Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 327—339

STATUS DAN PERAN PEREMPUAN DALAM NOVEL BELENGGU


KARYA ARMIN PANE: REFLEKSI DAN OBSESI
(Status and Role of Women in The Belenggu Novel Armin Pane's Works:
Reflection and Obsession)

Ninawati Syahrul
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur
Pos-el: nsyahrul@ymail.com

Diterima: 22 Januari 2020; Direvisi 10 Oktober 2020; Disetujui: 13 November 2020


doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.178

Abstract
The problem studied in this study was how the status and role of women were reflected in the
Shackles’ novel? What weree the causes of problems? how were to solve the problems experienced by women
solved? This study aimed to describe and interpret the problems experienced by women related to their role in
the review of feminism. This study uses a qualitative interpretive method of interpretation with a feminist
approach. Analysis data came from the literature study,the narrative text, and inter-figure dialogue in the novel
Shackles. Data collection technique in the form of literature study by listening and recording the main issues e
decomposed. Data analysis techniques used narrative analysis s. The results showed: First, the role of women
was still limited to public and domestic space, such as as managers of women's organizations in public and the
household in domestic. Second, the issue of gender construction harmed women. Third, the issue of women as
the cause of differences in patriarchal culture benefited men and gender construction. This issues also placeed
women under dignity or not in line with men. Fourth the faint and subdued attitude of women to the problems
faced by escaping ?the messing life.
Keywords: novel, women, patriarchal culture, feminism

Abstrak
Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana status dan peran perempuan yang
terefleksi dalam novel Belenggu? Apa penyebab permasalahan ? bagaimana cara menyelesaikan permasalahan
yang dialami oleh perempuan? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan
permasalahan yang dialami oleh perempuan terkait dengan perannya dengan tinjauan feminisme. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif interpretatif dengan pendekatan feminisme. Data analisis berasal dari
studi pustaka, yakni berupa teks narasi dan dialog antartokoh dalam novel Belenggu. Teknik pengumpulan data
berupa studi pustaka dengan cara menyimak dan mencatat pokok persoalan yang akan diurai. Teknik analisis
data menggunakan teknik analisis naratif. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, peran perempuan masih
sebatas ruang publik dan domestik, seperti sebagai pengurus organisasi perempuan di bidang publik dan
sebagai ibu rumah tangga di bidang domestik . Kedua, persoalan konstruksi gender yang merugikan pihak
perempuan. Ketiga, permasalahan perempuan sebagai akibat perbedaan budaya patriarki yang menguntungkan
laki-laki dan konstruksi gender yang menempatkan perempuan di bawah harkat atau tidak sejajar dengan laki-
laki. Keempat, sikap perempuan yang lemahdan takluk terhadap permasalahan yang dihadapi dengan cara
melarikan diri dari kemelut kehidupan.
Kata-kata kunci: novel, perempuan, budaya patriarki, feminisme

PENDAHULUAN perempuan tunduk dan terikat pada tradisi,


Kedudukan perempuan di antara tradisi di pihak lain harus melangkah dalam dunia
dan modernisasi menimbulkan problema modernisasi yang menawarkan kebebasan.
yang menantang untuk dikaji. Di satu pihak

327
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 327—339

Beauvoir (2019) menyatakan bahwa didikan Barat. Tini dan Yah dalam
perempuan dianggap sebagai jenis kelamin pergaulan bebas, materialis dan
kedua atau makhluk sekunder (hlm.25). indivisualistis. Banyak ungkapan dan istilah
Artinya bahwa perempuan dianggap lebih dalam bahasa Belanda yang digunakan
rendah dari laki-laki. Melalui pendapat itu, dalam gaya bercerita untuk menghidupkan
muncullah konstruk atau model di cerita. Melalui gaya bercerita ini, pengarang
masyarakat bahwa perempuan hanyalah kelihatan sebagai kaum terpelajar pada
makhluk yang tidak berdaya. Oleh karena zamannya meniru didikan Barat. Selain itu,
itu, perempuan dianggap tidak dapat bekerja terdapat sumbangan pengarang turut
atau tidak mampu menyelesaikan masalah mendukung gerakan feminisme.
di ranah publik. Pihak yang dianggap kuat Penelitian tentang novel Belenggu
adalah laki-laki dan yang lemah dalam sudah pernah dilakukan oleh Juwati (2017)
banyak hal adalah perempuan. Istilah yang berjudul “Inferioritas Perempuan
penguasaan dari pihak yang dianggap kuat dalam Perkawinan: Kajian Kritik Sastra
terhadap pihak yang lemah dapat diartikan Feminis Novel Belenggu Karya Armin
sebagai hegemoni. Menurut Takwim Pane”. Dalam pandangan Juwati,
(2009), hegemoni adalah pemenangan inferioritas perempuan atau di hadapan
pemikiran kelas yang berkuasa melalui laki-laki atau suami disebabkan oleh unsur
penguasaan basis pikiran atau kognitif, modernitas. Novel Belenggu juga pernah
kemampuan kritis, dan kemampuan- diulas oleh Muslimin (2011) melalui
kemampuan afektif masyarakat melalui “Modernisasi dalam Novel Belenggu Karya
konsensus yang menggiring kesadaran Armin Pane Sebuah Kajian Sosiologi
masyarakat tentang masalah sosial ke dalam Sastra”. Simpulan penelitiannya adalah (1)
pola kerangka pikiran birokratis. novel Belenggu melukiskan nilai yang ingin
Novel Belenggu merupakan karya sastra disampaikan pengarang kepada pembaca
yang tokoh utamanya bebas memberikan bahwa suatu cerita tidak tetap, selalu
pernyataan penting mengenai aspek berubah-ubah sehingga pembaca sulit untuk
pergolakan sosial dan budaya pada 1930-an. menebak, (2) keinginan mempertahankan
Dua tokoh pasangan suami istri, Sukartono tradisi sudah ada sejak dahulu. Saat ini,
dan Sukartini, terperangkap oleh dunia berbagai belenggu seperti yang tergambar
modern yang dimasukinya. Selain itu, tidak dalam novel ini terus hadir dengan berbagai
mampu mengendalikan perasaannya sendiri rupa, tidak hanya subjektivitas obsesif,
dan cita-cita yang terkesan terlalu tinggi, masa lalu, atau euforia seiring dengan
sehingga timbul sifat egois individu. transformasi dan transisi budaya yang terus
Novel tersebut merupakan loncatan berlangsung, (3) Novel ini diharapkan dapat
tema cerita yang jauh ke depan pada saat itu menginspirasikan refleksi dan cara pembaca
(sekitar 1933—1938). Tema ceritanya tidak bersiasat menghadapi berbagai bentuk
lagi masalah adat atau kawin paksa seperti belenggu tersebut.
karya Balai Pustaka. Dalam kenyataannya, Perbedaan penelitian ini dengan
karya sastra ini merupakan gambaran ide penelitian sebelumnya ialah mengenai cara
pengarangnya yang terlihat dalam polemik perempuan menyelesaikan permasalahan.
kebudayaan. Armin Pane menganjurkan Hal tersebut belum diungkap pada
agar dalam memajukan kebudayaan penelitian terdahulu. Meskipun demikian,
Indonesia harus menyadari semangat jalan perceraian dan cinta segitiga yang
kebudayaan Barat. Kecenderungan dialami para tokoh bukan contoh tindakan
mencontoh kehidupan Barat diceritakan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan teks
pula pada tokoh Tono, Tini, dan Yah dalam lain sebagai pembanding untuk mencari
novel Belenggu. Tono seorang dokter hasil tindakan perjuangan penyetaraan gender.

