Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol.

18, Nomor 1, Maret 2012

PERAN DEWAN PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN


PENDIDIKAN*)

THE ROLE OF EDUCATION BOARD IN IMPROVING THE QUALITY OF SERVICE FOR


EDUCATION

Hendarman
Balitbang Kemdikbud, Jl. Jenderal Sudirman - Senayan
Universitas Pakuan Bogor
Email: hendarmananwar@gmail.com

Abstract: Board of education has been established the issuance of Minister of National Education’s
decree number 044/U/2002 concerning Board of Education and School Committee and the Government
Gazette number 17 year 2010 concerning the implementation and management of education. In principle,
this board plays the role as society representatives in improving quality improvement, equality and
efficiency of educational management. Also, this board could play as the mediator for the needs and
aspiration of society related to educational policies taken by local government and schools. This study
focused on the analysis of 2 (two) main research questions, namely to what extent the stakeholders are
aware of this board and its roles, and the barriers that this board encounters in its implementation. The
findings showed that this board has yet to 1) be the strategic partner of the local government and
schools, 2) maximally function in a number of districts/cities, and 3) contribute for the education
advancement. It is recommended that the establishment of this board shall be based on the principles
of transparent, accountable, and democratic. In addition, it is suggested to encourage the regular
meetings between local education authorities and board of education aims for the analysis of critical
issues in the local areas for its solutions.

Keywords: board of education, educational management, society

Abstrak: Keberadaan Dewan Pendidikan masih dipertanyakan terkait dengan peningkatan mutu pelayanan
pendidikan. Meskipun sudah dibentuk di berbagai provinsi/kabupaten/kota, tampaknya dewan ini masih
belum dianggap sebagai mitra bagi berbagai pemangku kepentingan khususnya pemerintah daerah
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Penelitian ini mengkaji berbagai kegiatan atau
terobosan yang telah dilakukan Dewan Pendidikan khususnya dalam kaitan peningkatan mutu pelayanan
pendidikan serta kendala-kendala yang dihadapi untuk melaksanakan peran tersebut. Data dan informasi
diperoleh dari data primer dan sekunder yang berasal dari hasil wawancara dan analisis informasi terkait
yang dimunculkan dalam berbagai media termasuk surat kabar dan situs-situs. Secara umum, dewan
pendidikan telah berpartisipasi dan memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan dengan merujuk kepada standar nasional pendidikan. Kendala-kendala yang dihadapi dewan
pendidikan lebih sebagai akibat belum adanya persepsi dan apresiasi yang sama dari pemerintah daerah
terhadap keberadaan dan peran dari dewan pendidikan.

Kata kunci: dewan pendidikan, mutu pelayanan pendidikan, masyarakat

Pendahuluan guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat


Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu mana-
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. jemen sekolah. Namun demikian, beberapa indikator
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
mutu pendidikan nasional, termasuk pengembangan yang optimal. Sebagian sekolah, terutama di kota-
kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi kota menunjukkan peningkatan mutu akademik dan

*)
Diterima tanggal 8 Pebruari 2012 - dikembalikan tanggal 28 Pebruari 2012 - disetujui tanggal 1 Maret 2012

34
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan

nonakademik yang cukup memberikan harapan. merupakan badan yang mewadahi peran serta
Sebagian lainnya masih memerlukan perbaikan dan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
peningkatan yang didukung oleh adanya sinergi dari pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
berbagai pihak atau pemangku kepentingan baik pada Pada tahun 2010, Pemerintah mengeluarkan
tingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Peraturan Pemerintah Nomor 17 tentang Penge-
serta juga peranserta masyarakat dalam berbagai lolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Kementerian
bentuk terobosan atau kebijakan pendidikan Pendidikan Nasional, 2010), yang di dalam-
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2011). nya menetapkan pula tentang Dewan Pendidikan
Di sisi lain, pencapaian terhadap berbagai (sebagai satu-satunya nama lembaga). Peraturan
kebijakan atau inisiatif yang dilakukan di bidang Pemerintah ini memberikan ruang yang lebih luas
pendidikan akan tergantung dari adanya sinergi dan tentang Dewan Pendidikan, bukan hanya pada tingkat
koordinasi antara berbagai pemangku kepentingan kabupaten/kota tetapi juga Dewan Pendidikan
(stakeholders) baik di tingkat pusat maupun di tingkat Nasional dan Dewan Pendidikan Provinsi. Meskipun
daerah, termasuk keterlibatan unsur-unsur dari st rukt urny a se akan bir okr atis dan hir arki s,
masyarakat. Tingkat kepedulian dan keterlibatan aktif tetapi tidak ada hirarki sama sekali.
dari unsur-unsur masyarakat sekaligus sebagai peran Kajian ini difokuskan pada peran-peran yang
kontrol terhadap mutu pelayanan pendidikan yang sudah dilakukan oleh berbagai dewan pendidikan yang
mencakup pe rencanaa n, i mple ment asi dan ada di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota
pemantauan dari kebijakan-kebijakan yang sudah mengingat masih banyaknya keluhan dari berbagai
ditetapkan maupun yang akan dirumuskan. Penting- pemangku kepentingan terhadap keberadaan dewan
nya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan pendidikan tersebut. Secara khusus, kajian ini akan
termasuk unsur-unsur masyarakat didukung menganalisis 2 (dua) fokus utama, yaitu 1) peran-
kenyataan adanya otonomi pengelolaan pendidikan peran yang telah dilakukan oleh dewan pendidikan
yang memberikan kewenangan kepada daerah khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan
kabupaten/kota, bahkan pada tingkat operasional pendidikan; dan 2) kemungkinan kendala yang
kepada satuan pendidikan yaitu di tingkat sekolah. dihadapi dewan pendidikan untuk menjalankan
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah perannya sesuai yang diamanahkan dalam peraturan
telah mengamanahkan pembentukan Dewan perundang-undangan yang ada. Analisis terhadap
Pendidikan maupun Komite Sekolah yang diatur peran dewan pendidikan ini diharapkan dapat menjadi
dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor bahan pembelajaran (lessons-learnt) dari daerah
044/U/2002. Kepmendiknas dimaksud merupakan provinsi/kabupaten/kota yang kemungkinan belum
jawaban terhadap amanah yang tercantum dalam memperoleh model-model implementasi peran
Pasal 56 ayat (2) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang dewan pendidikan, dan alternatif solusi yang perlu
Sistem Pendidikan Nasional (Departemen Pendidikan diambil terhadap kendala-kendala yang dihadapi
Nasional, 2003) yang menyebutkan: dewa n pend idikan dalam pening katan mutu
“Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri pelayanan pendidikan.
dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan pendidikan dengan memberikan Kajian Literatur
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, Peran Dewan Pendidikan
sarana dan prasarana, serta pengawasan Keberadaan, fungsi dan tugas dewan pendidikan diatur
pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010
Ka bupa ten/ Kota yang t idak mem punyai tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
hubungan hirarkis.” khususnya dalam pasal 192 ayat (2), (3), (4), dan
Kepmendiknas ini menegaskan bahwa dewan (5). Ayat (2) menyatakan bahwa “Dewan pendidikan
pendidikan hanya ada di tingkat kabupaten dan kota berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan
saja, serta namanya boleh disesuaikan dengan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
kondisi dan kebutuhan daerah, seperti Majelis arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana,
Pendidikan maupun nama-nama lainnya yang serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional,
disepakati. Dengan demikian, Dewan Pendidikan provinsi, dan kabupaten/kota”. Ayat (3) menyatakan

