Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

KEANEKARAGAMAN SPESIES EDIBLE FRUITS DI KAWASAN TAMAN

NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL) ACEH TAMIANG


[Diversity of Edible Fruits Species in Gunung Leuser National Park Area (TNGL)
Aceh Tamiang]

Amin Retnoningsih, Enni Suwarsi Rahayu, Albian Mubarak


Pendidikan IPA, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
email : aminretnoningsih2016@mail.unnes.ac.id

ABSTRACT
Aceh Tamiang Regency located in the northern part of Sumatra Island with an area of
1,957.02 km² is part of the Leuser Ecosystem (KEL) famously known as the Gunung Leuser
National Park (TNGL). The remarkable biodiversity in TNGL has earned it recognition as a
national park and wildlife sanctuary. Threats to this biodiversity include illegal logging, land
conversion, hunting, and wildlife trafficking. This study aimed to identify the diversity of
edible fruit species in the Aceh Tamiang region of TNGL as an initial step in conservation
and utilization efforts for fruit biodiversity. The genetic resources of edible fruit plants in this
area hold significant potential for enhancing the quality and quantity of fruits in Indonesia.
Hence, conservation and sustainable management are crucial for fruit plant development. The
research was conducted in three locations Bandar Pusaka, Tamiang Hulu, and Tenggulun. The
exploration discovered 81 species of edible fruits from 27 families. Tenggulun had the
highest number of species (61 species), followed by Bandar Pusaka (53 species), and
Tamiang Hulu (44 species). Species like Mangifera odorata Griff., Garcinia mangostana L.,
Pometia pinnata J.R. Forst. & G. Forst., and others were found in all locations. The highest
diversity index was in Tenggulun (HI 3.31), followed by Bandar Pusaka (2.88), and the lowest
in Tamiang Hulu (2.39). Species evenness ranged from 0.63 to 0.81, indicating moderate and
stable evenness levels. Species dominance was low, with values ranging from 0.007-0.009.

Key words: Biodiversity, Edible fruits,TNGL

ABSTRAK
Kabupaten Aceh Tamiang berada di Utara Pulau Sumatera dengan luas 1.957,02 km²
merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang terkenal sebagai Taman
Nasional Gunung Leuser (TNGL). Keanekaragaman hayati di TNGL luar biasa dan diakui
sebagai taman nasional serta suaka alam. Ancaman terhadap keberlangsungan kehati ini
adalah penebangan liar, konversi lahan, perburuan, dan perdagangan satwa liar. Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi keanekaragaman spesies edible fruits di kawasan TNGL Aceh
Tamiang sebagai langkah awal upaya konservasi dan pemanfaatan kehati buah-buahan.
Sumber daya genetik tumbuhan edible fruits di kawasan ini memiliki potensi penting bagi
buah-buahan Indonesia. Oleh karena itu, konservasi dan pengelolaannya menjadi kunci dalam
pengembangan tumbuhan buah. Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi: Bandar Pusaka,
Tamiang Hulu, dan Tenggulun. Hasil eksplorasi menemukan 81 spesies edible fruits dari 27
famili. Tenggulun memiliki spesies terbanyak (61 spesies), disusul Bandar Pusaka (53
spesies), dan Tamiang Hulu (44 spesies). Spesies seperti Mangifera odorata Griff., Garcinia
mangostana L., Pometia pinnata J.R. Forst. & G. Forst dan lainnya ditemukan di semua
lokasi. Indeks keanekaragaman tertinggi ada di Tenggulun (H I 3,31), diikuti Bandar Pusaka
(2,88) dan terendah di Tamiang Hulu (2,39). Kemerataan spesies berkisar 0,63-0,81.
Dominansi spesies rendah dengan nilai 0,007-0,009.

