
independen dimulai setidaknya pasca lembaga atau institusi yang diatur
reformasi 1998. Sebagaimana diketahui, kewenangannya dalam UUD, yaitu: (1)
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pra Tentara Nasional Indonesia, (2) Kepolisian
amandemen menganut pembagian Negara Republik Indonesia, (3) Pemerintah
kekuasaan dengan pengertian tidak murni, Daerah, dan (4) Partai Politik.22
merujuk pada model division of power yang Selain itu, ada pula lembaga yang tidak
diajarkan montesquie. disebut namanya, tetapi disebut fungsinya,
Dari segi kelembagaannya, menurut namun kewenangannya dinyatakan akan
ketentuan UUD Negara Republik Indonesia diatur dengan undang- undang, yaitu: (1)
Tahun 1945 pasca Perubahan Keempat bank sentral yang tidak disebut namanya
(Tahun 2002), dalam struktur kelembagaan “Bank Indonesia”, dan (2) Komisi
Republik Indonesia terdapat delapan buah Pemilihan Umum yang juga bukan nama
organ negara yang mempunyai kedudukan karena ditulis dengan huruf kecil.23
sederajat yang secara langsung menerima Oleh karena itu, dapat dibedakan
kewenangan konstitusional dari UUD yang dengan tegas antara kewenangan organ
dibagi atas 4 kekuasaan dan satu Lembaga negara berdasarkan perintah Undang-
Negara Bantu sebagai berikut: Pertama, Undang dan kewenangan organ negara
Kekuasaan Legislatif, yaitu: Majelis yang hanya berdasarkan perintah Undang-
Permusyawaratan Rakyat yang tersusun Undang, bahkan dalam kenyataan ada pula
atas: Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan lembaga atau organ yang kewenangannya
Perwakilan Daerah; Kedua, Kekuasaan berasal dari atau bersumber dari Keputusan
Eksekutif, yaitu: Presiden dan Wakil Presiden belaka. Lembaga Negara yang
Presiden; Ketiga, Kekuasaan Yudisial, diatur dan dibentuk oleh Undang-Undang
meliputi: Mahkamah Agung dan Mahkamah Dasar merupakan organ konstitusi,
Konstitusi.21 sedangkan yang dibentuk berdasarkan
Kekuasaan terakhir adalah di bidang Undang- Undang merupakan organ Undang-
Eksaminatif (Inspektif), yaitu: Badan Undang, sementara yang hanya dibentuk
Pemeriksa Keuangan. Lembaga Negara karena Keputusan Presiden tentunya lebih
Bantu (the state auxiliary body), yaitu rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan
20
Jimly Asshidiqie, Perkembangan dan
22
Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, cet.I, Titik Triwulan Tutik, Konstitusi Hukum Tata
(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.27. Negara Indonesia Pasaca Amandemen UUD 1945,
cet.I, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.176.
21 23
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara
cet.I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.151. Indonesia, hlm.151.
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat............11

