020 - Ida Ayu Putu Pradya Kirana Yoga

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 38

TUGAS AKHIR ASKEB GADAR

Makalah
"PLASENTA INKOMPLIT"

Dosen Pengampu:
Ni Made Dwi Purnamayanti, S.Si.T., M. Keb

Oleh :

IDA AYU PUTU PRADYA KIRANA YOGA


NIM.P07124221020

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN DENPASAR
2023
Placenta Incomplete

ABSTRACT

According to the 2018 Inter-Census Population Survey (SUPAS), the Maternal


Mortality Rate (MMR) was 305 per 100,000 live births. The MMR target to be achieved
according to the Sustainable Development Goals (SDGs) in 2030 is 70 per 100,000 live
births. Thus, hard work is needed to reduce MMR. MMR can be caused by various factors.
The causes of AKI in 2020 are 28.86% hypertension in pregnancy, 3.76% infection, 10.07%
circulatory system (heart) disorders, 3.49% metabolic disorders, 25.91% other causes and
are still dominated by 27 .92% bleeding. Postpartum hemorrhage is the most common
cause. Postpartum bleeding can be primary and secondary bleeding. Primary bleeding
occurs at the beginning of labor or 24 hours postpartum. Secondary bleeding bleeding
that occurs after 24 hours, usually occurs between the 5th and 15th day post partum. The
main causes of secondary bleeding are tears in the birth canal and retained placenta.
Remaining placenta is part of the placenta left in the uterine cavity which can cause early
post-partum bleeding or late post-partum bleeding. This bleeding usually occurs within 5
days to 15 days after delivery. Remaining cotyledons and amniotic membranes disrupt
uterine contractions by clamping the blood vessels in the uterus, resulting in bleeding.
Remaining placenta can be suspected if the urinary tract is not going smoothly.
Complications caused by bleeding with retained placenta are anemia, puerperium
infection, polyps, choriocarcinoma degeneration and death due to bleeding. Anemia can
occur if hemoglobin levels in the blood become low due to bleeding. Puerperium infection,
if remnants of the placenta are left in the uterus which can increase the growth of bacteria
from the placenta attachment site. Polyps occur during the proliferative period of other
tissues due to an incomplete placenta.

Key Words : pain, placenta incomplete


Plasenta Inkomplit

ABSTRAK

Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2018, Angka Kematian
Ibu (AKI) sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup. Target AKI yang ingin dicapai sesuai
Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Dengan demikian diperlukan upaya kerja keras untuk menurunkan AKI.AkIdapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab AKI pada tahun 2020 adalah 28,86 % hipertensi
dalam kehamilan, 3,76% Infeksi, 10,07% gangguan sistem peredaran darah (jantung),
3,49% gangguan metabolik, 25,91% penyebab lainnya dan masih didominasi oleh 27,92%
perdarahan. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum. Perdarahan pasca
persalinan dapat berupa perdarahan primer dan sekunder. Perdarahan primer terjadi diawal
masa persalinan atau 24 jam pascapartum. Perdarahan sekunder perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai hari ke 15 post partum. Penyebab
utama perdarahan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta. Sisa plasenta
adalah tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum dini atau perdarahan post partum lambat. Perdarahan ini biasanya
terjadi dalam 5 hari sampai 15 hari pasca persalinan. Tertinggalnya kotiledon dan selaput
kulit ketuban yang mengganggu kontraksi uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam
uterus sehingga mengakibatkan perdarahan. Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri
berlangsung tidak lancar. Komplikasi yang ditimbulkan oleh perdarahan dengan sisa
plasenta adalah anemia, infeksi puerperium, polip, terjadi degenerasi koriokarsinoma dan
kematian akibat perdarahan. Anemia dapat terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah
menjadi rendah karena perdarahan. Infeksi puerperium, jika sisa plasenta tertinggal
didalam rahim yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri dari tempat perlekatan
plasenta. Terjadi polip, pada masa proliferatif jaringan lain akibat plasenta inkomplit.

Kata Kunci : Nyeri, pendarahan, plasenta inkomplit


KATA PENGANTAR

Om Swastiastu,

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir askeb Gadar yang

bejudul “Plasenta Inkomplit" tepat pada waktunya. Usulan penelitian ini dapat

diselesaikan bukanlah semata-mata usaha peneliti sendiri, melainkan berkat

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini

peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Ni Made Dwi Purnamayanti, S.Si.T., M. Keb selaku pengampu utama

yang bersedia menyempatkan banyak waktu untuk memberikan masukan,

pengetahuan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Seluruh Dosen Jurusan Kebidanan pengampus Askeb Gadar yang telah

membantu dan memberi ilmu selama penyusunan tugas akhir ini.

3. Orang tua, keluarga, teman-teman terdekat serta pasangan yang telah

memberikan banyak masukan serta motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih banyak kekurangan yang

harus disempurnakan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan dalam usulan tugas akhir ini.

Denpasar, 1 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
ABSTRAK................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A...Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B...Rumusan Masalah .......................................................................................................... 6
C...Tujuan Penelitian.............................................................................................................6
1....Tujuan umum............................................................................................................ 6
2....Tujuan khusus........................................................................................................... 6
D...Manfaat Penelitian...........................................................................................................6
1....Manfaat teoritis......................................................................................................... 6
2....Manfaat praktis..........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Ibu Hamil Trimester III............................................................................ 7
1....Definisi kehamilan Trimester III...............................................................................7
2....Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III...............................................10
3....Persalinan................................................................................................................ 10
4....MAK III...................................................................................................................12
B...Plasenta Inkomplit........................................................................................................ 15
1....Definisi plasenta Inkomplit..................................................................................... 15
2. Penanganan Plasenta Inkomplit
3....Nyeri Akibat Pendarahan Plasenta Inkomplit......................................................... 16
BAB III PEMBAHASAN
A...Pembahasan................................................................................................................... 19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A...Kesimpulan....................................................................................................................26
B...Saran.............................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Wanita dalam masa kehamilan mengalami perubahan dalam dirinya, baik

secara fisik maupun psikologis. Perubahan ini terjadi selama 9 bulan kehamilan.

Ketidaknyamanan fisik dan psikis sudah sejak awal dirasakan selama fase

kehamilan salah satu keluhan yang banyak terjadi adalah nyeri punggung bawah.

Menurut penelitian Amy tahun 2019 yang di dapatkan oleh data WHO sekitar 70%

dari ibu hamil mengalami nyeri punggung bawah (NPB). Keluhan ini biasa terjadi

sejak awal trimester II dan puncak keluhan tersebut terjadi pada trimester III

kehamilan (Amy, 2019).

