Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

ANALISIS KUALITATIF PRAKTIK PEMBERIAN MAKAN PADA


BAYI DAN ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG
Yulia Novika Juherman1, Sutrio2, Roza Mulyani3 Endang Sri Wahyuni4
Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang1,2,3
yulianovika@poltekkes-tjk.ac.id1 , sutrio@gmail.com2

ABSTRACT
As many as 1 out of 3 Indonesian children have stunting problems. The existence of stunting problems
in Indonesia, especially in Lampung Province, is in line with the practice of feeding infants and
children who are not yet good. The results of a national survey for Lampung Province show that a
small proportion of infants are exclusively breastfed (32.3%) and food consumption is not diverse
(47.3%) (Ministry of Health 2017; 2018). The general objective of the study was to analyze the
practice of feeding infants and children (PMBA) in the working area of the Rajabasa Health Center,
Rajabasa District, Bandar Lampung City. Qualitative research design Rapid Assessment Procedure
with a sample of mothers who have babies 6-18 months and health workers, namely the head of the
puskesmas and nutrition workers. The method of data collection is through FGD and in-depth
interviews. Data analysis uses contents analysis to obtain in-depth information related to PMBA,
namely the provision of MP-ASI. The results showed that PMBA practices in the working area of the
Rajabasa Health Center for all age groups were 7 out of 36 early MP-ASI informants, and 1 out of 36
informants were late in starting complementary feeding, as many as 4 out of 36 informants gave the
wrong MP-ASI texture, 7 out of 36 the informants have not provided side dishes and 4 of 36
informants provide instant MP-ASI and most of the MP-ASI are given actively responsive.
Furthermore, the majority of information on maternal FPIC was obtained from health workers and
all health workers supported the correct FPIC practice. The existence of education with the
demonstration method of balanced MP-ASI and the formation of community groups that support
breastfeeding and complementary feeding can help the proper practice of PMBA.

Keywords : PMBA, breastfeeding, baby, child

ABSTRAK
Sebanyak 1 dari 3 baduta Indonesia mengalami masalah stunting. Adanya masalah stunting di
Indonesia khususnya Provinsi Lampung sejalan dengan praktik pemberian makan pada bayi dan anak
yang belum baik. Hasil survey nasional untuk Provinsi Lampung menunjukkan sebagian kecil bayi
diberi ASI Eksklusif (32.3%) dan konsumsi makanan tidak beragam (47.3%) .Tujuan umum
penelitian adalah menganalisis praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) di Wilayah
Kerja Puskesmas Rajabasa Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Penelitian kualitatif desain
Rapid Assessment Procedure dengan sampel ibu yang memiliki bayi 6 – 18 bulan dan tenaga
kesehatan yaitu kepala puskesmas dan tenaga gizi. Metode pengumpulan data melalui FGD dan
wawancara mendalam. Analisis data menggunakan contents analysis untuk memperoleh informasi
mendalam terkait PMBA yaitu pemberian MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan praktik PMBA di
wilayah kerja Puskesmas Rajabasa pda seluruh kelompok umur adalah sebanyak 7 dari 36 informan
MP-ASI dini, dan 1 dari 36 informan terlambat memulai MPASI, sebanyak 4 dari 36 informan
memberikan tekstur MP-ASI yang salah, 7 dari 36 informan belum memberikan lauk dan 4 dari 36
informan memberikan MP-ASI instan serta sebagian besar MP-ASI diberikan secara aktif responsif.
Selanjutnya, mayoritas informasi PMBA ibu diperoleh dari tenaga kesehatan dan seluruh tenaga
kesehatan mendukung praktik PMBA yang benar. Adanya edukasi dengan metode demonstrasi MP-
ASI seimbang dan pembentukan kelompok masyarakat pendukung ASI dan MPASI dapat membantu
praktik PMBA yang tepat.

Kata kunci : PMBA, MP-ASI, Bayi, Anak

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1115


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

PENDAHULUAN Saat bayi berumur tepat 6 bulan


atau 180 hari maka bayi dapat diberikan
Unicef (1998) melalui model makanan pendamping ASI (MP-ASI).
konseptualnya menggambarkan peranan Pemberian MP-ASI yang tepat pada anak
asupan gizi terhadap timbulnya gizi kurang yaitu berdasarkan pedoman gizi seimbang.
pada anak. Faktor asupan gizi berhubungan Berdasarkan Riskesdas tahun 2018
langsung dengan stunting (Bhutta et al., diketahui proporsi konsumsi makan yang
2013; Dewey and Huffman, 2009; Stewart beragam pada anak umur 6 – 23 bulan di
et al., 2013; Victora et al., 2010). Stunting Provinsi Lampung (47,3%) lebih tinggi
dan konsekuensinya harus dicegah dengan dibandingkan angka nasional (36,6%).
memastikan zat gizi yang tepat selama Namun, proporsi konsumsi makan beragam
seribu hari pertama kehidupan (Bloem et tersebut masih di bawah 50%.
al., 2013). Berdasarkan rendahnya cakupan
Masalah gizi yang menjadi perhatian praktik pemberian makan pada bayi dan
utama dunia saat ini adalah anak di bawah anak yang baik, maka peneliti akan
lima tahun (balita) yang pendek (stunting). menganalisis secara kualitatif praktik
Berdasarkan Riskesdas dan Survey Status pemberian makan pada bayi dan anak yaitu
Gizi Indonesia diketahui bahwa prevalensi pemberian MP-ASI secara menyeluruh.
anak di bawah dua tahun (baduta) yang Penelitian ini dilakukan dengan metode
mengalami stunting sudah mengalami fokus grup diskusi (FGD) dan wawancara
penurunan dari 37,4% (2013) menjadi mendalam di wilayah kerja Puskesmas
29,9% (2018) dan 20,8% (2021), sehingga Rajabasa Indah Kelurahan Rajabasa Kota
bisa dikatakan bahwa 1 dari setiap 5 baduta Bandar Lampung. Tingginya pemberian
di Indonesia mengalami stunting ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
(Kemenkes, 2021). Namun, penurunan Rajabasa Indah diharapkan dapat
angka stunting ini masih di bawah target menjadikan dasar untuk praktik pemberian
RPJMN Kesehatan tahun 2021, yaitu makan pada bayi dan anak yang lebih baik
penurunan balita stunting diharapkan terutama dimasa pemberian MP-ASI.
menjadi sebesar 18,4%.
Pola pemberian makan terbaik untuk METODE
bayi sejak lahir sampai anak berumur 2
(dua) tahun meliputi: (a) memberikan ASI Penelitian ini merupakan penelitian
kepada bayi segera dalam waktu 1 (satu) kualititatif dengan dengan desain RAP
jam setelah lahir; (b) memberikan hanya (Rapid Assessment Procedure)
ASI saja sejak lahir sampai umur 6 (enam) menggunakan metode focus group
bulan; (c) memberikan Makanan discussion (FGD), wawancara mendalam,
Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dan survey konsumsi. Responden penelitian
sejak genap umur 6 (enam) bulan; dan (d) ini yaitu ibu yang memiliki bayi berumur 6-
meneruskan pemberian ASI sampai anak 18 bulan sebagai informan dan terlibat
berumur 2 (dua) tahun. Penerapan pola dalam kegiatan FGD yang dibagi dalam
pemberian makan ini akan meningkatkan tiga kelompok umur, yaitu 6–8 bulan, 9–11
status gizi bayi dan anak serta bulan, dan 12–18 bulan. Tiap kelompok
mempengaruhi kesehatan selanjutnya umur dilakukan dua sesi FGD dengan
(WHO, 2003; PP No. 33 Tahun 2012). masing-masing anggota sebanyak 6 orang.
Namun demikian, saat ini penerapan pola Informan peserta FGD selanjutnya
pemberian makan terbaik untuk bayi sejak diwawancara untuk mengetahui variasi
lahir sampai anak berumur 2 (dua) tahun makanan MP-ASI. Selain itu, metode
tersebut belum dilaksanakan dengan baik wawancara mendalam dilakukan kepada
khususnya dalam pemberian MPASI. tenaga kesehatan yaitu kepala puskesmas,

