35 Ijm 276-282

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary

e-ISSN: 3025-5961
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024
https://journal.csspublishing/index.php/ijm

Penerapan Asesmen Pembelajaran pada Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum Merdeka
di SMA MTA Surakarta

Yulia Santika1, Laila Nur Khasanah2,


Rossalina Eka Putri3, Nurul Latifatul Inayati4
Universitas Muhammadiyah Surakarta 1,2,3,4
e-mail: g000210055@student.ums.ac.id

Abstract
This study aims to analyze the implementation of learning assessment in the subject of Islamic
Education within the Merdeka Curriculum at SMA MTA Surakarta. The research method
employed is qualitative with a descriptive approach. The researcher conducted direct interviews
and utilized document study methods to gather robust and comprehensive data. The Merdeka
Curriculum is applied to students in grades 10 and 11 at SMA MTA Surakarta. The
application of learning assessment at SMA MTA Surakarta within the Merdeka Curriculum
encompasses two main domains: summative assessment and formative assessment. Summative
assessment involves daily quizzes, Mid-Semester Assessments, and End-Semester Assessments.
Meanwhile, formative assessment is conducted through group assignments, individual tasks,
and observation of the learning process. From the research findings, it can be concluded that the
learning assessment in the Merdeka Curriculum at SMA MTA Surakarta has been executed
effectively. The processes of summative and formative assessments are carried out consistently
and in accordance with the principles of the Merdeka Curriculum approach. This study provides
a positive overview of the implementation of learning assessment in the educational
environment.
Keywords: Learning Assessment; Islamic Education; Merdeka Curriculum

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi asesmen pembelajaran pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum Merdeka di SMA MTA
Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Peneliti melakukan wawancara langsung dan menggunakan metode studi
dokumen untuk mengumpulkan data yang kuat dan lengkap. Kurikulum Merdeka
diterapkan untuk peserta didik kelas 10 dan 11 di SMA MTA Surakarta. Penerapan
asesmen pembelajaran di SMA MTA Surakarta dalam Kurikulum Merdeka mencakup
dua ranah utama, yaitu asesmen sumatif dan asesmen formatif. Asesmen sumatif
melibatkan ulangan harian, Penilaian Tengah Semester, dan Penilaian Akhir Semester.
Sementara itu, asesmen formatif dilakukan melalui pemberian tugas berkelompok,
tugas individu, dan pengamatan proses pembelajaran. Dari hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa asesmen pembelajaran pada Kurikulum Merdeka di SMA MTA
Surakarta telah berjalan dengan baik. Proses asesmen sumatif dan formatif dilakukan
secara konsisten dan sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan Kurikulum Merdeka.
Penelitian ini memberikan gambaran positif terhadap implementasi asesmen
pembelajaran di lingkungan pendidikan tersebut.
Kata Kunci: Asesmen Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Kurikulum Merdeka.
IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024

276
Penerapan Asesmen Pembelajaran.…, Santika et.all.,

PENDAHULUAN
Asesmen menjadi elemen krusial dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka
sebagai suatu proses yang membantu memahami kemajuan pembelajaran
peserta didik, mengukur pemahaman mereka, dan merangsang pemikiran
kritis serta kreativitas (Lestari et al., 2023). Dalam implementasi Kurikulum
Merdeka, asesmen menjadi kegiatan penting yang harus dilaksanakan di setiap
satuan pendidikan di Indonesia (Yulianto dan Iryani, 2023). Asesmen dan
pembelajaran seharusnya membentuk suatu siklus yang terintegrasi, dimulai
dari perencanaan asesmen dan pembelajaran, perancangan asesmen,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga proses asesmen
pembelajaran (BSKAP, 2022).

Asesmen berfungsi sebagai pencarian bukti atau dasar pertimbangan mengenai


pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam buku panduan pembelajaran dan
asesmen, Kemendikbudristek menganjurkan tenaga pendidik untuk melakukan
dua tahapan asesmen utama: asesmen formatif, yang dapat dilakukan pada
awal dan selama proses pembelajaran, bertujuan memberikan informasi atau
umpan balik bagi pendidik dan peserta didik agar proses belajar dapat
diperbaiki. Selanjutnya, terdapat asesmen sumatif, yang dilaksanakan pada
akhir proses pembelajaran untuk memastikan ketercapaian tujuan
pembelajaran secara menyeluruh (BSKAP, 2022).

