Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JMRT, Volume 3 No 2 Tahun 2020, Halaman: 75-81

JOURNAL OF MARINE RESEARCH AND TECHNOLOGY


journal homepage: https://ojs.unud.ac.id/index.php/JMRT
ISSN: 2621-0096 (electronic); 2621 -0088 (print)

Studi Lama Waktu Tinggal Partikel di Kawasan Perairan Nusa Penida, Bali
Ida Bagus Andika Putra Anoma, I Gede Hendrawan* a, I Dewa Nyoman Nurweda Putraa
a
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
*Corresponding author, email: gede.hendrawan@unud.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: Nusa Penida is a tourist destination, located on the east of Bali, which is well-known of its
Received: October 17th 2019 natural panoramic. Increasing tourism sector in Nusa Penida may have positive impacts, but it
Received in revised form: May 19th 2020 can also have negative impacts, such as an increase in the amount of waste and other pollutants,
Accepted: June 17th 2020 which will eventually be discharged into the waters. High concentration of pollutant can reduce
Available online: August 31th 2020 water quality. The water quality in the sea can be control by the residence time, and the sea
current would spread waste in the ocean. Based on these problems, it is important to conduct a
research on the movement and length of particle residence in the waters of Nusa Penida, Bali.
This research was carried out in January 2019, to represent the rainy season conditions, and in
July 2019, to represent the dry season conditions. The residence time was calculated using a
Keywords: numerical modeling method namely Finite Volume Coastal Ocean Model (FVCOM). Based on
Residence Time the simulation results, the residence time of particle in the dry and rainy season has a similar
Particle pattern. Areas with fast residence times are found in the eastern Nusa Penida waters, while areas
Nusa Penida with weak residence times are found in the Toyapakeh strait. Generally, Nusa Penida waters
FVCOM have a relatively short residence time, 1- 4 hours
Simulation

2020 JMRT. All right reserved.

1. Pendahuluan 2017). Residence time atau yang sering disebut dengan lama
waktu tinggal dapat menunjukkan lama waktu suatu partikel
Nusa Penida merupakan salah satu destinasi wisata di Pulau terdiam disuatu perairan hingga kemudian bergerak ke perairan
Bali yang sudah terkenal hingga ke mancanegara karena lainnya (Liu et al., 2011; Li and Yao, 2015; Shen et al., 2011).
keindahan alam dan bawah lautnya. Nusa Penida merupakan Penelitian mengenai lama waktu tinggal telah cukup banyak
salah satu pulau kecil yang menyimpan daya tarik wisata dan dilakukan secara global (Carlson et al., 2017; Du and Shen. 2016;
menjadi salah satu wilayah dengan kunjungan wisatawan yang Patgaonkar et al., 2012; Safak et al., 2015). Menurut Zhang dan
paling banyak di Kabupaten Klungkung. Jumlah wisatawan yang Wang (2012) lama waktu tinggal partikel memiliki karakteristik
berkunjung ke Nusa Penida pada tahun 2017 mencapai 292.734 yang berbeda-beda di setiap perairan. Lama waktu tinggal suatu
jiwa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung, 2018). partikel sangat dipengaruhi oleh adanya proses hidrodinamika,
Meningkatnya sektor pariwisata di Nusa Penida tak hanya dapat meteorology, geomorfologi, karakteristik dan posisi pelepasan
memberikan dampak yang positif bagi Nusa Penida, namun juga partikel (Pham et al., 2014; Politikos et al., 2019) serta
dapat memberikan dampak yang negatif. Tingginya aktifitas berhubungan erat dengan arus residu (Hendrawan dan Asai,
manusia juga dapat menimbulkan permasalahan yang dapat 2014). Pola pergerakan dan lama waktu tinggal suatu partikel
menyebabkan gangguan hingga bisa berdampak langsung dapat diketahui dengan menggunakan beberapa metode yaitu
terhadap ekosistem pesisir. Peningkatan aktifitas di pesisir Nusa observasi secara langsung di lapangan ataupun pemodelan
Pendia dapat menyebabkan meningkatnya jumlah polutan dan numerik hidrodinamika (Huang et al., 2008). Metode observasi
pada akhirnya akan mencemari lingkungan. Semakin tinggi langsung memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang sangat
bahan pencemar maka dapat mengurangi kualitas perairan di besar. Pemodelan numerik hidrodinamika merupakan salah satu
Nusa Penida. metode yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan
Kualitas perairan merupakan salah satu parameter yang partikel (Chen et al., 2011; Lebreton et al., 2012). Metode
digunakan dalam menentukan tingkat kesehatan lingkungan suatu pemodelan numerik hidrodinamika telah banyak dikembangkan
ekosistem di pesisir (Guan, 2009). Wang (2014) mengatakan oleh berbagai pihak, salah satunya adalah Finite Volume Coastal
semakin tinggi aktifitas manusia maka dapat menyebabkan Ocean Model (FVCOM) yang dikembangkan oleh Chen et al.
penurunan kualitas perairan seperti, seperti halnya sampah yang (2006). Sementara itu, untuk mengetahui pergerakan partikel
masuk ke laut akan dapat terbawa oleh arus laut dan mencemari dilakukan dengan menggunakan metode Lagrange. Metode ini
wilayah perairan lainnya (Sala et al., 2009). Salah satu parameter digunakan untuk melakukan penelusuran atau tracking partikel
yang sering digunakan untuk menunjukkan perubahan kondisi yang bergerak di perairan laut (Lebreton et al., 2012;
kualitas air suatu perairan adalah Residence time (Changbo et al., Adhibusana, 2016).