hukum terhadap pejabat yang duduk di tentunya DPR tidak berwenang untuk
24
dalamnya. melakukannya. Meskipun demikian dalam
4. Mekanisme Hak Angket menyelenggarakan hak angket terdapat
Mekanisme penggunaan Hak Angket beberapa hak dan kewenangan yang dapat
DPR merupakan bagian yang tidak dilakukan oleh DPR dalam melakukan
terpisahkan dari struktur lembaga DPR. penyelidikan yaitu:
Adapun struktur lembaga DPR diatur dalam 1. Meminta keterangan pada pemerintah,
UU No.27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, badan hukum, organisasi profesi, saksi,
DPD, dan DPRD dan berdasarkan peraturan pakar dan/atau pihak terkait;25
DPR Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata a. Saksi dapat merupakan warga negara
Tertib disebutkan tata cara pelaksanaan Hak Indonesia maupun Warga Negara Asing
Angket. yang ada di Indonesia;26
Jika dilihat dari pengaturan hak angket b. Mendapatkan keterangan dari saksi atau
maka pada intinya hak angket adalah hak Ahli yang berada diluar negeri melalui
untuk menyelidiki. Dalam ketentuan pertanyaan secara tertulis kepada menteri
KUHAP (Undang-Undang Nomor 8 Tahun yang bersangkutan yang membantu
1981 tentang Hukum Acara Pidana) Pasal 1 dipenuhinya pertanyaan-pertanyaan itu
angka 5 mengatakan bahwa : dengan perantara perwakilan Indonesia di
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan luar negeri;27
Penyelidik untuk mencari dan menemukan c. Dalam melakukan pemanggilan DPR
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak dapat melakukannya secara tertulis;28
pidana guna menentukan dapat atau 2. Melakukan sumpah pada saksi atau ahli
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang berumur 16 tahun;29
yang diatur dalam undang-undang”. 3. Melakukan penuntutan pada saksi atau
Pengertian menyelidiki yang dimaksud ahli yang lalai, melalui Kejaksaan
dengan hak angket memang tidak dapat Pengadilan Negeri;30
disamakan secara keseluruhan dengan
penyelidikan dalam Kitab Undang-Undang 25
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2009, Pasal 179 jo ayat (1) Peraturan DPR Nomor 1
Hukum Pidana. Hal mengenai tindakan Tahun 2009 tentang Tata tertib.
26
Republik Indonesia, Pasal 180, Undang-Undang
paksa seperti penangkapan, menyuruh Nomor 27 Tahun 2009.
27
Republik Indonesia, Pasal 24, Undang-Undang
berhenti, mengambil sidik jari, dan Nomor 6 Tahun 1954.
28
Republik Indonesia, Pasal 4, tentang Tata
memotret orang dan membawa dan Tertib Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat.
menghadapkan seorang pada penyidik 29
RepublikIndonesia, Pasal 8 ayat (1), Tata
Tertib Dewan Perwakilan Rakyat.
30
24
Jimly Asshidiqie, Perkembangan dan Republik Indonesia, Pasal 10, Tata Tertib
Konsolidasi, hlm.60. Dewan Perwakilan Rakyat.
12 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

4. Memaksa saksi atau ahli untuk datang dalam kaitannya dengan pola hubungan
memenuhi panggilan dengan bantuan yang terbangun antar lembaga negara
31
Kepolisian atau Kejaksaan; tersebut. Perubahan konstitusi yang diikuti
5. Melakukan penahanan kepada saksi atau dengan pembentukan dan perubahan
ahli yang membangkang melalui ketua berbagai peraturan perundang-undangan
32
Pengadilan Negeri; adalah untuk terbentuknya perimbangan
6. Memeriksa surat-surat yang disimpan fungsi dan tugas lembaga-lembaga negara
33
oleh pegawai kementrian; khhususnya lembaga Eksekutif dan
7. Melakukan penyitaan dan atau menyalin Legislatif, juga dimaksudkan untuk saling
surat kecuali berisi rahasia negara melalui mengimbangi dan saling mengawasi yang
34
Pengadilan Negeri. bekerja sama sistemik, berdasarkan aturan-
5. Hubungan Hak Angket Dengan aturan yang ada.
Dewan Perwakilan Rakyat
Dengan diamandemennya UUD 1945,
Pada masa era reformasi, perubahan
telah terjadi pergeseran dari stigma
Undang-Undang Dasar 1945 oleh Majelis
executive heavy menjadi legislative heavy.36
Permusyawaratan Rakyat telah berpengaruh
Peran DPR menjadi menonjol, karena
terhadap struktur ketatanegaraan, susunan
konstitusi dan peraturan perundang-undang
DPR serta hubungan DPR dengan lembaga-
telah mengatur demikian, DPR dapat
lembaga negara lainnya. Struktur
mengoptimalkan peran dan fungsinya, agar
ketatanegaraan ini mengarah kepada
bisa lebih kuat dalam pengawasannya
terciptanya mekanisme check and balances
terhadap pemerintahan dan dapat membantu
antar lembaga negara khususnya antar tiga
kinerja pemerintah dalam menjalankan
cabang kekuasaan yaitu Eksekutif,
pemerintahannya sesuai dengan aturan.
Legislatif, dan Yudikatif.35
Pasal 25 UUD 1945 hasil amandemen
Dari ketiga kekuasaan tersebut,
menentukan bahwa DPR mempunyai fungsi
ternyata dalam tataran implementasinya
legislasi, fungsi Anggaran, dan Fungsi
masih dijumpai berbagai macam persoalan
Pengawasan, dan pada pasal 27 UUD 1945
31
Republik Indonesia, Pasal 180 ayat (3), hasil amandemen di tentukan bahwa DPR
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, Indonesia,
jo Pasal 169 ayat (6) Peraturan DPR Nomor 1 Tahun mempunyai Hak Interpelasi, Hak Angket,
2009 tentang Tata Tertib.
32
dan Hak Menyatakan Pendapat. Atas dasar
Republik Indonesia, Pasal 1 ayat (2), Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1954 tentang Hak Angket.
33
hal tersebut diatas, Hak Angket dalam
Republik Indonesia, Pasal 18, Undang-Undang
Nomor 6 tahun 1954. hubungannya dengan.
34
Republik Indonesia, Pasal 19, Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1954.
36
35
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan
Tata Negara, hlm. 282. Indonesia, kajian terhadap dinamika perubahan
UUD1945, (Yogyakarta : FH UII Press, 2003), h. 32
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat............13

