Jurnal Yovita

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PREDATOR

PADA TANAMAN PADI DI AREAL PERSAWAHAN


KECAMATAN INSANA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Yovita Balok1, Nikolas Nik2, Gonsianus Pakaenoni3


Program Studi Biologi, Fakultas Pertanian, Sains dan Kesehatan, Universitas Timor

Corresponding auhor : Yovita balok@Gmail.com

ABSTRACT
Analisis of the diversity of predatory insect speceies on price plants in the rice fields of Insana Tengah
subdistrict, North Central Timor regency. Predatory insetcts are one of the beologi cal control agents
that can reduce the rate of pest populations in rice paddy ecosystems. This study aims to determine the
diversity of insect in rice plants in the rice plants in the rice fields of Insana village, North Central Timor
Regency. Research was conducted on rice plants in the rice fields of Insana village, Insana District,
North Central Timor District in maret-mey 2023. The research method is foaming. The insect is taken
using insectnet. The obtaining data at every catching is counted and identified, and the analysis
continued by calculating index deversity of insect species according the Shannon Wianer. The research
result shows, an insect found at rice plant in Insana Village rice field consist of 4 families, and 6 species
which are Coccinella transversalis, Ortherum sabina, Crocothemis servillia, Tenodera sinensis,
Diplacodes trivialis dan Oecophylla samaragdina. . Insect index diversity based on counting analysis of
index vakue used by Shannon Weaner is 1.458 and 1.518. This value is included in the moderate
diversity index criteria.

Keyword: Diversity, Predatory insects, Rice Plant (Oriza sativa L.), Insana Rice Field