75
JMRT, Volume 3 No 2 Tahun 2020, Halaman: 75-81

Penelitian mengenai pola pergerakan dan lama waktu tinggal


partikel masih belum banyak ditemukan di perairan Nusa Penida,
khususnya terkait kawasan konservasi perairan (KKP) Nusa
Pendia. Untuk meningkatkan program pengelolaan KKP Nusa
Penida, maka kajian waktu tinggal partikel akan dapat
mendukung pengelolaan yang lebih baik di masa yang akan
datang. Penelitian ini memanfaatkan keuntungan simulasi
numerik FVCOM untuk melakukan analisis hidrodinamika
kawasan Nusa Penida, dan metode Lagrange untuk menghitung
waktu tinggal
2. Metode
2.1 Lokasi Penelitian
Perairan Nusa Penida terletak di wilayah kecamatan Nusa
Penida dan masuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten Gambar 2. Domain Model dengan unstructured triangular grid
Klungkung, Bali. Simulasi model dilakukan pada bulan Januari
untuk mewakili kondisi musim barat dan bulan Juli untuk 2.3 Model Hidrodinamika
mewakili kondisi musim timur pada tahun 2019. Pengambilan
data insitu berupa data kecepatan arus, arah arus, pergerakan dan Persamaan hidrostatis tiga dimensi (3D) yang terdapat dalam
waktu tinggal partikel yang digunakan sebagai validasi data FVCOM terdiri dari persamaan kontinuitas (1), momentum (2-4),
model dilakukan pada bulan Januari 2019. Lokasi pengambilan suhu (5), salinitas (6), densitas (7), dan elevasi pasang surut (8)
data lapangan dilakukan di perairan Nusa Penida seperti pada (Chen et al., 2006):
gambar 1.  Du Dv 
+ + + =0 (1)
t x y 

uD u 2 D uvD u 


+ + + − fvD = − gD −
t x y  x
gD

  x 
( )
  D 0 d ' +  D  + 1   K u 
 
x  D   m  
(2)
0
+ DF
x
vD v 2 D uvD v 
+ + + − fuD = − gD −
t x y  y
gD  
  y 
( )
D  0 d ' + 
D  1  
+ K
v 

y  D   m  
(3)
0
+ DF
y
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

2.2 Desain Model (4)

Perhitungan numerik dilakukan selama 31 hari menggunakan


10 sigma Layer. Komponen elevasi pasang surut yang digunakan
untuk model berjumlah 4 komponen yaitu S2, M2, K1, dan O1
TD TuD TvD T 1   K T 
yang dihitung dengan model ORI-Tide (Ocean Research Institute
t
+
x
+
y
+

=
D 
 h  
tide model) (Matsumoto et al., 1995). Data batimetri bersumber   (5)
dari Dinas Hidro Oseanografi (Dishidros) TNI AL tahun 2015. + DH + DF
Data kecepatan dan arah angin tahun 2009-2018 bersumber dari T
European Centre for Medium-Range Weather Forecasts
(ECMWF) dengan resolusi sebesar 0.125 derajat. Data suhu dan SD SuD SvD S 1   S 
salinitas perairan Nusa Penida didapatkan dari World Ocean + + +

= K
D   h 

t x y 
Atlas berupa data klimatologi musim barat dan musim timur (6)
selama 10 tahun dari tahun 2009 sampai 2018 dengan resolusi + DF
S
sebesar 1 derajat. Grid yang digunakan dalam model adalah
unstructural triangular grid dengan resolusi 100 m untuk bagian  =  (T , S )
(7)
coastline Nusa Penida, 500 m untuk bagian coastline Bali dan
Lombok, serta 1000 m untuk daerah open boundary (batas
 0 =  0 + i =1  i cos(i t −  i )
N0
terbuka). Partikel yang dimaksud pada penelitian ini adalah (8)
partikel yang memiliki netral buoyancy yaitu partikel tersebut
dominan mengikuti pergerakan massa air (Chen et al., 2006). dimana x adalah arah untuk timur dan barat, y adalah arah untuk
Domain model dapat dilihat pada Gambar 2. utara dan selatan, dan σ adalah arah vertikal dalam sistem
koordinat kartesian; u, v, dan ω adalah komponen kecepatan arus