DPR merupakan hak yang melekat yang terdiri dari tiga belas orang anggota
pada DPR selaku Badan Legislatif dengan Margono Djojohadi Kusumo
berdasarkan ketentuan konstitusi serta sebagai ketua panitia angket. DPR menerima
peraturan perundang- undangan yang baik laporan tentang hasil-hasil pekerjaan
berlaku.37 Hak angket merupakan bentuk panitia angket atas usaha memperoleh dan
pengawasan intensif serta investigatif DPR cara menggunakan devisien. Catatan yang
terhadap kebijaksanaan pemerintah. Peran diberikan masih harus dirahasiakan sampai
DPR melalui Hak Angket akan lebih ada ketentuan lain dari DPR.
konkret daripada hanya sekadar (b) DPR 1956-1959
menggunakan hak meminta keterangan, DPR hasil pemilu tahun 1955
karena dalam hak angket terkandung unsur mengacu kepda UUDS Tahun 1950. DPR
dimana DPR juga ikut andil mengawal periode ini menggunakan hak angket
proses penyelesaian suatu kasus dan untuk menyelidiki kecelakaan kereta api
sekaligus langsung menjadi investigator di Trowek, Tasikmalaya. Adapun tujuan
dalam kasus tersebut. Dimana dengan melaksanakan Hak Angket dijelaskan
terlibatnya DPR terhadap suatu kasus, maka dalam usulan. Hak angket menyebutkan
diharapkan upaya penyelesaian kasus ini bahwa, ”Angket digunakan untuk
akan semakin menemui titik terang dan mendapatkan penjelasan-penjelasan yang
mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan lebih luas lebih banyak dari pada
nepotisme. keterangan pemerintah. Dalam
6. Kasus Hak Angket Sebelum pembicaraan juga ditekankan bahwa
Amandemen UUD NRI Tahun 1945
panitia angket tidak mencari sipa yang
(a) Masa DPR 1950-1956 salah, akan tetapi sekedar mencari
Pada akhir tahun 1954 anggota DPR, jawaban yang lengkap, mencari
Margono Djojohadi Kusumo, dan kawan- keterangan-keterangan yang diterima
kawan, mengajukan usul resolusi yang dan demikian dapat membantu
dimaksudkan ialah supaya DPR kekacauan jalannya kereta api.39
mengadakan angket atas usaha memperoleh
7. Kasus Hak Angket Setelah
dan cara menggunakan devisien.38 Dibuatlah Amandemen UUD NRI Tahun 1945
keputusan untuk membentuk panitia angket (a) DPR Era Reformasi Periode 1999-2004

Pasca berakhirnya orde baru, desakan


37
Republik Indonesia, Pasal 25-27 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
38
Pertama Kali Hak Angket digunakan DPR 39
Riris Kahtarina, “mengenai hak angket melalui
pada tahun 1950, diakses dari
perjalanan sejarah DPR RI dalam berbagai prespektif
http://www.dpr.ri.go.id.berita., Pada tanggal 29 Agustus
tentang memorandum kepada presiden: suatu studi
2013.
terhadap pemberian memorandum DPR RI kepada
Presiden Abdurrahman Wahid”,hlm. 171.
14 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