Angka Kematian Ibu atau yang biasa disebut AKI merupakan salah satu
indikatorpenting dalam menilai derajatkesehatan. AKI berpengar uh terhadap perb
aikanpelayanan kesehatan dan menjadikannya sebagaiindikator keberhasilan terha
dap pembangunan kesehatan. Kasus kematian ibu meliputi kematian ibu hamil,
bersalin, dan ibu nifas. Target SDGs (Suitainable Development Goals) adalah
menurunkan Angka Kematian Ibu AKI menjadi 70 per 100.000 KH. Berdasarkan
SDKI tahun 2012, AKI sebanyak 359per 100.000 KH. Dari 20% penyebab kematia
n ibuadalah perdarahan post partum (Haemorargic PostPartum) (Ditjen Bina Gizi
dan KIA, 2018).

AKI di Bali pada tahun 2018 sebanyak 111 per 100.000 KH, tahun 2019
mengalami penurunan menjadi 109 per 100.000 KH dan tahun 2020 mengalami
penurunan menjadi 88,58 per 100.000 KH dengan penyebab utama
adalah triase klasik pada fase kehamilan ibu-ibu yaitu ada hipertensi dalam masa
kehamilan (26,34 %),perdarahan (21,14 %)infeksi(2,76%) (Depkes RI Jateng, 2017).
Jawa Tengahmengalami penurunan AKI secara signifikan,namun AKI masih
tergolong tinggi karena Banyumas termasuk 5 besar penyumbang AKI di Bali.

1
AKI atau Angka Kematian Ibu di Kota Denpasar, khususnya Denpasar Barat

mulai bulan Januari sampai dengan Juli2018 sebanyak 13 kasus kematian, adapun

penyebab kematian antara lain PEB sebanyak 7 orang, perdarahan post partum.

Haemorargic Post Partum (HPP) atau perdarahan postpartum merupakan

hilangnya darah sebanyak 500 ml setelah bayi dan plasenta lahir.Perdarahan pasca

persalinan (HPP) yang berat (terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan).

Perdarahan post partum bisa disebabkan karena robekan

jalan lahir, plasenta yang tertinggal,inversio uteri/rahim yang turun, gangguan fakt

orpembekuan darah, serta atonia uteri (Sarwono, 2019).

Upaya meminimalkan terjadinya perdarahan setelah melahirkan, maka proses

kelahiran harus dibantu oleh bidan yang sangat berpengaruh

terhadap pelaksanaan Manajemen aktif kala (MAK)III termasuk dalam Asuhan

Persalinan Normal(APN) dalam pertolongan persalinan (Sumantri dan

Siswishanto, dalam Purwarini, Rustina, dan Nasution, 2019). Intervensi

yang direncanakan melalui MAK III untuk mempercepat pelepasan plasenta

dalam mencegah perdarahan post partumdengan meningkatkan kontraksi rahim un

tuk menghindari terjadinya antonia uteri. Komponen MAK III meliputi

(1) Pemberian obat uterotonika (untuk kontraksi rahim) dalam waktu dua

menitsetelah kelahiran bayi; (2) Menjepit dan memotong tali pusat segera

setelah melahirkan; (3) Lakukan peregangan tali pusat terkendali dengan

melakukantekanan pada rahim secara bersamaan melalui perut.Setelah pelepasan

plasenta, memijat uterus yangdapat membantu kontraski mengurangi perdarahan(

Shane, 2002, dalam Purwarini, Rustina, danNasution, 2018).

Manajemen Aktif Kala III (MAK III) dimulai dari pengecekan janin tunggal,

penyuntikan oksitosin 10 Iu (1 menit setelah bayi lahir), peregangan tali pusat

terkendali, dan masase uterus (Kemenkes RI, 2015). Kesalahan penatalaksanaan

MAK III seperti waktu pemberian oksitosin tidak tepat masase fundus uteri tidak

26
optimal, dan penegangan tali pusat terkendali atau disebut juga dengan PTT

tidak adekuat,maka penatalaksanaan MAK III berperan penting

mencegah perdarahan saat persalinan.

MAK IIIadalah proses pimpinan kala III persalinan yang

dilakukan secara proaktif meliputi pemberianoksitosin, masase fundus uteri, pene

gangan talipusat terkendali, dan melahirkan plasenta (Depkes RI, 2018; Henderson

dan Cristiane, 2015, dalam Hariyanti, Puspita, dan Lukman, 2019).

Upaya meminimalkan terjadinya perdarahan setelah melahirkan terutama

dengan khasus plasenta inkomplit , maka proses kelahiran harus dibantu oleh

bidan yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan MAK III dalam pertolongan

persalinan. Tingginya kasus perdarahan post partum di Kota Denpasar

dimungkinkan karena belum sepenuhnya penatalaksanaaan MAK III

dilaksanakan bidan sesuai dengan protap, antara lain masih adanya penyuntikan

oksitosin 10 international unit serta protap yang tifak dilakukan oleh yang tidak

dilaksanakan pada menit pertama setelah bayi lahir,peregangan tali pusat yang

terkendali yang terburu-buru sehingga tidak melakukan dorsokranial

bahkancenderung menarik tali pusat yang dapat menyebabkan terjadinya

inversio uteri, pada pertolongan pengeluaran plasenta kadang tidak di tangkap dan

di putar secara perlahan sehingga adaselaput ketuban yang sobek dan tertinggal,

serta masase uterus selama 15 detik juga terkadang tidak di lakukan

karena lebih mengutamakan mengecek kelengkapan plasenta terlebih dahulu

sehingga tidak melakukan masase sesuai denganprotap atau melakukan masase

sambil mengecek kelengkapan plasenta secara bersamaan (DKK

KabBanyumas, 2018).

Penatalaksanaan MAK III harus dilakukandengan benar sesuai protap, karena

hal ini dapat menekan angka kematian ibu atau AKI lebih tinggi secara bermakna.

Kesalahan penatalaksanaan MAK III adalahpenyebab utama perdarahan yang

26
sema ini dilakukan ternyata hal yang dilakukan ini besar pengaruhnya untuk dapat

menyebabkan kematian pada ibu bersalin. Apabilapenatalaksanaan MAK III tidak

dilakukan denganbenar misalnya keterlambatan dalam menyuntikan oksitosin dan

masase uteruse yang tidak sesuai protap maka bisa menyebabkan uterus tidak

berkontraksidenganbaik sehingga menyebabkanAtonia Uteri. Demikian juga apabi

la salah dalammelakukan penegangan tali pusat terkendali, maka akan ada selaput

plasenta yang tertinggal dalamuterus sehingga akan memicu terjadinya perdarahan

dan mengganggu kontraksi uterus sehingga terjadi perdarahan atau atonia uteri,

lebih fatalnya bila terjadi inversio uteri. Inversio uteri adalah keadaandimana

lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat

osteum uteri eksternum yang dapatbersifat inkomplit sampai komplit, yang bisam

enyebabkan perdarahan hebat pada kala III (Sarwono, 2019).