35
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012

“Dewan pendidikan menjalankan fungsinya secara pendidikan. Pertama, tuntutan peningkatan mutu
mandiri dan profesional”. Ayat (4) menyatakan suatu produk atau layanan jasa termasuk pendidikan
bahwa “Dewan pendidikan bertugas menghimpun, oleh pemangku kepentingan (stakeholders) terus
menganalisis, dan memberikan rekomendasi kepada menerus berkembang dan meningkat dari waktu ke
Menteri, gubernur, bupati/walikota terhadap keluhan, waktu. Masyarakat semakin cerdas dalam mengkritisi
saran, kritik, dan aspirasi masyarakat terhadap sistem penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
pendidikan”. Sedangkan ayat (5) berbunyi “Dewan Oleh karena itu, penyelenggara dan pengelolaan
pendidikan melaporkan pelaksanaan tugas sebagai- pendidikan tidak lagi asal jadi atau statis tanpa
mana dimaksud pada ayat (4) kepada masyarakat perbaikan berkesinambungan dalam memenuhi
melalui media cetak, elektronik, laman, pertemuan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Kedua, orientasi
dan/atau bentuk lain sejenis sebagai pertanggung- dan tekad baru dalam kondisi dana yang belum
jawaban publik”. terpenuhi, itulah tantangan yang nyata dihadapi
Dari butir-butir ayat tersebut jelas bahwa Dewan pemerintah. Orientasi baru yang lebih demokratis dan
Pendidikan dan Komite Sekolah memiliki peran penting kewajiban untuk mengkaji agar sesuai dengan
dalam upaya memajukan dunia pendidikan di tingkat tuntutan desentralisasi kemudian ditata oleh
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Dewan ini pemerintah provinsikabupaten/kota dengan cara
turut memberikan pertimbangan mengenai pelbagai membangun good governance yang memungkinkan
isu pe ndid ikan kep ada sej umla h pe mang ku pemerintah membagi kewenangan-dengan demikian
kepentingan seperti gubernur, bupati/walikota, Dinas juga beban pembiayaan dan hak serta tanggung-
Pendidikan, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. ja wab deng an p emer int ahan di daer ah d an
Posisi ini menjadikan Dewan Pendidikan dan Komite masyarakat dan swasta. Ketiga, di tengah anggaran
Sekolah sebagai mitra strategis dan sejajar bagi negara yang belum memadai, agaknya pemerintah
Pemda dan sekolah da lam penyelenggaraan sekarang melihat bahwa sumbangan masyarakat
pendidikan. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah masih sangat rendah, rata-rata hanya sepertiga dari
sebagai representasi masyarakat sedianya me- anggaran sekolah (di luar gaji), sehingga dengan
nyuarakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat manajemen yang memungkinkan Pemerintah
dalam berbagai kebijakan pendidikan yang diambil membagi beban tata-kelola kepada lini manajemen
Pemda dan sekolah. Dalam konteks ini pula Dewan yang lebih rendah (provinsi dan terutama kabupaten/
Pendidikan dan Komite Sekolah memberi pertim- kota, serta sekolah) adalah antara lain untuk tujuan
bangan dan masukan terhadap peraturan-peraturan itu, diteruskan oleh pemerintah yang sekarang.
yang dirumuskan oleh lembaga eksekutif dan legislatif Dengan demikian, de wan pendidikan ini
di daerah. Hubungan kemitraan antara Dewan diharapkan dapat sebagai perwujudan adanya good
Pendidikan dan Komite Sekolah dengan Pemda dan education governance yaitu dikaitkan dengan
DPRD pada akhirnya melahirkan bentuk kerja sama “berbagi tanggung jawab” serta memungkinkan
yang baik. Kebutuhan dan kepentingan masyarakat peran serta publik dalam memperbaiki mutu
selaras dengan kebijakan publik tentang pendidikan. pendidikan. Penelaahan dasar legal tentang dewan
Dengan demikian, tujuan pendidikan dalam rangka pendidikan dapat dikatakan bahwa lembaga ini
mencerdaskan kehidupan bangsa mudah terwujud memiliki tujuan, peran, dan fungsi yang sangat
karena semua elemen bahu-membahu untuk strategis dan vital. Peran tersebut adalah: 1) mem-
mencapai cita-cita tersebut. Masyarakat tak akan beri pertimbangan (advisory agency) dalam
memandang dirinya sebagai objek pendidikan. penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan;
Seb aliknya, m ereka mer asa sebaga i sub jek 2) memberikan dukungan (supporting agency) baik
pendidikan lantaran kepentingan mereka yang pem ikiran, tena ga, ma upun finansial da lam
tersalurkan lewat Dewan Pendidikan dan Komite penyelenggaraan pendidikan; 3) mengontrol
Sekolah terakomodasi dalam pelbagai kebijakan (controlling agency) dalam mewujudkan transparansi
publik. Dan, yang terpenting, mereka merasa dilibat- dan akuntabilitas penyelenggaraan dan pelayanan
kan dalam proses pencerdasan anak bangsa. pendidikan bermutu; dan 4) memediasi (mediating
Paling tidak 3 (tiga) alasan filosofis yang agency) antara pemerintah (eksekutif ), Dewan
menguatkan pentingan pembentukan dewan Perwakilan Rakyat (Legislatif) dengan masyarakat.

