Professional Documents
Culture Documents
Webinar PHLI Alokasi Air
Webinar PHLI Alokasi Air
Webinar PHLI Alokasi Air
Indonesia
Mohamad Mova AlAfghani, PhD
Universitas Ibn Khaldun Bogor
Fakultas Hukum
mova@alafghani.info
05/04/2024 2
Air di Bumi
Rezim
Hukum
untuk Siklus
Air
AlAfghani, FAO Water Scarcity Program Regional Workshop, Bangkok, February 2024
4/5/2024 5
Beje
Handil
G. 2. Wetlands
Livelihoods
1. Inland fishing
X
F.
Navigat
ion
X
nt
2. Diversion
X
D. Power 2. Hydropower
generation
1. Thermal
C. Industry Commerce/industry
Evaluasi Water Tenure di Kahayan
6. Aquaculture
X
5. Livestock watering
B.
X
recession
3. Small-scale non-
public irrigation
X
2. Public irrigation
scheme
X
1. Estate irrigation
X
A. Water 3. Unimproved sources
supply
X
X
1. Urban water supply
X
X
Source: AlAfghani, “Scoping Study on Water
Tenure in Indonesia”, FAO, 2022
Investment contracts
Unrecognized tenure
Regulatory permits
Customary tenure
05/04/2024
Modern permit
Agency control
Commonhold
Religious law
Impossible
Assumed
Informal
Penggunaan Air di Citarum
Irigasi Upstream. Leuwi Kuya Irrigation Area = 2357 ha; Cirasea = 2471 ha
Annual
Report,
2020
9
Bagian 2: Krisis Air di Indonesia
10
Stress Air Pada Musim
Kemarau
05/04/2024 11
Contoh Konflik Air
Lihat peta di https://bit.ly/3y56EvC
Click Me
05/04/2024 12
Bagian 4: Norma Konstitusional Alokasi Air
05/04/2024 13
Konteksnya
alokasi “Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam pengusahaan air harus ada
pembatasan yang sangat ketat sebagai upaya untuk menjaga kelestarian dan
keberlanjutan ketersediaan air bagi kehidupan bangsa
05/04/2024 14
Operasionalisasi 6 Prinsip Dasar MK (1)
No. Content Comments
1. [3.19] … pertama … setiap pengusahaan atas air tidak boleh duty to protect and respect
mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat
atas air …;
2. [3.20] … kedua … negara harus memenuhi hak rakyat atas air. … duty to fulfill
3. [3.21] … ketiga, harus mengingat kelestarian lingkungan hidup… Konservasi
4. [3.22] … keempat …maka pengawasan dan pengendalian oleh
negara atas air sifatnya mutlak;
5. [3.23] … kelima… adalah sebagai kelanjutan hak menguasai oleh Manifestasi dikuasai oleh negara
negara dan karena air merupakan sesuatu yang sangat menguasai
hajat hidup orang banyak maka prioritas utama yang diberikan
pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan Pihak “swasta” mendapat “jatah”
Usaha Milik Daerah; paling akhir
6. In the event all the restrictions above have been fulfilled and there is an
availability of water, the Government may grant permits to private
enterprises to commercialize water based on strict requirements.
05/04/2024 15
Operasionalisasi
6 Prinsip Dasar Principle 1 &2
MK (2)
Principle 1 & 2
kelestarian lingkungan
harus
“dipertimbangkan” (vide
Ps 8(6) UU SDA) Source: AlAfghani MM, Susetyo B, AICEE Conference, 2022
4/5/2024 16
Bagian 5: Permasalahan
05/04/2024 17
Masalah 1: Cakupan Cakupan Tidak Jelas.
Tidak Cukup Luas untuk Mengatasi Sektor Air
4/5/2024 18
Apakah diizinkan atau dilarang oleh konstitusi?