Perdarahan yang terjadi pada kala III adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml

setelah pengeluaran plasentanamun, dalam praktiknya sulit untuk mengukurkehila

ngan darah dengan tepat dan jumlahnyasering diperkirakan hampir terlalu rendah.

Komplikasi kala III dapat diturunkan dengan penanganan yang optimal oleh

tenaga kesehatan, bukan hanya mengurangi risiko kematian tetapi juga

menghindari risiko kesakitan yang disebabkan oleh komplikasi kala III seperti

tindakan operatif dan infeksi, sehingga yang menjadi titik utama pencegahan

komplikasi kala III adalah ketrampilan dan kemampuan petugas dalam

melaksanakan MAK III hendaknya tidak hanya dilatihkan saja namun harus

diterapkan dalam setiap pertolongan persalinan dan menjadi standar dalam asuhan

kebidanan (Rukiyah, 2015).

Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga adalah pemberian oksitosin segera setelah

perlahiran bayi, dan menggunakan peregangan tali pusat terkendali

untuk pelahiran plasenta. Kehilangan darah yangjauh lebih sedikit pada

saat penatalaksanaan aktif kala tiga, bahkan pada populasi yang berisiko

26
rendahmengalami perdarahan post-partum. Bidan harus yakin bahwa hanya ada

satu bayi yang akan dilahirkan sebelum memberikan oksitosin setelah

pelahiran (Varney, 2018). Bidan melalui pelatihan Asuhan Persalinan

Normal yang menerapkan MAKIII Persalinan dapat mengurangi kejadian

perdarahan pasca persalinan atau disebut juga dengan post partum,

AKI dapat ditekan 40-45 per 100.000 kelahiran hidup. Pelatihan pada dasarnya

menuju pada suatu perubahan perilaku (Depkes RI Revisi 2008, dalam

Sulistiani dan Sukitin, 2017).

Menurut Simon dan Morton (1995 dalam Hakim, 2019), semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat perkembangan dan

kemampuan dalam memahami wawasan serta ilmu pengetahuan yang didapat. Hal

tersebut dapat berpengaruhterhadap pengetahuan bidan MAK III. Faktor yang

mempengaruhi ketrampilam bidan dalampenatalaksanaan MAK III persalinan ada

lahpengetahuan bidan tentang manajemen aktif kalaIII, kualifikasi pendidikan bid

an, usia bidan, lamamasa kerja bidan serta pelatihan Asuhan Persalinan Normal

yang telah diikuti oleh bidan. Bidan belum sepenuhnya melakukan pemberian

oksitosin pada ibu bersalin sesuai prosedur APN, meninjau beberapa hasil

pelnelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terkhusus di bidangnya 11

responden (36.7%) menyatakan bahwa bidan penangan mereka tidak memberitahu

ibu bahwa ia akan disuntik. Bidan(100%) melakukan pelaksanaan tindakanpenega

ngan tali pusat terkendali pada ibu bersalinsesuai prosedur APN. Bidan (100%)

melakukan pelaksanaan tindakan rangsangan taktil (pemijatan)fundus uteri

pada ibu bersalin sesuai prosedur APN (Sari, 2017).

26
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

masalah “Bagaimanakah Bahaya Plasenta Inkomplit Pada Persalinan kala III?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui bahaga plasenta inkomplit pada masa persalinan kala III.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden terhadap plasenta inkomplit


i i i

berdasarkan usia ibu, berdasarkan usia kehamilan dan berdasarkan pekerjaan.


i

b. Mengidentifikasi penatalaksanaan yang dapat diberikan saat terjadi plasenta

inkomplit pada MAK III.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data bagi peneliti

berikutnya dan bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengembangkan ilmu kebidanan Gadar yang khususnya pada

plasenta inkomplit MAK III.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan hasil penelitian dan

menjadi acuan bagi peneliti dan terutama yang berkaitan dengan asuhan

kebidanan Gadar.

26
b. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petugas dalam

memberikan asuhan dan pelayanan kesehatan secara optimal dan

berkesinambungan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan

secara komperhensif khususnya pada ibu bersalin kala III dengan plasenta

inkomplit.

c. Bagi ibu dan masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ibu bersalin khususnya MAK

III dengan sindroma plasenta inkomplit serta keluarga dan masyarakat sehingga

masa kehamilan, persalinan, ataupun masa nifas yang dilalui berjalan secara

normal tanpa ada suatu komplikasi apapun serta masyarakat aktif mencari

informasi tentang kesehatan.

26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Ibu Hamil Trimester III

1. Definisi kehamilan trimester III

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu terjadi pada

setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh

dan berkembang di dalam uterus syelama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42

minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester yaitu trimester I berlangsung

pada minggu ke-I sampai minggu ke-12, trimester II pada minggu ke- 13 sampai

minggu ke 27, trimester III pada minggu ke-28 sampai minggu ke-40.

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut fase penantian yang penuh

dengan kewaspadaan. Trimester III sering kali disebut periode menunggu dan

waspada, ibu sering merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan

dialami pada saat persalinan. Ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir

sewaktu- waktu, serta takut bayinya yang akan dilahirkan tidak normal. Rasa tidak

nyaman akibat kehamilan timbul kembali, merasa diri aneh dan jelek, serta

gangguan body image (Wulan Purnamayanti, 2022).

2. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III yaitu :

a. Sistem Respirasi

Kehamilan mepengaruhi sistem pernapasan pada volume paru-paru dan

ventilasi. Perubahan fisiologi sistem pernapasan selama kehamilan diperlukan

untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh dan

janin. Perubahan tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan biokimia.

26
Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada berubah.

Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter melintang dada menjadi

2 cm. Kapasitas inspirasi meningkat progresif selama kehamilan volume tidak

meningkat sampai 40% (Yuliani, 2021).

b. Sistem Endokrin

Trimester III hormon oksitosin mulai meningkat sehingga menyebabkan ibu

mengalami kontraksi. Oksitosin merupakan salah satu hormon yang sangat

diperlukan dalam persalinan dan dapat merangsang kontraksi uterus ibu. Selain

hormon oksitosin ada hormon prolaktin juga meningkat 10 kali lipat saat

kehamilan aterm.

c. Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan,

karena akibat pembesaran uterus ke posisi depan, lordosis menggeser pusat daya

berat ke belakang ke arah tungkai. Hal ini menyebabkan tidak nyaman pada

bagian punggung terutama pada akhir kehamilan sehingga perlu posisi relaksasi .

d. Sistem Perkemihan

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar,

tonus otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi

glomerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh

pembesaran uterus yang terjadi pada trimester III, menyebabkan hidroureter dan

mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam

darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal (Wulan Purnamayanti,

2022).

