Professional Documents
Culture Documents
Implementasi Teknik Hand Held Fan Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure
Implementasi Teknik Hand Held Fan Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure
Implementasi teknik hand held fan terhadap penurunan sesak nafas pada pasien
dengan congestive heart failure
Yusrina Ammazida 1, Ambar Relawati 2
1
Muhammadiyah University of Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
2
Muhammadiyah University of Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T
Received: May, 16, Year
Background : CHF is a clinical syndrome that can cause
Revised: May, 21, 2023 structural/functional problems in the heart, thus interfering with the
Available online: June, 01, 2023 ability of the ventricles to receive/pump enough blood to meet the
body's metabolic needs. A symptom often experienced by CHF patients
is shortness of breath (dyspnea). Dyspnea that occurs in CHF patients
KEYWORDS
can have an impact on their physical, psychological, and emotional
health. Patients with dyspnea feel more comfortable in front of a fan.
Congestive Heart Failure, Hand Feld Fan,
Purposes : This study to determine the effect of hand held fan therapy
Dyspnea
on reducing dyspnea in Congestive Heart Failure patients. Method :
The method used in writing is a case report which is carried out for 3
CORRESPONDENCE days. Administration of hand held fan therapy is carried out in CHF
E-mail: yusrinaammazida31@gmail.com patients with dyspnea. Results : The administration of hand held fan
therapy in CHF patients there was a decrease in dyspnea although not
significant, characterized by a dyspnea scale decreased from a scale of
5 to a scale of 2, breathing frequency from 26x / minute to 22x / minute,
SPO2 : <96% to 99%. Conclusions : Combination therapy of
pharmacological therapy is hand held fan therapy can reduce the
condition of shortness of breath experienced in CHF patients. Although
shortness of breath is still felt, but the therapy is able to reduce the
appearance of shortness of breath again. Accuracy in applying the
therapy accompanied by pharmacological therapy gets optimal results
in reducing shortness of breath from before the intervention to after the
intervention is carried out.
INTRODUCTION
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan sindrome klinis yang kompleks yang dapat mengakibatkan masalah
struktural atau fungsional pada jantung, sehingga mengganggu kemampuan ventrikel dalam menerima atau
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Suharto, 2021). Angka kematian
yang terkait dengan penyakit CHF bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut (Muzaki, 2020).
Risiko kematian pada kasus CHF yang lebih ringan berkisar antara 5-10% pertahun, sedangkan pada kasus yang
lebih berat, risiko kematian dapat meningkat hingga mencapai 30-40%. Data dari World Health Organization
(2020) mengindikasikan bahwa sekitar 17,9 juta orang di seluruh dunia telah kehilangan nyawa akibat penyakit
kardiovaskular. Menurut Riset Kesehatan Dasar (2018) angka kejadian penyakit kardiovaskular terus meningkat
setiap tahunnya. Dengan presentasi 15-1000 orang, sekitar 2.784.064 orang menderita penyakit
ini (Kanine et al., 2022). Congestive Heart Failure penurunan oksigenisasi arteri serta peningkatan
menyumbang sekitar 287.000 kematian setiap kadar karbondioksida dalam tubuh. Hal ini akan
tahunnya. Menurut WHO (2016) sebagian besar memicu gejala dyspnea, terutama saat berbaring
orang yang didiagnosis menderita CHF (ortopnea), dan pasien CHF cenderung mudah
kemungkinan akan meninggal dalam waktu lima merasa lelah dan terengah-engah saat melakukan
tahun setelah diagnosis. Indonesia menempati aktivitas ringan atau bahkan saat beristirahat.
peringkat keempat di Asia Tenggara dalam hal Dampaknya adalah kemampuan pasien dalam
jumlah penderita CHF, setelah Filipina, Myanmar, melakukan aktivitas sehari-hari menurun dan
dan Laos. Berdasarkan diagnosis dan gejala, menurunkan kualitas hidupnya.
