Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

KESETARAAN DI MUKA HUKUM BAGI PENYANDANG DISABILITAS

(Analisis Putusan Nomor 28/Pid.B/Pn.Skh/2013)

Siti Nurhayati*

Abstract
The right on the same position on the law means that every citizens including disabilities persons have the
same change to use their rights regulated by the institution. Indonesia government has signed Convention on
the Rights of Persons with Disabilities in March 30, 2007 in New York. That even shows the strong intention of
Indonesia country to respect, save, fulfill, and develop the disabilities persons’ right to fulfill the welfare of the
disabilities persons. There is a case happened in Sukaharjo in the decision No. 18/Pid.B/PN.SKH/2013 about a
crime defeated the disabilities person. This study employed library research design. The finding shows that
the judges in the decision Nomor 28/Pid.B/PN.SKH state that the defendant convicted 8 years 6 months. The
decision can be used as jurisprudence for other judges in examining the same case in order to avoid criminal
disparity. In a further development, the criminal appeals to the High Court in Central Java, and in the High
Court, Decision No. 244 / Pid 2013 / P.T.Smg actually strengthens the High Court Decision Sukoharjo with 10
years prison. Based on this decision it should increase the capacity of law enforcement agencies in the fulfillment
of the right to a fair trial for persons with disabilities must be done. It aims to introduce the concept of disability
to law enforcement officials, provide an understanding of human rights, especially the rights of persons with
disabilities to law enforcement officials, as well as provide expertise (skills) to law enforcement authorities on
the way and methods to fulfill the accessibility of persons with disabilities in law.
Keywords: Human Rights, disability, equality of law, a judicial decision

Abstrak
Hak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum berarti bahwa setiap warga negara tak terkecuali
penyandang disabilitas, harus diberikan kesempatan yang sama untuk menggunakan hak-haknya
yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. Pemerintah Indonesia telah menandatangani
Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang
Disabilitas) pada tanggal 30 Maret 2007 di New York. Penandatanganan tersebut menunjukkan
kesungguhan Negara Indonesia untuk menghormati, melindungi, memenuhi dan memajukan hak-
hak penyandang disabilitas, yang pada akhirnya diharapkan dapat memenuhi kesejahteraan para
penyandang disabilitas. Salah satu kasus yang terjadi di daerah Sukoharjo, dalam Putusan Nomor 28/
Pid.B/PN.SKH/2013 tentang tindak pidana menyerang kehormatan susila dengan korban penyandang
disabilitas. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Majelis hakim dalam Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH. menyatakan bahwa
terdakwa divonis dengan 8 tahun 6 bulan penjara. Putusan tersebut bisa dijadikan yurisprudensi
bagi hakim lainnya dalam memeriksa perkara yang serupa agar tidak terjadi disparitas pidana.
Dalam perkembangan selanjutnya, pelaku tindak pidana mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi
Jawa Tengah, dan dalam Pengadilan Tinggi tersebut, Putusan Nomor 244/Pid 2013/P.T.Smg justru
menguatkan Putusan PN Sukoharjo dengan vonis 10 tahun penjara. Berdasarkan putusan ini maka
hendaknya peningkatan kapasitas aparat penegak hukum dalam pemenuhan hak atas peradilan yang
fair bagi penyandang disabilitas harus terus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan
konsep disabilitas kepada aparat penegak hukum, memberikan pemahaman tentang Hak Asasi
Manusia, khususnya tentang hak-hak penyandang disabilitas kepada aparat penegak hukum, serta
memberikan keahlian (skill) kepada aparat penegak hukum mengenai cara dan metode memenuhi
aksesibilitas penyandang disabilitas berhadapan dengan hukum.
Kata Kunci: Hak Asasi Manusia, disabilitas, kesetaraan hukum, putusan peradilan

*
Dosen Jurusan Syari’ah STAIN Kediri

ISSN: 1829-9571
94 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
I. PENDAHULUAN serta menjadi anggota masyarakat secara
Negara Indonesia yang berdasarkan aktif.1
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Istilah penyandang disabilitas (persons
Republik Indonesia Tahun 1945 menghormati with disabilities) resmi mulai digunakan di
dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Indonesia sejak ratifikasi Convention on the
manusia. Hak Asasi Manusia sebagai hak Rights of Persons with Disabilities (CRPD)
dasar yang secara kodrati melekat pada diri pada November 2011 melalui UU Nomor 19
manusia, bersifat universal dan langgeng, Tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi
juga dilindungi, dihormati, dan dipertahankan Hak Penyandang Disabilitas. Terjemahan
oleh Negara Republik Indonesia, sehingga yang dipakai resmi dalam ratifikasi konvensi
perlindungan dan pemajuan Hak Asasi adalah penyandang disabilitas. Konvensi
Manusia terhadap kelompok rentan khususnya mendefinisikan persons with disabilities
penyandang disabilitas perlu ditingkatkan. sebagai mereka yang memiliki kerusakan
Penyandang disabilitas merupakan istilah fisik, mental, intelektual, atau sensorik
pengganti dari penyandang cacat yang sejak jangka panjang yang dalam interaksinya
dulu banyak digunakan. Pada tanggal 13 dengan berbagai hambatan dapat merintangi
Desember 2006 Majelis Umum Perserikatan partisipasi mereka dalam masyarakat secara
Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan Resolusi penuh dan efektif berdasarkan pada asas
Nomor A/61/106 mengenai Convention on the kesetaraan.2 Definisi ini menempatkan
Rights of Persons with Disabilities (Konvensi disabilitas (ketidakmampuan atau hambatan
tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas). aktivitas) sebagai hasil dari interaksi antara
Resolusi tersebut memuat hak-hak penyandang keterbatasan fungsi fisik/mental dengan
disabilitas dan menyatakan akan diambil faktor lingkungan, respon sosial, serta faktor
langkah-langkah untuk menjamin pelaksanaan yang lebih luas yang mendukung hambatan
konvensi ini. Pemerintah Indonesia telah atas ketidakmampuan tersebut.
menandatangani Convention on the Rights of Disabilitas merupakan kata lain yang
Persons with Disabilities (Konvensi tentang merujuk pada penyandang cacat. Bagi
Hak-Hak Penyandang Disabilitas) pada tanggal masyarakat awam, kata disabilitas mungkin
30 Maret 2007 di New York. Penandatanganan terkesan kurang familiar karena mereka
tersebut menunjukkan kesungguhan Negara umumnya lebih mudah menggunakan istilah
Indonesia untuk menghormati, melindungi, penyandang cacat. Sebagaimana disebutkan
memenuhi dan memajukan hak-hak dalam pokok-pokok isi Convention on the Rights
penyandang disabilitas, yang pada akhirnya of Persons with Disabilities (CRPD) yang telah
diharapkan dapat memenuhi kesejahteraan diratifikasi melalui UU Nomor 19 Tahun 2011.
para penyandang disabilitas. Convention Adapun yang disebut penyandang disabilitas
on the Rights of Persons with Disabilities adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik,
(CRPD) merupakan wujud puncak perubahan mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka
paradigma gerakan disabilitas dari cara waktu lama yang dapat berinteraksi dengan
pandang lama yang melihat penyandang lingkungan dan sikap masyarakatnya, dapat
disabilitas sebagai “obyek” amal, pengobatan menemui hambatan yang menyulitkan untuk
dan perlindungan sosial kepada cara pandang berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan
baru yang melihat penyandang disabilitas
sebagai “subyek” yang memiliki hak, yang http://www.jimlyscho o l.co m/read/news/3 2 8 /
1

mendorong-implementasi-ranham-pemenuhan-hak-
mampu mengklaim hak-haknya, dan mampu penyandang-disabilitas/, diakses 9 April 2015.
membuat keputusan untuk kehidupan mereka 2
YLBHI, Yayasan Obor Indonesia dan AusAID, Panduan
secara merdeka berdasarkan kesadaran sendiri Bantuan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2014), hlm. 253.