26
e. Sistem Kardiovaskuler

Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 % dengan puncaknya

pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung (cardiac output) yang meningkat

sebanyak kurang lebih 30% dari nadi dan tekanan darah. Tekanan darah arteri

cenderung menurun terutama selama trimester kedua dan naik lagi seperti pada

pra hamil. Pada ekstremitas atas dan bawah cenderung naik setelah akhir trimester

pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata- ratanya 84 kali permenit (Rustikayanti,

2018).

f. Uterus

Perubahan uterus mulai menekan ke arah tulang belakang, menekan vena

kava dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir kehamilan sering terjadi

kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks). Istmus uteri menjadi

bagian korpus dan berkembang menjadi segmen bawah rahim yang lebih lebar

dan tipis, servik menjadi lunak sekali dan lebih mudah dimasuki dengan satu jari

pada akhir kehamilan. Uterus yang semula hanya berukuran sebesar jempol atau

seberat 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi

seberat 1000 gram di akhir masa kehamilan. Otot dalam rahim mengalami

hiperplasia dan hipertrofi sehingga dapat menjadi lebih besar, lunak dan dapat

mengikuti pembesaran janin karena pertumbuhan janin (Wulan Purnamayanti,

2022).

g. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan

26
somatotropin. Kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di

bawah kulit akan lebih terlihat, puting payudara akan membesar, berwarna

kehitaman, dan tegak.

h. Kenaikan Berat Badan

Peningkatan berat badan pada trimester III merupakan petunjuk penting

tentang perkembangan janin. Keperluan penambahan berat badan semua ibu hamil

tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT sebelum hamil. IMT

merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). IMT

perlu diketahui untuk menilai status gizi catin dalam kaitannya dengan persiapan

kehamilan. Jika perempuan atau catin mempunyai status gizi kurang ingin hamil,

sebaiknya menunda kehamilan, untuk dilakukan intervensi perbaikan gizi sampai

status gizinya baik. Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki risiko yang dapat

membahayakan ibu dan janin, antara lain anemia pada ibu dan janin, risiko

perdarahan saat melahirkan, BBLR, mudah terkena penyakit infeksi, risiko

keguguran, bayi lahir mati, serta cacat bawaan pada janin (Kemenkes RI, 2021).

3. Adaptasi fisiologi kehamilan trimester III

Kehamilan adalah hal yang fisiologis terjadi pada wanita. Setiap kehamilan

akan terjadi perubahan yaitu perubahan fisik maupun psikologis pada ibu

khususnya ibu yang memasuki fase trimester III kehamilannya. Tidak jarang

perubahan ini akan menimbulkan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu. Nyeri

punggung bawah merupakan salah satu ketidaknyamanan itu. (Resmi et al 2017).

Perubahan pada sistem muskuloskeletal, peningkatan berat wanita hamil

menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara mencolok. Otot

dinding perut meregang dan akhirnya sedikit kehilangan tonus otot. Selama

26
trimester ketiga, otot rektus abdominalis dapat memisah menyebabkan isi perut

menonjol digaris tengah. biasanya mengeluh nyeri punggung pada bagian bawah

akibat peningkatan ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung yang menganggu

kemampuannya merawat anak-anak, melakukan pekerjaan rumah tangga yang

rutin dilakukan, dan kesulitan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan

istirahat. Pada tubuh ibu hamil dari trimester III terjadi banyak perubahan fisik,

antara lain:

Berlangsung dari kehamilan 29 minggu sampai dengan 40 minggu (sampai

bayi lahir). Pada trimester ketiga ini terjadi perubahan terutama pada berat badan,

akibat pembesaran uterus dan sendi panggul yang sedikit mengendur yang

menyebabkan calon ibu sering kali mengalami nyeri pinggang. Jika kepala bayi

sudah turun ke dalam pelvis, ibu mulai merasa lebih nyaman dan nafasnya

menjadi lebih lega (Kemenkes,2022). Kondisi psikologis ibu hamil selama masa

kehamilan tidak kalah penting. Justru ibu hamil lebih banyak mengalami

perubahan psikologis selama kehamilan. Perubahan psikologis ini akan

mempengaruhi suasana hati, penerimaan, sikap dan bahkan nafsu makan ibu

hamil itu sendiri. faktor penyebab terjadinya perubahan psikologis ibu hamil

adalah meningkatnya produksi hormon progesteron, akan tetapi tidak selamanya

pengaruh hormon progesteron menjadi dasar perubahan psikis, melainkan

kerentanan daya psikis seseorang atau yang lebih dikenal dengan kepribadian. Ibu

hamil yang menerima atau sangat mengharapkan kehamilan akan lebih baik dalam

menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. Berbeda dengan ibu hamil yang

bersikap menolak kehamilan. Kehamilan dianggap sebagai hal yang meresahkan

26
atau mengganggu. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kehidupan psikis ibu

menjadi tidak stabil.

1. Persalinan

Persalinan merupakan suatu kondisi alamiah yang dialami oleh ibu sebagai

proses pengeluaran hasil konsepsi. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri persalinan. Faktor-

faktor tersebut antara lain :

a. Usia Kehamilan

Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada

individu. Usia kehamilan yang biasanya mengalami nyeri punggung adalah

trimester 2 dan trimester III, Masa kehamilan pada trimester 2 dimulai dari 13

sampai 27 minggu dan pada trimester III dimulai dari 28 sampai 40 minggu

(Purnamasari, 2019).

b. Usia Ibu Hamil

1) Usia ibu < 20 tahun

Kehamilan di bawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan

karena bisa mempengaruhi organ tubuh, kehamilan di usia muda atau remaja. Saat

rahim mengembang, dua otot paralel (otot abdominis rektal) yang berada dari

tulang rusuk ke tulang kemaluan dapat terpisah di sepanjang garis tengah tubuh.

Pemisahan ini dapat memperburuk sakit pinggang (Purnamasari, 2019).

2) Usia ibu 20-35 tahun

Kehamilan paling ideal adalah kehamilan pada usia 20-35 tahun karena

merupakan usia yang tepat untuk kehamilan karena otot-otot dan organ reproduksi

26
sudah siap untuk menghadapi perubahan selama kehamilan. Kesiapan otot-otot

tersebut akan mempengaruhi keluhan yang dialami ibu selama kehamilan

termasuk nyeri punggung, pada usia ini juga sudah dikatakan siap secara fisik,

emosi, dan psikologi (Purnamasari, 2019).

