Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Multikulktural Nina Kardina
Jurnal Multikulktural Nina Kardina
(Membangun Kesadaran Multikultural Studi Kasus Pada Siswa di Sekolah Berbasis Agama)
Nina Kardina
Kardinanina753@gmail.com
BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
ABSTRACK
This study aims to investigate students' multicultural experiences in religion-based schools and
their relationship to the development of their cultural intelligence. Globalization and increasing
cultural diversity in today's society demand education to prepare students to become individuals
who are able to interact effectively in a multicultural environment. This study uses a qualitative
approach with the case study method involving students from different cultural backgrounds at a
secondary school in a Religion-Based School. Data collection was carried out through in-depth
interviews, participatory observation, and document analysis. The collected data will be analyzed
using a thematic analysis approach to identify themes and patterns that emerge from students'
multicultural experiences. In addition, the development of students' cultural intelligence will also
be assessed through relevant assessment instruments. This research is expected to reveal students'
multicultural experiences, including social interactions with classmates from various cultures,
experiences in extracurricular activities that introduce cultural traditions, as well as experiences in
school events that emphasize cultural differences. Furthermore, this study will also evaluate the
effect of this multicultural experience on the development of students' cultural intelligence,
including understanding of other people's cultures, respect for cultural differences, and adaptability
in multicultural contexts. The implication of this research is to provide recommendations for faith-
based schools to increase students' multicultural awareness through the development of an
inclusive curriculum, social activities that encourage intercultural interaction, as well as training
and education for teachers to support understanding and respect for cultural diversity.
Keywords: multicultural experience, cultural intelligence, multicultural awareness, religion-based
schools
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengalaman multikultural siswa di sekolah berbasis
agama dan hubungannya dengan pengembangan kecerdasan kultural mereka. Globalisasi dan
meningkatnya keragaman budaya di masyarakat saat ini menuntut pendidikan untuk
mempersiapkan siswa agar menjadi individu yang mampu berinteraksi secara efektif dalam
lingkungan multikultural. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus
yang melibatkan siswa-siswa dari latar belakang budaya yang berbeda di sebuah sekolah
menengah di Sekolah Berbasis Agama. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen. Data yang terkumpul akan dianalisis
menggunakan pendekatan analisis tematik untuk mengidentifikasi tema dan pola yang muncul dari
pengalaman multikultural siswa. Selain itu, pengembangan kecerdasan kultural siswa juga akan
dinilai melalui instrumen penilaian yang relevan. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap
pengalaman multikultural siswa, termasuk interaksi sosial dengan teman sekelas dari berbagai
budaya, pengalaman dalam kegiatan ekstrakurikuler yang memperkenalkan tradisi budaya, serta
pengalaman dalam acara sekolah yang menekankan perbedaan budaya. Selanjutnya, penelitian ini
juga akan mengevaluasi pengaruh pengalaman multikultural tersebut terhadap pengembangan
kecerdasan kultural siswa, termasuk pemahaman tentang budaya orang lain, penghargaan terhadap
perbedaan budaya, dan kemampuan beradaptasi dalam konteks multikultural. Implikasi dari
penelitian ini adalah memberikan rekomendasi bagi sekolah berbasis agama untuk meningkatkan
kesadaran multikultural siswa melalui pengembangan kurikulum yang inklusif, kegiatan sosial
yang mendorong interaksi antarbudaya, serta pelatihan dan pendidikan bagi guru untuk
mendukung pemahaman dan penghormatan terhadap keragaman budaya.
Kata Kunci: pengalaman multikultural, kecerdasan kultural, kesadaran multikultural, sekolah
berbasis agama
PENDAHULUAN
Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua unsur dari hasil perkembangan peradaban
manusia yang sangat berkaitan antara satu dan yang lainnya. Lalu seharusnya kemajuan suatu
pendidikan tidak boleh terlepas dari kebudayaan, karena jika pendidikan lepas dari nilai-nilai
kebudayaan maka akan tercipta suatu ruang isolasi atau jarak yang cukup lebar diantara
masyarakat dan peserta didik. Pendidikan yang berjarak atau terisolasi dari masyarakat akan
menimbulkan manusia-manusia yang asing dalam lingkungannya sendiri.