prevalensi CHF di Indonesia pada tahun 2018 Dyspnea yang terjadi pada pasien CHF bisa
tertinggi di Kalimantan Utara (2,2%), diikuti oleh berdampak pada kesehatan fisik, psikologis, dan
Gorontalo dan Yogyakarta dengan persentase yang emosional mereka. Hal ini juga bisa menyebabkan
sama yaitu 2,0% (Riskesdas, 2018). Tanda gejala kecemasan pada keluarga dan pengasuh, sehingga
yang paling sering dialami oleh penderita CHF memerlukan penanganan yang tepat (Mendoza et
adalah sesak napas. al., 2020). Beberapa penelitian menunjukkan
Ketidakmampuan otot jantung untuk memompa bahwa penggunaan kipas angin bisa membantu
darah ke seluruh tubuh dapat menyebabkan mengurangi rasa sesak napas dengan cara
kesulitan bernapas (dyspnea), terutama saat menstimulasi reseptor dingin pada saraf trigeminal
beraktivitas. Pasien dengan CHF sering merasa cabang V2, sehingga mengurangi sensasi dyspnea
lelah dan sesak napas bahkan dengan melakukan (Puspawati et al., 2017).
aktivitas yang ringan atau saat istirahat. Kondisi Menurut Puspawati (2017) terapi kipas dalam
tersebut disebabkan oleh kurangnya oksigenasi meredakan dyspnea direkomendasikan oleh
jaringan dan produksi energi yang dipengaruhi oleh Oncology Nursing Society. Pasien dengan dyspnea
dyspnea. Hal ini dapat menyebabkan penurunan cenderung merasa lebih nyaman di dekat jendela
kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas terbuka atau di depan kipas angin, dan penelitian
sehari-hari, serta menurunkan kualitas hidup ini menguji penggunaan genggam kipas untuk
mereka (Sepdianto et al., 2016). menurunkan sensasi dyspnea. Tujuan penelitian ini
Smeltzer (2013) menjelaskan bahwa dyspnea pada adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan
pasien CHF terjadi akibat gangguan pada terapi hand held fan terhadap penurunan dyspnea
kontraktilitas jantung yang mengakibatkan curah pada pasien Congestive Heart Failure dengan
jantung menurun dibandingkan dengan curah teknik yang tepat.
jantung normal. Penurunan pasokan darah
keseluruh tubuh terjadi karena darah yang dipompa Kasus
selama kontriksi menurun. Kondisi suplai darah Seorang perempuan bernama Ny.S datang ke IGD
yang tidak lancar di paru-paru dapat menyebabkan dengan keluhan rasa nyeri/tidak nyaman di ulu hati,
penumpukan cairan di paru-paru, mengurangi batuk berdahak yang sulit dikeluarkan dan disertai
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sesak napas, demam, perut terasa keras. Ny.S
udara dan darah di paru-paru, dan mengakibatkan mengatakan bahwa akhir-akhir ini mudah sekali
lelah. Ny.S mengatakan bahwa lama keluhan nya membuat sesak napas tersebut menurun. Peneliti
sudah 3 hari yang lalu. Ny.S mengatakan keluhan sebagai praktikan juga melakukan pendampingan,
tidak membaik meski sudah diberikan obat memfasilitasi, dan menjelaskan prosedur tindakan
dipuskesmas. Ny.S mengatakan tahun 2020 pernah sebelum menerapkan teknik held held fan. Peneliti
dirawat di RS karena pernah mengalami maagh, mengidentifikasi penyebab sesak napas, faktor
bronchitis dan hipertensi. yang meringankan/memperberat terjadinya sesak
Hasil pemeriksaan fisik didapat tingkat kesadaran napas serta mengevaluasi respon secara verbal dan
composmentis, tekanan darah 184/161 mmHg, non verbal dari Ny.S setelah diberikan terapi held
nadi: 117x/menit, frekuensi napas : 26x/menit, held fan.