36
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan

Pendapat lain dari Jusfah (2009) mengatakan implikasi kebijakan untuk sekolah, untuk meng-
bahwa Dewan Pendidikan dibentuk berdasarkan advokasi praktik terbaik, untuk melibatkan publik
kesepakatan dan tumbuh dari bawah berdasarkan dalam wacana tentang sistem pendidikan, dan untuk
sosiomasyarakat dan budaya serta sosiodemografis mengantisipasi tantangan masa depan yang terben-
dan nilai-nilai daerah setempat) sehingga lembaga tang di depan dan memberikan strategi tantangan-
tersebut bersifat otonom yang menganut asas tantangan tersebut dapat diantisipasi secara strategis
kebersamaan menuju ke arah peningkatan kualitas (sumber: http://www.sbe.wa.gov/).
pengelolaan pendidikan di daerah yang diatur oleh Anggota Dewan Pendidikan di negara bagian New
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Kondisi York, Amerika Serikat berjumlah 7 (tujuh) orang,
ini hendaknya dijadikan dasar pertimbangan oleh adalah relawan terpilih untuk masa jabatan tiga tahun
masing-masing pihak atau pemangku kepentingan dengan tidak memperoleh bayaran. Dua atau tiga
pendidikan di daerah agar tidak terjadi adanya anggota dewan dipilih setiap tahun pada bulan Mei.
pelanggaran hukum administrasi negara yang Untuk dapat menjadi anggota Dewan Pendidikan,
mengakibatkan adanya konsekuensi hukum baik sesuai dengan peraturan negara bagian, individu yang
perdata maupun pidana di kemudian hari. berminat harus terdaftar, minimal berusia 18 tahun,
Dewan pendidikan juga dapat ditemukan di dan telah tinggal sebagai penduduk di wilayah
negara lain. Di negara bagian California, Amerika tersebut paling satu tahun. Di samping itu, mereka
Serikat peran dewan pendidikan umumnya adalah bukan pegawai sekolah tertentu, tidak berada di
“mengatur sekolah-sekolah” (California School rumah yang sama dengan individu yang sedang
Boards Association, 2009). Pengertian “mengatur” menjabat sebagai anggota dewan, serta harus
dalam praktek sehari-hari yaitu bahwa peran dewan mampu membaca dan menulis bahasa Inggris.
harus responsif terhadap, keyakinan nilai-nilai dan Tanggung jawab utama dari Dewan ini adalah 1)
prioritas dari komunitasnya. Untuk memenuhi peran menetapkan seluruh kebijakan dari sekolah-sekolah
ini maka Dewan melakukan tiga tanggung jawab yang berada di lingkup distrik; 2) menyusun anggaran
utama, yaitu: 1) menetapkan arah bagi masyarakat tahunan untuk memperoleh persetujuan publik; 3)
sekolah; 2) membentuk struktur persekolahan di menyetujui dan menolak rekomendasi dari pengawas
tingkat distrik yang efektif dan efisien; 3) memberikan atau kewenangan di atasnya terkait kepegawaian
dukungan melalui perilaku dan tindakan, dimana dan kontrak-kontrak yang berkait dengan per-
dewan memiliki tanggung jawab untuk mendukung sekolahan; dan 4) menjadi mediator antara
pengawa s da n st af. Dala m ka itan dengan masyarakat dan pengawas atau pimpinan distrik
pembentukan struktur yang efektif dan efisien maka (sumber: http://www.bhbl.org/district/board/
Dewan Pendidikan bertanggungjawab dalam boardduties.htm).
mem peke rjak an p enga was dan peng atur an Dari kajian-kajian terhadap berbagai peraturan
kebijakan untuk mempekerjakan personil lainnya; perundang-undangan maupun pengalaman praktis di
mengawasi pengembangan d an me ngadopsi sejumlah negara, jelas bahwa Dewan Pendidikan
kebijakan; menetapkan arah dan mengadopsi sesungguhnya memiliki peran penting dalam upaya
kuri kulum; meneta pkan pr ioritas angga ran, memajukan dunia pendidikan baik pada tingkat
mengadopsi anggaran dan fasilitas mengawasi nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Dewan
masalah; dan memberikan arah dan mengadopsi Pendidikan turut memberikan pertimbangan
perjanjian perundingan bersama. mengenai pelbagai isu pendidikan kepada sejumlah
Di negara bagian Washington, Amerika Serikat, pemangku kepentingan seperti gubernur, bupati/
Dewan Pendidikan yang dibentuk bertanggung jawab walikota, Dinas Pendidikan, dan Dewan Perwakilan
untuk pengawasan strategis dari sistem K-12 publik. Rakyat Daerah melalui suatu proses panjang yaitu
Anggota Dewan Pendidikan berjumlah 16 (enam meramu masalah-masalah pendidikan di daerah
belas) orang yang sifatnya sukarela. Keenambelas untuk dijadikan masukan ke pemerintah daerah,
anggota sukarela tersebut (termasuk Gubernur yang secara intens menyelenggarakan diskusi-diskusi
ditunjuk dan anggota dewan terpilih, Inspektur dengan berbagai topik hangat dan urgen yang terjadi
Instruksi Publik, dan dua perwakilan mahasiswa), dalam dunia pendidikan. Posisi ini sekaligus menem-
bertemu secara teratur untuk mengeksplorasi patkan Dewan Pendidikan sebagai mitra strategis dan