328
Status dan Peran Perempuan dalam Novel Belenggu ….(Ninawati Syahrul)

Melalui penelitian ini, peneliti ingin seperti yang diperjuangkan oleh Raden
memberikan gambaran bagaimana Ajeng Kartini. Kartini sekarang ini
perkembangan peran perempuan dalam ‘dipaksa’ masuk dalam identitas tertentu.
masyarakat sekaligus mengupas Ratna (2012), jika dikaitkan dengan gerakan
problematika yang dialami perempuan. kemajuan perempuan, sastra feminis
Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian bertujuan untuk membongkar dan
ini adalah pertama, bagaimana status dan mendekonstruksi sistem penilaian terhadap
peran perempuan yang terefleksi dalam karya sastra, yang pada umumnya selalu
novel Belenggu? Kedua, Apa penyebab, ditinjau melalui pemahaman laki-laki.
permasalahan, dan bagaimana upaya Artinya, pemahaman terhadap unsur sastra
menyelesaikan permasalahan yang dialami dinilai atas dasar paradigma laki-laki
oleh perempuan yang tergambar dalam dengan konsekuen logis perempuan sebagai
novel Belenggu? Penelitian ini bertujuan kaum yang lemah. Sebaliknya, laki-laki
untuk mendeskripsikan dan sebagai kaum yang kuat (hlm. 12).
menginterpretasikan permasalahan yang Syuropati dan Soebahman (2012)
dialami oleh perempuan terkait perannya menyatakan bahwa pada dasarnya gerakan
dengan tinjauan feminisme. feminisme ini muncul karena terdapat
dorongan ingin menyetarakan hak antara
LANDASAN TEORI laki-laki dan perempuan yang selama ini
Penelitian ini memusatkan analisis dan seolah-olah perempuan tidak dihargai dalam
perhatian pada perempuan dalam karya pengambilan kesempatan dan keputusan
sastra. Oleh karena itu, teori feminisme dalam hidup (hlm.11). Berdasarkan
sastra dianggap paling relevan dengan pernyataan tersebut maka feminisme
penelitian ini. Karya sastra, dalam hal ini merupakan emansipasi perempuan yang
novel merupakan sarana pengungkapan ide- menuntut persamaan antara hak kaum
ide, gagasan, dan pandangan bagi perempuan dengan laki-laki. Syuropati dan
sastrawan. Danardana, (2013) menyatakan Soebahman (2012, hlm.116) menyatakan
bahwa sastrawan sebagai anggota bahwa dalam studi kultural terdapat lima
masyarakat terikat oleh tatanan sosial politik budaya feminisme diantaranya:
tertentu sehingga karya sastra merupakan 1) Feminisme liberal, yaitu
respons sastrawan terhadap situasi dan memberikan intensitas pada
kondisi sosial budaya di sekelilingnya (hlm. persamaan hak, baik dalam
93). pekerjaan maupun pendidikan.
Dalam istilah feminis terdapat bias 2) Feminisme radikal, yaitu berpusat
gender dan seorang feminis menyadari dan pada akar permasalahan yang
berusaha memperbaikinya. Chimamanda menyebabkan kaum perempuan
(2019) juga mengatakan bahwa tertindas, yaitu seks dan gender.
pembicaraan tentang feminisme berkaitan 3) Feminisme sosialis dan marxis, yaitu
dengan perempuan yang tidak bahagia. feminis sosialis memberikan
Bandel (2016) memberikan intensitas pada gender, sedangkan
gambaran bahwa para feminis Barat sama feminisme marxis menyangkut
sekali tidak menyadari akan kelas.
posisisionalitas mereka sebagai perempuan 4) Feminisme pascamordernis, yaitu
Barat dan tidak mempertanyakan asumsi gender dan ras tidak memiliki
yang mereka bawa sebagai bagian dari makna yang tetap, sehingga seolah-
konstruk gender milik budaya mereka oalah secara alamiah tidak ada laki-
sendiri. Gerakan feminisme menuntut laki dan perempuan.
persamaan hak perempuan dan laki-laki,