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 95


kesamaan hak.3 Para penyandang disabilitas makhluk sosial dan mahkluk individual yang
ini memperoleh pengakuan dan hak yang sama memiliki harkat dan martabat. Adapun bentuk
sebagai warga negara. Oleh karena itu, adanya Hak Asasi Manusia tersebut, meliputi hak
diskriminasi merupakan pelanggaran terhadap seseorang untuk hidup, hak untuk memperoleh
konstitusi. rasa aman, hak sosial dan politik, hak ekonomi,
Membahas masalah disabilitas dan hak untuk berserikat, dan lain sebagainya.
pandangan masyarakat merupakan sebuah Seyogyanya, merupakan kewajiban negara
ironi. Para kaum disabilitas membutuhkan untuk memberikan perlindungan terhadap
bantuan dan respon positif dari masyarakat pelaksanaan dan pemenuhan Hak Asasi
untuk berkembang, tetapi mereka justru Manusia sebagai hak dasar warga negaranya.
mendapatkan perlakuan berbeda dari Keseluruhan isi konvensi tidaklah
masyarakat. Umumnya masyarakat mengatur hal baru dalam pemenuhan hak
menghindari kaum disabilitas dari kehidupan penyandang disabilitas. Pada dasarnya, semua
mereka. Alasannya sederhana, karena mereka hak yang dimiliki oleh manusia juga berlaku
tidak ingin mendapatkan efek negatif dari setara bagi penyandang disabilitas. Faktanya
kemunculan kaum disabilitas dalam kehidupan masyarakat dengan disabilitas merupakan
mereka seperti sumber aib, dikucilkan dalam kelompok yang minoritas secara jumlah dan
pergaulan dan permasalahan lainnya. representasi, serta tersubordinasi karena
Apakah kita pernah berpikir tentang stigma, tingkat pemahaman, serta dominasi
disabilitas di sekitar kita? Apakah kita pernah politik di tingkat masyarakat dan negara.
menganggap keberadaaan mereka? Bagaimana Konvensi ini merupakan penegasan yang
perasaan kita jika takdir menghendaki mengharuskan negara mengambil langkah-
kita sebagai salah satu bagian dari kaum langkah nyata dalam upaya penghormatan,
disabilitas? Jawaban dari pertanyaan di atas pemajuan, serta pemenuhan dan perlindungan
dapat mencerminkan kepedulian kita terhadap hak penyandang disabilitas termasuk di
masalah disabilitas. Semakin kita dekat dan dalamnya perlakuan yang sama di hadapan
peduli dengan mereka, maka akan semakin hukum (equality before the law).
baik. Contoh disabilitas yang biasa kita temui Indonesia adalah salah satu negara yang
sehari-hari adalah orang yang terlahir cacat memiliki skala populasi penyandang disabilitas
tanpa penglihatan yang bagus (tunanetra), yang cukup tinggi. Artinya, potensi terjadinya
pendengaran yang bagus (tunarungu), pelanggaran terhadap hak kaum disabilitas
pembicaraan yang bagus (tunawicara), dan akan banyak terjadi. Selain itu, stigma negatif
sebagainya. Disabilitas yang mengarah pada terhadap disabilitas sudah beredar luas di
cacat mental juga dapat kita lihat pada dalam pergaulan masyarakat. Disabilitas
seseorang yang memiliki keterbelakangan dianggap kaum rentan yang sering kali menjadi
mental. korban tindak pidana seperti perlakuan
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar diskriminatif dan pelecehan seksual bahkan
yang secara kodrati melekat dalam diri perkosaan. Hal tersebut tidak hanya berhenti
manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki dalam ranah pergaulan sosial saja, namun
oleh setiap manusia, Hak Asasi Manusia itu dalam penanganan hukumpun sering terjadi
tidak dapat dirampas, direnggut, dilecehkan, ketidaksetaraan sehingga tidak sesuai dengan
maupun dikurangi pemenuhannya oleh orang prinsip equality before the law (persamaan
lain. Hak Asasi Manusia berperan penting dalam di hadapan hukum). Pengaturan tentang
mempertahankan eksistensi manusia sebagai disabilitas memang sudah sedemikian rupa
diatur, namun belum maksimal realisasinya.
3
UU Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention Kurangnya tenaga ahli dan kepiawaian
on The Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai
Hak-hak Penyandang Disabilitas).
penyidik menjadi salah satu faktor penentu

ISSN: 1829-9571
96 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
penanganan kasus pidana terhadap disabilitas. Negeri (PN) Sukoharjo “dimenangkan” oleh
Salah satu kasus di daerah Sukoharjo dalam korban dengan ditetapkannya Putusan Nomor
Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH/2013 tentang 28/Pid.B/PN.SKH/2013 dengan vonis 8 tahun 6
tindak pidana menyerang kehormatan susila, bulan. Memperoleh putusan ini, pelaku telah
menjadi salah satu acuan untuk mengetahui mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa
sejauhmana perlindungan kaum disabilitas Tengah, dan dalam Pengadilan Tinggi tersebut,
berhadapan dengan hukum. Putusan Nomor 244/Pid 2013/P.T.Smg yang
Perlakuan yang sama di hadapan hukum ditetapkan justru menguatkan Putusan PN
berarti bahwa setiap warga negara tak terkecuali Sukoharjo.
penyandang disabilitas, harus diberikan Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
kesempatan yang sama untuk menggunakan penelitian ini membatasi diri pada masalah
hak-haknya yang telah ditentukan oleh undang- Putusan Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo
undang. Hak-hak ini meliputi hak untuk dalam Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH/2013
memperoleh penerjemah, hak untuk didengar seperti disinggung di atas serta implikasi
dan dicatat segala keterangannya di tiap-tiap hukum yang ditimbulkannya. Berikutnya
tahap peradilan pidana, hak untuk disidik oleh upaya-upaya apa yang bisa dilakukan untuk
penyidik yang memiliki kemampuan memahami merealisir pemenuhan hak atas persamaan
bahasa isyarat dan hak atas peradilan yang jujur di muka hukum (equality before the law) bagi
dan tidak memihak. penyandang disabilitas. Tulisan ini diharapkan
Ketika seseorang berhadapan dengan proses mampu menguraikan hambatan, tantangan
hukum, dalam hal ini proses hukum pidana, dan harapan penegakan HAM bagi penyandang
maka harus ada jaminan bahwa semua proses disabilitas di depan hukum.
dilakukan sesuai dengan hukum acara yang
benar. Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH/2013 II. METODE PENELITIAN
adalah salah satu hasil dari proses hukum di Jenis penelitian yang digunakan dalam
pengadilan. Putusan ini berangkat dari kasus penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka
adanya tindak pidana perkosaan dengan korban (Library Research), yaitu suatu metode yang
seorang penyandang disabilitas. Verlianti digunakan dengan cara mempelajari buku-
Ika Mardani adalah penyandang disabilitas buku literatur, aturan perundang-undangan,
rungu wicara, siswi kelas 2 Sekolah Menengah putusan pengadilan dan yurisprudensi. Di
Umum (SMU) Luar Biasa (LB) di Sekolah Luar samping itu juga penulusuran melalui majalah
Biasa (SLB) Sukoharjo. Umurnya 22 tahun, dan surat kabar yang berkaitan dengan materi
tetapi berdasarkan pemeriksaan mental dan pokok penelitian. Penelitian ini merupakan
psikologis yang dilakukan di Rumah Sakit penelitian hukum normatif (legal research).
Jiwa (RSJ) Surakarta, kondisi mentalnya setara Penelitian ini menggunakan beberapa
dengan anak berusia 9 tahun 2 bulan. Verlianti pendekatan masalah, berupa pendekatan
Ika Mardani menjadi korban kekerasan seksual, perundang-undangan (statute approach) dan
pencabulan dan pemerkosaan oleh Oktober pendekatan kasus (case approach).5 Spesifikasi
Budiawan, S.Pd., Guru yang mengajar bidang dalam penelitian ini adalah penemuan hukum
studi kesenian dan komputer di sekolahnya. In Concreto dengan sumber bahan hukum
Pelaku juga menunjukkan video porno melalui berupa bahan hukum primer, sekunder dan
telepon genggam kepada korban.4 tersier.
Proses peradilan atas kasus ini berjalan Bahan hukum yang digunakan dalam
hampir 1 tahun, akhirnya sidang di Pengadilan penelitian ini meliputi bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum
4
Lihat: http://www.solider.or.id/2013/12/17/putusan-
nomor-28pidbpnskh-pengadilan-negeri-sukoharjo, diakses 10
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian
5
April 2015.
Hukum, (Mataram: Rajawali Pers, 2003), hlm. 163.