3) Usia ibu 35 tahun

Usia pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk

menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Kehamilan di usia tua ( >35 tahun)

akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinan serta keadaan

alat-alat reproduksi ibu sudah menurun untuk hamil. Risiko yang dialami yaitu

keguguran, diabetes gestasional, preeklamsia berat, nyeri yang dirasakan lebih

berat, hingga terjadinya pendarahan (Purnamasari, 2019).

c. Keletihan

Keletihan/kelehan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri

dan menurunkan kemampuan koping individu.

d. Paritas

Menurut BKKBN, paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai

oleh perempuan.

1) Primigravida

Pada ibu yang belum pernah hamil dan melahirkan (primigravida), kehamilan

dan persalinan merupakan hal yang asing bagi mereka, primigravida memiliki otot

yang sangat baik karena belum pernah digunakan sebelumnya. Ibu yang pertama

kali hamil akan merasa stress atau takut dalam menjalani kehamilan dan

persalinan, rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi

uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit.

26
2) Multigravida

Ibu yang pernah hamil dan melahirkan anak lebih dari satu (multigravida)

sudah berpengalaman dalam menghadapi proses perubahan yang terjadi saat

kehamilan, Ibu lebih bisa memahami dan lebih tenang menjalani proses kehamilan

dan persalinan dan juga otot menjadi lebih kendur dan sendi menjad lebih regang.

3) Patofisiologi

Tulang belakang dibagi ke dalam bagian anterior dan bagian posterior.

Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh

diskus intervertebral dan diikat bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan

posterior. 26 struktur yang peka terhadap nyeri adalah periosteum, 1/3 bangunan

luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua

struktur tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus.

Pada kondisi nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal lebih

lemah dibanding otot fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban. Otot sendiri

sebenarnya tidak jelas sebagai sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas

diinervasi sistem saraf simpatis. Dengan hiperaktifitas kronik, muscle spindles

mengalami spasme sehingga mengalami nyeri tekan. Perlengketan otot yang tidak

sempurna akan melepaskan pancaran rangsangan saraf berbahaya yang

mengakibatkan nyeri sehingga menghambat aktivitas otot (Purnamasari, 2019).

26
2. Manajemen Aktif Kala III

Manajemen aktif kala (MAK) III inj bisa disebut termasuk dalam Asuhan
Persalinan Normal (APN) dalam pertolongan persalinan (Sumantri dan
Siswishanto, dalam Purwarini, Rustina, dan Nasution, 2019). Intervensi
yang direncanakan melalui MAK III untuk mempercepat pelepasan plasenta
dalam mencegah perdarahan post partumdengan meningkatkan kontraksi rahim un
tuk menghindari terjadinya antonia uteri. Komponen MAK III meliputi
(1) Pemberian obat uterotonika (untuk kontraksi rahim) dalam waktu dua
menitsetelah kelahiran bayi; (2) Menjepit dan memotong tali pusat segera
setelah melahirkan; (3) Lakukan peregangan tali pusat terkendali dengan
melakukantekanan pada rahim secara bersamaan melalui perut.Setelah pelepasan
plasenta, memijat uterus yangdapat membantu kontraski mengurangi perdarahan(
Shane, 2002, dalam Purwarini, Rustina, danNasution, 2018). Manajemen Aktif
Kala III (MAK III) dimulai dari pengecekan janin tunggal, penyuntikan oksitosin
10 Iu (1 menit setelah bayi lahir), peregangan tali pusat terkendali, dan masase
uterus.

B. Plasenta Inkomplit

1. Pendarahan akibat Plasenta Inkomplit ( Rest Placenta)

26
Perdarahan pasca persalinan dapat berupa perdarahan primer dan sekunder. Perdarahan

primer terjadi diawal masa persalinan atau 24 jam pascapartum. Perdarahan sekunder

perdarahan yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai hari ke 15

post partum. Penyebab utama perdarahan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa

plasenta. Sisa plasenta adalah tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang

dapat menimbulkan perdarahan post partum dini atau perdarahan post partum lambat.

Perdarahan ini biasanya terjadi dalam 5 hari sampai 15 hari pasca persalinan.

Tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban yang mengganggu kontraksi uterus

dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus sehingga mengakibatkan perdarahan. Sisa

plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar. Komplikasi yang ditimbulkan

oleh perdarahan dengan sisa plasenta adalah anemia, infeksi puerperium, polip, terjadi

degenerasi koriokarsinoma dan kematian akibat perdarahan.

2. Nyeri akibat Pendarahan Plasenta Inkomplit

3. Numeral Rating Scale

Numerical Rating Scale (NRS) merupakan salah satu alat ukur menilai

tingkat nyeri yang dialami pasien sesuai subjektivitas pasien tersebut. Instrumen

nyeri dengan garis yang menunjukkan nilai 0-10 dimana 0 yang menunjukkan

tidak ada rasa sakit dan 10 rasa sakit yang tidak tertahankan. ( DI Labibah, 2022)

26
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Moderate Worst
pain pain possible
pain
Gambar 1. Numeric Rating Scale (NRS)

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis

kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk menilai

nyeri akut. (Gambar 1).

4. Verbal Rating Scale (VRS)

Verbal Rating Scale (VRS) adalah skala ordinal, yakni menggunakan 4-6 kata

sifat yang menggambarkan tingkat intensitas rasa sakit. Dalam menggambarkan

tingkat nyeri, digunakan kata-kata berurutan dari kiri ke kanan, seperti:

No Mild Moderator Severe pain Very severe Worst


pain pain pain pain possible pain

Gambar 2. Verbal Rating Scale (VRS)


Keterangan :
Tidak nyeri (no pain)
Nyeri ringan (Mild pain)
Nyeri sedang (Moderator pain)
Nyeri berat (Severe pain)
Nyeri sangat berat (Very severe pain)
Nyeri paling berat (Worst possible pain).
Cara mengukur skala nyeri ini, pasien diminta untuk memilih kata yang

menggambarkan tingkat nyeri yang dirasakan.

5. Wong Baker Face Pain Rating Scale

26
Metode pengukuran skala nyeri ini digunakan untuk pasien anak dan

pemeriksa yang menentukannya. Setiap tampilan ekspresi wajah menunjukan

hubungan yang erat dengan nyeri yang dirasakan, termasuk alis turun kebawah,

bibir diketatkan/pipi dinaikkan, kerutan hidung/bibir dinaikkan, dan mata tertutup.

