Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 210

Penyiapan

Transfer Pricing Documentation


sesuai PMK-213/2016, OECD
Action Plan 8-10, & 13
29-30 Mei 2017 | Prianto Budi S. | Pelatihan Pratama Indomitra | Jakarta
2

Latar Belakang Pembicara


• Lulusan D4 – STAN & S2 UGM
• Mhs S3 - FISIP Universitas Indonesia (Ilmu
Administrasi Fiskal)
• Pernah bekerja di Ditjen Pajak sebagai pemeriksa
fungsional di Karikpa Jakarta Enam (1994-1999)
• Pernah bekerja sebagai auditor di KAP
• Pendiri/pemilik kantor konsultan pajak PT Pratama
Indomitra Konsultan
• Ketua IAI KAPj Wilayah Jakarta
• Pengurus Pusat IKPI - Ketua Bid. PPL /
Pengembangan Profesional Berkelanjutan
• Pengajar S1-FISIP UI (Sep 2014 – skrg)
• Pengajar S1-FEB UHAMKA (Okt 2015 – Skrg)
• Pengajar S2 Institut STIAMI Jakarta (Okt 2016 – skrg)
• Pengajar S2 Magister Akuntansi Univ.
Muhammadiyah Jakarta
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
3

Alur Pembahasan

Transfer
Global OECD/G20 Pricing
Value BEPS Documentation
Chains Action Plan di Indonesia

Base BEPS
Erosion Action
& Profit Plan 13
Shifting
(BEPS)
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017 4

TUJUAN BELAJAR BARENG


DI PELATIHAN PRATAMA INDOMITRA
Agenda 0
5

Tujuan Belajar
Menurut Taksonomi Bloom (Kognitif)

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


6

Tujuan Belajar
Menurut Taksonomi Bloom

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


7

Tujuan Belajar Menurut Taksonomi


Teori Cognitive Learning Bloom

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


Sumber: http://ezsnips.squarespace.com/blooms-taxonomy/
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017 8

FENOMENA
GLOBAL VALUE CHAINS (GVC)
Agenda 1
Sumber gambar:
http://www.worldbank.org/en/topic/trade/publication/book-making-
global-value-chains-work-for-development
9

Arus Perdagangan Global

Sumber: David, Meissner, and Novy (2011) dalam (Elms & Low, 2013, hal. 15)
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
10

Skema Produksi: Dulu vs. Kini

Dulu:
Produk dihasilkan oleh 1
perusahaan di 1 negara Kini:
Produk dihasilkan oleh banyak
perusahaan di lintas negara

Sumber: diolah dari Baldwin (2011, hal. 6) dalam (Elms & Low, 2013, hal. 17)
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
11

Skema Produksi: Dulu vs. Kini

Traditional Capitalist Model Value-Oriented Model

Sumber: diolah dari Baldwin (2011, hal. 6) dalam (Elms & Low, 2013, hal. 17)
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
12

Boeing 787 - Dreamliner

Sumber: Exploiting Global-value Chains and Knowledge-Based Capital for Growth (Wyckoff, 2013)
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
13

Boeing 787 - Large

Sumber: http://dfat.gov.au/about-us/publications/trade-
investment/trade-at-a-glance/trade-at-a-glance-
2013/PublishingImages/boeing_787_large.jpg

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


Mobil & Spareparts 14

Wire Harness

Cambodia
Sumber:
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Global value chains
Mei 2017 and Japan-Brazil FTA for XVIII JBECC (Nakatomi, 2015)
Boneka Mainan Barbie
15

Sumber: Exploiting Global-value Chains and


Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017 Knowledge-Based Capital for Growth (Wyckoff, 2013)
16
Sumber: Exploiting Global-value Chains and Knowledge-Based Capital for Growth (Wyckoff, 2013)
17

Electronics GVC

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


18

Apparel GVC

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017 Sumber: Moongate Association (2012)
19
100% 7 Value added
90% 6 by second
80%
Decomposition 70%
5 tier suppliers
Value added
of gross 60% 4
by first tier
exports 50% 3 suppliers
40% 2
30%
Value added
20% in the
1 country of
Final 10%
final
consumption Final 0%
assembly production
5
1

4
6
2 Trade in inputs
Trade in 3 (second tier
inputs (first
tier suppliers) suppliers)

Sumber: (OECD, 2012, hal. 2)


7

Global Value Chain Model


Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
20

Value Added Chains

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


21

Value Added Chains

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


22

Value Added Chains

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


23

Value Added Chains

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


24

Dampak Globalisasi &


Kemunculan BEPS
Globalisation has benefited our domestic economies

Globalisation impacts countries’ corporate income tax


regimes

As the economy became more globally integrated, so


did corporations

These developments have opened up opportunities


for MNEs to greatly minimise their tax burden

Taxation is at the core of countries’ sovereignty, ...

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


25

Dampak Globalisasi &


Kemunculan BEPS
Taxation is at the core of countries’ sovereignty, but the
interaction of domestic tax rules in some cases leads to
gaps and frictions
The international standards have sought to address these
frictions in a way that respects tax sovereignty, but gaps
remain
In many circumstances, the existing domestic law and
treaty rules governing the taxation of cross-border profits
produce the correct results and do not give rise to BEPS
Over time, the current rules have also revealed
weaknesses that create opportunities for BEPS (Base
Erosion & Profit Shifting)

The spread of the digital economy also poses challenges


for international taxation

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


26

Dampak Globalisasi &


Kemunculan BEPS
The spread of the digital economy also poses challenges for
international taxation

These weaknesses put the existing consensus-based


framework at risk, and a bold move by policy makers is
necessary to prevent worsening problems

In the changing international tax environment, a number of


countries have expressed a concern about how international
standards on which bilateral tax treaties are based allocate
taxing rights between source and residence States

The G20 finance ministers called on the OECD to develop


an action plan to address BEPS issues in a co-ordinated
and comprehensive manner.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017 27

BASE EROSION & PROFIT SHIFTING


Agenda 2
28

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


29

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak
• Base Erosion = Shifting of the Base (Residential Status)
– Resident  Non Resident
– Pay Tax only on Local Income of respective taxable territory
• Profit Shifting = Sourcing of Profits to another related entity outside
taxable jurisdiction
– Generally in a tax haven country
– Andorra, Bahamas, Bermuda, British Virgin Islands, Cayman Islands,
Isle of Man, Mauritius, Monaco, Panama, Switzerland
• Exploiting loopholes of tax system in Home Country and Host Country
– Aggressive Tax Planning
– Aggressive Tax Evasion

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


30

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


31

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


32

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak

Special
Purpose
Entity

Skema Transfer Pricing

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


33

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak
Hybrid Mismatches Special Purpose
• Non Taxation Entities
• Double Deduction • Dummy Companies

Transfer Pricing
• Cost
• Technology
• Intangibles

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


34

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak

Perihal Starbuck (Rp) Google (Rp) Amazon.com (Rp)


1. Omzet 6.646.600.000.000 43.420.000.000.000 55.110.000.000.000
2. PPh 0 100.200.000.000 0
3. % 0 0,2% 0
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
35

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak
• Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) adalah strategi perencanaan
pajak (tax planning) yang memanfaatkan gap dan kelemahan-kelemahan
yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan perpajakan domestik
untuk “menghilangkan” keuntungan atau mengalihkan keuntungan
tersebut ke negara lain yang memiliki tarif pajak yang rendah atau bahkan
bebas pajak.
• Tujuan akhir BEPS adalah agar perusahaan tidak perlu membayar pajak
atau pajak yang dibayar nilainya sangat kecil terhadap pendapatan
perusahaan secara keseluruhan.
• BEPS muncul karena peraturan perpajakan yang ada di negara-negara di
dunia tidak berkembang secepat dan seiring dengan kemajuan teknologi
informasi dan globalisasi.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


36

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak
• Transaksi dan interaksi bisnis lintas batas negara secara bersamaan
memungkinkan terjadinya interaksi regulasi perpajakan antarnegara.
• Salah satu produk ekonomi global yang sangat signifikan adalah
kemunculan perusahaan multinasional atau MNEs.
• MNEs adalah perusahaan atau korporasi yang memiliki tempat usaha di
banyak negara, dan memiliki atau memanfaatkan apa yang disebut
derngan rantai nilai global atau Global Value Chains (GVCs).
• Saat ini adalah era internet atau Digital Economy. Masyarakat sudah
terbiasa membeli barang di internet, tidak hanya dari dalam negeri, tapi
juga dari luar negeri melalui website semacam Amazon, e-Bay, atau
Alibaba. Anak-anak kecil pun sudah bisa membeli digital product dari
Google Play, Appstore, atau iTunes.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
37

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak
• BEPS merupakan istilah yang digunakan oleh negara-negara anggota G-
8, G-20 dan OECD untuk menjelaskan praktek usaha yang dilakukan oleh
banyak perusahaan Multinasional (MNCs) untuk memindahkan
keuntungan usahanya melalui skema transfer pricing ke negara yang
menerapkan tarif pajak rendah/nol (Wells dan Lowell, 2013, hal.3).
• Secara umum, selain melalui transfer pricing, praktek BEPS juga dapat
terjadi karena adanya praktek hybrid mismatches, yaitu pemberlakuan
transaksi yang berbeda oleh setiap negara untuk menghindari pajak dan
pemberian special purpose entities (SPE) yang telah memberi
keleluasaan kepada MNCs untuk mengalihkan keuntungan usahanya ke
negara lain (Love, P 2013).

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


38

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak
• Dari sisi konsumen, hal tersebut tentunya sangat menyenangkan. Konsumen bisa
menghemat tenaga, waktu, banyak alternatif produk yang ditawarkan dengan
harga bersaing. Akan tetapi, dari sisi perpajakan, digital economy justru
menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
• Pada bisnis yang konvensional, dimana multinasional company (MNC) harus
hadir secara fisik untuk memasarkan produknya di suatu negara. Di era Digital
Economy, kondisinya lebih ekstrem karena kehadiran fisik tidak diperlukan lagi.
Praktik profit shifting akan lebih mudah dilakukan, dan pemerintah akan semakin
sulit untuk membendung praktik ini.
• Dominasi media raksasa online global memicu keprihatinan pemerintah. Mereka
mengeruk keuntungan besar terutama dari iklan, tanpa memberikan kontribusi
pajak ke Indonesia. Pemerintah kesulitan memantau media online asing tersebut
karena kantor maupun server-nya berada di luar negeri.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


39

Pengertian & Dampak BEPS


terhadap Pajak
• Praktik yang disinyalir dilakukan oleh MNE, khususnya yang beroperasi di
negara-negara berkembang ini ditengarai akan membahayakan
penerimaan pajak suatu negara. Hal ini menjadi perhatian karena
penerimaan pajak menjadi komponen penting dari pendapatan pemerintah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
• Negara berkembang pada umumnya masih sangat tergantung pada
penerimaan PPh sehingga dampak BEPS akan lebih dirasakan oleh
negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
• Meskipun bukan negara anggota OECD, Indonesia termasuk negara yang
turut serta memprakarsai OECD/G20 BEPS Project, yang berisi upaya-
upaya untuk mengatasi masalah BEPS.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


40

Penyebab BEPS

Existence of loopholes,
gaps or mismatches in Ineffectiveness or lack
the interaction of of anti-abuse
domestic tax laws of measures in some tax
countries jurisdictions

Inadequacy of current
treaty provisions to
effectively deal with
innovative business
models

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


41

Why the BEPS Project?


