Professional Documents
Culture Documents
Khutbah 05 April 24
Khutbah 05 April 24
يُ
َ
الصد ْو لُر ُ َوخ لف ل ُّ كريْ ُم ُالْ َغ َّفارُ ،اَلْ َعال ُم ُب َما ُفي ُ ّ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ْ َ َّ َ ْ َ
ل ا ُ ، ار بج ال ُ ُ
م يظ ع ل ا ُ ، اره ق ال ُ ُ
د اح ِل ُال ْ َ
و ُ
َْ َ ْ ّ
لل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل ل الحمدُ ُ ل ل
ن ُ َس ّي َدنَا ُ َو َحبيْبَنَا ُ َو َعظيْ َمناَُ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ َ َّ
ل ل ك ُلهُ ُُ ،وأشهدُ ُأ ُ ل ن ُلا ُإلل ُه ُإللا ُاللُ ُوحدهُ ُلا ُش لري ُ ارُ.أشهدُ ُأ ُ الاسر لُ
َ َْ َ َ
وقائل َدناُ َوق َّر ُةُأعي لن َناُم َح َّم ًداُ َرس ْولُُا لُ
للُ .
نُْ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
ام ُالمجا له لدينُ ،ويا ُم ُ ك ُيا ُ لإم ُ للُ ،الصلاةُ ُوالسلامُ ُعلي ُ ك ُيا ُرسو ُل ُا ل الصلاةُ ُوالسلامُ ُعلي ُ
َ َ َ ْ َ َ َ ّ ْ َ َّ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ
كُ َو َعلىُ َء لُ
الُ السلامُُ َعليْ ُ نُالان لبيا لُءُوالـمرس للينُ،الصلاةُُو السل لسل لُةُالذه لبي لُةُ لم ُ اخ ُرُ ل تُء ل كن ُ
َ ْ َّ ْ َ َ َ ْ َ ْ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ
ار ُ َعلى ُنه لج له ُْم ُ َواتبَ َعه ُْم ُبل لإح َسانُ ُ لإلى ُيَ ْوملُُ ن ُس ُ ن ُوم ُ ك ُالـمت لقي ُ ن ُوصح لب ُ الطا له لري ُ ك ُ َّ بَي لت ُ
ّ
نُ .الديْ لُل
ّ َ َّ ْ َ َ َ ْ َّ ّ َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ َْ ْ ْ ََْ َ َ َ َ َّ َ ْ
قُنُيت ل ُ نُخي ُرُالزا لُدُالتقوىُوم ُ للُالع لظي لُمُف لإ ُ وصيك ُمُونف لسيُبلتقوىُا لُ للُفأ ل ادُا لُ أماُبعدُُ لعب ُ
ْ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ ََ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ ً َ َ ّ
ن ُاستبد ُل ُالطاع ُةُ اب ُوخ لس ُر ُم لُ ن ُ لعصيانل لُه ُفق ُد ُخ ُ جاُ,وأح لذرك ُم ُ لم ُ ل ُلهُ ُمخر ُ الل ُيجع ُ ُ
ْ ْ ََ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ََ ََ َْ ََ َ َ ْ
آن ُال َع لظيْ لُمُ ك ُ َوت َعالى ُ لفي ُالق ْر لُ لى ُالبَا لقيَ لُة ُيق ْولُ ُاللُ ُتبار ُ بلالـمع لصي لُة ُوءاث ُر ُالفا لني ُة ُع ُ
امىُ ب ُ َوالْيَتَ َ ْ َ
ن ُ لإح َسانا ُ َوبل لذي ُالق ْر ُ
ْ ً ْ َ ْ
وا ُبل لُه ُشيئًا ُ َوبلال َوا لل َديْ لُ
َ ْ ْ َّ َ َ َ ْ ْ
اِل ُولا ُتش لرك ُ وا ُ ُ "واعبد ُ
ـم َسا لك لُ
ين. َوالْ َ
1
baik dari seribu bulan) turun pada 10 terakhir bulan Ramadlan, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam:
َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ
ُنُ َر َمضان
ُْ اخ لُرُ لم
ال لت لمسوهاُفليُالعش لُرُالأ َو ل
“Carilah lailatul qadr pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan” (HR al Bukhari)
Salah satu ibadah yang ditingkatkan oleh Rasulullah adalah i’tikaf. I’tikaf adalah
berdiam diri di Masjid dengan nait bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah.
Ibnu Umar menyatakan:
َ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ
َ ْ َ ُ انُ َرس ْولُُا
ُنُ َر َمضان
ُْ اخ َُرُ لم
كفُُالعش َُرُالأ َو ل
للُيعت لل ُ ك
2
pada bulan Ramadhan dan mati sbelum terbenamnya matahari pada hari terakhir
pada bulan Ramadhan tidaklah dikeluarkan zakatnya.
Waktu mengelurkan zakat ini dimulai dari awal Ramadhan hingga
terbenamnya matahari pada hari raya. Jika dikelurkan setelah matahari terbenam
pada hari raya tanpa ada udzur maka hukumnya haram. Adapun yang paling utama
adalah dikelukan pada pagi hari raya sebelum shalat ‘Id hukumnya sunnah. Dan
apabila dikeluarkan setelah shalat maka hukumnya adalah makruh.
1. Fakir; orang yang tidak bekerja atau bekerja tetapi hasilnya tidak mencapai
separuh dari kebutuhannya seperti orang yang sehari membutuhkan Rp.
10.000 akan tetapi ia hanya dapat menghasilkan Rp. 4.000.