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 97


primer adalah bahan hukum utama yang PRIMAIR:
berupa Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH., Bahwa ia terdakwa OKTOBER BUDIAWAN,
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang S.Pd. Bin MULYANA pada waktu antara bulan
Disabilitas, KUHP, dan buku-buku hukum. Juli 2012 sampai dengan bulan Agustus 2012
Sedangkan bahan hukum sekunder, yakni data atau pada waktu-waktu lain dalam tahun 2012
yang mendukung atau data tambahan bagi bertempat di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
Sukoharjo yang terletak di Desa Klaseman
data primer yang mencakup pendapat hukum
Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo,
dari buku, literatur, artikel dan website.
atau pada tempat-tempat lain yang setidak
Metode pengumpulan bahan hukum – tidaknya masih termasuk dalam daerah
meliputi metode kepustakaan dan dokumentasi. hukum Pengadilan Negeri Sukoharjo, dengan
Data-data penelitian diperoleh dari berbagai kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
sumber, meliputi; buku referensi, hasil seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar
penelitian, jurnal ilmiah, artikel, berbagai hasil perkawinan; --------------
riset dan survei dengan skala nasional maupun
Bahwa terdakwa OKTOBER BUDIAWAN , S.Pd.
internasional. Adapun metode penyajian bahan Bin MULYANA sejak
hukum dengan cara mereduksi, kategorisasi
dan display sebelum data dianalisis. tanggal 07 Januari 2011 sampai dengan tanggal
26 September 2012 bekerja sebagai Guru Tidak
Metode analisis data yang digunakan secara
Tetap (GTT) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
normatif-kualitatif dengan menggunakan jenis
Sukoharjo yang terletak di Desa Klaseman
interpretasi gramatikal, sistematis dan teleologis.
Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo, dan
Analisis data sekunder dilakukan dengan cara mengajar pelajaran Komputer dan Kesenian
berpedoman atau berdasarkan norma/kaidah terhadap siswa-siswa sekolah tersebut
hukum, konsep hukum, doktrin hukum maupun diantaranya adalah Saksi VERLIANTI IKA
tinjauan pustaka untuk menjawab permasalahan MARDANI Binti WINAR MARDANI.; ------------
dalam penelitian ini. Penelitian kepustakaan -----
yang dilakukan adalah membandingkan
Bahwa kondisi Saksi VERLIANTI IKA MARDANI
peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, Binti WINAR MARDANI, umur 22 tahun, sesuai
dan buku referensi kemudian dianalisis secara Laporan Pemeriksaan Psikologis oleh Dra.
normatif-kualitatif untuk memberikan gambaran SEPI INDRIATI, Psi. NIP. 19640911 199502 2001,
yang menyeluruh tentang aspek hukum yang Psikolog Pemeriksa pada Rumah Sakit Jiwa
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Daerah Surakarta yang dilakukan pada 21
Adapun analisis data yang dilakukan pertama Nopember 2012, dengan hasil pemeriksaan: ---
kali dengan menggambarkan kronologi kasus, -----------------------------
mengumpulkan data yang diperoleh, disusun Dengan menggunakan skala kemasakan sosial
dan di klarifikasi, selanjutnya dianalisis dan dan instrument yang menunjukkan bahwa
diinterpretasikan dalam bentuk kalimat yang kemasakan sosial Verli setara dengan anak
sederhana dan mudah dipahami sehingga data usia 9 tahun 2 bulan .; ----------------------------
tersebut dapat dimengerti pengertiannya. ------------------------------------------
Potensi Kemampuan Verli menunjukkan
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN suspeet IQ = 40-50 (Mental Retardasi Sedang).
A. Deskripsi Kronologi Kasus --------------------------------------------------------
Kasus ini berawal dari dakwaan yang ------
diajukan ke persidangan oleh Jaksa Penuntut Observasi dan wawancara: Daya tangkap
Umum tanggal 8 Pebruari 2013 No. Reg. Perkara: kurang, miskin pertimbangan, peka dan suka
PDM-5/SUKOH/Euh.2 dengan dakwaan sebagai diperhatikan serta mudah dipengaruhi, Verli
berikut:6 cukup kooperatif dan mudah diajak kerjasama.
-----------------------------------------
6
Putusan Nomor 28/Pid.b/PN.SKH/2013

ISSN: 1829-9571
98 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
Bahwa pada sekitar bulan Juli 2012 terdakwa SUBSIDIAIR:
OKTOBER BUDIAWAN, SPd Bin MULYANA Bahwa ia terdakwa OKTOBER BUDIAWAN , SPd
pernah menunjukkan adegan video porno dari Bin MULYANA
Hpnya kepada Saksi VERLIANTI IKA MARDANI
pada waktu dan tempat sebagaiaman tersebut
Binti WINAR MARDANI; ---------------------------
dalam Dakwaan Primair, dengan kekerasan
--------------------------
atau ancaman kekerasan memaksa seorang
Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
sesuai Visum Et Repertum Nomor: perbuatan cabul.
849/PW/RM/ XI/2012 tanggal 13/11/2012 Atas perbuatan terdakwa tersebut
yang dibuat dan ditanda - tangani oleh dr. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sukoharjo
HENDRATNO TRIWIBOWO, SP.OG, dokter memberikan putusan pidana penjara 8 Tahun
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dalam 6 bulan penjara. Terhadap putusan ini, pihak
pemeriksan terhadap Saksi korban:
terdakwa tidak terima dan mengajukan
Nama: VERLIANTI IKA MARDANI banding ke Pengadilan Tinggi Semarang.
umur: 22 tahun Namun, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Semarang setelah memeriksa dan meneliti
Alamat: Dagangsn Rt. 04/09 Trangsan Gatak
serta mencermati dengan seksama berkas
Sukoharjo
perkara, salinan putusan Pengadilan Negeri
pada tanggal 10 Nopember 2012 dengan hasil Sukoharjo Nomor: 28/Pid.B/2013/PN.Skh.
pemeriksaan pada Regoi Genital: tanggal 27 Juni 2013 dan Memori banding
Bibir Vagina tak ada luka / memar; yang diajukan oleh penasihat hukum terdakwa
Rectal Toucher : Hymen/ selaput dara tampak ternyata tidak terdapat hal-hal baru yang
ada bekas luka lama pada jam 3 dan jam 6 ; perlu dipertimbangkan. Oleh karena hanya
merupakan pengulangan dari tuntutannya,
Tak tampak darah atau cairan / keputihan.
yang kesemuanya telah dipertimbangkan
dengan kesimpulan - Hymen / selaput dara dengan seksama oleh Majelis Hakim tingkat
tidak utuh lagi (sudah robek), pertama tersebut dalam putusannya, oleh
dan selanjutnya berdasarkan keterangan dr. karenanya Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
HENDRATNO TRIWIBOWO, SP.OG menyatakan sependapat dengan alasan pertimbangan
yang dimaksud Regoi Genital adalah tersebut dan sudah tepat dan benar, kecuali
daerah kelamin, dan penyebab robeknya mengenai lamanya pidana yang dijatuhkan
selaput dara Saksi VERLIANTI kepada terdakwa yang harus diperbaiki dengan
alasan sebagai berikut:
IKA MARDANI yaitu adanya luka lama pada
a. Untuk perbuatan terdakwa membuat resah
jam 3 dan jam 6 tersebut
masyarakat serta trauma bagi si korban;
disebabkan karena kemasukan benda tumpul. b. Membuat efek jera bagi terdakwa supaya
Bahwa antara terdakwa OKTOBER BUDIAWAN , tidak mengulangi lagi perbuatannya;
SPd Bin MULYANA c. Bahwa terdakwa sebagai seorang guru
dengan Saksi VERLIANTI IKA MARDANI Binti seharusnya melindungi korban, yang
WINAR MARDANI tidak ada ikatan perkawinan.; dalam keadaan tuna rungu.
------------------------------------------ Berdasarkan pertimbangan di atas, maka
Bahwa perbuatan terdakwa OKTOBER Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Semarang
BUDIAWAN, SPd Bin MULYANA tersebut memberikan putusan pidana 10 tahun penjara.
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Putusan ini dianggap dapat memberikan
Pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana keadilan pada korban mengingat korban adalah
(KUHP); ------------------- penyandang disabilitas. Sementara terdakwa
adalah guru korban yang seharusnya mampu