329
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 327—339

5) Feminisme kulit hitam dan nonbarat dan kesetaraan antara kaum laki-laki dan
dengan intensitas pada ras dan kaum perempuan. Berbagai bentuk
kolonialisme. ketimpangan mereka kritisi dan
Dasar pemikiran dalam sastra dekonstruksi. Kalangan feminis bergerak
perspektif feminisme adalah upaya hampir pada semua level, mulai dari level
pemahaman status atau kedudukan dan filosofis hingga aksi-aksi praktis. Fakih
peran perempuan yang tercermin dalam (2016, hlm. 110) menyatakan bahwa
karya sastra. Peran dan kedudukan gerakan feminis juga perlu melanjutkan
perempuan tersebut akan menjadi sentral perjuangan ideologis dan kulturalnya
pembahasan penelitian sastra. Peneliti dengan melakukan identifikasi sehingga
akan memperhatikan dominasi laki-laki dapat menemukan watak ideologi
atau gerakan perempuan. Endraswara maskulinitas dan membongkarnya.
(2008, hlm.146) menyatakan bahwa
melalui studi dominasi tersebut, peneliti METODE PENELITIAN
dapat memfokuskan kajian pada beberapa Kajian ini menggunakan metode
hal sebagai berikut: penelitian deskriptif kualitatif. Metode
1) Kedudukan dan peran perempuan itu merupakan metode penelitian yang
dalam sastra. memanfaatkan data kualitatif yang
2) Ketertinggalan perempuan dalam dijabarkan secara deskriptif. Jenis
segala aspek kehidupan, termasuk penelitian deskriptif kualitatif sering
pendidikan dan aktivitas digunakan untuk menganalisis kejadian,
kemasyarakatan. fenomena, atau keadaan sosial. Moleong
3) Memperhatikan faktor pembaca (2010, hlm. 6) menyatakan bahwa
sastra, khususnya bagaimana penelitian deskriptif kualitatif adalah
tanggapan pembaca terhadap upaya untuk menyajikan dunia sosial dan
emansipsi perempuan dalam sastra. perspektifnya di dalam dunia dari segi
Kuiper dalam Sugihastuti dan Suharto( konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan
2015, hlm. 68) mengatakan jika peneliti tentang objek yang diteliti. Data analisis
mampu mengungkap ketiga fokus berasal dari studi pustaka, yakni berupa
tersebut, setidaknya akan terbaca pula teks narasi dan dialog antartokoh dalam
tujuan penelitian sastra. Hal tersebut sama novel Belenggu. Teknik pengumpulan
seperti yang dikemukakan Endraswara data berupa studi pustaka dengan cara
(2008, hlm. 146) tujuan penelitian menyimak dan mencatat pokok persoalan
feminisme sastra, yaitu sebagai berikut: yang akan diurai. Teknik analisis data
1) Mengkritik kanon karya sastra dan menggunakan teknik analisis naratif
untuk menyorot hal-hal yang bersifat dengan langkah kerja sebagai berikut.
standar yang didasarkan pada 1) Menentukan novel Belenggu karya
hubungan patriarkis. Armin Pane terbitan Dian Rakyat tahun
2) Menampilkan teks-teks yang 2008 sebagai objek penelitian.
diremehkan dan dibuat perempuan. Menetapkan pokok permasalahan, pada
3) Mengukuhkan studi teks-teks yang tokoh perempuan dengan membatasi
dipusatkan pada perempuan, untuk fakta literer yang menyangkut peran dan
mengokohkan kanon perempuan. kedudukan perempuan, bentuk
4) Mengeksplorasi konstruksi kultural permasalahan, penyebab, dan bagaimana
dari gender dan identitas. cara menyelesaikan permasalahan yang
Ngainun (2017, hlm. 116) dialami oleh perempuan dalam melawan
menyatakan bahwa tujuan gerakan budaya patriarki.
feminisme adalah lahirnya kesederajatan

330
Status dan Peran Perempuan dalam Novel Belenggu ….(Ninawati Syahrul)

2) Melakukan studi pustaka dengan Refleksi Peran dan Status Perempuan


membaca, mencatat, memahami, dan dalam Novel Belenggu
mengidentifikasi sehingga mengungkap Novel Belenggu menceritakan tentang
permasalahan yang dialami oleh Sukartono (Tono) Sumartini (Tini), dan Siti
perempuan agar lepas dari belenggu Rohayah atau Nyonya Eni (Yah) yang
patriarki. berpikiran maju atau modern. Mereka
3) Menganalis novel yang menjadi objek mewakili kaum terdidik yang terpesona
dengan analisis sastra feminisme. dengan arus budaya Barat. Masalah utama
4) Melakukan simpulan penelitian dengan yang mereka hadapi, yaitu pencarian jati
cara memberikan jalan keluar terhadap diri. Melihat konflik antartokoh Tono, Tini,
penelaahan novel Belenggu. dan Yah, serta konflik batin mereka, maka
novel Belenggu dapat dikategorikan ke
PEMBAHASAN dalam feminisme liberal. Syuropati dan
Sinopsis Novel Belenggu Soebahma (2012) menyatakan bahwa
Novel ini menceritakan kemelut feminisme liberal adalah memperjuangkan
kehidupan percintaan dalam suatu rumah persamaan hak baik dalam pendidikan
tangga. Tokoh utamanya ialah Tono, Tini, maupun dan pekerjaan (hlm.116). Dalam
dan Yah. Tono berprofesi dokter menikahi novel ini, Tono, Tini, dan Yah hidup
Tini tidak berdasarkan cinta, hanya karena individu untuk mengisi kehidupannya tanpa
Tini cantik dan berpendidikan. Tono memperhatikan keinginan orang lain.
mengira Tini pantas menjadi istrinya dan Akibatnya, kehidupan mereka seperti dalam
akan membahagiakannya. Namun, pada kehampaan tanpa pengaruh orang lain.
kenyataannya tidak demikian, Tini menikah Dari sekian banyak tokoh dalam
dengan Tono tidak dengan perasaan cinta. novel Belenggu, yang dijadikan sebagai
Akhirnya, kemelut dalam rumah tangga ini pokok kajian adalah Tini dan Yah mewakili
tidak dapat terhindari. Mereka sering tokoh perempuan dan Tono mewakili
bertengkar. tokoh laki-laki.
Yah atau Nyonya Eni atau Siti Beberapa bagian novel Belenggu,
Rohayah pernah menjadi bagian dari masa dapat dilihat obsesi Tini mengenai
lalu Tono. Yah sendiri pernah mempunyai pernikahan, peran, dan kedudukan seorang
suami dan bercerai. Terjadi nostalgia antara istri di dalamnya. Misalnya, ketika
Tono dan Yah di saat genting. Masa lalu bertengkar mulut dengan Tono,
Tini terbongkar bersama Hartono, salah satu dikatakannya, seperti terlihat pada kutipan
rekan kerja Tono yang merenggut berikut.
keperawanannya. Masalah semakin runyam “Bukan sudah kukatakan dahulu, aku
hingga akhirnya Tini mengadakan cuma dapat menjadi teman saja, aku
pertemuan dengan Yah. Hasil pertemuan tiada dapat menaruh cinta padamu
tersebut, Tini merasa bahwa Yah lebih sekarang, sekarang kita sudah kawin,
pantas untuk Tono dan meminta cerai. Yah memang laki-laki loba, kesukaannya
saja yang diingatnya, engkau
sendiri tidak bermaksud untuk
mengharapkan cintaku, engkau hendak
menghancurkan rumah tangga Tono kupuji, engkau hendak dimanjakan
walaupun ia sangat mencintai Tono. sebagai suami tersayang (Belenggu,
Akhirnya, Tono tersadar untuk 2008, hlm. 65--66).
memperbaiki kondisi rumah tangganya. Tini
teguh untuk bercerai, pindah ke Surabaya, Kutipan tersebut menunjukkan
sedangkan Yah memilih untuk pergi ke luar bahwa hanya untuk melepaskan dirinya dari
negeri. “rasa terikat” kepada suami atau untuk
mengatakan bahwa ia belum mencintai