ABSTRAK
Analisis Keragaman Jenis Serangga Predator Pada Tanaman Padi di areal Persawahan Kecamatan
Insana Kabupaten Timor Tengah Utara. Serangga predator merupakan salah satu agen pengendali
hayati yang dapat menekan laju populasi hama di ekosistem persawahan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keanekaragaman serangga pada tanaman Padi di Areal Persawahan Kecamatan Insana,
Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian dilakukan pada Tanaman Padi di Areal Persawahan
Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara pada bulan Maret – Mey 2023. Metode penelitian
adalah jelajah. Serangga yang diambil menggunakan inseknet. Data yang diperoleh pada setiap
penangkapan dihitung dan diidentifikasi, selanjutnya dianalisis dengan perhitungan indeks
keanekaragaman jenis serangga menurut Shannon Wiener. Hasil penelitian menunjukan bahwa
serangga yang ditemukan pada tanaman padi di Areal Persawahan Kecamatan Insana, Kabupaten
Timor Tengah Utara terdiri dari 4 family dan 6 spesies yakni Coccinella transversalis, Ortherum sabina,
Crocothemis servillia, Tenodera sinensis, Diplacodes trivialis dan Oecophylla samaragdina. Indeks
keanekaragaman serangga berdasarkan analisis perhitungan menggunakan nilai indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener sebesar 1.458 pada titik A dan pada titik B sebesar 1.518 Nilai
tersebut termasuk dalam kriteria indeks keanekaragaman yang sedang.
Kata kunci : Keanekaragaman, Serangga Predator, Tanaman Padi (Oriza sativa L.), Persawahan
kecamatan Insana.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman jenis serangga predator yang cukup
tinggi. Spesies ini telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru ditemukan
hampir setiap tahun. Tingginya jumlah serangga predator dikarenakan serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang
tinggi dan mempunyai kemampuan untuk menyelamatkan diri dari musuhnya. (Meilin & Nasamsir, 2016)
Serangga pada umumnya terdiri dari jenis serangga yang termasuk dalam kelas insekta (subfilum
uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (lalat), coeleptera (kumbang),
Hymenoptera (semut dan lebah), dan lepindoptera (kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri
dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainya termasuk dalam
kelompok Pterigota karena memiliki sayap (Engel, et al. 2004).
Keanekaragaman serangga predator sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini
disebabkan adanya interaksi yang terjadi, antara kelompok serangga maupun dengan kelompok
tumbuhan yang selanjutnya membentuk keragaman serangga itu sendiri. Jika makanannya mencukupi
populasinya akan cenderung meningkat dan sebaliknya jika jumlah pakannya sedikit populasinya
cenderung menurun. Pengendalian hama menggunakan musuh alami khususnya serangga predator,
merupakan suatu alternatif strategi pengendalian hama yang saat ini tengah dikembangkan untuk
meminimalkan penggunaan pestisida. Peranan serangga predator di dalam upaya pengendalian hama
secara hayati telah dilakuka n dan berhasil di dalam aplikasinya (Herlinda et al., 2000).
Para petani di persawahan Insana umumnya menggunakan pestisida kimia dalam memberantas
hama, namun hal itu dapat berdampak negatif terhadap lingkungan karena Insana merupakan salah satu
daerah sumber air di wilayah TTU. Kecamatan Insana merupakan daerah yang didominasi oleh
persawahan dengan luas sawah 42 Ha dan penggunaan lahan yang didominasi oleh sawah dan kebun.
Produksi padi di Kecamatan Insana enam tahun terakhir memiliki jumlah yang berbeda. Pada tahun
2015 produksi padi sebesar 40,668 ton, tahun 2016 33,913 ton, tahun 2017 36,473 ton tahun 2018
35,847 ton tahun 2019 67,280 ton tahun 2020 55,912 dan tahun 2021 37,490 ton (Dinas Pertanian,
Kabupaten TTU, 2022).
Dalam budidaya tanaman padi, tidak akan terlepas dari ancaman hama yang sering menyerang
tanaman padi. Apabila dalam pengendaliannya kurang tepat, maka dapat menurunkan produktivitas dari
tanaman padi tersebut. Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman padi yaitu, Keong Mas, Wereng
Coklat, dan Walang Sangit. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan
hancur serta hampa. Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) atau kresek dimulai dari tepi daun, berwarna
keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering. Penyakit ledakan dapat menginfeksi tanaman padi di
semua stadia pertumbuhan. Gejala khas pada daun yaitu bercak berbentuk belah ketupat di tengah dan
meruncing di kedua ujungnya (Kartohardjono et al., 2009).
Musuh alami di persawahan terdiri atas dua kelompok yaitu parasitoid dan predator. Serangga
parasitoid menyerang inang pada stadium larva, sedangkan pada fase imago, parasitoid hidup bebas di
alam. Sedangkan serangga predator merupakan serangga pemangsa yang mekanisme penyeranganya
dengan memburu, memakan, atau menghisap cairan tubuh serangga lain sehingga menyebabkan
kematian. Di ekosistem persawahan, jenis serangga predator merupakan musuh alami yang paling
berperan dalam menekan populasi hama padi (Herlinda et al., 2008).
Predator adalah organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa
binatang lainnya. Apabila parasitoid memarasit pada inang maka predator atau pemangsa memakan
mangsanya sampai mati. Predator memangsa dan membunuh mangsanya secara langsung sehingga
harus memiliki daya berburu yang tinggi dan memiliki kelebihan sifat fisik yang memungkinkan predator
mampu menangkap dan membunuh mangsanya, (Sopialena, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik mengkaji tentang “Analisis Keragaman Jenis
Serangga Predator Pada Tanaman Padi di Areal Persawahan Kecamatan Insana”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2023, di areal
persawahan Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Inseknet, Pinset, Kamera, Kertas label, Kantung
plastik, Botol koleksi, Alat tulis, Jarum suntik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
alkohol 70% dan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jelajah yakni
menjelajah setiap petak yang sudah ditentukan. Pengumpulan data serangga menggunakan jala
serangga atau inseknet (Basuki, 2010).
Prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi ke lokasi penelitian
b. Menentukan waktu penelitian
c. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Lokasi penelitian terdapat 2 titik areal persawahan yaitu: areal persawahan Oetuba dengan
luas sawahnya 42 Ha. dan areal persawahan Oelolok dengan luas sawahnya 42 Ha.
b. Pembagian petak yang sudah ditentukan.
Luas keseluruhan lokasi penelitian titik A dan B adalah 42 m2, diambil sepuluh petak sawah
untuk lokasi penelitian berdasarkan purposive sampling dengan luasnya masing-masing adalah
sebagai berikut.

Tabel 3.3 Luas lokasi penelitian.

No Petak Sawah Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2)

1 Petak pertama 25 25 625


2 Petak kedua 25 25 625
3 Petak ketiga 25 25 625
4 Petak kempat 25 25 625
5 Petak kelima 25 25 625
6 Petak keenam 25 25 625
7 Petak ketuju 25 25 625
8 Petak kedelapan 25 25 625
9 Petak kesembilan 25 25 625
10 Petak kesepuluh 25 25 625
Total 6.250

a. Penangkapan serangga
- Cara penangkapan serangga dengan menggunakan jala serangga atau inseknet.Tiga kali
dalam sehari yaitu pada pagi hari, siang hari, dan sore hari. Alat ini terbuat dari bahan
yang ringan dan mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Yang
dilakukan dengan sistem diagonal, pemantauan 7 hari sekali dengan waktu pengamatan
3 kali pemantauan selama satu minggu. Penangkapan serangga dilakukan pada pagi
hari sekitar pukul 07:00 sampai 09:00 WITA dan pada siang hari sekitar jam 11:00
sampai 01:00 WITA selanjutnya pada sore hari sekitar jam 17:00 sampai 18:00 WITA.