37
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012

sejajar bagi pemerintah daerah (Pemda) dan sekolah kerja struktur organisasi pendidikan. Maknanya
dalam penyelenggaraan pendidikan, karena sebagai adalah ditetapkan dengan tegas kewenangan, tugas-
representasi masyarakat seyogianya menyuarakan tugas, dan tanggungjawab dari masing-masing unit
kepentingan dan kebutuhan masyarakat dalam kerja atau individu dalam organsasi pendidikan
berbagai kebijakan pendidikan yang diambil Pemda dimaksud. Kelima, mempertahankan hubungan
dan sekolah. dengan pengguna proses dan produk pendidikan yang
diartikan sebagai adanya mekanisme keterbukaan
Mutu Pelayanan Pendidikan terhadap masukan-masukan dan kritik yang bersifat
Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang konstruktif dari berbagai pemangku kepentingan.
membantu institusi untuk merencanakan perubahan Mekanisme dimaksud akan menjadi dasar untuk
dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan- memberikan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
tekanan ekternal yang berlebihan. Dalam konteks baik dari waktu ke waktu.
ini, seyogianya institusi pendidikan atau pihak-pihak Mutu dapat digunakan sebagai suatu konsep
yang terkait dalam bidang pendidikan memposisikan yang relatif (Sallis, 2006). Definisi ini memandang
dirinya sebagai institusi jasa yaitu yang memberikan mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau
pelayanan (service) sesuai dengan yang diharapkan layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari
dan diinginkan oleh pelanggan (customer) dengan produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan
merujuk kepada visi dan misi pendidikan tertentu. ada apabila sebuah layanan memenuhi spesifikasi
Untuk dapat memberikan kepuasan kepada keinginan yang ada. Mutu merupakan sebuah cara yang
berbagai pemangku kepentingan dalam bidang menentukan apakah produk terakhir sesuai dengan
pendidikan, seyogianya terdapat beberapa hal yang standar atau belum. Produk atau layanan pendidikan
perlu dipertimbangan untuk menghasilkan mutu yang memiliki mutu dalam konsep relatif ini, tidak
pendidikan yang bermutu (Sallis, 2006). Pertama, harus mahal dan eksklusif tetapi sesuai dengan tujuan
perbaikan secara terus menerus ( continuous yang telah ditentukan terhadap produk yang
improvement) yang dimaknai sebagai pihak pengelola dihasilkan. Definisi relatif tentang mutu memiliki dua
yang senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan aspek. Pertama, adalah menyesuaikan diri dengan
peningkatan secara terus menerus untuk menjamin spesifikasi yang diartikan sebagai “sesuai dengan
semua komponen penyelenggara pendidikan telah tujuan dan manfaat”. Kedua, adalah memenuhi
mencapai standar mutu yang ditetapkan. Konsep ini kebutuhan pelanggan yang diartikan bahwa dalam
juga diartikan bahwa institusi pendidikan senantiasa penyusunan proses dan produk memperhatikan hal-
memperbaharui proses berdasarkan kebutuhan dan hal apa yang diharapkan pengguan dapat diwujudkan
tuntutan dari pengguna proses dan produk institusi dalam bentuk pelayanan yang diberikan.
pendidikan tersebut. Kedua, menentukan standar Dalam konteks pendidikan, mutu yang diharap-
mutu (quality assurance) dari berbagai komponen kan cenderung belum dapat dipenuhi oleh penyeleng-
yang mempengaruhi proses dan produk pendidikan gara pendidikan terhadap harapan dari pengguna. Dari
yang dilakukan. Standar ini diperlukan untuk berbagai pengamatan dan analisis, setidaknya ada 3
mendayagunakan secara optimal proses pembe- (tiga) faktor yang yang menyebabkan mutu
lajaran sehingga dihasilkan mutu lulusan yang pendidikan tidak mengalami peningkatan secara
kompetitif. Ketiga, perubahan kultur (culture change) merata (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011).
dimana setiap institusi pendidikan menciptakan Faktor pertama terkait dengan kebijakan dan
budaya yang menghargai mutu dan menjadikan mutu pe nyel engg araa n pe ndid ikan nasiona l ya ng
sebagai orientasi semua komponen organisasional. menggunakan pendekatan education production
Dalam konteks ini kepemimpinan dalam bidang function atau input-output analysis yang belum
pendidikan harus mampu mengembangkan faktor sepenuhnya dilaksanakan secara konsekuen dimana
rekayasa dan faktor motivasi agar secara bertahap cara pendidikan ini melihat pendidikan sebagai sistem
dan pasti kultur mutu akan berkembang di dalam yang linear. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga
organisasi institusi pendidikan. Keempat, perubahan pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang
organisasi (upside-down organization) y ang apabila dipenuhi semua input yang diperlukan dalam
berimplikasi kepada adanya hubungan-hubungan kegiatan produksi tersebut akan menghasilkan output