331
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 327—339

Tono. Tini tidak bisa menjadi istrinya dan kaum Ibu dan kami perempuan sekarang
hanya bisa menjadi teman saja. (Belenggu, 2008., hlm.56—57).
Jika dilihat bagian lain dari Tini,
sebetulnya Tini mengharapkan Kutipan tersebut membuktikan bahwa
pernikahannya seperti pasangan pada pendapat Tini tentang kedudukan seorang
umumnya, tetapi Ia tidak mau mengakui. Ia istri di dalam rumah tangga, yaitu ingin
merasakan dan menginginkan sejajar dengan laki-laki, sama-sama punya
pernikahannya wajar ketika menunggu hak untuk pergi sendirian, dan sama-sama
kedatangan Tono pulang seperti dalam punya hak untuk meyenangkan diri.
kutipan berikut Semangat Tini yang ingin “mandiri” seperti
Biasanya ia sudah tidur atau sudah yang dikemukakannya kepada Nyonya
berbaring di tempat tidur, seolah-olah Rusdio merupakan semangat yang didukung
sudah tidur nyenyak, tetapi sebenarnya ia oleh sikap kesadaran akan harkat kaum
menunggu Kartono pulang (Belenggu, perempuan.
2008, hlm 58). Tokoh Tini di dalam novel Belenggu
digambarkan oleh pengarangnya sebagai
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa perempuan terpelajar, turut di dalam
pada dasarnya Tini masih menunggu organisasi perempuan, dan menghadiri
suaminya pulang. Sikap Tini saat kongres perempuan di Solo. Jika
menyangkal nasihat seorang ibu panitia diperhatikan kutipan ucapan Tini kepada
bazar Nyonya Rusdio terlihat dalam kutipan Nyonya Rusdio.
berikut. “Kami bimbing nasib kami sendiri, tiada
“Memang Tini, kita berlainan paham…” hendak menanti rahmat dari laki-laki”
“Seperti langit dan bumi, Ibu!!”. “Aku (Belenggu, 2008, hlm.56—57)
bukan terlalu kolot.” Tini tertawa, “Saya
yang terlalu modern!” “Memang Tini! Kutipan tersebut menyatakan bahwa
Kalau di mata kami, tiada baik kalau obsesi Tini mengenai peran atau kedudukan
seorang istri banyak-banyak keluar
seorang istri di sisi suaminya, yaitu tidak
malam, tidak ditemani suaminya!”
matanya memandang Tini dengan tajam mau dibedakan dari laki-laki, sama-sama
(Belenggu, 2008.hlm: 56—57). punya hak untuk menyenangkan diri,
membimbing nasib sendiri”, dan terkesan
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Tini pun seorang yang bersifat
bahwa pandangan Nyonya Rusdio moderat feminis. Motivasi yang melatarbelakangi
atau berpikiran netral. Nyonya itu tidak sikap tokoh Tini itu merupakan kompensasi
berpendapat bahwa seorang istri sama sekali jiwa. Keaktifan Tini di dalam perkumpulan
tidak boleh keluar rumah. Ia hanya berujar, pun lebih banyak pada bazar, pada
“Tidak baik kalau seorang istri sering keluar pengurusan rumah piatu, bukan pada
rumah seorang diri. Jadi, bukan kegiatan pendidikan. Padahal pendidikkan perempuan
keluar rumah yang menjadi keberatan menurut kaum feminis merupakan hal yang
Nyonya Rusdio, tapi sering keluar malam sangat perlu untuk menempatkan perempuan
dan tidak ditemani suaminya. Lalu, Tini pada kedudukan yang baik, tidak harus
tetap melawan pernyataan nyonya tersebut, menggantungkan diri pada laki-laki. Tini
seperti kutipan berikut. ikut dalam kegiatan keperempuanan lebih
“Bukankah kakiku juga pergi sendirian? banyak sebagai “pelarian” karena “saat dia
Mengapa aku tidak boleh? Apa belum menikah, dipuja dan dipuji anak
bedanya?” Ketika Nyonya Rusdio muda, ketika di Bandung. Ia masih merasa
hendak menyela, katanya. “Dengarlah merdeka berbuat sekehendak hatinya,
dahulu. Ibu membedakan perempuan dan primadona pesta, kata orang”, seperti
laki-laki. Itulah pokok perbedaan paham kutipan berikut.