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 99


memberikan perlindungan terhadap korban fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang
selama menempuh pendidikan di sekolah, lain. CRPD juga menetapkan kewajiban umum
bukan sebaliknya. setiap negara peserta, di samping kewajiban-
kewajiban lain yang ditetapkan secara
B. Refleksi Atas Putusan Hakim Pengadilan eksplisit dan rinci. Negara wajib mengadopsi
Negeri Sukoharjo Dalam Putusan Nomor semua kebijakan legislatif dan administratif
28/Pid.B/PN.SKH/2013 Terkait Kasus sesuai dengan konvensi ini. Artinya, seluruh
Hukum Penyandang Disabilitas Peraturan Per-Undang-Undang-an yang
Indonesia adalah salah satu negara di Asia berlaku positif di Indonesia serta peraturan
yang sejak November 2011 turut meratifikasi di bawahnya haruslah disesuaikan serta
konvensi perlindungan hak orang dengan disinkronisasikan sesuai dengan konvensi ini,
disabilitas, atau yang dikenal dengan CRPD mulai dari substansi di dalam Per-Undang-
(Convention On the Rights of Persons with Undang-annya hingga sampai klausul-klausul
Disabilities). Ratifikasi konvensi ini sebagai pasalnya.
wujud dari usaha pemerintah Indonesia dalam Persamaan di dalam hukum (Pasal 27 ayat
hal pemenuhan hak penyandang disabilitas. (1), baik dalam bentuk pengakuan, jaminan,
Pandangan maupun pendekatan dalam perlindungan dan kepastian hukum yang adil
konvensi ini adalah berbasis Hak Asasi Manusia. (Pasal 28 (D) ayat (1)) sangat penting. Hak ini
Penyandang disabilitas serta organisasinya sebenarnya mencakup pula hak atas proses
atau yang disebut OPD (Organisasi Penyandang peradilan yang bebas dan tidak memihak
Disabilitas) harus menjadi aktor yang terlibat (Pasal Amandemen UUD 1945 jo. Pasal 17 UU
aktif di berbagai aspek serta di berbagai HAM), hak atas praduga tak bersalah (Pasal
tahapan. 18), hak untuk tidak dikenakan hukum yang
Isu tentang penyandang disabilitas berlaku surut (Pasal 28 (I) ayat (1) Amandemen
atau orang-orang yang memiliki perbedaan UUD 1945 dan Pasal 18 UU HAM). Perlu
kemampuan, seringkali dikenal dengan istilah dicatat bahwa praktik-praktik hukum saat ini
“difabel” (differently able people), adalah masalah menunjukkan bahwa hak untuk tidak berlaku
yang paling jarang mendapatkan perhatian dari surut dikecualikan untuk kejahatan-kejahatan
pemerintah maupun masyarakat, khususnya internasional, seperti kejahatan genosida dan
di negara berkembang seperti Indonesia, kejahatan terhadap kemanusiaan.
terabaikannya masalah difabel ini disebabkan Selain itu, hak untuk bebas dari penyiksaan
oleh adanya faktor sosial budaya, selain dan perlakuan yang merendahkan derajat dan
faktor ekonomi dan lemahnya kebijakan dan martabat manusia (Pasal 28 (G) (2) jo. 28 (I) (1))
penegakan hukum yang memihak komunitas dan hak-hak lain yang dijamin dalam Pasal
difabel. CRPD (Konvensi tentang Hak-Hak 18 UU HAM, seperti pemberlakuan ketentuan
Penyandang Disabilitas), telah diratifikasi oleh yang paling menguntungkan dan hak atas
Negara Republik Indonesia dalam Undang- bantuan hukum. Masih dalam kerangka ini, hak
Undang Negara Republik Indonesia Nomor 19 tersebut mencakup pula hak atas fair hearing
Tahun 2011 tentang Pengesahan CRPD. CRPD atau diproses di hadapan pengadilan secara
menetapkan hak-hak penyandang disabilitas adil, termasuk hak untuk menguji saksi, hak
secara luas, yaitu setiap penyandang disabilitas untuk membela diri, mencari bantuan hukum
harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan dan sebagainya. Hak atas bantuan hukum
yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan bagi mereka yang miskin atau dipinggirkan,
martabat manusia, bebas dari eksploitasi, didasarkan pada Pasal 28 (H) (2) Amandemen
kekerasan dan perlakuan semena-mena, UUD 1945 mengatakan: “setiap orang berhak
serta memiliki hak untuk mendapatkan mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
penghormatan atas integritas mental dan untuk memperoleh kesempatan dan manfaat

ISSN: 1829-9571
100 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
yang sama guna mencapai persamaan dan karena korban termasuk keluarga dekatnya
keadilan.” Tindakan khusus seperti ini harus memiliki pemulihan yang efektif.
dimungkinkan persis untuk menjamin adanya Restitusi menekankan pemulihan korban
persamaan/keadilan. dari situasi sebelum haknya dilanggar.
Akses atas keadilan bagaimanapun juga Kompensasi merupakan reparasi terhadap
menyangkut hak-hak korban pelanggaran luka-luka fisik dan mental, termasuk reparasi
HAM, yang mencakup:7 atas kesempatan yang hilang, reparasi atas
1. Hak untuk mengetahui (kebenaran); pencemaran nama baik (atau dalam bentuk
2. Hak atas keadilan; dan pemulihan nama baik). Sedangkan rehabilitasi
3. Reparasi yang dibedakan menjadi hak atas mengambil bentuk pelayanan kesehatan
restitusi, kompensasi, rehabilitasi dan psikologis maupun psikiatris.
kepuasan (satisfaction). Dalam proses penyelesaian perkara,
Terkait dengan hak penyandang disabilitas, korban seharusnya mendapat hak-hak sebagai
negara harus mengambil langkah-langkah berikut; hak untuk mendapatkan pendamping
efektif guna memberi pemulihan atas hak yang hukum, hak untuk mendapatkan penerjemah,
telah dilanggar (remedy) pada korban. Hal itu hak untuk mendapatkan ahli, hak bebas dari
menurut berbagai lembaga Hak Asasi Manusia pertanyaan menjerat dan merendahkan,
internasional bisa dilakukan negara dalam hak untuk diperiksa penyidik, jaksa dan
bentuk pemberian kompensasi, investigasi hakim yang faham penyandang disabilitas,
pelanggaran yang dilakukan, tindakan- hak untuk mendapatkan informasi tentang
tindakan yang dapat mencegah berulangnya perkembangan kasus, hak untuk mendapatkan
kembali pelanggaran, menghadirkan pelaku di informasi tentang putusan pengadilan. Akan
hadapan pengadilan dan lain sebagainya. tetapi ada beberapa hak yang tidak didapatkan
Hak korban untuk mengetahui, mencakup; oleh korban, seperti hak untuk mendapatkan
hak atas kebenaran (truth) dari individu pendamping hukum, hak untuk mendapatkan
maupun masyarakat secara kolektif. Hal yang penerjemah dan hak untuk mendapatkan ahli.
bisa dilakukan adalah membentuk komisi Di Indonesia pada tahun 2011 lalu, tercatat
penyelidikan di luar proses pengadilan dan 4.845 kasus pemerkosaan yang dialami oleh
memelihara arsip-arsip berkenaan dengan para penyandang disabilitas dan di Yogyakarta
pelanggaran Hak Asasi Manusia, termasuk sendiri terdapat 43 kasus korban perkosaan
di dalamnya menemukan faktor-faktor yang dan 39 kasus pelecehan seksual.8 Menurut
menyebabkan pelanggaran hak ekonomi dan hasil sensus SIGAB, ada 8 kasus pemerkosaan
sosial. Gagasan hak atas kebenaran adalah terhadap penyandang disabilitas pada tahun
juga untuk mencegah terulangnya kembali 2014 dan ada 30 kasus terkait dengan trafficking
pelanggaran yang sama. disabilitas.9 Di samping kasus tersebut di
Hak atas keadilan, mencakup; hak atas atas, masih banyak kasus kekerasan seksual,
pemulihan yang adil dan efektif (termasuk bahkan pemerkosaan yang tidak diproses
menghadirkan pelaku pelanggaran di hadapan secara hukum dengan alasan lemahnya
meja pengadilan), dan kewajiban negara untuk bukti, minimnya aksesibilitas hukum bagi
melakukan investigasi, mengadili pelaku dan penyandang disabilitas, bahkan mereka
menghukum pelaku (jika terbukti bersalah). dianggap tidak mampu memberikan kesaksian
Proses ini juga membuka kemungkinan dalam proses peradilan.
tuntutan perdata. 8
http://www.jogjainfo.net/212/02/seribu-tangkai-
Hak atas reparasi, meliputi; hak individu bunga-anti-perkosaan.html?m=1, diakses pada tanggal 10
atas restitusi, kompensasi dan rehabilitasi September 2015.
9
http://www.jpn.com/read/2013/04/28/169325/
7
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum …, hlm. 371. Hukum-dan-Keadilan-Difabel-minim-diakses tanggal 11
September 2015.