38
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan

yang dikehendaki. Contoh, pendekatan ini meyakini delapan standar nasional pendidikan tersebut sebagai
bahwa apabila pelatihan guru, pengadaan buku dan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan lainnya dipenuhi maka mutu pendidikan pendidikan nasional yang bermutu yang secara
(output) maka secara otomatis lebih baik. Pada khusus dikaitkan dengan provinsi/kabupaten/kota
kenyataannya, mutu pendidikan yang diharapkan yang menjadi ruang lingkup tugas dan fungsi dari
belum sepenuhnya memuaskan. Faktor kedua, dewan pendidikan.
keterpaduan penyelenggaraan pendidikan nasional
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Metode Penelitian
belum dilaksanakan secara optimal. Peran pemerintah Model penelitian yang digunakan adalah mengadopsi
pusat dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat model analisis kebijakan yang mengarahkan
satuan pendidikan semakin berkurang, tetapi kajiannya terhadap akibat dari penerapan suatu
pemerintah daerah belum sepenuhnya mengambil alih kebijakan yang juga dikenal sebagai model analisis
peran yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah kebijakan evaluatif. Secara sederhana, model ini
pusat. Faktor ketiga, peranserta pemangku menggunakan pendekatan dengan melakukan
kepentingan sekolah khususnya masyarakat dan evaluasi terhadap dampak dari suatu kebijakan yang
orangtua peserta didik dalam penyelenggaraan sedang atau telah diimplementasikan (Suharto,
pendidikan selama ini masih minim. Partisipasi 2005).
pem angk u ke pent inga n da lam peng ambi lan Data yang digunakan berupa data primer dan
keputusan masih kurang diperhatikan, padahal data sekunder. Data primer didapat dari hasil
terjadinya perubahan di sekolah juga dapat wawancara terhadap beberapa anggota dewan
dipengaruhi oleh peranserta pemangku kepentingan. pendidikan, sedangkan data sekunder diperoleh dari
Partisipasi masyarakat selama ini disalahartikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, hasil
sebagai dukungan dana semata-mata, sedang penelitian, hasil pengamatan, serta berbagai opini
dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral, atau pernyataan yang muncul di berbagai media
dan barang/jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas cetak. Analisis yang dilakukan menggunakan metode
sekolah terhadap masyarakat juga masih lemah trianguasi (triangulation method) yaitu mengaitkan
dimana sekolah cenderung tidak memiliki beban untuk keterkaitan atau hubungan antara berbagai sumber
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan data yang ada dengan isu-isu permasalahan dari
pendidikan kepada masyarakat sebagai bukti kajian atau studi ini. Pada tahap pertama, dilakukan
tercapainya mutu pelayanan pendidikan yang sudah identifikasi terhadap data dan informasi yang terkait
disepakati dalam bentuk tujuan pendidikan. dengan 2 (dua) pertanyaan utama penelitian yaitu
Dari tinjauan teoritis maupun praktis yang telah 1) peran-peran yang sudah dilakukan dewan
dikemukakan sebelumnya maka peran dewan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan; dan 2) kendala-kendala yang dihadapi
me njad i sa ngat penting da n ba hkan dap at dewan pendidikan.
dia sumsikan seb agai sesuatu yang be rsif at Pada tahap berikutnya, terhadap setiap informasi
keniscayaan. Keniscayaan berarti bahwa peran dewan yang tersedia khususnya melalui media-cetak,
pendidikan dalam konteks mutu layanan pendidikan dilakukan uji validitas yaitu melalui proses verifikasi.
adalah untuk menjamin bahwa penyelenggaraan Proses dimaksud yaitu mencari kebenaran dari
pendidikan sudah mempertimbangkan dan merujuk informasi yang ada dengan cara menghubungi
kepada standar-standar nasional pendidikan yang ada beberapa kontak individu (contact-person) yang
yaitu yang mencakup standar isi, standar proses, berada di lokasi munculnya pernyataan atau isu-isu.
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan Dalam hal terdapat keragu-raguan atau ketidak-
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, benaran dari informasi yang diberikan atau tertulis
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan dalam media cetak tersebut didasarkan atas contact-
standar penilaian pendidikan (Departemen Pendidikan person yang ada, maka dilakukan eliminasi terhadap
Na sional, 2005 ). D ewa n Pe ndid ikan dal am data dan informasi yang sudah diidentifikasi pada
menjalankan peran tersebut harus menggunakan tahap pertama.