Kata kunci: Keanekaragaman hayati, edible fruits, TNGL


PENDAHULUAN
Aceh Tamiang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang berada di bagian
utara Pulau Sumatera dengan luas 1.957,02 km2. Wilayah ini menjadi bagian dari KEL atau
dikenal dengan TNGL. Kawasannya mencakup beberapa wilayah Aceh dan salah satu di
antaranya terletak di Kabupaten Aceh Tamiang dengan titik koordinat 03 053’18,81”-
04032’56,76” Lintang Utara dan 97043’41,51”-98014’45,41 Bujur Timur. Kecamatan
Tenggulun menjadi kecamatan terluas di kabupaten Aceh Tamiang dengan luas wilayah
mencapai 295,55 km2 atau 15,10% dari luas Aceh Tamiang. Kecamatan dengan jarak terjauh
dari Banda Aceh adalah kecamatan Bandar Pusaka sekitar 31 km (BPS Aceh Tamiang, 2022).
TNGL Aceh Tamiang ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Park yang diakui negara-negara
ASEAN (Hadisiswoyo, 2018).
Kawasan TNGL Aceh Tamiang memiliki keanekaragaman hayati unik yang luar
biasa sehingga ditetapkan sebagai taman nasional dan suaka alam. Upaya melindungi
keanekaragaman hayati dan memperbaiki penghidupan di dalam dan sekitar kawasan ini
mendapat dukungan berbagai organisasi internasional. Keanekaragaman hayati unik yang
terdapat di dalamnya adalah tumbuhan buah-buahan edible fruits. Spesies tumbuhan ini
mencakup semua spesies tumbuhan perennial penghasil buah yang dapat dimakan segar baik
pada saat buah masih mentah maupun sudah masak (Uji, 2007) . Data keanekeragaman
spesies dan di bawah spesies tumbuhan edible fruits di TNGL Aceh Tamiang saat ini masih
terbatas.
Eksploitasi hayati, penebangan liar, konversi kawasan hutan menjadi area lain,
perburuan dan perdagangan liar adalah faktor-faktor penyebab terancamnya
keanekaragaman hayati. Mogea et al., (2001) menjelaskan usaha yang dapat mendorong
upaya penyelamatan sumber daya hayati dengan realitas meningkatnya keterancaman dan
kepunahan sumber daya hayati, penetapan status kelangkaan suatu spesies penting dilakukan.
Tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan Indonesia tertinggi di dunia dan
menjadi wilayah hot-spot kepunahan satwa. Spesies tumbuhan langka di Indonesia mencapai
240 spesies, diantaranya merupakan spesies yang dibudidayakan, seperti 52 spesies keluarga
anggrek, 11 spesies rotan, 9 spesies bambu, 9 spesies pinang, 6 spesies durian, 4 spesies pala,
dan 3 spesies mangga (Malik et al., 2020).
Eksplorasi dan konservasi sumber daya keanekaragaman hayati tumbuhan edible
fruits penting dilakukan sebagai upaya penyelamatan keanekaragaman genetik di Kabupaten
Aceh Tamiang. Pengetahuan sumber daya genetik dan pelestariannya sangat diperlukan untuk
mengantisipasi kepunahan sumber daya genetik yang ada (Noor et al., 2015) . Kehilangan
sumber daya genetik membatasi upaya perbaikan karakter tanaman dan memperbesar resiko
kehilangan tanaman karena serangan penyakit baru atau kondisi lingkungan tidak
menguntungkan (Chahal & Gosal, 2003) . Informasi keanekaragaman spesies edible fruits
penting sebagai dasar kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya genetik
tumbuhan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik menjadi komponen penting dalam
pemuliaan untuk meningkatkan kualitas dan produksi buah-buahan. Tujuan penelitian ini
untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies edible fruits di kawasan TNGL Aceh
Tamiang. Informasi ini akan digunakan untuk menyelamatkan tumbuhan edible fruits yang
langka sekaligus meningkatkan keanekaragaman spesies edible fruits di Kab. Aceh Tamiang.

BAHAN DAN CARA KERJA


Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2023 di kawasan
TNGL Aceh Tamiang pada 3 lokasi, yaitu Kecamatan Bandar Pusaka, Tamiang Hulu dan
Tenggulun (Tabel 1). Tiga lokasi tersebut dipilih karena merupakan kawasan yang berbatasan
langsung dengan hutan TNGL Aceh Tamiang (Gambar 1).
Koleksi Data
Eksplorasi dilakukan mengikuti metode eksplorasi Rugayah et al., (2004) , yaitu
menelusuri kawasan hutan dan pemukiman penduduk. Data keanekaragaman hayati
tumbuhan edible fruits diperoleh dari hasil eksplorasi di sekitar stasiun restorasi kawasan
hutan dan mewawancarai penjaga stasiun khususnya untuk mengetahui kondisi sumber
keanekaragaman hayati tumbuhan edible fruits di hutan tersebut. Semua spesies yang
ditemukan dicatat, didokumentasikan, dan dianalisis secara deskriptif. Bagian tumbuhan yang
dikumpulkan dari lapangan dibuat spesimen herbarium setiap spesies sebanyak 3 duplikat
mengikuti cara koleksi dan pengawetan Van Steenis dan Kartawinata (Suwardi et al., 2023).
Tabel 1. Lokasi Penelitian
No Lokasi Penelitian Koordinat
.
1. Bandar Pusaka 4°17'00.9"N 97°52'53.8"E
2. Tamiang Hulu 4°05'28.0"N 97°50'45.2"E
3. Tenggulun 4°03'04.4"N 97°54'40.7"E