76
JMRT, Volume 3 No 2 Tahun 2020, Halaman: 75-81

(m/s) untuk arah x, y, σ; T adalah suhu (°C); S adalah salinitas Analisis waktu tinggal partikel dapat diketahui dengan melihat
(ppt);  adalah denistas akhir (kg/m2) sedangkan  0 adalah seberapa lama partikel berada dalam suatu area tertentu
densitas awal (kg/m2); f adalah gaya coriolis (°); g adalah berdasarkan pergerakan dari partikel tersebut. Pada penelitian ini,
gravitasi (m/s); Km adalah vertical eddy viscosity (m2/s); dan Kh metode batas kotak dengan resolusi grid 500 x 500 m digunakan
adalah thermal vertical eddy diffusion coefficient (m2/s). FX, FY, untuk mencari lama waktu tinggal dari partikel sesuai dengan
FT, dan FS merepresentasikan dari gesekan arah x dan y, thermal, jarak pelepasan setiap partikel (Bilgili et al., 2005; Hendrawan
dan difusi salinitas (N); D adalah total kedalaman kolom perairan dan Asai, 2014). Partikel tersebut kemudian dilepaskan masing-
(m); H adalah penyerapan radiasi ke kolom perairan;  adalah masing sebanyak 24 kali pada musim barat dan musim timur
tinggi elevasi permukaan perairan (m);  i , i , i dengan interval waktu setiap jam dengan tujuan untuk mewakili
merepresentasikan amplitudo (m), frekuensi (s), dan phase dari disetiap kondisi pasang surut. Seluruh hasil waktu tinggal partikel
pasang surut (°); t adalah waktu (s). tersebut dirata-rata untuk mendapatkan hasil lama waktu tinggal
partikel yang mewakili semua kondisi pasang surut.
2.4 Model 2D-Lagrangian Particle Tracking
2.6 Validasi Data
Metode Lagrange banyak digunakan untuk melakukan
penelusuran partikel yang mengambang pada perairan laut. Data yang divalidasi adalah elevasi pasang surut, arus dan
Partikel yang disimulasikan pada model ini digerakkan pergerakan partikel. Data arus dan pergerakan partikel dari hasil
berdasarkan model arus yang telah dilakukan sebelumnya serta model divalidasi dengan data pengukuran insitu yang diambil
diasumsikan memiliki densitas dan ukuran yang sama. selama 12 jam menggunakan drifter pada tanggal 15 Februari
Persamaan yang digunakan dalam Model Lagrangian adalah 2019. Sementara data elevasi pasang surut divalidasi
sebagai berikut (Chen et al., 2006): menggunakan data pengamatan observasi yang didapatkan dari
Dinas Hidro-Oceanografi TNI AL (DISHIDROS) sebanyak 3
(9) titik pengamatan.
Validasi hasil model dengan observasi dilakukan dengan cara
(10) menghitung korelasi (r) untuk mengetahui hubungan dan
kesamaan pola antar kedua data yang dibandingkan. Formula
dimana x dan y merupakan posisi partikel pada saat waktu t, u untuk menghitung korelasi ditulis pada persamaan (11) (Sugiono,
dan v adalah medan kecepatan serta ∆t adalah langkah waktu. 2012). Sementara perhitungan Root Mean Square Error (RMSE)
dilakukan untuk dapat mengetahui nilai error dari hasil model
2.5 Analisis Data dengan data observasi yang ditulis pada persmaan (12)
(Soliwoda, 2014).
Analisis pergerakan dan lama waktu tinggal partikel dibagi
menjadi beberapa daerah analisis. Pembagian wilayah pada (  x )( y )
 xy −
penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3. Daerah yang dianalisis n
r=
dibagi menjadi 5 daerah yaitu daerah N1 merupakan daerah  2 (  x) 2  2 
  y 2 − (  y )
(11)
tengah perairan Nusa Penida berdasarkan zona wilayah KKP,  x − 
daerah N2 merupakan daerah utara perairan Nusa Penida, daerah  n  n 
  