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1116


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

dan tenaga gizi sebagai informan yang “Biskuit bayi, 5 bulan, karena ragu mau
terkait secara langsung dalam memberikan ngasih makan, liat orang makan, mau”.
informasi terkait pemberian MP-ASI. Pada (FG616)
penelitian ini, analisis yang dilakukan
adalah analisis secara kualitatif. Praktik Sumber informasi yang dimiliki
pemberian MP-ASI dilihat dari aspek umur informan mengenai pemberian makan pada
pemberian, tekstur, variasi, dan cara bayi dan anak adalah sebagian besar berasal
pemberian MP-ASI pada bayi dan anak. dari internet, bidan, dan lingkungan seperti
tetangga dan teman. Kemudian setengah
HASIL dari jumlah informan melakukan persiapan
saat mau memulai pemberian MPASI
Karakteristik Subjek Penelitian berupa pembelian alat makan dan saringan,
mencari resep dan mempelajari hal-hal
Hasil penelitian terhadap 36 yang boleh dan tidak boleh diberikan
informan FGD menunjukkan kisaran umur kepada bayi saat MPASI dari internet,
20-43 tahun, sebagian besar berlatar bahkan terdapat 3 orang informan yang
belakang pendidikan terakhir yaitu SMA membeli bubur instan di minimarket.
dan ibu rumah tangga. Sedangkan informan
dari tenaga kesehatan memiliki kisaran “Dari bidan, posyandu, penyuluhan
umur 40-45 tahun dan pendidikan terakhir kadang kan.”. (FG615)
lulusan perguruan tinggi.
“Browsing, karena anak pertama kan
Tabel 1. Karakteristik Informan kayak mana ini caranya, resepnya”.
Jumlah
Rentang
Rata- (FG611)
No Infroman Inform rata
Umur
an Umur
“Alat makan, nulis mana yang boleh dan
1 Focus 36 20–43 30
Group nggak boleh dimakan”. (FG625)
Discussion
2 Wawancar 2 25–45 38 Sebagian besar informan sudah
a mengetahui mengenai MP-ASI yang
Mendalam bergizi seimbang, namun terdapat 4 dari 12
informan yang belum memberikan lauk dan
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak 3 dari 12 informan yang masih memberikan
6-8 bulan MP-ASI instan berupa bubur tepung dan
biskuit. Pengolahan MPASI dilakukan oleh
Berdasarkan hasil FGD pada ibu dan sebagian besar dengan cara disaring
kelompok umur bayi 6–8 bulan diketahui dan diblender. Namun, terdapat 3 dari 12
bahwa seluruh ibu mengetahui waktu informan yang menyiapkan MPASI dengan
pemberian MPASI yang tepat yaitu 6 bulan tekstur encer.
tetapi masih terdapat 4 dari 12 informan
yang telah memberikan MPASI sebelum “Kalo ada nasi, sayur, kacang-kacangan,
bayi berumur 6 bulan berupa biskuit bayi ikan, ayam, daging, selalu ada lauk”.
dan pisang. Hal ini dikarenakan oleh (FG624).
ketidaktahuan ibu dan pengasuh mengenai
dampak MP-ASI dini seperti uraian berikut. “Instan, encer, mau nyoba, tapi belum bisa
“Tidak boleh (baca : MPASI dini), buat MPASI rumahan”. (FG614)
lambungnya sakit.”. (FG622)
“Beli instan, pake air anget, teksturnya
dibuat encer, karena katanya bu bidan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1117


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

dibuat bubur harus encer karena takut terlambat memberikan MPASI yaitu saat
nyangkut”. (FG613) bayi berumur 7 bulan seperti uraian berikut.

Selanjutnya, pemberian MPASI “Ngga boleh sebenernya (baca :


sebagian besar dilakukan oleh ibu pemberian MPASI dini”. (FG912)
dikarenakan sebagian besar ibu tidak
bekerja. Hanya terdapat 1 orang informan “2-3 bulan, dikasih SUN sendiri karena
yang bekerja dan pemberian MPASI lihat anak nangis dikasih 2x sehari 6 bulan
dilakukan oleh nenek. Sebanyak 7 dari 12 dikasih nasi”. (FG911)
orang informan melakukan praktik
pemberian MPASI aktif responsif yaitu ibu “Promina kotak, umur 7 bulan, kata dokter
berinteraksi dengan anak tanpa pengalihan anaknya udah boleh makan”. (FG914)
perhatian seperti TV dan mainan.
Sumber informasi tentang pemberian
“Taro dikursi dan siapin mainan yang bisa makan pada bayi dan anak adalah sebagian
dia makan, kalo buah sambil digendong”. besar berasal dari bidan, internet, buku
(FG621) Kesehatan Ibu dan Anak dan teman.
Kemudian sebagian besar informan tidak
Selama pemberian MPASI, 1 dari melakukan persiapan saat mau memulai
setiap 2 informan memiliki kesulitan dalam pemberian MPASI dikarenakan bayi
pemberian MPASI. Namun, kesulitan sekarang bukan anak pertama. Dan hanya 1
tersebut dapat diselesaikan ibu dengan orang informan yang membeli alat makan
berbagai trik seperti uraian berikut. dan saringan untuk persiapan MPASI.

