Kamus Makna Kata Anu

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

Kebiasaan Berbahasa Masyarakat menggunakan Kata "anu"

Dalam Berinteraksi

Gigih Arya Wijaya


Mahasiswa Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
E-mail: gigih200112@gmail.com

Abstract. The use of good and correct Indonesian language should be applied in the daily life of
the Indonesian people. But there are still many we find the use of Indonesian which is still wrong.
The language used by the community is very diverse, both the Indonesian language as a unitary
language or regional language which is the mother tongue originating from various regions in
Indonesia. This diversity gives rise to uniqueness or diversity in language. One of them is the habit
of Indonesian people to use the word "anu" very often found in everyday community interactions.
This article aims to find the use of language that exists in the community focused on the daily
speech used by the community in the diversity of languages and cultural diversity that exists in the
Sebelas Maret University area. And aims to determine the politeness aspects of the use of the word
"anu" both in terms of negative and positive aspects in the activities of interaction between
communities. This article uses the type of qualitative descriptive research. Data obtained from
students' conversations with the public. After being collected, the data is analyzed. Data analysis
was carried out through four stages, namely data collection, data recording, data presentation
followed by the conclusion of the research results. The results of this study indicate that the level
of awareness of Indonesian language that is good and right is still very low community and the
need for government attention to increase awareness of Indonesian language that is good and right
in the community.

Keywords: good and correct Indonesian language, diversity, cultural, ambiguity.

1. Pendahuluan
Bahasa adalah susunan simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dangan orang lain yang tercipta
karena adanya daya cipta. Daya cipta tersebut yang membuat manusia mampu menciptakan kalimat-
kalimat yang bermakna dengan aturan yang terbatas(Fridani, Lara; Dhieni, 2014). Bahasa merupakan
salah satu kekayaan intelektual manusia yang sangat tinggi nilainya, karena dengan bahasa manusia
dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat di lingkungannya. Melalui bahasa manusia
dapat memahami peristiwa-peristiwa di sekitarnya ataupun mengekspresikan apa yang akan
diekspresikan dari dalam dirinya.
Perbedaan bahasa dalam masyarakat muncul karena adanya perbedaan kultur dan kebiasaan
yang dimiliki tiap masyarakat tersebut. Perbedaan tersebut menimbulkan keunikan yang dimiliki oleh
masing-masing bahasa. Perbedaan juga memunculkan kosa kata yang baru seperti kata serapan. Kata
serapan adalah penamaan sesuatu hal yang benar-benar baru yang belum ada namanya
sebelumnya(Serapan, Asing, Al-qur, & At-thobari, 2013).
Penduduk Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, namun
penggunaan bahasa Indonesia terkadang masih bercampur dengan bahasa daerah yang sering dipakai
sehari-hari. Bercampurnya bahasa Indonesia dengan bahasa daerah masing-masing orang
memunculkan kata yang sebelumnya tidak ada dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh kata "anu",
kata tersebut sering dipakai masyarakat Indonesia ketika sedang bingung atau sedang memikirkan
kalimat yang akan diucapkan berikutnya. Kata "anu" memiliki arti yang sulit untuk didefinisikan,
namun masyarakat dapat saling paham ketika saling berkomunikasi dan menggunakan kata "anu".

2. Metode
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Metode
deskriptif merupakan metode yang meneliti kelompok manusia, objek, kondisi,sistem pemikiran
ataupun peristiwa pada saat ini(Sarnawi M Dasim, 2012).
Metode deskriptif memiliki tujuan untuk mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci yang
menggambarkan keadaan hal yang akan diteliti, mengidentifikasi, memeriksa, membuat perbandingan,
dan menentukan tindakan yang akan dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan
belajar dari pengalaman mereka untuk pembelajaran di waktu yang akan datang. Dalam hal ini
berkaitan dengan mencari data dengan pengamatan terhadap masyarakat tentang penggunaan kata
"anu". Selain pengamatan langsung, saya juga mencari literatur dari sumber lain tentang kata-kata ganti
yang sering digunakan di tengah masyarakat.
Penelitian mengenai kebiasaan berbahasa masyarakat ini disajikan dalam bentuk deskriptif untuk
mengetahui bagian-bagian yang ada dalam penelitian. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
berbagai informasi yang dilakukan secara sistematis dan gambling.