Terlepas dari semua itu maka fungsi utama pendidikan bukan hanya sekedar memajukan
atau mengembangkan kebudayaan di lingkungan peserta didik, namun lebih dari itu yakni juga
sebagai miniatur kehidupan masyarakat (Dani Nurcholis, 2019). Secara garis besar maka
pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memperkenalkan budaya dan juga
memajukan peradaban. Pendidikan juga harus dilakukan dilngkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat guna menumbuhkan kesadaran serta sikap budaya bangsa dalam upaya untuk
menambah pengetahuan dan juga keterampilan bangsa Indonesia. (Rahman, 2015)
Pendidikan diharapkan untuk terus mampu untuk membentuk karakter bangsa yang kelak
bisa menjadi ciri khas suatu bangsa diantara bangsa bangsa lain di dunia, hal tersebut tentu tidak
terlepas dari asas pengembangan masyarakat yang berbudaya dan sadar terhadap indentitas
bangsanya sendiri. Pendidikan juga memiliki peran sebagai pengembang peradaban yang yang
dapat menyeleksi ulang nilai-nilai yang sudah tidak relevan dengan perkembangan atau kemajuan.
Pendidikan memiliki manfaat dan dimensi individual dan juga sosial.
Pada dimensi individual, dalam praktiknya ilmu yang didapat akan menjadikan perilaku
semakin arif dan juga produktif. Sedangkan dimensi sosial, akan dapat menghasilkan kebaikan,
kedisiplinan, dan sikap toleran antara sesama. Upaya untuk membangun kesadaran dalam
menghadapi suatu perbedaan memang bukanlahhal yang mudah, perlu adanya usaha yang serius
dan dilakukan secara konsisten. Sikap multikulturalisme harus terus ditanamkan bukan hanya
sekedar untuk memahami perbedaannamun juga sebagai upaya untuk terus bisa melakukan tolong
menolong 1 terhadap sesama. Selain itu upaya untuk menciptakan rasa persatuan dan kesatuan,
dan rasa kebangsaan, diperlukan langkah-langkah sistematis yang dapat digunakan sebagai respon
terhadap kontradiksi kebhinekaan yang diuraikan diatas.
Pendidikan multikultural juga didasari oleh fakta bahwasannya siswa tidak belajar hanya
dari perbedaan, etnis yang mereka miliki mempengaruhi belajar mereka (Al Arifin, 2012).
sehingga dapat diperoleh dengan pengalaman multikultural yang didapat siswa dilingkungan
sekolah disertai dengan pendidikan multikultural yang baik disekolah diharapkan siswa dapat
memperoleh kecerdasaan kultur yang baik untuk bekal mereka dalam menghadapi perbedaan
budaya yang lebih luas lagi di lingkungan masyarakat. Berdasarkan pemaparan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menyusun artikel penelitian dengan judul
”PENGALAMAN MULTIKULTURAL DAN KECERDASAN KULTURAL”.
KAJIAN TEORI
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk
menyelidiki pengalaman multikultural siswa di sekolah berbasis agama dan hubungannya dengan
pengembangan kecerdasan kultural mereka. Partisipan penelitian terdiri dari siswa-siswa yang
bersekolah di sebuah sekolah menengah berbasis agama.
Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan pendekatan analisis tematik. Langkah-
langkah analisis meliputi pemilihan unit analisis, pengkodean data, identifikasi tema, dan
pembuatan kategori. Data wawancara, catatan lapangan, dan dokumen akan dianalisis secara
terpisah dan kemudian akan digabungkan untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif
tentang pengalaman multikultural siswa. Untuk meningkatkan keabsahan penelitian, langkah-
langkah yang akan diambil meliputi triangulasi data dengan menggunakan metode pengumpulan
data yang berbeda, refleksi peneliti, dan memberikan laporan temuan awal kepada partisipan guna
mendapatkan umpan balik mereka.
1. Ethnic psychological capacity: pada tingkat ini seseorang masih terperangkap dalam stereotipe
kelompoknya sendiri, dan menunjukkan rasa harga diri yang rendah. Sikap tersebut
menunjukkan sikap kefanatikan terhadap nilai-nilai budaya sendiri dan menganggap budaya
lain inferior.
2. Ethnic encapsulation: pribadi demikian juga terperangkap dalam kapsul kebudayaan sendiri
terpisah dari budaya lain. Sikap ini biasanya mempunyai perkiraan bahwa hanya nilai-nilai
budayanya sendiri yang paling baik dan paling tinggi, biasanya memiliki sikap curiga terhadap
budaya atau bangsa lain.