saturasi oksigen 96%. Hasil pemeriksaan EKG
METHOD
didapatkan sinus takikardi dan hasil Rontgen
thorax : corakan bronchovasculer paru tampak Metode penelitian menggunakan case report
meningkat sinus CF Lancip diafragma licin CTR > kepada satu responden perempuan dengan
0,56. Kesan : cardiomegaly. Hasil pemeriksaan diagnosa medis CHF yang mengalami sesak napas
laboratorium menunjukkan bahwa eosinophil : 1 di salah satu RS Swasta Daerah Istimewa
(L), haemoglobin : 9,4 (L), Hematokrit : 30,4 (L), Yogyakarta. Case report (laporan kasus)
Lekosit : 12,49 (H), Netrofil segmen : 75 (H), merupakan suatu jenis penelitian ilmiah yang
Limfosit : 16 (L), dan Netrofil absolut : 9,4 (H). mendokumentasikan secara rinci informasi tentang
Pengkajian selanjutnya, data yang didapatkan kasus klinis individu yang unik atau jarang terjadi.
adalah sebagai berikut: P : Ny.S mengatakan Laporan kasus terdiri dari : kondisi medis, gejala,
bahwa nyeri atau sesaknya akibat batuk yang diagnosis, pengobatan, dan hasil pengobatan dari
dialami, Q : Ny. S mengatakan rasa nyeri seperti di suatu kasus yang menarik perhatian. Penelitian ini
tusuk-tusuk, R : Ny.S mengatakan sesak diarea menggunakan alat ukur Numeric Rating Scale
dada saja dan tidak menyebar, S : Ny.S mengatakan untuk mengukur skala sesak napas yang dialami
saat sesak timbul berada diskala 5, T : Ny.S oleh pasien CHF.
mengatakan sesak napas bisa bertahan 2 menitan Penelitian dilakukan selama tiga hari berturut-
saat timbul. Ny.S mengatakan bahwa kesulitan turut, pada tanggal 22 – 24 Maret 2023 di salah satu
tidur karena sering terbangun saat batuk dan sesak. Rumah Sakit Swasta di Daerah Istimewa
Ny.S mengatakan bahwa dalam sehari hanya tidur Yogyakarta. Instrumen yang digunakan pada
tidak lebih dari 4 jam. penelitian ini menggunakan hasil pemeriksaan fisik
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, dilakukan dan penunjang, observasi dan pengkajian. Kegiatan
tindakan non farmakologi berupa genggam kipas pengkajian dilakukan untuk menggali seluruh
atau hand held fan yang diimplementasikan pada informasi berdasarkan keluhan yang dialami
Ny.S saat merasa sesak napas. Penggunaan terapi responden. Standard Operating Procedure (SOP)
genggam kipas dapat memberikan udara atau yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari :
mendinginkan wajah, saat kipas dinyalakan dan
didekatkan ke wajah maka akan membuat udara 1. Fase Pra Interaksi
yang dihirup jauh lebih banyak sehingga dapat a. Mencuci tangan 6 langkah
Tabel 3.Frekuensi Napas Sebelum dan Setelah diberikan seperti sesak napas, edema perifer, dan dyspnea
Intervensi
nocturnal paroksismal, mungkin tidak memiliki
Hari disfungsi diastolik meskipun telah
Tanggal Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Ke-
22/3/2023 1 26x/menit 26x/menit mempertahankan fungsi ventrikel kiri. Gejala sesak
23/3/2023 2 24x/mnt 18x/mnt
24/3/2023 3 21x/mnt 22x/mnt napas yang terjadi saat istirahat atau aktivitas, yang
Tabel 4.Saturasi Oksigen Sebelum dan Setelah diberikan ditandai dengan takipnea, takikardi, dan ronki paru,
Intervensi
juga menunjukkan kemungkinan adanya gagal
Hari jantung.