demokratisasi kehidupan politik terus Laksamana Sukardi yang diduga kuat


berlanjut. Hak Angket dibentuk DPR untuk terlibat dalam kasus penjualan tanker VLCC
menyelidiki dugaan pelanggaran hukum Milik Pertamina (2) Meminta Pimpinan
yang dilakukan oleh Presiden Abdurrahman DPR-RI untuk menugaskan Komisi III DPR
Wahid. Adapun hal ini didasarkan pada:40 RI supaya mendesak Komisi Pemberantasan
Berita di media massa tentang bobolnya Korupsi (KPK) atau Kejaksaan Agung
dana milik Yanatera Bulog dugaan agar segera menuntaskan kasus penjualan
sebesar Rp 35 milyar pada bulan Mei 2000. tanker VLCC tersebut.41
Dan Dugaan penyimpangan pengaliran Dana
2) Kebijakan pemerintah menaikkan harga
Bantuan yang diberikan Sultan Brunei
Darussalam sebesar $US 2 juta kepada BBM.
Presiden Abdurrahman Wahid. Berdasarkan Diusulkan 117 anggota dari delapan
penyelidikan panitia ditemukan fakta-fakta fraksi dan usulan tersebut disetujui pada
dugaan penyimpangan sehingga DPR Rapat Paripurna. Adapun rekomendasi yang
mengeluarkan memorandum 1 kepada dihasilkan ialah: semua pihak yang meneken
Presiden Abdurrahman Wahid. kontrak kerjasama wajib memuat ketentuan
(b) DPR Era Reformasi Periode 2004-2009 soal prioritas penjualan migas sebesar 40%
Pada masa ini panitia angket digulirkan ke perusahaan nasional, mendesak
untuk menyelidiki kasus : pemerintah mengajukan revisi uu migas,
1) Kasus penjualan dua tanker milik negosiasi ulang kontrak Blok Tangguh dan
Pertamina Blok Cepu, dan meninjau ulang keberadaan
Diusulkan oleh 23 anggota dari delapan BP Migas dan BPH Migas.42
fraksi dan disetujui rapat paripurna pada 14
3) Pelaksanaan penyelenggaraan ibadah
Juni 2005 dan panitia angket melaporkan
haji pada 1429 H
hasil kerjanya yang direkomendasikan oleh
Diusulkan 122 anggota dari tujuh fraksi
panitia khusus menyangkut penjualan dua
dan disetujui Rapat Paripurna pada 17
tanker berindikasikan korupsi, pemerintah
Februari 2009. Pansus menyelesaikan
diminta mencari celah penyelamatan tanker.
pekerjaannya pada 29 September 2009,
Dihasilkanlah rekomendasi akhir dari
sedangkan rekomendasi yang dihasilkan
pansus angket yaitu (1) KPK atau Kejaksaan
sebagai berikut: penyelenggara ibadah haji
Agung agar segera mengusut secara tuntas
tahun 2001 dan 2006 dinilai gagal,
40
Riris Kahtarina, “mengenai hak angket melalui
41
perjalanan sejarah DPR RI dalam berbagai prespektif Risalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia,
tentang memorandum kepada presiden: suatu studi Rapat Paripurna Ke-16, Masa Sidang III, Tahun Sidang
terhadap pemberian memorandum DPR RI kepada 2006-2007, hlm. 78.
42
Presiden Abdurrahman Wahid”,hlm. 195. Parlementaria, Menuju DPR Bersih, (Jakarta:
Tata Usaha Bagian Pemberitaan & Penerbitan DPR-RI,
2008), hlm. 75.
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat............15

