Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Produksi Furfural dari Tandan Kosong Sawit dengan

Berbagai Perlakuan Awal


1)Yasinta
Lola Iriadi,2)Said Zul Amraini,2)Evelyn
1)MahasiswaProgram Studi Teknik Kimia,2)Dosen Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
Yasinta.lola@student.unri.ac.id

ABSTRACT
Furfural is one of the furan derivatives that is widely used as a solvent in the extraction of
lubricating oils and natural oils. Furfural can be made from materials containing pentose
such as palm oil empty fruit bunches. The purpose of this study is to examine the utilization of
palm oil empty fruit bunches as a raw material in the manufacture of furfural. There are
three stages carried out in this study, pretreatment, hydrolysis, and distillation. The
pretreatment process used 9% H2SO4, 9% NaOH, and 50% ethanol as solvent, which was
cooked at temperature 120oC for 1 hour, 1.5 hours and 2 hours. The results showed that acid
pretreatment process with 9% H2SO4 was the best process in producing furfural.
Hemicellulose from palm oil empty fruit bunches can produce pentose and furfural which can
be used as industrial raw materials. The highest yield of furfural obtained from pretreatment
using 9% H2SO4 with reaction time 2 hours at 8.64% and the lowest yield of furfural yield
obtained from pretreatment using 9% NaOH with 1 hour reaction time at 1.06%.

Keywords : furfural, palm oil empty fruit bunches, pretreatment

1. Pendahuluan almond dan uap furfural dapat


Kebutuhan furfural dan turunannya menyebabkan iritasi kulit dan mata
di dalam negeri terus meningkat, sehingga (Shasikala, 2007).
seluruh kebutuhan furfural untuk dalam Pada tahun 2017 luas area tanaman
negeri diperoleh melalui impor. Pada kelapa sawit di Provinsi Riau sekitar
tahun 2012, tercatat jumlah impor furfural 8.721.148 Ha (Dirjenbun, 2017). Semakin
mencapai 1,156,325 ton (Biro Pusat meluasnya perkebunan sawit, semakin
Statistik, 2012). Maka dimanfaatkan meningkat pula limbah-limbah yang
biomassa yang mengandung pentosa, dihasilkan. Sebanyak 42% dari satu ton
hemiselulosa, selulosa dan lignin yang tandan buah segar sawit merupakan
dapat dijadikan sebagai furfural, seperti limbah, yaitu sebanyak 23% limbah tandan
tandan kosong sawit, kulit gandum, sekam kosong sawit, sebanyak 13,5% limbah
padi, kayu, bonggol jagung, ampas tebu serat, dan sebanyak 5,5% limbah cangkang
dan lainnya. biji (Darnoko, 1992).
Furfural merupakan senyawa aldehid Tandan kosong sawit (TKS)
aromatik. Dalam kondisi murni, furfural mengandung lignoselulosa yang terdiri
merupakan cairan kuning bening namun dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
apabila mengalami kontak langsung saling berikatan, namun limbah padat TKS
dengan udara bebas, furfural akan berubah belum dimanfaatkan secara maksimal.
secara cepat menjadi berwarna coklat Umumnya TKS dimanfaatkan sebagai
kehitaman yang disebabkan oleh pupuk, sebagai bahan bakar dengan cara
berubahnya gugus fungsi aldehid dibakar, atau bahan pembuat etanol dan
teroksidasi menjadi gugus karboksilat. pulp. Upaya pemanfaatan TKS yang mulai
Furfural memiliki aroma menyerupai diminati orang adalah sebagai bahan baku