332
Status dan Peran Perempuan dalam Novel Belenggu ….(Ninawati Syahrul)

Kalau engkau mengenal aku dahulu Kutipan tersebut melukiskan bahwa Tini
benar-benar kenal, bukan kenal-kenal mempunyai obsesi atau keinginan untuk
saja, engkau pun tahu, mestilah tahu, di menentukan hidupnya sendiri yang
dalam hatiku dingin, seperti es. didasarkan pada kemauannya sendiri, bukan
Sangkamu engkau yang menang. Tini si kemauan suami. Tini berusaha mewujudkan
Garang itu engkau tundukkan. Apalagi
keinginannya itu. Hal ini menunjukkan
kehendakmu? aku sudah menjadi
istrimu, aku sudah tunduk (Belenggu, semangat Tini ingin menentukan hidupnya
2008, hlm.65—66). sendiri. Terlebih lagi pada waktu muda,
orang menjulukinya “primadona”. Hal itu
Kutipan tersebut menceritakan bahwa sangat membahagiakannya.
bahwa Tini dahulu primadona pesta, Setelah dia menikah, ketika menjadi
terdapat kebahagiaan jika ia dapat anggota panitai bazar dan mejaga bufet
menundukkan laki-laki. Ia merasa mendapat makanan, perasaan menginginkan menjadi
kemenangan besar. Oleh sebab itu, ia perempuan mandiri yang tidak bergantung
bangga dapat menikah dengan Tono. Hal ini kepada suami muncul lagi, sebagaimana
justru mempertegas sikap yang sejalan tergambar pada komentar tokoh yang lain.
dengan gerakan feminisme. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Dalam salah satu adengan cerita yang Nyonya Sutatmo melihat ke arah Tini,
mengharukan, Tini menulis balasan surat yang tengah berkata-kata dengan dua
orang anggota juri. Kata Nyonya
saudaranya dalam melepaskan diri sebagai
Sumarjo seterusnya, “Di belakang
perempuan tradisional dan merasa takut jika telinganya tersunting bunga buatan
ia tidak dapat mencintai laki-laki. Tanpa berwarna merah, kutangnya terlalu
mampu memberikan pertolongan kepada longgar… ah untuk menarik mata lelaki
saudaranya Tini mengatakan bahwa saja…., kelingkingnya memakai cincin,
perempuan harus belajar pasif, melentus ragam mana pula itu; pipi dan bibirnya
seperti jembatan gantung apabila seorang rauge”.
berjalan di atasnya. Pergulatan batinnya Dalam hatinya Nyonya Sutatmo
begitu melelahkan. Sehingga Tini tidak mengaku memang Tini cantik, pandai
sanggup mendorong adiknya untuk berhias, tetapi katanya, “Entahlah, masih
mengikuti jejaknya sebagai perempuan suka juga bercumbu-cumbu (Belenggu,
2008, hlm.87)
modern yang lincah. Emansipasi yang
diharapkan Tini sudah hancur berderai. Kutipan tersebut mengungkapkan
Contoh yang lain pernyataan sikapnya bahwa feminisme menginginkan
ketika ia ingin mencaci maki Yah perempuan modern yang rasional. Ia
(meskipun yang terjadi berlawanan dengan merupakan tokoh penggerak para
maksudnya). Hal itu terlihat pada kutipan perempuan setara dengan laki-laki. Tini
berikut. merupakan perempuan yang perilaku,
“Sekali-sekali aku mengharap dia
pandangan, dan sikapnya sejalan dengan
memarahiku, menempeleng aku,
memukul aku, sekali-sekali aku semangat kaum feminis. Dapat dikatakan
mengharapkan dikuasainya dengan bahwa Tini adalah sosok perempuan
pikirannya seperti dahulu, tapi dia tidak sejalan dengan gerakan feminisme.
berbuat apa-apa, aku dibiarkannya saja Tokoh perempuan lainnya adalah Yah,
melakukan sembarang kehendakku, aku perempuan setengah tua, pasien Tono. Ia
dibiarkannya hanyut, tiada diulurkannya mewakili perempuan mewakili perempuan
tangannya membantu aku” (Belenggu, tradisional. Selain tokoh yang mewakili dua
2008, hlm. 145) kutub yang bertolak belakang itu, terdapat
pula tokoh yang mewakili kaum moderat,
Tono dan Nyonya Rusdio. Setiap golongan

333
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 327—339

yang diwakili oleh para tokoh mempunyai “Setelah diberinya minum, sambil dia
pandangan yang berbeda mengenai berlutut, katanya menengadah,
pernikahan serta hak dan kewajiban seorang “Katakanlah, apa yang ketahuan?” Dada
istri atau perempuan pada umumnya. Kartono lega sedikit (Belenggu, 2008:
Pandangan kaum tradisional dapat 47).
dilihat pada komentar seorang pasien Tono,
perempuan setengah umur. Hal itu terlihat Permasalahan yang Dialami oleh
pada kutipan berikut. Perempuan
Berbagai masalah kemanusiaan
“Perempuan sekarang hendak sama diungkapkan pengarang dalam novel
haknya dengan kaum laki-laki. Apa yang Belenggu, seperti kebencian dan kecintaan,
hendak disamakan. Hak perempuan ialah harapan dan kenangan, serta kesetiaan dan
mengurus anak suaminya, mengurus pengkhianatan dalam langkah menuju
rumah tangga. Perempuan sekarang kemajuan kaum perempuan. Mereka
hanya meminta hak saja pandai. Kalau menikah tetapi tidak mengetahui tujuan dan
suaminya pulang dari kerja, benar dia arti pernikahan. Menikah bagi mereka
suka menyambutnya, tetapi ia lupa seolah-olah sebagai pelengkap hidup.
mengajak suaminya duduk, biar Jika pembaca mencermati novel
ditinggalkannya sepatunya, bukankah itu Belenggu, terutama pada bagian awal, akan
tanda kasih, tanda setia? Apalagi hak
timbul kesan bahwa Tini termasuk
perempuan, lain dari member hati pada
laki-laki?” (Belenggu, 2008: 16—17) perempuan modern, perempuan maju atau
perempuan baru. Sebagai perempuan
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa modern dan berpendidikan tinggi, Tini
apa yang dikemukakan perempuan tua mempunyai obsesi yang ingin haknya
pasien Tono itu juga pandangan Yah dan sebagai istri sejajar atau disamakan dengan
dilakukannya terhadap Tono sebagaimana laki-laki. Tini sadar diabaikan oleh Tono
terlihat dalam kutipan berikut. yang lebih mementingkan tugas atau
Nyonya Eni sudah menyalakan korek api profesinya sebagai dokter. Kedua tokoh ini
hendak membakarkan sigaretnya. Begitu dalam posisi mempertahankan harga diri
juga, ketika dokter itu mengunjungi mereka masing-masing. Kesombongan diri
rumah Nyonya Eni, ia ditawari rokok timbul sebagai pencerminan karakter yang
atau sigaret yang disukainya dan nyonya egois hasil pendidikan Barat. Akhirnya,
rumah pun sudah siap pula dengan korek mereka terbelenggu oleh sikap masing-
api api untuk menyalakannya (Belenggu, masing. Tini yang egois terhadap cintanya
2008, hlm. 29). kepada Tono dan harga dirinya yang terlalu
tinggi untuk seorang istri. Tidak berlebihan
Tono merasa senang karena dimanja jika novel Belenggu dikatakan sebagai
dan diperhatikan oleh Yah. Hal itu tampak, pendobrak tradisi sastra sebelumnya. Ide-
misalnya, ketika ia tiba di rumah Yah dan ide segar dan pandangan dunia pengarang
tanpa disadarinya terlontar pertanyaan yang yang kritis muncul dalam novel ini. Teeuw
didorong oleh ketakutannya tentang (1980) menyatakan bahwa kritik pun
hubungannya dengan Yah diketahui oleh diterima akal, manusia di dalamnya berbeda
istrinya. Yah hanya tertawa sambil berkata. dari manusia biasa, tidak bermoral dan
Aneh betul engkau hari ini. Marilah
bertentangan dengan asusila bangsa
duduk dahulu. Mari kutanggalkan
bajumu dan sepatumu dahulu. Lalu, Indonesia (hlm.199).
minum air kulkas, barulah berkata Tono mengutamakan profesinya
tentang perkara yang penting- sebagai dokter dan menomorduakan
penting.” kepentingan istrinya. Sebagai seorang
dokter, Tono juga mempunyai obsesi