• Need to update the rules for the
taxation of multinationals to
1. Reflect changes in the
underlying, digitalised,
economy
2. Ensure that system ‘is’ and
‘is perceived to be’ fair
3. Maintain long-standing
consensus-based
framework
• It is a matter of trust / integrity /
economic efficiency / equality

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


42

BEPS Project
Fast-pace
• 2-year time-bound

Inclusive
• OECD and G20 countries working together on an equal footing
• 14 Developing Countries, ATAF, CREDAF and CIAT participating
directly
• Other 60 Developing Countries participating via Regional Networks in
Asia, Africa, Latin America and Eurasia

Transparent
• 23 Discussion Draft published
• 12,000 pages of comments received
• 11 public consultations with stakeholders and regular webcasts

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


43

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


44

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


45

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


46

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


47

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


48

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


49

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


50

BEPS Project

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


51

15 OECD/G20 BEPS Action Plan


• Menurut OECD, “International tax avoidance is as old as international
trade. Both individuals and corporations use tax havens and
inconsistencies between national tax legislations to avoid taxes. After the
recent crisis, governments started to increase taxes and cut expenditures”.
• Penghindaran pajak internasional mulai menjadi masalah politik yang
nyata. OECD memulai forum diskusi tentang isu-isu penghindaran pajak
internasioanl selama 2012 dan menetapkan proyek “Base Erosion & Profit
Shifting” (BEPS).
• Pada bulan Februari tahun 2013, Committee of Fiscal Affairs OECD
menyetujui laporan BEPS
• Ada 15 BEPS Action Plans yang disahkan oleh Pemimpin G20 pada
pertemuan mereka di St Petersburg Rusia bulan September 2013
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
52

15 OECD/G20 BEPS Action Plan


• BEPS Action Plan difokuskan pada pencapaian keselarasan yang lebih
baik antara:
– lokasi laba fiskal; dan
– tempat di mana kegiatan ekonomi dan penciptaan nilai terjadi
• Fokus utama dari BEPS Action Plan adalah untuk
– menghilangkan double non-taxation dan double taxation
– Mengamankan penerimaan pajak dan menjaga basis pengenaan pajak
– Meningkatkan integritas aturan pajak internasional dengan
menciptakan satu set aturan yang berbasis konsensus
– Memberikan kepastian yang lebih besar dan prediktabilitas bagi
pembayar pajak
– Menghindari beban kepatuhan yang tidak perlu dan pembatasan
terhadap aktivitas lintas negara yang sah

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


53

15 OECD/G20 BEPS Action Plans

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


54

Posisi Indonesia Menghadapi


BEPS
• OECD telah memainkan peranan yang signifikan dengan meluncurkan
Action Plan on BEPS. Gayung pun bersambut karena negara-negara
anggota Forum G-20 mendukung penuh rencana tersebut dan meminta
negara-negara anggotanya untuk terlibat secara aktif dalam
pelaksanaannya.
• Tindak lanjut yang sangat penting untuk dilakukan adalah dengan
melibatkan negara-negara nonanggota OECD dan nonanggota G-20,
terutama negara-negara berkembang.
• Rencana Aksi BEPS ditujukan untuk mengatasi kekhawatiran banyak
negara terhadap masalah berkurangnya pendapatan negara dari pajak
yang diakibatkan perencanaan pajak agresif yang dilakukan secara
terstruktur oleh MNCs.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


55

Posisi Indonesia Menghadapi


BEPS
• Kerugian negara dimungkinkan menjadi lebih besar lagi mengingat
kemajuan teknologi informasi yang dimiliki oleh MNCs semakin canggih
dan berlangsungnya praktik perekonomian digital saat ini.
• Praktik perekonomian digital mempunyai karakteristik:
– adanya ketergantungan transaksi pada aset tidak berwujud,
– penggunaan secara besarbesaran data terutama data pribadi, dan
– kesulitan dalam menentukan yurisdiksi/negara di mana penciptaan nilai
terjadi.
• Indonesia memandang bahwa BEPS dapat menyebabkan risiko tinggi
terhadap penerimaan negara dari pajak, kedaulatan pajak, dan
kepercayaan terhadap keutuhan sistem perpajakan yang dimiliki oleh
setiap negara.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


56

Posisi Indonesia Menghadapi


BEPS
• Menurut Wattimury (2013, hal. 22), terdapat beberapa pandangan dari
otoritas pajak di Indonesia, yaitu:
a. Ada 2 hal yang berada pada saat yang bersamaan, yaitu BEPS dan
kompetisi perpajakan antar negara. Kompetisi ini yang menyebabkan
adanya BEPS.
b. Prinsip utama yang perlu dipahami adalah otoritas perpajakan tidak
berpikir bahwa tujuan dari proyek BEPS adalah untuk meningkatkan
sumber pendapatan pajak suatu negara.
c. Pemerintah perlu mendapat bantuan teknis dari OECD untuk
memahami dan melaksanakan rencana aksi BEPS.
d. Pemerintah perlu menyusun peraturan perpajakan yang komprehensif
dan meminta wajib pajak untuk mematuhinya. Tidak perlu memikirkan
apakah wajib pajak akan melaksanakan regulasi tersebut atau tidak.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
57

Posisi Indonesia Menghadapi


BEPS
• Dalam setiap pertemuan G20 yang dihadiri oleh delegasi Indonesia, Kementerian
Keuangan selalu menyusun posisi Indonesia atas agenda BEPS.
• Pada pertemuan G20 di Canberra, Australia pada tanggal 15-16 Desember 2013,
delegasi Indonesia telah menyusun posisi Indonesia dalam pembahasan isu
BEPS, sebagai berikut.
a. Indonesia mendukung dilanjutkannya pembahasan agenda addressing BEPS
dan agenda pertukaran informasi perpajakan dalam rangka meningkatkan
kesinambungan dan integritas sistem perpajakan global.
b. Indonesia akan mengimplementasi BEPS action plan secara komprehensif,
utamanya dalam aksi untuk melawan praktek perpajakan yang merugikan
lebih efektif, penyalahgunaan perjanjian dan kewajiban wajib pajak untuk
menyampaikan perencanaan pajaknya yang agresif.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


58

Action Plan on BEPS & Kebijakan


Pajak Terkait di Indonesia
No. Action Plan Kebijakan Pajak Terkait di Indonesia
1. Address the tax challenges of Tim proyek BEPS OECD baru ingin mengidentifikasi isu
the digital economy internasional terkait digital economy. Terkait hal ini, UU
PPh di Indonesia telah memiliki pengaturan terkait
digital economy.
2. Neutralise the effects of hybrid Indonesia telah memiliki ketentuan tentang CFC Rule
mismatch arrangements dalam PerMenkeu No. 256/PMK.03/2008 dan PerDirjen
3. Strengthen CFC rules Pajak no. Per-59/PJ/2010
4. Limit base erosion via interest Telah terbit PerMenkeu 169/PMK.010/2015 tentang
deductions and other penentuan besarnya perbandingan antara utang dan
financial payments modal perusahaan untuk keperluan penghitungan PPh
5. Counter harmful tax practices • Review hingga Sept 2014 ditargetkan hanya bagi
more effectively, taking into negara anggota OECD, sehingga tidak termasuk
account transparency and Indonesia (Indonesia belum anggota OECD).
substance
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
59

Action Plan on BEPS & Kebijakan


Pajak Terkait di Indonesia
No. Action Plan Kebijakan Pajak Terkait di Indonesia
5. Counter harmful tax • Pemberian fasilitas perpajakan di Indonesia ditujukan
practices more effectively, untuk menarik Real/Direct Investment (seperti Tax Holiday,
taking into account Tax Allowance) sehingga sebenarnya telah sekaligus
transparency and memperhatikan/ mencegah harmful tax practice
substance
6. Prevent treaty abuse • Kebijakan P3B Indonesia terkini telah mengadopsi prinsip
anti-treaty abuse. Klausul anti-treaty abuse telah terdapat
dalam beberapa P3B Indonesia dengan negara mitra.
• Ketentuan domestik Indonesia juga telah memberikan
pengaturan mengenai anti-treaty abuse
7. Prevent the artificial • Indonesia telah memperluas aturan definisi suatu BUT di
avoidance of PE status dalam UU PPh 2008, tapi masih belum mencukupi
• Lihat penjelasan Action Plan 15

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


60

Action Plan on BEPS & Kebijakan


Pajak Terkait di Indonesia
No. Action Plan Kebijakan Pajak Terkait di Indonesia
8, 9, Assure that transfer pricing outcomes Indonesia telah memiliki ketentuan
10 are in line with value creation mengenai Transfer Pricing, Transfer Pricing
Action 8 – Intangibles Documentation, Advance Pricing Agreement
(APA), Mutual Agreement Procedure (MAP),
Action 9 – Risks and capital dan Pertukaran Informasi (Exchange of
Action 10 – Other high-risk transactions Information).
11. Establish methodologies to collect and Indonesia sepertinya blm memiliki metodologi
analyse data on BEPS and the actions untuk mengukur dampak fiskal dan nonfiskal
to address it dari praktik BEPS dan untuk memantau
implementasi rekomendasi OECD dalam
menangkal strategi perencanaan pajak agresif
yang menimbulkan kerugian penerimaan
pajak

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


61

Action Plan on BEPS & Kebijakan


Pajak Terkait di Indonesia
No. Action Plan Kebijakan Pajak Terkait di Indonesia
12. Require taxpayers to Indonesia telah memiliki ketentuan mengenai:
disclose their aggressive • Transfer Pricing,
tax planning arrangements • Transfer Pricing Documentation,
13. Re-examine transfer pricing • Advance Pricing Agreement (APA),
documentation • Mutual Agreement Procedure (MAP), dan
• Pertukaran Informasi (Exchange of Information).
14. Make dispute resolution
mechanisms more effective
15. Develop a multilateral • Indonesia telah menandatangani Convention on Mutual
instrument Assistance in Tax Matters yang bersifat multilateral
• Kesepakatan di dalam instrumen multilateral ini
memengaruhi Action 7 terkait dengan pembaruan
definisi BUT pada P3B Indonesia dgn negara mitra,
khususnya BUT agen.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


62

DJP Bentuk Direktorat Perpajakan


Internasioan
• Untuk mengantisipasi & menangani dampak BEPS lebih lanjut, Ditjen Pajak
menambah direktorat baru, yaitu Dit. Perpajakan Internasional (Dit. PI)
• Dit. PI ini mengacu pada PerMenkeu No. 234/PMK.01/2015 tgl 21 Des 2015 ttg
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, yang diundangkan pada 22
Des 2015
• Dit PI tersebut mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standardisasi teknis di bidang perpajakan internasional (Psl 650-664).
• Fungsi Dit PI:
1. penyiapan perumusan kebijakan
2. pelaksanaan kebijakan
3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
4. penyediaan pemberian bimbingan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
63

Tugas & Fungsi Direktorat


Perpajakan Internasional
No Subdirektorat Rangkuman Tugas & Fungsi
1. Perjanjian dan a. penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan rancangan
Kerja Sama P3B dan Perjanjian Internasional lainnya,
b. penyiapan bahan dan pelaksanaan pembentukan P3B dan
Perjanjian Internasional lainnya,
c. penyiapan bahan dan penyusunan rancangan peraturan
pelaksana P3B dan
d. penyiapan bahan dan pelaksanaan penegasan dan
penyeragaman penafsiran ketentuan perpaakan,
e. penyiapan bahan clan pelaksanaan bimbingan peraturan serta
jawaban atas pertanyaan dari unit operasional dan pihak lain