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 1


pembuatan furfural. Furfural digunakan Perlakuan awal asam mengggunakan
pada beberapa industri seperti pada larutan asam sebagai katalisnya. Asam
industri pengolahan minyak, pembuatan memiliki pengaruh yang kuat pada
nilon, pembuatan resin, dan farmasi. hemiselulosa dan lignin dibandingkan
Tandan kosong sawit memiliki pada struktur kristalin selulosa. Tujuan
struktur bahan lignoselulosa sangat utama metode ini adalah melarutkan
kompleks dimana selulosa, hemiselulosa sebagian hemiselulosa agar enzim selulase
dan lignin terkandung didalamnya saling dapat menjangkau struktur selulosa.
berikatan. Selulosa dan hemiselulosa tidak Perlakuan awal basa dalam pengolahan
dapat dihidrolisis oleh enzim selulase dan biomassa lignoselulosa umumnya
hemiselulase kecuali lignin pada substrat menggunakan basa seperti natrium,
dihilangkan terlebih dahulu. Lignin kalium, kalsium, dan ammonium
merupakan komponen yang paling sulit hidroksida. Pemakaian basa menyebabkan
untuk didegradasi karena strukturnya yang perubahan struktur lignin dengan cara
kompleks dan heterogen. Sehingga mendegradasi ester dan rantai samping
diperlukan suatu perlakuan awal untuk glikosidiknya. Penggunaan basa juga
mendegradasi lignin. menyebabkan dekristalisasi parsial
Perlakuan ini bertujuan untuk selulosa, solvasi parsial hemiselulosa
memecah pelindung lignin, merubah mengakibatkan selulosa membesar.
struktur lignoselulosa, dan membuat Perlakuan awal organosolv dilakukan
selulosa dan/atau hemiselulosa menjadi menggunakan pelarut organik (etanol,
lebih mudah dihirolisis setelah struktur metanol, etilen glikol, gliserol, dll) untuk
lignin dan hemiselulosa pecah. Bagian megekstrak lignin dan meningkatkan
kristalin selulosa akan merenggang dan aksesibilitas selulase (Hidayat, 2013).
menjadi berkurang kristalinitasnya.
Perlakuan awal merupakan suatu tahap 2. Metodologi Penelitian
penting dalam proses konversi biomassa 2.1 Bahan yang digunakan
lignoselulosa yang bertujuan untuk Bahan-bahan yang digunakan
menghilangkan lignin, mengurangi dalam penelitian ini adalah tandan kosong
kristalinitas selulosa, dan meningkatkan sawit, H2SO49%, NaOH9%, etanol50%,
porositas bahan sehingga memudahkan kloroform, dan aquades. H2SO4 4N, kalium
proses hidrolisis serta fermentasi gula. bromat 0,05M, kalium iodida 10%,
Berbagai macam metode dan teknik Na2S2O3 0,1N, H2SO4 1N, H2SO4 72%.
perlakuan awal telah dicoba pada biomassa 2.2 Alat yang digunakan
yang berbeda-beda. Hasilnya bervariasi Alat yang digunakan berupa
untuk setiap metode maupun jenis peralatan gelas seperti erlenmeyer 2000
biomassa lignoselulosa. Setiap metode ml, erlenmeyer 1000 ml, erlenmeyer 500
perlakuan awal juga memiliki kelebihan ml, erlenmeyer 250 ml, corong pisah,
dan kekurangannya masing-masing. corong, gelas kimia 100 ml, gelas ukur 100
Perlakuan awal kimia bertujuan untuk ml, labu ukur 1 liter, termometer, statif dan
meningkatkan biodegradasi selulosa klem, alat pemanas hot plate, timbangan
dengan menghilangkan lignin dan atau analitik, pipet tetes, kertas saring, dan
hemiselulosa. Metode ini juga bertujuan pengaduk.
menurunkan tingkat polimerisasi dan
kristalinitas komponen selulosa. Beberapa 2.3 Prosedur Penelitian
metode perlakuan awal yang umumnya Penelitian ini melalui beberapa
digunakan adalah perlakuan awal asam, tahapan dalam pengerjaannya, yaitu :
perlakuan awal basa, dan perlakuan awal 2.3.1 Tahap Persiapan
organosolv (Hidayat, 2013). Tahapan persiapan diawali dengan
pemecahan biomassa menggunakan alat

