Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada

berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan


TINGKAT PERTUMBUHAN ASPERGILLUS FLAVUS SP DAN
PEMBENTUKAN AFLATOKSIN PADA BERBAGAI METODE
PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR BIJI JAGUNG PAKAN

Growth Rate of Aspergillus Flavus sp and Aflatoxin Formation in Various Storage


Methods with Different Water Content of Feed Corn Kernels

Hapsari Okgianti Yusuf


Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Agroteknologi Universitas Muslim Indonesia
Hapsari_yusuf@yahoo.co.id

ABSTRACT
The objectives of this study are 1) To determine the best storage method for maize forgrowth Aspergillus
Flavus sp and aflatoxin formation, 2) To determine the best water content regulation during storage of
maize which can suppressgrowth Aspergillus Flavus sp and aflatoxin formation. This research consisted
of two stages, namely corn sampling and main research. In the main research, analysis of moisture
content with different storage methods, growth analysis of Aspergillus Flavus sp and levels of aflatoxin
using the ELISA method was carried out. The statistical analysis method used was a completely
randomized design with two factors. From the results of the Water Content analysis, the highest increase
in water content for all treatments was seen in the storage treatment using HDPE plastic at 30% moisture
content, namely the initial water content of 30 increased to 35.55%, with an increase of 5.55%. Whereas
the lowest increase in water content for all treatments was seen in the storage treatment with spread at
15% moisture content, namely with an initial water content of 15% to 15.64% with an increase of 0.64%.
Theincrease in the growth of Aspergillus flavus sp highestfor all treatments was seen in the storage
treatment by packaging using HDPE plastic at 30% moisture content, namely thegrowth rate Aspergillus
flavus sp initialof 1.97 x 103 increased to 88.93 x103, while the increase in the growth of Aspergillus
flavus sp. The lowest for all treatments was seen in the storage treatment with spread at 15% moisture
content, namely the growth of Aspergillus flavus sp early 1.54 x 103 to 33.34x103. The highest aflatoxin
test was at the water content level of 30% with the storage method packed using HDPE plastic, while the
lowest aflatoxin test result was at the 15% moisture level with the storage method spread out.
Keywords : Aflatoxin; Corn; Packaging; Storage; Water Content

PENDAHULUAN Berdasarkan Badan Pusat Statistik


Tanaman jagung (Zea mays L.) Sulawesi Selatan, produksi jagung tahun
mempunyai peranan strategis di sektor 2018 sebanyak 19,61 juta ton pipilan
pertanian dan dalam perekonomian kering. Produksi ini mengalami kenaikan
masyarakat. Jagung merupakan sumber sebanyak 0,60 juta ton atau 3,17%
bahan baku utama dalam industri pakan dibandingkan tahun 2014. Kenaikan
unggas (± 50 %), sebagai bahan pangan produksi jagung terjadi karena kenaikan
pokok bagi masyarakat di daerah kawasan produktivitas sebesar 2.25 hektar atau
Timur Indonesia, serta penyumbang 4,54%, meskipun luas panen mengalami
terbesar kedua setelah padi dalam penurunan sebesar 50,20 ribu hektar
pendapatan domestik bruto. Keunggulan 1,31% (BPS, 2018).
jagung dibandingkan dengan komoditi Masalah utama dalam penanganan
pangan lain adalah kandungan gizi yang pascapanen jagung di tingkat petani
cukup tinggi, sebagai sumber karbohirat adalah masih tingginya kehilangan hasil
mencapai 80% dari seluruh bahan kering mulai dari panen sampai pascapanen. Hal
biji. Karbohidrat dalam bentuk pati ini disebabkan terbatasnya pengetahuan
umumnya berupa campuran amilosa dan dan keterampilan petani dalam
amilopektin (Abbas, 1997). penanganan panen dan pascapanen serta
alsin yang cukup mahal. Penanganan