Gambar 1. Lokasi Eksplorasi Tumbuhan Edible Fruits di TNGL Aceh Tamiang


Analisis Data
Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman spesies tumbuhan edible fruits ditentukan menggunakan indeks Shannon-
Wiener (HI) yang dihitung dengan rumus sebagaimana yang digunakan Elfrida et al., (2020)

[ ( ) ( )]
S
H =∑ ¿ ∈ ¿
I

i=1 n n
Keterangan:
HI : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah total spesies pada setiap lokasi
Ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu
Kategori indeks keanekaragaman:
HI ≤ 1 : keanekaragaman rendah
1 < HI < 3 : keanekaragaman sedang
HI ≥ 3 : keanekaragaman tinggi
Indeks Kemerataan
Indeks kemerataan (E) dihitung menggunakan rumus Magurran (2004).
I I
H H
E= =
H max LnS
Keterangan:
E : Indeks Kemerataan
HI : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah total spesies pada setiap lokasi
Ln : Logaritma natural
Kategori indeks kemerataan:
0 < E ≤ 0,5 : kemerataan kecil, komunitas depresi
0,5 < E ≤ 0,75 : kemerataan sedang, komunitas tidak stabil
0,75 < E ≤ 1 : kemerataan tinggi, komunitas stabil
Indeks Dominansi
Indeks dominansi yang tinggi dan dominansi yang rendah menunjukkan dominansi suatu
spesies terhadap spesies lainnya. Rumus indeks dominansinya menggunakan sebagaimana
Odum, (1996).
S
C=∑ Pi 2
i=1
Keterangan:
C : Indeks dominansi
Pi : Proporsi individu pada spesies
I : 1, 2, 3......, n
Kategori indeks dominansi:
0 < C ≤ 0,5 : dominansi rendah
0,5 < C ≤ 0,75 : dominansi sedang
0,75 < C ≤ 1 : dominansi tinggi

HASIL
Spesies tumbuhan edible fruits di TNGL Aceh Tamiang
Hasil eksplorasi tumbuhan edible fruits di 3 lokasi kawasan TNGL, yakni Kecmatan
Bandar Pusaka, Tamiang Hulu dan Tenggulun di Kabupaten Aceh Tamiang diperoleh total 81
spesies tumbuhan edible fruits yang terdiri atas 27 famili. Jumlah spesies terbanyak
ditemukan di Tenggulun yaitu 61 spesies dari 21 famili, disusul Bandar Pusaka sebanyak 53
spesies dari 21 famili, dan Tamiang Hulu sebanyak 44 spesies dari 19 famili (Gambar 2).
70