N3 merupakan daerah timur perairan Nusa Penida, daerah N4
merupakan daerah selatan perairan Nusa Penida dan daerah N5
merupakan daerah barat perairan Nusa Penida,. i 2
E i = 1( x − y )
RMSE = (12)
n
Analisis pergerakan partikel dilakukan dengan menghitung
persentase posisi akhir partikel berdasarkan daerah pelepasan Dimana r adalah koefisien korelasi; RMSE adalah niliai error
partikelnya. Partikel tersebut kemudian diklasifikasikan x adalah data model; y adalah data observasi; ∑xy adalah jumlah
berdasarkan daerah asal partikel pertama kali dilepaskan, antara data model dan data observasi; ∑x jumlah data model; ∑y
kemudian dihitung jumlah posisi akhir partikel setelah 30 hari jumlah data observasi; n adalah jumlah data.
simulasi diseluruh daerah pelepasan partikel. Analisis dilakukan
dalam rentang waktu satu bulan dengan waktu perhitungan 3. Hasil dan Pembahasan
persentase partikel setiap minggu. Hal ini dilakukan agar 3.1 Validasi Data
pergerakan partikel terlihat lebih jelas.
Untuk menunjukan validitas data hasil perhitungan model,
dilakukan perbandingan dengan data hasil observasi. Data yang
divalidasi adalah data elevasi pasang surut, komponen arah arus
dan kecepatan arus serta pergerakan partikel. Validasi elevasi
pasang surut dari hasil model dan observasi didapatkan
berdasarkan dari empat komponen pasang surut yaitu komponen
semidiurnal utama (M2, S2) dan komponen diurnal (K1, O1)
yang dibandingkan selama 720 jam. Elevasi pasang surut hasil
observasi yang dihitung sesuai dengan data pengamatan yang
disediakan oleh DISIHDROS sebanyak 3 daerah stasiun
pengamatan, yaitu Benoa, Lembar dan Ampenan. Pola elevasi
pasang surut hasil model dan observasi pada 3 stasiun
pengamatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 3. Lokasi Pelepasan Partikel N1-N5 dan Pembagian Daerah


Analisis

77
JMRT, Volume 3 No 2 Tahun 2020, Halaman: 75-81

Gambar 5. Perbandingan Komponen Arah Arus (A) dan


A Kecepatan Arus (B) Hasil Model dan Observasi

Validasi pergerakan arus dari hasil simulasi dibandingkan


dengan data hasil observasi yang telah dilakukan pada 15
Februari 2019. Komponen arus yang divalidasi adalah arah arus
dan kecepatan arus. Hasil validasi arus antara data simulasi dan
observasi untuk arah dan kecepatan arus dapat dilihat pada
gambar 5. Secara umum pola pergerakan arus antara hasil
simulasi dan observasi telah memiliki pola yang serupa, sama hal
B nya dengan pola kecepatan arus. Kecepatan arus antara hasil
Elevation (m)

Model
simulasi dengan observasi menghasilkan nilai korelasi sebesar
0.95 dengan RMSE 0.003m/s. Hal tersebut menandakan bahwa
antara hasil simulasi dengan observasi memiliki hubungan yang
sangat kuat. Berdarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
secara umum pergerakan arus hasil simulasi sudah dapat
merepresentasikan kondisi yang sesuai dengan kondisi arus di

Observasi
perairan Nusa Penida.

Time (hour)
Gambar 4. Perbandingan Elevasi Pasang Surut Hasil Model dan
Observasi pada Stasiun Benoa (A), Lembar (B), dan Ampenan (C)

Secara umum, elevasi pasang surut antara hasil perhitungan Gambar 6. Perbandingan Pergerakan Partikel Hasil Model dan
model dan observasi telah memiliki pola yang serupa pada Observasi
seluruh stasiun pengamatan yaitu Benoa, Lembar dan Ampenan
Validasi pergerakan partikel dari hasil simulasi dibandingkan
dengan nilai korelasi masing-masing sebesar 0.98, 0.84, dan 0.86. dengan pergerakan partikel hasil observasi dilapangan yang
Hal tersebut menandakan bahwa antara hasil simulasi dengan dilakukan pada tanggal 15 Februari 2019. Perbandingan
observasi memiliki hubungan sangat kuat pada setiap stasiunnya, pergerakan partikel hasil simulasi dengan pergerakan partikel
serta menghasilkan nilai RMSE masing-masing sebesar 0.14 m, hasil observasi dapat dilihat pada gambar 6. Hasil validasi
0.24 m, dan 0.22 m untuk Benoa, Lembar dan Ampenan berturut- pergerakan partikel dari simulasi telah menunjukkan pola
turut. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi pergerakan yang serupa dengan pergerakan partikel hasil
elevasi pasang surut hasil simulasi dapat merepresentasikan observasi. Selisih jarak pergerakan partikel pada posisi akhir
kondisi pasang surut di perairan Nusa Penida khususnya dan partikel hasil simulasi dengan observasi menunjukkan perbedaan
perairan Selat Lombok secara umum. nilai sebesar 432,63 m. Secara umum, pergerakan partikel hasil
simulasi sudah dapat merepresentasikan pergerakan partikel di
lapangan. Berdasarkan hal tersebut, hasil simulasi sudah dapat
digunakan untuk menggambarkan pola pergerakan partikel
dikawasan perairan Nusa Penida, Bali.