mendesak Presiden memberikan tindakan maka dapat dilihat penggunaan hak angket
tegas kepada Menteri Agama periode 2004- pada masa sebelum UUD 1945 di
2009, perlunya amaandemen Undang- amandemen memiliki peluang yang lebih
Undang No.13 Tahun 2008 tentang besar untuk dapat memberhentikan Presiden
penyelenggaraan Haji, dan perlunya di masa jabatannya, apabila Pemerintah
43
rancangan UU Lembaga Keuangan Haji. yang dalam hal ini Presiden dianggap telah
(c) DPR era Reformasi Periode 2009-2014 melanggar Undang-Undang atau terlibat
kejahatan.
Pada periode ini Hak Angket
Apabila Presiden terbukti melakukan
digunakan untuk menyelidiki dana Bail Out
pelanggaran Hukum yang
pemerintah sebesar 6,7 trilyun ke Bank
menciderai Undang-Undang, maka DPR
Century. Penggunaan hak angket terkait dan
dapat langsung melakukan pengajuan
talangan ke bank Century bergulir cepat di
memorandum 1 dan memorandum 2
DPR. Sejak diusulkan oleh 139 anggota
kepada Presiden, untuk selanjutnya DPR
DPR, dukungan atas terus membesar.
dapat mengajukan kepada MPR untuk
Saat sidang Paripurna digelar 1 Desember
mengadakan Sidang Istimewa.45 Terhadap
2009 tercatat 503 orang dari sembilaan
penggunaan Hak Angket
fraksi mendukung hak angket diputuskanlah
pada masa setelah Undang-Undang Dasar
rekomendasi bahwa bailout century
1945 di amandemen justru memiliki peluang
menyimpang dan ,merekomendasikan agar
yang lebih kecil bagi DPR untuk dapat
kepolisian, kejaksaan dan KPK menyelidiki
memberhentikan Presiden di masa
kasus century ini.44
jabatannya, karena sesuai ketentuan
8. Kekuasaan DPR dalam
Konstitusi Amandemen Undang-Undang
Penggunaan Hak Angket
Apabila dilihat dari Pembahasan yang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
berkenaan dengan Undang-Undang Nomor 1945, prosedur pemberhentian Presiden
27 Tahun 2009 Tentang Susunan dan harus melalui berbagai mekanisme, yaitu
Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD atas pengajuan DPR kepada Mahkamah
beserta Peraturan Tata Tertib DPR RI Konstitusi tentang berbagai macam alasan
Nomor.01/DPRRI/2009 Tentang Peraturan pelanggaran yang telah dibuat oleh Presiden
Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat, untuk dinyatakan telah melanggar atau tidak
melanggar Undang-Undang Dasar Negara
Repulik Indonesia Tahun 1945.
43
Risalah Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia, Rapat Paripurna Ke-11, Masa Sidang I,
Tahun Sidang 2009-2010, hlm. 78.
44
Risalah Dewan Perwakilan Rakyat 45
Indonesia, Rapat Paripurna Ke-14, Masa Sidang II, Untung Wahyono, Peran Politik Poros
Tengah dalam Kancah Pepolitikan Indonesia, (Jakarta:
Tahun Sidang 2009-2010, hlm. 32. Pustaka Tarbiatuna, 2003), hlm. 192.
16 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

9. Relevansi Penggunaan Hak Angket amanat undang-undang maupun pelaksanaan


DPR Kepada Lembaga Negara
Independen Di Luar Struktural pemerintahan yang merupakan pelaksanaan
Pemerintah kebijakan yang dibuat oleh eksekutif sendiri
Secara doktriner, sistem pemerintahan
yang tujuan akhirnya adalah terwujudnya
merupakan sistem yang menjelaskan
pemerintahan yang akuntabel. Oleh karena
hubungan/relasi antara pemegang kekuasaan
itu, dalam konteks historis, Pasal 79 ayat (3)
eksekutif dengan pemegang kekuasaan
UU MD3 tidak dapat ditafsirkan lain selain
legislatif. Dalam kaitan ini, sistem
bahwa yang menjadi objek pengaturan
pemerintahan negara berkaitan dengan
norma Undang-Undang a quo adalah
pengertian regeringsdaad, yaitu
pemerintah beserta segenap jajaran atau
penyelenggaraan pemerintahan oleh
instansi yang termasuk ke dalam lingkup
eksekutif dalam hubungannya dengan fungsi
kekuasaan eksekutif.
legislatif. Apabila diletakkan dalam desain
Dengan demikian, berdasarkan
bernegara Indonesia yang diatur dalam UUD
penafsiran secara sistematis, adalah tidak
1945, dengan posisi dan relasi kedua cabang
koheren apabila objek dari pelaksanaan hak
kekuasaan itu, berdasarkan Pasal 20A ayat
angket dan hak-hak DPR lainnya yang diatur
(2) UUD 1945, dalam menjalankan fungsi
dalam Pasal 79 UU MD3 dikatakan
konstitusionalnya, DPR mempunyai hak
mencakup hal-hal yang berada di luar ruang
interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
lingkup kekuasaan Pemerintah (eksekutif).
pendapat. Sebagai sebuah hak yang melekat
Bahwa, selanjutnya, dengan menggunakan
kepada institusi legislatif, masing-masing
penafsiran otentik, Pasal 79 ayat (3) UU
hak tersebut memiliki latar belakang yang
MD3 tersebut juga tidak mungkin untuk
tidak sama.
ditafsirkan meliputi hal-hal yang berada di
Berdasarkan penafsiran historis dalam
luar ruang lingkup kekuasaan Pemerintah
sistem pemerintahan telah terang, baik
(Eksekutif). Sebab, pembentuk undang-
dalam sistem Parlementer maupun dalam
undang sendiri telah memberikan penafsiran
sistem Presidensial, hak angket adalah salah
resminya terhadap maksud dari norma
satu bentuk perwujudan kewenangan
Undang-Undang, sebagaimana tertuang
pengawasan legislatif terhadap eksekutif
dalam Penjelasan terhadap Pasal 79 ayat (3)
selaku pemegang kekuasaan pemerintahan.
UU MD3 yang menyatakan, “Pelaksanaan
Pengawasan itu ditujukan kepada pemegang
suatu undang-undang dan/atau kebijakan
kekuasaan eksekutif sebab eksekutiflah yang
Pemerintah dapat berupa kebijakan yang
melaksanakan pemerintahan sehari- hari,
dilaksanakan sendiri oleh Presiden, Wakil
baik pelaksanaan pemerintahan yang
Presiden, menteri negara, Kapolri, Jaksa
diturunkan langsung dari atau merupakan
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat............17