39
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012

Hasil dan Pembahasan kesejahtera an g uru, bel um b erja lan seca ra


Hasil profesional dan rawan terjadi kolusi, korupsi dan
Peran penting dewan pendidikan dalam konteks mutu nepotisme. Praktik KKN dalam pelaksanaan sertifikasi
pelayanan ditemukan secara umum pada berbagai guru, menurut dia, rawan terjadi mulai dari proses
daerah dalam berbagai bentuk kontribusi yang terkait penjaringan, seleksi internal yang diselenggarakan
kebijakan-kebijakan di provinsi/kabupaten/kota. Dinas Pendidikan kabupaten/kota hingga pemberian
Terjuwudnya hal tersebut sebagai bentuk adanya sertifikat profesi oleh perguruan tinggi yang mengasuh
komunikasi yang dibentuk antara dewan pendidikan program studi ilmu pendidikan. Karena itu, dia
da n pe meri ntah dae rah. Sa lah satu buk ti menyarankan kepada pemerintah dan lembaga
terbangunnya komunikasi yang baik antara dewan legislatif agar mengevaluasi kinerja pelaksanaan
pendidikan provinsi dengan pemanfaatan daerah serta program sertifikasi yang diproyeksikan tahun 2014
pemanfaatan hasil kerja dewan pendidikan oleh seluruh guru di Indonesia telah bersertifikasi.
pemerintah daerah adalah hasil wawancara dengan Dewan Pendidikan Kaltim turut berupaya untuk
sekretaris dewan pendidikan provinsi Sumatera meningkatkan mutu pendidikan di Kaltim dengan
Utara. Dewan Pendidikan provinsi sudah melakukan memberikan masukan kepada pemerintah dan
sejumlah aktivitas yang bermuara pada upaya Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan untuk daerah hubungan penjaminan mutu pendidikan di Kaltim.
Sumatera Utara. Pada tahun 2010, Dewan Pendidikan Untuk itu lembaga ini memberikan masukan kepada
provinsi Sumatera Utara memantau kepala sekolah pemerintah tentang konsep dan rencana aksi
dan pengawas sekolah yang telah mengikuti penjaminan mutu pendidikan, serta masukan tentang
pendidikan dan latihan (diklat) yang dilaksanakan pemetaan kualitas satuan pendidikan dasar dan
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menengah di Kaltim maupun masukan tentang
dalam rangka peningkatan dan penguatan kepala dan upaya-upaya penjaminan mutu pendidikan dan
pengawas sekolah. Kegiatan ini diyakini sebagai tenaga kependidikan. Sebagai supporting agency
bentuk melakukan proses penjaminan mutu (kegiatan pendukungan), lembaga ini bekerjasama
pendidikan ke depan lebih baik lagi. Pada tahun 2011, dengan LPMP telah membantu pemerintah dalam
kegiatan utama berupa pemetaan kinerja guru pasca upaya-upaya penjaminan mutu pendidikan dengan
sertifikasi di 18 kabupaten dan tingkat kinerja Rintisan 1) menyusun rencana aksi penjaminan mutu
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di provinsi pendidikan dasar dan pendidikan menengah di
Sumatera Utara. Kedua hal tersebut termasuk isu Kalimantan Timur; 2) melakukan monitoring dan
sentral dari bidang pendidikan pada saat ini karena evaluasi terhadap penjaminan mutu di Kaltim dengan
terkait dengan masalah besarnya anggaran yang melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
dialokasikan yang bagi mayoritas masyarakat penyelenggaraan tes daya serap (Ujian Nasional/UN);
dianggap belum menunjukkan hasil yang optimal dan 3) monitoring terhadap program-program
dalam proses pembelajaran dan peningkatan mutu penjaminan mutu. Terkait bidang kerjasama
pendidikan. Pada tahun anggaran 2012 ini, dewan pendidikan, lembaga ini memberikan masukan kepada
pendidikan provinsi Sumatera Utara akan melakukan pemerintah terhadap upaya-upaya pendanaan
kegiatan pemetaan guru sebagai tanggapan pendidikan non Anggaran Pendapatan dan Belanja
dikeluarkan Surat Keputusan Bersama 5 Menteri yang Daerah (APBD) dengan pola menjalin kersama
selanjutnya akan diserahkan kepada pemerintah dengan lembaga-lembaga pendidikan berskala
daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/ nasional maupun internasional, seperti UNESCO,
kota untuk dapat melakukan pencermatan terhadap Asian Development Bank, Yayasan Pendidikan, Non-
distribusi guru. Gov ernm enta l Or gani zati on ( NGO/ Lemb aga
Peran Dewan Pendidikan Sumatera Utara terkait swadaya Masyarakat Internasional) maupun lembaga
mutu pelayanan pendidikan juga ditunjukkan dalam lainnya.
pernyataan salah satu anggotanya yaitu Ronald Proses komunikasi yang baik tersebut tampak-
Naibaho terhadap pelaksanaan sertifikasi guru. nya juga terjadi di provinsi Kalimantan Barat,
Dikatakan bahwa pelaksanaan sertifikasi guru yang khususnya pada saat dilakukan pemilihan anggota
bertujuan meningkatkan kompetensi sekaligus Dewan Pendidikan (Dwijowijoto, 2008). Panitia

40
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan

pemilihan anggota dibentuk pada tahap awal dengan tinggal an d ari daer ah l ain. Per soal an y ang
tugas pokok: 1) mengadakan sosialisasi kepada diungkapkan khususnya terkait dengan rendahnya
masyarakat tentang dewan pendidikan; 2) menyusun pemerataan perlengkapan sarana dan prasarana di
kriteria dan mengident ifikasi calon anggota setiap satuan pendidikan, dan faktor-faktor yang
berdasarkan usulan masyarakat; 3) menyeleksi calon menyebabkan IPM Kabupaten Brebes terendah se
anggota berdasarkan usulan masyarakat; 4) Jawa Tengah. Untuk mendukung hal tersebut,
mengumumkan nama-nama anggota terpilih; 5) sekretaris dewan pendidikan kabupaten Brebes
me nyusun nama- mana anggot a te rpil ih; 6) menekankan bahwa “Seharusnya keberadaan Dewan
memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota dewan Pendidikan maupun Koordinator Komite ini dijadikan
pendidikan; dan 7) menyampaikan nama pengurus mitra penjaminan mutu, bukan malah dijauhi.
dan anggota dewan pendidikan kepada Gubernur Kedepan hubungan koordinasi dan komunikasi
untuk diterbitkan Keputusan. Setelah ditetapkan dengan kami harus diperbaiki”. Untuk itu dewan
sebagai panitia pemilihan anggota Dewan Pendidikan pendidikan menghimbau pemerintah kabupaten
Provinsi Kalimantan Barat, panitia menyusun rencana Bre bes untuk me mber daya kan kebe rada an
kerja yaitu 1) audiensi panitia pemilihan kepada koordinator Komite Kecamatan yang sudah berdiri
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat; di 17 Kecamatan. Alasan yang dikemukan adalah
2) rapat internal panitia pemilihan dengan agenda bahwaKomite Kecamatan merupakan kepanjangan
pokok; menentukan kriteria calon anggota Dewan tangan dari Dewan Pendidikan yang juga memiliki
Pendidikan Provinsi Kalbar dan mekanisme sosialisasi, peran dalam membantu memfasilitasi dan membina
pendaftaran, penyeleksian, dan pemilihan; 3) sekolah di satuan pendidikan demi penjaminan
mengadakan sosialisasi melalui media massa dan kualitas dan mutu pendidikan di wilayah Kecamatan
mengirim surat pemberitahuan kepada organisasi masing-masing. Sebagai tindak lanjut dari peran
terkait; 4) mengumpulkan seluruh berkas pendaftar- dewan, telah disepakati untuk melakukan berbagai
an dan menyeleksi calon anggota dewan pendidikan; evaluasi khususnya terhadap program bantuan
5) mengumumkan nama-nama calon anggota Pe meri ntah, me liputi p elak sana an Bantuan
kepada masyarakat melalui media massa untuk Operasional Sekolah (BOS) dan pekerjaan yang
mendapat respons atau penilaian tentang kredibilitas- dibiayai dari DAK (Dana Anggaran Khusus) bidang
nya; 6) menyusun dan menetapkan nama-nama pendidikan.
calon anggota dewan pendidikan provinsi setelah Di sisi lain, ternyata masih cukup banyak masya-
mendapat respons atau penilaian masyarakat; 7) rakat yang belum menyadari keberadaan Dewan
berkonsultasi dan mendapat arahan dari gubernur Pendidikan. Huda (2011), salah seorang anggota
tentang kepengurusan dewan pendidikan provinsi Dewan Pendidikan Kota Cirebon periode 2010-2015,
Kalbar; 8) anggota terpilih mengadakan rapat internal mengatakan bahwa setiap kali bertemu dengan para
untuk menyusun kepengurusan dewan pendidikan tokoh, sesepuh, akademisi, dan aktivis selalu
prov insi Kal bar; 9) menyampa ikan susunan mendapatkan pesan kurang lebih sebagai berikut
kepengurusan dewan pendidikan provinsi ke Gubernur “Dewan pendidikan harus dibenahi, diberdayakan,
Kalbar; 10) pengukuhan kepengurusan dewan lebih kritis dalam membela kepentingan masyarakat.
pendidikan provinsi oleh Gubernur Kalbar; dan 11) Problem pendidikan di Kota Cirebon ini luar biasa
merencanakan dan melaksanakan studi banding ke besar, namun selama ini dewan pendidikan hampir
dewan pendidikan provinsi lain. tidak ada bunyinya. Sayang sekali, lembaga sehebat
Kepedulian dewan pendidikan terhadap peran itu tak terasa manfaatnya”. Testimoni dari anggota
penting yang harus dijalankan untuk meningkatkan tersebut dibuktikan ketika ditanyakan secara acak
mutu pelayanan pendidikan ditemukan pada dewan kepada 50 guru di kota Cirebon (terutama yang
pendidikan kabupaten Brebes. Rapat koordinasi berstatus PNS) eksistensi dewan pendidikan. Cukup
antara dewan pendidikan kabupaten Brebes dan memprihatinkan, hampir semua merasa tidak tahu
koordinator Komite Kecamatan se Kabupaten Brebes dan atau hanya pernah mendengar ada Dewan
menghasilkan komitmen untuk menghimbau Kepala Pendidikan, tetapi tidak tahu apa tugas dan
Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes agar menyelesai- tanggungjawabnya, manfaat bagi mereka, dan apa
kan persoalan pendidikan dan mengejar keter- yang telah dilakukan dewan terhadap mereka. Secara