“Kalo gak suka, diajak nyanyi”. (FG616) “Saya sih semua alat sudah ada, karena
memang anak ke-3, paling nyetoknya ya
Berdasarkan hasil FGD, diketahui kayak berasnya ya yang agak lama
seluruh informan menyatakan bahwa tidak penyimpanannya dan pakeknya sedikit-
ada pantangan makanan saat pemberian sedikit, tapi kalo sayuran itu kan mendadak
MPASI pada bayi. Adapun pantangan yang semua. Kayak beras merahnya, dari awal
ada lebih pada bentuk pemberian madu, sebelum makan udah beli itu”. (FG916)
gula dan garam sebelum 1 tahun serta
makanan jajanan. “Beli peralatan makan, peralatan masak,
beli bahan makanan dong”. (FG915)
“Gak ada, paling ciki-ciki”. (FG616)
Sebagian besar informan sudah
“Madu, gula, garam dibawah setahun”. mengetahui mengenai MP-ASI yang
(FG624) bergizi seimbang, namun terdapat 3
informan yang belum memberikan lauk
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak kepada menu bayinya dan terdapat 1
9-11 bulan informan yang masih memberikan MP-ASI
Berdasarkan hasil FGD pada instan berupa bubur tepung hingga saat ini.
kelompok umur bayi 9–11 bulan diketahui Pengolahan MPASI dilakukan oleh ibu
bahwa seluruh ibu mengetahui waktu sendiri dan seluruh informan mengolah
pemberian MPASI yang tepat yaitu 6 bulan dengan cara di tim dan menyajikan bahan
tetapi masih terdapat 3 dari 12 informan makanan dengan dicacah.
yang telah memberikan MPASI sebelum
bayi berumur 6 bulan berupa bubur bayi “Saya mah selagi MPASI kotakan masih
dan bahkan 1 dari 12 informan yang ada di toko, beli aja, kalau tidak ada baru

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1118


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

saya masak, kan sudah komplit isinya kata Berdasarkan hasil FGD pada
dokter gak apa-apa”. (FG914) kelompok umur anak 12–18 bulan
diketahui bahwa seluruh ibu mengetahui
“Sayur-sayur dong, nggak boleh dulu lauk waktu pemberian MPASI yang tepat yaitu 6
pauk, takut alergi jadi saya kasih tahu bulan. Sejalan dengan hal tersebut, seluruh
tempe”. (FG911) informan mulai memberikan MPASI tepat
saat bayi berumur 6 bulan.
“Saya sendiri, nasi masak pakai magiccom
sendiri bentuk tim sayur di kuah, “Umur 6 bulan bu, katanya kalau
tempe/tahu digoreng, tempe/tahu goreng, sebelumnya kan gak boleh, ASI aja”.
lauk hewani kadang digoreng/direbus”. (FG111)
(FG915)
“Tidak boleh (serentak), kasian ususnya
Selanjutnya, pemberian MPASI sama nanti BABnya keras”. (FG13)
sebagian besar dilakukan oleh ibu
dikarenakan sebagian besar ibu tidak Seluruh sumber informasi yang
bekerja. Hanya terdapat 1 orang informan dimiliki informan mengenai pemberian
yang bekerja dan pemberian MPASI makan pada bayi dan anak adalah berasal
dilakukan oleh pengasuh. Sebagian besar dari penyuluhan bidan dan tenaga
ibu melakukan praktik pemberian MPASI kesehatan lainnya, serta buku Kesehatan
secara aktif responsif dan terdapat 4 dari 12 Ibu dan Anak. Kemudian sebagian besar
orang informan yang memberikan MPASI informan melakukan persiapan saat mau
tidak secara aktif responsif yaitu dengan memulai pemberian MPASI dengan cara
pengalihan perhatian berupa mainan. mempelajari penjelasan MPASI yang ada
“Disuapin biasa, kadang main pada buku Kesehatan Ibu dan Anak dan
sepeda sambil maenan”. (FG911) sebagian kecil informan melakukan diskusi
dengan keluarga dan teman.
“Sendiri, digendong, kalo digendng
abis, kalo duduk ga abis”. (FG611). “Lihat-lihat buku KIA apa aja resepnya,
caranya”. (FG123)
“Dipangku atau duduk dikursi bayi
oleh pengasuh kalau hari kerja oleh saya “Baca buku KIA, nanya sama mbak
sambil diajak ngobrol”. (FG915) (kakak)”. (FG113)

Selama pemberian MPASI, sebagian Sebagian besar informan sudah


besar informan memiliki kesulitan dalam mengetahui mengenai MP-ASI yang
pemberian MPASI. Namun, kesulitan bergizi seimbang dan sudah menerapkan
tersebut dapat diselesaikan ibu dengan MP-ASI lengkap pada makanan anak.
berbagai trik seperti uraian berikut. Pengolahan MPASI dilakukan oleh ibu
sendiri dan sebagian besar sudah dengan
“Kalo gamau makan ledekin, kasih ayam, tekstur makanan keluarga atau biasa tetapi
kasih kucing”. (FG913) masih lebih lembut tidak sekeras tekstur
dewasa. Namun, terdapat 1 orang informan
“Tidak ada, kalau ibunya yang nyuapin yang masih menyaring sayuran untuk
suka tidak habis”. (FG915). dikonsumsi anak agar mau makan sayur.

Pemberian Makan pada Bayi dan Anak “Sudah seperti makanan kita, gak terlalu
12-18 bulan benyek juga, ga terlalu keras juga”.
(FG124)

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1119


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

“Bikin sendiri, dimasak ya kayak makanan


orang biasa”. (FG122) “.Kegiatan PMBA ini begitu penting
ya terkait tumbuh dan kembang bayi.
“Iya buat sendiri, kalau gak mau kadang Puskesmas Rajabasa Indah punya kegiatan
saya blender sayur dan nasinya”. (FG114) seperti adanya program edukasi kelas ibu
balita tentang menyusui dan MPASI, di
Selanjutnya, seluruh pemberian meja Posyandu juga ada diberi edukasi.
MPASI dilakukan oleh ibu dikarenakan Dan yang terbaru kita ada kegiatan
seluruh ibu tidak bekerja. Sebagian besar Pulgossip yaitu Kumpul Ngobrol ASI
informan masih menggunakan mainan, Eksklusif”. (WM2).
handphone, dan televisi sebagai pengecoh
saat makan. Hanya 4 dari 12 informan “Kelas ibu balita ada di tujuh
melakukan praktik pemberian MPASI kelurahan secara berkesinambungan
secara aktif responsif yaitu ibu mengajak diberikan materi menyusui dan MPASI.
anak berinteraksi tanpa adanya pengalihan Waktunya dijadwalkan 1 kali sebulan di
perhatian seperti TV dan mainan. tujuh kelurahan bergantian”. (WM1).