334
Status dan Peran Perempuan dalam Novel Belenggu ….(Ninawati Syahrul)

memiliki perempuan cantik, terutama organisasi kaum perempuan. Tini juga


perempuan cantik yang sulit ditaklukan diberi kesempatan untuk mengikuti
laki-laki. Ia merasa lelaki hebat yang dapat kongres perempuan di Solo, seperti kutipan
menundukkan perempuan semacam itu. Ia berikut.
merasa mendapat kemenangan besar. Oleh Bahkan, ketika teman-teman Tini
karena itu, ia bangga dapat memperistri Tini meminta Tono menjadi salah seorang
yang memiliki tipe yang sulit didekati dan juri di dalam pemilihan bayi dalam
ditaklukan laki-laki. Namun, apa yang kegiatan bazar, Tono pun bersedia
terjadi? Selama pernikahannya dengan Tini, (Belenggu, 2008, hlm.87—88).
Tono belum dapat mengetahui sifat Tini
yang sebenarnya, seperti kutipan berikut. Kutipan tersebut membuktikan
Sangkanya dulu jiwa ini sudah terang bahwa Tono mengikuti kegiatan bazar dan
baginya, sudah dalam gangguannya. melihat Tini menjaga salah satu bufet
Sekarang masih gelap, lebih gelap dari makanan di bazar yang dilakukan di rumah
yang dahulu. Sekarangnya, dahulu ia yatim piatu “Tolong Bangsa”, serta melihat
sudah tau. Ah, apa kata Yah? Apa yang Tini menyanyi. Jelaslah Tono memberi
kita ketahui? Yang benar-benar kita kebebasan kepada kegiatan istrinya.
ketahui? Ia percaya akan Tini dahulu? Dalam Belenggu, Tono sukses
Ataukah berpura-pura percaya? Karena menjadi dokter yang mempunyai hobi
ingin menjadikan Tini istrinya, untuk bermain biola dan mendengar musik.
membuktikan ia menang? Entahlah Melalui kegemarannya itu ia berkenalan
(Belenggu, 2008: 62—63)
dan tertarik dengan Yah, seorang penyanyi
Kutipan tersebut menggambarkan keroncong yang juga sebagai pasiennya.
bahwa pertanyaan dalam jiwa Tono. Apa Perkenalan Tono dan Yah semakin akrab.
yang kita ketahui? Demikian pertanyaan Tono sering berkunjung ke rumah Yah
dalam jiwa Tono tanpa mengetahui sifat untuk mencari perhatian dan ketenangan
istrinya yang sesungguhnya. Tanpa yang tidak didapatkan dari Tini.
mengetahui sifat istrinya yang Melalui novel ini pengarang justru
sesungguhnya, Tono menjadikan Tini semakin mengukuhkan bias atau
istrinya hanya untuk membuktikan bahwa ketidakadilan gender. Terdapat upaya
ia pemenang. Dalam kehidupan berumah melemahkan keberadaan suara perempuan.
tangga Tono sangat mengutamakan Pengarang sebaiknya membantu perempuan
dedikasi dan profesi sebagai dokter memperjuangkan haknya dengan cara
dibandingkan dengan kehidupannya menulis novel ini.
sebagai suami. Selain itu, Tono merasa
istrinya Tini kurang melaksanakan Penyebab Konflik Tono dan Tini sebagai
tugasnya sebagai istri. Akibat Budaya Patriarki
Tini yang berpendidikan tinggi tidak mau Dalam kajian novel Belenggu terdapat
melayani suaminya karena ia ingin beberapa penyebab timbulnya permasalahan
menuntut emansipasi. Sebagai perempuan dalam diri perempuan sebagai berikut.
berpendidikan tinggi, Tini ingin haknya
disamakan dengan laki-laki. Ia merasa Pernikahan Tono dan Tini Tidak
diabaikan oleh Tono yang mementingkan Dilandasi Rasa Cinta
profesinya sebagai dokter. Pernikahan antara Tini dan Tono pada
Tono pun seorang laki-laki atau suami awalnya tidak dilandasi rasa cinta. Obsesi
yang tidak sepenuhnya tradisional, ia Tono ingin menikahi Tini supaya ia terlihat
memberikan kebebasan kepada istrinya. hebat di mata teman-temannya karena dapat
Tini diberi kesempatan mengikuti menikah dengan seorang gadis cantik dan
terkenal di kampusnya. Di sisi lain, obsesi