Agung, atau pimpinan lembaga pemerintah bersangkutan;


nonkementerian.” 4) Presiden dibatasi untuk tidak bebas
Organ negara (state organs) yang memutuskan (discretionary decision)
disematkan status independen karenanya pemberhentian pimpinan lembaga
berada di luar ketiga cabang kekuasaan independen; dan
dalam doktrin trias politika tersebut. Dalam 5) Pimpinan bersifat kolektif dan masa
hal ini, William F. Funk & Richard H. jabatan para pemimpin tidak habis secara
Seamon mengatakan bahwa lembaga yang bersamaan, tetapi bergantian (staggered
disebut independen itu tidak jarang terms).
mempunyai kekuasan “quasi legislative”, Bahwa, pertanyaan mendasar yang
“quasi executive” dan “quasi judicial”. harusnya dimunculkan: mengapa
Sejalan dengan pendapat tersebut, Jimly penggunaan hak angket menjadi meluas?
Asshiddiqie (2006) menyebut organ negara Jawabannya, perluasan tersebut dipicu oleh
independen karena berada di luar cabang rumusan norma dalam frasa “penyelidikan
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang
yudikatif. Artinya, dengan penyematan dan/atau kebijakan Pemerintah” tidak
posisi “quasi” tersebut, lembaga independen dimaknai dalam pengertian pemerintah yang
tidak termasuk dalam cabang kekuasaan hanya terbatas pada eksekutif. Padahal,
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. apabila dilihat kembali dari perkembangan
Selanjutnya, mengikuti perkembang- sejarah munculnya hak angket, eksistensi
an dalam teori hukum tata negara, sebuah hak angket dalam perkembangan sejarah
lembaga dikatakan independen bila: ketatanegaraan Indonesia, serta maksud dan
1) Posisi independen tersebut dinyatakan tujuan diadopsinya hak angket dalam Pasal
secara tegas (eksplisit) dalam dasar 20A ayat (2) UUD 1945 yang dikehendaki
hukum pembentukkannya, baik yang oleh anggota MPR yang melakukan
diatur dalam konstitusi atau diatur dalam perubahan terhadap UUD 1945 adalah
undang-undang; instrumen untuk mengawasi Pemerintah
2) Pengisian pimpinan lembaga dalam pengertian pengawasan terhadap
bersangkutan tidak dilakukan oleh satu eksekutif. Artinya, apabila diletakkan ke
lembaga saja. dalam norma Pasal 79 ayat (3) UU MD3,
3) Pemberhentian anggota lembaga penggunaan hak angket adalah untuk
independen hanya dapat dilakukan melakukan penyelidikan atas: (1)
berdasarkan oleh sebab-sebab yang diatur pelaksanaan suatu undang-undang oleh
dalam undang-undang yang menjadi Pemerintah; (2) pelaksanaan suatu kebijakan
dasar pembentukan lembaga yang oleh Pemerintah; dan (3) pelaksanaan
18 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