Namun, implementasi asesmen pembelajaran menurut prinsip-prinsip


Kurikulum Merdeka bukanlah tugas yang mudah bagi pendidik. Salah satu
prinsip asesmen adalah bahwa asesmen harus dirancang secara adil,
proposional, valid, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, pendidik harus
merancang dan melaksanakan asesmen sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut
agar tujuan dari asesmen dapat tercapai dengan efektif. Sejumlah kendala
dihadapi oleh pendidik dalam menjalankan asesmen, termasuk perancangan
instrumen asesmen, teknik pengumpulan data asesmen, teknik analisis data
hasil asesmen, dan format pelaporan asesmen (Yulianto dan Iryani, 2023).

Beberapa penelitian yang terkait dengan asesmen pembelajaran umumnya


lebih menyoroti implementasi atau analisis asesmen secara keseluruhan, dan
kurang fokus pada satu mata pelajaran tertentu. Hal ini juga berlaku untuk
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, di mana pembahasan khusus
mengenai asesmen pembelajaran pada mata pelajaran tersebut masih terbatas.
Asesmen, sebagai suatu kegiatan sistematis dan berkelanjutan, menjadi sangat
penting untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa
guna mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu
(Nasution, 2021). Implementasi Merdeka Belajar seharusnya memulihkan
esensi asesmen pembelajaran yang semakin terabaikan, menjadi landasan yang
memadai untuk memajukan kualitas pembelajaran (Sherly et al., 2021).

IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary


Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024 277
Penerapan Asesmen Pembelajaran.…, Santika et.all.,

Dalam konteks ini, asesmen bukan hanya alat pengukur kemampuan peserta
didik, tetapi juga menjadi sarana refleksi dan perbaikan proses pembelajaran.
Keterlibatan aktif peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang
tua/wali dalam menggunakan hasil asesmen sebagai umpan balik diharapkan
dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik dan mendukung
perkembangan holistik peserta didik. Sebagai suatu siklus yang tak
terpisahkan, asesmen dan pembelajaran harus senantiasa menjadi fokus dalam
merancang kurikulum dan melaksanakan proses pembelajaran yang bermakna.

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan (BSKAP Kemendikbud) memiliki peran penting dalam
mengatur kegiatan asesmen untuk setiap tingkatan pendidikan. Kemendikbud
telah menetapkan prinsip-prinsip asesmen dan pembelajaran guna
membimbing pelaksanaan asesmen tersebut. Prinsip asesmen mencakup
beberapa poin utama. Pertama, asesmen merupakan bagian terpadu dari proses
pembelajaran yang bertujuan memberikan umpan balik holistik kepada
pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali. Umpan balik ini diharapkan dapat
memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Kedua, asesmen dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan fungsi asesmen
tersebut, dengan keleluasaan dalam menentukan teknik dan waktu
pelaksanaan agar mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Ketiga, asesmen
harus dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya untuk
menjelaskan kemajuan belajar dan menyusun program pembelajaran
selanjutnya. Keempat, laporan kemajuan belajar peserta didik harus sederhana
dan informatif, memberikan gambaran yang bermanfaat tentang karakter dan
kompetensi yang dicapai serta memberikan dasar untuk strategi tindak lanjut.
Kelima, hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan
mutu pembelajaran.