“Makan sambil main HP dan jalan-jalan”. Edukasi pada ibu balita melalui kelas
(FG113) ibu balita dan penyuluhan di posyandu.
Materi yang diberikan pada kelas ibu balita
“Makan sambil nonton film kartun”. mencakup ASI eksklusif, keberlangsungan
(FG116) menyusui, pemberian MP-ASI, serta gizi
seimbang. Kegiatan edukasi dilakukan
Selama pemberian MPASI, 1 dari menggunakan alat bantu beberapa media.
setiap 2 informan memiliki kesulitan dalam Berikut adalah pernyataan informan:
pemberian MPASI. Namun, sebagian
kesulitan tersebut dapat diselesaikan ibu "Jadi kita waktu konseling MP-ASI
dengan berbagai trik seperti uraian berikut. kita jelasin menunya apa aja, terus pola
makannya gimana, jadwal makannya
“Ada, buat 2 mangkuk untuk anak dan satu berapa kali" (WM2)
lagi untuk disuapin”. (FG116)
Selain itu, informan menambahkan
“Kalau udah gak mau makan, ya udah, bahwa pada tahun ini ada inovasi kegiatan
biasanya karena dia banyak minum, biarin yaitu Pulgossip yaitu Kumpul Ngobrol ASI
aja, nanti nyamperin lagi mintak makan Eksklusif. Kegiatan ini diisi secara bersama
bilang “aaa”. (FG225) oleh tim puskesmas yang terdiri dari bidan,
ahli gizi, perawat, dan analis. Kegiatan ini
Peran Petugas Kesehatan dilakukan 2 kali sebulan yaitu masing-
masing 1 kali tambahan pertemuan di kelas
Puskesmas Rajabasa Indah memiliki ibu hamil dan ibu balita. Program ini juga
beberapa program untuk mendukung untuk mencegah pemberian MP-ASI dini.
praktik pemberian makan pada bayi dan
anak (PMBA) khususnya pemberian MP- “Ada kegiatan Pulgossip, kumpul
ASI pada bayi dan anak. Program yang ngobrolin ASI eksklusif, dari puskemas ada
dimiliki oleh Puskesmas Rajabasa Indah bidan, gizi, orang kespro, perawat malah
terkait PMBA adalah edukasi edukasi kadang ada orang lab buat periksa ibu
menyusui dan MPASI di kelas ibu balita, di hamil. Kasih materi gantian, yang sering
meja konseling Posyandu, dan kunjungan ahli gizi untuk materi ASI eksklusif dan
rumah balita. Seperti yang diutarakan oleh MP-ASI serta untuk IMD itu bidan "
tenaga kesehatan berikut ini: (WM2).

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1120


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

penyuluhan dan konseling yang lebih baik


Kegiatan monitoring dan evaluasi kepada masyarakat.”. (WM1)
penting dilaksanakan untuk
keberlangsungan dan keberhasilan kegiatan Adanya kendala yang dihadapi dalam
pemberian makan pada bayi dan anak. program pemberian makan pada bayi dan
Praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu anak merupakan suatu tantangan bagi
menyusui di wilayah kerja Puskesmas tenaga kesehatan untuk inovasi kegiatan
Rajabasa Indah sudah di atas target edukasi. Informan menjelaskan beberapa
nasional (50%) yaitu sekitar 85,4% per data hal yang akan dilakukan tahun 2020 dalam
September 2019. Kegiatan monitoring dan rangka mencapai visi Puskesmas Rajabasa
evaluasi yang dilakukan untuk pemberian Indah “Menciptakan masyarakat
ASI eksklusif adalah setiap bulan dengan Kecamatan Rajabasa sehat dan mandiri”.
melihat isian yang sudah ditandai di KMS yaitu kerjasama dengan kelurahan dan
saat posyandu. Hasilnya juga memberikan kecamatan dalam membentuk komunitas
gambaran praktik pemberian MP-ASI tepat pendukung kesehatan termasuk MP-ASI.
waktu.
Menurut informan, sejauh ini masih “Demi mencapai visi Puskesmas
ditemui beberapa hambatan dalam edukasi Rajabasa Indah yaitu menciptakan
terkait pemberian makan bayi dan anak. masyarakat Kecamatan Rajabasa yang
Hambatan dari masyarakat yaitu pemberian sehat dan mandiri maka kita ingin
MP-ASI dini sebelum 6 bulan. membentuk kelompok pendukung kesehatan
yang dibentuk, digerakkan, dan ditujukan
"Sebelum 6 bulan terkadang bubur untuk masyarakat dengan pendampingan
yang dikasih, bubur kemasan atau mereka dari Puskesmas. Selain itu, kegiatan ini
buat sendiri, karena dirasa kurang ASI nya akan digerakkan oleh tim PKK kelurahan
anaknya nangis terus tapi udah dibilang dan kecamatan seperti Kelompok
kan kalo anak nangis bukan berarti laper Pendukung ASI (KP-ASI) dan lainnya.
terus" (WM2) Nanti kelompok-kelompok ini akan dibekali
edukasi oleh Puskesmas yang nantinya
Selain itu, juga terkadang ada kendala akan dapat menyampaikan informasi dan
dalam mengumpulkan ibu saat kelas ibu memberikan dukungan terkait kesehatan di
balita. Selain itu, Puskesmas Rajabasa masyarakat”. (WM1).
Indah belum memiliki tenaga gizi yang
PNS dan belum ada konselor pemberian PEMBAHASAN
makan pada bayi dan anak (PMBA), tetapi
sebagian besar tenaga kesehatan sudah Pemberian Makan pada Bayi dan Anak
memperoleh sosialisasi terkait pemberian Kemenkes (2020) menjelaskan pada
makan pada bayi dan anak (IMD, ASI anak 6-24 bulan, kebutuhan berbagai zat
eksklusif, dan MPASI) dari Dinas gizi semakin meningkat dan tidak lagi
Kesehatan Kota Bandar Lampung. Adanya dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada
penambahan SDM tenaga gizi dan usia ini anak berada pada periode
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan pertumbuhan dan perkembangan cepat,
menjadi konselor PMBA akan dapat mulai terpapar terhadap infeksi dan mulai
meningkatkan pelayanan edukasi kepada aktif secara fisik sehingga kebutuhan gizi
masyarakat seperti diuraikan berikut ini. bayi meningkat. Menurut WHO (2009)
terdapat tujuh prinsip yang harus
“Peningkatan kompetensi tenaga diperhatikan saat pemberian MP-ASI pada
kesehatan penting untuk dilakukan agar bayi dan anak yaitu umur, frekuensi,
dapat memberikan edukasi berupa jumlah, tekstur, variasi, pemberian secara
aktif responsif, dan hygiene saat persiapan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1121