Tanggal Sebelum Intervensi Setelah Intervensi
Ke-
22/3/2023 1 96% 98% Penanganan sesak napas dapat dilakukan dengan
23/3/2023 2 99% 99%
24/3/2023 3 99% 100% pendekatan farmakologi maupun non-farmakologi,
Berdasarkan tabel 1 diatas, didapatkan data bahwa dan perawat memainkan peran penting dalam
setelah dilakukan terapi hand held fan selama tiga pengelolaannya. Salah satu pendekatan non-
hari berturut-turut pada Ny.S, terjadi perubahan farmakologis yang dapat dilakukan untuk
kondisi disetiap harinya. Skala sesak napas yang menurunkan dyspnea adalah dengan menggunakan
awalnya berada di skala 5, kemudian setelah terapi genggam kipas untuk mengalirkan udara ke
dilakukan intervensi pada hari ketiga sesak napas area yang dipersarafi oleh cabang saraf trigeminal
berada di skala 2. Selain itu, terjadi perubahan kedua atau ketiga. Terapi ini membantu
frekuensi napas dan terjadi peningkatan pada menurunkan sensasi sesak nafas dengan
tingkat saturasi oksigen (SPO2). Peningkatan memanfaatkan perangsangan reseptor dingin pada
kondisi dapat terjadi setelah menerapkan terapi mukosa hidung atau mulut yang kemudian
menurunkan dorongan dari pusat pernapasan. Implikasi dari case repport ini merupakan hasil
(Kako et al., 2018). dari penatalaksanaan dalam menurunkan sesak
Terapi hand held fan dapat menghasilkan stimulus napas pada pasien Ny.S. Keuntungan dari case
aliran udara dan sensasi pendinginan pada wajah repport ini dalam praktek keperawatan adalah
peserta. Menurut Huriyati (2019) setelah menerima dapat menurunkan sesak napas pada pasien dengan
stimulus, impuls diteruskan melalui jalur saraf congestive heart failure (CHF). Setelah dilakukan
trigeminal ke batang otak dan talamus, kemudian terapi hand held fan pada Ny.S didapatkan hasil
menuju korteks somatosensori. Korteks bahwa terdapat penurunan meskipun tidak
somatosensori adalah area korteks yang signifikan, karena dalam case repport ini hanya
bertanggung jawab untuk merespons sensasi menggunakan Numeric Rating scale dan tidak
dispnea (Ismoyowati et al., 2021). Penggunaan menggunakan pengukur yang lain. Case repport ini
terapi ini dapat memodifikasi respons impuls balik menggunakan observasi dari keluhan sesak napas
ke korteks somatosensori dan mengubah persepsi yang dialami oleh pasien dan membandingkan
sesak napas. Dalam praktiknya, terapi ini dapat antara sebelum dilakukan intervensi dan setelah
mengurangi sensasi sesak napas pada saat istirahat dilakukan intervensi.
atau latihan, memberikan rasa percaya diri pada
CONCLUSIONS
pasien, dan tidak memerlukan keahlian khusus bagi
tenaga medis untuk memberikan intervensi ini Terapi hand held fan termasuk kedalam terapi non
(Guy, 2015). farmakologi, yang dalam penerapannya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dikombinasikan dengan terapi farmakologi.
selama tiga hari berturut-turut, terdapat penurunan Berdasarkan hasil case report ini membuktikan
frekuensi napas pada saat hari ke 1 intervensi bahwa terapi hand held fan dapat menurunkan
dilakukan, frekuensi napas Ny.S sebesar 26x/mnt kondisi sesak napas yang dialami pada pasien
sedangkan setelah dilakukan intervensi pada hari congestive heart failure (CHF), meskipun sesak
ke 3 frekuensi napas menjadi 22x/menit. Tidak napas masih dirasakan oleh pasien akan tetapi
hanya frekuensi napas yang mengalami perubahan, terapi hand held fan mampu mengurangi intensitas
tingkat SPO2 juga mengalami peningkatan dari munculnya sesak napas tersebut. Ketepatan dalam
96% menjadi 100% pada saat hari ke 3 setelah menerapkan terapi tersebut mampu mendapatkan
intervensi dilakukan. hasil yang optimal dalam mengurangi sesak napas
Hasil penerapan terapi ini relevan dengan hasil dari sebelum dilakukannya intervensi hingga
penelitian sebelumnya yang berjudul apakah setelah intervensi dilakukan.
penggunaan genggam kipas dapat menurunkan
dyspnea kronis. Hasil penelitian menunjukkan REFERENCES
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam https://www.who.int/health-topics/cardiovascular-
skor Numeric Rating Scale (NRS) yaitu terjadi diseases/#tab=tab_1
pengurangan sesak napas saat kipas diarahkan pada Huriyati, E., Kandarina, B. J. I., & Faza, F. (2019).
wajah selama 5 menit (Sari et al., 2023). Peranan gizi dalam upaya pencegahan
penyakit tidak menular. UGM PRESS.
