Professional Documents
Culture Documents
Polarisasi Opini
Polarisasi Opini
Polarisasi Opini
Suhaeri
Universitas Kebangsaan Republik Indonesia
E-mail: suhaeri@universitaskebangsaan.ac.id
Abstract:. The year 2024 is the year of the party as well as the stake of
democracy in Indonesia, because in this year the presidential and legislative
elections will be held. Ahead of the elections, the mainstream media and social
media have provided many issues related to the 2024 elections so that the
polarization of opinion in Indonesian society is getting stronger. This
polarization divides the public into several groups supporting each candidate
pair, namely groups supporting Anis-Muhaimin (AMIN), Prabowo-Gibran and
Ganjar-Mahfud. This polarization is also supported by various efforts made by
the three groups of candidate pairs, including the change movement carried by
Anies-Muhaimin, continuing Jokowi's program carried by the Prabowo-Gibran
candidate pair and accelerating towards superior Indonesia carried by the
Ganjar-Mahfud candidate pair. However, there is a narrative being spread in
the community related to the 2024 presidential election, namely dynastic politics,
where it seems that there is an imposition of will from Jokowi to pass his son
Gibran to become a vice presidential candidate to accompany Prabowo Subianto.
This movement is very active in discussing and spreading narratives on social
media. This study sought to explore and compare the polarization of opinions
that developed in society through social media. This research uses a qualitative
approach using the virtual ethnography method. The results show that the
polarization of opinion that occurs on social media is not as significant as the
polarization of opinion on social media.
2
ISSN XXXX-XXXX
membangun kepercayaan publik bukan sebaliknya yang membuat polarisasi opini yang
salah yang pada akhirnya dapat menimbulkan perpecahan.
Bawaslu sendiri seperti yang dialansir oleh Kompas.com, ada empat persoalan utama
menjelang pemilihan umum tahun 2024 mendatang yaitu netralitas Aparatur Sipil
Negara (ASN), politik uang, politisasi Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) serta
kampanye di media sosial. Harus secara komperhensif, kreatif dan progresif sebagai
upaya pencegahan potensi pelanggaran yang muncul.
TINJUAN PUSTAKA
Pernyataan tentang sikap mengenai masalah tertentu yang bersifat kontroversial
merupakan pernyataan dari Cutlip dan center tentang Opini. Timbulnya Opini
merupakan hasil pembicaraan tentang masalah yang kontroversial yang menimbulkan
pendapat berbeda-beda. Opini adalah serapan dari bahasa asing “opinion” berhubungan
erat dengan kata “option” dan “hope” yang artinya pilihan atau harapan. Jawaban
terbuka atau tanggapan terhadap suatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan kata-kata
(intangible), baik dalam bentuk opini tertulis maupun lisan atau sebagai perilaku, sikap
tindak, pandangan dan tanggapan dan lain sebagainya. (dalam Olii dan Erlita, 2011: 39).
Guna memahami Opini seseorang menurut R.P Abelson (Ruslan, 2007:66) bukanlah
perkara mudah karena berkaitan erat dengan kepercayaan mengenai sesuatu (belief), apa
yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude) serta persepsi (perception)
yang berakar dari beberapa factor baik latar belakang budaya, pengalaman masa lalu,
nilai-nilai yang dianut serta berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang
kemudian dapat mempengaruhi terhadap pandangan seseorang.
Secara konseptual, para ilmuwan politik memiliki pandangan yang beragam mengenai
polarisasi. Polarisasi terbagi dalam dua hal, pertama sebagai keadaan dan kedua sebagai
proses. Polarisasi sebagai suatu keadaan mengacu kepada sejauh mana suatu masalah
ditentang dalam kaitannya dengan beberapa paradigma, sedangkan polarisasi yang
dianggap sebagai proses mengacu kepada peningkatan oposisi dari waktu ke waktu
(DiMaggio., 1996).
polarisasi menekankan kehadiran simultan dari prinsip, kecenderungan, atau sudut
pandang yang berlawanan atau bertentangan (Fiorina & Abrams, 2008), sedangkan
polarisasi juga dipandang sebagai peningkatan dukungan untuk pandangan politik
ekstrim dibandingkan dengan dukungan untuk pandangan sentris atau moderat
(McCarty, 2019). McCoy dan Somer (2019) mendefinisikan. polarisasi sebagai proses
ketika keragaman atau perbedaan dalam masyarakat semakin selaras dalam satu dimensi,
dan orang-orang semakin mempersepsikan, serta menggambarkan politik dan
masyarakat dalam istilah "kami" versus “mereka”. Istilah “kami” versus “mereka”
merupakan suatu keadaan masyarakat yang terpecah dan saling tidak percaya. Dari
berbagai pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa polarisasi politik merujuk kepada
terpecahnya masyarakat akibat adanya perbedaan pilihan politik, yang mana dalam
perpecahan ini muncul rasa saling tidak percaya dan kebencian, sehingga memunculkan
permusuhan.
Dalam menjelaskan penyebab terjadinya polarisasi, studi oleh Slater dan Arugay berfokus
kepada pengelolaan kekuasaan oleh eksekutif sebagai pemicu munculnya polarisasi dan
tidak terlalu memperhatikan faktor identitas. Desain demokrasi yang menyediakan
pembatasan kekuasaan eksekutif oleh parlemen atau pengadilan akan memicu
ketegangan antar institusional, sehingga dapat memicu polarisasi (Slater & Arugay, 2018).
