Professional Documents
Culture Documents
1038 4138 1 PB
1038 4138 1 PB
ABSTRACT
The development of materials that have good durability continues to grow rapidly. One way to
increase the durability of a material is the manufacture of composite materials. Composite is a
material consisting of a matrix and a reinforcing material. The purpose of this study is first to
determine the best composition for fillers and matrix in the manufacture of polyurethane composites
reinforced with pineapple fiber and candlenut shells, second to determine the mechanical properties of
the composite material, and third to determine the thermal stability of the composite material. To find
out the best composition results, tensile strength tests were carried out using the Universal Testing
Machine (UTM) and thermal properties were tested using Differential Scanning Calorimetry (DSC)
and Thermogravimetric Analysis (TGA). In this study, variations in the composition of composite
materials from polyurethane, pineapple fiber, candlenut shell powder and aluminum powder will be
carried out with the percentages of filler and matrix of 50:50, 60:40 and 70:30 (%). Based on the
results of the study, the composite with a variation of 50:50(%) has the best mechanical properties
with a tensile strength 10,592 MPa, strain value (elongation at break) 0.7072% and modulus of
elasticity (E) 5526,054 MPa. Stability termal of composite was found that the composition with the
ratio of filler and matrix 60:40 (%) is the best composition based on the thermal properties. It has a
melting temperature 287.4℃ and begins to decompose at temperature 292.65℃.
ABSTRAK
Perkembangan material yang memiliki daya tahan yang baik terus berkembang secara pesat. Salah
satu cara untuk meningkatkan daya tahan dari suatu material adalah pembuatan material komposit.
Komposit merupakan material yang terdiri dari matriks dan bahan penguat/reinforcement. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi yang terbaik untuk bahan pengisi dan matriks pada
pembuatan komposit poliuretan berpenguat serat nanas dan cangkang kemiri, mengetahui sifat
mekanik material komposit yang dihasilkan, dan mengetahui sifat termal material komposit. Untuk
mengetahui hasil komposisi terbaik maka dilakukan pengujian sifat mekanik material komposit
dengan pengujian kekuatan tarik menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) dan pengujian
sifat termal dengan menggunakan Differential Scanning Calorimetry (DSC) dan Thermogravimetric
Analysis (TGA). Dalam penelitian ini dilakukan variasi komposisi material komposit dari poliuretan,
serat nanas, serbuk cangkang kemiri dan serbuk alumunium dengan persentase bahan pengisi dan
matriks sebesar 50:50, 60:40 dan 70:30 (%). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh komposit dengan
variasi 50:50 (%) memiliki sifat mekanik terbaik dengan kekuatan tarik sebesar 10,592 MPa, nilai
regangan (elongation at break) sebesar 0,7072% dan nilai modulus elastisitas (E) sebesar 5526,054
MPa. Untuk sifat termal komposit diperoleh variasi komposit 60:40 (%) merupakan komposisi terbaik
berdasarkan sifat termal yang dihasilkan, yakni: memiliki temperatur leleh sebesar 287,4 dan mulai
terdekomposisi pada suhu 292,65 .
Kata Kunci: komposit, analisis termal, poliuretan, serat nanas, cangkang kemiri
-1-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Silvia, Widjajanti & Apriani, Vol. 6, No. 2, 2022: 01-07
-2-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Silvia, Widjajanti & Apriani, Vol. 6, No. 2, 2022: 01-07
dan bahan pengikat (matrix). Bahan penguat variasi komposit yang divariasikan
terdiri dari: fiber (serat nanas), bahan pengisi persentasenya yakni: komposit A (50:50),
(cangkang kemiri dan aluminium). Bahan komposit B (60:40), komposit (70:30). Tabel 1
pengikat yang digunakan terdiri dari menunjukkan komposisi pembuatan komposit
polyisocianate dan polyol. Terdapat 3 (tiga) dengan berbagai macam variasi.