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


64

Tugas & Fungsi Direktorat


Perpajakan Internasional
No Subdirektorat Rangkuman Tugas & Fungsi
1. Perjanjian dan f. penyiapan bahan dan penyusunan teknis operasional di
Kerja Sama bidang P3B dan perjanjian internasional lainnya;
g. penyiapan bahan penelaahan perumusan kebijakan kerja
sama perpajakan internasional;
h. penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan kerja sama
internasional di bidang perpajakan; dan
i. penyiapan bahan, penyelenggaraan, dan pelaksanaan teknis
acara dalam rangka kerja sama dan kemitraan dengan pihak
lain di luar negeri
2. Pencegahan a. penyiapan bahan penelaahan dan penyusunan pencegahan
dan dan penanganan sengketa perpajakan internasional, seperti
Penanganan Advanced Pricing Agreement (APA) dan Mutual Agreement
Sengketa Procedure (MAP).
b. penyiapan
Prianto Budi | Pratama Indomitra bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan
| 29-30 Mei 2017
65

Tugas & Fungsi Direktorat


Perpajakan Internasional
No Subdirektorat Rangkuman Tugas & Fungsi
2. Pencegahan c. penyiapan bahan dan penyusunan rancangan peraturan;
dan d. penyiapan bahan dan pelaksanaan penegasan dan
Penanganan penyeragaman penafsiran ketentuan perpajakan;
Sengketa e. penyiapan bahan dan pelaksanaan bimbingan peraturan serta
jawaban atas pertanyaan dari unit operasional dan pihak lain;
f. penyiapan bahan pemberian bimbingan, pemantauan,
pengendalian kebijakan, dan pelaksanaan pencegahan &
penanganan sengketa pajak internasional
3. Pertukaran a. penyiapan bahan penelaahan penyusunan rancangan
Informasi Perjanjian Internasional mengenai pertukaran informasi dan
bantuan administratif terkait perpajakan dengan negara mitra
atau yurisdiksi mitra;
b. penyiapan bahan dan pelaksanaan pembentukan Perjanjian
Internasional;
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
66

Tugas & Fungsi Direktorat


Perpajakan Internasional
No Subdirektorat Rangkuman Tugas & Fungsi
3. Pertukaran c. penyiapan bahan penelaahan penyusunan rancangan
Informasi peraturan dalam rangka penerapan Perjanjian Internasional;
dan
d. penyiapan bahan dan pelaksanaan pertukaran informasi dan
bantuan administratif terkait perpajakan dengan negara mitra
atau yurisdiksi mitra.
4. Tata Usaha Melaksanakan urusan tata usaha direktorat
5. Kelompok Dibentuk sesuai kebutuhan dan bertugas melakukan kegiatan
Jabatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
Fungsional ketentuan peraturan perundang-undangan

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


67

Acuan & Pedoman Direktorat


Perpajakan Internasional
• Sebagai acuan dan pedoman Direktorat Perpajakan Internasional dalam
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang perpajakan internasional, telah terbit SE-19/PJ/2016.
• Dasar hukum SE-19/PJ/2016:
1. PerMenkeu 60/PMK.03/2014 s.t.d.d. 125/PMK.010/2015 tentang Tata
Cara Pertukaran Informasi (Exchange of Information)
2. PerMenkeu No. 240/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement Procedure)
3. PerMenkeu No. 7/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pembentukan dan
Pelaksanaan Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing
Agreement)

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


68

Cakupan Kegiatan Perpajakan


Internasional
• Kegiatan perpajakan internasional adalah kegiatan DJP dengan pihak luar
negeri baik negara lain atau organisasi internasional dan meliputi:
1) Kegiatan perjanjian perpajakan internasional termasuk P3B dan
perjanjian internasional lainnya;
2) Kegiatan kerja sama perpajakan dan non perpajakan internasional;
3) Kegiatan pencegahan dan penanganan sengketa perpajakan
internasional (Prosedur Persetujuan Bersama/Mutual Agreement
Procedure [MAP] dan Kesepakatan Harga Transfer/Advance Pricing
Agreement [APA]);
4) Kegiatan pertukaran informasi; dan
5) Kegiatan pertemuan internasional terkait perpajakan.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


69

Jenis Kegiatan Perpajakan


Internasional
No Jenis Keg Rincian Jenis Kegiatan Perpajakan Internasional
1. Perjanjian a. penyusunan draf perjanjian internasional di bidang perpajakan;
Perpajakan b. negosiasi pembentukan perjanjian internasional;
Internasional c. penyusunan kebijakan, peraturan, dan petunjuk pelaksanaan perjanjian
internasional di bidang perpajakan;
d. pemberian bimbingan di bidang perpajakan internasional; dan
e. evaluasi pelaksanaan perjanjian internasional di bidang perpajakan
2. Kerja Sama a. Study Group on Asian Tax Administration and Research (SGATAR),
Perpajakan b. Association of Tax Authorities of Islamic Countries (ATAIC),
dan Non- c. ASEAN Forum on Taxation (AFT),
perpajakan d. Group of Twenty (G20),
Internasional e. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan
(Bilateral/ f. The Organisation for Economic Co-operation & Development (OECD),
Multilateral) g. koordinasi bantuan negara atau pihak donor
h. kegiatan lainnya yang berkaitan dengan negara lain atau organisasi
internasional
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
70

Jenis Kegiatan Perpajakan


Internasional
No Jenis Keg Rincian Jenis Kegiatan Perpajakan Internasional
3. Pencegahan a. penyusunan kebijakan, peraturan, dan petunjuk pelaksanaan serta
dan pemberian bimbingan terkait kebijakan penanganan Transfer Pricing
Penanganan dan penghindaran pajak lainnya;
Sengketa b. pembentukan APA,
c. pelaksanaan MAP, dan
d. penyelesaian sengketa perpajakan internasional lainnya
4. Pertukaran a. kegiatan penyusunan kebijakan, peraturan dan petunjuk pelaksanaan;
Informasi b. pemberian bimbingan;
c. pembentukan dan/atau perubahan perjanjian internasional di bidang
pertukaran informasi dan bantuan administratif lainnya di bidang
perpajakan; dan

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


71

Jenis Kegiatan Perpajakan


Internasional
No Jenis Keg Rincian Jenis Kegiatan Perpajakan Internasional
4. Pertukaran d. pelaksanaan pertukaran informasi mengenai hal-hal yang berkaitan
Informasi dengan masalah perpajakan sebagai pelaksanaan dari
1) P3B,
2) Persetujuan untuk Pertukaran Informasi Berkenaan dengan
Keperluan Perpajakan (Tax Information Exchange
Agreement/TIEA),
3) Konvensi tentang Bantuan Administratif Bersama di Bidang
Perpajakan (Convention on Mutual Administrative Assistance in
Tax Matters/MAC),
4) Persetujuan Pejabat yang Berwenang yang Bersifat Multilateral
atau Bilateral (Multilateral or Bilateral Competent Authority
Agreement),
5) Persetujuan antar Pemerintah (Intergovernmental Agreement/IGA),
atau perjanjian bilateral atau multilateral lainnya.
6) pertukaran informasi berdasarkan permintaan,
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
72

Jenis Kegiatan Perpajakan


Internasional
No Jenis Keg Rincian Jenis Kegiatan Perpajakan Internasional
4. Pertukaran 7) pertukaran informasi berdasarkan permintaan,
Informasi 8) pertukaran informasi secara spontan,
9) pertukaran informasi secara otomatis,
10) tax examinations abroad, dan
11) simultaneous tax examinations

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


73

Dasar Kegiatan Perpajakan


Internasional
• Kegiatan perpajakan internasional dapat dilakukan berdasarkan:
1) Kesepakatan internasional dengan Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra atau
organisasi internasional;
2) Permintaan terkait pengawasan kepatuhan perpajakan, pemeriksaan,
pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan, keberatan dan banding, peninjauan
kembali, dan penagihan;
3) Permintaan terkait pelaksanaan administrasi perpajakan;
4) Pelaksanaan ketentuan P3B dan perjanjian internasional di bidang
perpajakan;
5) Management request dari pimpinan;
6) Permintaan dari Negara Mitra atau Yurisdiksi Mitra atau organisasi
internasional; dan
7) Permintaan dari unit lainnya di luar Direktorat Jenderal Pajak.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017 74

BEPS ACTION PLAN 13: RE-EXAMINE


TRANSFER PRICING DOCUMENTATION
Agenda 3
75

Keluaran BEPS Action Plan 13


ACTION 13:
Re-examine transfer pricing
documentation
• Develop rules regarding transfer
pricing documentation to enhance
transparency for tax administration,
taking into consideration the
compliance costs for business.
• The rules to be developed will include
a requirement that MNE’s provide all
relevant governments with needed
information on their global allocation
of the income, economic activity and
taxes paid among countries
according to a common template.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


76

Keluaran BEPS Action Plan 13

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


77

Keluaran BEPS Action Plan 13

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


78

Pengertian & Pembagian Transfer


Pricing
Transfer pricing is the price one subunit of a company charges for the
services it provides another subunit of the same company

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


79

Konsep Dasar Transfer Pricing


• Secara universal transaksi antar Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dikenal
dengan istilah transfer pricing.
• Hubungan istimewa dimaksud dapat mengakibatkan kekurangwajaran harga, biaya atau
imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi usaha.
• Transfer pricing dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau dasar pengenaan
pajak dan/atau biaya dari satu Wajib Pajak ke Wajib Pajak lainnya, yang dapat direkayasa untuk
menekan keseluruhan jumlah pajak terhutang atas Wajib Pajak-Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa tersebut.
• Kekurangwajaran sebagaimana tersebut di atas dapat terjadi pada:
1. Harga penjualan;
2. Harga pembelian;
3. Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost);
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham (shareholder loan)
5. Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa manajemen, imbalan
atas jasa teknik dan imbalan atas jasa lainnya;
6. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang mempunyai
hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar;
7. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak mempunyai
substansi usaha (misalnya: dummy company, letter box company atau reinvoicing center).

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


80

Metode Transfer Pricing


1. Metode harga pasar sebanding (Comparable uncontrolled price method
atau CUP);
2. Metode harga jual minus (Sales minus/Resale price method atau RPM);
3. Metode harga pokok plus (Cost plus method atau CPM);
4. Metode profit split (PSM); dan
5. Metode Transactional Net Margin (TNMM).