3.2 Pergerakan Partikel di Perairan Nusa Penida


A Pergerakan partikel didapatkan dari hasil perpindahan
partikel tersebut setelah 30 hari berdasarkan pembagian daerah
masing-masing yang dibagi menjadi 5 daerah. Pergerakan
partikel pada musim barat dapat dilihat pada gambar 7.

78
JMRT, Volume 3 No 2 Tahun 2020, Halaman: 75-81

organisme laut di wilayah KKP Nusa Penida, dan atau dapat


terdampar di wilayah pantai.
Pergerakan partikel diperairan Nusa Penida selama 30 hari
simulasi cenderung lebih besar berada diluar wilayah analisis.
Hasil ini dapat memberikan arti bahwa wilayah KKP Nusa
Penida merupakan wilayah perlintasan partikel, baik jika sumber
partikel berada di dalam wilayah KKP ataupun dari luar wilayah
KKP. Meskipun demikian, sebagian partikel akan memberikan
dampak bagi ekosistem di kawasan KKP Nusa Penida. Tingginya
persentase posisi akhir partikel yang berada diluar wilayah
analisis pada musim timur dapat disebabkan karena pergerakan
arus cenderung dominan bergerak dari arah utara menuju ke
Gambar 7. Pergerakan Partikel di Perairan Nusa Penida pada selatan dengan rata-rata kecepatan arus yang lebih besar
Musim Barat dibandingkan dengan kecepatan arus pada musim barat, sehingga
Hasil simulasi pergerakan partikel saat musim barat partikel yang dilepaskan akan melewati wilayah analisis setelah
menunjukkan bahwa sebagian besar partikel yang dilepaskan 30 hari simulasi.
setelah 30 hari simulasi bergerak menuju ke luar wilayah analisis
N1-N5, namun masih berada didaerah domain model. Partikel 3.3 Pola Waktu Tinggal Partikel di Perairan Nusa Penida
yang bergerak menuju keluar wilayah analisis memiliki kisaran
yang cukup besar, yakni sebanyak 64-77% partikel yang Waktu tinggal partikel dapat diketahui dengan melihat
dilepaskan (N1-N5). Selain itu, partikel yang masih berada di seberapa lama partikel berada dalam suatu area tertentu. Metode
wilayah analisis sebagian besar berada di daerah N1 dengan batas kotak dengan resolusi grid 500m x 500m digunakan untuk
kisaran sebanyak 20-36% partikel. Sama halnya dengan mengetahui lama waktu tinggal partikel di perairan Nusa Penida.
pergerakan partikel saat musim timur, juga menunjukkan Analisis lama waktu tinggal partikel didapatkan berdasarkan hasil
sebagian besar partikel yang dilepaskan setelah 30 hari simulasi rata-rata lama waktu tinggal partikel yang telah dilepaskan
bergerak menuju ke luar wilayah analisis yaitu N1-N5, namun masing-masing sebanyak 24 kali pada musim barat dan musim
masih berada didaerah domain model. Partikel yang bergerak timur dengan interval waktu setiap jam. Hal tersebut bertujuan
menuju keluar wilayah analisis memiliki kisaran yang lebih besar agar waktu tinggal partikel dapat mewakili seluruh kondisi
dibandingkan dengan kondisi saat musim barat, yakni sebanyak pasang surut. Hasil waktu tinggal partikel saat musim barat dapat
86-99% partikel yang dilepaskan (N1-N5). Selain itu, partikel dilihat pada gambar 9. Daerah dengan waktu tinggal yang singkat
yang masih berada di wilayah analisis sebagian besar berada di ditandakan dengan daerah berwarna merah, sedangkan waktu
daerah N1 dengan kisaran sebanyak 1-13% partikel. tinggal yang lebih lama ditandakan dengan daerah berwarna biru.