3. Hasil dan Pembahasan


Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Melayu yang diadaptasikan menjadi sebagai bahasa nasional
Republik Indonesia dan bahasa persatuan Indonesia. Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa nasional
Indonesia satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah diresmikan oleh PPKI.
Meskipun dipahami dan digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia, Bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penggunanya. Keterampilan berbahasa Indonesia seseorang
sangat bergantung pada kualitas serta banyaknya kosa kata yang dikuasainya(Yus, 2018). Masyarakat
seringkali memakai Bahasa Indonesia dengan berbagai macam versi yang biasa digunakan sehari-hari
(kolokial) atau mencampuradukkan dengan dialek bahasa daerahnya.
Penggunaan bahasa ditengah masyarakat berbeda-beda karena adanya perbedaan ragam daerah
atau lebih sering disebut logat. Logat yang paling mudah diamati dan dibedakan ialah lafal (Sugono,
2013).
Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan tersebut, Bahasa Indonesia dijadikan bahasa formal
yang harus digunakan dalam surat-menyurat resmi, media massa, sastra, forum-forum publik lainnya,
sehingga dapatdisimpulkan bahwa bahasa Indonesia telah digunakan oleh seluruh warga Indonesia.
Karena Bahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ataupun
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
haruslah diterapkan/dibiasakan.
Dengan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita harus mengetahui
apa yang dimaksud dengan istilah "baik dan benar" dalam berbahasa. Tidaklah semua bahasa yang
dianggap baik itu benar dan sebaliknya. Tentunya yang paling baik adalah menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Untuk dapat menerapkan bahasa yang baik dan benar, kita harus memahami istilah
baik dan benar tersebut.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan kondisi. Bahasa haruslah efektif dalam
menyampaikan maksud kepada lawan bicara(D. Pendidikan & Pengajaran, 2015). Oleh karena itu
penggunaan bahasa yang dipilihpun harus sesuai. Ada lima laras bahasa yang dapat diterapkan sesuai
situasi sesuai dengan derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1. Ragam beku (frozen); biasanya digunakan pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara
pernikahan.
2. Ragam resmi (formal); biasanya digunakan dalam komunikasi resmi seperti pidato, rapat
resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); biasa digunakan dalam konteks pembicaraan berpusat pada
transaksi atau pertukaran informasi seperti percakapan di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); sering digunakan dalam suasana tidak resmi.
5. Ragam akrab (intimate); digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sudah
sangat akrab(Guru et al., 2018).
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa baku, baik
untuk bahasa yang tertulis(teks) maupun bahasa lisan(nonteks) (Setiawati, 2016).
Dalam kehidupan bermasyarakat sering dijumpai penggunaan kata tidak baku dan kata yang
bermakna ganda(ambigu). Ambiguitas terjadi karena kegandaan makna akibat perbedaan tafsiran
(Anwari, Kartika, & Saibi, 2013).
Salahsatunya adalah penggunaan kata “anu”, terlepas dari baku atau tidaknya kata “anu”, kata
tersebut ketika diucapkan akan membuat orang lain bingung karena memiliki makna lebih dari
satu(ambigu).

Gambar 1. Interaksi masyarakat


Pengucapan kata “anu” sering digunakan ketika kita bingung bagimana saat akan menjelaskan
sesuatu atau menggambarkan sesuatu dalam kata-kata yang tepat namun belum menemukan kata yang
sesuai, biasanya setelah itu kita akan mengeluarkan kata “anu” tanpa disadari.
Apabila seseorang ditanya tentang suatu hal dan menjawab dengan menggunakan kata “anu”,
maka orang yang menjawab dengan kata “anu” tersebut seolah-olah menutupi kejadian yang sebenarnya
terjadi atau bisa diartikan seperti akan berbohong.
Selain itu kata “anu” juga terkesan kurang sopan apabila diucapkan di acara/forum resmi dan
kepada orang yang lebih tua. Agar dapat dikatakan sopan, bahasa yang digunakan haruslah tidak kabur,
jelas, tidak ambigu, tidak berlebih-lebihan dan teratur(J. Pendidikan, 2019)
Bagaimanapun kata tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia dan tidak bisa
dipisahkan lagi, seakan-akan sudah menjadi kebiasaan berbahasa masyarakat Indonesia. Walaupun kata
“anu” terkesan membingungkan karena memiliki makna yang lebih dari satu, namun ketika masyarakat
saling berinteraksi dan menggunakan kata “anu” antara seseorang yang berkomunikasi dan lawan
bicaranya, mereka dapat saling memahami makna kata “anu” yang sedang dimaksud.
Lebih baik apabila masyarakat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan
menggunakan kaidah yang berlaku saat ini. Kalimat yang baik tidak mengandung kata yang tidak baku
dan tidak mengandung kata yang bermakna lebih dari satu(ambigu).