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 101


Berdasarkan pemaparan yang telah memeriksa kesaksian korban berdasarkan
diuraikan di atas, maka dapat diperoleh berita acara pemeriksaan di tahap penyidikan.
dua kesimpulan sebagai berikut; Pertama, Hal ini ditujukan agar korban tidak menjadi
advokasi terhadap korban kekerasan kaum korban kedua, atau bahkan ketiga (korban
penyandang disabilitas telah ditangani oleh sistem) dalam proses peradilannya.
berbagai LSM dalam bidang bantuan hukum. Pengaturan terkait perlindungan korban
Sebagian besar kasus yang ditangani, berhenti disabilitas memang tidak secara spesifik
karena adanya kendala-kendala dalam proses dituliskan, namun dalam peraturan per-
bantuan hukumnya, antara lain; (1) Kendala Undang-Undang-an yang sudah ada dapat
pada Lembaga Bantuan Hukum dengan dijadikan dalil untuk menindak bagaimana
tidak adanya advokat khusus, pendamping perlakuan yang harus diberikan kepada korban
psikolog maupun penerjemah; (2) Kendala disabilitas, seperti pemberian penerjemah
pada korban penyandang disabilitas, antara bagi tuna rungu, pendampingan hukum dan
lain korban dianggap tidak konsisten dalam sebagainya. Negara harus terlibat langsung
menceritakan kronologi kejadian, usia dalam kasus-kasus rentan yang sering didapat
korban (ketidaksesuaian antara usia kalender oleh para penyandang disabilitas. Seperti di
dan usia mental); (3) Kendala dari individu Nederland, untuk korban kejahatan kekerasan
korban, antara lain korban tidak memahami khusus yang dilakukan dengan sengaja
akibat fisik, sosial dan psikologi, korban tidak disediakan dana oleh Departemen Kehakiman
dapat memahami hak yang dimiliki, sistem pada UU “wet voorlopige regeling schadefonds
administrasi peradilan yang tidak aksesibel; geweld misdrijven” (wet 26 Juni 1975.Stb 382).
(4) Kendala pada aparat penegak hukum, Kejahatan khusus tersebut dapat dianalogikan
antara lain adanya penolakan pelaporan sebagai kejahatan yang korbannya adalah orang
kasus di kepolisian karena korban susah tidak normal, orang cacat dan sebagainya.10
berkomunikasi dan tidak adanya alat-alat Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH/2013
bukti, rendahnya pengetahuan aparat hukum terkait kasus hukum penyandang disabilitas
dan kepolisian terhadap isu penyandang sebagaimana dikemukakan di atas, mempunyai
disabilitas termasuk haknya, tidak tersedianya implikasi hukum yang besar terhadap kasus
sarana pendukung seperti petunjuk braille, hukum sejenis, khususnya bagi Pengadilan
penerjemah bahasa isyarat, penolakan kaum Negeri Sukoharjo harus segera berbenah
penyandang disabilitas sebagai saksi dan lain- di segala bidang terkait pemenuhan hak
lain. Kedua, gagasan bantuan hukum terhadap atas persamaan di hadapan hukum bagi
kaum penyandang disabilitas korban tindak penyandang disabilitas. Akses terhadap
pidana guna terciptanya access to justice, antara keadilan ini hendaknya semakin ditingkatkan
lain dibagi menjadi; (1) Gagasan pada Lembaga dengan mereduksi hambatan-hambatan yang
Bantuan Hukum, yaitu dengan menyediakan ada. Sesuai dengan Pasal 13 Konvensi Hak-
pendamping psikolog, penerjemah dan advokat hak Penyandang Disabilitas, maka negara
khusus yang menangani korban penyandang Pihak, termasuk Indonesia, harus menjamin
disabilitas; (2) Gagasan pada pihak kepolisian, akses yang efektif terhadap keadilan bagi
yaitu dengan menyediakan penyidik khusus penyandang disabilitas atas dasar kesetaraan
untuk kaum penyandang disabilitas, seperti dengan yang lainnya, termasuk melalui
polisi wanita terhadap perempuan penyandang pengaturan akomodasi secara prosedural dan
disabilitas korban perkosaan dan kekerasan, sesuai dengan usia dalam rangka memfasilitasi
pendamping psikolog dan penerjemah; (3) peran efektif penyandang disabilitas sebagai
Gagasan dalam proses peradilan, yaitu dengan
sistem pemeriksaan 1 kali di tingkat penyidikan
10
Noviani Arum Lestari, Perlindungan Hukum Terhadap
Difabel Korban Tindak Pidana Menyerang Kehormatan Susila,
di mana hakim dalam proses peradilan (Jogjakarta: UIN SUKA, 2015), hlm. 84.

ISSN: 1829-9571
102 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
partisipan langsung maupun tidak langsung, 6. Perspektif disabilitas di aparat penegak
termasuk sebagai saksi dalam semua hukum belum ada,
persidangan, termasuk dalam penyidikan dan 7. Aksesibilitas fisik dan non-fisik di Polres,
tahap-tahap awal lainnya. Selain itu, dalam Kejaksaan maupun Pengadilan Negeri
rangka mendorong terjaminnya akses efektif tidak ada.
terhadap keadilan bagi penyandang disabilitas, Hambatan-hambatan ini juga terjadi
negara pihak harus meningkatkan pelatihan di Pengadilan Negeri Sukoharjo. Berbagai
yang sesuai bagi mereka yang bekerja di bidang kendala/hambatan di atas secara perlahan
penyelenggaraan hukum, termasuk polisi dan harus dicari solusinya. Dengan demikian,
sipir penjara. proses pendampingan kepada penyandang
Terkait dengan proses pendampingan bagi disabilitas ketika berhadapan dengan hukum
penyandang disabilitas ketika berhadapan menjadi semakin maksimal. Upaya perwujudan
dengan hukum, terdapat beberapa kendala hak atas kesamaan di hadapan hukum
dan permasalahan yang ditemui di antaranya akan semakin meningkat, seiring dengan
adalah;11 meningkatnya kepedulian dari berbagai pihak
1. Belum ada peraturan per-Undang-Udang- kepada para penyandang disabilitas.
an yang mengatur tentang hukum dan Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH,
keadilan yang mempunyai perspektif menyatakan bahwa terdakwa divonis dengan
jender dan disabilitas, 8 tahun 6 bulan penjara. Putusan tersebut
2. Belum ada SOP/mekanisme penanganan bisa dijadikan yurisprudensi bagi hakim
perempuan atau anak perempuan dengan lainnya dalam memeriksa perkara yang serupa
disabilitas korban kekerasan, agar tidak terjadi disparitas pidana. Dengan
3. Belum ada kebijakan yang menyediakan demikian, sudah seharusnya Pengadilan
saksi ahli, penerjemah, visum kejiwaan, Negeri Sukoharjo dan lembaga peradilan lain
pemeriksaan terkait disabilitas, contoh yang menangani kasus hukum penyandang
telinga, hidung dan tenggorokan bagi disabilitas mengadakan kegiatan-kegiatan
perempuan atau anak perempuan dalam upaya pemenuhan hak atas peradilan
dengan disabilitas rungu/ wicara korban yang fair bagi penyandang disabilitas di
kekerasan, Indonesia. Peningkatan kapasitas aparat
4. Negara tidak menyediakan referensi penegak hukum bisa dimulai dari pengenalan
dan referral system terkait saksi ahli yang konsep disabilitas, hak-hak penyandang
dibutuhkan, yaitu ahli tentang disabilitas disabilitas, dan pelatihan dalam peningkatan
dari berbagai jenis disabilitas, psikiatri dan skill tentang cara dan metode memenuhi
atau piskolog yang memahami dan mampu aksesibilitas penyandang disabilitas. Berbagai
berkomunikasi dengan difabel, upaya-upaya pemenuhan hak atas persamaan
5. Di tingkat hakim dan jaksa terbangun di muka hukum bagi penyandang disabilitas
kesadaran penerapan Undang-Undang harus terus dilakukan. Negara harus hadir
perlindungan anak bagi difabel mental dalam pemenuhan kesetaraan pengakuan di
intelektual dengan alasan bahwa usia hadapan hukum bagi penyandang disabilitas.
mental korban sangat berbeda dengan usia Mengingat penyandang disabilitas merupakan
kalender, tetapi kebijakan hukum terkait subyek hukum yang setara dengan lainnya
perbedaan usia kalender dan usia mental di semua aspek kehidupan. Political will
intelektual belum ada, sehingga untuk pemerintah menjadi syarat utama untuk
mekanisme persidangan dan penerapan mewujudkan hal ini.
pasalnya menggunakan KUHP dan
mekanisme peradilan orang dewasa,
11
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum, hlm. 275.