Penangkapan sampel semut rangrang secara langsung dilakukan dengan mencari


sebagai berikut:
- Waktu yang digunakan untuk pegambilan sampel semut rangrang adalah 3 jam, yaitu
pada pukul 07-00 sampai 09-00 WITA.
- Pengambilan sampel langsung tersebut terdapat 1 area teknik pemberian umpan.
- Pengambilan langsung dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan jenis semut
yang berada pada area teknik pemberian umpan.
- Setelah ditemukan, mengambil semut menggunakan pingset.
- Semut dimasukan kedalam plastik yang berisi alkohol 70% . Alkohol berfungsi untuk
mengawetkan semut agar tidak rusak.

b. Proses identifikasi serangga


Pada setiap jenis serangga yang ditemukan harus diidentifikasi
3. Tahap pengambilan serangga sebagai berikut :
a) Pembagian petak yang sudah ditentukan
b) Pengambilan serangga dilakukan menggunakan jala serangga atau inseknet dilokasi
persawahan pada setiap petak. Dengan jarak ke masing masing petak 5 meter.
c) Serangga yang tertangkap kemudian diawetkan menggunakan alkohol pada bagian toraks
dan diisi dalam toples yang sudah disiapkan
d) Serangga dikeluarkan dari toples pembunuh kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari.
Hal ini dilakukan agar warna cemerlang sehingga serangga tidak memudar.
e) Serangga dipotret dengan kamera digital. Setiap jenis serangga yang ditemukan kemudian
dideskripsikan dan diidentifikasi jenisnya.
Menghitung jumlah jenis serangga yang ada pada lokasi penelitian.

Parameter Yang Diamati


Parameter fisik yang diukur dalam penelitian ini adalah kelembaban udara, PH tanah
Analisis Data
1. Untuk mengidentifikasi jenis serangga yang ditemukan, dapat dilakukan dengan cara
a. Mencocokkan ciri morfologi spesimen yang terdapat dalam buku indentifikasi serangga
yakni buku Borror & Delong's (2005)
b. Mencocokkan spesimen dengan gambar yang ada didalam buku identifikasi serangga yakni
buku Borror & Delong's (2005)
2. Untuk menentukan nilai keanekaragaman jenis, dihitung dengan menggunakan indeks
keanekaragaman Shannon–Wiener (Syahputra, 2015), sebagai berikut:

Hꞌ = - ∑ Pi Ln Pi

Dengan Pi = ni / N

Keterangan :
Hꞌ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener
ni = Jumlah individu untuk spesies ke-i
N= Jumlah total individu
Pi = Kelimpahan jenis ke-i
Untuk mengetahui keberadaan nilai keanekaragaman, maka indeks keanekaragaman Shannon–
Wiener dikategorikan kedalam tiga kriteria, yaitu :
Hꞌ<1 =indeks keanekaragaman dikategorikan rendah.
Hꞌ 1-3 = indeks keanekaragaman dikategorikan sedang.
Hꞌ >3 =indeks keanekaragaman dikategorikan tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi jenis-jenis serangga Predator yang ditemukan pada Tanaman Padi di Areal
Persawahan Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara.
Serangga Predator yang ditemukan pada Tanaman Padi di kedua titik areal persawahan
Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara terdiri atas 6 jenis serangga predator
diantaranya yaitu Coccinella transversalis F. Ortherum sabina, Crocothemis sirvillia, Diplacodes
trivialis, Tenodera sinensis S. Oecophylla samaragdina.
Coccinella transversalis F
Gambar 1. Coccinella transversalis F. (Dokumentasi pribadi)

Coccinellidae memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ukuran tubuh panjang 4 cm, caput
berwarna hitam berbentuk pronotus, antena tipe clavate, memiliki pronotum berwarna hitam,
tipe mulut mengunyah dan menggigit, memiliki elitra yang berwarna orange dengan bercak hitam
dan ukuran 3 cm, sayap posterior berwarna transparan, dengan ukuran 2,3 cm dan terlipat di
bawah elitra, toraks berwarna hitam dengan ukuran 1 cm, memiliki tungkai berbentuk ramping
dan terdiri dari femur dan tibia dengan ukuran yang sama yaitu 1,5 mm dan pada bagian tarsus
terdapat 4 segmen dengan ukuran 1,6 mm, memiliki 6-7 segmen abdomen yang berwarna hitam.
Berperan sebagai predator dan habitatnya di daun. (Hidayat, 2009).