335
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 327—339

Tini ingin menikah dengan Tono karena pengalaman buruk masa lalu Tini yang tidak
juga ingin terlihat hebat karena dapat mudah dilupakan. Tini pernah mengalami
menikahi seorang dokter. Awalnya Tini pengalaman pahit karena berhubungan
masih ragu untuk menerima Tono karena dengan seorang laki-laki yang akhirnya
takut Tono tidak akan menerima masa meninggalkannya. Lelaki yang bernama
lalunya, tetapi ternyata Tono bersedia Hartono itu tiba-tiba menghilang dalam
menerimanya. Masa lalu Tini itu juga kehidupan Tini setelah mendapat cinta Tini.
membuatnya segan mencintai suaminya. Saat itulah perasaan cinta Tini terhadap
Namun, seiring berjalan waktu, perasaan laki-laki seakan mati. Hal ini yang
cinta antara Tono dan Tini mulai tumbuh menganggu hubungannya bersama Tono.
walaupun mereka belum dapat mengakui Setelah semua pertentangan di rumah
dan mengungkapkannya. tangganya, Tini menyimpulkan bahwa Tono
juga sama seperti laki-laki lain, hanya
Kesibukan Tono dan Tini dan mengharapkan kesenangan dari dirinya.
Kurangnya Komunikasi
Faktor penyebab konflik batin Tini Kehilangan Kesetiaan dan
selanjutnya adalah kesibukan dan Kepercayaan kepada Tono
kurangnya komunikasi. Tono berprofesi Sikap Tono yang seakan tidak peduli
sebagai seorang dokter. Setiap hari ia selalu membuat Tini kehilangan kepercayaan
melayani para pasiennya dengan baik terhadap suaminya. Hal itulah yang
sehingga jarang berada di rumah dan menimbulkan konflik dalam diri Tini
berkomunikasi dengan Tini. Kesibukan sehingga tidak percaya lagi terhadap
Tono yang membuat Tini kesal dan kecewa. kesetiaan Tono. Selain merasa diabaikan,
Ia merasa Tono tidak mempedulikannya Tini juga merasa cemburu jika Tono sering
lagi sehingga ia merasa perlu bekerja di berada di luar rumah, apalagi jika
luar rumah. Tini merasa bosan dan kesepian mengobati seorang perempuan. Sifat keras
jika beraktivitas hanya di dalam rumah. kepala dan cemburu Tini membuat ia selalu
Akhirnya, tanpa izin dari suaminya, Tini bersikap buruk terhadap Tono dan menolak
mulai beraktivitas di luar rumah walaupun segala perintahnya.
tidak disetujui oleh suaminya. Tono Tono juga merasa bahwa sikap istrinya
menginginkan Tini tetap di rumah untuk mulai berubah. Perintah dan ajakan untuk
mengatur jadwal praktiknya dan berbaikan sudah ditentang oleh istrinya.
melayaninya sebagaimana kodratnya Sikap itulah yang membuat Tono putus asa
seorang istri. Tono merasa istrinya kurang dan mencari perhatian dan kasih sayang dari
melakukan kewajibannya sebagai istri. Tini perempuan lain. Tono berpikir bukan
justru memberontak dan menentang salahnya memilih cinta segitiga. Ia
suaminya. Pemikirannya yang modern memperlakukan Tono bukan lagi sebagai
menganggap bahwa suaminya tidak adil, ia suami.
juga ingin bebas bekerja di luar. Konflik dengan istrinya meruncing
Pertentangan antara Tono dan Tini itulah membuat Tono tidak betah di rumah. Tono
menjadi awal penyebab keretakan rumah sendiri menyadari bahwa Tini dahulu
tangganya. Mereka telah bersikap semau digelari “ratu pesta” dan karena itu dia
hatinya. menaklukkan Tini. Tono mengajak Tini
memperbaiki sikapnya, tetapi Tini tetap
Trauma Tini pada Hubungan keras kepala. Tono merasa Tini seorang
Sebelumnya perempuan yang sulit diduga.
Faktor selanjutnya yang menyebabkan
timbulnya konflik batin adalah faktor Upaya Penyelesaian Masalah

336
Status dan Peran Perempuan dalam Novel Belenggu ….(Ninawati Syahrul)

Hubungan Tono dan Yah akhirnya “Bukan begitu, cinta nyonya kurang
diketahui oleh Tini. Salah satu adegan novel besar, kalau benar-benar cinta halangan
itu menjelang perpisahan terakhir Tono dan itu akan rubuh juga. “Kalau engkau
Tini, kedua pelaku perempuan itu bertemu. pelihara dia baik-baik, kau turut
Tini dan Yah duduk bersama dan berbicara kemauannya, begitu juga yang kecil-
kecil, tapi sangat dihargakannya, dia
tentang feminisme. Keduanya berbicara
tiada akan datang kepadaku”. (Belenggu,
tentang sifat hubungan mereka dengan laki- 2008, hlm.145)
laki. Yah menerima kedatangan Tini, tetapi
percakapan menjadi berubah arah. Kutipan tersebut mengungkapkan
Kedudukan sosialnya yang tinggi membuat pendapat tradisional Yah tentang
Tini memandang Yah dengan penuh hinaan. pernikahan dan kedudukan seorang istri di
Ia memandang Yah sebagai perempuan dalam rumah tangga. Akhirnya, Tini
nakal, murahan yang merusak hubungan mengalah dan memutuskan akan pergi
pernikahannya. Yah tersinggung oleh meninggalkan Tono. Tini juga meminta
penghinaan Tini. Akhirnya, Yah kepada Yah supaya menjaga Tono dengan
membeberkan rahasia Tini bahwa Tono baik. Tini mengetahui suaminya akan
yang telah merampas kegadisannya, seperti berbahagia hidup bersama Yah. Namun,
kutipan berikut. Yah menolak permintaan Tini karena dia
Suatu malam pulang dari berdansa merasa tidak berhak atas diri Tono, seperti
kegadisannya direnggut oleh Hartono kutipan berikut
(Belenggu, 2008, hlm. 55)
Di dalam hati Ia senang, karena sudah
mengandung putusan. Haru biru yang
Kutipan tersebut memperlihatkan selama ini dalam hatinya sudah hilang
bahwa Yah mengetahui rahasia Tini. Tini sama sekali. Belenggu yang sebagai
merasa dirinya sederajat dengan Yah. mengikat semangatnya sudah terlepas.
Kelakuan Tini seperti pinang dibelah dua (Belenggu, 2008, hlm.136)
dengan Yah, meskipun caranya yang
berbeda. Tini merupakan korban feminis. Tini mengatakan kepada Tono bahwa
Karena ketidakterikatan dengan tradisi, ia ia akan pergi ke Surabaya. Ia akan bekerja
pergi pada malam hari sehingga terjadi hal menjadi pengurus panti asuhan di Jawa
yang tidak diinginkannya. Seperti dijelaskan Timur menyetujui ajakan seorang Ibu yang
dalam kutipan “suatu malam pulang dari dikenalnya pada waktu kongres di Solo.
dansa kegadisannya direnggut oleh Hartono Keputusan Tini untuk bercarai sejalan
(Belenggu, 2008, hlm.55”). Sebaliknya, Yah dengan pemikiran feminsme liberal bahwa
merupakan korban tradisi lama, seperti perempuan dapat menentukan pilhannya
kutipan berikut. sendiri. Keputusan Tini berpisah dari Tono
Yah korban dari tradisi lama, kawin merupakan pilihan yang lebih baik daripada
paksa dengan laki-laki yang umurnya 20 mereka tetap bersama, tetapi tidak
tahun lebih tua darinya. Selain sebagai harmonis.
perempuan penghibur, Yah juga pernah Tono berusaha mencegah keinginan
menjadi istri tidak sah atau nyai dari Tini. Namun, tekad Tini sudah bulat untuk
seorang Belanda, penguasa perkebunan
bercerai dengan Tono. Tono terpaksa
teh di Garut (Belenggu, 2008, hlm. 50)
menyerah pada keinginan Tini.
Ketika Tini merasa putus asa dan Sepulang mengantar Tini ke stasiun,
menganggap dirinya bukanlah kekasih Tono Tono menuju rumah Rohayah. Ia merasakan
yang pantas, Rohayah menanggapi seperti kesedihan. Ternyata, Yah juga sudah pergi
terlihat pada kutipan berikut. dan hanya meninggalkan surat dan piringan