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 55


Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada
berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan
pascapanen yang tepat diperlukan untuk diterima dengan biaya seminimal
mendapatkan jagung yang bermutu tinggi mungkin. Pengendalian mutu jagung pada
dan menekan kehilangan hasil. saat pasca panen dilakukan mulai
Penanganan yang kurang baik akan pemanenan, pengeringan awal, pemipilan,
menyebabkan kerusakan biji sehingga pengeringan akhir, pengemasan dan
menurunkan mutu dan harga jagung. Pada penyimpanan
prinsipnya teknologi penanganan Berdasarkan informasi diatas perlu
pascapanen jagung adalah untuk menekan dilakukan penelitian untuk mengetahui
kehilangan hasil di tingkat petani. Dengan metode penyimpanan terbaik dan tingkat
teknologi alternatif yang sudah tersedia, kadar air yang tepat agar dapat menekan
diharapkan kehilangan hasil dapat ditekan, pertumbuhan Aspergillus flavus sp dan
mutu dapat ditingkatkan dan juga akan pembentukan aflatoksin.
memperoleh harga jual yang tinggi (Asni,
TUJUAN PENELITIAN
2017). Penelitian ini bertujian 1)Untuk
Jagung di Indonesia pada umumnya mengetahui metode penyimpanan terbaik
mengandung kadar aflatoksin yang cukup jagung terhadap pertumbuhan Aspergillus
tinggi. Dari berbagai hasil penelitian di
flavus sp dan pembentukan aflatoksin, 2)
Indonesia, aflatoksin merupakan untuk mengetahui pengaturan kadar air
mikotoksin utama pencemar jagung dan terbaik pada saat penyimpanan jagung
bahan pakan ternak (Widiastuti, 2006). yang dapat menekan pertumbuhan
Aflatoksin, terutama adalah racun yang Aspergillus flavus sp dan pembentukan
dihasilkan kapang Aspergillus flavus sp. aflatoksin dan 3) untuk mengetahui nilai
Zat ini berbahaya bagi kesehatan manusia kadar aflatoksin pada metode
maupun hewan karena bersifat toksik penyimpanan dan kadar air yang berbeda.
terhadap bahan pangan yang
terkontaminasi dan merupakan penyebab METODOLOGI
utama kanker hati. Cemaran Aspergillus Tempat dan Waktu Penelitian
flavus sp pada jagung umumnya terjadi Penelitian ini diawali dengan
sejak tanaman masih berada di kebun, pengambilan sampel di tingkat petani,
karena kapang ini merupakan jenis kapang kemudian dilakukan pemipilan,
yang secara alami terdapat pada tanah. pengeringan dan penyimpanan.
Beberapa kondisi yang mendorong Penyimpanan sampel dilaksanakan di
pertumbuhan A. flavus sp adalah kadar air gudang penyimpanan pasca panen, Balai
dan kelembaban yang cukup tinggi serta Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku,
kondisi atmosfer. Mengingat Indonesia Sungguminasa-Gowa, Sulawesi Selatan.
adalah negara beriklim tropis yang Analisis kadar air, pertumbuhan
merupakan lingkungan yang sangat ideal Aspergillus Flavus sp dan analisis kadar
untuk tumbuh kembang berbagai jenis aflatoksin dilaksanakan di Laboratorium
kapang seperti Aspergilus flavus yang Pangan dan Perlindungan Tanaman, Balai
adalah penghasil utama aflatoksin B1. Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku,
Untuk mengatasi semua kendala Sungguminasa – Gowa, Sulawesi Selatan.
yang dihadapi petani dapat dilakukan Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
dengan cara pengendalian sampai Juli 2019.
mutu. Pengendalian mutu merupakan Bahan dan Alat
usaha mempertahankan mutu selama Bahan yang digunakan dalam
proses produksi sampai produk berada di penelitian ini adalah hasil panen jagung
tangan konsumen pada batas yang dapat varietas Bisi 18 Kit ELISA Aflatoxin