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insect
Ordo : Coleoptera
Famili : Coccinellidae
Genus : Coccinella
Spesies :Coccinellanz transversalis F.
Ortherum sabina

Gambar 2 Ortherum sabina. (Dokumentasi pribadi)

Ortherum sabina memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memiliki ciri berupa mata berwarna biru
kehijauan sayap transparan dengan venas warna cokelat kemerahan atau kekuningan yang
terdapat di sayap belakang. Terdapat garis hitam dan putih kekuningan pada bagian pinggir
sintoraks, abdomen berwarna putih kekuningan sepanjang lateral dan anterior. Selain itu capung
ini mudah di kenali ruas abdomen satu sampai tiga yang membengkak dengan adanya paduan
warna kuning pucat agak kehijauan. (Hidayah, 2008).

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insect
Ordo : Odonata
Famili : Libellulidae
Genus : Ortherum
Spesies:Ortherum sabina

Crocothemis servillia
Gambar 4.3 Crocothemis sirvillia. (Dokumentasi pribadi)

Capung spesies jantan ini memiliki warna mencolok yakni dominan merah-jingga di
seluruh tubuh kecuali sayap, selain itu terlihat juga alat kelamin utama jantan di bagian ujung
segmen 9 abdomen. Capung ini memiliki panjang toraks 1 cm berwarna merah dengan garis-
garis hitam di sisi kiri dan kanan. Spesies ini memiliki 10 segmen (ruas) abdomen, ruas 4-9
membulat, pada ruas 1-3 lebar, dan ruas 10 meramping. Sisi atas capung terdapat garis hitam,
panjang sayap depan 3,2 cm, panjang sayap belakang 3,1 cm, memiliki mata majemuk dengan
warna merah gelap, sayap transparan dengan bagian pangkal bercorak warna kuning, bagian
tengah sayap terdapat perlekukan yang di namakan nodus, kemudian di bagian ujung sayap
terdapat pterostigma kedua sayap yang berwarna kuning kecoklatan yang bentuknya persegi,
dan venasi yang berwarna hitam terlihat seperti jaring. (Hidayat, 2008).

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odoata
Famili : Libellulidae
Genus : Crocothemis
Spesies : Crocothemis servillia

Diplacodes trivialis

Gambar 4.4 Diplacodes trivialis. (Dokumentasi pribadi)

Seluruh capung ini berwarna biru-keabuan, mata majemuk jantan bagian atas berwarna
biru gelap dan biru gelap di bagian bawah. Sintoraks biru-keabuan sedikit berserbuk putih dan
tanpa pola garis-garis hitam. Capung ini memiliki segmen abdomen, sayap transparan dengan
venasi dan pterostigma berwarna hitam. Spesies ini bersebaran mulai dari dataran rendah
hingga dataran tinggi, capung ini sering dijumpai di sekitar perairan, sungai, dan persawahan
(Sigit at.,al 2013).
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odoata
Famili : Libellulidae
Genus : Diplacodes
Spesies : Diplacodes trivialis

Tenodera sinensis S.

Gambar 4.5 Tenodera sinensis S. (Dokumentasi pribadi)

Tenodera sinensis memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ukuran tubuh 6 cm, dan berwarna
cokelat muda. Caput berwarna cokelat, memiliki sepasang mata majemuk yang berwarna hitam,
terdapat antena yang panjang dan bertipe filiform, tipe mulut pengunyah. Pada bagian toraks
terdiri dari tiga segmen yaitu prothorx, mesothoraks dan metatoraks masing-masing terdapat
sepasang tungkai. Sayap pada segmen mesothoraks merupakan anterior yang disebut tegmina
dengan ukuran 6 cm, dan sayap pada segmen metatoraks merupakan sayap posterior yang
tipis dan transparan dengan ukuran 5,5 cm. Abdomen terdiri dari 11 segmen dan berwarna
coklat. Tipe tungkai serangga ini adalah raptorial dan dilengkapi femur dengan ukuran 3 cm,
tibia 2,5 cm yang berduri dan tarsus 1,2 cm dilengkapi dengan claw. Serangga ini memakan
berbagai jenis serangga lain predator. (Sugianto, 2018).

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insect
Ordo : Orthoptera
Famili : Mantidae
Genus : Tenodera
Spesies :Tenodera sinensis S

Oecophylla smaragdina

Gambar 4.6 Oecophylla smaragdina. (Dokumentasi pribadi)

Semut rangrang adalah semut ukuran besar yang dikenal dengan memiliki kemampuan
tinggi dalam membentuk sarangnya. Memiliki warna merah kehitaman dan memiliki ukuran
tubuh dengan panjang 1-2 cm dilengkapi dengan protonom yang lebar. Memiliki kaki 3 pasang
dengan bagian ujung persegi. (Suhara, 2019).