60 61

50 53

40 44

30

20 21 21
19

10

0
Bandar Pusaka Tamiang Hulu Tenggulun

Famili Spesies

Gambar 2. Jumlah spesies edible fruits di Bandar Pusaka, Tamiang Hulu, dan Tenggulun
Famili tumbuhan edible fruits yang terbanyak adalah Phyllanthaceae dan Moraceae
dengan jumlah masing-masing 9 spesies, diikuti Myrtaceae dan Sapindaceae masing-masing
6 spesies, serta Anacardiaceae, Clusiaceae, Malvaceae, Meliaceae dengan masing-masing 5
spesies. Famili yang lain masing-masing terdiri atas 1-4 spesies. Spesies edible fruits
sebanyak 26 spesies ditemukan hidup pada 3 lokasi penelitian (Tabel 2), antara lain
Mangifera odorata Griff., Garcinia mangostana L., Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen,
Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi, Melastoma malabathricum L., Artocarpus integer
(Thunb.) Merr., Syzygium malaccense (L.) Merr. & L.M.Perry, dan Pometia pinnata J.R.
Forst. & G. Forst. Selain spesies-spesies tersebut, spesies lainnya ditemukan di lokasi yang
berbeda (Tabel 2).
Tabel 2. Spesies tumbuhan edible fruits di Bandar Pusaka, Tamiang Hulu, dan Tenggulun
Studi Area
No Family Spesies Nama lokal T
BP TH
G
1 Anacardiaceae Mangifera foetida Lour. Kweni - √ √
2 Mangifera laurina Blume Asam pauh √ - √
3 Mangifera odorata Griff. Mancang √ √ √
4 Mangifera indica L. Mangga biasa √ √ √
5 Anacardium occidentale L. Jambu mete √ - √
6 Apocynaceae Voacanga foetida (Blume) Rolfe Telur kambing √ - -
7 Burseraceae Santiria laevigata Blume Kedondong tunjuk √ √ -
8 Caricaceae Carica papaya L. pepaya √ √ √
9 Clusiaceae Garcinia atroviridis Griff. ex Asam gelugur - - √
T.Anderson
10 Garcinia nigrolineata Planch. ex Peralih √ - -
T.Anderson
11 Garcinia celebica L. Asam kandis - - √
12 Garcinia mangostana L. Manggis biasa √ √ √
13 Garcinia parvifolia (Miq.) Miq. Tidak diketahui - - √
14 Cucurbitaceae Momordica balsamina L. Pare hutan - √ √
15 Euphorbiaceae Cheilosa montana Blume Tidak diketahui - √ -
16 Mallotus philippensis (Lam.) Balek angina √ - -
Müll.Arg.
17 Fabaceae Archidendron borneense (Benth.) Jengkol hutan - √ √
I.C.Nielsen
18 Archidendron jiringa (Jack) Jengkol √ √ √
I.C.Nielsen
19 Fagaceae Lithocarpus echinulatus Soepadmo Gasing √ - -
20 Lithocarpus indutus (Blume) Rehder Gasing - - √
21 Castanopsis costata (Blume) A.DC. Berangan gunung - - √
22 Flacourtiaceae Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi Rukam √ √ √
23 Malvaceae Boschia griffithii Mast. Durian enggang √ - -
24 Durio conatus Priyanti Durian merah - - √
25 Microcos latistipulata (Ridl.) Burret Tidak diketahui - - √
26 Durio oxleyanus Griff. Durian daun √ - √
27 Durio zibethinus L. Durian biasa √ √ √
28 Melastomataeae Melastoma malabathricum L. Sikaduduk √ √ √
29 Miconia crenata (Vahl) Michelang. Sikaduduk bulu √ √ √
30 Meliaceae Aglaia tomentosa Teijsm. & Binn. Tidak diketahui - √ √