Tabel 1. Komposisi bahan pengisi (filler) dan bahan pengikat komposit (matriks)
-3-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Silvia, Widjajanti & Apriani, Vol. 6, No. 2, 2022: 01-07
kekuatan tarik. Sebelum dilakukan uji tarik memiliki kekuatan tarik paling besar
menggunakan alat UTM maka dilakukan dibandingkan variasi komposit B dan C. Hal
pemotongan komposit yang dihasilkan dengan ini bisa disebabkan karena berkurangnya
alat pneumatic specimen punch kemudian komposisi bahan pengikat/ matriks yang
komposit siap diuji menggunakan alat digunakan dalam variasi komposit. Ini
Universal Testing Machine (UTM) dengan menunjukkan bahwa semakin bertambahnya
menggunakan standar ASTM D638 Tipe IV. bahan pengisi pada komposit maka akan
Gambar 2 menunjukkan hasil cetak komposit semakin lentur material komposit yang
menggunakan alat pneumatic specimen punch. dihasilkan. Dari hasil pengujian tarik, dapat
Kemudian hasil cetak ini dapat dilakukan diperoleh data regangan (elongation at break)
pengujian kekuatan tarik menggunakan alat
UTM. 1,2 1,0763
1
Elongation (%)
0,7072 0,7433
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A B C
Variasi komposit
10 besar.
8 Dari hasil pengujian kekuatan tarik juga
5,3226
6 5526,054
6000
Modulus Elastisitas (MPa)
4 2,6303
5000
2
4000 3044,3
0
A B C 3000
2000 1546,295
Variasi Komposit
Gambar 3. 1000
0
Gambar 3. Grafik hasil pengujian kekuatan tarik A B C
Variasi komposit
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat diperoleh data modulus elastisitas (E) material
bahwa diperoleh kekuatan tarik untuk komposit yang ditunjukkan pada Gambar 5.
komposit A variasi 50:50 (%) sebesar 10,592
Gambar 5. Grafik modulus elastisitas komposit
MPa, untuk komposit B variasi 60:40 (%)
sebesar 5,3226 MPa, untuk komposit C variasi Berdasarkan Gambar 5 diperoleh nilai modulus
70:30 (%) sebesar 2,6303 MPa. Diperoleh elastisitas (E) tertinggi pada komposit A
hasil, komposit A dengan perbandingan bahan sebesar 5526,054 MPa dan untuk komposit B
pengisi dan matriks sebesar 50:50 (%) dan C berturut-turut sebesar 3044,3 MPa dan
-4-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Silvia, Widjajanti & Apriani, Vol. 6, No. 2, 2022: 01-07
1546,295 MPa. Nilai modulus elastisitas (E) Tabel 2 menunjukkan temperatur leleh dari
ini menunjukkan nilai kekakuan dari material komposit A, B dan C. Komposit A 50:50 (%)
komposit yang dihasilkan. Dengan semakin memiliki temperatur leleh (Tm) sebesar
besarnya nilai modulus elastisitas (E) yang 281,7 , komposit B 60:40 (%) sebesar
diperoleh maka semakin besar pula nilai 287,4 dan komposit C 70:30 (%) sebesar
kekakuan komposit. Berdasarkan hasil 277,9 . Ketahanan termal komposit A, B dan
penelitian yang telah dilakukan diperoleh C ini sesuai dengan standar kampas rem SAE
bahwa komposit A memiliki nilai modulus J661 mengenai perubahan material kampas
elastisitas (E) tertinggi dibandingkan variasi rem dengan laju temperatur sebesar 250 .
lainnya dan menunjukkan bahwa komposit A Komposit B memiliki temperatur leleh paling
memiliki kekakuan terbesar dibanding besar dibanding komposit lainnya.
komposit lainnya. Perbandingan antara bahan pengisi dan matriks
komposit B sebesar 60:40 (%). Ini
3. Analisis Sifat Termal Komposit menandakan bahwa komposit B memiliki sifat
termal yang paling baik dibandingkan
Hasil pengujian sifat termal komposit A, komposit lainnya. Gambar 6 menunjukkan
B dan C menggunakan alat Differential diagram DSC variasi komposit 50:50 (A),
Scanning Calorimetry (DSC) ditunjukkan pada 60:40 (B) dan 70:30 (C) sedangkan Gambar 7
Tabel 2. menunjukkan diagram TGA komposit A, B
Tabel 2. Hasil Pengujian DSC Komposit dan C.