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

dan penyajian makanan. Penelitian ini adalah bubur bayi instan, buah pisang, buah
menganalisis 4 dari 7 prinsip pemberian papaya, biskuit bayi, dan krupuk bayi.
MP-ASI yaitu umur, tekstur, variasi, dan Pemberian MP-ASI dini dikarenakan
cara pemberian. oleh ketidaktahuan ibu dan pengasuh
Pertama, umur bayi saat diberikan mengenai dampak MP-ASI dini dan
MP-ASI. WHO (2009) menjelaskan keterlambatan pemberian MP-ASI pada
pemberian MP-ASI dimulai saat bayi status gizi dan risiko kesehatan bayi.
berumur 6 bulan (180 hari). Berdasarkan Kemenkes (2020) menjelaskan MP-ASI
hasil FGD pada seluruh kelompok terlalu dini berisiko menggantikan ASI,
diketahui seluruh ibu mengetahui bahwa 6 bayi mudah sakit dengan berkurangnya
bulan merupakan waktu pemberian MPASI faktor perlindungan dari ASI, bayi
yang tepat. Namun, terdapat 4 dari 12 memperoleh asupan gizi lebih rendah,
informan pada kelompok bayi 6–8 bulan meningkatkan risiko penyakit infeksi
dan 3 dari 12 informan pada kelompok bayi seperti diare, meningkatkan risiko alergi,
9–11 bulan yang telah memberikan MPASI dan meningkatkan risiko ibu hamil lagi.
sebelum bayi berumur 6 bulan. MPASI Sedangkan keterlambatan pemberian MP-
yang diberikan berupa bubur instan, biskuit ASI menimbulkan risiko anak tidak dapat
dicampur air, dan pisang. Selain itu tambahan makanan yang sesuai kebutuhan,
terdapat 1 dari 12 informan pada kelompok pertumbuhan dan perkembangan terlambat,
bayi 9–11 bulan yang terlambat dan kecenderungan menolak saat diberi
memberikan MPASI yaitu saat bayi MP-ASI karena tidak mengenal aneka
berumur 7 bulan. ragam makanan.
Tindakan ibu dalam pemberian Kedua mengenai tekstur MP-ASI.
MPASI dini berbanding terbalik dengan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
pengetahuan yang dimiliki. Hasil serupa bahwa seluruh informan pada kelompok
ditemui pada penelitian kualitatif Dary, bayi umur 9 – 11 bulan telah memberikan
Tampil, dan Messakh (2018) di Kota tekstur MP-ASI yang sesuai yaitu makanan
Salatiga pada bayi di bawah 12 bulan yaitu lembik. Namun, pada kelompok umur 6–8
5 dari 6 informan memberikan MP-ASI bulan terdapat 3 dari 12 informan yang
sebelum bayi berumur 6 bulan padahal memberikan bubur encer dan 3 dari 12
seluruh informan telah mengetahui umur informan membuat bubur dengan cara
pemberian dan dampak pemberian MP-ASI diblender serta 1 dari 12 informan pada
dini. Seluruh bayi yang diberikan MP-ASI kelompok bayi umur 12–18 bulan juga
dini memiliki masalah pada pencernaan masih memberikan bubur encer dengan
berupa susah buang besar. cara diblender kepada bayi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemenkes (2019) menjelaskan agar
pemberian MPASI yang tidak tepat waktu anak usia 6–24 bulan dapat mencapai gizi
disebabkan oleh pemberian makanan oleh seimbang maka perlu ditambah dengan
pengasuh selain ibu, bayi menangis, dan pemberian MP-ASI, sementara ASI tetap
perilaku bayi yang seolah ingin makan. diberikan sampai anak berumur 2 tahun.
Hasil penelitian ini serupa dengan Pada usia 6 bulan, bayi mulai
penelitian Nugraheni, Prabamurti, dan diperkenalkan kepada makanan lain dengan
Riyanti (2018) secara kualitatif pada enam bentuk lumat atau makanan saring untuk
orang ibu di wilayah kerja Puskesmas bayi umur 6–8 bulan, makanan lembik
Pudakpayung Kota Semarang yaitu seluruh untuk bayi umur 9-11 bulan, dan
ibu memberikan MP-ASI dini kepada bayi selanjutnya beralih ke makanan keluarga
dengan alasan melatih anak agar mau untuk anak umur 12 bulan. Hal ini
makan, kondisi bayi yang rewel atau sering menunjukkan bahwa masih terdapat
menangis. Bentuk MP-ASI yang diberikan informan yang belum memberikan tekstur
MPASI sesuai dengan umur bayi.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1122


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

informan memberikan MP-ASI lengkap, 3


Kekentalan bubur merupakan hal dari 12 informan belum mengenalkan lauk
yang penting untuk diperhatikan saat kepada bayi, dan 1 dari 12 informan
pemberian MP-ASI pada usia 6-8 bulan. memberi MP-ASI instan. Terakhir, seluruh
Kemenkes (2020) menjelaskan makanan anak pada kelompok 12-18 bulan sudah
harus cukup kental untuk tetap berada di diberikan MP-ASI lengkap. Alasan Ibu
atas sendok tanpa tumpah walaupun sendok belum memberi lauk dikarenakan kuatir
diisi penuh. Apabila bubur encer, hingga alergi dan berpikir bayi belum bisa makan.
dapat dimasukkan ke dalam botol atau Adanya informan yang belum
dapat diminum dengan cangkir, berarti mengenalkan lauk dalam MP-ASI dapat
makanan tersebut tidak cukup energi dan berdampak pada kesehatan, status gizi dan
zat gizi lain. Selain itu, menyiapkan MP- pertumbuhan bayi dan anak. WHO (2009)
ASI dengan menggunakan blender butuh dan Kemenkes (2019) menjelaskan MP-
tambahan air. Lebih baik menghaluskan ASI yang baik adalah kaya energi, protein,
makanan bayi dengan cara diulek atau dan zat gizi mikro (khususnya zat besi,
disaring sehingga penambahan air dapat seng, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan
dikurangi. Bubur MP-ASI yang cukup folat). Lauk hewani merupakan sumber
kental akan memberikan energi lebih utama protein, besi, seng, dan vitamin A
banyak bagi anak daripada bubur MP-ASI yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan
encer. perkembangan bayi secara optimal. Salah
Ketiga adalah variasi bahan makanan. satu penyebab terjadinya stunting yang
WHO (2009) merekomendasikan diuraikan oleh Steward, et al (2013) dalam
pemberian MPASI dengan variasi makanan “Contextualising complementary feeding in
yang kaya gizi untuk untuk memenuhi framework for stunting prevention” adalah
kesenjangan energi dan zat gizi yang kualitas makanan yang rendah yaitu
diperoleh dari ASI sehingga secara makanan yang tidak beraneka ragam dan
bersamaan ASI dan MPASI dapat rendahnya asupan pangan hewani sehingga
memenuhi seluruh kebutuhan gizi pada dapat menyebabkan anak mengalami gagal
bayi dan anak. Secara bertahap, variasi tumbuh menuju stunting.
makanan untuk bayi dan anak umur 6-24 Fikawati, Syafiq, dan Karima (2015)
bulan semakin ditingkatkan. Variasi jenis memaparkan bahwa daging merah, daging
makanan pada MPASI adalah adanya putih (ikan dan ayam), dan telur merupakan
makanan pokok sebagai sumber kalori, lauk sumber utama protein. Daging merah
hewani dan lauk nabati sebagai sumber seperti daging sapi, daging kambing, hati
protein, serta sayur atau buah sebagai juga merupakan sumber zat besi yang baik.
sumber vitamin dan mineral dikenal dengan Daging putih seperti ikan dapat menjadi
sebutan 4 bintang. Sedangkan Kemenkes sumber omega 3 dan 6. Telur juga
(2019) mengelompokkan MP-ASI menjadi merupakan sumber protein yang tinggi
dua yaitu MP-ASI lengkap (terdiri dari dimana putih telur mengandung protein
makanan pokok, lauk hewani, nabati, sayur, yang lebih tinggi dibanding kuning telur,
dan buah dan MP-ASI sederhana (terdiri namun kuning telur merupakan sumber
dari makanan pokok, lauk hewani/nabati, lemak dan vitamin B yang baik.
sayur/buah). Selain protein sebagai zat
Berdasarkan hasil FGD diketahui pembangun, zat besi dan seng juga harus
pada kelompok 6–8 bulan terdapat 5 dari diperhatikan. Menurut Kemenkes (2019),
12 informan sudah memberikan MP-ASI anak yang tidak memperoleh cukup zat besi
lengkap, 4 dari 12 informan belum akan mengakibatkan anemia, mudah
mengenalkan lauk kepada bayi, dan 3 dari terkena penyakit, dan lama sembuh.
12 informan memberi MP-ASI instan. Pada Sedangkan seng penting untuk
kelompok 9-11 bulan terdapat 8 dari 12 pertumbuhan dan imunitas anak. Seng