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 103


C. Upaya-Upaya untuk Merealisir Pemenuhan keuangan yang mungkin mempengaruhi
Hak atas Persamaan di Muka Hukum kemandiriannya.
(Equality Before The Law) bagi Penyandang 4. Memiliki mandat tetap. Sebaiknya
Disabilitas anggota-anggotanya juga ditunjuk melalui
CRPD (Convention on the Rights keputusan resmi dan dengan masa jabatan
of Persons with Disabilities) menuntut tertentu sehingga sifatnya yang plural dan
pemerintah yang telah meratifikasinya agar mandiri tetap terjaga. Menyebarluaskan
menunjuk satu atau lebih vocal points untuk usaha-usaha mereka melalui peningkatan
memonitor pelaksanaan kewajiban-kewajiban kesadaran masyarakat, terutama melalui
pemerintah yang terdapat di dalamnya.12 informasi dan pendidikan serta melalui
Mekanisme semacam ini harus bebas dari pemanfaatan seluruh media pers.
campur tangan pemerintah. Ini juga harus Upaya-upaya dalam rangka pemenuhan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang diterima hak penyandang disabilitas dapat dilakukan
secara internasional, yang berkaitan dengan melalui berbagai langkah. Salah satunya adalah
kedudukan dan fungsi lembaga-lembaga Hak advokasi, yang merupakan upaya-upaya dari,
Asasi Manusia Nasional. Prinsip ini disebut atau atas nama individu-individu maupun
Prinsip-Prinsip Paris. Menurut prinsip-prinsip kelompok yang diperlakukan secara tidak adil,
tersebut, lembaga-lembaga semacam ini untuk mempengaruhi keputusan-keputusan
seharusnya;13 dan perilaku masyarakat yang memiliki
1. Memiliki kewenangan untuk mengajukan kekuasaan untuk menghentikan ketidakadilan
pandangan apapun mengenai perlindungan tersebut. Banyak cara dalam mendefinisikan
dan kemajuan Hak Asasi Manusia kepada istilah advokasi. Advokasi secara luas mengacu
pemerintah maupun parlemen, baik atas pada hal-hal berikut ini;14
permintaan mereka maupun berdasarkan 1. Serangkaian tindakan yang diarahkan
inisiatif sendiri. Ini bisa meliputi anjuran kepada perubahan kebijakan, sikap, atau
perubahan legislatif, dorongan ratifikasi program dari berbagai jenis lembaga,
atas instrumen-instrumen Hak Asasi pemerintah, maupun swasta.
Manusia, dan pengangkatan kasus-kasus 2. Menempatkan suatu masalah ke dalam
pelanggaran individual ke permukaan. agenda, memberikan jalan keluar bagi
2. Memiliki keanggotaan yang pluralis, masalah tersebut dan membangun
meliputi perwakilan dari LSM dan Ormas dukungan bagi tindakan untuk
(organisasi masyarakat), akademisi dan memecahkan masalah tersebut.
parlemen. Departemen pemerintah dapat 3. Bekerja bersama dengan orang dan
berpartisipasi dalam kerja lembaga tersebut organisasi lain untuk membuat perubahan.
dengan memberikan pertimbangan-
Dalam pergerakan disabilitas, advokasi
pertimbangan hanya dalam kapasitasnya
merupakan kegiatan berupa upaya-upaya
sebagai pemberi masukan atau penasehat.
yang mengarah pada adanya perubahan, baik
3. Memiliki sumber pembiayaan yang
perubahan kebijakan pemerintah maupun
memadai yang memungkinkannya
perubahan sikap masyarakat yang seringkali
memiliki staf dan kantor sendiri, supaya
memberikan dampak yang lebih besar bagi
bebas dari campur tangan pemerintah
kehidupan penyandang disabilitas. Penting
dan tidak menjadi sasaran kendali
untuk dicatat bahwa advokasi yang dilakukan
12
Lihat Pasal 33 Konvensi Hak-hak Asasi Penyandang oleh organisasi-organisasi penyandang
Disabilitas. disabilitas dan organisasi-organisasi yang
13
Prinsip-prinsip yang mengatur lembaga-lembaga Hak
Asasi Manusia tersedia dalam bahasa Indonesia pada http://
bergerak bagi penyandang disabilitas harus
www.nhri.net/pdf/PRINSIP-PARIS-dalam-bahasa-Indonesia. 14
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum, hlm. 28.
pdf.

ISSN: 1829-9571
104 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
memiliki tujuan untuk meningkatkan pihak terdekat korban seperti orang tua,
pengetahuan dan pemahaman dari kelompok saudara dan sekolah, bahwa kasus yang
sasaran kegiatan tersebut mengenai definisi menimpa korban ini adalah tindak ketidak-
dan konsep hak-hak penyandang disabilitas, adilaan yang harus dibela dan diproses
apabila ingin mendapatkan dampak yang secara hukum. Salah satu penyebab tidak
berkelanjutan. Perubahan di tingkat legislatif terungkapnya permasalahan ketidakadilan
saja (yang berhubungan dengan pembuatan dan tidak terprosesnya kasus tersebut
dan pengesahan hukum atau peraturan secara hukum adalah ketiadaan dukungan
perundang-undangan) tidak akan menuntun dari pihak-pihak terdekat;
pada peningkatan partisipasi penyandang 4. Memasuki proses pelaporan dan
disabilitas apabila tidak disertai dengan upaya penyidikan, pendamping harus selalu
untuk mendorong adanya perubahan perilaku proaktif menanyakan proses penyidikan
dan sikap bukan hanya dari pejabat atau kepada pihak kepolisian sehingga
petugas pemerintahan tapi juga masyarakat mengetahui perkembangan kasus. Hal ini
dan keluarga di mana penyandang disabilitas dilakukan untuk menghindari penghentian
tinggal. perkara secara diam-diam. Dalam beberapa
Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan kasus, para pelaku akan berupaya dengan
apabila akan melakukan pendampingan berbagai cara supaya kasus tidak berlanjut
terhadap penyandang disabilitas, di antaranya sampai tingkat pengadilan;
sebagai berikut; 15
5. Membangun jaringan dengan banyak
1. Pahami tentang peraturan per-Undang- pihak, misalnya Lembaga Swadaya
Undang-an yang berkaitan dengan Masyarakat, Organisasi Masyarakat,
penyandang disabilitas dan hak-hak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi
mereka, seperti ratifikasi Konvensi Hak Nasional Perempuan, Komisi Perlindungan
Penyandang Disabilitas serta aturannya Anak Indonesia (KPAI), Pusat Pelayanan
yang relevan, aturan-aturan hukum Terpadu Perlindungan Perempuan dan
nasional seperti Kitab Undang-Undang Anak ((P2TP2A), dan yang sangat penting
Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang- adalah organisasi penyandang disabilitas
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), serta pihak-pihak yang dapat memberikan
Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dukungan teknis, seperti sekolah yang
Dalam Rumah Tangga, Undang-Undang dapat menyediakan penerjemah bahasa
Perlindungan Anak, serta aturan lain yang isyarat atau ahli terkait disabilitas jika
relevan dengan kasus; diperlukan;
2. Lakukan investigasi yang mendalam 6. Jika diperlukan, misalnya karena menemui
untuk mempelajari kasus dengan sedetail kejanggalan dalam proses penyidikan atau
mungkin, seperti mengidentifikasi saksi peradilan, disarankan untuk menulis surat
dan alat bukti yang memungkinkan, tentang hal yang terjadi kepada pimpinan
karena kronologi kasus yang lengkap akan lembaga yang melakukan kejanggalan
sangat membantu dalam setiap proses. dengan memberikan tembusan kepada
Dalam melakukan investigasi, seringkali lembaga yang lebih tinggi dan pada Komisi
pendamping akan menghadapi kesulitan masing-masing. Misalnya, surat kepada
komunikasi dengan penyandang disabilitas Kepala Kepolisian Resort (Kapolres),
tertentu seperti disabilitas rungu wicara, ditembuskan kepada Kepala Kepolisian
disabilitas netra atau disabilitas mental; Daerah (Kapolda), Kepala Kepolisian
3. Pada kasus di mana penyandang disabilitas Negara Republik Indonesia (Kapolri),
adalah korban, yakinkan kepada pihak- Komnas HAM, KPAI dan Komisi Kepolisian;
15
YLBHI, Panduan Bantuan Hukum, hlm. 272.