31 Chisocheton patens Blume Tidak diketahui √ - √
32 Dysoxylum alliaceum (Blume) Blume Tidak diketahui √ √ -
33 Dysoxylum cyrtobotryum Miq. Tidak diketahui √ √ -
34 Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Setui √ - √
35 Moraceae Artocarpus rigidus Blume Terap √ √ √
36 Artocarpus integer (Thunb.) Merr. Cempedak √ √ √
37 Artocarpus elasticus Reinw. ex Terap √ √ √
Blume
38 Ficus altissima Blume Ara √ √ √
39 Ficus fistulosa Reinw. ex Blume Ara √ - √
40 Ficus globosa Blume Ara √ √ √
41 Ficus lepicarpa Blume Ara - √ √
42 Ficus racemosa L. Ara √ √ √
43 Ficus virens Aiton Ara √ √ √
44 Muntingiaceae Muntingia calabura L. Seri √ √ √
45 Musaceae Musa acuminata Colla Pisang hutan - - √
46 Musa troglodytarum L. Pisang tunjuk - - √
Langit
47 Myristicaceae Knema latericia Elmer Dedarah √ - -
48 Knema losirensis W.J.de Wilde Dedarah √ - √
49 Knema conferta (King) Warb. Pala hutan - √ √
50 Myristica elliptica Wall. ex Hook.f. Pala hutan √ - √
& Thomson
51 Myrtaceae Syzygium cerasiforme (Blume) Merr. Jambu hutan √ √ -
& L.M.Perry
52 Syzygium cumini (L.) Skeels Jambu keling √ - -
53 Syzygium polyanthum (Wight) Walp Salam √ - -
54 Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston Jambu air √ √ √
55 Psidium guajava L. Jambu biji √ √ √
56 Syzygium malaccense (L.) Merr. & Jambu Bol √ √ √
L.M.Perry
57 Passifloraceae Adenia grandifolia Ridl Tidak diketahui √ √ √
58 Passiflora foetida L. Rambusa √ √ √
59 Phyllanthaceae Aporosa benthamiana Hook.f. Kayu asam - √ -
60 Baccaurea macrophylla (Mull. Arg) Tampoi √ - -
Mull. Arg
61 Baccaurea costulata (Miq) Mull. Arg Tampoi - √ -
62 Baccaurea lanceolata (Miq.) Kepong √ - √
Mull.Arg
63 Baccaurea macrocarpa (Miq.) Tampoi - √ √
Müll.Arg.
64 Baccaurea racemosa (Reinw. ex Tampoi/menteng - - √
Blume) Müll. Arg
65 Bacaaurea angulata Merr. Boh dara - √ √
66 Baccaurea parviflora (Müll.Arg.) Mata Rusa √ - √
Müll.Arg.
67 Baccaurea polyneura Hook.f. Jentik - - √
68 Proteaceae Helicia robusta (Roxb.) R.Br. ex Tidak diketahui √ - -
Blume
69 Rosaceae Prunus arborea (Blume) Kalkman Ceri √ √ √
70 Rubus alceifolius Poir. Beri hutan √ √ √
71 Rubus moluccanus L. Beri √ √ √
72 Rubiaceae Anthocephalus cadamba Miq. Tidak diketahui - - √
73 Sapindaceae Lepisanthes fruticosa (Roxb.) Leenh. Rambutan biawak - - √
74 Nephelium cuspidatum Blume Rambutan hutan √ - √
75 Pometia pinnata J.R. Forst. & G. Matoa hutan √ √ √
Forst.
76 Nephelium lappaceum L. Rambutan biasa √ √ √
77 Nephelium cuspidatum Blume Rambutan hutan - √ -
78 Xerospermum noronhianum (Blume) Rambutan monyet - - √
Blume
79 Sapotaceae Pleioluma firma (Miq.) Swenson Tidak diketahui √ - -
80 Staphyleaceae Dalrympelea sphaerocarpa (Hassk.) Tidak diketahui - - √
Nor-Ezzaw.
81 Vitaceae Causonis trifolia (L.) Mabb. & J.Wen Anggur hutan - √ -
Jumlah 53 44 61
Catatan: BP (Bandar Pusaka), TH (Tamiang Hulu, TG (Tenggulun), √ (Ada), - (Tidak Ada)