Penilaian Skala nyeri ekspresi wajah, Wong-Baker FACES:

Gambar 3. Wong-Baker FACES


Keterangan :
Wajah Pertama 0 : tidak ada rasa nyeri sama sekali.
Wajah Kedua 2: Sedikit nyeri.
Wajah Ketiga 4: Lebih nyeri dan agak mengganggu aktifitas.
Wajah Keempat 6: Jauh lebih nyeri dan mengganggu aktifitas.
Wajah Kelima 8: Sangat nyeri dan sangat mengganggu aktifitas.
Wajah Keenam 10: Sangat nyeri tak tertahankan sampai-sampai menangis

26
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Plasenta yang masih tertinggal disebut rest plasenta. Gejala


klinis rest plasenta adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan sedikit
yang berkepanjangan, dapat juga terjadi perdarahan banyak mendadak setelah
berhenti beberapa waktu, perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah. Rest
Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya dalam kavum uteri,
(Saifuddin, A.B, 2010). Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta
dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post partum dini atau
perdarahan post partum lambat yang biasanya terjadi dalam 6 hari sampai 10 hari
pasca persalinan, Selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal,
perdarahan segera. Gejala yang kadang – kadang timbul uterus berkontraksi baik
tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

Sisa plasenta yang masih tertinggaldi dalam uterus dapat menyebabkan


terjadinya perdarahan. Bagian plasenta yang masih menempel pada
dinding uterus mengakibatkan uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah
yang terbuka pada dinding uterus tidak dapat berkontraksi/ terjepit dengan
sempurna. Rest Plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta.
Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka
harus dilakukan eksplorasi daricavum uteri. Potongan – potongan plasenta yang
ketinggalan tidak diketahui biasanya menimbulkan perdarahan post partum

Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun sekunder


adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, persalinan
yang dilakukan tindakan, pertolongan kala uri yang dilakukan bidan sebelum
waktunya,pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan
paksa, pengeluaran plasentatidak hati- hati (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Kelainan
dari uterus sendiri, yaitu anomaly dari uterus atau serviks kelemahan dan
tidak efektifitas kontraksi uterus.

26
Tegangan yang ditimbulkan menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang
longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh
darah yangterdapat di uterus berada di antara serat - serat otot miometrium yang
saling bersilang. Kontraksi serat - serat otot ini menekan pembuluh darah dan
retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.

Pengamatan yang bidan harus lakukan sesuai dengan protap terhadap persalinan
kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah
membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang
normal dapat dibagi dalam empat fase yaitu :

a. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta,
namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.

b. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta


melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi kurang 2 cm).

c. Fase pelepasan plasenta, dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya


dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding
uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta,
yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di
lapisan spongiosa.

d. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak


turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul
didalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan
plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada
persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan
mengguanakan ultrasonografi pada kalatiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu
menit dari tempat implantasinya. Tanda- tanda pelepasan plasenta adalah sering
ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya
menjadi semakin padat, uterus meninggi kearah abdomen karena plasenta yang
telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang.
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan

26
oleh dindingrahim atau atas vagina. Kadang- kadang,plasenta dapat keluar dari
lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring
dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan.
Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisal untuk menyempurnakan persalinan
kala tiga.
4. Komplikasi Rest Plasenta

Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasentaartinya plasenta masih tumbuh


dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten sehingga kurang mendapat
perhatian, dan dapat terjadi degenerasi ganas menuju korio karsinoma dengan
manifestasi klinisnya. Menurut Manuaba 2008, memudahkan terjadinya :

a. Anemia yang berkelanjutan

b. Infeksi puerperium

c. Kematian akibat perdarahan

5. Faktor yang berhubungan dengan Rest Plasenta

a. Umur

Usia ibu hamil terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun)
mempunyai resiko yanglebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini
dikarenakan pada umur 20 tahun, dari segi biologis fungsi organ
reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk
menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi
tuntutan beban moril, mental dan emosional, sedangkanpada umur diatas 35 tahun
dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami
kemunduran atau degenerasidibandingkan fungsi normal sehingga kemungkinan
untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar.
Perdarahan post partum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita
hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, dua sampai lima kali lebih
tinggi dari pada perdarahan post partum yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun.

26
b. Paritas

Uterus pada saat persalianan, setelah melahirkan plasenta sukar untuk


berkontraksi dan berektraksi kembali sehingga pembuluh darah maternal pada
dinding uterus akan tetap tebuka. Hal inilah yang dapat menyebabkan
meningkatkan perdarahan post partum, (Winknjosastro, 2010). Jika kehamilan
“terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat (4 terlalu” dapat
meningkatkan resiko berbahaya pada proses reprodusi karenakehamilan terlalu
sering dan terlalu dekat menyebabkan intake (masukan) makanan atau gizi
menjadi lebih rendah. Ketika tuntunan dan beban fisik terlalu tinggi
mengakibatkan wanita tidak punya waktu untuk mengembalikan kekuatan diri
dari tuntunan gizi, juga anak yang telah dilahirkan perlu mendapat perhatian yang
optimal dari kedua orang tuanya sehingga sangat perlu mengatur kapan sebaiknya
waktu yang tepat untuk hamil.

Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja


jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

6. Diagnosa Rest Plasenta

Diagnosis pada rest plasenta dapat ditegakkan berdasarkan :

a. Palpasi Uterus : bagaimana kontraksi uterusdan tinggi fundus uteri.

b. Memeriksa plasenta apakah lengkap atau tidak

c. Lakukan eksplorasi cavum uteri

untuk mencari sisa plasenta

d. Sisa Plasenta atau selaput ketuban

e. Robekan rahim

f. Plasenta suksenturiata

g. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah

26
7. Penatalaksanaan

Dengan perlindungan antibiotik sisa plasentadikeluarkan secara digital atau


dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai suhu turun dengan
pemberian antibiotik dan 3 – 4 hari kemudian rahim dibersihkan, namun jika
perdarahan banyak, maka rahim segeradibersihkan walaupun ada demam.
Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yang
melekat dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepas
plasenta terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan perdarahan hebat
atau perforasi uterus yang biasanya membutuhkan tindakan hisrektomi terapi yang
biasa digunakan :

a. Pemasangan infus dan pemberian uterotonika untuk mempertahankan keadaan


umum ibu dan merangsang kontraksi uterus.

b. Kosongkan kandung kemih

c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

d. Antiobiotika ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan dengan 3x1 gram per oral
dikombinasikan dengan metrodinazol 1 gram suppositoria dilanjutkan dengan
3x500 mg.

e. Oksitosin

Methergin 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung


dengan analgesik bila kram. Mungkin perlu dirujuk ke rumah sakit
untuk dilatasi dan kuretase bila terdapat perdarahan.

f. Observasi tanda – tanda vital dan perdarahan

g. Bila kadar HB <8 gr % berikan tranfusi darah. Bila kadar Hb >8 gr%,
berikan sulfas ferosis 600mg/hari selama 10 hari

Sisa plasenta bisa diduga kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak
lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan
dari ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan

26
jalan lahir sudah terjahit. Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim
dengan cara manual/ digital atau kuret dan pemberian uterotonika.

h. Lakukan kuretasi untuk prngeluaran sisa plasenta

8. Pencegahan Rest Plasenta

Pencegahan terjadi perdarahan post partum merupakan tindakan utama,sehingga


dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi upaya preventif .