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 2


pemecah dan pengeringan untuk Padatan biomassa yang telah didapat
menghilangkan kadar air di bawah sinar dicuci dengan air beberapa kali dan di
matahari. oven hingga konstan. Cairan pemasak
ditampung. Langkah 2 dan 3 diulangi
2.3.2 Tahap Perlakuan Awal Asam
dengan menggunakan variasi waktu 1,5
Pada tahap ini, digunakan sebanyak
jam - 2 jam. Cairan pemasak yang telah
25 gram tandan kosong sawit dimasukkan
didapat, kemudian di proses lebih lanjut
ke dalam gelas erlemeyer. Kemudian
untuk memproduksi furfural.
sebanyak 500 ml H2SO4 9% ditambahkan
kedalam erlenmeyer, lalu erlenmeyer 2.3.5 Tahap Hidrolisis
ditutup rapat dengan gabus. Campuran Larutan hasil masakan (black
dimasak dengan suhu 120oC selama 1 jam. liquor) dari tandan kosong sawit yang
Setelah itu padatan di saring dan telah dilakukan perlakuan awal,
dipisahkan dari cairan pemasaknya. dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer dan
Padatan biomassa yang telah didapat ditambah dengan aquades dengan
dicuci dengan air beberapa kali dan di perbandingan (1:3). Campuran didiamkan
oven hingga konstan. Cairan pemasak (endapkan) selama 48 jam. Setelah itu,
ditampung. Langkah 2 dan 3 diulangi campuran di saring dengan menggunakan
dengan menggunakan variasi waktu 1,5 kertas saring untuk memisahkan endapan
jam - 2 jam. Cairan pemasak yang telah hitam (lignin) dari supernatannya (larutan
didapat, kemudian di proses lebih lanjut gula). Larutan gula yang didapat kemudian
untuk memproduksi furfural. di tampung dan diekstraksi dengan
penambahan kloroform sebanyak 60 ml
2.3.3 Tahap Perlakuan Awal Basa
dalam corong pisah. Furfural akan larut
Digunakan sebanyak 25 gram
dalam kloroform, dan air memisah
tandan kosong sawit dimasukkan ke dalam
membentuk dua lapisan (lapisan kloroform
gelas erlemeyer. Kemudian sebanyak 500
dibagian bawah dan lapisan air dibagian
ml H2SO4 9% ditambahkan kedalam
atas). Kemudian air dipisahkan dari larutan
erlenmeyer, lalu erlenmeyer ditutup rapat
kloroform. Selanjutnya larutan kloroform
dengan gabus. Campuran dimasak dengan
yang masih mengandung furfural
suhu 120oC selama 1 jam. Setelah itu
dipisahkan dengan cara destilasi pada
padatan di saring dan dipisahkan dari
temperatur 63oC. Furfural yang telah
cairan pemasaknya. Padatan biomassa
didapat, selanjutnya dilakukan analisis
yang telah didapat dicuci dengan air
hasil.
beberapa kali dan di oven hingga konstan.
2.4 Analisis Hasil
Cairan pemasak ditampung. Langkah 2
Analisis komponen kimia TKS
dan 3 diulangi dengan menggunakan
dilakukan menggunakan metode Chesson-
variasi waktu 1,5 jam - 2 jam. Cairan
Datta (Datta, 1981). Furfural yang telah
pemasak yang telah didapat, kemudian di
diperoleh, selanjutnya di analisis secara
proses lebih lanjut untuk memproduksi
volumetrik dengan rumus :
furfural.
2.3.4 Tahap Perlakuan Awal Organo Yield furfural
Digunakan sebanyak 25
gram tandan kosong sawit dimasukkan ke Dimana
dalam gelas erlemeyer. Kemudian m : Vol hasil reaksi keseluruhan (ml)
sebanyak 500 ml etanol 50% ditambahkan n : Vol sampel (ml)
kedalam erlenmeyer, lalu erlenmeyer v1 : Vol Na2S2O3 hasil titrasi sampel (ml)
ditutup rapat dengan gabus. Campuran v2 : Vol Na2S2O3 hasil titrasi blanko (ml)
dimasak dengan suhu 120oC selama 1 jam. N : Normalitas Na2S2O3 (mg/mgrek)
Setelah itu padatan di saring dan 48,04 : Berat setara furfural
dipisahkan dari cairan pemasaknya. (mg/mgrek)