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 56


Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada
berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan
AgraQuant Romer (AgraQuant® Total pertumbuhan aspergillus flavus sp dan uji
Aflatoxin Assay 4/40) yang terdiri dari aflatoksin.
larutan standar aflatoksin 0-40 ppb,
conjugate antiaflatoxin HRP (Horseradish Penelitian Utama
Peroxidase) , substrat TMB (Tetra Metil Sampel jagung yang telah
Benzidine), dan stop solution yang berupa disimpan selama 30 hari, kemudian
asam kuat seperti HCl ELISA reader dilakukan analisis kadar air, analisis
Opsys MR DYNEX Technologies, dalam pertumbuhan Aspergillus flavus sp dan
bentuk pipil, bahan pengemas berupa kadar aflatoksin.
karung Plastik, karung goni, plastik Analisis Kadar Air
HDPE, methanol,acetonitrile, aquadest, Penentuan kadar air dilakukan
aquabidest, lactofenol, media PDA dengan cara menimbang sampel yang
(Potato Dextrose Agar), aumunium foil. telah dihaluskan dan diayak sebanyak ± 3
Alat-alat yang digunakan yaitu gram dalam botol timbang yang sudah
kertas saring (Whatman No. 1), rak diketahui bobot kosongnya. Sampel
tabung, plat pencampur, timbangan kemudian dikeringkan dalam oven pada
analitik, batang pengaduk, sentrifuse, suhu 105oC selama ± 2 jam. Didinginkan,
pipet, tissu cawan aluminium, cawan petri, dan ditimbang bobotnya. Dikeringkan
shaker, autoclave, erlenmeyer. kembali dalam oven selama 30 menit,
Metode Pelaksanaan Pengambilan didinginkan dan ditimbang. Pengeringan
Sampel dan penimbangan diulangi sampai
Penelitian ini diawali dengan diperoleh bobot tetap, yaitu selisih
pengambilan sampel berupa jagung penimbangan berturut-turut kurang dari
diambil dari jagung petani yang telah di 0.0004 gram.
pipil, kemudian dilakukan pengeringan Identifikasi dan Penentuan Total
menggunakan alat. Pengeringan dilakukan Aspergillus Flavus sp
berulang kali sehingga mencapai kadar air a. Membuat media PDA (Potato
30%, 25%, 20% dan 15%, kemudian Dextrose Agar)
dilakukan penentuan kadar air dengan membuat media PDA diawali
menggunakan alat Grain Moisture Meter dengan menimbang PDA sebanyak 7,8
type GMK -303, setiap perlakuan sampel gram, kemudian melarutkan PDA dengan
jagung yang digunakan masing-masing 150 ml aquadest di dalam beaker glass,
sebanyak 5 kg, Selanjutnya dilakukan setelah itu dihomogenkan dengan cara
penyimpanan untuk kontrol jagung pipil mengaduknya. Setelah homogen
kemasan karung plastik, karung goni, kemudian dipanaskan diatas hotplate dan
plastik HDPE dan dihamparkan, disimpan mengaduknya hingga mendidih, kemudian
tanpa menggunakan alas yang diatur pH nya (5,6). Kemudian
bersentuhan langsung dengan lantai yang ditambahkan aquadest sampai 50 ml
terbuat dari semen. Penyimpanan jagung dipanaskan lagi sampai mendidih lalu
selama 30 hari, kemudian seluruh sampel dituang kedalam erlenmeyer kemudian
kemudian disimpan di dalam ruangan erlenmeyer ditutup rapat dengan kapas
yang memiliki suhu ruang, yaitu antara dan aluminium foil. Erlenmeyer
28-32oC. Selanjutnya dilakukan analisis kemudian disterillisassi menggunakan
terhadap sampel. Analisis dilakukan pada autoclave pada suhu 1210C selama 15
awal penyimpanan (hari ke-0) kemudian menit. Setelah suhu pada autoclave turun
selanjutnya dilakukan pada hari 30, sampai 00C, kemudian dikeluarkan, lalu
selanjutnya dilakukan pengujian kadar air, dipipet 15 ml PDA ke masing-masing