Prinsip pembelajaran juga menjadi fokus dalam upaya meningkatkan kualitas


pendidikan. Beberapa poin prinsip pembelajaran melibatkan pertimbangan
tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik, desain
pembelajaran yang membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat, dukungan terhadap perkembangan kompetensi dan karakter peserta
didik secara holistik, pembelajaran yang relevan dengan konteks, lingkungan,
dan budaya peserta didik, serta pembelajaran berorientasi pada masa depan
yang berkelanjutan. Asesmen pembelajaran menjadi instrumen penting dalam
menganalisis kemampuan dasar peserta didik dan membantu pendidik dalam
menentukan kondisi awal siswa dalam mengikuti pembelajaran. BSKAP
Kemendikbud telah memberikan panduan melalui buku pedoman
pembelajaran dan asesmen. Jenis asesmen, seperti asesmen formatif dan
asesmen sumatif, memberikan kontribusi dalam menilai dan memperbaiki
proses pembelajaran. Asesmen formatif memberikan umpan balik bagi

IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary


Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024 278
Penerapan Asesmen Pembelajaran.…, Santika et.all.,

pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar, sementara


asesmen sumatif dilakukan pada akhir proses pembelajaran untuk memastikan
ketercapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Tahap perencanaan
pelaksanaan asesmen melibatkan rumusan tujuan, pemilihan instrumen
asesmen, dan pengembangan instrumen berdasarkan teknik penilaian dan jenis
instrumen tertentu. Dalam proses ini, teknik seperti rubrik, grafik
perkembangan, dan ceklis dapat digunakan sebagai instrumen, sedangkan
teknik asesmen melibatkan observasi, proyek, dan portofolio.

Penelitian di SMA MTA Surakarta menunjukkan bahwa prinsip-prinsip


asesmen dan pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka
berjalan dengan baik, memberikan umpan balik yang bermanfaat bagi semua
pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Selain itu, jenis-jenis asesmen
yang dilakukan, seperti asesmen formatif dan sumatif, memberikan kontribusi
positif terhadap pemahaman kemajuan belajar peserta didik. Adanya panduan
dari BSKAP Kemendikbud serta pelaksanaan prinsip-prinsip pembelajaran dan
asesmen ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SMA MTA
Surakarta. Dalam hal ini, asesmen pembelajaran bukan hanya sebagai alat
pengukur kemampuan peserta didik, melainkan juga sebagai sarana refleksi
dan perbaikan proses pembelajaran. Adanya keterlibatan aktif peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali dalam menggunakan hasil
asesmen sebagai bahan refleksi diharapkan dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang lebih baik dan mendukung perkembangan holistik peserta

METODE PENELITIAN
Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Peneliti melakukan wawancara secara langsung untuk
mengumpulkan informasi secara lengkap. subjek informan dalam penelitian ini
merupakan pihak yang mengetahui dan berkaitan yaitu guru PAI SMA MTA
Surakarta yang sudah menggunakan dan melaksanakan kurikulum merdeka.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode wawancara dimana
metode ini digunakan untuk menggali informasi dengan melakukan kegiatan
tanya jawab kepada pihak yang berkaitan sebagai informasi didalam memberi
data, selain itu dalam penelitian juga menggunakan metode studi dokumen,
teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang ada
dilokasi, metode penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tertulis
tentang suatu hal yang dibutuhkan didalam lokasi tersebut serta dengan
menggunakan metode ini juga akan memperkuat dan memantapkan berbagai
data yang diperoleh.

PEMBAHASAN
SMA MTA Surakarta menggunakan dua kurikulum yaitu Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Merdeka. Kurikulum 2013 digunakan untuk peserta didik kelas 12.
Kurikulum Merdeka digunakan untuk peserta didik kelas 10 dan 11. Perbedaan

IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary


Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024 279
Penerapan Asesmen Pembelajaran.…, Santika et.all.,

yang paling menonjol dalam kedua kurikulum tersebut adalah tidak adanya
peminatan seperti MIPA, IPS, ataupun Bahasa di Kurikulum Merdeka. SMA
MTA Surakarta memiliki 10 kelas pada setiap angkatannya. Untuk kelas 12
dengan Kurikulum 2013 terdapat 5 kelas MIPA, 4 kelas IPS, dan 1 kelas Bahasa.
Sedangkan kelas 10 yang menggunakan Kurikulum Merdeka, terdapat 10 kelas
dengan penamaan X-1, X-2, X-3, X-4, X-5, X-6, X-7, X-8, X-9, X-10. Penamaan
tersebut berlaku juga pada kelas 11 yang sama-sama menggunakan Kurikulum
Merdeka.