PEMBAHASAN
Hasil eksplorasi pada 3 lokasi wilayah TNGL Aceh Tamiang ini sebanyak 81 spesies
lebih tinggi dibandingkan 55 spesies tumbuhan buah lokal yang dilaporkan
Navia et al., (2019)
. Lokasi penelitian Navia di KEL Kabupaten Aceh Tamiang yaitu di Kecamatan
Bandar Pusaka dan Tamiang Hulu sebanyak 47 spesies dari 17 famili, Tenggulun sebanyak 42
spesies dari 16 famili, Sekerak 39 spesies dari 15 famili dan terakhir Manyak Payed sebanyak
45 spesies dari 18 famili. Keberadaan buah-buahan lokal tersebut menyebar di 5 lokasi
penelitian mulai dari yang bersifat liar, yaitu yang berada di kawasan hutan hingga yang
dibudidaya yaitu yang berada di pekarangan rumah warga. Beberapa spesies tanaman yang
dijumpai di pekarangan merupakan bibit yang diperoleh dari hutan, yaitu ketika musim buah
hutan, masyarakat yang mencari buah di hutan kemudian biji buahnya ditanam di sekitar
rumah warga. Menurut masyarakat setempat, beberapa spesies tanaman buah hutan sudah
sulit dijumpai seperti pohon Baccaurea sp, Durio dan Mangifera laurina (Navia et al., 2019).
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama masalah konversi lahan hutan menjadi
lahan perkebunan sawit seperti di Kecamatan Tamiang Hulu, Manyak Payed, dan Bandar
Pusaka, serta penebangan kayu hutan secara besar-besaran seperti di Kecamatan Tenggulun.
Namun, jika dibiarkan begitu saja dan tidak ada tindak lanjut maka plasma nuftah atau
keanekaragaman hayati edible fruits ini akan hilang dengan adanya eksploitasi terhadap
keanekaragaman hayati, penebangan liar, konversi kawasan hutan menjadi area lain,
perburuan dan perdagangan liar merupakan beberapa faktor yang menyebabkan terancamnya
keanekaragaman hayati. Usaha yang dapat mendorong penyelamatan sumber daya alam yang
ada, dan adanya realitas meningkatnya keterancaman dan kepunahan sumber daya hayati,
maka ditetapkan adanya status kelangkaan suatu spesies.
Kelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan edible fruits dipengaruhi budaya dan
pengetahuan tradisional masyarakat setempat khususnya terkait pemanfaatan tumbuhan
tersebut. Pengetahuan etnobotani tradisional masyarakat lokal berkontribusi positif dalam
upaya mengkonservasi keanekaragaman hayati di suatu wilayah (Hanazaki et al., 2018). Pada
umumnya, spesies tumbuhan edible fruits masih banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar meskipun pengelolaannya belum secara optimal. Tumbuhan edible
fruits tersebut dibudidayakan oleh masyarakat dengan cara ditanam di ladang yang
berdekatan dengan hutan. Di samping itu, masyarakat juga ada yang menanam tumbuhan
edible fruits di pekarangan rumah mereka. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan edible fruits
tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sebagai buah meja, juga dimanfaatkan
sebagai pohon peneduh di sekitar pekarangan rumah dan jalan contoh nya seperti Pometia
pinnata J.R. Forst. & G. Forst dan Syzygium malaccense (L.) Merr. & L.M.Perry.
Analisis keanekaragaman, kemerataan dan dominansi spesies pada setiap lokasi
eksplorasi menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman spesies (H 1) berkisar 2,39-3,31,
indeks kemerataan (E) berkisar 0,63-0,81 dan indeks dominansi (C) berkisar 0,007-0,009
(Tabel 3).
Tabel 3. Indeks Keanekaragaman, Kemerataan, dan Dominansi Tumbuhan Edible Fruits
di TNGL Aceh Tamiang
No. Lokasi Penelitian Jumlah HI E C
1. Bandar Pusaka 53 2,88 0,72 0,008
2. Tamiang Hulu 44 2,39 0,63 0,007
3. Tenggulun 61 3,31 0,81 0,009
Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman suatu komunitas tumbuhan dipengaruhi oleh jumlah spesies
dan jumlah individu dari setiap spesies (kekayaan spesies) dalam komunitas tersebut. Tinggi
rendahnya indeks tersebut bervariasi berdasarkan banyaknya spesies dan individu yang ada
(Hidayat, 2017). Hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies di Tenggulun sebesar 3,31
yang tergolong tinggi, diikuti Bandar pusaka sebesar 2,88 dan Tamiang Hulu sebesar 2.39
yang tergolong sedang. Tingginya indeks keanekaragaman spesies ditentukan jumlah spesies
yang hidup di lokasi tersebut, jumlah spesies makin banyak maka indeks keanekaragamannya
makin tinggi.
Tenggulun menempati posisi indeks keanekaragaman tergolong tinggi dibandingkan
dua lokasi lainnya karena Tenggulun memiliki ekosistem sungai yang besar sehingga banyak
ditemukan tumbuhan edible fruits di sepanjang pinggir sungai. Keberadaan sungai sangat
menguntungkan bagi tumbuhan karena air merupakan sumber utama kehidupan tumbuhan.
Rahmania & Irawanto (2022) mempertegas bahwa fungsi utama sungai adalah sebagai
penyedia air sepanjang masa. Oleh karena itu, keanekaragaman tumbuhan di sekitar aliran