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insect
Ordo : Hymnoptera
Family : Formicidae
Genus : Oecophylla
Spesies : Oecophylla samaragdina

Hasil identifikasi serangga yang ditemukan selama penelitian di titik A (Oetuba) dan titik B
(Oelolok) terdiri dari 4 famili dan 6 spesies, dengan jumlah famili, spesies dan individu masing-
masing terlihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Jenis dan jumlah serangga Predator yang didapatkan di Areal Persawahan pada titik
A (Oetuba) dan titik B (Oelolok) Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara.
No Family Spesies Jumlah Individu
Titik A Titik B
1 Coccinellidae Kumbang Koksi (Coccinella 119 49
transversalis F.)
2 Libellulidae a. Capung Sampar Hijau 215 212
(Ortherum sabina)
b. Capung Merah 112 122
(Crocothemis servillia Drury)
c. Capung Merah 145 159
(Crocothemis servillia Drury)
3 Mantidae Belalang Sembah (Tenodera 15 13
sinensis S.)
4 Formicidae Semut rang-rang (Oecophylla 114 100
smaragdina)
Total 720 700

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan di areal persawahan pada titik A
(Oetuba) dan titik B (Oelolok) Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara ditemukan 4
famili dan 6 jenis yang terdiri dari Coccinella transversalis F. Ortherum sabina, Crocothemis
servillia Drury, Tenodera sinensis S. Diplacodes trivialis dan Oecophylla smaragdina.
Jumlah Individu setiap spesies dari kedua titik areal persawahan yang tertinggi sampai
yang terendah adalah sebagai berikut: pada titik A (Oetuba ) Ortherum sabina yakni 215
individu, kemudian 145 diikuti oleh Diplacodes trivialis, Coccinella transversalis F. 119 individu,
Oecophylla smaragdina sebanyak 114 individu, Crocothemis servillia Drury sebanyak 112
individu dan Tenodera sinensis S. Sebanyak 15 individu. Dan pada titik B (Oelolok ) Ortherum
sabina yakni 212 individu, kemudian 159 diikuti oleh Crocothemis servillia Drury, Crocothemis
servillia Drury 122 individu, Oecophylla smaragdina sebanyak 100 individu, Coccinella
transversalis F. Sebanyak 49 individu dan Tenodera sinensis S. Sebanyak 13 individu. pada titik
B (Oelolok).
Serangga yang paling banyak ditemukan adalah Ortherum sabina. Spesies ini
merupakan predator yang memangsa wereng, kutu daun, kupu-kupu, lebah, bahkan capung lain
dan dapat hidup dilingkungan. (Sigit et.,al 2013). Ortherum sabina merupakan salah satu
predator nyamuk, mulai dari tahap limfa maupun serangga dewasa. Ortherum sabina mencari
mangsa pada siang hari dengan makanannya berupa serangga kecil (Gesriantuti, 2016)
Orethrum sabina merupakan Salah satu serangga yang mempunyai badan ramping serta
panjang, sayap bervena banyak serta memanjang dan membraneus. Sayap bagian depan serta
sayap belakang nyaris sama dalam wujud serta dimensi. Terdapat antena kecil semacam bulu
yang keras (setaceus). Dikala rehat sayap dibentangkan bersama- sama ke bagian atas badan
ataupun dikatupkan di atas badan. Nimfa disebut juga naiad serta tinggal di air, melainkan yang
dewasa tinggal di dekat nimfa ataupun di udara bebas dekat pertamanan. Salah satu serangga
yang kerap melaksanakan perkawinan dikala terbang. Serangga dewasa ataupun nimfa berperan
menjadi predator. Menurut Odum (1993).
Indeks Keanekaragaman Serangga Di Areal Persawahan Kecamatan Insana (Titik A dan
Titik B)
Tabel 4.2. Nilai keanekaragaman serangga Predator pada tanaman padi di areal
persawahan pada titik A dan B Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara berdasarkan
Indeks Shannon-Wiener.
No Jenis Serangga Predator Nilai Keanekaragaman
Kategori
Titik A Titik B

1 Kumbang Koksi (Coccinella 0,218 0,314 Rendah


transversalis F.)
2 a. Capung Sampar Hijau 0,344 0,324 Rendah
(Ortherum sabina)
b. Capung Merah (Crocothemis 0,284 0,264 Rendah
servillia Drury)
c. capung tengger Biru 0,289 0,220 Rendah
(Diplacodes trivialis)
3 Belalang Sembah (Tenodera sinensis S.) 0,078 0,034 Rendah