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1123


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

biasanya terdapat pada makanan yang kaya alat makan dan kesegaran bahan makanan,
zat besi, jadi dapat dikatakan jika anak serta ibu merasa saat menyiapkan MP-ASI
mengkonsumsi makanan kaya zat besi, sendiri tidak memakan waktu yang lama
sekaligus anak mendapatkan seng. dan ibu dapat menambahkan berbagai zat
Kekurangan zat gizi makro dan mikro gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dapat mengakibatkan pertumbuhan dan dan perkembangan anak.
perkembangan anak terhambat. Tidak ada Pedoman gizi seimbang menjelaskan
satu jenis makanan yang mengandung zat bahwa MP-ASI yang baik adalah MP-ASI
gizi lengkap selain ASI. Penyajian buatan rumah yang berasal dari bahan
makanan yang beragam akan dapat makanan lokal, mudah diolah, dan harga
melengkapi nilai gizi antara bahan terjangkau (Kemenkes, 2019). Pemberian
makanan. Dengan demikian, keberagaman MP-ASI pabrikan secara rutin sebagai
makanan diperlukan untuk memenuhi makanan utama akan menyebabkan anak
seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh. terbiasa sehingga sulit untuk beralih dan
Kemudian, berdasarkan hasil FGD menyukai makanan keluarga (Kemenkes,
diketahui bahwa selain pengolahan MP- 2019). Tesktur dan rasa alami dari bahan
ASI dari bahan makanan segar (atau makanan MP-ASI buatan rumah, berbeda
disebut MP-ASI rumahan), terdapat 3 dari dengan MP-ASI pabrikan dengan rasa yang
12 informan pada kelompok bayi umur 6-8 sama. Ibu sebaiknya memahami bahwa
bulan dan 1 dari 12 informan dari pola pemberian makanan secara seimbang
kelompok bayi umur 9-11 bulan yang pada usia dini akan berpengaruh terhadap
memberikan MP-ASI instan atau pabrikan selera makan anak selanjutnya, sehingga
kepada bayi. Alasan yang diberikan oleh pengenalan kepada makanan yang beraneka
informan kelompok bayi umur 6-8 bulan ragam sangatlah penting. MP-ASI olahan
adalah karena ibu belum mengetahui cara sendiri tidak harus mahal karena dapat
membuat MPASI dan melihat dari segi disesuaikan dengan menu makanan harian
praktis. Sedangkan, alasan yang diberikan di rumah. Bahan lokal yang alami lebih
oleh informan dari kelompok bayi umur 9- terjamin kesegaran dan lebih bervariasi.
11 bulan adalah karena menilai MP-ASI Adanya variasi makanan, bayi dapat belajar
instan sudah memiliki nilai gizi yang menikmati berbagai macam cita rasa
lengkap dan praktis. berbeda dan dapat memenuhi kebutuhan
Hasil penelitian kualitatif Erawati dan gizi. Satu hal yang tidak dapat dibantah dari
Naviati (2014) terhadap pengalaman MP-ASI sehat rumahan adalah citarasanya
keluarga dalam pemberian makan pada lebih lezat dan penanaman kebiasaan baik
bayi di tahun pertama di Desa Ngajaran sejak dini pada anak untuk memiliki
Kabupaten Semarang memaparkan bahwa fondasi pola makan yang sehat (Tim Admin
sebagian keluarga memilih makanan instan HHBF, 2017).
untuk bayinya. Keluarga yang memilih Keempat adalah cara pemberian MP-
memberikan makanan bayinya dengan ASI. Cara pemberian MP-ASI menurut
produk instan dikarenakan iklan produk WHO (2009) adalah pemberian makanan
dari media, efisiensi waktu, mudah dibuat, aktif dan responsif yaitu waspada dan
adanya ukuran 1 kali konsumsi, variasi responsif terhadap tanda-tanda yang
rasa, dan banyaknya tempat yang menjual ditunjukkan oleh bayi bahwa bayi atau anak
bubur instan dari minimarket hingga siap untuk makan dan dorong bayi atau
tersebar di warung-warung. Sebaliknya, anak untuk makan tetapi bukan dipaksa.
terdapat sebagian keluarga yang memilih Berdasarkan hasil penelitian diketahui
memberikan makanan buatan sendiri. bahwa sebanyak 7 dari 12 informan pada
Pertimbangan yang dimiliki ibu adalah kelompok bayi 6-8 bulan dan 8 dari 12
lebih higienis jika menyiapkan makanan informan pada kelompok bayi 9-11 bulan
sendiri yang dimulai dari kebersihan alat- telah memberikan MP-ASI secara aktif