McCoy dan Somer kemudian mencoba menjelaskan polarisasi dari sudut yang berbeda.
Mereka menganggap bahwa penyebab polarisasi politik bukan berkaitan dengan susunan
institusional tertentu, melainkan berkaitan dengan strategi aktor politik, sekaligus tidak
mengabaikan adanya faktor perpecahan mendasar dari suatu negara, yang salah satunya
adalah perpecahan identitas (McCarty, 2019).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paradigma partisipatoris dan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif mengandalkan data kualitatif dan deskripsi yang rinci dan padat
sebagai hasil pengumpulan data secara mendalam. Dalam tipe penelitian ini, peneliti
mencatat secara langsung perspektif dan pengalaman pribadi orang-orang (Soejoeti,
1999). Dengan paradigma partisipatoris, peneliti berusaha melihat subjek penelitian
dari sudut pandang subjek dan peneliti, dan hasil penelitian juga diamati dari sudut
pandang bersama antara objek penelitian dan peneliti (Imran, 2013).
Penelitian ini menggunakan metode etnografi virtual. Hine dalam Hadiyat (2017)
menjelaskan bahwa virtual ethnography can exploit mobility to explore the making
of spaces and times, and the relationships between them. The mobility of this
ethnography across the different social spaces of newsgroups highlighted the ways in
which these spaces were sustained in the interactions of participants. Menurut Hadiyat
(2017), sederhananya etnografi virtual mengacu pada praktik mengamati dan/atau
berpartisipasi dalam grup daring atau komunitas tertentu selama periode waktu
tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah para peserta yang menjadi menjelaskan
bahwa metode pengumpulan data dalam etnografi virtual dilakukan dengan tiga cara,
yakni observasi daring, dokumentasi, dan kajian literatur. Denzin dan Lincoln dalam
Hadiyat (2017) menjelaskan bahwa metode observasi memungkinkan peneliti
mengetahui secara mendalam tentang objek yang akan diteliti dan memiliki
fleksibilitas ketika mewujudkan gagasan menjadi realitas. Observasi jika digabungkan
dengan penelitian lain akan menghasilkan temuan yang dalam dan luas. Spradley
dalam Arif (2012) menjelaskan mengenai alur dan prosedur dalam melakukan
etnografi virtual, yang dapat dilakukan melalui enam tahap yang dimulai dengan
pemilihan suatu proyek etnografi. Menurut Hymes dalam Arif (2012), terdapat tiga
model penelitian etnografi yang dapat digunakan untuk membantu menemukan fokus
4
ISSN XXXX-XXXX
95%CI
Condition M(SD) LL UL
Letters 14.5(28.6) 5.4 23.6
Digits 31.8(33.2) 21.2 42.4
Polarisasi di pemilu 2024 Indonesia mungkin akan terjadi karena beberapa faktor.
Pertama, ketidakpemahaman dan ketidakbijakan politik masih sangat tinggi di Indonesia.
Banyak warga Indonesia belum memahami dan menghafal perundang-undangan dan
hak-hak mereka sebagai warga negara. Kedua, ada ketidakpercayaan dan ketidakpeduhan
antar kalangan politik. Ketidakpercayaan ini diakibatkan oleh sejarah dan pengalaman
buruk dalam pemilu sebelumnya. Banyak kalangan politik di Indonesia masih memiliki
persepsi negatif satu sama lain, yang membuat mereka tidak mau bekerja sama dan
memilih kandidat yang berbeda politis.Ketiga, ada ketidakpemahaman dan
ketidakbijaksan masyarakat terhadap pemilu. Banyak warga Indonesia tidak mengetahui
cara dan waktu melakukan pemilu, sehingga mereka tidak mampu menjadi calon yang
layak. Kedalaman dan ketahanan politik juga menjadi faktor utama dalam polarisasi di
pemilu 2024 Indonesia. Banyak kalangan politik di Indonesia memiliki ketahanan politik
yang sangat tinggi, yang membuat mereka tidak mau bekerja sama dan memilih kandidat
yang berbeda politis.
Untuk mengatasi polarisasi di pemilu 2024 Indonesia, perlu dilakukan beberapa hal.
Pertama, harus dilakukan pembelajaran dan pengembangan politik yang berkualitas.
Masyarakat harus diberi pembelajaran dan pengembangan politik yang berkualitas,
sehingga mereka bisa memahami dan menghafal perundang-undangan dan hak-hak
mereka sebagai warga negara. Kedua, harus dilakukan penggalian dan pengembangan
politik yang berkualitas. Ketidakpercayaan dan ketidakpeduhan antar kalangan politik
harus diatasi dengan penggalian dan pengembangan politik yang berkualitas, sehingga
mereka bisa memilih kandidat yang layak dan berbeda politis. Ketiga, harus dilakukan
6
ISSN XXXX-XXXX
KESIMPULAN
Polarisasi opini bukan sebuah fenomena yang baru di Indonesia. Pada periode 1950-an,
polarisasi opini terutama dalm hal politik di Indonesia menguat diakibatkan politik
8
ISSN XXXX-XXXX
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Denzin, N., & Lincoln, Y. (2017). Handbook of Qualitative Research. Sage Publications.
Hennessy, B. C. (1975). Public Opinion. Duxbury Press: 3rd edition (1975).