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


81

Metode Transfer Pricing &


Laporan Laba Rugi
No Lap. Laba Rugi Metode TP Penjelasan
1 Sales (=price) CUP (metode Langsung menetapkan harga tanpa
langsung) dipengaruhi unsur lap. LR lainnya
2. COGS - -
3. Gross Profit CPM & RPM Penetapan harga wajar mengacu pada
(metode laba kotor wajar sehingga
langsung penerapannya perlu memperhatikan
COGS
4. Operating Expense - -
5. Net profit TNMM & PSM Penetapan harga wajar mengacu pada
(metode tidak operating margin wajar sehingga
langsung penerapannya perlu memperhatikan
unsur COGS dan operating expenses
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
82

Isi BEPS Action Plan 13


• Deskripsi:
– Membuat aturan yang terkait transfer pricing documentation guna
meningkatkan transparansi untuk kepentingan otoritas pajak dan yang
mempertimbangkan biaya kepatuhan bagi dunia usaha.
– Aturan yang harus dikembangkan tersebut mencakup juga persyaratan
bagi perusahaan multinasional untuk menyajikan semua informasi yang
diperlukan bagi semua instansi pemerintah terkait dengan alokasi
global untuk penghasilan, aktivitas ekonomi, dan pajak yang dibayar di
masing-masing negara sesuai dengan template umum.
• Hasil yang diharapkan:
– Perubahan pedoman penetapan harga transfer dan rekomendasi
desain aturan pajak di masing-masing negara.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


83

Tujuan BEPS Action Plan 13


No Deskripsi Inti
1. to ensure that taxpayers give appropriate consideration to Kepatuhan
transfer pricing requirements in establishing prices and other thd Arm’s
conditions for transactions between associated enterprises and Length
in reporting the income derived from such transactions in their Principle
tax returns (ALP)
2. to provide tax administrations with the information necessary to TP risk
conduct an informed transfer pricing risk assessment assessment
3. to provide tax administrations with useful information to employ TP Audit
in conducting an appropriately thorough audit of the transfer
pricing practices of entities subject to tax in their jurisdiction,
although it may be necessary to supplement the documentation
with additional information as the audit progresses.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


84

Three-tiered Approach
Untuk mencapai tujuan TP Doc, perlu dibuat tiga dokumen, yaitu:

No Dokumen Deskripsi
1. Master File berisi informasi standar yang relevan untuk semua
(MF) anggota grup usaha & menyediakan "cetak biru" dari grup
usaha serta memberikan gambaran tingkat tinggi
2. Local File Merujuk secara khusus pada transaksi afiliasi material
(LF) yang dilakukan oleh Wajib Pajak, menjadi suplemen dari
dokumen induk, dan membantu Wajib Pajak terkait ALP
3. Country by Berisi informasi tertentu yang berkaitan dengan alokasi
Country global penghasilan dan pajak yang dibayar grup usaha
Report serta indikator tertentu dari lokasi kegiatan ekonomi grup
(CbCR) usaha
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
85

Three-tiered Approach
• Pendekatan 3 jenis dokumen TP akan menyajikan informasi yang relevan
dan andal kepada kantor pajak untuk melakukan analisis penilaian risiko
TP secara efisien dan akurat.
• Pendekatan 3 jenis dokumen TP juga akan menyediakan platform
sehingga informasi yang dibutuhkan saat audit dapat dikembangkan.
Selain itu, pendekatan tersebut dapat menjadikan Wajib Pajak memiliki
cara dan insentif untuk menggambarkan kepatuhan mereka terhadap ALP
untuk transaksi afiliasi yang material
• Dokumen CbC Reporting mengharuskan perusahaan multinasional
melaporkan laba, omzet, jumlah pegawai, aset, dan pajak yang dibayar
untuk masing-masing negara.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


86

Three-tiered Approach –
CbC Reporting

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


87

Three-tiered Approach –
CbC Reporting

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


88

Three-tiered Approach –
CbC Reporting

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


89

Three-tiered Approach –
CbC Reporting

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


90

Three-tiered Approach –
CbC Reporting

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


91

Three-tiered Approach –
CbC Reporting

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


92

Three-tiered Approach –
CbC Reporting

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


93

CbC Multilateral Competent


Authority Agreement

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


94

CbC Multilateral Competent


Authority Agreement

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


95

Isu Kepatuhan di
OECD/G20 BEPS Action Plan 13
1. Contemporaneous documentation
2. Time frame to prepare & file TP Doc
3. Materiality to require full documentation in the local file
4. Retention of documents
5. Frequency of documentation updates
6. Language
7. Documentation-related penalties to ensure efficient operation of transfer
pricing documentation requirements
8. Confidentiality
9. Other issues
– penggunaan data pembanding yang paling akurat dan andal
– kewajiban menggunakan konsultan untuk penyiapan TP Doc tidak
direkomendasikan

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017 96

TRANSFER PRICING
DOCUMENTATION DI INDONESIA
Agenda 4
97

Transfer Pricing di Indonesia

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


98

Transfer Pricing di Indonesia

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


99

Dasar Hukum TP Doc


No
1. Pasal 23A Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
UUD 1945 (Amd. III) negara diatur dengan undang-undang
2. UU No. 28/2007 Pasal 3 ayat (6)
Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta keterangan dan/atau
dokumen yang harus dilampirkan, dan cara yang digunakan untuk
menyampaikan Surat Pemberitahuan diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
3. UU No. 28/2007 Pasal 28 ayat (11)
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program
aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


100

Dasar Hukum TP Doc


No Peraturan Isi Peraturan
1. Peraturan Pasal 10
Pemerintah (1) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
No. 74/2011 atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil
pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib
disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang
pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
(2) Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan para
pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib
Pajak, kewajiban menyimpan dokumen lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi dokumen dan/atau informasi
tambahan untuk mendukung bahwa transaksi yang dilakukan
dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah
sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
101

Dasar Hukum TP Doc


No Peraturan Isi Peraturan
1. Peraturan Pasal 10
Pemerintah (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dokumen dan/atau
No. 74/2011 informasi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan tata cara pengelolaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2. (Peraturan Pasal 1
Menkeu No. 6. Dokumen Penentuan Harga Transfer adalah dokumen yang
213/PMK.03/2 diselenggarakan oleh Wajib Pajak sebagai dasar penerapan
016) Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Penentuan
Harga Transfer yang dilakukan oleh Wajib Pajak
Pasal 2
(1) Dokumen Penentuan Harga Transfer terdiri atas:
a. dokumen induk;
b. dokumen lokal; dan/ atau
c. laporan per negara
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
102

Dasar Hukum TP Doc


No Deskripsi Jenis Dokumen
1. Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta • Ikhtisar Master File dan
keterangan dan/atau dokumen yang harus Local File
dilampirkan • CbCR
2. Dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh) • Master File
tahun di Indonesia • Local File
• CbCR

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


103

Tahapan Persiapan
Pembuatan TP Doc Baru
1. Mengidentifikasi transaksi hubungan
istimewa sesuai Pasal 18 ayat (4) UU
PPh dan transaksi pihak-pihak berelasi
sesuai dengan PSAK 7:
Pengungkapan Pihak-pihak Berelas.
Ada perbedaan pengertian antara
kedua istilah tersebut.
2. Menentukan apakah ada kewajiban
pembuatan TP Doc sesuai dengan
Peraturan Menkeu No.
213/PMK.03/2016.
3. Membuat TP Doc sesuai Peraturan
Menkeu No. 213/PMK.03/2016
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
104

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Pasal 2 PMK 213/PMK.03/2016
(2) Wajib Pajak yang melakukan Transaksi Afiliasi dengan:
a. nilai peredaran bruto Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Pajak lebih dari Rp
50.000.000.000,00 ....;
b. nilai Transaksi Afiliasi Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Pajak:
1. lebih dari Rp 20.000.000.000,00... untuk transaksi barang berwujud; atau
2. lebih dari Rp 5.000.000.000,00 ... untuk masing-masing penyediaan jasa,
pembayaran bunga, pemanfaatan barang tidak berwujud, atau Transaksi Afiliasi
lainnya; atau
c. Pihak Afiliasi yang berada di negara atau yurisdiksi dengan tarif Pajak Penghasilan
lebih rendah dari pada tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 Undang-Undang ... Pajak Penghasilan,
wajib menyelenggarakan dan menyimpan Dokumen Penentuan Harga Transfer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b sebagai bagian dari kewajiban
menyimpan dokumen lain sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
105

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Pasal 1 PMK No. 213/PMK.03/2016:
3. Transaksi Afiliasi adalah transaksi yang dilakukan Wajib Pajak dengan Pihak
Afiliasi
2. Pihak Afiliasi adalah pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan Wajib
Pajak
1. Hubungan Istimewa adalah hubungan istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal
18 ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan atau Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


106

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Pasal Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 18 ayat a. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan :
(2) UU PPh 1) hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan atau
1983 (UU No. penguasaan yang sama, baik langsung maupun tidak langsung;
7 Tahun 2) hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% (dua puluh lima
1983) persen) atau lebih pada pihak yang lain, atau hubungan antara Wajib Pajak yang
mempunyai penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua pihak atau
lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut terakhir;
b. dalam hal Wajib Pajak adalah orang pribadi atau perseorangan : keluarga sedarah dan
semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat atau keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan kesamping satu derajat.
Pasal 2 ayat a. dua atau lebih Pengusaha, langsung atau tidak langsung berada di bawah pemilikan
(2) UU PPN atau penguasaan Pengusaha yang sama, atau
1984 b. Pengusaha yang satu menyertakan modal 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari
jumlah modal pada pengusaha yang lain, atau hubungan antara Pengusaha yang
menyertakan modalnya sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua pihak
atau lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut terakhir.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
107

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Pasal Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 18 Hubungan istimewa ... dianggap ada apabila:
ayat (4) UU a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
PPh 2008 paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan
(UU No. 36 antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima
Tahun 2008) persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib
Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak
langsung; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Pengaturan pajak terkait hubungan istimewa sudah ada sejak UU PPh 1983 dan
perubahan terakhir ttg pengertian hubungan istimewa mengacu pada UU PPh 2008

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


108

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Pasal Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 2 ayat Hubungan istimewa dianggap ada apabila :
(2) UU PPN a. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar
1994 (UU 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau hubungan
No. 11 antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
Tahun 1994) pada dua pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan antara dua
Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir; atau
b. Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih Pengusaha
berada di bawah penguasaan. Penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat."

Pengaturan pajak terkait hubungan istimewa sudah ada sejak UU PPN 1984 dan
perubahan terakhir ttg pengertian hubungan istimewa mengacu pada UU PPN 1994

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


109

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi

• Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas
tertentu dalam menyiapkan laporan keuangannya (dalam PSAK 7 dirujuk
sebagai “entitas pelapor”).
a) Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan
entitas pelapor jika orang tersebut:
i) memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas
pelapor;
ii) memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau
iii) personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk
entitas pelapor

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


110

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


b) Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah
satu hal berikut;
i) Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha
yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak
berikutnya berelasi dengan entitas lain).
ii) Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi
entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang
merupakan anggota suatu kelompok usaha ketika entitas lain
tersebut adalah anggotanya.
iii) Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga
yang sama.
iv) Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan
entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


111

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi

v) Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk


imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang
terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas
yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga
terkait dengan entitas pelapor.
vi) Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang
yang diidentifikasi dalam butir (a).
vii)Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki pengaruh
signifikan terhadap entitas atau anggota menejemen kunci entitas
(atau entitas induk dari entitas).