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 57


Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada
berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan
cawan petri, lalu dihomogenkan. ditimbang. Dihomogenkan sambil diputar
kemudian dibiarkan media sampai padat. dengan bantuan alat shaker selama 5
menit dengan kecepatan 200 rpm. Setelah
b. Cara pengambilan sampel dihomogenkan, larutan jernih disaring ke
Cara pengambilam sampel yaitu dalam botol schott 100 ml dengan
Sampel yang sudah diambil ditumbuk menggunakan kertas saring. Larutan
sampai halus, kemudian dimasukan ekstrak siap digunakan untuk pengujian
kedalam plastik klip steril kemudian dengan ELISA.
disolasi pada media PDA (Potato c. Pengujian Aflatoksin Metode ELISA
Dextrose Agar) dengan menggunakan Disiapkan microplate untuk
metode tabur. pengenceran dan coating plate ELISA.
c. Mengisolasi pada media PDA (Potato Dimasukkan ke dalam microplate
Dextrose Agar) pengenceran, conjugate sebanyak 200 μl +
mengisolasi sampel pada media standar/sampel sebanyak 100 μl.
PDA diawali dengan menyiapkan alat dan Dihomogenkan dan diambil sebanyak 100
bahan yang akan digunakan kemudian μl kemudian dimasukkan ke dalam
memfiksasi cawan petri degan cara coating plate. Diinkubasi selama 15 menit
memutar diatas api bunsen. Diambil pada suhu ruang (25oC). plate dicuci
sampel sebanyak 1 gram lalu ditaburkan dengan aquadest @ 300 μl per well dan
di atas media PDA (Potato Dextrose Agar) dilakukan 5 kali pencucian. Plate
yang sudah dimasukkan didalam cawan dikeringkan dan diisi dengan larutan
petri. Selanjutnya memfiksasi cawan petri substrat sebanyak 100 μl. Diinkubasi
yang sudah di taburi jagung, kemudian selama 5 menit pada suhu ruang. Setelah 5
diinkubasi selama 3-5 hari pada suhu 270C menit ditambahkan stop solution sebanyak
(di dalam Desikator). Selanjutya 100 μl, kemudian dibaca nilai densitas
dilakukan pengamatan secara optiknya dengan ELISA reader pada
makroskopis. Pengamatan Mikroskopis panjang gelombang 450 nm.
dilakukan dengan menggunakan ANALISIS DATA
mikroskop. Penelitian ini menggunakan
Analisis Kadar Aflatoksin dengan Elisa analisis ANOVA (Analysis Of Varian),
a. Preparasi Sampel kemudian data diolah dengan
Sampel jagung pipilan sebanyak ± menggunakan perangkat SPSS Versi 20.
500 gram dihaluskan, kemudian dari hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut dilakukan pengayakan dengan 1. Kadar Air
ayakan/saringan ukuran 20 mesh. Sampel Kadar air adalah salah satu faktor
yang telah diayak ditimbang sebanyak ± yang mempengaruhi pembentukan
20 gram ke dalam erlenmeyer 250 ml. aflatoksin. Aspergillus flavus sp dapat
Setelah itu disiapkan methanol 60% tumbuh pada kondisi kadar air yang
dengan cara mengencerkan methanol tinggi. Peningkatan kadar air dapat
absolut dengan aquadest dengan dipengaruhi oleh kondisi pada saat
perbandingan 6:4. penyimpanan, seperti, kelembaban, suhu
b. Preparasi Ekstrak Larutan Sampel serta curah hujan yang tinggi, terutama di
Larutan methanol 60% ditambahkan negara yang beriklim tropis seperti
sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer Indonesia.
yang telah berisi sampel jagung yang telah

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 58


Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada
berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan

Gambar 1. Grafik perubahan kadar air biji jagung selama penyimpanan

Hasil analisis ragam (ANOVA) jagung ke lingkungan. Hal ini sesuai


pada tingkat kepercayaan 95% dengan pendapat (Destiana, 2015)
(α=0.05) terhadap kadar air biji jagung dibandingkan dengan penyimpanan
pakan awal menunjukkan bahwa cara dengan cara dihamparkan, kecepatan
penyimpanan berpengaruh nyata terhadap penguapan kandungan air pada benih
perubahan kadar air biji jagung pakan jagung berlangsung lebih cepat pada
selama penyimpanan. kondisi terbuka yang langsung
Pengamatan secara umum terhadap berhubungan dengan udara luar
kadar air biji jagung selama penyimpanan mengakibatkan uap air yang dilepaskan
mengalami peningkatan. Peningkatan oleh benih jagung langsung terbawa oleh
kadar air tertinggi untuk semua perlakuan udara luar. Hal ini sesuai dengan pendapat
tampak pada perlakuan penyimpanan (Aprianie, 2009) bahwa benih jagung
dengan menggunakan plastik HDPE pada yang disimpan dengan cara dihamparkan,
kadar air 30% yaitu dengan kadar air awal terjadi kontak langsung antara bahan yang
30 meningkat menjadi 35,55%, dengan disimpan (biji jagung) dengan kondisi
persen peningkatan sebesar 5,55%. atmosfer, sehingga kondisi lingkungan
Sedangkan peningkatan kadar air terendah bisa mempengaruhi bahan secara
untuk semua perlakuan tampak pada langsung. Benih bersifat higroskopis maka
perlakuan penyimpanan dengan kelembaban udara relatif yang tinggi akan
dihamparkan pada kadar air 15% yaitu menyebabkan kadar air benih meningkat
dengan kadar air awal 15% menjadi sampai terjadi keseimbangan.
15,64% dengan peningkatan sebesar 2. Analisis Pertumbuhan Aspergilus
0,64%. penyimpanan menggunakan Flavus sp
kemasan palstik HDPE, hal ini disebabkan Aspergilus flavus merupakan kapang
karena sifat kemasan plastik HDPE tidak yang hidup di tanah dan merupakan
mempunyai pori pori yang menyebabkan kapang gudang, sehingga apabila kondisi
permeabilitas kemasan plastik HDPE lingkungannya cukup menguntungkan,
terhadap uap air sangat kecil, sehinnga maka perkembangan dan pertumbuhannya
perlakuan kemasan plastik HDPE bisa akan sangat cepat.
mempertahankan keluarnya air dari biji

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 59


Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada
berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan

100,00 82,10 88,93


Aspergillus Flavus (x 80,10 81,34 77,90
64,20 76,70
53,10 58,64 Dihamparkan
49,80 50,60 58,33
51,33 54,33
50,00 39,03
33,34 Karung Plastik
103)

0,00 Karung Goni


15 20 25 30
HDPE
Kadar Air (%)