4. Simpulan
Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Melayu yang diadaptasikan menjadi sebagai bahasa nasional
Republik Indonesia dan bahasa persatuan Indonesia. Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa nasional
Indonesia satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah diresmikan oleh PPKI.
Meskipun dipahami dan digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah
bahasa ibu bagi kebanyakan penggunanya. Masyarakat seringkali memakai Bahasa Indonesia dengan
berbagai macam versi yang biasa digunakan sehari-hari (kolokial) atau mencampuradukkan dengan
dialek bahasa daerahnya. Penggunaan bahasa ditengah masyarakat berbeda-beda karena adanya
perbedaan ragam daerah atau lebih sering disebut logat. Dalam kehidupan bermasyarakat sering
dijumpai penggunaan kata tidak baku dan kata yang bermakna ganda(ambigu). Ambiguitas terjadi
karena kegandaan makna akibat perbedaan tafsiran. Salahsatunya adalah penggunaan kata “anu”,
terlepas dari baku atau tidaknya kata “anu”, kata tersebut ketika diucapkan akan membuat orang lain
bingung karena memiliki makna lebih dari satu(ambigu). Pengucapan kata “anu” sering digunakan
ketika kita bingung bagimana saat akan menjelaskan sesuatu atau menggambarkan sesuatu dalam kata-
kata yang tepat namun belum menemukan kata yang sesuai, biasanya setelah itu kita akan
mengeluarkan kata “anu” tanpa disadari. Walaupun kata “anu” terkesan membingungkan karena
memiliki makna yang lebih dari satu, namun ketika masyarakat saling berinteraksi dan menggunakan
kata “anu” antara seseorang yang berkomunikasi dan lawan bicaranya, mereka dapat saling memahami
makna kata “anu” yang sedang dimaksud. Lebih baik apabila masyarakat menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dengan menggunakan kaidah yang berlaku saat ini. Kalimat yang baik
tidak mengandung kata yang tidak baku dan tidak mengandung kata yang bermakna lebih dari
satu(ambigu).

Daftar Pustaka
Anwari, Y., Kartika, D., & Saibi, E. A. (2013). ANALISIS KALIMAT AMBIGU DALAM NOVEL SUATU
TINJAUAN SEMANTIK. Abstract of Undergraduate Research, Faculty of Humanities, Bung Hatta
University, 2(3).
Fridani, Lara; Dhieni, N. (2014). Hakikat Perkembangan Bahasa Anak. Metode Pengembangan Bahasa, 1–28.
Guru, P., Dasar, S., Iksan, B., Kuntarto, E., Akil, M., Noviyanti, S., & Okta, S. (2018). PENGGUNAAN
BAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN . KHUSUSNYA DI PROGRAM STUDI. 1–9.
Pendidikan, D., & Pengajaran, D. A. N. (2015). Arum Putri Rahayu – Bahasa Indonesia dalam Pendidikan.
2(November).
Pendidikan, J. (2019). Qalamuna - Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama | Vol. 11 No. 1, Januari – Juni
2019. 11(1), 65–81.
Sarnawi M Dasim. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia. Thesis, 78–95.
Serapan, K., Asing, B., Al-qur, D., & At-thobari, D. P. (2013). Kata Serapan Bahasa Asing Dalam Al-Qur’an
Dalam Pemikiran At-thobari. 8(1).
Setiawati, S. (2016). Penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kbbi) Dalam Pembelajaran Kosakata Baku
Dan Tidak Baku Pada Siswa Kelas Iv Sd. Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 2(1). https://doi.org/
10.22202/jg.2016.v2i1.1408
Sugono, D. (2013). Mahir berbahasa Indonesia dengan benar. Gramedia Pustaka Utama.
Yus, F. (2018). Identity-Related Issues in Meme Communication. Internet Pragmatics, 1(1).
https://doi.org/10.1075/ip.00006.yus

You might also like