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


112

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi

• Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau
kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas
apakah ada harga yang dibebankan.
• Anggota keluarga dekat dari individu adalah anggota keluarga yang
mungkin mempengaruhi, atau dipengaruhi oleh, orang dalam hubungan
mereka dengan entitas. Mereka dapat termasuk:
– pasangan hidup dan anak dari individu;
– anak dari pasangan hidup individu; dan
– tanggungan dari individu atau pasangan hidup individu.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


113

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Ilustrasi
Entitas Asosiasi & Entitas Anak: Entitas
Induk
a%
b% d%
c%

Entitas Entitas Entitas Entitas


Asosiasi 1 Anak A Anak B Asosiasi 2
e%

Entitas f% Entitas
Anak C Asosiasi 3

• Entitas Induk memiliki kepentingan pengendali atas Entitas Anak A, B dan C


dan memiliki pengaruh signifikan atas Entitas Asosiasi 1 dan Entitas Asosiasi
2.
• Entitas Anak C memiliki pengaruh signifikan atas Entitas Asosiasi 3 [par.C104]

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


114

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


• Perlu dicermati perbedaan pengertian antara hubungan istimewa di dalam
UU PPh dengan pihak berelasi di dalam PSAK 7.
• Adakalanya terjadi bahwa di dalam laporan keuangan, Entitas Induk
dengan Entitas Asosiasi merupakan pihak-pihak berelasi, tapi bukan
merupakan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa

Perlakuan Akuntansi Perlakuan Pajak


 Untuk laporan keuangan  Entitas Induk tidak memiliki hubungan isitmewa
tersendiri Entitas Induk, Entitas dengan Entitas Asosiasi 1, 2 dan 3 sepanjang
Anak A, B dan C dan Entitas - Entitas Asosiasi 1 = a% < 25%
Asosiasi 1, 2 dan 3 merupakan - Entitas Asosiasi 2 = d% < 25%
pihak-pihak berelasi [paragraf - Entitas Asosiasi 3 = c% x e% x f% < 25%
9(b)(i) dan (ii) PSAK 7 (Revisi [Psl 18 ayat (4) a UU PPh]
2010)] [par.C105]

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


115

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Perlakuan Akuntansi Perlakuan Pajak
 Untuk laporan keuangan Entitas Anak A,  Untuk laporan keuangan Entitas Anak A, B,
Entitas Induk, Entitas Anak B dan C dan atau C, Entitas Asosiasi 1, 2 dan 3 tidak
Entitas Asosiasi 1, 2 dan 3 merupakan memiliki hubungan istimewa jika kepemilikan
pihak-pihak berelasi. langsung/tidak langsungnya kurang dari
 Untuk Entitas Anak B yang membuat 25%:
laporan keuangan tersendiri, Entitas - Entitas Asosiasi 1 = a% < 25%
Induk, Entitas Anak A dan C dan Entitas - Entitas Asosiasi 2 = d% < 25%
Asosiasi 1, 2 dan 3 merupakan pihak- - Entitas Asosiasi 3 = c% x e% x f% < 25%
pihak berelasi. [Psl 18 ayat (4) a UU PPh]
 Untuk laporan keuangan Entitas C,
Entitas Induk, Entitas Anak A dan Entitas
Anak B dan Entitas Asosiasi 1, 2 dan 3
merupakan pihak-pihak berelasi.
(paragraf 9(b)(i) dan (ii)) [par.C106]

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


116

Tahap 1: Identifikasi Transaksi Afiliasi


Perlakuan Akuntansi Perlakuan Pajak
 Untuk laporan keuangan Entitas  Untuk laporan keuangan Entitas Asosiasi 1, 2
Asosiasi 1, 2 dan 3, Entitas Induk dan dan 3, Entitas Induk dan enitas anak A, B dan C
enitas anak A, B dan C merupakan tidak memiliki hubungan istimewa jika
pihak-pihak berelasi. kepemilikan langsung/tidak langsungnya kurang
 Entitas Asosiasi 1, 2 dan 3 bukan dari 25%:
pihak-pihak berelasi. - Entitas Asosiasi 1 = a% < 25%
[paragraf 9(b)(i) dan (ii)] [par.107] - Entitas Asosiasi 2 = d% < 25%
- Entitas Asosiasi 3 = c% x e% x f% < 25%
[Psl 18 ayat (4) a UU PPh].

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


117

Tahap 2: Penentuan Kewajiban TP Doc


No Penjelasan Jenis transaksi
1 nilai peredaran bruto Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Domestik & LN
Pajak lebih dari Rp 50 Miliar
2a nilai Transaksi Afiliasi Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Domestik & LN
Pajak:
2b lebih dari Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) untuk Domestik & LN
transaksi barang berwujud; atau
2c lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) untuk masing- Domestik & LN
masing penyediaan jasa, pembayaran bunga, pemanfaatan barang
tidak berwujud, atau Transaksi Afiliasi lainnya; atau
3 Pihak Afiliasi yang berada di negara atau yurisdiksi dengan tarif Pajak LN
Penghasilan lebih rendah dari pada tarif Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang ... Pajak
Penghasilan,

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


118

Tahap 2: Penentuan Kewajiban TP Doc


• Untuk TP Doc baru, tidak ada lagi pembatasan transaksi afiliasi hanya
dengan Wajib Pajak Luar Negeri di luar Indonesia. Pembedaan tarif final
dan nonfinal juga ditiadakan di PMK TP Doc.
• Hampir semua transaksi afiliasi dapat memunculkan kewajiban
pembuatan TP Doc.
• Sebagai ilustrasi, dimisalkan PT ABC merupakan perusahaan Indonesia
dan menjadi bagian dari grup usaha ABC Ltd. yang melakukan Transaksi
Afiliasi. Tahun bukunya dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31
Desember. PT ABC pada tahun 2015-2017 memiliki informasi keuangan
(dalam Rp jutaan) sbb

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


119

Tahap 2: Penentuan Kewajiban TP Doc


(Rp jutaan)
Deskripsi 2015 2016 2017 2018
1) Peredaran bruto (barang berwujud)
a) Afiliasi 3.000 5.000 5.000 4.000
b) Non afiliasi 44.000 70.000 40.000 45.000
c) Total [a + b] 47.000 75.000 45.000 49.000
2) Biaya royalti 7.500

• Berdasarkan informasi di atas, penentuan apakah PT ABC diwajibkan untuk


membuat TP Doc atau tidak diuraikan sbb.:
1. Untuk tahun pajak 2016, PT ABC tidak wajib membuat TP Doc karena pada
tahun pajak 2015 peredaran brutonya tidak lebih dari Rp 50 miliar dan nilai
transaksi afiliasi barang berwujudnya di bawah Rp 20 miliar.
2. Untuk tahun pajak 2017, PT ABC wajib membuat TP Doc (dokumen induk dan
dokumen lokal) karena pada tahun pajak 2016 peredaran brutonya di atas Rp
50 miliar. TP Doc harus tersedia paling lambat 30 April 2018.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
120

Tahap 2: Penentuan Kewajiban TP Doc


• Berdasarkan informasi di atas, penentuan apakah PT ABC diwajibkan untuk
membuat TP Doc atau tidak diuraikan sbb.:
3. Untuk Tahun Pajak 2018, nilai peredaran bruto PT ABC pada Tahun Pajak
2017 tidak lebih dari Rp 50 miliar dan Transaksi Afiliasi barang berwujud tidak
melebihi Rp 20 miliar. Dengan demikian, PT ABC kembali tidak diwajibkan
untuk menyelenggarakan dan menyimpan TP Doc untuk Tahun Pajak 2018.
4. Untuk Tahun Pajak 2019, total peredaran bruto pada Tahun Pajak 2018 tidak
lebih dari Rp 50 miliar, tapi nilai Transaksi Afiliasi berupa pembayaran
royaltinya lebih dari Rp 5 miliar. Jadi, PT ABC tetap diwajibkan untuk
menyelenggarakan dan menyimpan TP Doc (dokumen induk dan dokumen
lokal) untuk Tahun Pajak 2019. TP Doc tersebut harus tersedia paling lambat
tanggal 30 April 2020.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


121

Tahap 2: Penentuan Kewajiban TP Doc


• Dalam hal pada Tahun Pajak saat diperoleh peredaran bruto dan/atau saat
dilakukan Transaksi Afiliasi meliputi jangka waktu kurang dari 12 (dua belas)
bulan, batasan nilai peredaran bruto Rp 50 miliar dan nilai Transaksi Afiliasi Rp
20 miliar (barang berwujud) atau Rp 5 miliar (jasa, pembayaran bunga,
pemanfaatan barang tidak berwujud, atau Transaksi Afiliasi lainnya) dihitung
dengan cara penyetahunan peredaran bruto tersebut.
• Contoh:
– PT DEF merupakan perusahaan multinasional yang melakukan Transaksi
Afiliasi. PT DEF didirikan di Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2016.
– Tahun bukunya dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
– Untuk bagian tahun pajak Oktober s.d. Desember 2016, PT DEF melaporkan
jumlah peredaran bruto sebesar Rp 20 miliar.
– Penghitungan peredaran bruto untuk menentukan kewajiban membuat TP
Doc dilakukan dengan cara sbb.:
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
122

Tahap 2: Penentuan Kewajiban TP Doc


1. Peredaran bruto 3 bulan (Okt-Des 2016) Rp 20.000.000.000
2. Peredaran bruto disetahunkan [12/3 x #1] Rp 80.000.000.000
• Dengan demikian, total peredaran bruto disetahunkan untuk bagian Tahun
Pajak 2016 lebih dari Rp 50 miliar).
• Jadi, untuk Tahun Pajak 2017, PT DEF diwajibkan untuk
menyelenggarakan dan menyimpan TP Doc (dokumen induk dan
dokumen lokal).
• TP Doc tersebut harus tersedia paling lambat tanggal 30 April 2018.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


123

Tahap 2: Penentuan Kewajiban TP Doc


• Wajib Pajak berkewajiban membuat TP Doc jika melakukan transaksi
(berapapun nilainya) dengan Pihak Afiliasi yang berada di negara atau
yurisdiksi dengan tarif PPh lebih rendah dari pada tarif PPh sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 UU PPh.
• Dalam kondisi di atas, Wajib Pajak tersebut perlu mengetahui tarif PPh di
negara yang lain tempat Pihak Afiliasi tersebut berkedudukan.
• Untuk memudahkan, Ditjen Pajak telah membuat daftar negara yang tarif
PPh-nya kurang dari 25%, seperti terlihat pada slide di halaman berikut.
• Dapat terjadi bahwa Wajib Pajak memiliki Transaksi Afiliasi, namun tidak
diwajibkan untuk menyelenggarakan dan menyimpan TP Doc. Akan tetapi,
Wajib Pajak tetap diwajibkan untuk menerapkan ALP dalam Transaksi
Afiliasi tersebut sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


124

Daftar Negara dgn Tarif PPh < 25%

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


125

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?


• Ada beberapa ketentuan Arm’s Length Principle (ALP) yang bertentangan
antara Peraturan Dirjen Pajak dan PMK TP Doc. Dalam kondisi demikian,
sebelum ada perubahan terkait dengan Peraturan Dirjen Pajak, berlaku
kaidah hukum sbb.:
– Lex posteriori derogat legi priori, yaitu peraturan yang terbit terakhir
mengesampingkan peraturan yang terbit sebelumnya; dan
– Lex superiori derogat legi inferiori, yaitu peraturan yang lebih tinggi
mengesampingkan peraturan yang ada di bawahnya.
• Hal lain terkait aspek yuridis dari PMK TP Doc adalah saat ketentuan
tersebut berlaku dan diundangkan, yaitu 30 Desember 2016.
• Konsekuensi yang muncul dari kapan Wajib Pajak harus menerapkan
PMK TP Doc tersebut terangkum dalam tabel berikut.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


126

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?

Tahun Tahun Pajak Saat PMK TP Doc


No Periode Pembukuan
Pajak Diterapkan
1. 1 Jan – 31 Des 2016 2016 2016 1 Jan – 31 Des 2016
2. 1 Des 2015 – 30 Nov 2016 2016 2017 1 Des 2016 – 30 Nov 2017
3. 1 Okt 2015 – 30 Sep 2016 2016 2017 1 Okt 2016 – 30 Sep 2017
4. 1 Juli 2015 – 30 Juni 2016 2015 2016 1 Juli 2016 – 30 Juni 2017

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


127

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?


Pasal 3 PerMenkeu No. 213/PMK.03/2016:
(1) Dokumen Penentuan Harga Transfer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf a dan huruf b, wajib diselenggarakan berdasarkan
data dan informasi yang tersedia pada saat dilakukan Transaksi Afiliasi.
(2) Dokumen Penentuan Harga Transfer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf c, wajib diselenggarakan berdasarkan data dan
informasi yang tersedia sampai dengan akhir Tahun Pajak.
(3) Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (2), Wajib Pajak dianggap tidak
menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


128

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?


OECD’s BEPS Action Plan 13 (hal.12):
B.1. Taxpayer’s assessment of its compliance with the arm’s length principle:
7. By requiring taxpayers to articulate convincing, consistent and cogent
transfer pricing positions, transfer pricing documentation can help to
ensure that a culture of compliance is created. Well-prepared
documentation will give tax administrations some assurance that the
taxpayer has analysed the positions it reports on tax returns, has
considered the available comparable data, and has reached consistent
transfer pricing positions. Moreover, contemporaneous documentation
requirements will help to ensure the integrity of the taxpayers’ positions
and restrain taxpayers from developing justifications for their positions
after the fact.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


129

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?