undang-undang dan kebijakan sekaligus oleh tersebut memiliki latar belakang yang tidak
Pemerintah, di mana kata “Pemerintah” sama.
dalam norma a quo tidak boleh dimaknai Baik dalam sistem Parlementer maupun
selain dalam makna atau pengertian dalam sistem Presidensial, hak angket
eksekutif. Tidak hanya itu, dalam konstruksi adalah salah satu bentuk perwujudan
norma Pasal 79 ayat (3) UU MD3, bahwa kewenangan pengawasan legislatif terhadap
pemaknaan “pemerintah” menjadi eksekutif selaku pemegang kekuasaan
“eksekutif” ditambah dengan syarat pemerintahan. Pengawasan itu ditujukan
pelaksanaan undang- undang dan/atau kepada pemegang kekuasaan eksekutif
kebijakan tersebut harus menyangkut hal sebab eksekutiflah yang melaksanakan
penting, strategis, dan berdampak luas pada pemerintahan sehari- hari, baik pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan pemerintahan yang diturunkan langsung dari
bernegara yang diduga bertentangan atau merupakan amanat undang-undang
dengan peraturan perundang-undangan. maupun pelaksanaan pemerintahan yang
merupakan pelaksanaan kebijakan yang
PENUTUP dibuat oleh eksekutif sendiri yang tujuan
Berdasarkan uraian yang penulis akhirnya adalah terwujudnya pemerintahan
kemukakan diatas, maka dapat disimpulkan yang akuntabel.
sebagai berikut: Berdasarkan penafsiran secara
Secara doktriner, sistem pemerintahan sistematis, adalah tidak koheren apabila
merupakan sistem yang menjelaskan objek dari pelaksanaan hak angket dan hak-
hubungan/relasi antara pemegang kekuasaan hak DPR lainnya yang diatur dalam Pasal 79
eksekutif dengan pemegang kekuasaan UU MD3 dikatakan mencakup hal-hal yang
legislatif. Dalam kaitan ini, sistem berada di luar ruang lingkup kekuasaan
pemerintahan negara berkaitan dengan Pemerintah (eksekutif). Bahwa, selanjutnya,
pengertian regeringsdaad, yaitu dengan menggunakan penafsiran otentik,
penyelenggaraan pemerintahan oleh Pasal 79 ayat (3) UU MD3 tersebut juga
eksekutif dalam hubungannya dengan fungsi tidak mungkin untuk ditafsirkan meliputi
legislatif yang berdasarkan Pasal 20A ayat hal-hal yang berada di luar ruang lingkup
(2) UUD 1945, dalam menjalankan fungsi kekuasaan Pemerintah (Eksekutif). Dan
konstitusionalnya, DPR mempunyai hak lembaga independen tidak termasuk dalam
interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan cabang kekuasaan legislatif, eksekutif,
pendapat. Sebagai sebuah hak yang melekat maupun yudikatif.
kepada institusi legislatif, masing-masing hak
Darul Huda Mustaqim : Penggunaan Hak Angket Dewan Perwakilan Rakyat............19