4 Semut rang-rang (Oecophylla 0,305 0,302 Rendah


samaragdina)
H’ 1,518 1,458 Sedang

Indeks keanekaragaman serangga (Hʹ) dihitung menggunakan indeks keanekaragaman


Shannon. Nilai (Hʹ) bertujuan untuk mengetahui derajat keanekaragaman suatu organisme dalam
suatu ekosistem. Parameter yang menentukan nilai indeks keanekaragaman (Hʹ) pada suatu
ekosistem ditentukan oleh jumlah spesies dan kelimpahan relative (Syahputra, 2015).
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menentukan struktur komunitas. Semakin
banyak jumlah spesies dengan tingkat jumlah individu yang sama atau mendekati sama, semakin
tinggi tingkat heterogenitasnya. Semakin tinggi tingkat keanekaragaman semakin kompleks interaksi
yang terjadi antar spesies (Leksono, 2007).
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 4.2 didapatkan indeks keanekaragaman
serangga predator pada tanaman padi di Areal Persawahan Kecamatan Insana, Kabupaten Timor
Tengah Utara sebesar 1,518 pada titik A, dan pada titik B sebesar 1,458. Nilai tersebut menunjukan
bahwa indeks keanekaragaman serangga pada tanaman padi di areal persawahan, Kecamatan
Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara masuk dalam kategori sedang berdasarkan kriteria nilai
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. Pada penelitian ini individu yang teridentifikasi jumlahnya
tidak seimbang di kedua titik areal persawahan ada yang mencapai 215 individu pada titik A, pada
titik B terdapat 212 individu dan yang paling terendah dikedua titik areal persawahan ada yang 15
individu pada titik A sedangkan pada titik B terdapat 13 Individu. pada titik A dan B Spesies yang
mencapai 215 individu dan 212 individu adalah Ortherum sabina, Spesies ini banyak dikarenakan
ketersediaan makanan yang banyak di areal persawahan, sedangkan spesies yang jumlahnya 15
individu pada titik A dan 13 individu pada titik B adalah Tenodera sinensis S. spesies ini sedikit
dikarenakan dilokasi pengamatan tidak ada tanaman naungan, selain tanaman yang di budidaya.
Keanekaragaman jenis serangga predator di areal persawahan pada titik A (Oetuba)
sebesar 1,518 dan B (Oelolok) sebesar 1,458 tergolong rendah. Rendahnya tingkat
keanekaragaman jenis serangga predator yang diperoleh ini disebabkan karena pengaruh beberapa
faktor yaitu salah satunya penggunaan insektisida yang intensif oleh petani. Selain penggunaan
insektisida yang mempengaruhi rendahnya keanekaragaman serangga predator yaitu sistem
persawahan yang monokultur, dan lokasi persawahan yang berada di daerah pemukiman
penduduk yang semakin mempersempit lahan persawahan. Dengan demikian maka semakin sempit
pula tempat hidup organisme-organisme yang tinggal di areal persawahan yang akhirnya akan
memusnahkan organisme-organisme tertentu yang hidup di sawah.
Menurut Herlinda (2000), keanekaragaman spesies serangga predator di suatu habitat
dipengaruhi oleh struktur vegetasi tumbuhan yang kompleks (polikultur). Semakin kompleks habitat
maka kekayaan spesies serangga predator akan semakin tinggi. Santosa & Sulistyo (2007)
menyebutkan bahwa serangga predator memiliki kisaran inang yang lebih luas dan membutuhkan
lebih dari satu inang untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Menurut Untung (2006), peningkatan
jumlah serangga hama juga akan ditanggapi secara numerik dengan meningkatnya jumlah predator.
Indeks keanekaragaman kekayaan spesies dan kemerataan dalam satu nilai jenis
keanekaragaman sulit diinterprestasikan karena nilai indeks yang sama bisa dihasilkan dari
berbagai kombinasi kekayaan spesies dan kemeratan di kedua titik areal persawahan tersebut nilai
keanekaragaman yang sama bisa dihasilkan dari suatu komunitas yang tingkat kekayaan
spesiesnya rendah tetapi kemerataannya tinggi atau komunitas dengan kekayaan spesies tinggi
namun kemerataanya di kedua titik areal persawahan rendah.
Keanekaragaman spesies umumnya mengunakan indeks shannon wiener, (H’). Semakin
besar nilai H’ menunjukan semakin tinggi keanekaragaman pada areal persawahan Oetuba
merupakan areal persawahan yang memiliki nilai keanekaragaman tertinggi dibandingakan dengan
areal persawahan Oelolok berdasarkan indeks Shannon wiener. Pada areal persawahan Oetuba
memiliki jumlah individu yang lebih tinggi dengan total 720 individu, dan nilai keanekargamannya
tinggi yaitu 1,518. Dan Pada areal persawahan Oelolok memiliki nilai individu rendah dengan jumlah
700 individu dan nilai keanekaragamannya rendah 1,458.