OECD’s BEPS Action Plan 13 (hal.12):
B.1. Taxpayer’s assessment of its compliance with the arm’s length principle:
8. This compliance objective may be supported in two important ways.
First, tax administrations can require that transfer pricing documentation
requirements be satisfied on a contemporaneous basis. This would
mean that the documentation would be prepared at the time of the
transaction, or in any event, no later than the time of completing and
filing the tax return for the fiscal year in which the transaction takes
place. The second way to encourage compliance is to establish transfer
pricing penalty regimes in a manner intended to reward timely and
accurate preparation of transfer pricing documentation and to create
incentives for timely, careful consideration of the taxpayer’s transfer
pricing positions.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


130

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


131

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?


• TP Doc (MF & LF) harus tersedia paling lama 4 (empat) bulan setelah
akhir Tahun Pajak.
• CbCR harus tersedia paling lama 12 (dua belas) bulan setelah akhir
Tahun Pajak.
• TP Doc (MF & LF & CbCR) harus dilampiri dengan surat pernyataan
mengenai saat tersedianya TP Doc tersebut yang ditandatangani oleh
pihak yang menyediakan TP Doc.
• TP Doc (MF & LF & CbCR) harus dibuat oleh Wajib Pajak dalam bahasa
Indonesia. Jika Wajib Pajak telah mendapat izin Menkeu untuk
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang
selain rupiah, TP Doc dapat dibuat sesuai dengan bahasa asing yang
tercantum dalam izin Menkeu tsb dan disertai dengan terjemahan bahasa
Indonesia.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


132

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


133

Tahap 3: Membuat TP Doc Mulai Kapan?

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


134

TP Doc: Lama vs Baru


No Istilah TP Doc Lama TP Doc Baru
1. Rujukan (Peraturan Dirjen Pajak No. Per-43/PJ/2010; (Peraturan Menkeu No. 213/PMK.03/2016)
Peraturan DIrjen Pajak No. Per-32/PJ/2011)
2. Konsep TP Testing TP Setting
3. Ruang Transaksi afiliasi yang dilakukan Wajib Pajak Wajib Pajak melakukan Transaksi Afiliasi dan:
lingkup Dalam Negeri atau BUT di Indonesia dengan: a. nilai peredaran bruto Tahun Pajak sebelumnya
transaksi a. Wajib Pajak Luar Negeri di luar Indonesia; dalam satu Tahun Pajak lebih dari Rp 50 miliar;
afiliasi atau b. nilai Transaksi Afiliasi Tahun Pajak sebelumnya
b. pihak-pihak yang mempunyai Hubungan dalam satu Tahun Pajak:
Istimewa untuk memanfaatkan perbedaan 1) lebih dari Rp 20 miliar untuk transaksi barang
tarif pajak yang disebabkan antara lain: berwujud; atau
1) perlakuan pengenaan Pajak Penghasilan 2) lebih dari Rp 5 miliar untuk masing-masing
final atau tidak final pada sektor usaha penyediaan jasa, pembayaran bunga,
tertentu; pemanfaatan barang tidak berwujud, atau
2) perlakuan pengenaan Pajak Penjualan Transaksi Afiliasi lainnya; atau
atas Barang Mewah; atau c. Pihak Afiliasi yang berada di negara atau yurisdiksi
3) transaksi yang dilakukan dengan Wajib dengan tarif PPh lebih rendah dari pada tarif PPh
Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU No.
Migas; 7/1983 1983 tentang PPh sebagaimana telah
c. nilai seluruh transaksi lebih dari Rp 10 milyar beberapa kali diubah terakhir dengan UU No.
dalam 1 (satu) tahun pajak untuk setiap lawan 36/2008 tentang Perubahan Keempat UU No.
transaksi. 7/1983 tentang PPh
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
135

TP Doc: Lama vs Baru


TP Doc Lama TP Doc Baru
Laporan TP Doc terdiri dari 1 dokumen Laporan TP Doc terdiri dari 3 dokumen
a. Gambaran perusahaan secara rinci a. Ikhtisar dokumen induk (master file):
1) Struktur kepemilikan yang menunjukkan 1) Struktur dan bagan kepemilikan Grup
keterkaitan antara semua perusahaan Usaha serta negara atau yurisdiksi
dalam satu kelompok perusahaan masing-masing anggota Grup Usaha
multinasional. (MF-1a, 1b) 2) Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Grup
2) Struktur organisasi perusahaan Wajib Usaha
Pajak (LF-1a) 3) Harta tidak berwujud yang dimiliki grup
3) Aspek-aspek operasional kegiatan usaha usaha
Wajib Pajak termasuk rincian fungsi-fungsi 4) Aktivitas keuangan dan pembiayaan
yang diselenggarakan oleh unit-unit yang dalam grup usaha
berada dalam organisasi perusahaan 5) Laporan keuangan konsolidasi Entitas
Wajib Pajak (LF-1c). Induk dan informasi perpajakan terkait
4) Gambaran Lingkungan Usaha Secara transaksi afiliasi
Rinci (LF-1d)
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
136

TP Doc: Lama vs Baru


TP Doc Lama TP Doc Baru
b. Transaksi b. Ikhtisar dokumen lokal (local file)
1) Transaksi Wajib Pajak dengan perusahaan yang 1) Identitas dan kegiatan usaha yang
mempunyai hubungan Istimewa (LF-2c, 2d). dilakukan Wajib Pajak
2) Transaksi Wajib Pajak dengan perusahaan yang 2) Informasi transaksi afiliasi dan
tidak dipengaruhi oleh hubungan Istemewa atau transaksi independen yang
informasi mengenai transaksi pembanding (LF- dilakukan Wajib Pajak
2c, 2d). 3) Penerapan Prinsip Kewajaran dan
3) Dalam hal Wajib Pajak bertindak sebagai pihak Kelaziman Usaha
yang menjual, menyerahkan atau meminjamkan 4) Informasi keuangan Wajib Pajak
dalam transaksi-transaksi sebagaimana 5) Peristiwa-peristiwa/kejadian-
disebutkan di atas, catatan sebagai berikut: kejadian/fakta-fakta non-keuangan
- Kebijakan penentuan harga dan daftar harga yang memengaruhi pembentukan
selama 5 (lima) tahun terakhir (LF-2b) harga atau tingkat laba
- Rincian biaya pabrikasi atau harga perolehan
atau biaya penyiapan jasa.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
137

TP Doc: Lama vs Baru


TP Doc Lama TP Doc Baru
c. Hasil Analisis Kesebandingan
1) Karakteristik dari produk (barang, jasa, pinjaman,
instrumen keuangan, dll) yang ditransaksikan (LF-3a).
2) Analisis fungsional yang menjadi pertimbangan
dilakukannya transaksi antara Wajib Pajak dengan
perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa,
semua risiko-risiko diasumsikan dan aktiva-aktiva
digunakan dalam transaksi tersebut (LF-3a).
3) Kondisi-kondisi ekonomi pada saat terjadinya transaksi
(LF-3a).
4) Syarat-syarat transaksi (terms of transactions), termasuk
juga perjanjian sesuai kontrak antara Wajib Pajak
dengan pihak-pihak yang masih mempunyai hubungan
Istimewa di luar negeri (LF-3a).
5) Strategi bisnis Wajib Pajak pada saat melakukan
transaksi afiliasi (LF-3a).
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
138

TP Doc: Lama vs Baru


TP Doc Lama TP Doc Baru
d. Penentuan Harga Wajar
1) Metodologi penentuan harga yang diterapkan oleh Wajib
Pajak, yang menunjukkan bagaimana harga yang wajar
diperoleh, dan alasan metode tersebut dipilih
dibandingkan dengan metode-metode lainnya (LF-3c).
2) Data pembanding yang digunakan oleh Wajib Pajak
untuk menentukan harga transfer (LF-3d).
3) Aplikasi metodologi penentuan harga transfer dan
penggunaan data pembanding dalam harga transfer.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


139

TP Doc: Lama vs Baru


TP Doc Lama TP Doc Baru
-- c. Laporan per negara (Country by Country Report atau CbCR):
1) alokasi penghasilan, pajak yang dibayar, dan aktivitas usaha per
negara atau yurisdiksi dari seluruh anggota Grup Usaha baik di
dalam negeri maupun luar negeri, yang meliputi nama negara atau
yurisdiksi, peredaran bruto, laba (rugi) sebelum pajak, PPh yang
telah dipotong/dipungut/dibayar sendiri, PPh terutang, modal,
akumulasi laba ditahan, jumlah pegawai tetap, dan harta berwujud
selain kas dan setara kas; dan
2) daftar anggota Grup Usaha dan kegiatan usaha utama per negara
atau yurisdiksi
3) Informasi CbCR digunakan hanya dalam rangka penilaian risiko
penghindaran pajak

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


140

Dokumen Induk
OECD’s BEPS Action Plan 13 (hal.14-15):
C.1. Master file
18. The master file should provide an overview of the MNE group business,
including the nature of its global business operations, its overall transfer
pricing policies, and its global allocation of income and economic activity
in order to assist tax administrations in evaluating the presence of
significant transfer pricing risk. In general, the master file is intended to
provide a high-level overview in order to place the MNE group’s transfer
pricing practices in their global economic, legal, financial and tax context.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


141

Dokumen Induk
OECD’s BEPS Action Plan 13 (hal.14-15):
C.1. Master file
19. The information required in the master file provides a “blueprint” of the
MNE group and contains relevant information that can be grouped in five
categories: a) the MNE group’s organisational structure; b) a description
of the MNE’s business or businesses; c) the MNE’s intangibles; d) the
MNE’s intercompany financial activities; and (e) the MNE’s financial and
tax positions.
20. Taxpayers should present the information in the master file for the MNE
as a whole....

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


142

Dokumen Induk
Pasal 8 PMK No. 213/PMK.03/2016
(1) Dokumen induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus
memuat informasi mengenai Grup Usaha paling sedikit sebagai berikut:
a. struktur dan bagan kepemilikan serta negara atau yurisdiksi masing-masing
anggota;
b. kegiatan usaha yang dilakukan;
c. harta tidak berwujud yang dimiliki;
d. aktivitas keuangan dan pembiayaan; dan
e. Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan informasi perpajakan
terkait Transaksi Afiliasi.
(2) Rincian dan/atau penjelasan dari informasi dalam dokumen induk sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat informasi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


143

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
1. Struktur dan bagan a. Daftar pemegang saham dan persentase Chart illustrating the
kepemilikan Grup kepemilikan saham serta daftar pengurus MNE’s legal and
Usaha serta negara dari masing-masing anggota Grup Usaha; ownership structure and
atau yurisdiksi b. Bagan kepemilikan Grup Usaha yang geographical location of
masing-masing menunjukkan keseluruhan hubungan operating entities
anggota Grup Usaha kepemilikan saham anggota Grup Usaha;
/ Organisational dan
structure c. Lokasi geografis (negara atau yurisdiksi)
masing-masing anggota Grup Usaha.