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 3


3. Hasil dan Pembahasan kosong sawit. Semakin lama waktu reaksi
3.1 Komposisi TKS sebelum dilakukan maka komposisi selulosa dan hemiselulosa
Perlakuan Awal yang diperoleh semakin besar.
Tandan kosong sawit sebelum 3.3 Komposisi TKS setelah Perlakuan
dilakukan proses perlakuan awal, mulanya Awal Basa
dikarakterisasi terlebih dahulu untuk Komposisi kimia tandan kosong
mengetahui komposisi selulosa, sawit setelah dilakukan perlakuan awal
hemiselulosa, dan lignin yang terkandung secara basa menggunakan NaOH 9% pada
didalamnya. Hasil karakterisasi dapat waktu reaksi 1 jam menghasilkan 52%
dilihat pada Gambar 1. selulosa, 8% hemiselulosa, 17,1% lignin,
dan 22,9% ash%other. Pada waktu reaksi
1,5 jam menghasilkan 55% selulosa, 7%
hemiselulosa, 15% lignin, dan 23%
ash&other. Pada waktu reaksi 2 jam
menghasilkan 57% selulosa, 6%
hemiselulosa, 12,5% lignin, dan 24,5%
ash&other. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan awal dengan pelarut basa
mampu memecah ikatan antara selulosa,
hemiselulosa dan lignin dalam tandan
Gambar 1. Komposisi Kimia Tandan kosong sawit. Semakin lama waktu reaksi
Kosong Sawit sebelum Perlakuan Awal maka komposisi selulosa semakin besar.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat 3.4 Komposisi TKS setelah Perlakuan
bahwa persentase masing-masing Awal Organosolv
komponen kimia tandan kosong sawit komposisi kimia tandan kosong sawit
yaitu 36% selulosa, 25% hemiselulosa, setelah dilakukan perlakuan awal secara
18% lignin, dan ash&other 21%. Hasil organosolv menggunakan etanol 50% pada
tersebut sesuai dalam range komposisi waktu reaksi 1 jam menghasilkan 48%
komponen dalam biomassa secara umum selulosa, 15% hemiselulosa, 11% lignin,
yaitu selulosa (35-50%), hemiselulosa dan 26% ash&other. Pada waktu reaksi 1,5
(20%-35%), lignin (15-20%), dan jam menghasilkan 52% selulosa, 12%
ash&other (15-20%) (Mood, 2013). hemiselulosa, 10% lignin, dan 26%
ash&other. Pada waktu reaksi 2 jam
3.2 Komposisi TKS setelah Perlakuan
menghasilkan 53% selulosa, 10%
Awal Asam
hemiselulosa, 9% lignin, dan 28%
Komposisi kimia tandan kosong
ash&other. Hal ini menunjukkan bahwa
sawit setelah dilakukan perlakuan awal
perlakuan awal dengan pelarut asam
secara asam menggunakan H2SO4 9% pada
mampu memecah ikatan antara selulosa,
waktu reaksi 1 jam menghasilkan 39%
hemiselulosa dan lignin dalam tandan
selulosa, 21% hemiselulosa, 15% lignin,
kosong sawit. Semakin lama waktu reaksi
dan 25% ash&other. Pada waktu reaksi 1,5
maka komposisi selulosa semakin besar.
jam menghasilkan 41% selulosa, 24%
hemiselulosa, 12,7% lignin, dan 22,3% 3.5 Analisis Volumetrik Furfural
ash&other. Pada waktu reaksi 2 jam Analisis furfural secara volumetrik
menghasilkan 43% selulosa, 27% dilakukan untuk mengetahui perolehan
hemiselulosa, 11% lignin, dan 19% kadar furfural. Perolehan kadar furfural
ash&other. Hal ini menunjukkan bahwa sangat dipengaruhi oleh pelarut, baik jenis
perlakuan awal dengan pelarut asam maupun konsentrasinya. Perolehan yield
mampu memecah ikatan antara selulosa, furfural dapat dilihat pada Gambar 2
hemiselulosa dan lignin dalam tandan berikut.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 4