Gambar 8. Pergerakan Partikel di Perairan Nusa Penida pada


Musim Timur
Secara umum, dapat dilihat bahwa persentase posisi akhir
partikel terbesar setelah 30 hari simulasi pada musim barat dan Gambar 9. Pola Lama Waktu Tinggal Partikel pada Musim Barat
musim timur berada pada daerah N1. Rata-rata sebesar 28.51% Waktu tinggal partikel saat musim barat memiliki rata-rata
partikel untuk musim barat dan 6.93% partikel untuk musim waktu tinggal yang relative singkat, dengan waktu tinggal
timur berada pada daerah N1, sedangkan 71.49% partikel dari berkisar antara 1 jam hingga 4 jam. Daerah dengan waktu tinggal
musim barat dan 93.07% partikel dari musim timur berada diluar partikel yang singkat terdapat pada daerah N3 berkisar kurang
wilayah analisis. Daerah N1 merupakan daerah yang berada lebih 1 jam, daerah tersebut merupakan perairan timur Nusa
disekitar Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida (KKP) yang Penida berbatasan dengan pulau Lombok. Hal itu sesuai dengan
dekat dengan daerah pesisir. Berdasarkan hal tersebut, dapat karakteristik perairan tersebut, dimana perairan tersebut memiliki
dikatakan sebagian besar partikel yang dilepaskan cenderung pergerakan arus yang tinggi dibandingkan dengan perairan
bergerak menuju ke pesisir perairan pulau Nusa Penida pada lainnya (Hendrawan and Asai, 2011). Waktu tinggal partikel
daerah N1. Jika partikel tersebut diasumsikan sebagai polutan yang lama cenderung terdapat pada perairan antara pulau Nusa
seperti sampah yang mengapung, maka hal tersebut dapat Lembongan dengan pulau Nusa Penida, yaitu selat Toyapakeh.
memberikan dampak yang tidak baik bagi organisme hingga Perairan tersebut memiliki waktu tinggal yang berkisar hingga
eksosistem di daerah tersebut. Partikel yang jika diasumsikan lebih dari 4 jam. Selain itu, daerah dengan waktu tinggal yang
sebagai sampah yang mengapung tersebut dapat termakan oleh relative cukup lama juga terdapat pada perairan selatan Nusa

79
JMRT, Volume 3 No 2 Tahun 2020, Halaman: 75-81

Penida. Perairan tersebut memiliki waktu tinggal yang berkisar cukup tinggi namun memiliki waktu tinggal yang relative lama.
antara 2 hingga 3 jam. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya pengaruh pasang
Waktu tinggal partikel saat musim timur memiliki pola yang surut, daerah perairan yang sempit cenderung sangat dipengaruhi
tak jauh berbeda dengan waktu tinggal saat musim barat. Waktu oleh pasang surut. Pasang surut tersebut dapat menyebabkan
tinggal partikel saat musim timur dapat dilihat pada gambar 10. partikel yang dilepaskan cenderung lebih lama terdiam didaerah
Waktu tinggal yang lebih lama terdapat pada daerah perairan tersebut karena partikel dapat bergerak bolak balik di perairan
antara pulau Nusa Lembongan dengan pulau Nusa Penida, yaitu tersebut.
selat Toyapakeh. Perairan tersebut memiliki waktu tinggal yang Waktu tinggal partikel yang lama pada kedua musim
berkisar hingga lebih dari 4 jam. Selain itu, daerah dengan waktu cenderung terdapat di perairan utara dan perairan selatan pada
tinggal yang relative cukup lama juga terdapat pada perairan daerah N1. Daerah tersebut merupakan perairan yang masuk ke
selatan Nusa Penida serta perairan utara Nusa Penida dengan dalam wilayah kawasan Konservasi Perairan, sehingga kawasan
waktu tinggal yang berkisar antara 2 hingga 3 jam. Daerah perairan Nusa Penida serta biota dan ekosistem laut yang terdapat
dengan waktu tinggal partikel yang singkat terdapat pada daerah di kawasan tersebut penting untuk dijaga secara berkelanjutan.
N3 berkisar kurang lebih 1 jam, yang mana daerah tersebut Apabila diperairan tersebut terdapat polutan berbahaya dengan
merupakan perairan timur Nusa Penida berbatasan dengan pulau karakterstik perairan yang memiliki waktu tinggal yang lambat,
Lombok. maka hal tersebut dapat mempengaruhi organisme dan ekosistem
disekitarnya. Perairan selatan Nusa Penida merupakan perairan
dimana salah satu organisme khas Nusa Penida melakukan
aktifitas mencari makan, yaitu pari manta (Germanov et al.,
2018). Semakin lama partikel terdiam diperairan tersebut maka
kemungkinan besar partikel (contohnya plastik) tersebut dapat
termakan oleh biota laut, misalnya keberadaan hewan karismatik
pari manta di perairan Nusa Penida, karena binatang tersebut
merupakan binatang filter feeder, dimana binatang tersebut dapat
menyaring hingga ratusan meter kubik air setiap harinya.
Termakannya polutan tersebut dapat menimbulkan perubahan
pada organisme, baik secara fisiologis ataupun secara anatomis
(Tanaka et al., 2013).