Perbedaan yang lain adalah pada bagian evaluasi. Dalam Kurikulum Merdeka,
penilaian hasil belajar di SMA MTA Surakarta juga menerapkan penilaian
asesmen diagnostik, asesmen sumatif, dan asesmen formatif. Sebagaimana
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 57 ayat (1) evaluasi perlu dilakukan sebagai
bentuk pengendalian mutu pendidikan. Dalam undang-undang yang sama
pasal 58 ayat (1) disebutkan bahwa pelaksanaan evaluasi hasil peserta didik
oleh pendidik dilakukan guna memantau proses, kemajuan, serta sebagai
perbaikan hasil belajar peserta didik secara kontinuitas (Undang-Undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003).
Pernyataan dari Bapak Drs. R. Muh. Wasita Lelana, yang merupakan guru PAI
kelas 11 di SMA MTA Surakarta, penerapan asesmen sumatif dalam
pembelajaran PAI di SMA MTA Surakarta diterapkan dengan adanya
pelaksanaan Penilaian Tengah Semester, dan Penilaian Akhir Semester.
Pernyataan tersebut sedikit berbeda dengan pernyataan Bapak Muhammad
Ilyas, S.Pd yang merupakan guru PAI kelas 10 SMA MTA Surakarta
menyatakan bahwa asesmen sumatif dilaksanakan di pertengahan semester
(PTS), akhir semester (PA), dan kegiatan ulangan harian. Bapak Drs. R. Muh.
Wasita Lelana tidak menyebutkan ulangan harian sebagai bentuk asesmen
sumatif. Menurutnya, ulangan harian merupakan bagian dari penerapan
asesmen formatif.

Sementara itu, dalam buku panduan yang diterbitkan oleh Badan Standar,
Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia dengan judul “Pembelajaran dan
Asesmen”, asesmen sumatif dilakukan untuk memastikan ketercapaian
keseluruhan tujuan pembelajaran, sehingga asesmen sumatif dilakukan pada
akhir proses pembelajaran. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan masih
terdapat miskonsepsi dari guru terhadap konsep asesmen sumatif yang telah
dirancang oleh Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia. Dalam segi penerapan asesmen formatif, Bapak Drs. R. Muh. Wasita
Lelana dan Bapak Muhammad Ilyas, S.Pd memiliki cara yang berbeda dalam
menerapkan asesmen tersebut. Pada kelas 10, setiap kali pembelajaran tiap bab
sudah tuntas tersampaikan, guru akan melakukan penilaian kepada para siswa

IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary


Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024 280
Penerapan Asesmen Pembelajaran.…, Santika et.all.,

dengan memberikan tugas berkelompok. Sebagai contoh, tugas kelompok


membuat mind mapping berkaitan dengan makna syu'abul iman atau cabang-
cabang keimanan. Adapun tugas yang lainnya yakni memberikan tugas
individu membuat poster tentang Al-Kulliyatu Al-Khamsah.

Pada kelas 11, guru melakukan asesmen formatif dengan pengamatan dalam
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan strategi
pembelajaran reading guide. 15 menit pertama pembelajaran, guru akan
menyampaikan prolog dengan menerangkan peristiwa atau permasalahan
yang terjadi sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Kemudian, guru akan
mengelompokkan peserta didik dengan kapasitas lima peserta didik tiap
kelompok. Selanjutnya, guru meminta peserta didik membaca materi dan
membuat rangkuman terhadap apa yang telah dibaca. Setelah selesai, setiap
kelompok yang diwakili 1 orang melakukan presentasi terhadap hasil diskusi
mereka. Dari langkah pembelajaran tersebut, guru melakukan asesmen formatif
dengan menilai peserta didik ketika melakukan belajar kelompok dan ketika
presentasi.