1. Hasil Gambaran Karakteristik Kapabilitas Plasenta Inkomplit

a. Usia ibu hamil

Hasil peineilitian meinunjukkan bahwa karakteiristik responden beirdasarkan

usia dengan mayoritas usia 20 - 35 tahun seibanyak 40 orang (100%). Hasil

pengolahan data diatas memiliki kolerasi dengan penelitian Fitriyah pada tahun

2020 dimana umur ibu pada umumnya akan mengalami nyeri punggung bawah

diantara usia 20 – 24 tahun serta akan mencapai puncaknya saat berusia lebih dari

40 tahun (Sukeksi et al., 2018). Pada paritas sering terjadi pada multipara dan

grandemultipara yang lebih berisiko karena otot-otot sudah melemah dan

menyebabkan otot mengalami kegagalan dalam menopang dibagian uterus atau

26
rahim yang sudah semakin membesar sehingga banyak yang mengalami nyeri

punggung (Fithriyah, 2020)

b. Pekerjaan

Hasil peineilitian meinunjukkan bahwa karakteiristik reisponden berdasarkan

peikeirjaan deingan mayoritas seibagai ibu rumah tangga seibanyak 30 orang

(75,0%), sedangkan wiraswasta seibanyak 10 orang (25,0%). Sama dengan

penelitian Goel pada tahun 2015 mendapatkan hasil bahwa wanita hamil sering

mengalami NPB dalam kondisi nyeri yang berkepanjangan disebabkan oleh

beberapa faktor seperti faktor biologis, psikologis, dan sosiokultur. Prevalensi

NPB pada ibu rumah tangga yang sedang hamil pada usia 30–40 tahun di dunia

sangat sering terjadi dan sekitar 51% menimbulkan kecacatan berat (Goel, 2015).

c. Usia Kehamilan

Berdasarkan hasil peineilitian meinunjukan bahwa karakteiristik respondein

berdasarkan usia kehamilan ibu menunjukkan bahwa mayoritas usia kehamilan

37-41 minggu yang paling banyak mengalami nyeri punggung bawah sebanyak 26

orang (72.5%) kebanyak kedua yaitu usia kehamilan 33-36 minggu sebanyak 6

orang (15.00%) dan yang terakhir usia kehamilan 28-32 minggu sebanyak 5 orang

(12.5%). Sejalan dengan penelitian Merdiana yang dilakukan pada tahun 2020,

nyeri biasanya memuncak pada usia gestasi 36 minggu dan akan menurun

kemudian. Biasanya secara substansial membaik 3 bulan pasca persalinan

(Mardiana,2020).

26
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara karakteristik responden terhadap terhadap

kejadian plasenta inkomplit beirdasarkan usia ibu, usia kehamilan dan pekerjaan.

2. Terdapat penatalaksanaan sesuai protap apabila terjadi

kegawatdaruratan berupa pendarahan post partum akibat plasenta inkomplit.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat menjadi sumber informasibagi masyarakat khususnya untuk

lebih mengenal bahaya dan masalah-masalah pada ibu nifas dengan rest plasenta,

sehingga lebih waspada dalam merawat ibu nifas dengan rest plasenta.

2. Tenaga Kesehatan

Diharapkan studi kasus ini tetap meningkatkan mutu pelayanan tentang

penatalaksanaan asuhan kebidanan secara komperhensif khususnya pada kasus

ibu nifas dengan rest plasenta.

3. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan studi kasus ini tetap meningkatkan mutu pelayanan tentang

penatalaksanaan asuhan kebidanan secara komperhensif khususnya pada kasus

ibu nifas dengan rest plasenta.

4. Bagi Penulis

Diharapkan penulis bisa mengaplikasikan ilmu yang di dapat dari

institusi dan menerapkan di lapangan sehingga dapat meningkatkan dan

menambah wawasan tentang bagaimana asuhan kebidanan pada nifas dengan

rest plasenta.

26
DAFTAR PUSTAKA

Akram, T., Lei, S., Haider, M. J., & Hussain, S. T. (2020). The impact of
organizational justice on employee innovative work behavior: Mediating
role of knowledge sharing. Suma de Negocios, 5(2), 117–129.
https://doi.org/10.1016/j.jik.2019.10.001

Alpayci, M., & Karaman, E. (2016). ShortTerm Effects of Kinesio Taping


inWomen with Pregnancy-Related Low Back Pain : A Randomized
Controlle Clinical Trial. 1297–1301.https://doi.org/10.12659/MSM.898353

Amy R, Leo P. A multi center, randomized, double blind, placebocontrolled trial


of intravenous ibuprofen for treatment of pain in post operative orthopedic
adult patients. Pain Med J. 2019;11:1284-93

Andarmoyo. 2021. Konsep dan Proses Keperawatan nyeri. Yogyakarta

Anggraika P, Apriani A, Pujianan D. (2019). Hubungan Posisi Duduk Dengan


Kejadian Low Back Pain Pada Pegawai Stikes. Jurnal'Aisyiyah Medika. Vol.
4(1).

Bishop, A., Holden, M. A., Ogollah, R. O., & Foster, N. E. (2016). Current
management of pregnancy- related low back pain: A national cross-
sectional survey of UK physiotherapists. Physiotherapy (United Kingdom),
102(1), 78–85. https://doi.org/10.1016/j.physio.2015.02.003
Catur, dkk. (2018).. Endorphin Massage Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Kala
I Fase Aktif Persalinan di Puskesmas Kabupaten Demak. Jurnal SMART
volume 4 No 2.
D.I Labibah Hapsari & Hendraningsih, T. (2022). Determinan Peningkatan Angka
Kejadian tindakan Sectio Caesarea Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Ade
Muhammad Djoen Kabupaten Sintang. Jumantik Jurnal Mahasiswa Dan
Penelitian Kesehatan.

Demang, M. G. G. & F. Y. (2020). Pengaruh Senam Hamil Terhadap Penurunan


Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester II DAN III. Jurnal
Kebidanan, 5(2), 56–61. https://doi.org/10.35874/jib.v9i2.5 74 Dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Diah Ayu Handayany, Sri Mulyani, Nurlinawati. (2020). Jurnal Pengaruh
Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Punggung Bawah Ibu Hamil
Trimester III. Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi. Sumatera

Fitriani, L. (2018). Efektivitas Senam Hamil Dan Yoga Hamil Terhadap


Penurunan Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Puskesmas
Pekkabata.Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2), 73–80.