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1124


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

responsif pada bayi dan anak. Sebaliknya, selain ibu yang memberikan makan kepada
pada kelompok anak umur 12-18 bulan bayi dan anak belum memahami bahwa
diketahui sebagian besar pemberian MP- anak membutuhkan proses belajar untuk
ASI tidak dengan cara aktif responsif. menikmati makanan dan kegiatan makan
Praktik pemberian makan yang tidak yang menyenangkan akan dapat mencegah
aktif dan responsif yang dilakukan ibu atau kesulitan makan yang timbul kemudian
pengasuh adalah mengalihkan perhatian hari. Kemenkes (2020) menjelaskan anak
bayi dan anak melalui pemberian mainan, perlu belajar untuk makan. Makanan selain
mainan bersama kakak, teman, kucing, dan ASI merupakan makanan baru, anak akan
ayam, menonton televisi, dan melihat makan perlahan dan mungkin berantakan.
handphone. Sebaliknya, praktik pemberian Hal ini memerlukan kesabaran penuh saat
makan secara aktif dan responsif yang mengajarkan anak makan. WHO (2009)
sudah baik dilakukan ibu adalah dengan dan Kemenkes (2020) juga menjelaskan
cara mengajak bayi atau anak bicara, bahwa saat memberi makan, respon anak
bernyanyi, dan makan bersama saudara. dengan senyuman, kontak mata, sabar, dan
Beberapa kesulitan yang dialami ibu beri kata-kata positif atau pujian yang
dalam memberikan MP-ASI kepada bayi menyemangati bayi atau anak makan.
dan anak adalah ibu tidak mengetahui Selain itu, pemberian makanan lunak yang
apakah anak lapar atau tidak, anak menolak bisa dipegang anak dapat merangsang anak
makan, anak tidak suka makanan tertentu, aktif makan sendiri. Hal yang harus
saat makan berantakan, dan terdapat juga 1 dihindari saat pemberian makanan adalah
orang anak yang apabila disuapi pengasuh adanya gangguan (seperti mainan, televisi,
lebih lahap dibandingkan ibunya. Tindakan dan hadphone) saat bayi dan anak diberi
ibu dalam mengatasi kesulitan tersebut makan dan jangan paksa anak untuk
berbeda-beda yaitu bernyanyi, memberi makan.
mainan, handphone, menonton TV, diajak Saat pemberian MP-ASI, bayi dan
bermain, makanan dimasukkan ke plastik anak membutuhkan waktu untuk
dan ada 1 ibu memaksa anak. beradaptasi dengan makanan baru dan ibu
Hasil penelitian kualitatif oleh harus menciptakan suasana yang
Febriani (2016) mengenai perilaku menyenangkan. Dengan demikian, adanya
responsive feeding pada 8 (delapan) edukasi kepada ibu dan pengasuh bayi
pengasuh bayi dan anak balita stunting di terkait pengolahan dan penyajian MP-ASI
wilayah kerja Puskesmas Halmahera Kota bergizi seimbang serta teknik pemberian
Semarang menunjukkan bahwa seluruh makan yang menyenangkan dapat
pengasuh yang terdiri dari 6 ibu dan 2 mengurangi kesulitan ibu dalam pemberian
nenek belum memberi makan secara MP-ASI kepada bayi dan anak.
perlahan, sabar, dan memotivasi anak untuk
makan, belum semua pengasuh mengerti Peran Tenaga Kesehatan
strategi dalam menghadapi anak yang Tenaga kesehatan memegang peranan
menolak makan, pengasuh belum penting dalam keberhasilan implementasi
mempraktikan waktu makan sebagai waktu praktik pemberian makan pada bayi dan
anak belajar tentang proses makan, jenis- anak (PMBA) dengan benar. Pada
jenis makan atau cara makan yang baik. penelitian ini, peran tenaga kesehatan
Pengasuh yang belum melakukan responsif dianalisis melalui hasil FGD dengan ibu
feeding dikarenakan belum mengerti bayi dan wawancara mendalam dengan tiga
strategi pemberian makan pada bayi dan orang tenaga kesehatan yaitu Kepala
anak sehingga berasumsi terkait minimnya Puskesmas, Bidan Koordinator, dan Ahli
ketersediaan waktu dan lama. Gizi di Puskesmas Rajabasa Indah.
Kedua hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ibu dan pengasuh

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1125


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Peran tenaga kesehatan di Puskesmas menjadi masalah di lima Puskesmas di


Rajabasa Indah sudah berjalan baik dan Lombok Tengah.
mendukung program pemberian makan Menurut Fikawati, Syafiq, dan
pada bayi dan anak. Hal ini dapat diketahui Karima (2015), edukasi mengenai ASI
dari hasil FGD pada seluruh informan di eksklusif tidak hanya diberikan kepada ibu
kelompok bayi 6–8 bulan, 9–11 bulan, dan tetapi tenaga kesehatan juga harus
anak 12–18 bulan yang menunjukkan mengedukasi anggota keluarga bayi yang
bahwa sebagian besar informasi mengenai bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan
pemberian makan pada bayi dan anak sampai dengan periode pemberian ASI
berasal dari tenaga kesehatan baik secara eksklusif selesai. Informasi dan edukasi
langsung maupun melalui buku Kesehatan ASI eksklusif yang harus diberikan oleh
Ibu dan Anak (KIA) yang diberikan oleh tenaga kesehatan paling sedikit mengenai
tenaga kesehatan kepada ibu. Keuntungan dan keunggulan pemberian
Hasil wawancara mendalam pada ASI. Gizi ibu, persiapan dan
Tenaga kesehatan dijelaskan bahwa mempertahakan menyusui. Akibat negatif
Program yang dimiliki oleh Puskesmas dari pemberian makanan botol secara
Rajabasa Indah terkait PMBA adalah parsial terhadap pemberian ASI. Kesulitan
edukasi menyusui di kelas ibu hamil, untuk mengubah keputusan untuk tidak
edukasi menyusui dan MPASI di kelas ibu memberikan ASI
balita, edukasi menyusui dan MP-ASI di Hasil penelitian menunjukkan bahwa
meja konseling Posyandu dan Praktik keberhasilan program pemberian makan
Bidan Mandiri, dan kunjungan rumah balita pada bayi dan anak terkait MP-ASI dini
bagi balita dengan status gizi kurang. (Sunarti, Aritonang, dan Oktasari, 2017)
Edukasi pada ibu hamil bertujuan untuk berhubungan dengan adanya dukungan
mempersiapkan ibu hamil terkait kegiatan tenaga kesehatan. Menurut Depkes (2007),
menyusui yang meliputi pemberian kontak awal tenaga kesehatan dalam
informasi mengenai inisiasi menyusu dini memberikan edukasi pemberian makan
(IMD) dan pemberian ASI eksklusif. pada bayi dan anak khususnya IMD dan
Sedangkan edukasi pada ibu balita ASI eksklusif kepada ibu adalah saat
mencakup informasi ASI eksklusif, pelayanan antenatal.
pemberian MP-ASI, gizi seimbang, Saat ini Puskesmas Rajabasa Indah
keberlangsungan menyusui. Namun, dua memiliki inovasi program baru untuk
dari tiga tenaga kesehatan menyampaikan meningkatkan intensitas pemberian edukasi
bahwa pelaksanaan program PMBA belum terkait PMBA kepada ibu hamil dan ibu
maksimal dikarenakan belum ada petugas balita yaitu dengan kegiatan Kumpul
kesehatan yang mendapatkan pelatihan Ngobrol ASI Eksklusif yang dikenal
lengkap PMBA dan konseling menyusui. dengan sebutan Pulgossip. Kegiatan ini
Hasil penelitian kualitatif serupa oleh diisi secara bersama oleh tim puskesmas
Nurbaiti (2015) terhadap pelaksanaan yang terdiri dari bidan, ahli gizi, perawat,
program PMBA di lima Puskesmas di dan analis. Kegiatan ini dilakukan 2 kali
Lombok tengah menunjukkan bahwa sebulan yaitu masing-masing 1 kali
Puskesmas telah melaksanakan program tambahan pertemuan pada kelas ibu hamil
PMBA untuk mengatasi masalah gizi dan ibu balita.
balita. Program PMBA yang dilakukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adalah membuat pelatihan konseling bagi pemberian MPASI yang tidak tepat waktu
kader dan membuat kelas ibu hamil KEK, disebabkan oleh nenek, bayi menangis, dan
dan kelas gizi bagi balita. Keterbatasan perilaku bayi yang seolah ingin makan.
keterampilan konseling dan jumlah petugas Menurut Kemenkes (2010), bayi sehat tidak
gizi dan kader serta sarana prasarana masih memerlukan MP-ASI sebelum umur 6
bulan. Apabila bayi di bawah umur 6 bulan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1126