Parameter Lingkungan di Areal Persawahan Kecamatan Insana


(Titik A dan Titik B)
Tabel 4.3 Faktor Lingkungan di areal persawahan pada titik A dan B,
Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Petak Faktor pH% Kelembapan %
Titik A Titik B Titik A Titik B
1 7 7 70 70
2 7,5 7 74 72
3 7,4 7,3 74 72
4 7,4 7,3 72 72
5 7 7 70 70
6 7 7 76 76
7 7 7 72 72
8 7 7 70 70
9 7 7 72 72
10 7 7 76 76

Rata- rata 7 7 72,6 72,2


Faktor-faktor lingkungan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keasaman (pH) Tanah


pH tanah merupakan tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan
skala pH antara 0 hingga 14. Suatu benda dikatakan bersifat asam jika angka skala pH kurang
dari 7 dan disebut basa jika skala pH lebih dari 7 maka benda tersebut bersifat netral, tidak asam
maupun basa. Keasaman (pH) tanah sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan kegiatan
serangga permukaan tanah. Berdasarkan hasil pengukuran pH di Persawahan kecamatan
Insana berkisar 7. Kisaran pH tersebut tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup serangga
permukaan tanah dan dikatakan bersifat basa (Suin, 2012).
Kelimpahan serangga predator yang tertinggi dapt disebabkan adanya mangsa serta
habitat yang sesuai untuk tempat hidup dan berlindung predator ini, dimana predataor ini berada
di daerah pengamatan yang memiliki kisaran kelembapan pada areal persawahan pada titik A
(Oetuba) 72,6 dan pada titik B (Oelolok) 72,2 sangat efektif untuk kehidupan serangga pada
permukaan tanah. Seperti yang dikatakan Karindah Sri et.,al (2011) bahwa beberapa gulma
digunakan sebaagai inang alternatif yang menyediakan mangsa alternatif dan tempat berlindung
apabila tanaman utama tidak tersedia. Gulma atau rumput –rumputan memiliki polen yang dapat
dimemafaatkan untuk prodator sebagai sumber pakan, tempat berlindung dan berkembang baik
sebelum inang atau mangsa utama ada di pertanaman (Karindah Sri et.,al 2011). Hal tersebut di
dukung oleh pendapat (Ruslan 2019) yang mengatakan serangga permukaan tanah merupakan
kelompok serangga sebagian yang hidupnya berada di permukaan tanah, dalam proses
kehidupanya tentu memiliki syarat. Keberadaan serangga permukan tanah dalam tanah sangat
tergantung pada ketersedian energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya.
Tingkat keanekaragaman dan kelimpahan serangga di pengaruhi oleh faktor lingkungan
dan ketersedian makanan. Aktivitas keberadaan serangga di alam di pengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Serangga beraktivitas pada kondisi lingkungan yang optimal, sedangkan kondisi
yang kurang optimal di alam menyebabkan Aktivitas serangga menjadi rendah. (Aditama dan
Kurniawan, 2013). Menurut Arofa (2013), kehidupan serangga sangat erat hubungannya dengan
keadaan lingkungan hidupnya. Selanjutnya dikatakan juga bahwa faktor lingkungan yang juga
turut mempengaruhi kehidupan serangga adalah faktor biotik dan makanan. Data yang diperoleh
juga menunjukan terjadi perbedaan jumlah serangga pada saat pengambilan sampel. Hal ini
disebabkan faktor keadaan cuaca yang menyatakan bahwa cuaca sangat berpengaruh terhadap
diversitas serangga, adapun keadaan cuaca yang berfluktuasi menjadi salah satu penyebabnya.

2. Kelembapan
Menurut Nurhadi & Widiana (2009) Kadar kelembapan tanah juga mempengaruhi status
keanekaragaman dan menjadi faktor penentu keberadaan serangga permukaan tanah.
Berdasarkan hasil pengukuran kelembapan tanah di Persawahan pada titik A (Oetuba) berkisar
72,6 dan titik B (Oelolok) 72,2 efektif untuk kehidupan serangga permukaan tanah. Lingkungan
tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. dalam kehidupan di
alam bersama lingkungan lingkungan secara keseluruhan untuk menyusun ekosfir dengan
demikian lingkungan abiotik dan sumber sumbernya disebut ekosistem.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Analisis Keragaman Jenis Serangga
Predator Pada Tanaman Padi di Areal Persawahan pada titik A (Oetuba) dan titik B (Oelolok),
Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ditemukan 6 spesies Serangga Predator yang terdapat pada Tanaman Padi di Areal Persawahan
Kecamatan Insana yaitu Coccinella transversalis , Ortherum sabina, Crocothemis servillia,
Tenodera sinensis, Diplacodes trivialis dan Oecophylla smaragdina, Indeks keanekaragaman
serangga pada tanaman padi di Areal Persawahan Pada titik A (Oetuba), Kecamatan Insana,
Kabupaten Timor Tengah Utara masuk dalam kategori sedang dengan Nilai Indeks 1,518. Indeks
keanekaragaman serangga pada tanaman padi di Areal Persawahan Pada titik B (Oelolok),
Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara masuk dalam kategori sedang dengan Nilai
Indeks 1,458.