41
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012

singkat, Dewan Pendidikan belum populer di mata akuntabilitas, dan demokratis. Namun, prinsip-prinsip
guru dan masyarakat kota Cirebon. Temuan yang tersebut tampaknya masih belum sepenuhnya
cukup menarik adalah hasil analisis Suwarto (2011) diterapkan di berbagai kabupaten/kota lain di
dari Forum Komunikasi Dewan Pendidikan Solo Raya Indonesia. Belum diterapkannya prinsip-prinsip
yang menyatakan “yang penting bahwa peran dewan tersebut sangat berkorelasi dengan berbagai ragam
pendidikan sekarang mengalami penurunan akibat kebijakan dan dinamika politik yang berkembang di
dari jajaran Kemendikbud, tidak mempertimbangkan masing-masing kabupaten/kota. Diduga hal ini yang
fungsi dewan pendidikan kota”. Salah satu saran menjadi salah satu penyebab belum dikenalnya atau
dari Forum ini adalah agar seluruh jajaran Kemdikbud, dimiliki persepsi yang sama dari masyarakat
dalam setiap mengambil kebijakan yang akan setempat terhadap keberadaan dan peran dewan
dilaksanakan oleh pemerintah kota/kabupaten perlu pendidikan terhadap proses peningkatan mutu
mempertimbangkan keterlibatan Dewan Pendidikan layanan pendidikan.
kota/kabupaten dengan alasan dewan ini dapat Belum dikenal dan dipahaminya keberadaan dan
difungsikan untuk 1) memberikan pertimbangan; 2) peran dewan pendidikan tersebut diduga disebabkan
memberikan arahan; 3) memberikan dukungan karena 1) belum adanya sosialisasi; 2) belum adanya
dalam bentuk tenaga, sarana dan prasarana; dan 4) mekanisme akses informasi yang terbuka; 3) belum
melaksanakan pengawasan pendidikan. adanya forum khusus antara pemangku kepentingan
Penting untuk mencermati pengamatan Mulyadi (stakeholders) dalam bidang pendidikan; 4)
(2004) seorang guru SLTPN 22 Samarinda yang kurangnya kepedulian masyarakat terhadap berbagai
dimuat dalam Harian Kaltim Post tanggal 17 dan 18 kebijakan; dan 5) kurangnya dukungan media dalam
Februari 2004. Menurut Mulyadi, sebenarnya dewan pengenalan dewan pendidikan. Sosialiasi merupakan
pendidikan sudah melakukan peran dalam kaitan suatu strategi yang dianggap efektif dan efisien untuk
dengan peningkatan mutu pelayanan pendidikan. menyampaikan berbagai informasi perubahan atau
Namun, yang menjadi permasalahan adalah inovasi dari pembuat informasi kepada obyek yang
pemikiran, pertimbangan, saran, dan kontrol yang nantinya akan mengimplementasikan informasi
telah dilakukan oleh dewan pendidikan ternyata dimaksud. Sedangkan mekanisme akses informasi
kurang mendapatkan respons atau hanya dianggap yang terbuka dimaksudkan sebagai suatu strategi
sebagai pelengkap saja oleh pengambil kebijakan. yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
Kenyataan yang ada bahwa sampai saat ini tidak ada untuk mengakses secara langsung informasi
sanksi tegas untuk eksekutif maupun birokrat jika perubahan (kebijakan) dan inovasi yang terjadi
tidak menjalankan saran dari Dewan Pendidikan. secara rinci dan tidak menimbulkan multi-tafsir.
Akibat dari hal tersebut adalah bahwa saran dan Misalnya, akan menjadi suatu kondisi ideal apabila
pertimbangan akhirnya hanya sebagai dokumen di pembentukan Dewan Pendidikan dilakukan atas
atas meja bagi pengambil kebijakan pendidikan di prinsip transparan (dibentuk secara terbuka dan
pemerintah kabupaten/kota. diketahui oleh masyarakat secara luas), akuntabel
(panitia pemilihan menyampaikan laporan pertang-
Pembahasan gungjawaban kinerjanya), dan demokratis (proses
Dari berbagai temuan di atas dapat dikatakan bahwa pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan
dewan pendidikan telah melakukan peran yang terkait musyawarah mufakat). Sedangkan forum dialog
dengan peningkatan mutu pelayanan pendidikan antara pemangku kepentingan sesungguhnya
dengan tingkat yang berbeda dimulai dari yang dalam merupakan suatu kesempatan untuk merekam atau
tingkat penjajagan hingga tingkat yang sudah mendengarkan berbagai aspirasi yang muncul dari
menjadikan dewan sebagai mitra utama dari berbagai kelompok khususnya yang termasuk dalam
pemerintah daerah. Di samping itu, terdapat variasi obyek adanya perubahan dan inovasi tersebut. Melalui
pendekatan yang digunakan oleh dewan pendidikan forum dimaksud maka diharapkan adanya kesamaan
dalam menjalankan peran untuk meningkatkan mutu per sepsi da ri pe mang ku k epent inga n untuk
pelayanan pendidikan di masing-masing daerahnya. menindaklanjuti perubahan (kebijakan) dan inovasi
Beberapa dewan baik di tingkat provinsi/kabupaten/ yang ada.
kota telah menegakkan prinsip transparansi,