2. Miskin; orang yang hanya bisa memenuhi separuh kebutuhannya. Seperti
orang yang dalam sehari membutuhkan 10.000 tetapi dia hanya bisa
memenuhi Rp. 8.000 atau Rp. 7.000
3. Amil; orang yang ditunjuk khalifah atau sulthan dengan tanpa diberi gaji dari
baitul mal kas Negara untuk mengambil menerima dan membagikan zakat.
4. Al muallafatu qulubuhum; seperti orang yang baru masuk Islam dan niatnya
masih lemah, mereka diberi bagian zakat supaya niat masuk Islamnya menjadi
kuat.
5. Riqab; budak mukatab yakni hamba sahaya yang memiliki perjanjian dengan
tuannya, jika dia bisa membayar uang dengan jumlah tertentu maka ia
merdeka.
6. Gharim; orang yang berhutang bukan untuk digunakan dalam kemaksiatan dan
tidak mampu melunasinya pada waktunya sudah jatuh tempo.
7. Fi sabilillah; orang yang berperang fi sabilillah secara sukarela.
8. Ibnu Sabil; musafir yang kehabisan bekal untuk bisa sampai ke tujuannya
3
Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah
Ada beberapa permasalahan yang harus kita perhatikan dalam mengelurkan
zakat fitrah.
Pertama; jika kita ingin mengeluarkan zakat fitrah anak kita yang sudah baligh
maka diharuskan untuk minta izin terlebih dahulu dari si anak tersebut, jika tidak
demikian, maka zakat itu tidak sah karena anak yang sudah baligh secara hukum
fikih nafkah (biaya hidup)nya bukan lagi menjadi kewajiban orang tuanya. Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan, mengingat kebanyakan orang cenderung
mengabaikannya.
Kedua; Panitia yang bisaanya dibentuk di setiap kampung, mereka bukanlah
amil yang menurut syara’ berhak mendapatkan zakat. Karena amil itu ditunjuk oleh
imam, bukan yang dibentuk oleh lembaga atau pengurus takmir masjid atau
musholla. Namun jika mereka tergolong fakir atau miskin atau termasuk orang-
orang yang berhak menerima zakat selain amil, mereka boleh menerima bagian
zakat atas nama golongan-golongan tersebut. Jadi status mereka hanyalah wakil
dari orang-orang yang mengeluarkan zakat untuk menyalurkannya ke tangan
mereka yang berhak menerimanya.
Ketiga; secara umum, sabilillah dapat diartikan dengan segala amal kebajikan
yang bertujuan untuk menghidupkan ruh Islam. Akan tetapi dalam hal zakat, para
ulama bersepakat untuk mendefinisikannya hanya dalam satu pengertian, yaitu
orang yang berperang di medan pertempuran melawan orang-orang kafir tanpa
mendapatkan gaji sepeserpun dari khalifah atau penguasa pejuang suka relawan.
Adapun penafsiran sebagian orang bahwa pembangunan rumah sakit, masjid atau
madrasah dan aktivitas lain yang baik seperti mengajar adalah masuk ke kategori
sabilillah yang berhak menerima mengambil bagian dari zakat, maka hal ini tidak
dapat dibenarkan dengan berbagai alasan, di antaranya tidak satupun di antara
ulama salaf, imam mujtahid atau yang setingkat dengan mereka mengatakan
bahawa sabilillah dalam hal zakat adalah mencangkup semua amal kebaikan.
Cukup sebagai dalil bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada selain ashnaf
golongan yang delapan sesuai penjelasan para ulama bahwa ayat 60 dari surat at
Taubah tersebut menggunakan lafdz innama termasuk lafadz yang berfungsi hashr,
yaitu terbatas pada sesuatu yang disebutkan setelahnya yang berarti, zakat hanya
sah jika diberikan kepada 8 golongan tersebut. Dan seandainya zakat itu
diperuntukkan untuk semua amal kebaikan maka tidak ada artinya al hashr
4
pembatasan dengan lafdz tersebut. Juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika beliau berbicara tentang zakat:
َّ َ َ َ ّ َ ّ َ
يُ َو ُلاُ لل لذ ُْ
يُ لم َّرةُُ َس لو ّيُ لُ للغ لن ُ
لإنهاُ ُلاُت لح ُ
“Sesungguhnya zakat tidak halal bagi orang kaya dan orang yang mempunyai
pekerjaan yang mencukupinya” HR Abu Dawud dan al Baihaqi
Jika zakat dibayarkan untuk membangun rumah sakit, masjid atau madrasah
kemudian tempat-tempat itu dimanfaatkan oleh semua orang baik kaya maupun
miskin, maka hal ini jelas bertentangan dengan hadits tersebut.
ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ّ ْ ْ َْ َْ ْ ََ َ
كي لمُ، َ
الذك لُرُالح ل اتُو لنُالآي ل ُ َ ّ
نُالع لظي لُمُونف لعنيُوإلياك ُمُبلماُ لفي لُهُ لم ُ فىُالقرأ لُكُاللُُليُولك ُْمُ ل ُ ار َُ
بَ َ
ْ َ ّ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َّ َ ْ َ َ ْ َْ ْ ََ ْ َ ْ
نُفاستغ لفروهُُ لإنهُُه ُوُالغفورُُالر لحيمُ. يُ ُولك ُمُو للج لمي لُعُالـمـس لل لمي ُ
اللُ لل ُ
لُوأستغ لفرُُ ُ أقولُُقو ل ُ
Khutbah II
5