Komposit Variasi Temperatur leleh ( )
A 50:50 281,7
B 60:40 287,4
C 70:30 277,9
-5-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Silvia, Widjajanti & Apriani, Vol. 6, No. 2, 2022: 01-07
281,7
282 rendah maka polimer akan lebih mudah
277,9
279 terdegradasi. Berdasarkan hasil penelitian yang
276 diperoleh juga terjadi penurunan T max seiring
273 dengan menurunnya berat molekul dari
A B C komposit ini. Penurunan berat molekul dapat
Variasi Komposit dilihat dari komposisi bahan pengisi dan
matriks yang digunakan. Semakin sedikit
Gambar 8. Grafik Hasil Pengujian DSC Komposit
bahan pengikat/matriks yang digunakan maka
A, B dan C
semakin rendah berat molekul dari komposit
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa yang dihasilkan. Tonset menyatakan temperatur
komposit A terdekomposisi paling banyak saat komposit mulai terdekomposisi.
dibandingkan komposit B dan C. Tabel 3 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
menunjukkan stabilitas termal dari komposit komposit B memiliki Tonset paling tinggi
A, B dan C. Komposit A menghasilkan residu dibandingkan komposit lainnya sebesar 292,65
paling sedikit sebesar 31,393%, sedangkan sedangkan komposit A dan C secara
komposit B dan C menghasilkan residu secara berturut-turut memiliki Tonset sebesar 283,85
berturut-turut sebesar 34,424% dan 40,033%. dan 287,40 .
Hal ini dikarenakan komposisi persentase
bahan pengisi dan matriks yang digunakan. IV. Kesimpulan
Komposit A, B dan C berturut-turut memiliki Berdasarkan hasil penelitian dapat
persentase bahan pengisi dan matriks sebesar diambil kesimpulan sebagai berikut:
50:50, 60:40 dan 70:30. Persentase bahan
1. Komposit A dengan perbandingan bahan
pengisi yang semakin banyak yakni: serat
pengisi dan matriks sebesar 50:50 (%)
nanas, cangkang kemiri dan serbuk aluminium
memiliki kekuatan tarik, nilai regangan dan
membuat semakin banyaknya residu yang
modulus elastisitas paling baik
dihasilkan dari pengujian TGA ini. Residu ini
dibandingkan komposit lainnya yakni:
bisa berupa mineral yang terkandung dalam
kekuatan tarik sebesar 10,592 MPa,
bahan pengisi yang ditambahkan dalam
regangan (elongation at break) sebesar
pembentukan komposit.
0,7072 % dan modulus elastisitas (E)
Tabel 3. Stabilitas Termal Komposit sebesar 5526,054 MPa.
2. Komposit B dengan perbandingan bahan
Komposit Variasi Residu Tonset Tmax
(%) ( ) ( ) pengisi dan matriks sebesar 60:40 (%)
A 50:50 31,393 283,85 366,78 merupakan komposisi terbaik berdasarkan
-6-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Silvia, Widjajanti & Apriani, Vol. 6, No. 2, 2022: 01-07
sifat termal yang dihasilkan, yakni: Dwiyati, S., Kholil, A., & Dan, F. W. (2017).
memiliki temperatur leleh sebesar 287,4 Pengaruh penambahan karbon pada
dan mulai terdekomposisi pada suhu karakteristik kampas rem komposit
292,65 . serbuk kayu. Jurnal Konversi Energi Dan
3. Komposit dengan komposisi terbaik adalah Manufaktur, 4(2), 108–114.
komposit A dengan perbandingan bahan Fahmi, H., & Hermansyah, H. (2011).
pengisi dan matriks 50:50 (%) dengan nilai Pengaruh orientasi serat pada komposit
kekuatan tarik sebesar 10,592 MPa.
resin polyester/serat daun nenas terhadap
Meskipun hasil perbandingan 60:40 (%)
kekuatan tarik. Jurnal Teknik Mesin,
memiliki temperatur leleh yang lebih tinggi 1(1), 46–52.