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 105


7. Apabila diperlukan dapat melakukan kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai
aksi menuntut keadilan bagi korban. Ada dengan kapasitas masing-masing, dan seluruh
banyak cara untuk dapat tercapainya kebijakan pemerintah harus didasarkan pada
maksud untuk menuntut keadilan, upaya menghilangkan hambatan yang dapat
misalnya demonstrasi bisa dilakukan menghalangi mereka untuk meraih kesetaraan
dengan cara membagi bunga yang diberi dengan yang lain.
tulisan-tulisan, membagi leaflet, aksi diam Dalam mendukung kewenangan Komisi
dan sebagainya; Yudisial (KY) untuk menegakkan kehormatan
8. Hal yang sangat penting dan berdampak dan keluhuran martabat serta perilaku
besar adalah memuat berita kasus ini hakim, tahun lalu KY menandatangani nota
di media, tetapi tidak diperkenankan kesepakatan dengan Organisasi Penyandang
menyebut identitas korban secara jelas. Disabilitas (DPO) Sasana Integrasi dan
Berita di media akan membuat kasus ini Advokasi Difabel (SIGAB) Yogyakarta.
diperhatikan oleh lembaga yang lebih Kemitraan ini bertujuan untuk meingkatkan
tinggi karena ada pengawasan. layanan peradilan Indonesia yang terbuka
Minimnya pemahaman aparat penegak bagi semua lapisan masyarakat. Kini kita
hukum tentang bagaimana memberikan akses saksikan hasil baik dari kerjasama antara KY
yang setara masih menjadi permasalahan dan SIGAB, ditambah pendampingan teknis
dalam pemenuhan hak atas peradilan yang fair dari PUSHAM UII untuk menjalin kemitraan
bagi penyandang disabilitas. Hasil riset yang di NTB. Langkah ini mendapat dukungan
pernah dilakukan oleh Pusat Studi Hak Asasi dari Australia-Indonesia Partnership for Justice
Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM (AIPJ) yang telah mengadakan pelatihan bagi
UII) menunjukkan, penyandang disabilitas para penegak hukum yang dilaksanakan pada
masih menghadapi kendala yang banyak tanggal 23-26 Maret 2015 di Mataram, Lombok,
ketika mereka menjalankan proses peradilan, Nusa Tenggara Barat (NTB).
baik mulai dari tahap penyidikan di kepolisian, Kegiatan dengan tema “Peningkatan
tahap penuntutan di kejaksaan, dan tahap Kapasitas Aparat Penegak Hukum dalam
pemeriksaan maupun putusan di pengadilan. Pemenuhan Hak Atas Peradilan Yang Fair
Secara umum, kendala tersebut antara Bagi Penyandang Disabilitas Di Indonesia”
lain; (1) Kurangnya kemampuan aparat bertujuan untuk:16
penegak hukum dalam mengenali jenis-jenis 1. Memperkenalkan konsep disabilitas
disabilitas dan bagaimana memperlakukan kepada aparat penegak hukum;
setiap jenis disabilitas agar proses hukum 2. Memberikan pemahaman tentang Hak
berjalan dengan baik, (2) Kurangnya sarana Asasi Manusia, khususnya tentang hak-
dan prasarana sehingga tahap penyidikan, hak penyandang disabilitas kepada aparat
penuntutan, maupun pemeriksaan tidak penegak hukum;
berjalan secara optimal, (3) Sarana fisik, seperti 3. Memberikan pemahaman tentang hak
model bangunan, model ruang pemeriksaan atas peradilan yang fair bagi penyandang
dan fasilitas publik lain yang belum aksesibel disabilitas kepada aparat penegak hukum;
sehingga menyulitkan penyandang disabilitas 4. Memberikan keahlian (skill) kepada
untuk mengikuti tahapan-tahapan prosedur aparat penegak hukum mengenai cara
hukum, (4) Masih banyak kendala norma dan metode memenuhi aksesibilitas
dan asas hukum yang menyebabkan hak-hak penyandang disabilitas yang berhadapan
penyandang disabilitas dalam proses peradilan dengan hukum.
tidak terpenuhi secara optimal.
Sejatinya, para penyandang disabilitas
16
www.komisiyudisial.go.id, PRESS RELEASE: KY Dorong
Kesetaraan Pemenuhan Hak Bagi Penyandang Disabilitas, diakses
harus diberikan akses yang setara, diberi 12 Agustus 2015.

ISSN: 1829-9571
106 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
Hal-hal tersebut dilakukan sebagai mengacu pada ancaman maksimal dalam
upaya untuk meningkatkan kesadaran dan Pasal 289 KUHP yang dinyatakan terbukti
peningkatan pemahaman tentang disabilitas. maka vonis yang diberikan oleh majelis
Dengan demikian, diharapkan peradilan hakim dalam perkara ini sudah sangat
yang fair bagi penyandang disabilitas bisa maksimal. Mengingat praktik peradilan di
terwujudkan dengan baik. Indonesia dengan putusan-putusan yang
sangat tidak maksimal dan cenderung
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI memberikan keringanan bagi para pelaku
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang kekerasan seksual dan tidak memenuhi
dilakukan berkaitan dengan permasalahan rasa keadilan bagi korban yang umumnya
dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan perempuan, apalagi perempuan yang
bahwa: dimaksud adalah penyandang disabilitas.
A. Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH. Hingga Putusan Nomor 28/Pid.B/PN.SKH.
menjelaskan bahwa Kepolisian dan bisa dijadikan yurisprudensi bagi hakim
Kejaksaan masih tertatih-tatih dan lainnya dalam memeriksa perkara yang
kurang memperhatikan hak-hak serupa agar tidak terjadi disparitas pidana.
korban. Perlindungan terhadap korban Pada perkembangan selanjutnya jaksa
sebagaimana tertera pada Undang- penuntut umum atau terdakwa menolak
Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang dan mengajukan banding terhadap
Perlindungan Saksi dan Korban, masih putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo
banyak yang belum terpenuhi, selain tersebut. Namun, mengacu pada Putusan
karena keterbatasan ahli, dan juga Nomor 244/Pid 2013/P.T.Smg. justru
tidak semua jenis perlindungan dapat menguatkan putusan Pengadilan Negeri
dikontekstualisasikan pada kasus yang Sukoharjo mengenai terbuktinya terdakwa
korbannya seorang penyandang disabilitas. melakukan tindak pidana menyerang
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 kehormatan susila. Majelis hakim pada
Tentang Pengesahan Konvensi mengenai Pengadilan Tinggi Semarang tidak
hak-hak penyandang disabilitas pada sependapat mengenai lamanya pidana
kenyataan di lapangan belum mengatur penjara dan memperbaiki amar putusan
secara detail, hanya secara garis besar sepanjang mengenai lamanya pidana dari
saja. Padahal semua hak-hak disabilitas penjara 8 tahun 6 bulan menjadi 10 tahun
sudah tertuang di konvensi tersebut, penjara.
namun ironisnya belum ada implementasi B. Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk
yang nyata. Pada kasus ini korban adalah merealisir pemenuhan hak atas persamaan
penyandang disabilitas, seharusnya di muka hukum (equality before the law)
korban mendapatkan seorang ahli baik bagi penyandang disabilitas adalah melalui
psikologi maupun dokter. Namun, pada advokasi non-litigasi dan litigasi. Secara
kenyataannya yang mendorong untuk non-litigasi terdapat beberapa hal yang
dihadirkannya para ahli supaya dapat bisa dilakukan, yaitu:
diperiksa secara psikologi maupun medis, a. Mengumpulkan barang bukti-bukti dan
justru inisiatifnya dari pendamping. saksi-saksi;
Bahkan, biayapun ditanggung oleh b. Pendampingan saksi dan korban
pendamping sendiri, sedangkan kepolisian dalam proses pembuatan Berita Acara
hanya menanggung biaya visum saja. Majelis Pemeriksaan (BAP);
hakim dalam Putusan Nomor 28/Pid.B/ c. Mendokumentasikan semua berkas dan
PN.SKH. menyatakan bahwa terdakwa catatan lapangan terkait kasus;
divonis dengan 8 tahun 6 bulan penjara. Jika