Keterangan:
Aturan di dalam PerMenkeu No. 213/PMK.03/2016 lebih detil dari panduan di OECD BEPS
Action Plan 13. Utk itu, perlu dicermati perbedaan yang ada ketika Master File disiapkan oleh
Induk Usaha di luar negeri

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


144

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
2. Kegiatan usaha a. Daftar anggota Grup Usaha dan --
yang dilakukan kegiatan usaha masing-masing
oleh Grup Usaha anggota Grup Usaha;
memuat informasi b. Faktor penentu yang mempunyai peran Important drivers of business
sebagai berikut: penting dalam menentukan laba profit
masing-masing anggota Grup Usaha;
c. Penjelasan dan skema/grafik/diagram A description of the supply chain
mengenai rantai usaha untuk 5 (lima) for the group’s five largest
besar produk dan/atau jasa yang products and/ or service offerings
dihasilkan oleh Grup Usaha serta untuk by turnover plus any other
produk atau jasa lain yang dihasilkan products and/or services
oleh Grup Usaha dengan nilai amounting to more than 5
peredaran bruto usaha 5 (lima) persen percent of group turnover. The
atau lebih dari total peredaran bruto required description could take
Grup Usaha; the form of a chart or a diagram

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


145

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
2. Kegiatan usaha d. Daftar dan penjelasan mengenai A list and brief description of important
yang dilakukan kontrak-kontrak/perjanjian- service arrangements between
oleh Grup Usaha perjanjian yang penting antar members of the MNE group, other than
memuat informasi anggota Grup Usaha, termasuk research and development (R&D)
sebagai berikut: penjelasan mengenai services, including a description of the
kemampuan dari anggota Grup capabilities of the principal locations
Usaha yang menyediakan jasa providing important services and
serta kebijakan harga transfer transfer pricing policies for allocating
atas pengalokasian biaya-biaya services costs and determining prices
dalam rangka penyediaan jasa to be paid for intra-group services
serta penentuan harga yang
harus dibayar atas penyediaan
jasa antar anggota dalam Grup
Usaha;

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


146

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
2. Kegiatan usaha e. Penjelasan mengenai lokasi geografis A description of the main
yang dilakukan (negara atau yurisdiksi) yang menjadi geographic markets for the group’s
oleh Grup pasar utama dari produk-produk products and services that are
Usaha dan/atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh referred to in the second bullet
Grup Usaha point above
f. Penjelasan umum mengenai analisis A brief written functional analysis
fungsional Grup Usaha yang mencakup describing the principal
analisis fungsi, aset, dan risiko yang contributions to value creation by
dilakukan Grup Usaha yang individual entities within the group,
menjelaskan kontribusi dari setiap i.e. key functions performed,
anggota Grup Usaha dalam important risks assumed, and
pembentukan nilai important assets used
g. Penjelasan mengenai restrukturisasi A description of important business
usaha, akuisisi usaha, dan divestasi restructuring transactions,
usaha yang pernah dilakukan oleh acquisitions and divestitures
anggota Grup Usaha selama 5 (lima) occurring during the fiscal year
tahun terakhir
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
147

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Harta tidak a. Penjelasan tentang strategi Grup Usaha A general description of the
berwujud yang dalam pengembangan, kepemilikan, dan MNE’s overall strategy for the
dimiliki Grup eksploitasi harta tidak berwujud, termasuk development, ownership and
Usaha lokasi fasilitas kegiatan riset dan exploitation of intangibles,
pengembangan serta lokasi manajemen R&D including location of principal
(Research & Development); R&D facilities and location of
R&D management
b. Daftar harta tidak berwujud atau kelompok A list of intangibles or groups
harta tidak berwujud milik Grup Usaha yang of intangibles of the MNE
penting untuk analisis Penentuan Harga group that are important for
Transfer, serta penjelasan mengenai anggota transfer pricing purposes and
Grup Usaha yang secara hukum memiliki which entities legally own
harta dimaksud; them
c. Daftar dan penjelasan mengenai pihak-pihak
dalam anggota Grup Usaha yang
berkontribusi dalam pengembangan harta
tidak berwujud
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
148

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Harta tidak d. Daftar kontrak/perjanjian antar anggota A list of important agreements
berwujud Grup Usaha terkait harta tidak berwujud among identified associated
yang dimiliki termasuk enterprises related to intangibles,
Grup Usaha - perjanjian Cost Contribution including
Arrangement (CCA), - cost contribution arrangements,
- perjanjian jasa riset dan - principal research service
pengembangan, serta agreements, and
- perjanjian terkait pemberian lisensi - licence agreements
e. Penjelasan tentang kebijakan harga A general description of the group’s
transfer Grup Usaha sehubungan transfer pricing policies related to
dengan kegiatan Riset dan R&D and intangibles
Pengembangan dan harta tidak
berwujud

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


149

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Harta tidak f. penjelasan tentang pengalihan A general description of any
berwujud yang kepemilikan harta tidak berwujud yang important transfers of interests
dimiliki Grup Usaha terjadi antar anggota Grup Usaha dalam in intangibles among
Tahun Pajak yang bersangkutan associated enterprises during
termasuk nama anggota Grup Usaha, the fiscal year concerned,
negara atau yurisdiksi, dan kompensasi including the entities,
atas pengalihan kepemilikan harta tidak countries, and compensation
berwujud. involved.
4. Aktivitas keuangan a. Penjelasan tentang pembiayaan yang A general description of how
dan pembiayaan digunakan oleh Grup Usaha, termasuk the group is financed,
dalam Grup Usaha perjanjian pembiayaan dengan pemberi including important financing
pinjaman yang independen; arrangements with unrelated
lenders

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


150

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
4. Aktivitas b. Identifikasi dan penjelasan tentang The identification of any members
keuangan dan anggota Grup Usaha yang of the MNE group that provide a
pembiayaan menjalankan fungsi sebagai pusat central financing function for the
dalam Grup keuangan/pembiayaan untuk group, including the country under
Usaha anggota Grup Usaha, termasuk whose laws the entity is organised
informasi tentang negara atau and the place of effective
yurisdiksi tempat anggota Grup management of such entities.
Usaha tersebut didirikan dan
tempat manajemen efektifnya
berada
c. Penjelasan tentang kebijakan harga A general description of the MNE’s
transfer sehubungan perjanjian- general transfer pricing policies
perjanjian pembiayaan antar related to financing arrangements
anggota Grup Usaha. between associated enterprises

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


151

Dokumen Induk
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
5. Laporan a. Laporan keuangan konsolidasi The MNE’s annual consolidated
Keuangan Grup Usaha untuk Tahun Pajak financial statement for the fiscal year
Konsolidasi terkait baik yang disiapkan untuk concerned if otherwise prepared for
Entitas Induk dan kepentingan eksternal maupun financial reporting, regulatory, internal
informasi internal; dan management, tax or other purposes
perpajakan terkait b. Daftar dan penjelasan tentang A list and brief description of the
Transaksi Afiliasi Advance Pricing Agreement (APA) MNE group’s existing unilateral
yang dimiliki oleh anggota Grup advance pricing agreements (APAs)
Usaha dan ketentuan perpajakan and other tax rulings relating to the
lainnya terkait alokasi penghasilan allocation of income among countries
antar anggota Grup Usaha.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


152

Dokumen Lokal
OECD’s BEPS Action Plan 13 (hal.15):
C.2. Local file
22. In contrast to the master file, which provides a high-level overview as described in
paragraph 18, the local file provides more detailed information relating to specific
intercompany transactions. The information required in the local file supplements the
master file and helps to meet the objective of assuring that the taxpayer has
complied with the arm’s length principle in its material transfer pricing positions
affecting a specific jurisdiction. The local file focuses on information relevant to the
transfer pricing analysis related to transactions taking place between a local country
affiliate and associated enterprises in different countries and which are material in
the context of the local country’s tax system. Such information would include
relevant financial information regarding those specific transactions, a comparability
analysis, and the selection and application of the most appropriate transfer pricing
method. Where a requirement of the local file can be fully satisfied by a specific
cross-reference to information contained in the master file, such a cross-reference
should suffice..

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


153

Dokumen Lokal
Pasal 9 PMK No. 213/PMK.03/2016
(1) Dokumen lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b harus
memuat informasi mengenai Wajib Pajak paling sedikit sebagai berikut:
a. identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan;
b. informasi Transaksi Afiliasi dan transaksi independen yang dilakukan;
c. penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;
d. informasi keuangan; dan
e. peristiwa-peristiwa/kejadian-kejadian /fakta-fakta non-keuangan yang
memengaruhi pembentukan harga atau tingkat laba.
(2) Rincian dan/atau penjelasan dari informasi dalam dokumen lokal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat informasi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran huruf D yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


154

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
1. Identitas dan a. Penjelasan tentang struktur manajemen A description of the management
kegiatan Wajib Pajak, bagan organisasi, structure of the local entity, a local
usaha yang informasi mengenai pihak-pihak di organisation chart, and a description
dilakukan dalam atau luar negeri yang merupakan of the individuals to whom local
Wajib Pajak pihak-pihak yang memiliki Hubungan management reports and the
Istimewa, dan negara atau yurisdiksi country(ies) in which such individuals
pihak-pihak tersebut berada; maintain their principal offices
b. Penjelasan detail tentang usaha dan A detailed description of the business
strategi usaha yang dilakukan oleh and business strategy pursued by
Wajib Pajak, termasuk indikasi dalam the local entity including an indication
hal Wajib Pajak terlibat atau whether the local entity has been
terpengaruh restrukturisasi usaha atau involved in or affected by business
pengalihan harta tidak berwujud dalam restructurings or intangibles transfers
Grup Usaha yang sedang atau telah in the present or immediately past
terjadi pada tahun sebelumnya, dan year and an explanation of those
penjelasan mengenai pengaruhnya aspects of such transactions
terhadap Wajib Pajak affecting the local entity
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
155

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
1. Identitas dan c. Aspek-aspek operasional --
kegiatan usaha kegiatan usaha Wajib Pajak
yang dilakukan d. Gambaran lingkungan usaha Key competitors
Wajib Pajak secara rinci, termasuk daftar
pesaing utama.
2. Informasi a. Skema transaksi dan A description of the material controlled
Transaksi Afiliasi penjelasannya transactions (e.g. procurement of
dan transaksi manufacturing services, purchase of goods,
independen yang provision of services, loans, financial and
dilakukan Wajib performance guarantees, licences of
Pajak intangibles, etc.) and the context in which
such transactions take place
b. Kebijakan penetapan harga --
yang diterapkan selama 5
(lima) tahun terakhir;

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


156

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
2. Informasi c. Penjelasan atas masing-masing --
Transaksi transaksi dan latar belakang
Afiliasi dan dilakukannya transaksi tersebut;
transaksi d. Jumlah nominal transaksi yang The amount of intra-group payments
independen and receipts for each category of
dirinci per jenis transaksi dan per
yang lawan transaksi controlled transactions involving the
local entity (i.e. payments and
dilakukan
receipts for products, services,
Wajib Pajak royalties, interest, etc.) broken down
by tax jurisdiction of the foreign
payor or recipient
e. Informasi tentang lawan transaksi An identification of associated
dalam setiap jenis transaksi dan enterprises involved in each
penjelasan mengenai hubungan category of controlled transactions,
and the relationship amongst them
Wajib Pajak dengan masing-
masing lawan transaksi tersebut
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
157

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
2. Informasi f. Informasi dalam bentuk tabel sekurang- --
Transaksi kurangnya mengenai:
Afiliasi dan 1) nomor dan tanggal faktur;
transaksi 2) nama lawan transaksi;
independen 3) negara atau yurisdiksi lawan transaksi;
yang 4) nama produk;
dilakukan 5) spesifikasi/kualitas produk;
Wajib Pajak 6) jumlah unit/kuantitas;
7) harga per unit (ukuran terkecil yang lazim
digunakan); dan
8) tanggal pengiriman/pengapalan barang,
dalam hal Wajib Pajak melakukan Transaksi
Afiliasi terkait produk komoditas