26
Hartvigsen J, Hancock MJ, Kongsted A, Louw Q, Ferreira ML, Genevay S, et al.
(2018).What low back pain is and why we need to pay attention. The
Lancet.;391(10137):2356-67.
Ika. (2019). Kebidanan Komplementer Terapi Komplementer dalam Kebidanan.
Pustaka Baru

Ispa Menggunakan Metode Naive Bayes Classifier Berbasis Web’, CSRID


(Computer Science Research and Its Development Journal), 10(3), p. 127.
doi: 10.22303/csrid.10.3.2018.127-138.
Karuniawati, B. (2020). Efektivitas Massage Endorphin dan Counter Massage
Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I. JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan),
4(1), 27-33. http://dx.doi.org/10.33757/jik.v4i1.256
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Profil Kesehatan Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Manajemen Nyeri
Farmakologi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Penanganan Nyeri Punggung
Bawah
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022).Pelayanan Ibu Hamil
Trimester III
Kurniati Devi Purnamasari. (2019) “Nyeri Punggung Bawah Ibu Hamil Trimester
II dan III” Midwifery Journal of Galuh University Volume 1 Nomor 1 Mei
2019.
Lusiana, E. D., & Mahmudi, M. (2020). Teori Dan Praktik Analisis Data
Univariat Dengan Past (1st Ed., P. 208 Hlm). UB Press.

Maryani, T. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Pada


ibu Hamil Trimester III di Klinik Pelita Hati Banguntapan Bantul.
Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta, 2(3), 1–12.
Masturoh, I., & Anggita T, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. In Acta
Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis (Cetakan
1, Vol. 53, Issue 9).Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Sumber DayaAlam Kesehatan.
Muhamad Faras Hardyan dan Saftarina F. (2018). Hubungan Usia, Lama Kerja,
Masa Kerja dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Kejadian Low Back
Pain (LBP) pada Petani di Desa Munca Kabupaten Pesawaran. Medula.
7(4):141-146
.
Murkoff, D. (2018) Kehamilan: apa yang anda hadapi bulan per bulan. 1 ed.
Jakarta: ARCAN.
Murni, Pratama, Septyan. Andi Asnifatima & Rubi Ginanjar. (2019). Faktor-
Faktor yang Berhubungan Terhadap Postur Kerja dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah pada Pengemudi Bus Pusaka di Terminal Baranangslang

26
Kota Bogor. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 2. Nomor 4 Agustus.
Halaman 313-323
Ni Putu Devi Dharma Swastini(2020). Gambaran Asuhan Keperawatan
Pemberian Terapi Akupresur Untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada Pasien
Gastritis Di Upt Kesmas Sukawati I Gianyar. Diploma thesis, Poltekkes
Denpasar Jurusan Keperawatan.

Nursalam. (2018). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


(P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2018). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika.
Nuryanti, A. (2016). Pengaruh Endorphin Massage Terhadap Penurunan Abstrak
Pendahuluan. Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan sel
telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoid pertumbuhan pada wanita
hamil meliputi perubahan fisiologis dan Menurut Federasi Obs. (1), 297–
304.

Octavia, A. M., & Ruliati. (2019). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Nyeri
Punggung Ibu Hamil Trimester III. 9(2), 122–131.
Omoke, N. I., Amaraegbulam, P. I.,Umeora, O. U. J., & Okafor, L. C.(2021).
Prevalence and risk factors for low back pain during pregnancy among
women in Abakaliki,Nigeria. Pan African Medical Journal, 39.
https://doi.org/10.11604/pamj.2021.39.70.24367 Press. Yogyakarta

Purnamasari, K. D. (2019). Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester II


Dan III. Journal of Midwifery and Public Health, 1(1), 9.
https://doi.org/10.25157/jmph.v1i1.2000
Putu Dyah Pramesti Cahyani, Ni Gusti Kompiang Sriasih, Made Widhi Gunapria
Darmapatni. (2020). Intensitas Nyeri Punggung Bawah Ibu Hamil Trimester
III yang Melakukan Prenatal Yoga. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Denpasar. Vol.15

Resmi, D. C., Saputro, S. H., & Runjati. (2017). Pengaruh Yoga Terhadap Nyeri
Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
000, 1–10.
Ridawati, I. D. et al. (2020) ‘Penerapan Warm Compress Dan Backrub’, Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(2), pp. 90–95. Availableat:
https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/Gantari/article/download/1886/pdf
Rustikayanti, N.R, et all. (2018). Perubahan psikologis pada Ibu Hamil Trimester
III. The Southeast Asian Journal of Midwifery. 2(1): 45-46.
Setiawati, I., Ngudia, S., & Madura, H.(2019). Efektifitas Teknik Massage
Effleurage Dan Teknik. Prosiding Seminar Nasional Poltekkes Karya
Husada Yogyakarta, 2.

26
Shirazi, M., Mohebitabar, S., Bioos, S.,Yekaninejad, M. S., Rahimi, R.,Shahpiri,
Z., Nejatbakhsh, F. (2016).

Sugiyono (2022). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung


Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah

Sukeksi, N. T., Kostania, G., & Suryani, E. (2018). Pengaruh Teknik Akupressur
Terhadap Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas
Jogonalan I Klaten. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 1-56.
Suryati R. Buku Ajar Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika; (2011).
Swastini, N.P.D.D., (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi
Akupresur Untuk Mengatasi Nyeri Akut Pada Pasien Gastritis Di Upt
Kesmas Sukawati I Gianyar (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar
Jurusan Keperawatan).
Tri Perry, (2018), Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik vol 1
edisi 4. Jakarta : EGC
Wulan Diana. (2018). Endorphin Massage Efektif Menurunkan Nyeri Punggung
Ibu Hamil Trimester III di BPM Lulu Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Artha Bodhi Iswara. Surabaya

Wulan Purnamayanti.(2022). Asuhan Kebidanan Pada Ibu “Ny” Usia 25 Tahun


Multigravida Dari Umur Kehamilan 32 Minggu Sampai 42 Hari Masa
Nifas.Poltekkes Kemenkes Denpasar

Yuliani, D. R. et al. (2021) Asuhan Kehamilan. Edited by A. Karim. Yayasan kita


menulis.
Yuliania, E., Sari, S. A., & Dewi, N. R. (2021). Intensitas Nyeri Punggung Ibu
Hamil Trimester III di wilayah kerja Puskesmas Metro Implementation of
Warm Compresses to Reduce Back Pain Intensity for Pregnant women in
Trimester III. 1, 46–5

26
Lampiran 1. Hasil Uji Plagiarism

TUGAS AKHIR ASKEB GADAR


Makalah
"PLASENTA INKOMPLIT"

26

You might also like