4. Simpulan

Lama waktu tinggal partikel saat musim barat dan musim


Gambar 10. Pola Lama Waktu Tinggal Partikel pada Musim Timur timur memiliki pola waktu tinggal yang tak jauh berbeda. Daerah
dengan lama waktu tinggal yang singkat terdapat di wilayah
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa lama waktu perairan Nusa Penida bagian timur, sedangkan daerah dengan
tinggal partikel sangat berkaitan erat dengan adanya pergerakan waktu tinggal yang lama terdapat di perairan selat Toyapakeh.
arus. Hal tersebut dikarenakan partikel mengikuti dan digerakkan Apabila diperairan tersebut terdapat polutan berbahaya dengan
oleh arus. Waktu tinggal partikel pada musim barat dan musim karakterstik perairan yang memiliki waktu tinggal yang lama,
timur memiliki pola waktu tinggal yang tak jauh berbeda dengan maka hal tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi
kisaran rentang waktu sebesar 1 jam hingga 4 jam. Secara umum, organisme dan ekosistem disekitarnya. Namun secara
daerah dengan lama waktu tinggal yang singkat pada kedua keseluruhan, perairan Nusa Penida memiliki waktu tinggal yang
musim terdapat pada daerah sekitar N3 yaitu perairan Nusa relative singkat, sehingga diharapkan dampak dari polutan yang
Penida bagian timur. Selain itu, perairan selat Badung juga melewati kawasan konservasi perairan Nusa Penida dapat
memiliki rata-rata waktu tinggal yang relative singkat. Hal diminamalisir
tersebut dapat disebabkan karena perairan timur Nusa Penida dan
perairan Selat Badung merupakan jalur utama pergerakan arus di
Selat Lombok, sehingga kedua perairan tersebut memiliki Ucapan terimakasih
kecepatan arus yang cukup tinggi dibandingkan dengan perairan Penulis mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium
lainnya (Hendrawan dan Asai, 2011). Komputasi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas
Waktu tinggal partikel yang singkat didaerah perairan Nusa Udayana yang telah memberikan fasilitas komputer untuk
Penida bagian timur juga disebabkan karena tingginya kecepatan melakukan simulasi model.
arus didaerah tersebut dimana menurut Purba dan Utami (2006)
bahwa tingginya kecepatan arus di perairan antara Nusa Penida
Daftar Pustaka
dengan Lombok dikarenakan adanya penyempitan serta
perubahan kedalaman yang ekstrim pada daerah tersebut yang
Adhibusana MN. 2016. Studi Pola Arus Dan Pergerakan Partikel Di
sering disebut dengan ambang (sill). Kecepatan arus di perairan
Kawasan Perairan Pesisir Barat Kabupaten Badung, Bali [skripsi].
Nusa Penida bagian timur berkisar sebesar 1.9 m/s (Susanto et
Badung: Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.
al., 2005). Hendrawan dan Asai (2011) juga mengatakan bahwa
113 hal.
kecepatan arus pada daerah timur perairan Nusa Penida dapat
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung. (2018). Klungkung
mencapai hingga lebih dari 2 m/s.
Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung.
Daerah dengan waktu tinggal partikel yang lama cenderung
Bilgili A, et al. 2005. Estuary/Ocean Exchange and Tidal Mixing in
terdapat pada perairan selatan Nusa Penida dan perairan antara
Gulf of Maine estuary: A Langrangian Modeling Study, Estuarine.
Nusa Lembongan dengan Nusa Penida yaitu Selat Toyapakeh.
Coastal and Self science, 65: 607-624.
Akan tetapi, selat Toyapakeh cenderung memiliki kecepatan arus
https://doi.org/10.1016/j.ecss.2005.06.027

80
JMRT, Volume 3 No 2 Tahun 2020, Halaman: 75-81

Carlson,D.F.,Suaria, G.,Aliani,S.,Fredj,E.,Fortibuoni,T.,Griffa,A.,Russo, Politikos, D.V., K. Tsiaras, G. Papatheodorou, A. Anastasopoulou.