5,7 , namun berdasarkan hasil kekuatan
tarik perbandingan (50:50) lebih memenuhi Hidayat, P. (2008). Teknologi pemanfaatan
kriteria material yang dibutuhkan. serat daun nanas sebagai alternatif bahan
baku tekstil. Teknoin, 13(2), 31–35.
Ucapan Terima Kasih Nugraha, P. (2007). Teknologi Beton; Dari
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Material, Pembuatan, Ke Beton Kinerja
laboratorium instrumentasi Prodi Teknik Tinggi.
Kimia Polimer Politeknik STMI Jakarta yang
sudah menfasilitasi berbagai pengujian yang Rahmatul‘Ula, I., Masturi, M., & Yulianti, I.
dilakukan pada penelitian ini. (2015). Analisis Keausan Kampas Rem
Non Asbes Berbahan Limbah Organik
Daftar Pustaka Kulit Tempurung Kemiri. Jurnal Fisika
Unnes, 5(1), 79482.
Akovali, G. (2001). Handbook of composite
fabrication. iSmithers Rapra Publishing. Rizkiansyah, R. R., & Mardiyati, S. (2017).
Pengaruh Berat Molekul Terhadap
Aminur, A., Hasbi, M., & Gunawan, Y. Ketahanan Termal, Absorpsi Air dan
(2015). Proses Pembuatan Biokomposit Kemampuan Biodegradasi Plastik
Polimer Serat Untuk Aplikasi Kampas Selulosa Teregenerasi dari Kapas Limbah
Rem. Prosiding Semnastek. Industri Tekstil. Prosiding Seminar
Barczewski, M., Kurańska, M., & Testing, K. Nasional Metalurgi Dan Material
S.-P. (2020). Rigid polyurethane foams (SENAMM), 16–28.
modified with thermoset polyester-glass Wang, H., Xu, J., Du, X., Du, Z., Cheng, X., &
fiber composite waste. Polymer Testing, Wang, H. (2021). A self-healing
81, 106190. polyurethane-based composite coating
Borowicz, M., Paciorek-Sadowska, J., with high strength and anti-corrosion
Lubczak, J., Czupry´nski, B., & properties for metal protection.
Czupry´nski, C. (2019). Biodegradable, Composites Part B: Engineering, 225,
flame-retardant, and bio-based rigid 109273.
polyurethane/polyisocyanurate foams for Warman, W., Darmadi, H., Abdillah, A., &
thermal insulation application. Polymers, Safitri, S. (2019). Pengembangan Bahan
11(11), 1816. Kampas Rem Tromol (Drum Brake Pad)
Członka, S., Strąkowska, A., Strzelec, K., Sepeda Motor Berbahan Dasar Komposit
Kairytė, A., & Kremensas, A. (2020). Cangkang dan Serat Buah Kelapa Sawit
Bio-based polyurethane composite foams Dengan Poliuretan Sebagai Pengikat.
with improved mechanical, thermal, and Ready Star, 2(1), 122–129.
antibacterial properties. Materials, 13(5), Yovial, Y., Marthiana, W., & Duskiardi, D.
1108. (2017). Pemanfaatan Cangkang Kemiri
Daulay, S., USU, F. W.-J. T. K., & 2014, U. Dengan Ukuran Serbuk D< 250 µm
(2014). Pengaruh Ukuran Partikel dan Sebagai Bahan Penguat Pada Komposit
Komposisi Terhadap Sifat Kekuatan Resin Epoksi. Jurnal Agroindustri, 7(1).
Bentur Komposit Epoksi Berpengisi
Serat Daun Nanas. Jurnal Teknik Kimia
USU, 3(3), 13–17.
-7-