Masalah 2: Tidak Menghiraukan Efisiensi
Definisi Efisiensi
Teoritis:
“…maximum economic output from
the use a scarce input”
Praktis:
“water should be allocated from
lower to higher productive uses”
05/04/2024 19
Gambar: Ecosistema Urbano
Source: Flores Editorial
Kompas, 2022
Masalah 3: Tidak dapat diterapkan
pada beberapa jenis konflik air
Pihak Penerapan
Antar Petani Kecil Tidak berlaku. Karena 6 prinsip dasar berlaku untuk kategori
(Petani vs Petani) penggunaan dan pengguna yang berbeda, maka kurang relevan untuk
konflik dalam kategori penggunaan dan pengguna yang sama.
Misalnya, jika dua badan usaha milik negara bersaing untuk
mendapatkan air, prinsip tersebut kurang berguna.
Petani Kecil vs Berlaku. Petani kecil harus diprioritaskan daripada industri. Namun,
Industri prioritas alokasi mungkin tidak terlalu penting jika penggunaan air
industri terlalu kecil untuk dapat dialokasikan secara berarti kepada
petani kecil. Ada juga kasus di mana konflik muncul karena
infrastruktur irigasi yang tidak efisien dan pengelolaannya.
Sawah vs Tambak Berlaku JIKA tambak tidak didefinisikan sebagai "pertanian rakyat".
Perhatikan bahwa penjelasan Pasal 8(b) UU 17/2019 mengkategorikan
"perikanan" sebagai pertanian rakyat. Jika demikian, maka prinsip
tersebut tidak berlaku (lihat no 1 di atas).
Petani Kecil vs Air Berlaku tetapi tidak memberikan solusi yang jelas. Dapat dikatakan
Minum bahwa air minum - melalui perusahaan daerah air minum (PDAM) -
lebih dilindungi oleh konstitusi daripada hak petani kecil. Tetapi ini
lebih rumit dari kedengarannya, beberapa PDAM juga memasok air ke
hotel, mal, dan industri, dan mereka bersifat komersial, dalam arti DPR, 2019 Antara, 2013
mereka memungut biaya dan menghasilkan keuntungan operasional.
Selama kelangkaan, dimungkinkan misalnya, untuk mengalokasikan
sejumlah air tertentu ke PDAM dan memastikan bahwa prioritas Operasi PLTA dikurangi dari 24
diberikan kepada rumah tangga dan konsumen yang menggunakan air
Jam ke 8 Jam per hari. Namun
untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Seperti dibahas di atas, realokasi
air dari kebutuhan pedesaan ke perkotaan perlu disertai dengan demikian, apabila hal ini terjadi
mekanisme insentif dan kompensasi. di Jawa Barat, dampak
ekonominya akan sangat besar.
05/04/2024 20
Detik, 2019
Masalah 4: Tidak Dapat Diterapkan pada Konflik
Kualitas Air
Tambak vs Tidak Berlaku. Bahasa dalam 6 prinsip dasar (pada
Petani Sawah prinsip 6) adalah "apabila masih ada ketersediaan
(Petani Kecil) air". Dalam konflik tentang kualitas, air tersedia dalam
hal kuantitas tetapi kualitasnya rendah. Namun, dapat
berlaku JIKA 6 prinsip dasar ditafsirkan secara luas
sehingga mencakup kualitas dan tambak tidak
dikategorikan sebagai pertanian rakyat. Oleh karena
itu, prinsip tersebut akan memprioritaskan petani
padi.
Tambak vs PLTA Tidak Berlaku. Baik tambak (dalam hal ini Keramba
Jaring Apung) maupun PLTA tidak secara khusus Liputan 6
dibahas dalam 6 prinsip dasar. Prinsip 1 dan 2
melindungi "akses" terhadap air, ini mungkin berarti
air untuk kebutuhan dasar sehari-hari, yang
merupakan elemen inti dari hak asasi manusia atas
air. Selain itu, meskipun volume air yang mencukupi
tersedia, masalahnya adalah air kotor dan/atau
korosif. Namun, dapat berlaku JIKA 6 prinsip dasar
ditafsirkan untuk mencakup kualitas air. Dalam hal ini,
PLTA yang dioperasikan oleh perusahaan milik negara
harus diprioritaskan daripada tambak.