Ismoyowati, T. W., Teku, I. S. D., Banik, J. C., & Puspawati, N. L., Sitorus, R., & Herawati, T.
Sativa, R. A. O. (2021). Manajemen Nyeri (2017). Hand-held fan airflow stimulation
untuk Congestive Heart Failure. Jurnal relieves dyspnea in lung cancer patients.
Penelitian Kesehatan" SUARA Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing,
FORIKES"(Journal of Health Research" 4(2), 162–167.
Forikes Voice"), 12(1), 107–112. https://doi.org/10.4103/apjon.apjon_14_17
DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf12126 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan
Kako, J., Morita, T., Yamaguchi, T., Kobayashi, Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
M., Sekimoto, A., Kinoshita, H., Ogawa, A., Kementerian RI tahun 2018.
Zenda, S., Uchitomi, Y., & Inoguchi, H. http://www.depkes.go.id/resources/downloa
(2018). Fan therapy is effective in relieving d/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%
dyspnea in patients with terminally ill cancer: 20Riskesdas%202018.pdf
a parallel-arm, randomized controlled trial. Sari, F. R., Inayati, A., & Dewi, N. R. (2023).
Journal of Pain and Symptom Management, Penerapan Hand-Held Fan Terhadap
56(4), 493–500. Dyspnea Pasien Gagal Jantung Di Ruang
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2018. Jantung RSUD Jend. Ahmad Yani Kota
07.001 Metro. Jurnal Cendikia Muda, 3(3), 323–330.
Kanine, E., Bakari, R. I., Sarimin, S. D., Merentek, Sepdianto, T. C., Tyas, M. D. C., & Anjaswarni, T.
G. A., & Lumi, W. (2022). Efektifitas Posisi (2016). Peningkatan Saturasi Oksigen
Semi Fowler Dalam Meningkatkan Saturasi Melalui Latihan Deep Diaphragmatic
Oksigen dibandingkan dengan Posisi Head Breathing pada Pasien Gagal Jantung. Jurnal
Up pada Paien Gagal Jantung Kronik di Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 5(1).
Ruang ICCU RSUP PROF. Dr RD Kandao Suharto, D. N. (2021). Deep Breathing Exercise
Manado. E-PROSIDING Seminar Nasional Dan Aktivitas Bertahap Dalam Menurunkan
2022 ISBN: 978.623. 93457.1. 6, 1(02), 67– Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart
73. Failure. Jurnal Ilmiah PANNMED
Mendoza, M. J. L., Ting, F. I. L., Vergara, J. P. B., (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition,
Sacdalan, D. B. L., & Sandoval-Tan, J. Midwivery, Environment, Dentist), 16(1), 83–
(2020). Fan-on-face therapy in relieving 86.
dyspnea of adult terminally ill cancer https://doi.org/10.36911/pannmed.v16i1.103
patients: a meta-analysis. Asian Journal of 1
Oncology, 6(02), 88–93. Swan, F., Newey, A., Bland, M., Allgar, V., Booth,
DOI: 10.1055/s-0040-1713332 S., Bausewein, C., Yorke, J., & Johnson, M.
Muzaki, Y. A. (2020). Penerapan posisi semi (2019). Airflow relieves chronic
fowler terhadap ketidakefektifan pola nafas breathlessness in people with advanced
pada pasien congestive heart failure (CHF). disease: an exploratory systematic review and
Nursing Science Journal (NSJ), 1(1), 19–24. meta-analyses. Palliative Medicine, 33(6),
https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.16 618–633.
https://doi.org/10.1177/0269216319835393