Gambar 2. Grafik pertumbuhan Aspergillus flavus sp pada biji jagung

Pengamatan secara umum menyatakan bahwa respirasi hasil dari


terhadap pertumbuhan Aspergillus flavus produk yang disimpan dalam kemasan
sp selama penyimpanan mengalami (serangga, cendawan, dan biji-bijian)
peningkatan. Peningkatan pertumbuhan dapat menciptakan suatu fenomena yang
Aspergillus flavus sp tertinggi untuk disebut dengan titik panas (hot spots) di
semua perlakuan tampak pada perlakuan dalam biji-bijian. Pembentukan titik panas
penyimpanan dengan cara dikemas ini dapat memicu penyebaran dan
menggunakan plastik HDPE pada kadar pertumbuhan cendawan penyimpanan dari
air 30% yaitu dengan kadar pertumbuhan spesies Penicillium dan Aspergillus,
Aspergillus flavus sp awal 1,97 x 103 sedangkan kelangsungan hidup spesies
meningkat menjadi 88.93 x103, cendawan lapang dapat berkurang.
Sedangkan peningkatan pertumbuhan Kondisi lingkungan mikro di dalam
Aspergillus flavus sp terendah untuk kemasan yang dihasilkan dari respirasi
semua perlakuan tampak pada perlakuan serangga, cendawan, dan biji-bijian
penyimpanan dengan dihamparkan pada meningkatkan suhu dan kelembaban
kadar air 15% yaitu dengan pertumbuhan relatif (RH) di dalam kemasan, sehingga
Aspergillus flavus sp awal 1,54 x 103 kondisi ini akan memicu cendawan untuk
menjadi 33.34x103. Peningkatan tumbuh. Kadar air benih yang tinggi juga
pertumbuhan Aspergillus flavus sp memicu tumbuhnya cendawan sehingga
cenderung meningkat selama meningkatkan jumlah biji yang terinfeksi
penyimpanan yang dilakukan selama 30 cendawan, hal ini sesuai dengan pendapat
hari, hal ini disebabkan karena Hal ini Wijayati (2013) yang menyatakan bahwa
terjadi karena kemasan plastik HDPE kadar air benih yang terlalu tinggi
adalah kemasan yang mampu mendorong terciptanya kondisi yang
menciptakan kondisi kedap udara di mempercepat laju kerusakan benih, akibat
dalam kemasan, sehingga transmisi uap terjadinya proses metabolisme dan
air dan panas hasil respirasi tetap tertahan respirasi. Selain itu, pada kadar air benih
di dalam kemasan. Menurut Huang et al. yang tinggi, mikroorganisme akan tumbuh
(2013), menyatakan bahwa tingginya aktif dan berkembang merusak embrio.
respirasi biji-bijian dipengaruhi oleh kadar 3. Kadar Aflatoksin
air awal biji-bijian. Kadar air jagung yang Aflatoksin merupakan senyawa
disimpan pada kemasan kedap udara tetap organik beracun yang sering mencemari
tinggi selama penyimpanan 30 hari. Hal produk pangan dan pakan. Keberadaannya
ini memicu kondisi lingkungan mikro di pada berbagai produk pangan dan pakan
dalam kemasan dipenuhi oleh gas-gas tidak hanya menurunkan mutu produk,
hasil respirasi, seperti karbondioksida, uap tetapi juga dapat mengakibatkan kanker
air, dan panas. Sinha dan Wallace (1962), dan kematian pada konsumen.

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 60


Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada
berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan

30,00
24,32 25,58

Kadar Aflatoksin (ppb)


25,00 22,75 24,60 25,30
23,4723,78 24,95 27,25
20,01
20,00 19,3920,31
Dihamparkan
15,00 11,49
Karung Plastik
10,00 8,08
5,74 Karung Goni
5,00 2,21
HDPE
0,00
15 20 25 30
Kadar Air (%)