sungai sangat melimpah.
Bandar Pusaka memiliki indeks keanekaragaman pada peringkat kedua setelah
Tenggulun karena pengalihan fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit secara besar-
besaran. Tumbuhan edible fruits banyak yang tergusur atau hilang karena masyarakat lebih
mementingkan menanam tumbuhan kelapa sawit di kawasan TNGL. Pengalihan lahan
menjadi perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif maupun negatif.
Nahlunnisa et al,. (2017)
menjelaskan perkebunan kelapa sawit sebagai mata pencarian masyarakat,
penyedia alternatif sumber energi, dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Perkebunan kelapa sawit tersebut diduga menjadi penyebab utama deforestasi dan penurunan
keanekaragaman hayati tumbuhan di Indonesia. Koh & Wilcove (2008) menegaskan bahwa
pengalihan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit berdampak merusak keanekaragaman
spesies.
Tamiang Hulu merupakan lokasi dengan indeks keanekaragaman sedang karena
faktor lingkungan hutan yang berbukit, struktur tanah keras, dan berbatu sehingga tumbuhan
edible fruits tidak banyak dijumpai dibandingkan dua lokasi lainnya. Air terjun ada di dalam
kawasan hutan TNGL lokasi ini, tetapi kondisi tanah berbatu, erosi tanah, dan tanah aluvial
menyebabkan kandungan hara tanah minim unsur hara. Tumbuhan terhambat pertumbuhan
dan perkembangannya pada struktur tanah seperti ini (Nursanti & Adriadi, 2018).
Indeks Kemerataan
Indeks kemerataan merupakan tingkat kelimpahan individu antara setiap spesies
(Baderan et al., 2021) . Indeks kemerataan menjelaskan bahwa tingkat kemerataan kekayaan
atau kelimpahan individu antara spesies pada spesies yang mempunyai kuantitas individu
yang sama, maka komunitas meraih nilai kemerataan maksimal. Nilai kemerataan kecil jika
komunitas mempunyai kemerataan minimal. Nilai kemerataan (E) berentang 0-1, apabila
nilai indeks mendekati 1 maka penyebarannya merata. Kemerataan spesies tumbuhan edible
fruits di lokasi penelitian berkisar antara 0,63 hingga 0,81. Tenggulun memiliki nilai 0,81 dan
nilai ini menunjukkan bahwa kemerataan tumbuhan edible fruits pada lokasi ini tinggi dan
komunitasnya stabil. Berbeda dengan Bandar Pusaka dan Tamiang Hulu yang masing-masing
memiliki indeks kemerataan 0,63 dan 0,72 yang menunjukkan bahwa kemerataan tumbuhan
edible fruits pada lokasi tersebut sedang dengan komunitas tidak stabil.
Kemerataan yang tinggi dan komunitas stabil pada lokasi Tenggulun menunjukkan
bahwa komunitas tersebut stabil sehingga gangguan atau faktor lain yang mengakibatkan
terganggunya ekosistem. Kondisi awal tidak mudah dikembalikan ke kondisi awal karena
terjadi gangguan terhadap komunitas. Sebaliknya, Bandar Pusaka dan Tamiang Hulu yang
memiliki kemerataan sedang dengan komunitas yang tidak stabil mengakibatkan komunitas
sulit kembali ke kondisi awal saat mengalami gangguan dan faktor lainnya. Pencegahan
secara serius terhadap gangguan diperlukan untuk mengatasi pengalihan fungsi lahan,
penebangan liar secara besar-besaran yang mengakibatkan komunitas pada suatu lokasi
menjadi tidak stabil.
Indeks Dominansi
Indeks dominansi merupakan penilaian yang menggambarkan dominasi spesies
terpusat dalam komunitas. Tingkat dominansi ini dapat difokuskan pada satu spesies,
beberapa spesies, atau berbagai spesies dalam komunitas, yang dapat diidentifikasi melalui
nilai indeks dominansi yang tinggi atau rendah (Megawati et al., 2015) . Indeks dominansi
mengukur dominasi dalam suatu lokasi dibandingkan dengan spesies lainnya. Makin tinggi
nilai indeks dominansi, semakin terpusat dominansinya pada satu spesies tumbuhan.
Penggunaan indeks dominansi berguna untuk menilai sejauh mana spesies-spesies yang
mendominasi tersebar dalam lokasi. Satu spesies tumbuhan yang mendominasi sepenuhnya
diidentifikasi 1. Sebaliknya, jika beberapa spesies tumbuhan mendominansi bersama-sama,
nilai indeks dominansi akan rendah, mendekati 0. Jika nilai indeks dominansi mendekati 0,
ini menunjukkan bahwa tidak ada spesies tumbuhan yang mendominansi secara signifikan
dalam komunitas tersebut.
Dominansi spesies tumbuhan edible fruits menunjukkan tingkat yang rendah dengan
munculnya nilai dominansi berkisar 0,007-0,009. Nilai tersebut merujuk pada kategori
dominansi rendah. Dominansi yang rendah menunjukkan bahwa setiap spesies pada setiap
lokasi tidak ada yang dominan sehingga sebaran jumlah spesies tumbuhan edible fruits
mendominasi secara bersama-sama. Faktor spesies tumbuhan dominan rendah diduga karena
sebaran tumbuhan yang belum terlalu luas atau adanya gangguan penebangan liar yang
mengakibatkan populasi tumbuhan edible fruits sedikit.