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 107


d. Pendampingan kepada pihak sekolah disabilitas korban kekerasan di ranah
maupun keluarga korban; domestik dan publik;
e. Pendampingan kepada aparat penegak 6. Pembentukan kebijakan dan anggaran
hukum; yang menyediakan saksi ahli, penerjemah,
f. Memaksimalkan aktifitas jaringan yang visum kejiwaan, pemeriksaan terkait
memiliki loyalitas terhadap isu perempuan, disabilitas, contoh THT bagi perempuan
anak dan disabilitas. atau anak perempuan dengan disabilitas
Adapun secara litigasi dapat dilakukan rungu wicara korban kekerasan;
upaya-upaya berikut: 7. Masih minimnya kebijakan penganggaran
a. Memfasilitasi kuasa hukum bagi korban Pemerintah di tingkat pusat dan daerah
terkait kasus tersebut; yang menyediakan fasilitas tes DNA,
b. Memfasilitasi pemeriksaan untuk mencari saksi ahli, penerjemah, visum kejiwaan,
bukti-bukti yang mendukung hukum dan pemeriksaan THT bagi orang khususnya
peradilan terkait kasus; perempuan atau anak perempuan dengan
c. Memfasilitasi saksi ahli yang mendukung disabilitas yang menjadi korban kekerasan.
hukum dan peradilan terkait kasus; Saat ini tes DNA gratis baru ada di Aceh, Jawa
d. Melakukan pemantauan sepanjang proses Tengah dan Jawa Barat melalui MoU Badan
persidangan. Pemberdayaan Perlindungan Perempuan
Anak dan Keluarga Berencana Propinsi,
Adapun rekomendasi yang dapat diberikan Kementerian Sosial dan Kementerian
terkait dengan kesetaraan di muka hukum bagi Kesehatan. Seyogyanya MoU juga dilakukan
penyandang disabilitas adalah; di daerah lain agar perlindungan terhadap
1. Mengubah Undang-Undang No. 19 Tahun penyandang disabilitas lebih merata.
2011 tentang Pengesahan Convention on The
Rights of Person with Disabilities (Konvensi
Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
ke dalam Undang-Undang tersendiri dan DAFTAR PUSTAKA
membuat peraturan pelaksana untuk
menjamin perlindungan hukum terhadap
penyandang disabilitas yang menjadi
korban tindak pidana; Buku
2. Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan serta
Abidin, Andi Zainal, Hukum Pidana (Asas Hukum
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja mengadakan
Pidana dan Beberapa Pengupasan tentang
pelatihan serta alokasi anggaran dana
Delik-delik Khusus) (Jakarta: Prapanca),
untuk menjamin perlindungan hukum
1987.
terhadap difabel yang menjadi korban
tindak pidana; -------, Hukum Pidana I (Jakarta: Sinar Grafika),
3. Keluarga dan masyarakat juga memberikan 1995.
perlindungan dengan merubah cara Advo Kit, Panduan Advokasi Hak Asasi Manusia
berfikir bahwa difabel bukan aib bagi Bagi Organisasi Penyandang Disabilitas
keluarga dan masyarakat; (Jakarta: Australia Indonesia Partnership
4. Dibentuknya peraturan per-Undang- for Justice), 2014.
Undang-an yang mengatur tentang hukum
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan
dan keadilan yang mempunyai perspektif
Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta:
gender dan disabilitas;
Lembaga Penelitian UIN Jakarta), 2009.
5. Adanya SOP/mekanisme penanganan
perempuan atau anak perempuan dengan

ISSN: 1829-9571
108 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X
Amir Ilyas, Asas- Asas Hukum Pidana: Memahami Peraturan Perundang-undangan
Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Undang-Undang Dasar Negara Republik
Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan Indonesia Tahun 1945.
(Yogyakarta: PuKAP-Indonesia), 2012.
UU Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Convention on The Rights of Persons with
Penelitian Hukum (Mataram: Rajawali Pers), Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-hak
2003. Penyandang Disabilitas).
Darmoko Yuti Witanto, Diskresi Hakim: Sebuah UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif Anak.
dalam Perkara-perkara Pidana, (Bandung:
UU Nomor 39 Tentang Hak Asasi Manusia.
Alfabeta), 2013.
UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
Majda El Muhtaj, Dimensi-dimensi HAM: Mengurai
Cacat.
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada), 2008.
Artikel, Jurnal
MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin, Memahami dan
Membantu Anak ADHD, (Bandung: PT. Refika Paulus Hadisuprapto, Metode Penelitian Hukum
Aditama), 2006. Normatif, Pendekatan, Bahan-bahan Hukum,
Teknik Pengumpulan Bahan Hukum dan Analisis
Muladi (ed.), HAM: Hakikat, Konsep dan Bahan Hukum, Makalah Seminar Metode
Implikasinya Dalam Perspektif Hukum dan Penelitian Hukum, Forum Komunikasi
Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama), Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Fakultas
2007. Hukum Universitas Brawijaya, Mei 2008.
Noviani Arum Lestari, “Perlindungan Hukum Rahayu Repindowaty Harahap, S.H., LL.M./
Terhadap Difabel Korban Tindak Pidana Bustanuddin, S.H., LL.M., Perlindungan
Menyerang Kehormatan Susila” (Jogjakarta: Hukum, Difable/disabilitas, CRPD. Jurnal
UIN SUKA), 2015. Inovatif, Volume VIII Nomor I Januari 2015.
Risnawati Utami, Konvensi Tentang Hak-Hak
Penyandang Disabilitas: Dalam Perspektif Website
Kebijakan Publik Di Indonesia, Kerjasama
http://www.depkumham.go.id/xdepkumham
PUSHAM UII dengan Norwegian Centere for
web/, Tugas Pokok Negara, diakses 12
Human Rights, 2012.
Agustus 2015.
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian
http://www.icrpd.net/implementation/en/
Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
toolkit/section2.htm., yang merupakan
(Jakarta: RajaGrafindo Persada), 2007.
saduran dari OHCHR mengenai pembangunan
Sofjan Sastrawidjaja, Hukum Pidana 1, (Jakarta: yang berbasis Hak Asasi Manusia. http://
CV. Armico), 1990. www.unhchr.ch/development/approaches.
Tri Widya Kurniasari, Implementasi Hak Asasi html
Manusia Di Indonesia: Hak Pendidikan Dan http://www.jimlyschool.com/read/news/328/
Kesehatan Bagi Anak-Anak Penyandang mendorong-implementasi-ranham-
Cacat (Difabel), (Jakarta: Lembaga Ilmu pemenuhan-hak-penyandang-disabilitas/,
Pengetahuan Indonesia), 2011. diakses 9 April 2015.
YLBHI, Yayasan Obor Indonesia dan AusAID, h t t p : / / w w w . j p n . c o m / r e a d / 2 0 1 3 / 0 4 /
Panduan Bantuan Hukum di Indonesia 28/169325/Hukum-dan-Keadilan-Difabel-
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014). minim-diakses tanggal 11 September 2015.

Siti Nurhayati, Kesetaraan di Muka Hukum bagi Penyandang Disabilitas 109


http://www.solider.or.id/2013/12/17/putusan- www.komisiyudisial.go.id, PRESS RELEASE:
nomor-28pidbpnskh-pengadilan-negeri- KY Dorong Kesetaraan Pemenuhan Hak Bagi
sukoharjo, diakses 10 April 2015. Penyandang Disabilitas, diakses 12 Agustus
http://www.unescap.org/publications/detail. 2015.
asp?id=1523

ISSN: 1829-9571
110 Realita Vol. 14 No. 1 Januari 2016 | 94-110 e-ISSN: 2502-860X

You might also like