Menurut Bapak Muhammad Ilyas, S.Pd faktor yang menghambat jalannya


proses asesmen di SMA MTA Surakarta ada pada keterbatasan waktu dalam
proses Kegiatan Belajar Mengajar dan keberagaman karakteristik peserta didik,
seperti dalam kemampuan menangkap arahan penilaian dari guru. Adapaun
menurut Bapak Drs. R. Muh. Wasita Lelana, pada kurikulum ini, peserta didik
tidak boleh diberi punishment, setiap peserta didik harus naik kelas atau fase.
Sehingga, peserta didik tidak menunjukkan usaha yang berkelas dalam belajar.
Sementara faktor pendukung berjalannya asesmen di SMA MTA Surakarta
yakni dengan adanya fasilitas yang memadai.

KESIMPULAN
Hasil dari penelitian yang kami lakukan dengan mewawancarai beberapa guru
PAI di SMA MTA Surakarta, dapat disimpulkan bahwa di SMA MTA Surakarta
ini dibeberapa jenjang kelas sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Pada
ranah asesmen sumatif sudah terlaksana dengan baik, diterapkan dengan
adanya pelaksanaan ulangan harian, Penilaian Tengah Semester, dan Penilaian
Akhir Semester, sedangkan pada ranah asesmen formatif juga sudah terlaksana
cukup baik, akan tetapi kurang maksimal, berdasarkan hasil dari wawancara
dua narasumber, narasumber pertama dan kedua memiliki cara yang berbeda
dalam penerapannya pada ranah formatif, terdapat guru yang melakukan
penilaian kepada para siswa dengan memberikan tugas berkelompok,
memberikan tugas individu dan melakukan asesmen formatif dengan
pengamatan dalam proses pembelajaran. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
dalam penerapan asesmen pembelajarann di SMA MTA Surakarta memang
bisa dikatakan cukup terlaksana dengan baik tetapi ternyata masih terdapat

IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary


Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024 281
Penerapan Asesmen Pembelajaran.…, Santika et.all.,

beberapa hal yang belum sesuai dengan capaian dari asesmen pembelajaran
yang sebenarnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data-data di lapangan, pada


dasarnya penelitian ini berjalan baik. Namun, bukan suatu kekeliruan apabila
peneliti ingin mengemukakan saran yang mudah-mudahan bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran pada Kurikulum Merdeka ini, dimana
alangkah lebih baik apabila guru dibekali dan dihimbau untuk memahami hal
terkait Kurikulum Merdeka khususnya pada ranah asesmen pembelajaran
dengan benar dan dipastikan paham betul terkait ranah tersebut agar dapat
melaksanakannya dengan maksimal sehingga akan tercapai pula tujuan dari
pada ranah asesmen pembelajaran yang terdapat pada kurikulum merdeka ini
dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Aly, A. and Inayati, N. (2019), Pengembangan Evaluasi Pendidikan Agama Islam
(PAI), Surakarta: Muhammadiyah University Press

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
(2022). Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia
Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Jakarta : Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud RI

Komalawati, R. (2020) „Manajemen Pelaksanaan Tes Diagnostik Awal di


Sekolah Dasar Pasca Belajar dari Rumah untuk Mengidentifikasi Learing
Loss’. Jurnal Edupena, 1(2), pp.135-148

Lestari, I. F. E. R. S. et al. (2023) „ Pelatihan Pelaksanaan Asesmen Pembelajaran


Sesuai Kurikulum Merdeka‟, Jurnal Karya, 3(3), pp. 22-26

Nasution, S. (2021) „Assesment Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah Dasar‟,


Jurnal Mahesa, 1(1), pp. 135-142

Sherly, Dharma. E, and Sihombing, H. B. (2020) „Merdeka Belajar : Kajian


Literatur. In UrbanGreen Conference Proceeding Library, pp.183-190

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. (2003)

Yulianto, H. and Iryani. (2023) „Pendampingan Asesmen Pembelajaran dalam


Implementasi Kurikulum Merdeka pada SMAN 13 Takalar‟, Jurnal To
Maega’. 6(3), pp. 488-503.
.

IJM: Indonesian Journal of Multidisciplinary


Volume 2 Nomor 1 Tahun 2024 282

You might also like