3. Ethnic identities clarification: pribadi semacam ini mengembangkan sikapnya yang positif
terhadap budayanya sendiri dan menunjukkan sikap menerima dan memberikan jawaban
positif kepada kepada budaya – budaya lainya.
4. The ethnicity: pribadi ini menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap budaya yang
datang dari etnis lain, seperti budayanya sendiri.
5. Multicultural ethnicity: pribadi ini menunjukkan sikap yang mendalam dalam menghayati
kebudayaan lain di lingkungan masyarakat bangsanya.
6. Globalism: pribadi ini dapat menerima di berbagai jenis budaya dan bangsa lain. Mereka dapat
beraul secara internasional dan mengembangkan keseimbangan keterikatannya terhadap
budaya budaya bangsa dan global. Implementasi pendidikan multikultural di sekolah memiliki
beberapa spesifikasi.
Dikatakan oleh Banks (1993: 254) bahwa “Schools that have a commitment to develop
pluralism must appear in: (1) developing respect for school activities for ethnic diversity, (2)
developing cohesiveness based on joint participation from several cultural groups, (3) giving
maximum opportunities for all individuals and groups, (4) facilitating constructive change that can
enhance the dignity and ideals of democracy.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah perlu memperhatikan aspek-
aspek di atas dengan caracara: pertama, mengajar bukanlah sekedar mengucapkan kata-kata,
namun perlu memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan dan aktif mencari serta
mengolah pengetahuan/informasi yang diperoleh, sehingga menjadi suatu pemahaman yang
terintegrasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik, kedua,
pengembangan budaya agar dapat difahami dengan baik dan bersifat sesuai dengan realita
kehidupan peserta didik, ketiga, peserta didik datang ke sekolah dengan pengetahuan awal yang
dimilikinya, sehingga pembelajaran harus mampu mengkaitkan konsep baru dengan pengalaman
yang telah dimilikinya.
Kelompok etnis Dayak sangat sensistif pada faktor etnis, Melayu sangat sensisitif pada
faktor agama, Madura pada keduanya, sebaliknya Tionghoa pada faktorfaktor lain selain etnis dan
agama. Efektifitas dan keberhasilan dalam membina hubungan antarkelompok dengan masing-
masing kelompok ini tergantung pada kecerdasan dalam memahami dan membedakan faktor-
faktor sensitivitas ini pada kelompok dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sifat dan sikap ramah
atau keramahan melalui pendidikan multikultural diyakini dapat mengendorkan sikap dan perilaku
berprasangka (prejudice) dan stereotip antarkelompok di sekolah-sekolah berbasis agama.
Menurut hasil penelitian Supardi dan Sumarno dan Sumarno (2014) bahwa untuk membangun
kesadaran multikultural pada siswa yang bersekolah di sekolah berbasis aama yaitu denan
melakukan aksi RAMAH (Rencana Aksi Pendidikan Multikultural Agar Harmonis) ramah atau
keramahan dalam sifat dan sikap siswa dibangun melalui berbagai usaha pendidikan dan usaha
sekolah, seperti pembauran (kontak) siswa pada kegiatankegiatan sosial kooperatif yang dirancang
bersama, memuati kurikulum dan materi pengajaran dengan informasi multibudaya yang relevan,
beragam, dan bernilai positif, terutama tentang norma dan nilai budaya dan aama kelompok etnis
yang diteliti.
Dalam hal ini model pendidikan critical multikulturalisme dapat dipakai untuk membangun
kesadaran multikultural di sekolah yang berbasis agama agar setiap etnis bisa saling terbuka dan
akhirnya memahami perbedaan masing-masing. Usaha konstruktif ini diharapkan menumbuhkan
citra positif, secara bersamaan mengendorkan tinkat prasanka (prejudice) dan bias pendapat
(stereotip) terhadap pihak lain yang berbeda, hingga akhirnya terjalin kerja sama dan kehidupan
yang harmoni.
KESIMPULAN
Bustomi, M. Yazid. 2012. Panduan Lengkap PAUD (Melejitkan Potensi dan Kecerdasan Anak
Usia Dini. Jakarta: Citra Publishing.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Gardner, Howard. 2013. Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik.
Jakarta: Interaksara
Kluckhohn, C., & Kelly, W.H. (1945). The concept of culture. In R. Linton (Ed.). The Science of
Man in the World Culture. New York.