Gambar 3. Grafik Kadar Aflatoksin biji jagung pakan selama Penyimpanan

Secara umum diperoleh hasil KESIMPULAN DAN SARAN


pengujian aflatoksin tertinggi adalah pada Kesimpulan
tingkat kadar air 30% dengan metode Berdasarkan hasil penelitian yang
penyimpanan dikemas menggunakan telah dilakukan, dapat disimpulkan yaitu :
plastik HDPE, sedangkan hasil pengujian 1) Metode penyimpanan memberikan
aflatoksin terendah adalah pada tingkat pengaruh terhadap tingkat
kadar air 15% dengan metode pengendalian aflatoksin selama
penyimpanan dihamparkan. Hal ini penyimpanan. Metode penyimpanan
menunjukkan bahwa kadar air yang tinggi terbaik diperoleh pada perlakuan
berpengaruh terhadap pertumbuhan penyimpanan metode dihamparkan
aspergillus flavus dan pembentukan dengan pertumbuhan Aspergillus
aflatoksin, sehingga penyimpanan jagung Flavus sp sebesar 33,3 cfu/gr dan
sebaiknya dilakukan pada kadar air yang nilai kadar aflatoksin sebesar 2,21
rendah, hal ini sesuai dengan pendapat ppb.
Kasno (2004), bahwa produksi aflatoksin 2) Pengaturan kadar air memberikan
sangat dipengaruhi oleh kadar air. Di pengaruh terhadap tingkat
negara-negara beriklim tropis dengan suhu pertumbuhan Aspergillus Flavus sp
dan kelembaban yang tinggi, kadar air dan pembentukan aflatoksin.
ideal antara 7-9% terutama untuk Pengaturan kadar air terbaik terdapat
komoditi yang disimpan lebih dari 3 pada perlakuan penyimpanan pada
bulan. Hal ini juga didukung oleh tingkat kadar air 15% dengan tingkat
purnomo (1995), yang menyatakan bahwa pertumbuhan Aspergillus Flavus sp
kadar air memberikan pengaruh terhadap sebesar 33,3 cfu/gr dan nilai kadar
intensitas kerusakan, karena biji jagung aflatoksin 2,21 ppb.
yang kadar air nya tinggi dapat Saran
menurunkan mutu, mudah diserang oleh Pada penelitian selanjutnya,
hama, cepat membusuk dan ditumbuhi sebaiknya penyimpanan biji jagung
cendawan. dilakukan dalam rentang waktu yang lebih
panjang, dan dilakukan pengujian setiap
minggunya, sehingga dapat terlihat
kenaikan kadar air dan pembentukan
kandungan aflatoksin. Dan pada

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 61


Hapsari Okgianti Yusuf : Tingkat Pertumbuhan Aspergillus Flavus sp dan Pembentukan Aflatoksin pada
berbagai Metode Penyimpanan dengan Kadar Air Biji Jagung Pakan
penyimpanan biji jagung sebaiknya
menggunakan alas. Destiana ID. 2015. Pengemasan benih
kedelai dengan menggunakan plastik
DAFTAR PUSTAKA untuk meningkatkan daya simpan
[tesis]. Bogor (ID): Institut
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2018. Pertanian Bogor
Luas Panen, Produktivitas dan Huang HB, Danao MGC, Rausch KD,
Produksi Tanaman Jagung Seluruh Singh V. 2013. Diffusion and
Propinsi .[Internet]. [20 Januari production of carbon dioxide in bulk
2018]. Tersedia pada: corn at various temperatures and
http//www.bps.go.id. moisture contents. J Stored Prod.
Abbas, S. (1997). Revolusi Hijau dengan 55(2013):21-26
Swasembada Beras dan Jagung. Kasno, A. 2004. Pencegahan infeksi
Jakarta: Sekretariat Badan Aspergillus flavus dan kontaminasi
Pengendali BIMAS aflatoksin pada kacang tanah. Jurnal
Aprianie, V. 2009. Pengaruh Kadar Air Litbang 23(3):75‒80.
dan Metode Penyimpanan Tongkol Purwono dan Hartono, R. (2005).
Jagung (Zea Mays, L.) Terhadap Bertanam Jagung Unggul. Penebar
Pertumbuhan Aspergillus Flavus Swadaya. Yogyakarta.
dan Pembentukan aflatoksin Sinha R, Wallace H. 1966. Ecology of
[skripsi]. Institut Pertanian Bogor. insect-induced hot spots in stored
Asni, Nur. 2017. Penanganan Panen dan grain in western Canada. Res.
Pasca Panen Jagung Untuk Tingkat Popul. Ecol. 8(2):107-132
Mutu Jagung [internet]. Diakses Widiastuti, R. 2006. Mikotoksin:
pada tanggal 15 November Pengaruh Terhadap Kesehatan
2018.Tersedia Pada Sulut .Litbang Ternak dan Residunya Dalam
.Pertanian .go .id/ Produk Ternak Serta
index.php/info.teknologi/pangan/106 Pengendaliannya. Wartazoa 16 (3) :
-infoteknologi4/810-penanganan- 116-127.
panen-dan-pasca-panen-jagung-
untuk-tingkat-mutu-jagung.

Jurnal Agrotek Vol. 6 No. 2 September 2022 62

You might also like