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

mengalami berat badan yang tidak naik, Puskesmas Rajabasa Indah dilakukan
maka cara yang terbaik adalah pemberian secara tepat demi tercipta masyarakat sehat.
konseling kepada ibu tentang bagaimana
cara menyusui eksklusif sehingga bayi KESIMPULAN
memperoleh ASI yang cukup. Namun,
apabila bayi tidak memperoleh ASI yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
cukup dikarenakan alasan medis maka diperoleh, dapat disimpulkan Sebanyak 7
pemberian susu formula lebih baik bila dari 36 informan MP-ASI dini, dan 1 dari
dibandingkan dengan pemberian MP-ASI 36 informan terlambat memulai MPASI
dini. Hal ini menunjukkan bahwa konseling saat 7 bulan. Sebanyak 4 dari 36 informan
yang dilakukan tenaga kesehatan sangat memberikan tekstur MP-ASI yang salah. 7
diperlukan oleh ibu dan berpengaruh dari 36 informan belum memberikan lauk
terhadap keberhasilan praktik pemberian dan 4 dari 36 informan memberikan MP-
makan pada bayi dan anak yang tepat. ASI instan. Sebanyak 19 dari 36 informan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa memberi MP-ASI secara aktif responsive
kegiatan edukasi yang dilakukan sudah Adanya tenaga gizi yang merupakan
menggunakan alat bantu berupa leaflet, pegawai tetap dan peningkatan kompetensi
poster, dan lembar balik, tetapi belum tenaga kesehatan mengikuti pelatihan
menggunakan kit konseling menyusui dan konselor PMBA dapat meningkatkan
metode demonstrasi. Pemberian edukasi kualitas SDM dalam penyampaian edukasi
dengan menggunakan media yang menarik tentang PMBA. Selain itu, edukasi MP-ASI
seperti video dan metode demonstrasi dapat seimbang dengan metode demonstrasi dan
meningkatkan penerimaan informasi oleh pembentukan kelompok masyarakat
ibu sehingga lebih mudah dipahami. Selain pendukung ASI dan MPASI dapat
itu, Puskesmas Rajabasa Indah belum membantu praktik PMBA yang tepat.
memiliki konselor menyusui dan PMBA,
tetapi sebagian besar tenaga kesehatan UCAPAN TERIMA KASIH
sudah memperoleh sosialisasi PMBA
(IMD, ASI eksklusif, dan MPASI) dari Peneliti mengucapkan terima kasih
Dinkes Kota Bandar Lampung. kepada Bapak/Ibu Kepala Puskesmas di
Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan wilayah kerja Kabupaten Rajabasa Kota
akan dapat meningkatkan pelayanan Bandar Lampung, dan seluruh responden
edukasi kepada masyarakat. yang telah banyak membantu dalam
Adanya kendala yang dihadapi dalam penelitian ini.
program kegiatan pemberian makan pada
bayi dan anak merupakan suatu tantangan DAFTAR PUSTAKA
bagi tenaga kesehatan untuk dapat
melakukan inovasi dalam kegiatan edukasi. AsDI, IDAI, Persagi. (2015). Penuntun
Informan menjelaskan beberapa hal yang Diet Anak. Jakarta : Fakultas
akan dilakukan pada tahun 2020 dalam Kedokteran Universitas Indonesia
rangka mencapai visi Puskesmas Rajabasa
Indah “Menciptakan masyarakat Dary, Tampil, S., A., Messakh, S., T.
Kecamatan Rajabasa yang sehat dan (2018). Pemberian Makanan
mandiri”, yaitu kerjasama dengan Pendamping Asi Pada Bayi di
kelurahan dan kecamatan membentuk Karangpete RT. 01 RW. 06 Salatiga.
komunitas pendukung kesehatan (termasuk Jurnal Ilmu Keperawatan, Analis
ASI dan MP-ASI) dan melakukan Kesehatan dan Farmasi, Volume 18
pendampingan ibu hamil yang sudah No. 2. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
melahirkan. Sehingga, pemberian makan Kesehatan. Universitas Kristen Satya
pada bayi dan anak di wilayah kerja Wacana

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1127


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

tengah. Jurnal Kedokteran Unram


Erawati, M., Naviati, E. (2014). 2017, 6 (4): 1-6.
Pengalaman Keluarga dalam
Pemberian Nutrisi bagi Bayi pada Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi
Tahun Pertama di Pedesaan. Fak Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta
Kedokteran Univ. Diponegoro. Jurnal : Rineka Cipta.
Keperawatan Anak, Vol. 2 No. 1,
Mei 2014. jurnal.unimus.ac.id. Nugraheni, Prabamurti, dan Riyanti.
(2018). Pemberian MP-ASI Dini
Febriani, R. F. (2016). Faktor Determinan Sebagai Salah Satu Faktor
Perilaku Responsive Feeding pada Kegagalan ASI Eksklusif pada Ibu
Balita Stunting Usia 6-36 Bulan Primipara (Studi Kasus di Wilayah
(Studi Kualitatif). [Skripsi]. Fakultas Kerja Puskesmas Pudakpayung).
Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-
Semarang. Journal). Volume 6, No. 5.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.ph
Fikawati S, Syafiq A, Karima K. (2015). p/jkm.
Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta :Rajawali
Press. Peraturan Pemerintah. (2012). PP No. 33
Tahun tentang Pemberian ASI
Juherman, Novika, Y.(2017). Pengaruh ASI Eksklusif
Eksklusif dalam Pencapaian
Pertumbuhan Linier pada Bayi Stewart, C.P., Iannotti, L., Dewey, K.G.,
dengan Panjang Lahir Pendek di Michaelsen, K.F., & Onyango, A.W.
Kota Bandar Lampung. [Tesis]. Fak. (2013). Contextualising
Kesehatan Masyarakat, Univ. complementary feeding in a broader
Indonesia. framework for stunting prevention.
Matern. Child. Nutr. 9, 27–45.
Kemenkes RI. (2014a). Buku Survei doi:10.1111/mcn.12088
Konsumsi Makanan Individu dalam
Studi Diet Total. Lembaga Penerbitan Sunarti, Aritonang, Oktasari. (2017).
Badan Litbangkes. Jakarta Faktor Risiko Pemberian MP-ASI
Dini Pada Bayi 0-6 Bulan Di
Kemenkes RI. (2014b). Pedoman Gizi Wilayah Puskesmas Lendah II Kulon
Seimbang. Jakarta Progo. [Skrips]. Jurusan Gizi.
Kemenkes RI. (2017). Buku Saku Nasional Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Hasil Penilaian Status Gizi Jakarta. Tim Admin HHBF. (2017). Mini
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Ensiklopedia MP-ASI Sehat :
Dasar Tahun 2018. Jakarta. Serunya MP-ASI homemade. Jakarta :
Panda Media.
Kemenkes, RI. (2019). Pedoman Pelatihan
Pemberian Makan Bayi dan Anak. WHO, UNICEF. (2003). Global Strategy
Jakarta : Direktorat Bina Gizi for Infant and Young Child Feeding.
Masyarakat. Geneva : WHO-UNICEF.

Kemenkes, RI. (2020). PedomanPemberian WHO. (2009). Infant and young child
Makan pada Bayi dan Anak. Jakarta. feeding : Model Chapter for
textbooks for medical students and
Nurbaiti, Lina. (2017). Studi Kualitatif allied health professionals. Geneva :
terhadap pelaksanaan program WHO
PMBA di lima Puskesmas di Lombok

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1128


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1

You might also like