A.,Melli,V., 2017. Combining litter observations with a Regional 2019. Modeling of floating marine litter originated from the Eastern
Ocean model to identify sources and sinks of floating debris in a Ionian Sea: Transport, residence time and connectivity. Journal of
Semi-Enclosed Basin: the Adriatic Sea. Front. Mar. Sci. 4, 78. Marine Pollution Bulletin. 1-12.
https://doi.org/10.3389/fmars.2017.00078 https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2019.110727
Changbo Jiang, Yizhuang Liu, Yuannan Long, Changshan Wu. 2017. Purba, M. dan I. N. Utami. 2006. Karakter Dan Pergerakan Massa Air
Estimation of Residence Time and Transport Trajectory in Di Selat Lombok Bulan Januari 2004 Dan Juni 2005. Jurnal Ilmu-ilmu
Tieshangang Bay, China. Changsha University of Science & Perairan dan Perikanan Indonesia, Desember 2006, Jilid 13, Nomor 2:
Technology, China. Water 2017, 9, 321. 143-153
https://doi.org/10.3390/w9050321 Tanaka K, et al. 2013. Accumulation of plastic-derived chemicals in
Chen C, et al. 2011. FVCOM model estimate of the location of Air tissues of seabirds ingesting marine plastics. Mar Pollut Bull.
France 447.Ocean dynamics. https://doi.org/10.1007/s10236-012- 69:219-222. https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2012.12.010
0537-5. Safak I, Wiberg PL, Richardson DL, Kurum MO. 2015. Controls on
Chen, C., Beardsley, R.C. and Cowles, G., 2006. An unstructured grid, residence time and exchange in a system of shallow coastal bays.
finitevolume coastal ocean model-FVCOM user manual, 2nd edn. Continental Shelf Research 97. 7–20.
School for Marine Science and Technology, University of https://doi.org/10.1016/j.csr.2015.01.009
Massachusetts Dartmouth (p. 318). New Bedford. Technical report Sala Osvaldo E, Laura A Meyerson, Camille Parmesan. 2009.
SMAST/UMASSD-06-0602. Biodiversity Change and Human Health: From Ecosystem Services to
Du, J., & Shen, J. (2016). Water residence time in Chesapeake Bay for Spread of Disease. Island Press: 320 pages.
1980–2012. Journal of Marine Systems, 164, 101–111. Shen YM, JinHua W, BingHui Z, Hong Z, Yu F, ZaiXing W, and Xu Y.
https://doi.org/10.1016/j.jmarsys.2016.08.011 2011. Modeling study of residence time and water age in
Germanov ES, Marshall AD, et al. 2018. Microplastics: no small Dahuofang Reservoir in China. Science China Physics, Mechanics &
problem for filter-feeding megafauna. Trends in Ecology & Astronomy. Vol. 54 No. 1. https://doi.org/10.1007/s11433-010-4207-7
Evolution. XX (YY) : 6 – 11. https://doi.org/10.1016/j.tree.2018.01.005 Sugiono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Guan X. 2009. Monitoring Lake Simcoe water quality using Landsat Bandung: Alfabeta.
TM images [MS Thesis]. University of Waterloo: waterloo-Canada. Susanto, R. D., Mitnik, L. and Zheng, Q., 2005. Ocean internal wave
Hendrawan IG, Asai K. 2011. Numerical Study of Tidal Upwelling observed in the Lombok Strait, Oceanography, Vol.18, pp.80-87
Over the Sill in The Lombok Strait (Indonesia). Di dalam: Wang LN. 2014. Analysis of Hydrodynamic Characteristics Based on
International Offshore and Polar Engineering Conference. Random Walk Model in Tonkin Gulf [Master’s Thesis]. Xiamen
Proceedings of the twenty-first (2011); 19-24 June 2011. Maui, University, Xiamen, China.
Hawaii, USA. hlm 949-956. Zhang Xueqing, Wang Pengcheng. 2012. Numerical study of residence
Hendrawan, I.G. and Asai, K., 2014. Numerical study on tidal currents time in Daliaohe Estuary. International Conference on Computer
and seawater exchange in the Benoa Bay, Bali, Indonesia. Acta Distributed Control and Intelligent Enviromental Monitoring. Hal.
Oceanologica Sinica, 33(3), pp.90-100. https://doi.org/10.1007/s13131- 451-455
014-0434-5
Hendrawan, I.G., Uniluha, D. and Maharta, I.P.R.F., 2016. Karakteristik
Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid) Dan
Kekeruhan (Turbidity) Secara Vertikal Di Perairan Teluk Benoa,
Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 2(1), pp.29-33.
Huang W, Liu X, Chen X. 2008. Numerical modeling of
hydrodynamics and salinity transport In Little Manatee River. J
Coast Res Spec Issue 52:13–24. https://doi.org/10.2112/1551-5036-
52.sp1.13
Lebreton, et al. 2012. Numerical modeling of floating debris in the
world oceans. Marine Pollution Bulletin. 64:653-661.
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2011.10.027
Li, Y., Yao, J., 2015. Estimation of transport trajectory and residence
time in large river–Lake systems: application to Poyang Lake
(China) using a combined model approach. Water 7, 5203–5223.
https://doi.org/10.3390/w7105203
Liu, W.-C., Hsu, W.-B., Hsu, M.-H., 2011. Using a three-dimensional
particle-tracking model to estimate the residence time and age of
water in a tidal estuary. Comput. Geosci. 37, 1148–1161.
https://doi.org/10.1016/j.cageo.2010.07.007
Matsumoto, K., Ooe, M., Sato, T. and Segawa, J., 1995. Ocean tide
model obtained from TOPEX/POSEIDON altimetry data. Journal
of Geophysical Research: Oceans, 100(C12), pp.25319-25330.
https://doi.org/10.1029/95JC02777
Patgaonkar, R.S., Vethamony, P., Lokesh, K.S., Babu, M.T., 2012.
Residence time of pollutants discharged in the Gulf of Kachchh,
northwestern Arabian Sea. Marine Pollution Bulletin. 64:1659–1666.
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2012.05.033
Pham, C.K., et al., 2014. Marine litter distribution and density in
European seas, from the shelves to deep basins. PLoS One 9 (4),
e95839. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0095839

81

You might also like