SARAN
Hasil penelitian ini saya harapkan dapat menjadi sumber data awal bagi masyarakat
untuk mengetahui jenis serangga predator yang ada di Persawahan pada titik A (Oetuba) dan titik
B (Oelolok), Kecamatan Insana Kabupaten Timor Tengah Utara. Kepada semua pihak
masyarakat (Oetuba dan Oelolok) yang berkaitan langsung dengan kelestarian ekosistem sawah,
baik itu petani maupun instansi yang terkait serta keseluruhan komponen masyarakat (Oetuba
dan Oelolok) agar dapat menjaga keseimbangan ekosistem sawah dengan melakukan tindakan-
tindakan yang dilandasi pengetahuan, khususnya tentang ekologi.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Sulistyo. 2010. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Borror, D., Triplehorn, C. A., & Johnson, N. F. (1992). Pengenalan Pelajaran Serangga.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Dinas Pertanian, Kabupaten TTU. (2022). Data Produksi Tanaman Pangan. Kefamenanu: Dinas
Pertanian
Engel, Michael S, David A.Grimaldi (2004). Cahaya baru ditumpahkan pada serangga tertua.
Gesriantuti, 2016. Keanekaragaman Serangga Di Desa Kasang Padang, Kecamatan
Bonaidarusalam, Kabupaten Rokan hulu, Propinsi Riau. Jurnal Photon.Vol. No.1.
Hasanah I, 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media, Jakarta.
Herlinda, S., D.S. Kandowangko, I.W. Winasa, dan A. Rauf. 2000. Fauna arthropoda penghuni
habitat pinggiran di ekosistem persawahan. Perhimpunan Entomologi Indonesia dan
Keanekaragaman Hayati Indonesia.
Herlinda, S., Hartono., dan C. Irsen. 2008. Efikasi Bionsektisida formulasi cair berbahaya aktif
Beauveria bassiana (Blas) vuill dan Metarhizium sp. pada wereng.
Hidayat P., B.K. Udiarto,W. Setiawati dan R.R.R Murtiningsih, 2009. Cocinella transversalis.
Karindah Sri,Purwaningsi Ardiyanti, Agustinn Anis dan Astuti L,P.2011.ketertarikan anaxipha
longipennis serville (Orthoptera: Gryllgae) terhadap beberapa jenis gulma disawah
sebagai tempat bertelur.Fakultas Pertanian Universitas Prawijaya Jalan Veteran,Malang
Leksono, Amin. S. (2007). Ekologi Pendekatan Deskriptif Dan Kuantitatif. Malang: Bayumedia
Publishing.
Meilin, A,. & Nasamsir. (2016). Serangga Dan Peranannya Dalam Bidang Pertanian Dan
Kehidupan. Jurnal Media Pertanian, 1(1), 18–28.
Nurhadi, Dan Widiana, R. 2009. Komposisi Arthropoda Permukaan Tanah Di Kawasan
Penambangan Batubara Di Kecamatan Talawi Sawahlunto. Jurnal Sians Dan Teknologi.
Vol. 1, No. 02.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.Gadjah Mada University
Santosa SJ dan J Sulistyo. 2007. Peranan musuh alami hama utama padi pada ekosistem
sawah. Jurnal Inovasi Pertanian 6(1): 1-10.
Siun, N. M. (2012). Ekologi Hewan Tanah.Cetakan Iv. Jekarta: Bumi Aksara Dan Pusat Antar
University Ilmu Hayati Ttb
Sopialena. 2018. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Potensi Mikroba. Mulawarman
University press. Samarinda.
Suhara. Semut rangrang(Oecophylla Smarangdina), (Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.(2009), h. 11—12.
Sugianto, A. 2018 Inventarisasi Belalang Sembah (Mantodea) di Desa Serdang Menang.
Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering IIir. Kumpulan Artikel Insect
Village. 1(2):4-6.
Untung K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Edisi Kedua. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

You might also like