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


158

Dokumen Lokal
• Cakupan Komoditas menurut OECD BEPS Action Plans 8-10: Aligning
Transfer Pricing Outcomes with Value Creation (hal. 53)
– The reference to “commodities” shall be understood to encompass
physical products for which a quoted price is used as a reference by
independent parties in the industry to set prices in uncontrolled
transactions.
– The term “quoted price” refers to the price of the commodity in the
relevant period obtained in an international or domestic commodity
exchange market.
– In this context, a quoted price also includes prices obtained from
recognised and transparent price reporting or statistical agencies, or
from governmental price-setting agencies, where such indexes are
used as a reference by unrelated parties to determine prices in
transactions between them
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
159

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
2. Informasi g. Salinan perjanjian/kontrak terkait transaksi Copies of all material
Transaksi Afiliasi yang nilainya signifikan intercompany
dan transaksi agreements concluded by
independen yang the local entity
dilakukan Wajib
Pajak
3. Penerapan ALP a. Penjelasan rinci tentang analisis A detailed comparability
kesebandingan setiap Transaksi Afiliasi yang and functional analysis of
dilakukan Wajib Pajak yang meliputi analisis the taxpayer and relevant
atas karakteristik produk atau jasa, analisis associated enterprises
fungsional (analisis fungsi, aset, dan risiko), with respect to each
ketentuan dalam kontrak, strategi usaha, dan documented category of
kondisi ekonomi, termasuk analisis controlled transactions,
kesebandingan atas perbedaan kondisi including any changes
dengan tahun-tahun sebelumnya; compared to prior years

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


160

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Penerapan b. Penjelasan rinci mengenai karakterisasi --
ALP usaha yang dijalankan Wajib Pajak
berdasarkan hasil analisis fungsional
(analisis fungsi, aset, dan risiko);
c. Penjelasan tentang metode Penentuan An indication of the most
Harga Transfer yang paling sesuai untuk appropriate transfer pricing
setiap jenis Transaksi Afiliasi, alasan method with regard to the
category of transaction and
pemilihan metode tersebut, serta
the reasons for selecting
keunggulan metode yang dipilih that method
dibandingkan dengan metode-metode
lainnya;

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


161

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Penerapan d. Penjelasan tentang: An indication of which
ALP 1) pihak yang dipilih sebagai pihak associated enterprise is
yang diuji dalam penerapan metode selected as the tested party, if
Penentuan Harga Transfer dan applicable, and an explanation
alasan pemilihannya; dan of the reasons for this
2) rasio keuangan atau indikator tingkat selection
laba yang digunakan dalam
penerapan metode Penentuan
Harga Transfer, dalam hal Wajib
Pajak menggunakan metode
Penentuan Harga Transfer berbasis
laba bruto atau neto;

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


162

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Penerapan e. Ringkasan mengenai asumsi-asumsi A summary of the important
ALP yang digunakan dalam penerapan assumptions made in applying the
metode Penentuan Harga Transfer; transfer pricing methodology
f. Penjelasan mengenai alasan If relevant, an explanation of the
penggunaan analisis tahun jamak reasons for performing a multi-year
dalam hal diperlukan; analysis
g. Daftar dan penjelasan tentang A list and description of selected
transaksi pembanding internal comparable uncontrolled
dan/atau eksternal yang dipilih, dan transactions (internal or external), if
any, and information on relevant
detail penjelasan tentang kriteria
financial indicators for independent
yang digunakan dalam pencarian enterprises relied on in the transfer
data pembanding dan sumber pricing analysis, including a
informasi data pembanding yang description of the comparable
digunakan; search methodology and the
source of such information
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
163

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Penerapan h. Ikhtisar laporan keuangan yang digunakan A summary of financial
ALP dalam penerapan metode Penentuan information used in applying
Harga Transfer, termasuk laporan the transfer pricing
methodology
keuangan yang tersegmentasi dalam hal
Wajib Pajak memiliki lebih dari 1 ( satu)
karakterisasi usah
i. Penjelasan mengenai penerapan metode --
TP berdasarkan pembanding terpilih,
rentang harga atau laba wajar yang
digunakan, dan titik acuan di dalam
rentang harga atau laba wajar yang
menjadi dasar penentuan harga transfe

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


164

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Penerapan j. Penjelasan tentang penyesuaian yang A description of any
ALP dilakukan dalam rangka meningkatkan comparability adjustments
kesebandingan, termasuk penjelasan performed, and an indication
apakah penyesuaian hanya dilakukan of whether adjustments have
been made to the results of
terhadap pihak yang diuji, terhadap the tested party, the
transaksi pembanding atau terhadap comparable uncontrolled
keduanya; transactions, or both
k. Penjelasan mengenai kesimpulan A description of the reasons
bahwa Penentuan Harga Transfer telah for concluding that relevant
atau belum sesuai dengan Prinsip transactions were priced on an
arm’s length basis based on
Kewajaran dan Kelaziman Usaha;
the application of the selected
transfer pricing method

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


165

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
3. Penerapan l. Salinan Advance Pricing Agreement A copy of existing unilateral and
ALP (APA) yang dimiliki anggota Grup bilateral/multilateral APAs and
Usaha lainnya dan ketentuan other tax rulings to which the local
tax jurisdiction is not a party and
perpajakan lainnya yang terkait
which are related to controlled
dengan Transaksi Afiliasi Wajib transactions described above
Pajak.
4. Informasi a. Laporan keuangan Wajib Pajak yang Annual local entity financial
Keuangan telah di audit akuntan publik untuk accounts for the fiscal year
Wajib Pajak Tahun Pajak terkait dengan concerned. If audited statements
Dokumen Penentuan Harga Transfer, exist they should be supplied and
if not, existing unaudited
atau laporan keuangan yang belum statements should be supplied
diaudit dalam hal laporan keuangan
Wajib Pajak yang telah di audit
akuntan publik belum tersedia;

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


166

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
4. Informasi b. Laporan keuangan Wajib Pajak yang --
Keuangan tersegmentasi berdasarkan karakterisasi
Wajib Pajak usaha, dalam hal Wajib pajak memiliki
lebih dari 1 (satu) karakterisasi usaha;
c. Informasi dan penjelasan penggunaan Information and allocation
informasi dalam lapkeu yang terkait schedules showing how the
dengan penerapan metode TP financial data used in applying
the transfer pricing method may
be tied to the annual financial
statements
d. Ringkasan informasi keuangan yang Summary schedules of relevant
relevan dari pembanding yang financial data for comparables
digunakan dalam penerapan metode used in the analysis and the
Penentuan Harga Transfer dan sumber sources from which that data
was obtained
informasi keuangan tersebut.
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
167

Dokumen Lokal
Ruang Lingkup PMK-213 Action Plan 13
5. Peristiwa-peristiwa/kejadian- -- --
kejadian/fakta-fakta non-keuangan
yang memengaruhi pembentukan
harga atau tingkat laba.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


168

Laporan per Negara

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


169

Laporan per Negara

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


NPWP

(1)
Negara/ Yuridiksi

...
...
...

2.
1.
2.
1.
NAMA WAJIB PAJAK
:
:

(2)
Entitas
Riset &

(3)
Pengembangan

pemilik atau
pengelola harta

(4)
tidak berwujud

pembelian atau

(5)
pengadaan

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


produksi atau

(6)
pabrikan

penjualan,
pemasaran, atau
(7)
TAHUN PAJAK

distribusi

administras,
manajemen, atau
(8)

jasa-jasa
LAPORAN PER NEGARA

pendukung

penyediaan jasa
kepada pihak
(9)

independe

penyediaan
Kegiatan Usaha Utama

pembiayaan
(10)

internal Grup
Usaha
penyedia jasa
keuangan yang
(11)

diatur undang-
undang
DAFTAR ANGGOTA GRUP USAHA DAN KEGIATAN USAHA UTAMA PER NEGARA ATAU YURIDIKSI

asuransi
(12)

pemegang
kepemilikan
(13)

saham atau
ekuitas lainnya
WAJIB PAJAK / KUASA

tidak aktif
(14)
Laporan per Negara
170

lain-lain
(15)
171

Laporan per Negara

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


172

Laporan per Negara


• Wajib Pajak wajib menyelenggarakan dan menyimpan TP Doc (MF, LF, CbCR)
jika merupakan Entitas Induk dari suatu Grup Usaha yang memiliki peredaran
bruto konsolidasi pada Tahun Pajak bersangkutan paling sedikit Rp 11 triliun
• Dalam hal Wajib Pajak dalam negeri berkedudukan sebagai anggota Grup Usaha
dan entitas induk dari Grup Usaha merupakan subjek pajak luar negeri, Wajib
Pajak dalam negeri wajib menyampaikan CbCR sepanjang negara atau yurisdiksi
tempat Entitas Induk berdomisili:
a. tidak mewajibkan penyampaian laporan per negara;
b. tidak memiliki perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai
pertukaran informasi perpajakan; atau
c. memiliki perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai pertukaran
informasi perpajakan, namun laporan per negara tidak dapat diperoleh
pemerintah Indonesia dari negara atau yurisdiksi tersebut.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


173

Pengertian Peredaran Bruto


di TP Doc
• Peredaran bruto sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 2 Peraturan
Menkeu No. 213/PMK.03/2016 merupakan jumlah bruto dari penghasilan
yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaan, usaha atau
kegiatan utama Wajib Pajak sebelum dikurangi
– diskon,
– rabat, dan
– pengurang lainnya.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


174

Permintaan MF & LF oleh DJP


• Dirjen Pajak berwenang melakukan permintaan TP Doc (MF & LF) kepada Wajib
Pajak untuk
– pengawasan kepatuhan,
– pemeriksaan,
– pemeriksaan bukti permulaan, atau
– penyidikan,
• Penyampaian MF & LF oleh Wajib Pajak sesuai permintaan Ditjen Pajak:
1. Wajib Pajak wajib menyampaikan MF & LF dalam jangka waktu sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
2. Jika penyampaian MF & LF melebihi jangka waktu sesuai permintaan Ditjen
Pajak, MF dan LF yang disampaikan tidak dipertimbangkan sebagai MF dan
LF sesuai ketentuan.
3. Jika Wajib Pajak tidak menyampaikan MF & LF, Wajib Pajak dianggap tidak
memenuhi kewajiban menyelenggarakan dan menyimpan TP Doc.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


175

Permintaan MF & LF oleh DJP


• Dirjen Pajak berwenang untuk melakukan permintaan MF & LF guna
melaksanakan proses
– penelitian keberatan,
– pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi,
– pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar,
– pengurangan atau pembatalan STP yang tidak benar, atau
– pembetulan,.
• Wajib Pajak harus menyampaikan MF & LF dalam jangka waktu
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


Siklus Manajemen TP 176

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


177

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software
Standard Version Pro Version
Step 1 - General parameters Step 1 - General parameters
Step 2 - Tested party selections --
Step 3 - Documentation narrative and functional --
analysis
Step 4 - Transfer pricing method selection overview --
Step 5 - Potential comparable population selection Step 2 – Potential comparable
population selection
Step 6 - Detailed review and rejection matrix Step 3 – Selection of comparables
and rejection matrix
Step 7 - PLI selection and parameters for adjustments --
Step 8 - Benchmark analysis results Step 4 – List of comparables and
benchmarking data
-- Step 5 - Analysis
Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017
178

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


179

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


180

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


181

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


182

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


183

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


184

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


185

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


186

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


187

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


188

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


189

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


190

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


191

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


192

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


193

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


194

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


195

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


196

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


197

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


198

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


199

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


200

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


201

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


202

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


203

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


204

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


205

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


206

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


207

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


208

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


209

Ilustrasi Penerapan ALP


dengan TP Catalyst Software

Prianto Budi | Pratama Indomitra | 29-30 Mei 2017


210

You might also like