Tambak vs Tidak berlaku. Baik Keramba Jaring Apung maupun
Pariwisata pariwisata bukan perhatian dari 6 prinsip dasar. Pikiran Rakyat, 2022
05/04/2024 21
Masalah 5: Tidak bisa diaplikasikan kepada konflik air yang bersifat spasial
(Source: Lubis, et.al; Satia et.al; Subahani; Octora, et.al)
Konversi Tidak berlaku. Tidak satupun dari
Ruang Hijau
atau Biru mereka yang dianggap sebagai
menjadi penggunaan atau pengguna air
Kawasan
Perumahan
berdasarkan 6 prinsip dasar.
atau Bisnis
05/04/2024 23
Rekomendasi 1: Penafsiran Teleologis untuk
Memungkinkan "Efisiensi" sebagai Pedoman Nilai
Penafsiran Literal Prinsip 6: Perusahaan swasta hanya dapat diberikan izin untuk mengambil air jika, dan hanya
jika, prioritas alokasi lainnya, yaitu (i) hak asasi manusia atas air - air untuk kebutuhan dasar sehari-hari dan
mata pencaharian termasuk petani kecil, (ii) air untuk konservasi lingkungan dan (iii) air untuk badan usaha
milik negara - telah terpenuhi dan sumber daya yang cukup ada untuk memenuhi permintaan komersial. Ini
berarti bahwa, menurut penafsiran literal, jika tidak ada air yang tersisa, sektor swasta tidak boleh dialokasikan
sama sekali.
Interpretasi Teleologis: Prinsip 6 harus dibaca bersamaan dengan Prinsip 1, yang menegaskan kembali Pasal 33
UUD bahwa sumber daya alam (termasuk air) harus dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam hal ini, air harus dialokasikan sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan kesejahteraan - yang dapat
mencakup lapangan kerja di sektor "swasta". Pada saat yang sama, argumen teleologis menyatakan bahwa
alokasi air yang kurang dari optimal secara ekonomi (tetapi tetap "setara") akan melanggar konstitusi. Jadi, jika
industri memiliki produktivitas air ekonomi yang lebih tinggi, yang berarti mereka dapat menghasilkan lebih
banyak rupiah per tetes air dibandingkan dengan pertanian atau peternakan, maka (beberapa) air mungkin
perlu dialokasikan kembali ke industry dengan mempertimbangkan keadilan, ketahanan pangan dan banyak
sektor lainnya.
05/04/2024 24
Rekomendasi 2: Perluas lingkup prinsip (interpretasi
ekstensif), dari komersialisasi ke tata kelola
05/04/2024 25
Rekomendasi 3: Menyiapkan Kerangka
Realokasi dalam Legislasi
Berdasarkan rekomendasi 1 (penafsiran teleologis yang memungkinkan
efisiensi sebagai pedoman nilai), pemerintah harus menyiapkan
kerangka realokasi berdasarkan prinsip keadilan dan keberlanjutan
lingkungan. Kompensasi dapat berupa:
05/04/2024 26
Bahan-bahan terkait presentasi
Mayoritas isi dari presentasi ini diambil dari presentasi penulis dalam ICCIS
ke-5 di Bali, 2022
1. AlAfghani MM, ‘Strengths and Limitations of The Indonesian
Constitutional Court’s “6 Basic Principles” in Resolving Water Conflicts’
(2023) 9 Constitutional Review 179;
2. Al’Afghani MM, ‘Alienating the Private Sector: Implications of the
Invalidation of the Water Law by the Indonesian Constitutional Court’
(2019) 26 Journal of Water Law 12;
3. AlAfghani MM and Susetyo B, ‘Water Tenure Security for Palm Oil,
Hydropower, and Geothermal’ (2023) 1199 IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science 012016;
4. Hendry SM, ‘An Analytical Framework for Reform of National Water Law’
(PhD thesis, University of Dundee 2008)
05/04/2024 27