337
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 327—339

hitam yang memuat lagu. Yah, ketika itu publik dan domestik. Peran perempuan
berada di atas kapal menuju Kelodonia. dalam bidang publik berupa keikutsertaan
Yah tersenyum, sambil menangis, dia perempuan dalam organisasi perempuan,
merasa belenggu dahulu, waktu dia sedangkan dalam bidang domestik seputar
belum bertemu dengan Tono, terkunci kewajiban istri harus melakukan pekerjaan
lagi, tetapi belenggu itu terasa ringan, rumah tangga. Kedua, persoalan konstruksi
menerbitkan perasaan gembira yang gender yang merugikan pihak perempuan.
tidak terhingga, bercampur perasaan
Ketiga, permasalahan perempuan sebagai
duka yang tidak terhingga pula.
(Belenggu, 2008, hlm. 149) akibat perbedaan kultur atau budaya
patriarki yang menguntungkan laki-laki dan
Kutipan tersebut menyatakan bahwa konstruksi gender yang menempatkan
belenggu yang telah membelenggu hidup perempuan di bawah atau tidak sejajar
Tini dan Yah pun sudah hilang dan terasa dengan laki-laki. Keempat, sikap perempuan
ringan. Akhir yang tragis dari Belenggu dan yang pasrah dan takluk terhadap
pengarang benar-benar menemukan permasalahan yang dihadapi dengan cara
klimaksnya. Tidak selalu cerita berakhir melarikan diri dari kemelut kehidupannya.
dengan kematian atau kebahagiaan. Tini merupakan perempuan yang sikap,
Terkadang kehampaan dalam kehidupan pandangan, dan perilakunya sejalan dengan
manusia diperlukan untuk merenungi semua semangat feminis. Dikatakan demikian atas
kesalahan yang pernah diperbuat agar tidak pertimbangan bahwa Tini tidak mau
mengulangi kesalahan yang pernah dibedakan dari laki-laki. Ia ingin sama-sama
dilakukan. Yah, kembali kepada kehidupan punya hak untuk menyenangkan diri dan
lamanya sebagai perempuan penghibur. menentukan nasib sendiri. Sebaliknya
Kepergiannya yang amat jauh itu pasangan Sukartono dan Sumartini harus
dimaksudkan agar Tono kembali kepada membangun pernikahan didasarkan oleh
Tini. Namun, Tono kehilangan kedua- cinta, yang disertai komitmen, komunikasi,
duanya. kepercayaan, dan saling menghargai sebagai
Hasil modernisasi Tono dan Tini kunci utama dalam menjalankan
dalan novel Belenggu tidak berhasil. pernikahan. Oleh karena itu, mereka harus
Sampai akhir cerita novel, mereka tidak mengetahui tujuan dan arti pernikahan.
yakin dengan kebenaran perjuangannya.
Pasangan suami istri ini bercerai dan
mengalami kekecewaan. Tono sudah DAFTAR PUSTAKA
kehilangan dua perempuan yang Adichie, Chimamanda Ngozi. (2019). A
dicintainya, yaitu Tini dan Yah dalam Femnisme Manisto. Kita Semua Harus
waktu yang bersamaan. Cerita berakhir Menjadi Femnis. Diterjemahkan oleh
dengan kesedihan. Setelah kehilangan Tini Winda A. Yogyakarta: Odyssee
dan Yah, Tono menyadari bukan Publishing.
pernikahannya yang menjadi penyebab Bagus Takwim. (2009). Akar-akar Ideologi.
kesalahan. Namun, Ia dan istrinya telah Yogyakarta: Jalasutra
meninggalkan tradisi untuk mengejar Beauvoir, Simone De. (2019). Second Sex,
kemajuan. Fakta dan Mitos. Yogyakarta: Narasi
dan Pustaka Promethea.
PENUTUP Danardana, Agus Sri. (2013). Pelanggi
Berdasarkan penelitian terhadap Sastra. Pekan Baru: Pelagan Press.
perempuan dalam novel Belenggu dapat Endraswara, Suwardi. (2008). Metodologi
disimpulkan beberapa hal berikut. Pertama, Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media
peran perempuan masih sebatas ruang Pressindo.

338
Status dan Peran Perempuan dalam Novel Belenggu ….(Ninawati Syahrul)

Juwati (2017) Inferioritas Perempuan Naim, Ngainun. (2017). Teraju: Strategi


dalam Perkawinan” Kajian Kritik Membaca Buku dan Mengikat Makna.
Sastra Feminis Novel Belenggu Karya Jawa Timur: IAIN Tulungagung
Armin Pane. Jurnal Perspektif Press.
Pendidikan, 11 (2), 38—52. Ratna, Nyoman Kutha. (2012). Teori,
Moeleong, Lexy J. (2010). Metodologi Metode, dan Teknik Penelitian
Penelitdian Kualitatif. Bandung: Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Remaja Rosdakarya Soebachman, Agustina dan Syuropati,
Mohammad A. (2012). 7 Teori Sastra
Muslimin. (2011). Modernisasi dalam
Kontemporer dan 17 Tokohnya.
“Novel Belenggu Karya Armin Pane.
Yogyakarta: In Azna Books.
Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”. Jurnal
Sugihastuti dan Suharto. (2015). Kritik
Bahasa dan Sastra, 1 (1), 126—146.
Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya.
Mansour, Fakih. (2016). Analisis Gender Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Teeuw, A. (1980). Sastra Baru Indonesia 1.
Insist Press. Flores: Nusa Indah.
Pane, Amin. (2008). Belenggu. Jakarta:
Dian Rakyat.

339

You might also like