waktu reaksi 2 jam yaitu sebesar 8,64%
sedangkan yield furfural paling rendah
diperoleh pada penggunaan pelarut NaOH
9% dengan waktu reaksi 1 jam yaitu
sebesar 1,06%. Penggunaan pelarut asam
lebih baik dalam produksi furfural
dibandingkan pelarut basa dan etanol.
Daftar Pustaka
Darnoko. 1992. Potensi Pemanfaatan
Limbah Lignoselulosa Kelapa
Gambar 2. Perolehan Yield Furfural Sawit Melalui Biokonversi. Berita
Penelitian Perkebunan, 2 : 85-95.
Berdasarkan Gambar 2 dapat
Dirjenbun. 2017. Statistik Kelapa Sawit
dilihat bahwa jenis pelarut sangat
Indonesia. Direktorat Jenderal
mempengaruhi perolehan kadar furfural.
Perkebunan. Departemen
Pelarut asam dapat menghasilkan kadar
Pertanian Republik Indonesia.
furfural lebih baik dan lebih banyak
Fauzi, Y., 2012. Kelapa Sawit. Penebar
dibandingkan penggunaan pelarut basa
Swadaya. Jakarta.
maupun pelarut etanol. Hal ini
Fengel, D., dan Wegener, G. 1985. Kayu:
dikarenakan mekanisme kerja asam yang
Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-
secara langsung memutus ikatan antara
Reaksi, Translated from the
selulosa, hemiselulosa, dan lignin dalam
English by H. Sastrohamidjojo.
biomassa, sehingga proses enzimatik
Gajah Mada University Press.
selanjutnya tidak terhalang. Larutan asam
Yogyakarta.
tidak hanya dapat melarutkan hemiselulosa
Datta, R., 1981. AcidogenicFermentation
tetapi juga dapat mengkonversi
of Lignocelluloce-acid yield and
hemiselulosa yang terlarut menjadi gula
conversion of components.
(Hidayat, 2013).
Journal of Biotechnology and
Yield furfural paling besar
Bioengineering, 23(9) : 2167-
diperoleh pada penggunaan pelarut H2SO4
2170.
9% dengan waktu reaksi 2 jam sebesar
Hamelinck., Faaij., Hooijdonk, V., 2005.
8,64% sedangkan yield furfural paling
Ethanol from Lignocullulosic
rendah diperoleh pada penggunaan pelarut
Biomass: Techno Economic
NaOH 9% dengan waktu reaksi 1 jam
Performance Inshort, Middle, and
sebesar 1,06%. Penggunaan pelarut
Long Term. Journal of Biomass
H2SO4, semakin lama waktu reaksi maka
and Bioenergy, 28 : 384-410.
semakin besar pula kadar furfural yang
Hendriks, A., dan Zeeman, G., 2009.
dihasilkan. Hal ini dikarenakan semakin
Pretreatments to Enhance the
lama waktu reaksi, maka akan
Digestibility of Lignocellulosic
memperbanyak jumlah gula pentosan yang
Biomass. Journal Bioresource
terdegradasi menjadi furfural (Mulyati dan
Technology,100(1):10-18.
Fathanah, 2008).
Hidayat, M., 2013. Teknologi Pretreatment
4. Kesimpulan Bahan Lignoselulosa Dalam
Hasil menunjukkan dengan Proses Produksi Bioetanol. Jurnal
menggunakan variasi pelarut H2SO4, Biopropal Industri, 4 : 33-48.
NaOH, dan etanol dan variasi waktu reaksi Mulyanti, S., dan Fathanah U., 2008.
1 jam, 1,5 jam, 2 jam pada suhu 120OC Pemanfaatan Limbah Sekam Padi
diperoleh yield furfural tertinggi yaitu pada sebagai Bahan Baku Furfural.
penggunaan pelarut H2SO4 9% dengan Article. Fakultas Teknik.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 5


Universitas Syiah Kuala
Darussalam. Banda Aceh.
Muryanto., Sudiyani, Y., Abimanyu, H.,
2016. Optimasi Proses Perlakuan
Awal NaOH Tandan Kosong
Kelapa Sawit untuk Menjadi
Bioetanol. Journal of Applied
Chemistry, 18(1) : 27-36.
Mood, H., Golfeshan, A.H., Tabatabaei,
M., Jouzani, G.S., 2013.
Lignocellulosic Biomass to
Bioethanol, A Comprehensive
Review With A Focus on
Pretreatment. Journal Renewable
and Suistainable Energy, 27 : 77-
93.
Shasikala, M., dan Ong, H.K., 2007.
Synthesis and Identification of
Furfural From Rice Straw.
Journal Tropical Agricultural and
Food, 35(1) : 165–172.
Taherzadeh, M., dan Karimi, K., 2008.
Pretreatment of Lignocellulosic
Wastes to Improve Ethanol and
Biogas Production: A Review.
International Journal of
Molecular Sciences, 9(9) : 1621-
1651.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 6

You might also like