KESIMPULAN
Hasil identifikasi keanekaragaman tumbuhan edible fruits sebanyak 81 spesies terdiri
atas 27 famili. Jumlah spesies terbanyak terdapat pada lokasi Tenggulun (61 spesies), di susul
Bandar Pusaka (53 spesies) dan Tamiang Hulu (44 spesies). Keanekaragaman spesies
tertinggi ada pada lokasi Tenggulun dengan nilai indeks (H I) (3,31), Bandar Pusaka (2,88)
dan terakhir pada lokasi Tamiang Hulu (2,39), serta indeks kemerataan (E) berkisar (0,63-
0,81) dan indeks dominansi (C) berkisar (0,007-0,009). Banyaknya spesies yang ditemukan
pada 3 lokasi tidak terlepas dari ancaman hilangnya spesies di hutan akibat kurangnya
pengetahuan masyarakat. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi yang mendanai penelitia ini melalui skema Penelitian Tesis Magister
Tahun Anggaran 2023. Terima kasih kepada tim pembantu lapangan dan masyarakat di
Kabupaten Aceh Tamiang

DAFTAR PUSTAKA
Baderan, D. W. K., Rahim, S., Angio, M., & Salim, A. I. Bin. (2021). Keanekaragaman,
Kemerataan, dan Kekayaan Spesies Tumbuhan dari Geosite Potensial Benteng Otanaha
Sebagai Rintisan Pengembangan Geopark Provinsi Gorontalo. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi,
14(2), 264–274. https://doi.org/10.15408/kauniyah.v14i2.16746
BPS Aceh Tamiang. (2022). Kabupaten Aceh Tamiang Dalam Angka 2022 (BPS Aceh Tamiang,
Ed.). BPS-Statistics of Aceh Tamiang.
Chahal, G. S., & Gosal, S. S. (2003). Principles and procedures of plant breeding.
Elfrida, Mubarak, A., & Suwardi, A. B. (2020). Short communication: The fruit plant species
diversity in the home gardens and their contribution to the livelihood of communities in rural
area. Biodiversitas, 21(8), 3670–3675. https://doi.org/10.13057/biodiv/d210833
Hadisiswoyo, P. (2018). Rencana Pengelolaan Kolaboratif Taman Nasional Gunung Leuser -
Wilayah Bidang III 2018-2023 (YOSL-OIC, Ed.). BPTN Wilayah III.
Hanazaki, N., Zank, S., Fonseca-Kruel, V. S., & Schmidt, I. B. (2018). Indigenous and traditional
knowledge, sustainable harvest, and the long road ahead to reach the 2020 Global Strategy
for Plant Conservation objectives. Rodriguésia, 69(4), 1587–1601.
https://doi.org/10.1590/2175-7860201869409
Hidayat, M. (2017). Analisis Vegetasi dan Keanekaragaman Tumbuhan di Kawasan Manifesti
Geotermal Ie Suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Biotik, 5(2),
114–124.
Koh, L. P., & Wilcove, D. S. (2008). Is Oil Palm Agriculture Really Destroying Tropical
Biodiversity? Conservation Letters, 1(2), 60–64.
Malik, A. A., Prayudha S, J., Anggreany, R., Sari, M. W., & Walid, A. (2020). Keanekaragaman
Hayati Flora Dan Fauna Di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Tnbbs) Resort
Merpas Bintuhan Kabupaten Kaur. DIKSAINS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Sains, 1(1), 35–42.
Megawati, T. F., Kamarubayana, L., & Endayani, S. (2015). Inventarisasi dan Pemetaan Pohon
Buah (Edible Fruits) Asli Kalimantan di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). AGRIFOR,
XIV, 269–286.
Mogea, J. P., Kartika, S. N., & Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi (Indonesia). (2001).
Tumbuhan Langka Indonesia (S. N. Kartika, Ed.; Cet. 1). Puslitbang Biologi, LIPI.
Nahlunnisa, H., Santosa, Y., & Zuhud, E. A. (2017). Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Tropikas (Studi Kasus: Provinsi Riau). Wahana
Forestra: Jurnal Kehutanan, 12(1), 76–88.
Navia, Z. I., Suwardi, A. B., & Saputri, A. (2019). Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan
Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh (Characterization of Local Fruits in the
Leuser Ecosystem of Aceh Tamiang District, Aceh). Buletin Plasma Nutfah, 25(2), 133–142.
Noor, A., Ningsih, A., Hasbianto, & Sabur, A. (2015). Sebaran Dan Keragaman Plasma Nutfah
Mangga Di Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik
Pertanian, 208–217.
Nursanti, & Adriadi, A. (2018). Keanekaragaman Tumbuhan Invasif di Kawasan Taman Hutan
Raya Sultan Thaha Saifuddin, Jambi (Diversity of Invasif Aliens Species in Sultan Thaha
Saifuddin Grand Forest Park, Jambi). Media Konservasi, 23(1), 85–91.
Odum, E. (1996). Dasar-Dasar Ekologi (Edisi Ketiga). Universitas Gajah Mada Press.
Rahmania, F. N., & Irawanto, R. (2022). Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Vegetasi Riparian
Bagian Hulu Sungai Welang-Jawa Timur. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek
(SNPBS) Ke-VII, 290–298.
Rugayah, Retnowati, A., Windadri, F. I., & Hidayat, A. (2004). Pengumpulan Data Taksonomi.
Pusat Penelitian Biologi, LIPI.
Suwardi, A. B., Syamsuardi, Mukhtar, E., & Nurainas. (2023). The diversity and regional
conservation status of wild edible fruit species in Sumatra, Indonesia. Biodiversitas, 24(6),
3245–3257. https://doi.org/10.13057/biodiv/d240619
Uji, T. (2007). R E V I E W : Species diversity of indigenous fruits in Indonesia and its potential.
Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 8(2), 157–167.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d080217

You might also like