42
Hendarman, Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Pendidikan

Simpulan dan Saran karena pemerintah daerah masih beranggapan bahwa


Simpulan lembaga ini kadang-kadang masih dianggap sebagai
Peran dewan pendidikan di tingkat provinsi/ pelengkap saja oleh pengambil kebijakan. Kendala-
kabupaten/kota dalam rangka peningkatan mutu kendala tersebut mengakibatkan beberapa pemikiran,
pelayanan pendidikan pada umumnya sudah berjalan pertimbangan, saran, dan kontrol dari dewan
dan diapresiasi oleh berbagai kelompok masyarakat pendidikan masih kurang direspons oleh pengambil
dan pemangku kepentingan. Dari berbagai kontribusi kebijakan.
aktif dan positif yang diberikan dewan terhadap
pemerintah daerah telah meningkatkan kesadaran Saran
dari berbagai pemangku kepentingan bahwa dewan Untuk dapat melakukan peran yang lebih baik dalam
pendidikan sesungguhnya merupakan mitra sanding rangka peningkatan mutu pelayanan pendidikan,
dari lembaga birokrasi untuk meningkatkan mutu dewan pendidikan di tingkat provinsi/kabupaten/kota
layanan pendidikan. seyogianya harus lebih berorientasi pada prinsip-
De wan pend idik an j uga dipa hami dap at prinsip transparansi, akuntabilitas, dan demokratis.
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka Di samping itu dewan pendidikan harus lebih aktif
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi dan proaktif di antaranya melakukan pertemuan
pengelolaan pendidikan serta dapat menjembatani secara regular dan berkesinambungan dengan isu-
antara masyarakat dan pihak-pihak yang berkewe- isu pendidikan yang aktual dan kritis dengan
nangan di sektor pendidikan khususnya pemerintah pemerintah daerah khususnya dinas pendidikan dan
daerah terutama untuk mengantisipasi dan merespon lembaga legislatif. Pertemuan ini dimaksudkan untuk
terhadap berbagai isu yang muncul sebagai akibat menemukan alternatif solusi yang relevan terhadap
adanya implementasi kebijakan. isu-isu yang muncul sebagai keluhan, kritik maupun
Kendala-kendala yang terjadi dalam hubungan ketidakpuasan yang muncul di lapangan.
antara dewan pendidikan dan pemerintah daerah lebih

Pustaka Acuan
California School Boards Association. 2009. School Board Leadership: the Role and Function of California’s
School Boards. West Sacramento, CA: California School Boards Association. (Sumber: http://
www.ppssf.org/Resources/SFBOE/SchoolBoard_Leadership.pdf
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul: Kasus Pembangunan Pendidikan di
Kabupaten Jembrana, 2000-2006. Penerbit: Pustaka Pelajar.
http://www.bhbl.org/district/board/boardduties.htm. Board of Education Members’ Roles & Duties.
Diunduh: 10 Maret 2012
http://www.sbe.wa.gov/. The Washington State Board of Education. Diunduh 18 Februari 2012.
Huda, Nurul. 2011. “Mengoptimalkan Peran Dewan Pendidikan”. www.kabarCirebon.com/ Diunduh 5 April
2011
Jusfah, Jasmi. 2009. “Fungsi Dewan Pendidikan”. Sumber: http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2009/
05/30/fungsi-dewan-pendidikan/ Diunduh 20 Maret 2012.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2002. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002
tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah di SMP pada Era Otonomi Daerah.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar,
Kementerian Pendidikan Nasional.

43
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 1, Maret 2012

Mulyadi. 2004. Peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. (dimuat dalam Harian Kaltim Post bagian
Opini tanggal 17 dan 18 Februari 2004).
Sallis, Edward. 2006. Total Quality Management in Education (Management Mutu Pendidikan). Yogyakarta:
IRCiSoD.
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Suwarto. 2011. Kurang Maksimal, Fungsi Dewan Pendidikan Kota/Kabupaten. Sumber: http://m.timlo.net/
baca/17359/kurang-maksimal-fungsi-dewan-pendidikan-kota-kabupaten/ Diunduh 18 Februari
2012.

44

You might also like