Berdasarkan kesimpulan yang penulis Negara Pasca reformasi. Cet.II,


kemukakan, maka penulis menyarankan Jakarta: Sinar Grafika.
sebagai berikut: Boboy, Max, 1994, DPR RI dalam
Perlu ada ketegasan dalam Peraturan Prespektif dan Sejarah dan Tata
Perundang-undangan untuk menentukan Negara, cet.I. Jakata: Pustaka
kewenangan Hak Angket DPR secara Sinar Harapan.
eksplisit terhadap lembaga negara Friedridh, Carl Joachim, 1969, Filsafat
khususnya lembaga negara independeng Hukum, The University of
yang diatur oleh undang-undang perihal Chicago Press.
kemandiriannya. Friedrich, Carl Joachim, 1950,
Dengan adanya pengaruh Constitutional Government and
perkembangan zaman, kategori negara Democracy, especcially chap.I
dalam tiga kekuasaan sangat jauh dari teori and the literature given there
negara modern sehingga munculnya Garner, Brian A, 2009, Black Law
lembaga negara independen juga harus Dictionary, Ninth Edition, West
mampu diberikan ruang dalam melakukan Group.
kemandirian dan independensi tanpa campur Ghufron, Rodjil, 2001, Ketegangan
tangan kekuasaan eksektif, legislatif maupun Presiden dan Parlemen, Sebuah
yudikatif. Catatan dari Senayan. cet.I,
Jakarta: Factual Analysis Forum.
DAFTAR PUSTAKA Hall, Kermit, L,. 1992, The Oxford
Anwary, Ichsan, 2018, Lembaga Negara Companion to the Supreme Court
dan Penyelesaian Sengketa of the United States. (Oxford:
Kewenangan Konstitusional Oxford University Press.
Lembaga Negara, cet I, Hartono, Y., 2003, Dari Supremasi
Yogyakarta: Genta Publishing. Eksekutif ke Supremasi
Asshiddiqie, Jimly, 2010, Pengantar Ilmu Legislatif, Cet. 1, Yogyakarta:
Hukum Tata Negara, cet.II, Fakultas Hukum Universitas
Jakarta: Rajawali Pers. Katolik Atmajaya.
Asshidiqie, Jimly, 2010, Perkembangan dan Huda, Ni’matul, 2003, Politik
Konsolidasi Lembaga Negara Ketatanegaraan Indonesia,
Pasca Reformasi, cet.I, Jakarta: kajian terhadap dinamika
Sinar Grafika. perubahan UUD1945,
Asshiddiqie, Jimly, 2012, Perkembangan Yogyakarta : FH UII Press.
dan Konsolidasi Lembaga
20 Badamai Law Journal, Vol. 4, Issues 1, Maret 2019

Huda, Ni’matul, 2006, Hukum Tata Negara Loebis, A.R., 2001, Belantara Kebangsaan,
Indonesia, cet.I, Jakarta: Raja cet.I, Yogyakarta: Jendela
Grafindo Persada. Yogyakarta
Kahtarina Riris, “mengenai hak angket Mochtar, Zainal Arifin, 2016, Lembaga
melalui perjalanan sejarah DPR Negara Independen di Indonesia,
RI dalam berbagai prespektif Jakarta: PT.Rajagrafindo
tentang memorandum kepada Persada.
presiden: suatu studi terhadap Nasional, Departemen Pendidikan, 2005,
pemberian memorandum DPR RI Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kepada Presiden Abdurrahman ed.4 Jakarta: Gramedia Pustaka
Wahid”, (Jakarta: Pusat Utama.
Pengkajian dan Pelayanan Patrick, Jhon J., dkk, 2001, The Oxford
Informasi Sekretaris Jenderal guide to the United States
DPR RI, 2002). Government, Oxford: Oxford
Kusnardi, Moh. dan Bintan Saragih, 2000, University Press.
Ilmu Negara, cet.I, edisi revisi, Parlementaria, 2008, Menuju DPR Bersih,
Jakarta: Gaya Media Pratama. Jakarta: Tata Usaha Bagian
Labolo, Muhadam., 2007, Memahami Ilmu Pemberitaan & Penerbitan DPR-
Pemerintahan (Suatu Kajian RI.
Teori, Konsep, dan Salang, Sebastian dkk, 2009, Panduan Kinerja
Pengembangannya), Jakarta : DPR/DPRD Menghindari Jeratan Hukum
Bagi Anggota Dewan, Jakarta: Forum
Raja Grafindo Persada. Sahabat.
Legowo, T.A.,2005, Lembaga Perwakilan
Soemantri, Sri, dkk, 1993, Ketatanegaraan
Rakyat di Indonesia: Studi dan
Indonesia Dalam Kehidupan
Analisis Sebelum dan Setelah
Politik Indonesia: 30 Tahun
Perubahan UUD 1945, Jakarta:
Kembali ke Undang-Undang
FORMAPPI.
Dasar 1945, cet. I, Jakarta:
Lesmana, 2010, Hak Angket Sebagai Hak
Pustaka Sinar Harapan.
DPR: Mekanisme dan
Implikasinya Terhadap
Kemungkinan Pemakzulan,
Jakarta: Fakultas Hukum
,Universitas Indonesia.

You might also like